• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN SISWA MAN INSAN CENDEKIA SAMBAS MENGENAI PEMILU, DEMOKRASI PANCASILA DAN PILKADA DI KALIMANTAN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN SISWA MAN INSAN CENDEKIA SAMBAS MENGENAI PEMILU, DEMOKRASI PANCASILA DAN PILKADA DI KALIMANTAN BARAT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILU, DEMOKRASI PANCASILA DAN PILKADA DI KALIMANTAN BARAT

Ramuna Astuti*, Ribhan Nafiz Siregar Abstrak

Fenomena yang kita ketahui bahwa siswa ini belum seluruhnya memahami dan mengetahui mengenai pengertian pemilu, pilkada dan demokrasi Pancasila. Hal ini yang biasanya menyebabkan banyak terjadinya kesalahpahaman pemikiran yang terjadi pada para siswa sebagai generasi muda sehingga menyebabkan mereka tidak antusias dalam pelaksanaan pemilu (pilkada). Mereka tidak memikirkan perubahan menuju kebaikan bagi bangsa ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai pemilu dan pilkada, Demokrasi Pancasila dan kaitan antara pemilu dengan Demokrasi Pancasila. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan angket bentuk tertutup dan terbuka. Subyek penelitian ini adalah sampel siswa kelas X dan XI MAN Insan Cendekia Sambas 60 siswa. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) pengetahuan mengenai pemilu dikategorikan sangat baik karena seluruh siswa yang dijadikan responden telah mengetahui pengertian pemilu dan pengetahuan mengenai pilkada dikategorikan sangat baik karena 95% atau 57 siswa dari 60 siswa yang dijadikan responden telah mengetahui pengertian pilkada. 2) Pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai Demokrasi Pancasila dikategorikan kurang baik karena dari 60 siswa yang dijadikan responden yang telah mengetahui pengertian demokrasi Pancasila hanya 43% atau 26 siswa saja, sedangkan 34 siswa lainnya mengaku tidak tahu. 3) Pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai kaitan antara pemilu dengan Demokrasi Pancasila dikategorikan kurang baik karena hanya terdapat 55% atau 33 siswa dari 60 siswa sebagai responden yang mengaku tahu mengenai hubungan antara pemilu dengan demokrasi Pancasila.

Kata Kunci: Pengetahuan, Siswa, Pilkada, Demokrasi, MAN IC Sambas. Abstract

Indonesia is a rich country in Natural Resources, but haven’t optimally utilized, one of which is rumen waste cow and chicken intestines. During this rumen cattle and chicken intestines are thrown away so that cause pollution contamination. Therefore it is necessary to take a wise action to overcome the problem. One of them with the utilization of rumen cow and chicken intestine as liquid organic fertilizer through composting method. Cow rumen containing elements of N, P, K are indispensable plants so potential to be made organic liquid fertilizer. The method of making liquid organic fertilizer from cow rumen waste is adapted from the method of making liquid organic fertilizer from cow urine made by Dahono (2012) by replacing sugarcane drops with brown sugar because it is easier to obtain. In addition added chicken intestine as a supplier of bacteria needed in the composting process. Chicken intestine also contains elements of N, P, K which will increase the nutrient content of N, P, K in the resulting organic liquid fertilizer. By comparing the content of the ingredients found in the organic liquid fertilizer preparation materials, it can be estimated that the liquid organic fertilizer from rumen ox waste contains 0.63% N, 0.41% P and 0.32% K. The content has not been added from the intestine chicken so it is estimated that the content of N, P, K is actually higher than the result

*

(2)

of the calculation. In addition, in terms of abundance of raw materials, ease of manufacture, as well as some advantages of liquid organic fertilizer made from rumen cow and chicken intestines, liquid organic fertilizer is indeed feasible to be made and meet the feasibility standards of liquid organic fertilizer.

Keyword: Knowledge, Election, Election, Democracy, MAN IC Sambas. Pendahuluan

Pemilu merupakan salah satu tonggak penting yang mempresentasikan kedaulatan rakyat sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada negara demokrasi tanpa memberi-kan peluang adanya pemilihan umum yang dilakukan secara sistematik dan berkala. Oleh karenanya pemilu digo-longkan juga sebagai elemen terpenting dalam sistem demokrasi. Apabila suatu negara telah melaksanakan proses pemilu dengan baik, transparan, adil, teratur dan berkesinam-bungan maka negara tersebut dapat dikatakan sebagai negara yang tingkat kedemokratisannya baik namun se-baliknya apabila suatu negara tidak melak-sanakan pemilu atau tidak mampu melaksa nakan pemilunya dengan baik, dimana terjadinya kecurangan, deskriminasi maka negara itu pula dinilai sebagai negara yang anti demokrasi.

Dalam sistem politik negara Indonesia, pemilu merupakan salah satu proses politik yang dilaksanakan setiap lima tahun baik untuk memilih anggota legislatif maupun anggota eksekutif. Anggota legislatif yang dipilih dalam pemilu lima tahun tersebut ter diri dari anggota legislatif pusat/parlemen yang dalam ketatanegaraan Indonesia biasanya disebut sebagai DPR-RI kemudi-an DPRD Daerah Provinsi dkemudi-an DPRD Kabupaten/Kota.

Sementara dalam konteks pemilu untuk pemilihan eksekutif, rakyat telah diberi peluang untuk memilih Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikotanya (Doni Hendrik, 2010:137-138). Besarnya hak rakyat untuk menentukan para pemimpin dalam lembaga eksekutif dan legislatif pada saat ini tidak terlepas dari perubahan dan reformasi politik yang telah bergulir di negara ini sejak tahun 1998, dimana pada

masa-masa sebelumnya hak-hak politik masyarakat sering didiskriminasi dan digunakan untuk kepentingan politik penguasa saja dengan cara mobilisasi, namun rakyat sendiri tidak diberikan hak politik yang sepenuhnya untuk menyeleksi para pemimpin, mengkritisi kebijakan, dan proses dialogis yang kritis sehingga masyarakat dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan-kepentingannya.

Pelaksanaan politik di Indonesia mulai memasuki era yang lebih baik. Peran serta masyarakat sudah mulai terlihat jelas. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan politik menunjukkan bahwa budaya politik yang baik sudah tampak di Indonesia. Partisipasi politik masyarakat merupakan bentuk aktualisasi dari budaya politik yang baik karena peran serta masyarakat dalam kegiatan politik begitu penting sebagai pemeran utama. Partisipasi masyarakat dalam politik menjadi sangat penting bagi negara berkembang seperti Indonesia. Karena hal ini mengandung hak-hak dan kewajiban masyarakat yang akan terlaksanakan seperti dalam hal pemilihan umum. Misalnya dalam pemilihan kepala negara hingga pemilihan bupati dan yang lainnya.

Di Indonesia berpartisipasi politik dijamin oleh negara. Hal ini tercantum dalam UUD 1945 pasal 28 yang berbunyi, “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Selain itu, di atur pula dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh negara mengenai hak pendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama di hadapan hukum dan

(3)

pemerintahan serta hak mendapatkan keadilan.

Menurut Budiardjo (2009:367) bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik antara lain dengan jalan memilih kepala negara secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Dengan demikian partisipasi politik erat kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa diri-nya diperintah orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelengga-raan pemerintah.

Sedangkan menurut Herbert McClosky daam International Encyclopedia of The Socia Sciences (Budiardjo, 1996:183) bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum. Termasuk didalamnya para siswa yang telah memasuki umur 17 tahun sebagai pemilih pemula.

Para siswa tentu sudah mendapatkan sedikit materi mengenai pemilihan umum (Pemilu) atau Pilkada maupun demokrasi Pancasila dari mata pelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). Peran para siswa ini diharapkan mampu memahami dengan benar arti pemilu/pilkada dan demokrasi Pancasila bagi kelangsungan dunia perpolitikan di Indonesia. Selain itu, siswa merupakan generasi muda yang harus mengambil bagian dalam setiap momen yang mampu membuat perubahan ke arah kebaikan dan kemajuan bangsa meski dalam cakupan kecil atau bagian kecil.

Fenomena yang kita ketahui bahwa siswa ini belum seluruhnya memahami dan mengetahui mengenai pengertian (pilkada) dan demokrasi Pancasila. Hal ini yang biasanya menyebabkan banyak terjadinya kesalahpahaman pemikiran yang terjadi pada para siswa sebagai generasi muda sehingga menyebabkan mereka tidak

antusias dalam pelaksanaan pemilu (pilkada). Mereka tidak memikirkan perubahan menuju kebaikan bagi bangsa ini.

Berdasarkan uraian di atas, layak diteliti mengenai pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai pemilu, demokrasi Pancasila dan pilkada di Kalimantan Barat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah: bagaimanakah pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas terhadap pemilu, demokrasi Pancasila dan pilkada di Kalimantan Barat? Adapun perincian pengetahuan yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai pemilu dan pilkada?

2. Bagaimanakah pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai Demokrasi Pancasila? 3. Bagaimanakah pengetahuan siswa

MAN Insan Cendekia Sambas mengenai kaitan antara pemilu dengan Demokrasi Pancasila?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas terhadap pemilihan kepala daerah di Kalimantan Barat. Adapun perincian pengetahuan yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai pemilu dan pilkada.

2. Pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai Demokrasi Pancasila.

3. Pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai kaitan antara pemilu dengan Demokrasi Pancasila.

(4)

4. Manfaat Penelitian

Setelah dilaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas terhadap pemilihan kepala daerah di Kalimantan Barat. Dengan demikian hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa sebagai bahan pengetahuan tam-bahan mengenai pentingnya memahami pelaksanaan pemilu dan demokrasi di Kalimantan Barat khususnya dan Indonesia umumnya.

2. Guru sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan penyuluhan mengenai pentingnya memahami pelaksanaan pe-milu dan demokrasi di Kalimantan Barat khususnya dan Indonesia umumnya terutama guru PKn.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Agar ruang lingkup dari penelitian tidak meluas, dapat memberikan arah penelitian pada permasalahan dan sesuai dengan yang dimaksud peneliti serta keterbatasan waktu, kemampuan dan biaya, maka dalam penelitian ini perlu diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Siswa MAN Insan Cendekia Sambas adalah siswa-siswi yang sekolah dan terdaftar sebagai siswa di MAN Insan Cendekia Sambas pada saat penelitian ini dilaksanakan.

2. Pengetahuan siswa adalah hal-hal yang diketahui atau suatu proses penilaian terhadap obyek dengan menggunakan panca indera oleh siswa mengenai pengertian pemilu, demokrasi Pancasila dan pengertian pilkada di Kalimantan Barat khususnya dan Indonesia umumnya.

3. Pemilu adalah Pemilihan Umum yang biasa dilaksanakan dalam waktu 5 tahun sekali.

4. Pilkada adalah pemilihan kepala daerah yang biasa dilaksanakan dalam waktu 5 tahun sekali.

5. Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945.

Kajian Pustaka Pengetahuan

Para ahli hingga kini masih meng-debatkan definisi pengetahuan, terutama karena rumusan pengetahuan oleh Plato yang menyatakan pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)” (“justified true belief”). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupa-kan hasil dari dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang lain.

Kedalaman pengetahuan yang diper-oleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan yakni: a) Tahu (know), merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah. b) Memahami (comprehension), merupakan suatu untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan

(5)

objek atau materi harus mampu menjelas-kan, menyebutkan contoh, menyimpulmenjelas-kan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c) Aplikasi (application), Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. d) Analisis (analysis), Kemampuan dalam menjabar-kan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut. e) Sintesis (synthesis), Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f) Evaluasi (evaluation). Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat didefinisikan bahwa pengetahuan merupa-kan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep baik melalui proses pendidikan maupun melalui penga-laman. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

Didalam filsafat ilmu, pengetahuan itu disebut pengetahuan yang benar jika telah memenuhi beberapa kriteria kebenaran. Kriteria kebenaran tersebut didasarkan pada beberapa teori antara lain: 1) Teori Koherensi (Theory of Coherence). Berdasarkan teori ini, suatu pengetahuan dianggap benar apabila pengetahuan tersebut kehoren dengan pengetahuan yang ada sebelumnya dan sudah dibuktikan kebenarannya. Didalam pembelajaran matematika hal ini biasanya disebut dengan sifat deduktif. 2) Teori Korespondensi (Theory of Corespondence). Berdasarkan teori ini, suatu pengetahuan dianggap benar jika pengetahuan tersebut mempunyai

hubungan dengan suatu kenyataan yang memang benar. Teori ini didasarkan pada fakta empiris sehingga pengetahuan tersebut benar apabila ada fakta-fakta yang mendukung bahwa pengetahuan tersebut benar. Dengan demikian kebenaran disini didasarkan pada kesimpulan induktif. 3) Teori Pragmatis (Theory of Pragmatism). Menurut teori ini, pengetahuan dikatakan benar apabila pengetahuan tersebut terlihat secara praktis benar atau memiliki sifat kepraktisan yang benar. Pengikut teori ini berpendapat bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai kegunaan yang praktis. (https://navelmangelep.wordpress.com/20 12/02/21/pengetahuan-pengetahuan- ilmiah-penelitian-ilmiah-dan-jenis-penelitian/).

Siswa

Siswa merupakan pelajar yang duduk di meja belajar strata sekolah dasar maupun menengah pertama (SMP), sekolah menengah keatas (SMA). Siswa-siswa tersebut belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan untuk mencapai pemaham an ilmu yang telah didapat dunia pendidik-an. Menurut Kompas (1985), Siswa atau pesetra didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselengarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berpanga-laman., berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri.

(http://www.dosenpendidikan.com/13- pengertian-siswa-menurut-para-ahli-terlengkap/).

Pengertian yang sama diambil dari (Kompas Gramedia, 2005) Siswa adalah komponen masukan dalam system pendi-dikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan siswa dapat ditinjau dan berbagi pendekatan antara lain:

(6)

1. Pendekatan sosial, siswa adalah anggo-ta masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik.

2. Pendekatan psikologi, siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang.

3. Pendekatan edukatif, pendekatan pen-didikan menempatkan siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka system pendidikan menyeluruh dan terpadu. Siswa sekolah dasar masalah-masalah yang muncul belum begitu banyak, tetapi ketika memasuki lingkungan sekolah menengah maka banyak masalah yang muncul karena anak atau siswa sudah memasukiusia remaja. Selain itu juga siswa sudah mulai berfikir tentang dirinya, bagaimana keluarganya, teman-teman pergaulan-nya. Pada masa ini seakan mereka menjadi manusia dewasayang bisa segalanya dan terkadang tidak memikirkan akibatnya. Hal ini yang harus diperhatikan oleh orang tua, keluarga dan tentu saja pihak sekolah (Jawa Pos, 2013).

Pemilu

Menurut Arendt Liphart (Dewi Sri Wahyu, 2014:33), sistem pemilu adalah elemen paling mendasar dari demokrasi perwakilan. Liphart juga berpendapat bahwa sistem pemilu memengaruhi perilaku pemilih dan hasil pemilu, sehingga sistem pemilu juga memengaruhi representasi politik dan system pertanian. Sedangkan menurut Benjuiono Theodore, sistem pemilu adalah rangkaian aturan yang mengekspresikan preferensi politik pemilu. Suara dari pemilih diterjemahkan menjadi kursi.

Undang-undang No.3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, menjelaskan bahwa pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pemilihan umum berarti suatu sarana demokrasi untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka keikutsertaan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintah negara. Perundang-undangan pemilu mengalami pembaruan pada pemilu tahun 1999 menggunakan UU No.3 Tahun 1999, selanjutnya ditetapkan UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu.

Ketentuan umum pemilu di Indonesia sebagai berikut:

1. Pemilihan umum yang kemudian kita sebut dengan pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

2. KPU atau Komisi Pemilihan Umum adalah suatu lembaga yang mempunyai sifat nasional, tetap dan mandiri. Lembaga ini bertugas untuk menyeleng garakan pemilihan umum. KPU Pusat terbagi menjadi KPU provinsi yang kemudian terbagi lagi menjadi KPU kabupaten/kota.

3. Pengawas pemilu adalah panitia yang melakukan pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan pemilu.

4. Penduduk adalah warga negara RI yang berdomisili di Indonesia atau di luar negeri (negara lain).

5. Pemilih adalah penduduk yang memiliki usia sekurang-kurangnya 17 tahun atau sudah/pernah kawin

6. Peserta pemilu yaitu parpol (partai politik) dan perseorangan calon anggota DPD

7. Partai Politik yang merupakan peserta politik adalah partai politik yang telah memenuhi persyaratan sebagai peserta pemilu. Tidak semua parpol dapat menjadi peserta pemilu.

8. Kampanye pemilu yaitu kegiatan peserta pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota dalam rangka mempromosikan, memperkenalkan para peserta pemilu kepada para pemilih. Kampanye digunakan juga

(7)

untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan program-program yang akan direalisasikan apabila terpilih nantinya.

9. Tempat pemungutan suara dan tempat pemungutan suara luar negeri selanjutnya disebut TPS dan TPSLN, definisinya adalah tempat pemilih memberikan suara pada hari yang telah ditentukan (hari pemungutan suara). 10. Bilangan pembagi pemilihan yang

kemudian disebut dengan BPP adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pembagian jumlah suara sah dengan kursi di daerah pemilihan untuk menentukan jumlah kursi di daerah pemilihan untuk menentukan jumlah perolehan kursi parpol peserta pemilu dan terpilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota. 11. Tahapan penyelenggaraan pemilu

adalah rangkaian kegiatan pemilu yang dimulai dari pendaftaran pemilih, pendaftaran peserta pemilu, penetapan peserta pemilu, penetapan jumlah kursi, pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan perhitungan suara, penetapan hasil pemilu, sampai dengan pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota

(http://www.kitapunya.net/2016/02/pe ngertian-pemilu-tujuan-dan-asas-pemilu.html).

Sejak masa pemerintahan orde baru, pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia menganut asas LUBER yaitu Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia. Asas Langsung berarti dalam pemilu, pemilih diharuskan memberikan secara langsung tidak boleh diwakilkan. Asas Umum berarti pemilihan umum atau pemilu ini bisa diikuti oleh seluruh warga negara yang telah memiliki hak untuk menggunakan suaranya. Asas Bebas berarti dalam pemilihan umum, pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Asas Rahasia berarti dalam pemilihan umum, suara yang diberikan pemilih

bersifat rahasia atau hanya diketahui oleh pemilih itu sendiri. Selanjutnya pada era reformasi, berkembang Asas Jurdil yaitu Jujur dan Adil. Asas Jujur berarti pemilihan umum harus dijalankan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang telah memiliki hal bisa memilih sesuai dengan kehendak mereka dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang terpilih nantinya. Asas Adil berarti baik peserta pemilu maupun pemilih mendapatkan perlakuan yang sama tanpa ada pengistimewaan atau diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu (http://www.pelajaran.co.id/2017/24/penge rtian-pemilu-tujuan-bentuk-asas-dan-

sistem-pemilihan-umum-di-indonesia.html). Pilkada

Pilkada merupakan pesta demokrasi rakyat dalam memilih kepala daerah beserta wakilnya yang berasal dari usulan partai politik tertentu, gabungan partai politik atau secara independen dan yang telah memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). Pasca reformasi, demokrasi Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Peningkatan partisipasi publik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara disalurkan melalui pengaturan mekanisme yang semakin mencerminkan prinsip keterbukaan dan persamaan bagi segenap warga Negara. Salah satu bentuknya adalah pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada).

Demokrasi Pancasila

Secara etimologis, istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, “demos” berarti rakyat dan “kratos” atau “kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti “rakyat berkuasa” (government of rule by the people). Istilah demokrasi secara singkat diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

(8)

Selain itu, termasuk dalam pengertian demokrasi ialah cara pemerintah negara yang disebut autocratie” atau”oligarchie”, “yakni pemerintahan yang dilakukan oleh segolongan kecil manusia saja, yang menganggap dirinya sendiri tercakup dan berhak untuk mengambil dan melakukan segala kekuasaan di atas segenap rakyat (http://febrisartika257.wordpress.com/tuga s-media/internet-dan-web-desain/artikel- makalah/partisipasi-masyarakat-dalam- politik-sebagai-implementasi-nilai-nilai-demokrasi-di-indoneisa/).

Negara kita adalah negara demokrasi yang berdasar pada Pancasila, sehingga demokrasi kita disebut dengan demokrasi Pancasila. Salah satu wujud pelaksanaan demokrasi pancasila adalah pemilu. Pemilu sebagai salah satu wujud pelaksanaan nyata demokrasi Pancasila. Banyak ahli telah mendefinisikan demokrasi pancasila menurut pendapat mereka masing-masing. Berikut pengertian demokasi Pancasila:1) Menurut Profesor Dardji Darmo Diharjo adalah paham demokrasi yang bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945. 2) Pengertian demokasi Pancasila berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1978 dan Tahun 1983: pembangunan politik diarah-kan untuk lebih memantapdiarah-kan perwujudan demokrasi Pancasila. Dalam rangka me-mantapkan stabilitas politik dinamis serta pelaksanaan mekanisme Pancasila, maka diperlukan pemantapan kehidupan konsti-tusional kehidupan demokrasi dan tegaknya hukum. 3) Menurut Notonegoro adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 4) Berdasarkan Ensiklopedia Indonesia adalah Pancasila meliputi bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi, serta yang dalam penyelesaian

masalah-masalah nasional yang berusaha sejauh

mungkin menempuh jalan

permusyawaratan untuk mencapai mufakat (http://sistempemerintahannegaraindonesia

.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-demokrasi-pancasila-dan-ciri.html). Asas merupakan prinsip dasar yang menjadi acuan dalam mengambil suatu keputusan penting, untuk memenuhi tujuan penting ini Demokrasi Pancasila menerapkan asas : a) Asas Kerakyatan merupakan asas kesadaran untuk cinta kepada rakyat, manunggal (berpadu) dengan nasib dan cita-cita rakyat, serta memiliki jiwa kerakyatan atau menghayati kesadaran senasib dan secita-cita dengan rakyat. Pada asas kerakyatan, intinya adalah demokrasi pancasila ini memiliki dasar rasa cinta dan padu dengan rakyat supaya memenuhi cita-citanya yang satu. b) Asas Musyawarah merupakan asas yang memperhatikan aspirasi dan kehendak seluruh rakyat yang jumlahnya banyak dan melalui forum permusyawaratan untuk menyatukan pendapat serta mencapai kesepatakan bersama atas kasih sayang, pengobaranan untuk kebahagian bersama.Kemudian pada asas musyarawah, demokrasi pancasila memiliki dasar bahwa musyawarah merupakan media untuk mempersatukan pendapat secara rasa kasih sayang dan pengorbanan untuk kebahagian

rakyat Indonesia (https://www.eduspensa.id/pengertian-asas-dan-ciri-ciri-demokrasi-pancasila/). Metode Penelitian Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Yaitu pencarian secara teoritik maupun empirik (Harun Rasyid 2000: 71). Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif (menggambarkan apa adanya). Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Hal senada juga

(9)

diungkap oleh Hadari Nawawi (1985: 63) bahwa penelitan deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara jelas tentang: Pengetahuan Siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai Pemilu, Demokrasi Pancasila dan Pilkada di Kalimantan Barat.

Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiono (2005: 91), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1991: 104), sampel adalah bagian atau wakil populasi dari yang diteliti. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1991: 144) sampel ialah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian. Dengan demikian sampel dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang dijadikan sebagai sumber data untuk dikaji. Sesuai dengan karakteristik populasi yang ada maka peneliti menggunakan teknik sampling random (stratified random sampling).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Sambas, kelas X dan XI, yang berjumlah 159 orang (siswa). Untuk mempermudah dalam penelitian ini, tidak semua jumlah populasi dijadikan subjek penelitian. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara Slovin dalam Umar dan Husin (1998:75). Untuk lebih jelasnya mengenai keseluruhan populasi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.2 Jumlah populasi siswa MAN Insan Cendekia Sambas

No Kelas/Jurusan Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki (siswa) Perempuan (siswa) 1. X MIA 1 8 16 24 2 X MIA 2 9 14 23 3 X MIA 3 9 14 23 4 X IIS 16 8 24 5 XI MIA 1 8 15 23 6 XI MIA 2 6 9 15 7 XI MIA 3 2 17 19 8 XI IIS 4 4 8 Jumlah 62 97 159

Sumber: MAN Insan Cendekia Sambas Untuk menentukan seberapa besar sampel yang akan diambil dipergunakan cara Slovin (dalam Umar, Husin, 1998: Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi) sebagai berikut:

𝑛 = N

N (d)2+ 1

Keterangan

n = Jumlah Seluruh Sampel N = Ukuran Populasi D = Tingkat Presisi 𝑛 = 159 159 . 0,01 + 1 𝑛 = 159 2,59 = 61,39 = 61 Tabel 3.3 Kelas dan jumlah responden

N o Kelas Responden Laki-laki Perempuan 1 X MIA 1 3 orang 6 orang 2 X MIA 2 3 orang 5 orang 3 X MIA 3 3 orang 5 orang

4 X IIS 6 orang 3 orang 5 XI MIA 1 3 orang 6 orang 6 XI MIA 2 2 orang 3 orang 7 XI MIA 3 1 orang 7 orang 8 XI IIS 2 orang 2 orang Jumla h Orang 37 o r a n g

(10)

Instrumen Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka data yang dihimpun berupa pengetahuan siswa mengenai pemilu, demokrasi Pancasila dan pilkada di Kalimantan Barat khususnya dan Indonesia umumnya. Instrument penelitian berupa angket yang disusun oleh peneliti kemudian dikonsultasikan dengan guru pembimbing secara intensif. Setelah tidak ada revisi maka angket disebarkan kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket yang digunakan adalah bentuk tertutup dan terbuka. Sesuai dengan pendapat Cholid Nurbuko dan Abu Ashmadi (1997: 76) yang menyatakan bahwa metode angket (kuesioner) adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pernyataan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.

Hal yang sama juga diungkap oleh Sugiono (2005: 162), ia menyatakan kuesioner adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau penyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dengan demikian maka jenis angket tertutup yang dimaksud adalah sejumlah pernyataan yang terstruktur, yang memiliki sejumlah jawaban alternatif, sehingga responden tidak diberikan kesem-patan untuk memberikan jawaban lain selain jawaban yang telah tersedia sedangkan angket terbuka yaitu responden diberikan kesempatan memberikan penda-pat sesuai dengan pengetahuannya sendiri. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah usaha untuk memperoleh atau mendapatkan informasi dari responden. Proses pengumpulan data adalah dengan menyebarkan angket kepada responden yaitu 60 siswa kelas X dan XI MAN Insan Cendekia Sambas secara acak tetapi sesuai dengan jumlah sampel yang diambil.

Adapun langkah-langkah yang akanditempuh dalam pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:

1. Proses penyebaran angket, peneliti meminta bantuan kepada masing-masing guru yang mengajar di kelas X dan XI untuk menyebarkan angket kepada siswa yang diajar.

2. Tahap pengisian angket, semua siswa diminta mengisi angket pada waktu disebarkan dan dikumpulkan kembali pada masing-masing guru yang memberikan.

3. Tahap persiapan untuk analisis data yaitu peneliti memeriksa kelengkapan identitas responden dan memeriksa kelengkapan isian angket.

4. Tahap tabulasi yaitu peneliti menghitung frekuensi untuk masing-masing item jawaban dan memasukkan data pada tabel-tabel yang telah disediakan.

Analisis Data

Pada tahap ini data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

P = F / N x 100% (Sugiono, 2007: 21) Dimana:

P : Angka presentase.

F : Frekuensi yang sedang dicari. N : Jumlah sampel (responden)

Data yang diperoleh melalui angket adalah data kualitatif. Untuk mengubah menjadi kuantitatif, teknik yang digunakan adalah persentase. Analisis persentase ini dilakukan tabulasi setiap pertanyaan dalam angket. Dalam setiap item jawaban dicari frekuensi responden yang memilih item jawaban tersebut. Dari frekuensi yang diperoleh ini kemudian dicari persentase jawaban responden dengan cara membagi frekuensi item jawaban dengan jumlah seluruh responden dikalikan seratus persen. Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskrip sikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiono, 2001: 112). Untuk memudahkan

(11)

penilaian terhadap pengetahuan siswa terhadap pelaksanaan pemilu dan demokrasi disusun tabel konversi nilai yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1996: 251) sebagai berikut:

Tabel 3.4 Konversi nilai

Angka 100 Angka 10 Huruf Keterangan 80 – 100 8,0 – 10,0 A Baik Sekali 66 – 79 6,6 – 7,9 B Baik 56 – 65 5,6 – 6,5 C Cukup 40 – 55 4,0 – 5,5 D Kurang ≤ 39 ≤ 3,9 E Gagal

Hasil Dan Pembahasan

Pengetahuan Siswa MAN Insan Cendekia Sambas Mengenai Pemilu dan Pilkada.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa 100% (60 siswa) sudah mengetahui pengertian pemilu. Hasil penelitian penulis terhadap pengertian pemilu yang diketahui oleh siswa MAN Insan Cendekia Sambas adalah baik sekali. Alasannya karena seluruh siswa yang dijadikan responden telah mengetahui pengertian pemilu.

Pengertian pemilu menurut mereka antara lain yaitu 1) Pemilu adalah suatu pemilihan yang diselenggarakan oleh KPU, yang sistematika / prosedur berjalannya diatur dalam UU, bertujuan untuk memilih seseorang sebagai pemimpin baik kecamatan, kabupaten, provinsi maupun nasional, 2) Proses pemilihan pemimpin dengan cara voting dimana setiap rakyat yang telah memenuhi syarat memiliki satu hak suara yang dapat diberikan dengan mengunjungi TPS yang telah ditentukan, 3) Pemilu itu adalah pemilihan umum yang dilakukan oleh masyarakat atau rakyat Indonesia dalam waktu 5 tahun sekali ketika sudah mencakupi batas pemilihan, 4) Pemilu adalah pemilihan umum, 5) Pemilu adalah pemilihan umum, pemilihan umum yang dilakukan secara umum, melibatkan orang umum dan pada tempat umum, 6)

Pemilu (pemilihan umum) adalah pemilihan suatu/seorang kepala daerah/negara/wakil raja yang dilaksanakan rutin setiap 5 tahun sekali dan hanya dilaksanakan oleh orang yang sudah memiliki KTP dan merupakan WNI, dalam pemilu ini setiap orang bebas memilih dengan jujur dan adil dan 7) Pemilu adalah pemilihan umum dimana terdapat rakyat yang sudah memiliki syarat untuk memilih pemimpin dengan cara mencoblos sebuah kertas.

Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Undang-undang Politik 2003, UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum). Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa 95% (57 siswa) memberikan persetujuan diadakannya pemilu dan 5% (3 siswa) tidak setuju diadakannya pemilu.

Alasan yang diberikan oleh para responden yang menyatakan setuju cukup beragam dan penulis rangkumkan sebagai berikut 1) Dalam pemilihan seorang pemimpin haruslah berdasarkan keinginan serta kebutuhan rakyat, dengan adanya pemilu rakyat tetap ambil peran dalam pemilihan seorang pemimpin, 2) Dengan pemilu akan terwujud demokratis dimana pemimpin dipilih seluruh rakyat bukan sebagian rakyat, 3) Karena dengan adanya pemilu masyarakat merasa terhargai dengan pilihan mereka dan meminimalisir kecurangan yang terjadi, 4) Agar rakyat dapat memilih pemimpin sesuai dengan keinginan dan hati nuraninya, 5) Supaya tidak ada kecurangan, 6) Karena dengan adanya pemilu, rakyat Indonesia dapat memilih pemimpin secara LUBER dan JURDIL dan tidak ada kecurangan dalam pemilihan pemimpin dan rakyat di pelosok negeri pun bisa merasakan memilih pemimpinnya sendiri dan 7) Karena Indonesia adalah negara demokrasi.

(12)

Alasan responden yang menyatakan tidak setuju yaitu karena dalam pemilu itu tidak semua pemilih mengetahui karakter masing-masing calon, lebih haik dengan cara musyawarah petinggi negara dan Pemilu hanya berdasarkan suara rakyat dan tidak semua rakyat paham dengan hakikat pemilu. Alasan yang diberikan sebagian besar responden yang setuju sesuai dengan tujuan diadakannya pemilu di Indonesia yaitu melaksanakan kedaulatan rakyat, sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat, untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD dan DPRD serta memilih Presiden dan Wakil Presiden, melaksanakan pergantian personal pemerintahan secara damai, aman dan tertib (secara konstitusional) serta menjamin kesinambungan pembangunan nasional

(https://www.eduspensa.id/asas-dan-tujuan-pemilu-di-indonesia/).

Pemilihan umum merupakan sarana legal untuk pergantian kekuasaan. Disamping bertujuan untuk pergantian kekuasaan, pemilu juga bermanfaat sebagai ruang evaluasi atas kepemimpinan lima tahunan oleh masyarakat. Pemilihan umum atau disingkat pemilu dalam tataran praktisnya adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan politik tersebut mulai dari presiden, gubernur, bupati/walikota serta wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa 95% (57 siswa) sudah mengetahui pengertian pilkada dan 5% (3 siswa) tidak tahu mengenai pengertian pilkada. Hasil penelitian penulis terhadap pengertian pilkada yang diketahui oleh siswa MAN Insan Cendekia Sambas adalah baik sekali. Alasannya karena 95% atau 57 siswa dari 60 siswa yang dijadikan responden telah mengetahui pengertian pilkada. Pengertian pilkada menurut responden yang menyatakan tahu antara lain yaitu 1) Pilkada adalah pemilihan kepala daerah, 2) Pemilihan kepala pemerintahan di tingkaat provinsi dan

tingkat kabupaten/kota, 3) Pilkada merupakan pemilihan kepala daerah dilaksanakan di daerah masing-masing untuk memilih kepala daerah pilihan hati rakyat, 4) Pilkada adalah pemilihan kepala daerah memilih suatu pemimpin yang akan memimpin daerah dengan cara demokrasi, 5) Pilkada adalah pemilihan kepala daerah yaitu gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati dan walikota, 6) Pilkada adalah pemilihan kepala daerah pengertiannya sama dengan pemilu namun pilkada bersifat kedaerahan dan 7) Pilkada adalah pemilihan kepala daerah yang dilakukan 5 tahun sekali yang dipilih secara bebas oleh rakyat menurut hati nuraninya masing-masing.

Pilkada merupakan pesta demokrasi rakyat dalam memilih kepala daerah beserta wakilnya yang berasal dari usulan partai politik tertentu, gabungan partai politik atau secara independen dan yang telah memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). Pengertian yang diberikan oleh para responden sudah sesuai dengan pengertian umum pilkada yaitu pemilihan kepala daerah.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa 92% (55 siswa) memberikan persetujuan diadakannya pilkada dan 8% (5 siswa) tidak setuju diadakannya pilkada.

Alasan yang diberikan oleh para responden yang menyatakan setuju diadakannya pilkada cukup beragam dan penulis rangkumkan sebagai berikut 1) Karena perlunya peningkatan kinerja daerah atau tidak jenuh dengan suara rakyat/masyarakat tersalurkan, 2) Agar kita memiliki seorang pemimpin dan juga agar kita diberikan kebebasan pendapat untuk memilih, 3) Dengan diadakannya pilkada, pemimpin daerah yang terpilih akan sesuai dengan kriteria pemimpin yang di inginkan oleh masyarakat daerah tersebut, 4) Setuju juga karena apabila dilakukan dengan cara musyawarah akan sulit tercapai kata mufakat sehingga dilaksanakannya pilkada yang berdasarkan suara terbanyak, 5)

(13)

Karena pemilihan kepala daerah itu didasarkan atas asas demokrasi, sehingga rakyat dapat menghendaki keinginannya, 6) Dari hasil pilkada nanti kita dapat melihat siapa-siapa yang baik untuk menjadi pemimpin kita, jika pemimpinnya baik insyaAllah yang dipimpinnya akan baik juga dan 7) Karena pilkada merupakan hak setiap rakyat.

Pasca reformasi, demokrasi Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Peningkatan partisipasi publik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara disalurkan melalui pengaturan mekanisme yang semakin mencerminkan prinsip keterbukaan dan persamaan bagi segenap warga Negara. Salah satu bentuknya adalah pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada). Adapun tujuan diadakannya pilkada yaitu menciptakan warga Indonesia untuk senantiasa bisa memimpin bukan dipimpin, untuk pengatur ketertiban suatu daerah, untuk menjamin pembangunan suatu daerah baik transportasi maupun konstruksi, menciptakan kondisi yang bahagia dan sejahtera bagi warganya serta mengawasi keadaan daerah yang selalu kontinu baik dari segi kualitas maupun kuantitas orang di daerah (Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/6168459#readm ore).

Hal ini sesuai dengan pendapat dari responden yang setuju diadakannya Pilkada yaitu memilih pemimpin yang sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga mampu mengakomodir semua keperluan dan kebutuhan masyarakat di daerah. Pengetahuan siswa mengenai pilkada Kalbar diadakan di tahun 2018 yaitu 90% (54 siswa) menyatakan tahu dan 10% (6 siswa) menyatakan tidak tahu. Pengakuan siswa berkontribusi dalam pilkada Kalbar pada tanggal 27 Juli 2018 adalah 30% (18 siswa) mengaku menggunakan hak suaranya dalam pilkada dan 70% (42 siswa) mengaku tidak menggunakan hak suaranya dalam pilkada Kalbar. Dari data di atas diketahui bahwa pengetahuan siswa mengenai pilkada Kalbar di tahun 2018

dikategorikan baik sekali. Alasannya karena terdapat 90% atau 54 siswa dari 60 siswa sebagai responden yang mengaku tahu mengenai pilkada Kalbar. Namun untuk pemberian suara pada pilkada Kalbar pada tanggal 27 Juni 2018, hanya 30% atau 18 siswa saja yang akan menggunakan hak pilih mereka.

Alasan mereka akan memberikan suara pada pilkada Kalbar pada tanggal 27 Juni 2018 yaitu 1) Karena saya telah memiliki syarat untuk memilih dan ingin berpartisipasi dalam menentukan pemimpin Kalbar untuk masa depan, 2) Karena sebagai orang yang cerdas dan memiliki visi kedepan, saya ingin memiliki pemimpin yang berkompeten, 3) Karena saya tidak ingin hak suara saya terbuang sia-sia, karena 1 suara itu sangat berarti untuk menentukan nasib suatu daerah, 4) Karena suara rakyat dibutuhkan untuk pemilihan umum kepala daerah dan kita harus memilih, jangan golput ya dan memilihnya itu harus LUBERJURDIL dan 5) Karena saya sudah 17 tahun, sedangkan alasan yang diberikan oleh responden yang tidak memberikan hak suara mereka yaitu dikarenakan syarat untuk memberikan suara dalam pemilihan umum berusia minimal 17 tahun, saya belum cukup umur untuk melakukan pemilu (masih 15 tahun). Dari respon yang diberikan oleh responden di atas menunjukkan bahwa para siswa ini sudah memahami pentingnya mengikuti pemilu atau pilkada untuk memilih pemimpin yang tepat menurut mereka.

Pengetahuan Siswa MAN Insan Cendekia Sambas Mengenai Demokrasi Pancasila.

Mengenai pengertian demokrasi Pancasila, 43% (26 siswa) yang mengetahui pengertian demokrasi Pancasila dan 57% (34 siswa) tidak mengetahui pengertian demokrasi Pancasila. Hasil penelitian penulis terhadap pengertian demokrasi Pancasila yang diketahui oleh siswa MAN Insan Cendekia Sambas adalah kurang

(14)

Baik. Alasannya karena dari 60 siswa yang dijadikan responden yang telah mengetahui pengertian demokrasi Pancasila hanya 43% atau 26 siswa saja, sedangkan 34 siswa lainnya mengaku tidak tahu.

Pengertian demokrasi Pancasila menurut responden yang mengaku tahu antara lain yaitu 1) Demokrasi yang didasarkan/dilandaskan kepada Pancasila, 2) Demokrasi yang berlaku di Indonesia yang pelaksanaannya berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, 3) Demokrasi adalah gagasan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewa-jiban serta perlakuan yang sama dalam suatu pemerintahan, jadi intinya demokrasi yang berdasarkan Pancasila, 4) Menurut saya demokrasi pancasila merupakan demokrasi yang berlandaskan pancasila yang mengutamakan masyarakat dan kepentingan bersama, 5) Demokrasi Panca sila adalah demokrasi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, yang sesuai kepribadian masyarakat Indonesia, 6) Demokrasi Pancasila adalah penyeleng-garaan negara yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan berdasarkan dasar-dasar Pancasila dan 7) Dulu saya tahu, namun sayangnnya seiring berjalannya waktu ingatan saya terhadap demokrasi Pancasila mulai memudar hingga saya lupa. Bila dilihat dari pengertian yang diberikan responden mengenai pengertian demokrasi Pancasila ternyata ada yang lupa padahal dulunya pernah tahu. Sebenarnya hal seperti ini sangat riskan bagi siswa karena bagaimanapun juga siswa apalagi di tingkat Aliyah atau SMA merupakan masa kritis bagi mereka untuk mempelajari hal-hal yang penting termasuk demokrasi yang dilaksanakan di Indonesia. Usia SMA atau Aliyah merupakan masa awal mereka seharusnya mengenal dan memahami secara benar mengenai demokrasi diterapkan di Indonesia yaitu demokrasi Pancasila. Bukan malah sebaliknya siswa tidak tahu mengenai demokrasi Pancasila. Logikanya apabila pengertian saja tidak diketahui apalagi pelaksanaan dari

demokrasi Pancasila itupun tidak akan pernah dimengerti oleh siswa.

Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem“demokrasi” di banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkemba-ngan politik suatu negara. Menurut Wikipedia Indonesia, demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintah-an suatu negara sebagai upaya mewujudkpemerintah-an kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Demokrasi yang dianut di Indonesia yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat berbagai tafsiran serta pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusionil cukup jelas tersirat di dalam Undang Undang Dasar 1945. Selain dari itu Undang-Undang Dasar kita menyebut secara eksplisit dua prinsip yang menjiwai naskah itu dan yang dicantumkan dalam penjelasan mengenai Sistem Pemerintahan Negara, yaitu: 1) Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat). Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machstaat) da 2) Sistem

(15)

Konstitusionil. Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar), tidak bersifat Absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Berdasarkan dua istilah Rechstaat dan sistem konstitusi, maka jelaslah bahwa demokrasi yang menjadi dasar dari Undang-Undang Dasar 1945, ialah demokrasi konstitusionil. Di samping itu corak khas demokrasi Indonesia, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dimuat dalam Pembukaan UUD. Dengan demikian demokrasi Indonesia mengandung arti di samping nilai umum, dituntut nilai-nilai khusus seperti nilai-nilai yang memberikan pedoman tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, tanah air dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah dan masyarakat, usaha dan krida manusia dalam mengolah lingkungan hidup. Pengertian lain dari demokrasi Indonesia adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawa-ratan perwakilan, yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (demokrasi pancasila).

Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk kepada ucapan Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat yang menyatakan bahwa demokrasi suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (Idris Israil, 2005:51). Secara ringkas, demokrasi Pancasila memiliki beberapa pengertian sebagai berikut: 1) Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan. 2) Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara

dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat. 3) Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial. 4) Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.

Pengetahuan Siswa MAN Insan Cendekia Sambas Mengenai Kaitan Antara Pemilu Dengan Demokrasi Pancasila.

Pengetahuan mengenai hubungan antara pemilu dengan demokrasi Pancasila adalah 55% (33 siswa) mengaku mengeta-hui hubungan antara pemilu dengan demokrasi Pancasila dan 45% (27 siswa) mengaku tidak mengetahui hubungan antara pemilu dengan demokrasi Pancasila. Dari data di atas diketahui bahwa pengetahuan siswa mengenai hubungan antara pemilu dengan demokrasi Pancasila dikategorikan kurang baik. Alasannya karena hanya terdapat 55% atau 33 siswa dari 60 siswa sebagai responden yang mengaku tahu mengenai hubungan antara pemilu dengan demokrasi Pancasila.

Alasan yang diberikan oleh responden yang mengetahui hubungan antara pemilu dengan demokrasi Pancasila antara lain yaitu 1) Pancasila ialah falsafah, ideologi dan landasan dalam kehidupan bangsa Indonesia sehingga demokrasi Pancasila harus digunakan dalam pemilu yang akan diselenggarakan, 2) Karena sistem pemerintahan Indonesia demokrasi yang dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat serta berlandaskan Pancasila, 3) Karena pemilihan umum diselenggarakan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang mengikut sertakan seluruh rakyat Indonesia bukan sekelompok golongan saja sehingga akan menghindari disintegrasi bangsa dan 4) Dalam memilih hendaknya kita mencari pemimpin yang merakyat yang telah

(16)

berpengalaman serta memilih pemimpin berdasarkan Pancasila

Pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam konstitusi negara kita, pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD RI 1945) menyebutkan: “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.

Makna kedaulatan rakyat yang dimaksud sama dengan makna kekuasaan tertinggi, yaitu kekuasaan yang terakhir dalam wewenang untuk membuat keputus-an. Tidak ada satu pasalpun yang secara eksplisit menyebutkan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara demokrasi. Namun karena implementasi kedaulatan adalah di tangan rakyat, itu berarti tidak lain adalah demokrasi itu sendiri. Dengan demikian, secara implisit dapatlah dikatakan bahwa negara Republik Indonesia adalah negara demokrasi.

Permaknaan kedaulatan di tangan rakyat dalam perwujudannya manakala negara atau pemerintah menghadapi masa-lah besar yang bersifat nasional, baik di bidang ketatanegaraan, hukum, politik, ekonomi, agama dan sosial budaya, maka semua warga negara diundang atau diwajibkan untuk ikut serta berpartisipasi membahas, merembuk, menyatakan pendapat serta membuat suatu keputusan bersama. Keputusan bersama ini dilakukan melalui pemilihan umum, inilah prinsip demokrasi yang esensial. Dalam Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) dijelaskan bahwa kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu lembaga yang bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia (Vertretungsorgan des Willens des Staatsvolkes).

Majelis ini bertugas mempersiapkan Undang-undang Dasar dan menetapkan

garis-garis besar haluan negara. MPR juga mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan wakilnya (Wakil Presiden). MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara, sedangkan Presiden bertugas menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh MPR. Di sini, peran Presiden adalah sebagai mandataris MPR, maksudnya Presiden harus tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.

Dalam perkembangan selanjutnya setelah UUD 1945 diamandemen, lembaga MPR tidak berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara yang berwenang mengangkat presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, melainkan berkedudukan setara dengan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya. Dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia UUD 1945 hasil amandemen ketiga tahun 2001, Pemilihan Umum diatur dalam Bab VII B pasal 22 E yang berbunyi :

1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali. 2) Pemilihan umum diselenggarakan

untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.

4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah perseorangan.

5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. 6) Ketentuan lebih lanjut tentang

pemilihan umum diatur dengan undang-undang.

Simpulan

1. Pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai pemilu dan pilkada yaitu pengetahuan mengenai

(17)

pemilu dikategorikan baik sekali karena seluruh siswa yang dijadikan responden telah mengetahui pengertian pemilu dan pengetahuan mengenai pilkada dikate-gorikan baik sekali karena 95% atau 57 siswa dari 60 siswa yang dijadikan responden telah mengetahui pengertian pilkada.

2. Pengetahuan siswa MAN Insan Cendekia Sambas mengenai Demokrasi Pancasila dikategorikan kurang baik karena dari 60 siswa yang dijadikan responden yang telah mengetahui pengertian demokrasi Pancasila hanya 43% atau 26 siswa saja, sedangkan 34 siswa lainnya mengaku tidak tahu. 3. Pengetahuan siswa MAN Insan

Cendekia Sambas mengenai kaitan antara pemilu dengan Demokrasi Pancasila dikategorikan kurang baik karena hanya terdapat 55% atau 33 siswa dari 60 siswa sebagai responden yang mengaku tahu mengenai hubungan antara pemilu dengan demokrasi Pancasila.

Saran

Agar pengetahuan mengenai pemilu, pilkada dan yang terutama demokrasi Pancasila dapat dipahami oleh siswa, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada Kepala Madrasah agar bisa memberikan teladan bersama bapak ibu guru MAN Insan Cendekia Sambas dengan cara memberikan pemahaman secara langsung maupun tidak langsung terutama mengenai demokrasi Pancasi-la daPancasi-lam menentukan pemilihan ketua OSIS atau ketua kelas.

2. Kepada Guru-Guru MAN Insan Cendekia Sambas: Guru sebagai pendidik bangsa harus memberikan pemahaman melalui materi mengenai Demokrasi Pancasila, bukan hanya guru PPKn saja, agar siswa memiliki pemahaman yang bagus dan dapat menerapkannya dengan benar yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 3. Kepada Siswa MAN Insan Cendekia

Sambas: Siswa harus proaktif belajar memahami mengenai demokrasi Panca-sila yang dilaksanakan di Indonesia.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mu’iz, Utsman. (2000). Tarbiyah Siyasah Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Solo: Era Inter media.

Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/6168459#readmore

Cholid Nurbuko dan Abu Ahmadi. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta

: Balai Pustaka

Dewi Sri Wahyu. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI SMA/MA/SMK. Jakarta: Citra Pustaka.

Doni Hendrik. 2010. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Padang Tahun 2008. Jurnal DEMOKRASI No.2. Vol. IX.

Hadari Nawawi. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Harun Rasyid. 2000. Metode Penelitian Kuantitatif. Pontianak: Diktat Kuliah

http://www.dosenpendidikan.com/13-pengertian-siswa-menurut-para-ahli-terlengkap/ http://www.kitapunya.net/2016/02/pengertian-pemilu-tujuan-dan-asas-pemilu.html http://www.pelajaran.co.id/2017/24/pengertian-pemilu-tujuan-bentuk-asas-dan-sistem-pemilihan-umum-di-indonesia.html http://www.softilmu.com/2015/12/Pengertia-Fungsi-Peran-Komponen-Bentuk-Budaya-Politik-Adalah.html https://navelmangelep.wordpress.com/2012/02/21/pengetahuan-pengetahuan-ilmiah-penelitian-ilmiah-dan-jenis-penelitian/ https://www.eduspensa.id/asas-dan-tujuan-pemilu-di-indonesia/ https://www.eduspensa.id/pengertian-asas-dan-ciri-ciri-demokrasi-pancasila/

Israil, Idris. 2005. Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran Kewarganegaraan. Malang: Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Karim, A.G. 2013. Anak Muda Cerdas Berdemokrasi. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum (UU No. 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan Umum).

(19)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sugiono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiono. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kuantitif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rinika Cipta.

Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Umar dan Husin. 1998. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 28.

Gambar

Tabel 3.2 Jumlah populasi siswa MAN  Insan Cendekia Sambas
Tabel 3.4 Konversi nilai

Referensi

Dokumen terkait

1. Penghijauan kembali hutan bertujuan untuk melestarikan .... Pengambilan bahan alam akan membawa dampak yang buruk terhadap…. Kebakaran hutan dapat terjadi jika ada yang membuka

Secara ekologi, perkembangan ikan karang disebabkan karena beberapa faktor, yaitu (1) mobilitas dan ukuran ikan, yaitu ikan karang umumnya relatif tidak

Hasil Hasil analisis antara hubungan faktor jenis pasien dengan tingkat kepuasan pasien di instalasi radiologi Rumah Sakit Putri Hijau diperoleh dari 182 orang pasien BPJS

Moramo pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, dengan ini perusahaan tersebut diatas diundang untuk mengikuti tahap pembuktian kualifikasi, Negosiasi dan Klarifikasi yang akan

Pemerintah sebagai badan pengatur (regulator) mewajibkan setiap perusahaan asuransi untuk menyampaikan informasi mengenai tingkat solvabilitas perusahaan dengan

1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3). 2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus selalu higienis. 3) Setiap jenis makanan

f) Waktu sekolah. Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Waktu belajar pagi hari adalah waktu yang

dilakukan memerlukan biaya yang cukup besar, maka pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan harus dikapitalisasi dengan menghapuskan harga perolehan