• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENAWARAN KOMODITAS IKAN KERAPU DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENAWARAN KOMODITAS IKAN KERAPU DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENAWARAN KOMODITAS IKAN KERAPU

DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

ANDI ROSLINA 105961123416

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii ANALISIS PENAWARAN KOMODITAS IKAN KERAPU

DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

ANDI ROSLINA 105961123416

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Penawaran Komoditas Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar” adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Mahasiswa

Andi Roslina 105961123416

(6)

vi

ABSTRAK

ANDI ROSLINA.105961123416. Analisis Penawaran Komoditas Ikan Kerapu Di Kabupaten Kepulauan Selayar. Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan RAHMAWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar dan untuk mengetahui elastisitas penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar.

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ikan kerapu pada penelitian ini digunakan model regresi dimana kita harus menggunakan dari dua variabel independen dengan model persamaan linier. Untuk menjawab dari penelitian ini menggunakan analisis regresi dan untuk elastisitasnya menggunakan fungsi persamaan

Cobb-Douglass.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Analisis Penawaran Komoditas Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu harga ikan kerapu dan curah hujan. Elastisitas harga ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar (X1) sebesar -0,6354, yang menunjukkan bahwa semakin mahal ikan kerapu maka penawarannya semakin rendah hal ini dikarenakan harga ikan kerapu yang mahal sehingga penawarannya berkurang sebaliknya jika harga ikan kerapu rendah maka penawarannya banyak artinya bahwa jika ikan kerapu mahal tidak ditawarkan di Kabupaten Kepulauan Selayar tetapi ditawarkan keluar daerah. Sedangkan faktor determinan penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar yang bernilai positif yaitu harga ikan teri di Kabupaten Kepulauan Selayar (X2) sebesar 0,0657, yang menunjukkan bahwa semakin mahal harga ikan teri maka harga ikan kerapu yang ditawarkan akan naik juga.

(7)

vii

ABSTRACT

ANDI ROSLINA.105961123416. Analysis of Grouper Fish Price Analysis in Selayar Islands Regency. Guided by MOHAMMAD NATSIR and RAHMAWATI.

This study aims to find out the factors that influence the supply of grouper fish in Selayar Islands Regency and to know the elasticity of grouper fish offerings in Selayar Islands Regency.

Data analysis techniques used to determine the factors that influence the supply of grouper fish in this study used a regression model where we have to use from two independent variables with a linear equation model. To answer from this study used multiple regression analysis and for its elasticity using cobb-douglass equation function.

The results showed that the Analysis of Grouper Fish Commodity Supply in Selayar Islands Regency influenced factors namely grouper fish prices and rainfall. Elasticity of grouper fish prices in Selayar Islands Regency (X1) of -0.6354, which indicates that the more expensive grouper fish then the lower the offer is due to the price of expensive grouper fish so that the offer is reduced otherwise if the price of grouper fish is low then the offer means that if the grouper fish is expensive is not offered in Selayar Islands Regency but offered out of the area. While the determinant of grouper fish offering in Selayar Islands regency is positive value, namely the price of anchoce in Selayar Islands Regency (X2) of 0.0657, which indicates that the more expensive the price of anchoce, the price of grouper fish offered will rise as well.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penawaran Komoditas Ikan Kerapu Di Kabupaten Kepulauan Selayar.”

Skripsi ini merupakan tugas yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P. selaku pembimbing I dan Rahmawati, S.Pi., M.Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat selesai.

2. Bapak Dr. H. Burhanuddin S.Pi, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix 4. Kedua orangtua Ayahanda Syarifuddin dan ibunda Bau Daeng, kakakku tersayang kak Darwis, Ramli, Tina dan keponakan-keponakanku serta segenap keluarga dan sahabat saya Wilda Yulita, Andi Anggun Hidayat, Sri Refoyanti, Mardiniati, Wika Febrianti, Lismiharti, Hasmawati Abbas serta kekasih saya Jasman Saputra yang senantiasa memberikan bantuan baik moral maupun materil serta dukungan disaat saya merasa lelah sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang peneulis tidak dapat disebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Amin.

Makassar, 15 Maret 2020

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KOMISI PENGUJI ... iii

PERNYATAAN DAN SUMBER INFORMASI ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Kerapu ... 6 2.2 Teori Penawaran ... 8 2.3 Elastisitas Penawaran ... 11 2.4 Determinan Penawaran ... 13 2.5 Kerangka Pikir ... 14 2.6 Peneliti Terdahulu... 16

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

(11)

xi

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.5 Teknik Analisis Data ... 22

3.6 Definisi Operasional ... 26

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis ... 28

4.2 Keadaan Demografis ... 29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Analisis Regresi Linier Berganda Pada Program Microsoft Excel ... 37

5.2 Uji F-Statistik (Simultan) ... 38

5.3 Koefisien Determinan (R2) ... 38

5.4 Uji t-statistik ... 39

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1.

Penelitian Terdahulu ... 16

2.

Luas Wilayah Menurut Ketinggian Dari Permukaan Laut ... 29

3.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

4.

Penduduk Berdasarkan Usia ... 33

5.

Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 34

6.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 35

7.

Hasil Estimasi Analisis Regresi Linier Berganda Determinan Penawaran Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar... 37

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Kurva Penawaran ... 11

2. Kerangka Pikir ... 15

3. Peta Kabupaten Kepulauan Selayar ... 28

4. Penangkaran Hasil Ikan Tangkap ... 47

5. Ikan Kerapu ... 47

6. Pemberian Pakan Ikan ... 47

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Dokumentasi Penelitian ... 46

2.

Hasil Estimasi Analisis Determinan Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar ... 48

3. Hasil Tabulasi Harga Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar ... 49

4. Hasil Logaritma Natural (LN)... 51

5. Surat Keterangan Penelitian ... 52

(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia karena hamparan laut dan pulau yang sangat luas. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan luas wilayah laut mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,7 juta . Kemampuan ini menjadikan Indonesia sebagai sumberdaya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, 2005).

Indonesia adalah produsen utama ikan kerapu yang mengembangkan produksi ikan kerapu budidaya pada tahun 2005 dengan nilai total sekitar Rp. 116.891.489.000. Budidaya kerapu di Indonesia tersebar dari Sumatera sampai Papua dan fokus di beberapa provinsi seperti Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Timur, Bali, Lombok dan Sulawesi Utara. Total produksi ikan kerapu di Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Timur dan Bali pada tahun 2005 masing-masing sebesar 4.496 ton, 388 ton, 24 ton dan 180 ton (DKP, 2006).

Marikultur merupakan upaya pemanfaatan perairan pesisir secara semaksimal mungkin perairan pantai melalui usaha budidaya ikan, kerang-kerangan, rumput laut atau biota laut lainnya yang mempunyai nilai ekonomis penting. Ikan kerapu merupakan ikan laut yang banyak didapatkan di perairan pantai Indonesia telah berhasil dibudidayakan dan cukup diminati serta memiliki harga pasaran yang tinggi (Philip, 1986 dan Paruntu, 1989).

(16)

2 Ikan kerapu adalah komoditas perikanan unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, mempunyai harga yang mahal serta menjadi komoditas ekspor. Saat ini budidaya ikan kerapu sudah berkembang, maka perlu ketersediaan benih secara kontinu, untuk memenuhi kebutuhan benih perlu adanya usaha pembenihan ikan kerapu, yang teknologinya sudah dapat diaplikasikan (Sugama et al., 2001, 2012; Ismi, 2011).

Ikan kerapu (Epinephelus spp) dikenal dengan “Groupers”, hidupnya menyendiri, di alam memangsa ikan dan krustasea. Ini merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki peluang baik di pasar domestik maupun pasar internasional, selain itu nilai jualnya cukup tinggi (Langkosono, 2007 dan Triani, 2010).

Permintaan ekspor produk perikanan Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, salah satunya yaitu pada komoditas ikan laut jenis kerapu. Ikan kerapu mempunyai nilai ekonomis tinggi serta memiliki keunggulan pasar dalam dan luar negeri yang sangat baik. Hal ini didukung oleh peningkatan pasar luar negeri terhadap ikan karang hidup konsumsi (Live Reef Fish Food, LRFF) dikarenakan adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku beralih kepada ikan dalam keadaan hidup. Ikan kerapu sudah menjadi menu istimewa di hotel dan restoran terkemuka, baik di Indonesia, Hongkong, Taiwan, Jepang, dan Singapura. Permintaan pasar internasional akan ikan kerapu terus meningkat, memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan hasil tangkapnya (Kordi, 2001). Kapasitas tangkap ikan di Sulawesi Selatan dimana usaha penangkapan ikan di Sulawesi Selatan dilakukan di laut dan di perairan umum. Pada usaha

(17)

3 perikanan tangkap di laut komoditi hasil tangkapnya yakni ikan kerapu yang sangat terkenal dan bernilai ekonomi tinggi. Ikan kerapu adalah salah satu jenis perikanan laut demersal yang populer di pasaran internasional dengan nama

grouper atau trout. Harga ikan kerapu hidup sangat mahal, tergantung jenisnya.

Jenis-jenis kerapu yang diekspor adalah kerapu alis, kerapu macan, kerapu minyak, kerapu lodi, kerapu lumpur, kerapu sunu dan kerapu karet (Murtidjo, 2002).

Permintaan dan harga ikan kerapu yang tinggi mendorong para nelayan untuk melakukan penangkapan semakin intensif dan tidak terkontrol yang akibatnya dapat menyebabkan terjadinya kelebihan tangkap (overfishing). Penurunan populasi ikan kerapu akibat pengembangan usaha budidaya dalam penyediaan ikan kerapu hidup. Untuk mengatasi permintaan yang semakin tinggi tersebut, maka seyogyanya produksi ikan kerapu tidak hanya diprioritaskan dari hasil kegiatan penangkapan di alam tetapi lebih banyak mengandalkan pada kegiatan budidaya (Sudirman dan Yusri, 2008).

Di Kabupaten Kepulauan Selayar ikan kerapu merupakan perikanan tangkap yang memiliki peran penting dalam penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian masyarakat. Sejak tahun 2010 rata-rata total produksi perikanan ikan kerapu berasal dari produksi ikan tangkap sebesar 736,4 Ton. (BPS Kabupaten Kepulauan Selayar 2012). Kegiatan penangkapan banyak terjadi di wilayah pesisir, karena daerah tersebut merupakan wilayah subur dan memiliki kelimpahan sumberdaya tinggi.

(18)

4 Salah satu wilayah perairan yang berkontribusi dalam hasil produksi perikanan tangkap ikan kerapu khususnya di perairan pulau yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar hasil ikan tangkap yang cukup tinggi diusahakan dengan alat tangkap yang cukup beragam dari mulai alat tangkap sederhana hingga yang modern dengan berbagai ukuran kapal. Salah satu alat tangkap sederhana yang digunakan nelayan yaitu jaring mudah dibuat dan hasil tangkapannya beragam mulai dari ikan permukaan (pelagis) hingga ikan dasar (demersal) salah satunya yakni ikan kerapu (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2011).

Berdasarkan pernyataan dari latar belakang diatas, penulis akan melakukan penelitian mengenai “ANALISIS PENAWARAN KOMODITAS IKAN KERAPU DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka pernyataan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan selayar?

(19)

5 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar

2. Untuk mengetahui elastisitas penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan referensi dalam penelitian yang membahas analisis penawaran ikan kerapu.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan yang berkaitan dengan penawaran ikan kerapu.

3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan bahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya.

(20)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Kerapu

Ikan kerapu termasuk ikan demersal yang dapat ditemukan di daerah berkarang, berlumpur, berpasir atau daerah yang memiliki dasar perairan campuran antara patahan karang dan pasir. Ikan ini termasuk dalam kelompok

stenohaline yang mampu beradaptasi pada lingkungan perairan yang berkadar

garam rendah. Klasifikasi ikan kerapu subfamily Epinephelinae umumnya menggunakan karakteristik morfologi didasarkan oleh beberapa perbedaan seperti panjang kepala, jumlah duri pada sirip median dan bentuk sirip ekornya (Jefri, 2015).

Ikan kerapu memiliki bentuk badan memanjang namun beberapa spesies berbentuk agak pipih, memiliki satu sampai tiga duri keras pada tutup insang (tutup insang sebagian atau seluruhnya bergerigi), memiliki mulut sedikit superior yang dilengkapi dengan gigi taring yang kuat dengan sirip ekor kebanyakan berbentuk rounded atau truncate (Wiadnya dan Setyohadi, 2014).

Menurut Heemstra dan Randall (1993) ikan kerapu memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Filum : Chordata SubFilum : Vertebrata Kelas : Teleostei

Sub Kelas : Osteicanthopterygii (Actinopterygii) Ordo : Parciforma

(21)

7 Sub Ordo : Perciodea

Famili : Serranidea Sub Family : Epinephelinea

Spesies ikan kerapu di perairan Indonesia yang pernah tercatat terdapat tujuh genus yang terdiri dari 81 spesies (Froese & Pauly, 2016). Dari sumber lain disebutkan bahwa terdapat 39 spesies ikan kerapu yang dapat ditemukan di Indonesia dan 46 spesies di Asia Tenggara (WWF Indonesia, 2011). Marsambuana dan utojo (2001) dalam Ernaningsih (2016) menyatakan bahwa ikan kerapu dapat ditemukan di perairan pantai Indo-Pasifik sebanyak 110 spesies dan di perairan Filipina dan Indonesia sebanyak 46 spesies yang tercakup ke dalam tujuh genus, yaitu genus Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis,

Cromileptes, Epinephelus, Plectropomus dan Variola. Namun, dari ketujuh genus

tersebut baru tiga genus yang sudah dibudidayakan dan menjadi jenis komersial yaitu genus Chromileptes, Epinephelus dan Plectropomus (Asrulsyah, 2011). Dari berbagai spesies ikan demersal yang hidup disekitar terumbu karang, ikan kerapu (Serranidae) merupakan salah satu ikan yang dominan dan memiliki nilai ekonomis penting (Bulanun, 2009).

Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas ikan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan kerapu memiliki harga jual yang tinggi baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Harga benih ikan kerapu ukuran 5-7 cm berkisar antara Rp1.000,00 – Rp1.500,000/ekor, sedangkan untuk ukuran konsumsi (500-1000 gram) berkisar antara Rp150.000,00 – Rp350.000.00/kg. Ikan kerapu juga disukai oleh masyarakat karena rasanya yang enak serta kandungan gizi yang

(22)

8 tinggi. Ikan kerapu memiliki kandungan energi 92 kkl, protein 19,8%, kalsium 27%, air 79,2%, lemak 1,02% dan kolesterol 37%. Permintaan pasar yang tinggi membuat budidaya ikan kerapu terus ditingkatkan (Mukadar, 2007).

2.2 Teori Penawaran

Teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara tingkat harga dengan barang yang ditawarkan. Analisis perlu dilakukan satu demi satu setiap faktor yang mempengaruhi penawaran sama halnya yang dilakukan dalam menganalisis permintaan dengan memisalkan faktor-faktor lain tidak berubah maka terlebih dahulu dipastikan perubahan harga terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Jadi, semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan sebaliknya, semakin rendah tingkat harga, semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sadono Sukirno, 2010)

Penawaran adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan oleh produsen atau penjual. Sedangkan hukum penawaran pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para produsen atau penjual dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002).

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harga tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah.

(23)

9 Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno 2004).

Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menyatakan hubungan antara produksi atau jumlah produksi yang ditawarkan dengan harga, menganggap faktor lain sebagai teknologi dan harga input yang digunakan adalah tetap. Penawaran individu adalah penawaran yang disediakan oleh individu produsen, diperoleh dari produksi yang dihasilkan. Besarnya jumlah produksi yang ditawarkan ini akan sama dengan jumlah permintaan, sedangkan penawaran agregat merupakan penjumlahan dari penawaran individu (Soekartawi, 1993).

Penawaran (supply) mempunyai arti jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu,

ceteris paribus. Penawaran (supply) menunjukkan jumlah (maksimum) yang akan

dijual pada berbagai tingkat harga atau beberapa harga (minimum) yang masih mendorong penjual untuk menawarkan berbagai jumlah suatu barang (Hanafie, 2010 : 117).

Menurut Mankiw (2003) Jumlah penawaran (quanty supplied) dari suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dijual oleh penjual. Ada banyak hal yang menentukan jumlah penawaran barang, tapi ketika kita menganalisis bagaimana pasar bekerja, salah satu penentunya adalah harga barang itu.

(24)

10 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, diantaranya:

1. Harga barang tersebut

Hubungan antara harga dan penawaran barang itu adalah berbanding lurus. Semakin murah harga maka jumlah barang yang ditawarkan akan semakin sedikit dan semakin mahal harga, maka jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak. 2. Harga barang lain

Semakin mahal harga barang substitusi maka semakin sedikit penawaran barang itu.

3. Harga faktor-faktor produksi

Bila harga faktor-faktor produksi semakin meningkat maka akan menyebabkan biaya produksi menjadi mahal. Bila biaya semakin mahal, maka produsen menjadi berkurang kemampuannya untuk berproduksi.

4. Ekspektasi harga di masa yang akan datang

Bila ada anggapan bahwa di masa yang akan datang akan terjadi kenaikan harga pada suatu barang maka penawaran akan barang tersebut akan semakin menurun.

5. Jumlah produsen

Apabila jumlah produsen bertambah maka semakin banyak penawaran. 6. Teknologi

Dengan adanya teknologi yang semakin meningkat, berarti biaya untuk memproduksi menjadi lebih rendah, dengan demikian jumlah barang yang dapat diproduksi menjadi lebih banyak.

(25)

11 Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan kaitan antara harga suatu barang dengan jumlah barang yang ditawarkan. Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, dengan menganggap seluruh faktor penentu lainnya konstan. Jika suatu dari faktor-faktor tersebut berubah, kurva penawaran akan bergeser (Mankiw, 2000)

P S

Q

Gambar 1. Grafik Kurva Penawaran

2.3 Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran merupakan suatu ukuran yang menggambarkan sampai dimana kuantitas yang ditawarkan akan mengalami perubahan sebagai akibat perubahan harga. Elastisitas penawaran menunjukkan persentase perubahan kuantitas yang ditawarkan sebagai akibat perubahan harga sebesar 1% (Daniel, 2002).

Elastisitas penawaran adalah angka yang menunjukkan berapa persen jumlah barang yang ditawarkan berubah, apabila harga barang berubah 1%. Elastisitas dapat dikaitkan dengan faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang

(26)

12 dianggap mempengaruhinya, seperti tingkat bunga, tingkat upah, harga bahan baku dan harga bahan antara lainnya (Firdaus, 2008 : 83).

Dengan notasi ղs, elastisitas itu didefinisikan sebagai berikut: ղs =

Makin besar angka elastisitas makin besar elastisitas penawaran, artinya perubahan harga yang relatif kecil yang mengakibatkan perubahan jumlah yang ditawarkan relatif besar. Elastisitas harga atau harga yang ditawarkan adalah nol bila kurva penawaran merupakan garis vertikal (harga tidak berpengaruh pada jumlah yang ditawarkan), tak terhingga bila kurva penawaran berbentuk horizontal yang berarti bahwa jumlah yang ditawarkan tidak terbatas pada harga tertentu (Mubyarto, 1995).

Elastisitas penawaran mempunyai sifat-sifat yang bersamaan dengan elastisitas permintaan. Ada lima golongan elastisitas yaitu elastisitas sempurna, elastisitas uniter, inelastis dan inelastis sempurna. Elastisitas sempurna terjadi apabila para penjual bersedia menjual semua barangnya pada harga tertentu. Inelastis sempurna (kurva penawaran sejajar sumbu tegak) terjadi apabila penjual sama sekali tidak dapat menambah penawarannya walaupun bertambah tinggi.

Dua faktor yang dianggap sebagai faktor yang sangat penting dalam menentukan elastisitas penawaran, yaitu sifat dari perubahan biaya produksi dan jangka waktu dimana penawaran tersebut dianalisis.

1. Sifat perubahan biaya produksi

(27)

13 dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Tetapi kalau penawaran dapat ditambah dengan mengeluarkan biaya tambahan yang tidak terlalu besar, penawaran akan bersifat elastis.

2. Jangka waktu

Dalam menganalisis pengaruh waktu terhadap elastisitas penawaran, biasanya dibedakan tiga jenis jangka waktu, yaitu masa amat singkat, jangka pendek dan jangka panjang (Sukirno, 2003).

2.4 Determinan Penawaran

Hasrat para penjual untuk menawarkan barang dagangannya pada tingkat harga tertentu ditentukan oleh beberapa faktor (Hidayat, 2013). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Harga Barang/Jasa

Ketika harga naik, penjual akan menambah jumlah barang karena ingin memperoleh keuntungan yang besar. Ketika harga turun, penjual akan mengurangi jumlah barang yang dijualnya karena takut mengalami kerugian. 2. Harga Input/Biaya Produksi

Harga input turut mempengaruhi kuantitas yang ditawarkan. Ketika harga tenaga kerja, modal, bahan baku, bahan pembantu naik dan produsen akan terdorong untuk mengurangi biaya yang lebih besar.

3. Teknologi Produksi

Teknologi produksi yang digunakan ikut mempengaruhi kuantitas yang ditawarkan sehingga mempengaruhi penawaran.

(28)

14 4. Ekspektasi Penjual/Produsen

Jika penjual memperkirakan harga barang tersebut akan naik, maka ia akan menambah kuantitas barang tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika produsen memperkirakan harga barang akan turun, maka ia akan mengurangi kuantitas barang yang dijualnya.

5. Keuntungan yang diinginkan oleh produsen

Besar kecilnya keuntungan yang diinginkan oleh produsen akan ikut mempengaruhi besar kecilnya harga jual sehingga jumlah barang yang ditawarkan pun akan banyak terpengaruhi. Semakin besar keuntungan yang akan diperoleh semakin besar harga jual dan semakin banyak barang yang ditawarkan, sebaliknya semakin kecil keuntungan semakin rendah harga jual, maka semakin sedikit harga yang ditawarkan.

6. Banyaknya Penjual/Pesaing

Banyak atau sedikitnya jumlah penjual berpengaruh terhadap besar kecilnya harga dan jumlah barang yang ditawarkan.

2.5 Kerangka Pikir

Penawaran adalah banyaknya komoditas perikanan yang ditawarkan oleh produsen atau penjual. Sedangkan hukum penawaran pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh para produsen atau penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan harganya tersebut apabila harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan

(29)

15 bahwa makin tinggi harga suatu barang maka semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual.

Gambar 2. Kerangka Pikir Analisis Penawaran Komoditas Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar

Ikan kerapu Penawaran ikan kerapu Elastisitas penawaran Determinan Penawaran: 1. Jumlah produksi ikan kerapu 2. Harga ikan kerapu

(30)

16 2.6 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Penelitian

1. Larasati (2008) Analisis Penawaran Ikan Bandeng di Kabupaten Pati.

Analisis Penawaran Ikan Bandeng di Kabupaten Pati bertujuan untuk menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi penawaran ikan bandeng di Kabupaten Pati dan menganalisis tingkat elastisitas ikan bandeng di Kabupaten Pati. Hasil analisis menunjukkan model fungsi penawaran ikan bandeng di Kabupaten Pati. Model ini mempunyai koefisien determinan R2 sebesar 0,971 yang berarti 97,1% penawaran ikan bandeng di Kabupaten Pati dapat benar oleh variabel harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya, jumlah produksi

(31)

17 ikan bandeng pada tahun sebelumnya, rata-rata curah

hujan pada tahun

pembudidayaan, luas areal pembudidayaan pada tahun pembudidayaan, sedangkan sisanya sebesar 2,9% benar oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti. Berdasarkan hasil uji F pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai signifikan lebih kecil dari ɑ (0,000 < 0,05) hal ini menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran ikan bandeng di Kabupaten Pati. Nilai koefisien regresi parsial, menunjukkan variabel luas areal pembudidayaan pada tahun pembudidayaan mempunyai nilai koefisien

(32)

18 regresi parsial pagar tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa variabel luas area pembudidayaan ikan bandeng pada tahun pembudidayaan mempunyai pengaruh pagar besar terhadap penawaran ikan bandeng di Kabupaten Pati. Elastisitas Penawaran ikan bandeng di Kabupaten Pati. Elastisitas penawaran ikan bandeng di Kabupaten Pati dalam jangka pendek maupun jangka panjang bersifat inelastis untuk variabel harga ikan bandeng pada tahun sebelumnya, jumlah produksi ikan bandeng pada tahun sebelumnya dan luas daerah pembudidayaan ikan bandeng pada tahun pembudidayaan.

2. Anang Budi Setiawan (2010)

Analisis Penawaran

Analisis Penawaran Ikan Lele di Kabupaten Pati bertujuan

(33)

19 Ikan Lele di

Kabupaten Pati

mengidentifikasi dengan jalan menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi

penawaran ikan lele dan mengetahui tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran ikan lele di Kabupaten Pati. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan variabel harga ikan lele pada tahun sebelumnya, ekspektasi produsen, harga pelet pada tahun pembudidayaan, penawaran ikan lele pada tahun sebelumnya, teknologi dan krisis secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran ikan lele di Kabupaten Pati. Ekspektasi produsen, harga pelet pada tahun pembudidayaan dan krisis merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap

(34)

20 penawaran ikan lele di Kabupaten Pati, dan variabel paling berpengaruh ialah ekspektasi produsen. Ekspektasi produsen bersifat elastis, dengan nilai elastisitas penawaran sebesar 8,8059 untuk jangka pendek, dan 10,0985 untuk jangka panjang. Harga pelet pada tahun pembudidayaan bersifat elastis, dengan nilai elastisitas penawaran sebesar -3,8329 untuk jangka pendek dan -4,3955 untuk jangka panjang.

(35)

21

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Selayar dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan, mulai dari bulan Juli sampai Agustus 2020. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di Kabupaten Kepulauan Selayar banyak terdapat ikan kerapu.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Pada data sekunder, populasi yang ada berupa keseluruhan data yang dimiliki oleh sumber pemerintahan, dalam data ini keseluruhan data dari kantor Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar. Dengan menggunakan metode sampel periodesasi analisis time series data yang berupa data tahunan (t). Sampel yang digunakan termasuk dalam sampel kecil yaitu data di bawah 30 tahun, mulai dari tahun 2018-2020.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif. Data kualitatif yaitu penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Dalam hal ini penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya atau jenis data yang diukur dan dihitung secara langsung yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka. Sumber data yang digunakan yakni data sekunder yang

(36)

22 merupakan sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi di desa Bontoborusu Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dengan menggunakan kamera canon, menurut (Suharsimi, 2006) metode dokumentasi merupakan salah satu cara untuk memperoleh data informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tulisan, baik berupa angka maupun keterangan. Selain data-data laporan tertulis, untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi, referensi, sumber pustaka, media massa dan internet.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi menggunakan dua variabel independen dengan model persamaan linear. Untuk menjawab penelitian pertama kita menggunakan analisis regresi berganda, untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar dengan persamaan linier berganda sebagai berikut:

(37)

23 Keterangan:

Y ( Penawaran Ikan Kerapu) = Variabel Dependen X1, X2, X3, X4,…Xn = Variabel Independen

X1 = Harga Ikan Kerapu

X2 = Harga Ikan Teri

X3 = Harga Ikan Tuna

X4 = Curah Hujan

e = Kesalahan (error term)

b1, b2, b3, b4,…bn = Koefisien Variabel Independen

Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk menguji pengaruh dari variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian yang dilakukan, yaitu dengan cara:

a. Uji Serentak (Uji Fhitung)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Imam Ghozali, 2005). Pengujian F ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan F tabel, maka kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel Independen secara serentak dan signifikan mempunyai variabel dependen. Prosedur penguraian F adalah sebagai berikut:

1. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) 2. Menghitung nilai F hitung dengan rumus:

(38)

24 Dimana: R2 = Koefisien Determinan

K = Jumlah variabel independen n = Jumlah Sampel

3. Mencari nilai kritis (F tabel) : df (k-1,n-k)

Dimana k = jumlah parameter termasuk intersep.

4. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada perbandingan F hitung dan F tabel

Jika : F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima

F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak

b. Pengujian Parsial (Uji t)

Pengujian secara parsial menggunakan uji t yang merupakan pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Uji signifikan adalah prosedur dimana hasil sampel digunakan untuk menentukan keputusan untuk menerima atau menolak Ho berdasarkan uji statistik yang diperoleh dari data.

Prosedur dari uji t adalah sebagai berikut (Agus Widarjono, 2007):

1. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) 2. Menghitung t dengan rumus:

Fn=

𝑅²∶𝐾 1−𝑅 : 𝑛−𝑘−1

(39)

25 3. Mencari nilai kritis t dari tabel t dengan df+ n-k dan ɑ yang tertentu

4. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada perbandingan t hitung dan t tabel (nilai kritis)

Jika : t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima T hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak c. Uji Koefisien Determinan

Dalam suatu penelitian atau observasi, perlu dilihat seberapa jauh model yang terbentuk dapat menerapkan kondisi yang sebenarnya. Dalam analisis regresi dikenal suatu ukuran yang dapat dipergunakan untuk keperluan tersebut, yang dikenal dengan koefisien determinan. Nilai koefisien determinan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain koefisien determinasi menunjukkan variasi turunannya yang diberi simbol R2 mendekati angka 1, maka variabel independen makin mendekati hubungan dengan variabel dependen sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut dapat dibenarkan (Gujarat, 1997).

Fungsi Cobb-Douglass menjelaskan hubungan antara (Y) dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya (X). Model fungsi persamaan yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara Y dan X menggunakan fungsi persamaan

Cobb-Douglass yang telah di transformasikan kedalam bentuk linier logaritmatika

dimana variabel yang dijelaskan atau dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan independen (X) adalah harga ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan

t = 𝑏𝑖−𝑏+

(40)

26 Selayar, harga ikan teri, harga ikan tuna dan curah hujan. Secara matematik fungsi produksi Cobb-Douglass dapat ditulis sebagai berikut:

Y = b0 X1b1X2b2X3b3X4b4 DB e (Soekartawi, 2003) dalam (Yusmiati,2018).

Model fungsi tersebut ditransformasikan dalam model linier logaritmatik, maka model fungsi pendapatannya dapat ditulis sebagai berikut:

LnPIK = ao + a1LnHRK + a2LnHTE + a3LnHTU + a4LnCH + e

Keterangan:

LnPIK = Penawaran ikan kerapu LnHRK = Harga ikan kerapu LnHTE = Harga ikan teri LnHTU = Harga ikan tuna

a1-a4 = Koefisien regresi (nilai elastisitas)

e = Kesalahan

3.6 Definisi Operasional

1. Ikan kerapu adalah ikan yang dapat ditemukan di daerah berkarang, berlumpur, berpasir atau daerah yang memiliki dasar perairan campuran antara patahan karang dan pasir serta komoditas perikanan Indonesia yang diunggulkan dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

2. Penawaran adalah jumlah produksi ikan kerapu yang ditawarkan oleh produsen atau penjual kepada konsumen atau pembeli untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar.

(41)

27 3.Elastisitas penawaran adalah persentase perubahan penawaran dalam menanggapi presentasi perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkap ikan kerapu.

4. Determinan Penawaran adalah besarnya hasrat para penjual untuk menawarkan barang atau jasa pada tingkat harga tertentu yang ditentukan oleh beberapa faktor.

5. Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang atau jasa dengan meningkatkan nilai guna untuk memenuhi kebutuhan manusia.

6. Harga adalah hasil kesepakatan bersama antara penjual dan pembeli yang telah melakukan proses tawar menawar untuk mencapai kesepakatan harga.

7. Komoditas adalah sebuah produk atau barang yang bias diperdagangkan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

(42)

28

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Gambar 3. Peta Kabupaten Kepulauan Selayar

Kabupaten Kepulauan Selayar terletak antara 5˚42’-7˚35’ lintang selatan dan 120˚15’-122˚30’ bujur timur dengar luas wilayah adalah 903,35 km². Adapun batas-batas Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Bulukumba

Sebelah Timur : Laut Flores

Sebelah Barat : Laut Flores dan Selat Makassar

Sebelah Selatan : Provinsi Nusa Tenggara Timur

Secara administrasi pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar terbagi menjadi 11 kecamatan yaitu Pasimarannu, Pasilambenan, Pasimasunggu,

(43)

29 Takabonerate, Pasimasunggu Timur, Bontosikuyu, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Benteng dan Bontomatene. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar Beserta Dengan Luas Wilayah Menurut Ketinggian Dari Permukaan Laut

Nama Kecamatan Luas (Km²)

Ketinggian dari permukaan laut 0,25 (mdpl) 26-100 (mdpl) 101-500 (mdpl) ˃ 500 (mdpl) Pasimarannu Pasilambena Pasimasunggu Takabonerate Pasimasunggu Timur Bontosikuyu Bontoharu Bontomanai Buki Benteng Bontomatene 134,40 - 126,50 - 115,70 183,26 255,06 - - - 204,13 90,12 - 102,05 - 102,05 32,51 44,46 - - - 204,13 20,24 - 9,08 - 7,25 57,00 76,30 - - - 36,43 - - - - - 91,25 132,07 - - - 67,20 - - - - - 2,50 200,00 - - - 100,50

Sumber: Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam Angka, 2012.

Berdasarkan pencatatan Stasiun Meteriologi Benteng secara rata-rata jumlah hari hujan sekitar 6 hari dengan jumlah curah hujan 110. Sedangkan berdasarkan Stasiun Meteorologi secara rata-rata jumlah hari hujan sekitar 6 hari dengan jumlah hujan 134.

4.2 Keadaan Demografis

4.2.1 Penduduk berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan data terakhir tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar tercatat 133.003 penduduk. Adapun banyaknya penduduk yang terdiri dari laki-laki sebanyak 63.968 jiwa dan perempuan sebanyak 69.035

(44)

30 jiwa yang kesemuanya terbagi kedalam usia yang berbeda-beda, mulai dari kelompok penduduk yang berusia antara 1-20 tahun sampai pada kelompok yang berusia 61 tahun keatas. Komposisi penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar berdasarkan kelompok umur untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Pasimarannu Pasilambena Pasimasunggu Takabonerate Pasimasunggu Timur Bontosikuyu Bontoharu Benteng Bontomanai Bontomatene Buki 4 311 3 677 3 974 6 715 3 564 7 381 6 558 12 318 6 295 6 113 3 062 4 970 3 925 4 418 6 928 3 951 7 789 6 913 13 309 6 473 7 010 3 349 9 281 7 602 8 392 13 643 7 515 15 170 13 471 25 627 12 768 13 123 6 411 Kepulauan Selayar 63 968 69 035 133 003

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2020

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan dengan perbandingan 63 968 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 69 035 jiwa yang berjenis kelamin perempuan. Kecamatan Pasimarannu dengan jumlah 4311 penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 4970 lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 9281 penduduk. Kecamatan Pasilambena dengan jumlah 3677 penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 3925 lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 7602. Kecamatan Pasimasunggu dengan jumlah

(45)

31 3974 penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 4418 lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 8392 penduduk. Kecamatan Takabonerate dengan jumlah 6715 penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 6928 lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 13643 penduduk. Kecamatan Pasimasunggu Timur dengan jumlah 3564 penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 3951 lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 7515 penduduk. Kecamatan Bontosikuyu dengan jumlah 7381 penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 7789 lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 15170 penduduk.

Kecamatan Bontoharu dengan jumlah 6558 penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 6913 lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 13471 penduduk. Kecamatan Benteng dengan jumlah penduduk laki-laki tertinggi 12 318 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 13 309 jiwa dengan total keseluruhan 25 627 jiwa. Kecamatan Bontomanai dengan jumlah 6295 penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 6473 penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 12768 penduduk. Kecamatan Bontomatene dengan jumlah 6113 penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 7010 lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 13123 sedangkan Kecamatan Buki dengan jumlah laki-laki terendah 3 062 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 3 349 jiwa dengan total keseluruhan 6 411 jiwa. Maka dapat

(46)

32 dilihat total keseluruhan penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar sebanyak 133 003 jiwa.

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Usia

Berdasarkan data terakhir tahun 2017, jumlah usia 0-4 tahun dengan jumlah laki-laki 7078 jiwa dan jumlah perempuan 6852 jiwa lebih sedikit dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 13930 jiwa. Jumlah usia 10-14 tahun dengan jumlah laki-laki 5547 jiwa dan jumlah perempuan 5255 jiwa lebih sedikit dari jumlah penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 10802 jiwa. Jumlah usia muda 20-24 tahun dengan jumlah 9 351 Jiwa dan jumlah usia tua 75+ tahun dengan jumlah 3 311 jiwa penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar tercatat 133.003 penduduk. Adapun banyaknya penduduk yang terdiri dari laki-laki sebanyak 63.968 jiwa dan perempuan sebanyak 69.035 jiwa yang kesemuanya terbagi kedalam usia yang berbeda-beda, mulai dari kelompok penduduk yang berusia antara 1-20 tahun sampai pada kelompok yang berusia 61 tahun keatas. Komposisi usia penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar berdasarkan kelompok umur untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

(47)

33 Tabel 4. Penduduk Berdasarkan Usia

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 17-20 21-24 25-28 29-32 33-36 37-40 41-44 45-48 49-52 53-56 57-60 61-64 65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 85-88 6 912 6 125 5 547 5 223 5 104 4 818 4 491 4 913 4 426 4 244 4 170 4 263 3 701 2 999 2 243 1 693 1 204 1 266 6 852 6 538 5 255 5 332 5 156 4 586 4 860 5 472 4 846 4 786 4 846 4 631 4 372 3 429 2 774 2 027 1 716 2 045 13 764 12 663 10 802 10 555 10 260 9 404 9 351 10 385 9 272 9 030 9 016 8 894 8 073 6 428 5 017 3 720 2 920 3 311 Jumlah/Total 68 238 69 891 152 865

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2020

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia 33-36 tahun menempati posisi tertinggi dengan jumlah 10 385 jiwa. Jumlah usia 41-44 dengan jumlah usia laki-laki 4 491 dan jumlah usia perempuan 4 860 jiwa dengan total keseluruhannya 9 351 jiwa. Jumlah usia peduduk laki-laki 57-60 dengan jumlah usia laki-laki 4 170 jiwa dan jumlah usia perempuan 4 846 jiwa lebih banyak dari jumlah usia penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 9 016 jiwa. Jumlah usia 65-68 dengan jumlah usia laki-laki 3 701 jiwa dan jumlah usia penduduk perempuan 4 372 jiwa lebih banyak dari jumlah penduduk usia laki-laki dengan total keseluruhannya 8 073 jiwa. Jumlah penduduk usia 81-84 tahun menempati posisi terendah dengan jumlah 2 920 jiwa. Jumlah usia 85-88 dengan jumlah usia laki-laki 1 266 jiwa dan jumlah usia penduduk perempuan

(48)

34 2045 jiwa lebih banyak dari jumlah usia penduduk laki-laki dengan total keseluruhannya 3311 jiwa.

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan data terakhir tahun 2017, penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

NO Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. Berusaha Sendiri

Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tak Dibayar

Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar Buruh/Karyawan/Pegawai Pekerja Bebas Pekerja Keluarga/Tak Di Bayar 13 594 5 515 2 255 11 473 991 2 314 6 798 988 453 7 994 126 3 401 20 392 6 503 2 708 19 431 1 117 5 715 Jumlah/Total 3 6106 19 760 55 866

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2017

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dengan mata pencaharian usaha sendiri lebih tinggi 20 392 jiwa. Jumlah penduduk mata pencaharian dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar laki-laki berjumlah 5 515 jiwa dan jumlah pekerja perempuan 988 jiwa dengan total keseluruhannya 6 503 jiwa. Jumlah penduduk dengan mata pencaharian usaha dibantu buruh tetap/buruh bayar lebih rendah 2 708 jiwa. Jumlah penduduk mata pencaharian buruh/karyawan/pegawai laki-laki berjumlah 11 473 jiwa dan jumlah pekerja perempuan 7 994 jiwa dengan total keseluruhannya 19 431 jiwa. Jumlah penduduk mata pencaharian pekerja bebas laki-laki berjumlah 991 dan jumlah

(49)

35 pekerja perempuan 126 jiwa dengan total keseluruhannya 1 117 jiwa. Jumlah mata pencaharian pekerja keluarga/tak dibayar laki-laki 2 314 jiwa dan jumlah pekerja perempuan 3 401 jiwa dengan total keseluruhannya 5 715 jiwa. Dengan jumlah pekerja laki-laki sebesar 3 6106 jiwa dan jumlah pekerja perempuan sebesar 19 760 jiwa.

4.2.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penduduk merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan kemajuan suatu wilayah. Semakin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi di suatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat kemajuan wilayah tersebut dan sebaliknya semakin banyak penduduk berpendidikan rendah maka kemajuan wilayah tersebut semakin lambat. Untuk mengetahui secara jelas keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Jumlah penduduk Berdasarkan Pendidikan

NO Pendidikan Bekerja Pengangguran Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Tidak Tamat dan Tamat Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Atas Kejuruan DiplomaI/II/III/Akademi Universitas 27 665 7 343 8 902 2 172 1 792 7 992 438 108 608 183 0 0 28 103 7 451 9 510 2 355 1 792 7 992 Jumlah/Total 55 866 1 337 57 203

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2017

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar yang tidak tamat dan tamat sekolah

(50)

36 dasar yang bekerja 27 665 jiwa dan pengangguran 438 jiwa dengan total 28 103 jiwa. Sekolah menengah pertama yang bekerja 7 343 jiwa dan penganggaran 108 jiwa dengan total 7 451 jiwa. Sekolah Menengah Atas berjumlah 9 510 jiwa dengan jumlah yang bekerja 8 902 jiwa dan pengangguran 608 jiwa, Sekolah Menengah Atas Kejuruan berjumlah 2 355 jiwa dengan jumlah yang bekerja 2 172 jiwa dan pengangguran 183 jiwa, diploma berjumlah 1 792 jiwa dengan jumlah yang bekerja 1 792 jiwa dan pengangguran 0 dan lulus universitas berjumlah 7 992 jiwa dengan jumlah yang bekerja 7 992 jiwa dan pengangguran 0. Dengan jumlah bekerja 55 866 jiwa dan pengangguran berjumlah 1 337 jiwa. Dari Tabel diatas totalnya secara keseluruhan berjumlah 57 203 jiwa.

(51)

37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Estimasi Analisis Regresi Linier Berganda Pada Program Microsoft Excel Determinan Penawaran Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar dengan persamaan linier berganda serta untuk menguji pengaruh dari variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 7. Hasil Estimasi Analisis Regresi Linier Berganda Determinan Penawaran Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar

Coefficients Elastisitas

Standard

Error t Stat P-value

Intercept 9,1421 2,789201 3,277663 0,00307 LnHRK -0,6354 0,144665 -4,39223 0,00018 LnHRTe 0,6057 0,20727 2,922398 0,00727 LnHRTu -0,2428 0,278523 -0,87166 0,391687 LnCH 0,0089 0,065501 0,135596 0,893227 R2 = 0,5701 *) : Signifikan(10%) Uji t = 0,0018 **) : Signifikan (5%) Probabilitas (Uji F) = 0,00021 ***) : Signifikan (1%)

XK = 9,1421 – 0,6354 PHIK + 0,6057 PHTE – 0,2428 PHTU + 0,0089 PCH

Keterangan:

PIK = Penawaran ikan kerapu

PHIK (-0,06354) = Harga ikan kerapu PHTE (0,057) = Harga ikan teri PHTU (-2428) = Harga ikan tuna

(52)

38 PCH (0,0089) = Curah hujan

5.2 Uji F-Statistik (Simultan)

Mengetahui pengaruh variabel bebas (Independen), terhadap variabel terikat (Dependen) secara bersama-sama (Simultan) maka dilakukan uji F. Uji F yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam analisis ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft excel. Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai Probabilitas (F-Statistik) sebesar 0,00021. Maka dapat diketahui bahwa variabel independen (harga ikan kerapu dan harga ikan teri) Secara bersama-sama mempengaruhi determinan penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar secara signifikan pada taraf kepercayaan sebesar 99% (ɑ = 1%).

5.3 Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R2) mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel-variabel bebas (Independen variabel) dalam menjelaskan perubahan-perubahan pada variabel terikat (dependen variabel) secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antara variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai koefisien determinan adalah antara 0 hingga 1 (0< R2 < 1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

(53)

39 Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan program Microsoft excel pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa koefisien determinan (R2) sebesar 0,5701 yang bermakna bahwa variabel bebas X1 dan X2 (independen) mempengaruhi ikan kerapu jadi faktor harga dan curah hujan mempengaruhi penawaran ikan kerapu secara simultan memiliki proporsi terhadap penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar sebesar 57% (100%-43%) dipengaruhi oleh variabel yang tidak diteliti. Signifikan pada taraf kepercayaan sebesar 90% (ɑ = 10%).

5.4 Uji t-Statistik

Berdasarkan hasil estimasi dapat dilihat bahwa terdapat dua variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar adapun variabel tersebut yaitu harga ikan kerapu (X1) berpengaruh negatif terhadap determinan penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar sebesar -0,6354, signifikan pada taraf kepercayaan 95% (ɑ = 5%) artinya semakin mahal ikan kerapu maka penawarannya semakin rendah hal ini dikarenakan harga ikan kerapu yang mahal sehingga penawarannya berkurang sebaliknya jika harga ikan kerapu rendah maka penawarannya banyak artinya bahwa jika ikan kerapu mahal tidak ditawarkan di Kabupaten Kepulauan Selayar tetapi ditawarkan keluar daerah. Harga ikan teri (X2) berpengaruh positif terhadap determinan penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar sebesar 0,0657, signifikan pada taraf kepercayaan 95% (ɑ = 5%) artinya semakin mahal harga ikan teri maka harga ikan kerapu yang ditawarkan akan naik juga.

(54)

40 Dari kedua variabel tersebut harga ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar yang paling signifikan karena koefisien estimasi (elastisitasnya) berpengaruh negatif sebesar -0,6354 inelastis (< 1) sedangkan nilai probabilitasnya sebesar 0,00018 signifikan pada taraf kepercayaan 95% (ɑ = 5%).

1. Harga ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar (X1)

Berdasarkan Tabel 7 di atas hasil estimasi terlihat bahwa nilai t-statistik untuk variabel harga ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar sebesar -0,6354 dan nilai probabilitas t-statistik sebesar 0,00018 yang lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05 (ɑ = 5%) yang berarti bahwa harga ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar berpengaruh signifikan terhadap penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar pada taraf kepercayaan 95% (ɑ = 5%). 2. Harga ikan teri di Kabupaten Kepulauan Selayar (X2)

Berdasarkan Tabel 7 di atas hasil estimasi terlihat bahwa nilai t-statistik untuk variabel harga ikan teri di Kabupaten Kepulauan Selayar sebesar 0,6057 dan nilai probabilitas t-statistik sebesar 0,00727 yang lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05 (ɑ = 5%) yang berarti bahwa harga ikan teri di Kabupaten Kepulauan Selayar berpengaruh signifikan terhadap penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar pada taraf kepercayaan 95% (ɑ = 5%).

(55)

41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian Analisis Penawaran Komoditas Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat dari nilai koefisien regresi hasil estimasi bahwa koefisien determinan (R2) sebesar 0,5701 yang bermakna bahwa variabel bebas X1 dan X2 (independen) mempengaruhi ikan kerapu jadi faktor harga dan curah hujan mempengaruhi penawaran ikan kerapu secara simultan memiliki proporsi terhadap penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar sebesar 57% (100%-43%) dipengaruhi oleh variabel yang tidak diteliti. Signifikan pada taraf kepercayaan sebesar 90% (ɑ = 10%).

2. Elastisitas determinan penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat dari nilai koefisien regresi hasil estimasi. Dari masing-masing determinan penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar yang bertanda negatif (signifikan) yaitu harga ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar (X1) sebesar -0,6354, yang menunjukkan bahwa semakin mahal ikan kerapu maka penawarannya semakin rendah hal ini dikarenakan harga ikan kerapu yang mahal sehingga penawarannya berkurang sebaliknya jika harga ikan kerapu rendah maka penawarannya banyak artinya bahwa jika ikan kerapu mahal tidak ditawarkan di Kabupaten Kepulauan Selayar tetapi ditawarkan

(56)

42 keluar daerah. Sedangkan faktor determinan penawaran ikan kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar yang bernilai positif yaitu harga ikan teri di Kabupaten Kepulauan Selayar (X2) sebesar 0,0657, yang menunjukkan bahwa semakin mahal harga ikan teri maka harga ikan kerapu yang ditawarkan akan naik juga.

6.2 Saran

Untuk meningkatkan penawaran harga ikan kerapu pemerintah perlu memberikan kebijakan untuk meningkatkan peluang penawaran ikan kerapu kepada konsumen yang lebih luas dengan memberikan bantuan modal atau sarana dan prasarana sehingga tidak terjadi penurunan harga pada ikan kerapu.

(57)

43

DAFTAR PUSTAKA

Agus M.B. 2006. Budidaya Kerapu di Tambak. Kansius. Yogyakarta.

Agus, Widarjono. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan

Bisnis. Edisi Kedua, Fakultas Ekonomi UIJ. Yogyakarta.

Anonim. 2005, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Anwar Hidayat, 2013, Pengantar dan Tutorial Uji Heteroskedastisitas dengan Uji

Glejser, Statistikian.

Asrulsyah, F.A., (2011). Tugas Lingkungan Bisnis Budidaya Kerapu dan Peluang Ekspor. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer. Yogyakarta. Bulanun,U. (2009). Potensi dan Penyebaran Ikan Kerapu, Epinephelus miliaris, di perairan laut kota padang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universtas Bung Hatta. Padang.

Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ernaningsih, D (2016). Kajian Biologi Perikanan Ikan Kerapu Bara di perairan Kabupaten Kepulauan Raja Ampat. Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan universitas Satya Negara Indonesia. Jakarta.

Firdaus, Muhammad.2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta : Bumi Aksara

Froese, R. dan D. Pauly. Editors. 2016. Fish Base. World Wide Web electronic publication.

Ghosali, Imam. 2005. Aplikasai Analisis Multivariate dengan SPSS. Badan Penerbit UNDRI. Jakarta.

Gujarati. 1998. Ilmu Usahatani. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Hanafie, Rita, 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Heemstra, P.C., & Randall, J.E, (1993). FAO Species Catalogue Vol. 16 Groupers

Of The World (Family Sarranidae, Subfamily Epinephelinae): An Annotated And Illustrated Catologue Of The Grouper, Rockcod, Hind, Coral Grouper, And Lyretail Species Known To Date. Food and Agriculture Organization of the United Nations.

(58)

44 Ismi. S., Y.N. Asih, B. Slamet, dan K.T . Suwirya. 2012. Pengaruh kepadatan

Nannochloropsis sp. Pada pemeliharaan larva kerapu bebek (Cromileptes

altivelis) secara terkontrol. J. Ris. Akuakulture, 7(3): 407-419.

Jefri, E. (2015). Keragaman Genetik Dan Rekonstruksi Filogeni Ikan Kerapu Genus Epinephelus Dari Beberapa Perairan Indonesia (Doctoral dissertation, Bogor Agricultural University (IPB).

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Usaha Perikanan Tangkap. Peraturan. bkpm.go.id

Kordi, G. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu Di Tambak. Kanisius, Yogyakarta.

Langkosono. 2007. Budidaya Ikan Kerapu (Serranidae) dan Kualitas Perairan. Neptunus, Vol. 14, No. 1: 61-67

Mankiw, N. Gregory. Teori Makro Ekonomi, Edisi Ke Empat, Erlangga, Jakarta 2000

Mubyarto. 1995. Pengantar ekonomi pertanian. Jakarta : Edisi Ke-Tiga. LP3S. Murtidjo, A. 2002.Budidaya Kerapu Dalam Tambak. Penerbit Kaniskus. Jakarta. Mukadar, N. 2007. Analisis Kadar Protein Pada Ikan Kerapu Macan. Skripsi

Jurusan Kimia FKIP Universitas Darussalam Ambon.

Paruntu C. 1989. Mengkaji teknik polikultur ikan kerapu lumpur (Epinephelus

tauvina) dan ikan boronan samadar (siganus canaliculatus) dalam kurung

apung.Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Samratulangi.Manado. 48 Hal.

Philip, TI. 1986. Pengamatan pada Pertumbuhan Ikan Kerapu Lumpur dan Kerapu Macam dalam Kurung-Kurung Apung. Scientific Report of Mariculture Research and Development Project 9ATA-192) In Indonesia JICA. Hal.400-409.

Sadono, Sukirno. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudirman H & Yusri M.K. 2008. Ikan Kerapu Biologi Eksploitasi Manajemen dan Budidayanya. Yasrif Watampone. Jakarta.

Sugama, K., Tridjoko, B. Slamet, S. Ismi, E. Setiadi, dan S. Kawahara. 2001. Petunjuk teknik produksi benih ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis.

(59)

45 Balai Riset Budidaya Laut Gondol, Pusat Riset dan Pengambangan Eksploirasi laut dan Perikanan dan Japan International Cooperation Agency 40hlm.

Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Sukirno, (2004). Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukirno. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : PT RajaGrafindo

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar : Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Triani SH. 2010. Analisis Fragmen DNA Ikan Kerapu Macan (Epinephelus

fuscoguttatus) yang Tahan dan Rentan terhadap Bakteri Vibrio alginolyticus.

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 11 No.1 : 8-16

Wiadnya. D, Setyohadi. 2014. Sumber Daya Ikan, Lecture handout: Pengantar Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Brawijaya.

WWF-Indonesia. 2011. Budidaya Ikan Kerapu Sistem Keramba Jaring Apung dan Tancap. Jakarta. Hal. 12.

Yusmiati. 2018. Agribisnis Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(60)

46

LAMPIRAN

1. Dokumentasi Penelitian

Gambar 4. Penangkaran Hasil Ikan Tangkap

(61)

47 Gambar 6. Pemberian Pakan Ikan

(62)

48 Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Berganda Pada Program Microsoft Excel Analisis Determinan Penawaran Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar. SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,755103172 R Square 0,5701808 57,02% 42,98% Adjusted R Square 0,501409728 Standard Error 0,567244548 Observations 30 ANOVA Df SS MS F Significa nce F Regression 4 10,6710 6 2,667764 8,290998 0,00021 Residual 25 8,04415 9 0,321766 Total 29 18,7152 2 Coefficients Elastisitas Standard

Error t Stat P-value

Intercept 9,1421 2,78920 1 3,277663 0,00307 LnHRK -0,6354 0,14466 5 -4,39223 0,00018 LnHRTe 0,6057 0,20727 2,922398 0,00727 LnHRTu -0,2428 0,27852 3 -0,87166 0,391687 LnCH 0,0089 0,06550 1 0,135596 0,893227

(63)

49 Lampiran 3. Hasil Tabulasi Harga Ikan Kerapu di Kabupaten Kepulauan Selayar

Bln-Thn Periode Analisis (t)

Penawaran Ikan Kerapu (ton/bln)

Harga Riil Ikan Kerapu (Rp/ton/bln)

Harga Riil Ikan Teri (Rp/ton/bln)

Harga Riil Ikan Tuna

(Rp/Ton/bln) Curah Hujan (ml)

Y X1 X2 X3 X4

t PIK HRK HRTe HRTu CH

Jan-18 1 108,50 940.858 163.814 257.938 446,00 Feb-18 2 270,42 200.276 124.573 243.507 372,00 Mar-18 3 257,25 165.352 115.202 206.850 320,00 Apr-18 4 235,30 180.303 436.844 433.356 260,00 May-18 5 306,80 265.026 264.761 729.431 366,00 Jun-18 6 106,14 1.843.548 1.238.160 1.990.289 186,00 Jul-18 7 103,20 773.876 429.993 964.162 188,00 Aug-18 8 123,42 631.005 137.426 1.003.365 56,00 Sep-18 9 106,35 930.824 241.878 643.840 362,00 Oct-18 10 723,80 466.478 792.335 923.636 449,00 Nov-18 11 451,92 462.267 478.528 1.028.355 366,00 Dec-18 12 720,10 470.319 682.386 724.691 440,00 Jan-19 13 163,75 491.523 159.456 558.419 445,00 Feb-19 14 247,70 257.161 784.422 373.820 409,00 Mar-19 15 520,42 1.656.261 620.001 340.732 389,00 Apr-19 16 31,50 1.388.451 414.199 862.722 242,00 May-19 17 46,80 1.642.219 358.202 945.818 9,00 Jun-19 18 64,90 1.655.370 265.330 1.186.894 293,00 Jul-19 19 147,50 2.407.442 1.090.641 2.311.538 0,00

Gambar

Gambar 1. Grafik Kurva Penawaran
Gambar  2.  Kerangka  Pikir  Analisis  Penawaran  Komoditas  Ikan  Kerapu  di  Kabupaten Kepulauan Selayar
Gambar 3. Peta Kabupaten Kepulauan Selayar
Tabel  2.  Kecamatan  di  Kabupaten  Kepulauan  Selayar  Beserta  Dengan  Luas  Wilayah Menurut Ketinggian Dari Permukaan Laut
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pendamping melakukan pemetaan mulai dari tempat tinggal, keluarga, sekolah pekerjaan, tempat tinggal, ekonomi kemudian identifikasi tersebut akan memunculkan apakah

Alat yang digunakan adalah uji regresi Linier berganda, yaitu analisis tentang variable tergantung (Y) Dependent variable adalah brand choice, dengan variable bebas

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang bersifat penelitian deskriftif kualitatif yang menafsirkan serta menggambarkan keadaan sesuai dengan kenyataan yang

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang melalui BKD Kabupaten Semarang berupaya melakukan manajemen sumber daya manusia

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran Make a Match (MM) lebih baik dari pada siswa dengan model

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) terdapat perbedaan prestasi belajar aspek kognitif siswa antara penggunaan metode TGT dan TAI pada materi pokok sistem

Penggunaan media pembelajaran plastisin untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini.. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat , Vol