• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN SUHU PERMUKAAN LAUT DARI DATA NOAA-AVHRR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN SUHU PERMUKAAN LAUT DARI DATA NOAA-AVHRR"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan”

Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 153

LAMPIRAN B-5a

PENENTUAN SUHU PERMUKAAN LAUT DARI DATA

NOAA-AVHRR

Disusun oleh:

(2)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan” Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 154

(3)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan”

Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 155

PENENTUAN SUHU PERMUKAAN LAUT DARI DATA

NOAA-AVHRR

Dra. Maryani Hartuti, M.Sc.

Bidang Pemantauan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, PUSBANGJA LAPAN Jl. LAPAN 70 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur 13710

Telp. 8710065 Fax 8722733 Email: mhartuti@yahoo.com

1. Pendahuluan

Suhu permukaan laut merupakan parameter oseanografi yang dapat diukur secara langsung oleh sensor satelit yang bekerja pada spektrum infra merah termal. Satelit yang mempunyai sensor infra merah termal antara lain Landsat, NOAA, Aqua/Terra, Fengyun, dan ERS. Karakteristik sensor infra merah termal pada beberapa satelit dapat dilihat pada Tabel 1. Landsat-TM (Landsat-5) mempunyai resolusi spasial 120 x 120 m2 dan Landsat-ETM (Landsat-7) mempunyai resolusi 60 x 60 m2 pada kanal

infra merah termal sehingga dapat memberikan variasi spasial yang cukup terinci. Data tersebut banyak dimanfaatkan untuk analisa yang memerlukan resolusi spasial tinggi seperti untuk mengetahui sebaran limbah termal. NOAA-AVHRR dan Fengyun mempunyai resolusi spasial 1,1 x 1,1 km2 tetapi dengan resolusi temporal sampai 2 kali sehari

sehingga dapat memberikan informasi suhu permukaan laut harian, mingguan, maupun bulanan.

Suhu permukaan laut dari data penginderaan jauh mempunyai berbagai potensi aplikasi seperti untuk klimatologi, perubahan suhu permukaan laut global, respon atmosfer terhadap anomali suhu permukaan laut, prediksi cuaca, pertukaran gas antara udara dengan permukaan laut, pergerakan massa air, studi polusi, perikanan, dan dinamika oseanografi seperti fenomena eddi, gyre, front dan upwelling (Robinson, 1991).

Tabel 1. Karakteristik sensor infra merah termal

Sensor Panjang gelombang Resolusi spasial Resolusi temporal Landsat-TM (Landsat 5) Kanal 6: 10.40-12.50 μm 120 x 120 m 2 16 hari Landsat-ETM (Landsat 7) Kanal 6: 10.40-12.50 μm 60 x 60 m 2 16 hari

NOAA-AVHRR Kanal 3A: 1.57-1.64 μm 3B: 3.55-3.93 μm Kanal 4: 10.3-11.3 μm Kanal 5: 11.5-12.5 μm 1.1 x 1.1 km2 2 kali sehari Fengyun Kanal 3: 3.55-3.95 μm Kanal 4: 10.3-11.3 μm Kanal 5: 11.5-12.5 μm 1.1 x 1.1 km2 2 kali sehari

(4)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan” Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 156

Pengukuran suhu dari data penginderaan jauh didasarkan pada prinsip bahwa tiap benda memancarkan energi elektromagnetik sesuai dengan suhu, panjang gelombang dan emisivitas. Suhu yang dideteksi oleh sensor termal adalah suhu kecerahan (brightness temperature). Pada benda hitam sempurna (black body), nilai suhu kecerahan sama dengan suhu benda tersebut. Setiap benda di permukaan bumi mempunyai emisivitas e (e<1) yang berbeda yang mengemisikan energi elektromagnetik sebesar e.I, di mana I adalah radiansi benda hitam pada suhu yang sama. Jadi, nilai e dan radiansi yang diemisikan harus diukur agar dapat menghitung suhu dengan tepat (lihat Gambar 1).

Tetapi, nilai e untuk air laut hampir mendekati 1 dan juga relatif konstan sementara nilai e untuk permukaan bumi adalah tidak homogen. Jadi, suhu permukaan laut dapat diperkirakan dengan lebih akurat dari pada suhu permukaan darat. Karena suhu kecerahan aktual mencakup radiansi yang diemisikan dari atmosfer, hal ini akan menyebabkan galat (error) suhu sebesar 2-3oC antara suhu permukaan laut sebenarnya

dengan suhu kecerahan yang dihitung dari data satelit. Oleh karena itu, koreksi atmosfer sangat penting untuk pengukuran suhu permukaan laut secara akurat (Murai, 1999).

(5)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan”

Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 157

2. Penentuan suhu permukaan laut dari data NOAA-AVHRR

NOAA-AVHRR mempunyai resolusi temporal yang tinggi sehingga berpotensi untuk aplikasi perikanan. Saat ini terdapat 4 seri satelit NOAA yang masih beroperasi, yaitu NOAA-15, NOAA-16, NOAA-17, dan NOAA-18 yang masing-masing melintasi lokasi yang sama 2 kali sehari. Pengolahan data NOAA-AVHRR untuk memperoleh informasi suhu permukaan laut, terdiri atas dua tahap, yaitu (a) Kalibrasi radiometrik, (b) Perhitungan suhu permukaan laut

a. Kalibrasi kanal infra merah termal (kanal 3B, 4, 5)

Kalibrasi kanal infra merah termal selengkapnya diuraikan dalam NOAA KLM User’s Guide (http://www2.ncdc.noaa.gov/docs/klm).

Pada tiap baris scan in-orbit, sensor AVHRR mengamati tiga tipe target yang berbeda, seperti pada Gambar 2. Pertama, memberikan keluaran 10 count ketika mengamati angkasa (cold space), kemudian count tunggal untuk tiap 2048 pixel target permukaan bumi, dan 10 count ketika mengamati target blackbody internal (Sebenarnya hanya cermin scan AVHRR yang berotasi). Target angkasa (cold space) dan blackbody internal digunakan untuk kalibrasi AVHRR, karena nilai radiansi dapat secara independen ditentukan untuk tiap target.

(6)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan” Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 158

Suhu blackbody internal (TBB) diukur oleh empat platinum resistance thermistor

(PRT) yang terdapat pada instrumen AVHRR. Radiansi (NBB) yang diterima oleh AVHRR

dari blackbody internal pada tiap kanal termal dihitung dari TBB dan fungsi respon

spektral tiap kanal tersebut. Nilai radiansi angkasa (radiance of space), NS, yang

dirancang untuk secara akurat menjelaskan informasi pre-launch, dihitung dari data pre-launch. Radiansi tersebut, bersama dengan count space rata-rata (Cs) dan count blackbody rata-rata (CBB) menyediakan 2 titik (CBB, NBB) dan (CS, NS) pada grafik radiansi

versus count. Garis lurus yang ditarik antara kedua titik tersebut menghasilkan radiansi linier versus perkiraan count. Keluaran count AVHRR dari permukaan bumi (CE)

dimasukkan ke dalam persamaan linier tersebut dan menghasilkan radiansi linier NLIN.

Pengukuran pre-launch menunjukkan bahwa grafik radiansi aktual versus count adalah kuadratik sehingga NLIN merupakan input dalam persamaan kuadrat, yang didefinisikan

dalam pengukuran pre-launch, untuk memberikan koreksi radiansi nonlinier NCOR.

Radiansi yang datang dari bumi, NE, yang menghasilkan nilai count keluaran AVHRR, CE,

diperoleh dengan menambahkan NCOR pada NLIN. Suhu blackbody, TE selanjutnya dapat

dihitung dari nilai radiansi NE.

Langkah 1. Menghitung suhu blackbody internal (TBB)

Suhu target blackbody internal diukur dengan 4 PRT. Pada tiap baris scan, data word 18, 19, dan 20 dalam format frame minor HRPT mempunyai 3 nilai dari 4 PRT. PRT yang berbeda disampling pada tiap baris scan; setiap baris scan ke-lima, semua ketiga nilai PRT adalah 0 yang menunjukkan bahwa satu set 4 data PRT telah disampling. Nilai count CPRT dari tiap PRT dihitung menjadi suhu dengan formula:

(1) Nilai koefisien d0, d1, d2, d3, dan d4 untuk tiap PRT ditampilkan pada Tabel 2 untuk

satelit NOAA-15, 16, 17, dan 18.

Untuk menghitung suhu blackbody internal TBB, NESDIS menggunakan perata-rataan:

(7)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan”

Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 159

Langkah 2. Menghitung radiansi blackbody internal (NBB)

Radiansi NBB pada tiap kanal termal dari blackbody internal pada suhu TBB adalah

rataan terbobot fungsi Planck pada response spektral kanal tersebut. Fungsi respon spektral untuk tiap kanal diukur pada sekitar 200 internal panjang gelombang dan disediakan bagi NESDIS oleh pembuat instrumen. Secara praktis, suatu look-up tabel yang menghubungkan radiansi dengan suhu dibuat untuk tiap kanal. Tiap tabel menunjukkan radiansi pada tiap 1/10 derajat Kelvin antara 180 dan 340K. Tabel ini disebut “Tabel Energi”. Didapatkan bahwa persamaan dua-langkah berikut secara akurat menghasilkan Tabel Energi setara dengan suhu blackbody dengan ketelitian ± 0.01K pada range 180 sampai 340K. Tiap kanal termal mempunyai satu persamaan, yang menggunakan bilangan gelombang pusat (centroid wavenumber), νC, dan suhu blackbody

“efektif”, TBB*. Persamaan dua-langkah tersebut adalah:

(3)

(4) di mana konstanta radiasi c1 dan c2 adalah:

c1 = 1.1910427 x 10-5 mW/(m2-sr-cm-4)

c2 = 1.4387752 cm-K .

Nilai νC dan koefisien A dan B untuk kanal 3B, 4, dan 5 NOAA-15, 16, 17, dan 18

ditampilkan pada Tabel 3. Bilangan gelombang pusat tunggal untuk tiap kanal menggantikan metode sebelumnya, yang menggunakan bilangan gelombang pusat yang berbeda untuk tiap empat range suhu.

Langkah 3. Menghitung radiansi permukaan bumi (NE) menggunakan koreksi

non-linier

Keluaran dari dua target kalibrasi in-orbit digunakan untuk menghitung perkiraan linier dari radiansi permukaan bumi NE. Tiap baris scan, AVHRR mengukur target

(8)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan” Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 160

blackbody internal dan mengeluarkan 10 nilai count untuk tiap tiga detektor kanal termal; yang terletak pada words 23 sampai 52 dalam susunan data HRPT. Ketika AVHRR mengarah ke angkasa (cold space), 10 count dari tiap lima kanal dikeluarkan dan disimpan pada word 53 sampai 102. Nilai count tiap kanal dirata-ratakan untuk menghaluskan noise acak; seringkali counts dari 5 baris scan yang berurutan dirata-ratakan karena diperlukan 5 baris untuk memperoleh satu set pengukuran seluruh 4 PRT. Count blackbody rata-rata, CBB, dan count angkasa (space) rata-rata, CS, bersama

dengan radiansi blackbody NBB dan radiance angkasa, NS, digunakan untuk menghitung

perkiraan radiansi linier, NLIN,

(5) di mana CE adalah keluaran count AVHRR pada target permukaan bumi (2048 count tiap

baris scan).

Detektor kanal termal 3B mempunyai respon linier terhadap radiansi yang datang sehingga radiansi linier yang dihitung dengan persamaan (5) merupakan nilai sebenarnya untuk kanal 3B. Untuk kanal ini, nilai radiansi angkasa NS adalah = 0; sehingga tidak

diperlukan koreksi non linier.

Detektor Mercury-Cadmium-Telluride yang digunakan untuk kanal 4 dan 5 mempunyai respon non linier terhadap radiansi yang datang. Pengukuran laboratorium pada pre-launch menunjukkan bahwa:

a. radiansi scene adalah fungsi non linier (kuadratik) dari count keluaran AVHRR. b. Ketidaklinieran tersebut tergantung pada suhu operasi AVHRR

Diasumsikan bahwa respon non linier akan tetap ada pada saat mengorbit. Untuk seri satelit NOAA KLM (NOAA-15, 16, 17), NESDIS menggunakan metode koreksi non linier berdasarkan radiansi. Pada metode ini, perkiraan radiansi linier mula-mula dihitung menggunakan radiansi angkasa non-zero, NS pada persamaan (5). Kemudian, nilai

radiansi linier dimasukkan ke dalam persamaan kuadrat untuk menghasilkan koreksi radiansi non linier, NCOR:

(6) Akhirnya, radiansi permukaan bumi diperoleh dengan menambahkan NCOR pada NLIN,

(9)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan”

Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 161

(7) Menetapkan nilai radiansi angkasa non-zero merupakan cara matematis yang mempunyai dua keuntungan utama. Pertama, hanya diperlukan satu persamaan koreksi kuadratik per kanal; koefisien kuadratik adalah tidak bergantung pada suhu operasi AVHRR. Kedua, metode ini menghasilkan pengukuran pre-launch dengan sangat baik; perbedaan RMS antara data fitted dan data hasil pengukuran adalah sekitar 0.1 K untuk kedua kanal 4 dan 5. Nilai NS dan koefisien kuadratik b0, b1, dan b2 ditampilkan pada Tabel 4

untuk NOAA-15, 16, 17 dan 18.

Langkah 4. Konversi radiansi permukaan bumi (NE) menjadi suhu blackbody (TE)

Suhu TE didefinisikan dengan membuat invers langkah-langkah yang digunakan

untuk menghitung radiansi NE yang diukur oleh kanal AVHRR dari blackbody pada suhu

TE. Proses dua-langkah tersebut adalah:

(8)

(9)

Nilai νC dan koefisien A dan B ditampilkan pada Tabel 3 untuk NOAA-15, 16, 17, dan 18.

Tabel 2-a. NOAA-15 AVHRR/3 conversion coefficients.

PRT d0 d1 d2 d3 d4

1 276.60157 0.051045 1.36328E-06 0 0

2 276.62531 0.050909 1.47266E-06 0 0

3 276.67413 0.050907 1.47656E-06 0 0

(10)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan” Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 162

Tabel 2-b. NOAA-16 AVHRR/3 conversion coefficients.

PRT d0 d1 d2 d3 d4

1 276.355 5.562E-02 -1.590E-05 2.486E-08 -1.199E-11 2 276.142 5.605E-02 -1.707E-05 2.595E-08 -1.224E-11 3 275.996 5.486E-02 -1.223E-05 1.862E-08 -0.853E-11 4 276.132 5.494E-02 -1.344E-05 2.112E-08 -1.001E-11

Tabel 2-c. NOAA-17 AVHRR/3 conversion coefficients.

PRT d0 d1 d2 d3 d4

1 276.628 0.05098 1.371 E-06 0 0

2 276.538 0.05098 1.371 E-06 0 0

3 276.761 0.05097 1.369 E-06 0 0

4 276.660 0.05100 1.348 E-06 0 0

Tabel 2-d. NOAA-18 AVHRR/3 conversion coefficients.

PRT d0 d1 d2 d3 d4

1 276.601 0.05090 1.657 E-06 0 0

2 276.683 0.05101 1.482 E-06 0 0

3 276.565 0.05117 1.313 E-06 0 0

4 276.615 0.05103 1.484 E-06 0 0

Tabel 3-a. NOAA-15 AVHRR/3 thermal channel temperature to radiance coefficients.

νc A B

Channel 3B 2695.9743 1.621256 0.998015

Channel 4 925.4075 0.337810 0.998719

Channel 5 839.8979 0.304558 0.999024

Tabel 3-b. NOAA-16 AVHRR/3 thermal channel temperature to radiance coefficients.

νc A B

Channel 3B 2700.1148 1.592459 0.998147

Channel 4 917.2289 0.332380 0.998522

(11)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan”

Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 163

Tabel 3-c. NOAA-17 AVHRR/3 thermal channel temperature to radiance coefficients.

νC A B

Channel 3B 2669.3554 1.702380 0.997378

Channel 4 926.2947 0.271683 0.998794

Channel 5 839.8246 0.309180 0.999012

Tabel 3-d. NOAA-18 AVHRR/3 thermal channel temperature to radiance coefficients.

νc A B

Channel 3B 2659.7952 1.698704 0.996960

Channel 4 928.1460 0.436645 0.998607

Channel 5 833.2532 0.253179 0.999057

Tabel 4-a. NOAA-15 radiance of space and coefficients for nonlinear radiance correction quadratic.

Ns b0 b1 b2

Channel 4 -4.50 4.76 -0.0932 0.0004524

Channel 5 -3.61 3.83 -0.0659 0.0002811

Tabel 4-b. NOAA-16 Radiance of Space and coefficients for nonlinear radiance correction quadratic.

NS b0 b1 b2

Channel 4 - 2.467 2.96 - 0.05411 0.00024532

Channel 5 - 2.009 2.25 - 0.03665 0.00014854

Tabel 4-c. NOAA-17 Radiance of Space and coefficients for nonlinear radiance correction quadratic.

NS b0 b1 b2

Channel 4 -8.55 8.22 -0.15795 0.00075579

(12)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan” Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 164

Tabel 4-d. NOAA-18 Radiance of Space and coefficients for nonlinear radiance correction quadratic.

NS b0 b1 b2

Channel 4 -5.53 5.82 -0.11069 0.00052337

Channel 5 -2.22 2.67 -0.04360 0.00017715

b. Perhitungan suhu permukaan laut

Perhitungan suhu permukaan laut (SPL) dilakukan hanya pada piksel yang bebas awan. Oleh karena itu perlu dilakukan prosedur untuk mendeteksi piksel yang berawan. Langkah-langkah untuk mendeteksi awan dilakukan sebagai berikut:

(i) Jika suhu kecerahan dari kanal 5 (Tb5) lebih kecil dari 280 K maka pixel tersebut

berawan. Ambang batas 280 K adalah berdasarkan analisis statistik piksel yang berawan dan yang bebas awan untuk daerah di Samudera Hindia antara 5oLS-30oLU (Nath, 1993).

(ii) Jika standard deviasi dari window 3 x 3 suhu kecerahan kanal 4 (Tb4) lebih besar dari 0.2 K maka pixel-pixel tersebut terkontaminasi oleh awan.

(iii) Jika rasio kanal 2 dan kanal 1 lebih besar dari 0.6 maka pixel tersebut berawan (iv) Jika selisih antara suhu kecerahan kanal 4 dan kanal 5 lebih besar dari 2.5 K maka piksel tersebut berawan

Metode untuk mendeteksi piksel berawan pada data NOAA-AVHRR lebih lengkap terdapat pada Saunders dan Kribel (1988).

Selanjutnya, dilakukan perhitungan suhu permukaan laut pada piksel-piksel yang bebas awan menggunakan algoritma multichannel, yaitu kombinasi kanal 3, 4, dan 5. Ketelitian estimasi SPL menggunakan kanal 3, 4 dan 5 dipengaruhi oleh absorpsi uap air di atmosfer rendah (Brown et al., 1985). Di samping itu, ketelitian pengukuran SPL juga dipengaruhi oleh kalibrasi dan disain sensor, algoritma koreksi atmosfer, prosedur pengolahan data, dan variasi lokal interaksi antara udara dan laut (Brown et al., 1993). Perbedaan antara SPL dari satelit dengan pengukuran in situ juga dipengaruhi oleh ‘cool skin effect’, yaitu lapisan permukaan laut yang sangat tipis (beberapa mikro meter) yang lebih dingin dari air di bawahnya. Satelit hanya mendeteksi suhu permukaan laut (‘cool skin’) sementara pengukuran secara in situ umumnya dilakukan pada kedalaman

(13)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan”

Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 165

beberapa cm dari permukaan laut. Perbedaan ini dapat dikurangi dengan menguji pasangan data SPL dari satelit dan in situ (McClain, 1985). Ada berbagai algoritma multichannel, beberapa di antaranya ditampilkan pada Tabel 5, dengan SPL dalam oC,

Tb4 dan Tb5 adalah suhu kecerahan kanal 4 dan 5 (Yokoyama dan Tanba, 1991).

Tabel 5. Algoritma SPL multichannel

Algoritma Fungsi Estimasi SPL

1 Deschamps&Phulpin, 1980 2 McClain, 1981

3 McMillin&Crosby, 1984 4 Singh, 1984

5 Strong & McClain, 1984 6 Callison et al, 1989 7 Maul, 1983 8 McClain et al, 1983 9 Goda, 1993 SPL = Tb4 + 2.1 (Tb4 - Tb5) - 1.28 - 273.0 SPL = Tb4 + 2.93 (Tb4 - Tb5) - 0.76 - 273.0 SPL = Tb4 + 2.702 (Tb4 - Tb5) - 0.582 - 273.0 SPL = 1.699 Tb4 - 0.699 Tb5 - 0.24 - 273.0 SPL = 1.0346 Tb4 + 2.55 (Tb4 - Tb5) + 0.21 - 273.0 SPL = 1.0351 Tb4 + 3.046 (Tb4 -Tb5) - 10.93 - 273.0 SPL = Tb4 + 3.35 (Tb4 - Tb5) + 0.32 - 273.0 SPL = 1.035 Tb4 + 3.046 (Tb4 - Tb5) - 1.305 - 273.0 SPL = 3.6569 Tb4 - 2.6705 Tb5 - 268.92

Selain algoritma-algoritma tersebut, ada algoritma SPL non linier, yang dikenal dengan Coastwatch SST (Coastwatch, 2006), dengan persamaan sebagai-berikut:

NLSST=A1 (T11) + A2(T11-T12)(MCSST) + A3(T11-T12)(Secq -1)-A4 (10)

MCSST= B1 (T11) + B2(T11-T12) + B3(T11-T12)(Secq -1) - B4 (11)

Di mana T11 and T12 adalah suhu AVHRR kanl 11 dan 12 µm dalam Kelvin; Secq adalah

secant sudut zenith satelit q; NLSST adalah SPL non linier dan MCSST adalah SPL multi kanal masing-masing dalam derajat Celcius, A1-A4 dan B1-B4 adalah koefisien konstanta

seperti pada Tabel 6 dan 7.

Tabel-6. Koefisien algoritma SPL non linier (NLSST)

Satellite Algorithm Time Coefficients NOAA-12 NLSST DAY A1=0.876992, A2=0.083132, A3=0.349877, A4=236.667 NOAA-12 NLSST NIGHT A1=0.888706, A2=0.081646, A3=0.576136, A4=240.229 NOAA-14 NLSST DAY A1=0.939813, A2=0.076066, A3=0.801458, A4=255.165 NOAA-14 NLSST NIGHT A1=0.933109, A2=0.078095, A3=0.738128, A4=253.428 NOAA-15 NLSST DAY A1=0.913116, A2=0.0905762, A3=0.476940, A4=246.887 NOAA-15 NLSST NIGHT A1=0.922560, A2=0.0936114, A3=0.548055, A4=249.819 NOAA-16 NLSST DAY A1=0.914471, A2=0.0776118, A3=0.668532, A4=248.116 NOAA-16 NLSST NIGHT A1=0.898887, A2=0.0839331, A3=0.755283, A4=244.006 NOAA-17 NLSST DAY A1=0.936047, A2=0.0838670, A3=0.920848, A4=253.951 NOAA-17 NLSST NIGHT A1=0.938875, A2=0.0864265, A3=0.979108, A4=255.023

(14)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan” Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 166

Tabel-7. Koefisien algoritma SPL multi kanal (MCSST)

Satellite Algorithm Time Coefficients NOAA-12 MCSST DAY B1=0.963563, B2=2.579211, B3=0.242598, B4=263.006 NOAA-12 MCSST NIGHT B1=0.967077, B2=2.384376, B3=0.480788, B4=263.940 NOAA-14 MCSST DAY B1=1.017342, B2=2.139588, B3=0.779706, B4=278.430 NOAA-14 MCSST NIGHT B1=1.029088, B2=2.275385, B3=0.752567, B4=282.240 NOAA-15 MCSST DAY B1=,0.964243 B2= 2.71296, B3=0.387491, B4=262.443 NOAA-15 MCSST NIGHT B1= 0.976789, B2=2.77072, B3=0.435832, B4= 266.290 NOAA-16 MCSST DAY B1=0.999314, B2= 2.30195, B3=0.628976, B4=273.768 NOAA-16 MCSST NIGHT B1= 0.995103, B2=2.53657, B3=0.753281, B4= 273.146 NOAA-16 MCSST NIGHT B1= 0.995103, B2=2.53657, B3=0.753281, B4= 273.146 NOAA-16 MCSST NIGHT B1= 0.995103, B2=2.53657, B3=0.753281, B4= 273.146 NOAA-17 MCSST DAY B1= 0.992818, B2=2.49916, B3=0.915103, B4=271.206 NOAA-17 MCSST NIGHT B1= 1.01015, B2=2.58150, B3=1.00054, B4=276.590 DAFTAR PUSTAKA

Brown, J. W., O. B. Brown, dan R. H. Evans, 1993. Calibration of Advanced Very High Resolution Radiometer Infrared Channels: A New Approach to Nonlinear Correction. Journal of Geohysical Research, 98: 18257-18268

Brown, O. B., J. W. Brown, dan R H. Evans, 1985. Calibration of Advanced Very High Resolution Radiometer Infrared Observations. Journal of Geophysical Research, 90: 11667-11477

Coastwatch Region SST Validation (http://manati.orbit.nesdis.noaa.gov/sst) 28 Maret 2006

Goda, H.H.,1993. Remote Sensing for Fisheries in India. Asian-Pacific Remote Sensing Journal Vol.5 No. 2.

McClain, E. P., W.G. Pichel, dan C. C. Walton, 1985. Comparative Performance of AVHRR-Based Multichannel Sea Surface Temperatures. Journal of geophysical research, 90: 11587-11601

(15)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan”

Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 167

Robinson, I.S., 1991. Satellite Oceanography, An Introduction for Oceanographer and Remote Sensing Scientist. Ellis Horwood Limited. John Wiley and Sons. New York. Nath, A.N., 1993. Retrieval of Sea Surface Temperature using NOAA-AVHRR Data for

Identification of Potential Fishing Zones – Dissemination and Validation. Proceeding International Workshop on Application of Satellite Remote Sensing for Identifying and Forecasting Potential Fishing Zones in Developing Countries, India.

NOAA KLM User’s Guide (http://www2.ncdc.noaa.gov/docs/klm) 28 Maret 2006 noaa.sst (http://noaasis.noaa.gov/NOAASIS/ml/sst.html) 28 Maret 2006

Saunders, R. W., dan K. T. Kriebel, 1988. An improved method for detecting clear sky and cloudy radiances from AVHRR data. Int. Journal of Remote Sensing, Vol. 9 No. 1, 123-150.

Yokoyama, R. dan S. Tanba, 1991. Estimation of Sea Surface Temperature Via AVHRR of NOAA-9 Comparison with Fixed Buoy Data. Int. J. Remote Sensing, Vol.12 No.12:2513-2538.

(16)

Pelatihan “Penentuan Zona Potensi Penangkapan Ikan” Jakarta, 31 Maret – 11 April 2008 168

Gambar

Gambar 1. Pengukuran suhu permukaan laut menggunakan NOAA-AVHRR (Murai, 1999)
Gambar 2. Skema urutan kalibrasi kanal termal AVHRR
Tabel 2-a. NOAA-15 AVHRR/3 conversion coefficients.
Tabel 2-b. NOAA-16 AVHRR/3 conversion coefficients.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, Chlorella sp (inaCC M39) dikultur pada media limbah ternak ayam Broiler dengan konsentrasi 20 gram/L.. Limbah yang digunakan merupakan kotoran ayam broiler

Ketika Anda benar-benar menerima kelebihan dan kelemahan diri sendiri, maka Anda tidak akan mencoba untuk menyembunyikan kelebihan anda.... Hidup lebih berkualitas Percaya

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang harapan sikap positif terhadap kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia pada buku teks Pendidikan

Pasien dan dokter sudah sepakat untuk melakukan dialysis di RSU Bali Royal maka pasien akan mengirimkan data traveling dan data medis melalui email, setelah itu pasien akan di

Masalah utama yang dihadapi keluarga bapak I Putu Suadi Putra Negara yaitu. rumah yang tidak tertata rapi, tidak berpintu serta permasalahan

Berdasarkan hasil uji kelayakan yang dilakukan oleh usaha US Green Coffee yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa untuk proyeksi pasar jumlah permintaan meningkat, dengan

Proses bisnis yang berjalan sebelumnya untuk dapat melakukan retur barang dimulai pada saat bagian sales membuat form claim dengan mendata item yang akan diretur

Mari kita kupas satu-persatu, fungsi atau profesi apa saja yang ada dalam Perusahaan Efek meliputi Perantara Pedagang Efek, Penjamin Emisi Efek dan Manajer