• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPARASI KEBUTUHAN PEMENUHAN RASA KOMPETENS ANTAR DOSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPARASI KEBUTUHAN PEMENUHAN RASA KOMPETENS ANTAR DOSEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

965

Tema: 5 (Kewirausahaan, Koperasi dan UMKM)

KOMPARASI KEBUTUHAN PEMENUHAN RASA KOMPETENS

ANTAR DOSEN

Oleh

Devani Laksmi Indyastuti

Universitas Jenderal Sodirman

devani20092010@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perbedaan kebutuhan pemenuhan rasa kompetens antar dosen. Kami menginterview dosen-dosen untuk mengetahui berbagai perbedaan pemenuhan kompetens diatara dosen dosen. Penelitian-penelitian sebelumnya menggeneralisasi pemenuhan rasa kompetens seluruh individu. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan ini tidak saja berbeda diantara konteks penelitian, namun juga berbeda-beda antar individu. Perbedaan ini karena adanya perbedaan individu terkait jenis kelamin, latar belakang pengalaman, pendidikan, kemampuan dan sifat individu. Semua menentukan keinginan yang berbeda-beda untuk memenuhi kebutuhan kompetens.

Kata kunci: kompetens, pemenuhan antar dosen, fenomenologi

ABSTRACT

This study aims to explore the difference of need of fulfilling competence among lecturers. We interviewed lecturers deeply to find out the differences among lecturers of fulfillment of competence. Previous study generate that needs for all humans. This result showed that fulfillment of that need does not be different between context, but also different among individuals. This differences are related to individual differences, such as, gender, experience backgrounds, education, competencies and trait. All of that differences determine that needs for fulfilling competence.

Key word: competence, fulfillment among lecturers, phenomenology.

PENDAHULUAN

Kompetens adalah kebutuhan individu untuk merasakan adanya tantangan dalam melaksanakan pekerjaannya dan mampu mengekspresikan kemampuannya (Ryan & Deci, 2002). Beberapa akademisi mengemukakan pemenuhan kebutuhan kompetens bersifat general (Roth, Assor, Maymon & Kaplan, 2007; Gagne & Deci, 2005). Indyastuti (2017) menyatakan bahwa kebutuhan pemenuhan rasa kompetens bervariasi antar individu. Penelitian ini mengeksplor perbedaan dan persamaan perasaan dosen tentang apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rasa kompetensnya. Hasil penelitian Indyastuti (2017) telah mengekspore dukungan rasa kompetens dosen-dosen. Namun dalam penelitian tersebut tidak dieksplore mendalam apa yang

(2)

966

menjadi perbedaan pemenuhan kebutuhan tersebut, mana yang memiliki kesamaan pemenuhan. Kesamaan pemenuhan dapat digeneralisasi di seluruh dosen yang ada.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan phenomenography. Pendekatan phenomenography merupakan pendekatan dengan mengekspor pengalaman individu tentang suatu fenomena (Wahyuni, 2012). Penelitian ini sesuai dilakukan karena perasaan dan persepsi dapat dieksplor dengan pendekatan ini. Peneliti mengkomparasikan beberapa pengalaman yang dialami oleh beberapa dosen dan mengeskplor perbedaan kebutuhan yang dirasakan oleh masing masing dosen. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga dapat mengeksplorasi fenomena secara lebih mendalam, rinci dan jelas.

Setiap individu memiliki latar belakang, pengalaman dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Perbedaan individu inilah yang mempengaruhi perbedaan masing-masing individu. Penelitian ini akan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan kebutuhan pemenuhan kompetens dari beberapa dosen.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan phemenography. Teknik yang dilakukan yakni dengan interview mendalam. Peneliti menggunakan 4 partisipan dosen yang bekerja di perguruan tinggi di Purwokerto. Partisipan 1 telah bekerja selama 3 tahun. Partisipan 2 telah bekerja selama 20 tahun. Partisipan 3 telah bekerja selama 9 tahun. Partisipan 4 telah bekerja selama 17 tahun.

Peneliti melakukan interview sebanyak 3. Jarak antara interview pertama dan kedua sekitar satu atau dua minggu. Interview lebih dari sekali bertujuan untuk mengkonfirmasi penjelasan-penjelasan yang telah diterangkan sebelumnya. Interview ketiga untuk menganalisis respon partisipan untuk penjelasan partisipan lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan kebutuhan pemenuhan rasa kompetens diantar empat partisipan:

Partisipan I

Partisipan I merupakan dosen yang relatif masih baru. Individu ini sedang mempelajari kondisi lingkungannya. Dia mempelajari apa yang menjadi tugas dan wewenang dia. Pendidikan yang diampunya adalah S2, suatu pendidikan yang belum mencapai titik pengalaman tertinggi (S3). Individu ini masih memiliki energi untuk berkembang, dan belum memiliki keinginan untuk mengekspresikan kemampuannya yang tinggi. Individu ini lebih menginginkan peluang pencarian pengalaman yang banyak.

Dosen baru di tempat kerja partisipan seringkali mendapat pekerjaan-pekerjaan administrasi terkait pengelolaan data, ini terjadi pada saat kegiatan tertentu seperti akreditasi

(3)

967

program-program studi, pengelolaan jurnal. Dosen baru juga sering diberi pekerjaan mengajar, menguji yang menumpuk sehingga memunculkan kejenuhan. Berikut rincian dukungan kompetensi yang membedakan dengan partisipan lain:

- Distribusi pekerjaan tugas administrasi yang merata. Ini masih menunjukkan bahwa dosen ini masih bersedia mengerjakan pekerjaan ini, namun dia menginginkan tidak semua pekerjaan

tersebut diberikan kepadanya. Dia mengatakan, “...mungkin kalau mendapatkan tugas

administrasi bisa dikerjakan bersama-sama. Kalau pekerjaan administrasi menumpuk, saya merasa bosan dan tidak tertantang. Pekerjaan ini mau saya kerjakan karena dampak ke fakultas

cukup tinggi.” Selama ini dosen ini terlalu banyak mengerjakan pekerjaan administrasi.

Partisipan lain tidak banyak mendapatkan tugas-tugas administrasi. Partisipan IV secara tegas mengatakan dosen tidak dibebani oleh pekerjaan administrasi. Dosen muda masih mencari-cari pekerjaan yang sebenarnya sesuai dengan dirinya sehingga pekerjaan administasi masih bisa dilakukan meski perlu adanya pemerataan. Dosen muda juga merasa bahwa pekerjaan ini penting untuk fakultas jadi tetap memiliki arti, namun kalau seluruh pekerjaan dipikulkan kepadanya, tidak ada lagi rasa tantangan namun merasa tidak berguna.

- Tidak mengajar di semua bidang pengajaran. Partisipan lain sudah memperoleh pengajaran pada satu konsentrasi. Beberapa partisipan lain ada yang memiliki kesenangan mengajar di berbagai bidang untuk mengurangi kebosanan. Partisipan II menyatakan bahwa terlalu membosankan ketika mengajat itu itu saja selama bertahun-tahun. Perlu adanya variasi pengajaran supaya tidak membosankan.

Partisipan II

Partisipan kedua telah bekerja selama 20. Pendidikan partisipan adalah S2. Partisipan tidak banyak mengikuti pengalaman-pengalaman pelatihan di luar universitas sehingga hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan pimpinan. Agar mampu merasakan kompetens, partisipan ini perlu pengetahuan-pengetahuan untuk bekal mengajarnya. Berikut kebutuhan dukungan yang diperlukan dosen ini sebagai hasil wawancara dengan peneliti:

- Pelatihan untuk ilmu-ilmu dibidangnya, seperti kuliah umum, adanya workshop, adanya kuliah

umum dari praktisi. Partisipan ini mengatakan, “Yah..., kita kan perlu tambahan pengetahuan

dan contoh contoh praktis di sekeliling kita untuk materi pengajaran.” “Kita juga perlu pengetahuan-pengetahuan baru agar tidak tertinggal dengan universitas lainnya.” Partisipan lain

dapat secara mandiri mencari kegiatan di luar kampus. Respon partisipan lainnya (I, III), “Yah,

kita bisa searching, bisa ikut workshop di universitas laiinya, biayanya bisa dari dana riset.” - Fasilitas literatur untuk dosen. Partisipan lain menunjukkan kemauannya untuk berusaha sendiri

untuk memperoleh literatur yang dibutuhkan. Partisipan lainnya (I, III) merespon, “Yah,

(4)

968

- Penghilangan budaya individualisme dan persaingan. Peningkatan kompetensi dosen ini diperoleh melalui sharing pengetahuan dan pengalaman sehingga individualistis menyebabkan

dosen ini kehilangan sumber untuk memperoleh pengetahuan. Partisipan ini menyatakan, “Kita

perlu hubungan baik, karena ketika kita butuh teman teman untuk sharing, atau kita mau menanyakan yang kita tidak faham, kita bisa mendapatkannya. Ketika kita paham semua yang

harus kita ajarkan, rasa kompetens kita kan meningkat. ” Sharing knowledge menjadi sumber

memperoleh pengetahuannya. Ini mungkin berbeda dengan tiga partisipan yang lain karena partisipan yang dapat mengeksplor pengetahuan secara mandiri. Partisipan I mengatakan,

“persaingan itu menyenangkan selama persaingan itu persaingan yang fair, sehat, hasil yang diperoleh jelas karena keunggulan kita”. Ketika ditanya tentang individualistis, dia menjawab “Yah, dosen memang bisa bekerja sendiri ya, meski jangan terlalu individualistis, tapi sifat dosen memang mandiri.” Partisipan III mengatakan, “kadang tugas kita memang ada yang sifatnya mandiri, namun untuk kemajuan universitas memang perlu kolaborasi semua pihak.”

- Forum komunikasi antar dosen satu fakultas ataupun jurusan sehingga adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan dosen termasuk kebutuhan kompetens. Ini terkait dengan knowledge

sharing. Partisipan IV menyatakan “Yang penting itu, prosedur, aturan dan sistem yang jelas”. Partisipan III

Partisipan III merupakan dosen muda dengan tingkat pendidikan s3. Partisipan memiliki bayangan ideal bagaimana kompetensi seluruh dosen dapat ditingkatkan sehingga mampu meningkatkan seluruh rasa kompetens dosen. Hasil interview yang membedakan dengan partisipan yang lain.

- Meningkatkan budaya keilmuan. Ini terkait dengan dukungan seluruh kegiatan-kegiatan terkait dengan keilmuan. Tidak seluruh dosen menyadari pentingnya budaya akademik di lingkungan akademik sehingga tidak seluruh partisipan fokus pada budaya akademik. Budaya akademik menyebabkan meningkatnya spirit kerja partisipan ini sehingga dapat mengekspresikan kemampuannya. Ini menunjukkan bahwa prestasi kerja yang dihasilkan memang berkaitan dengan akademik. Sementara, beberapa partisipan hanya berfokus pada apa yang mereka butuhkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan mereka dengan puas dan memperoleh imbalan yang layak, tanpa menyadari tingkat kualitas dari perguruan tinggi mereka. Respon dosen lain,

“yah..., kalau saya yang penting bisa mengajar dengan baik, mungkin yang muda muda silakan menginginkan apa....”

- Adanya peningkatan kompetensi bersama. Masing-masing individu unik sehingga masing-masing kompetensi dari semua dosen harus dilakukan untuk dapat saling mengisi satu dengan yang lain. Ini bukan disebabkan karena partisipan tergantung pada individu yang lain. Namun pemfokusan partisipan untuk dapat berkembang bersama sehingga organisasi benar-benar

(5)

969

merasa kompetens secara akademik. Partisipan I, “ya, yang penting ada dukungan dosen untuk

mengikuti workshop, pelatihan dan lain-lainnya.” - Jaminan bahwa seluruh individu bisa berkembang.

Partisipan IV

Partisipan IV merupakan dosen senior. Partisipan ini sedang menjalani pendidikan sehingga tidak mengalami berbagai peristiwa di instansi dalam waktu yang lama. Ini menyebabkan kesulitan untuk menggali kembali ingatannya tentang suasana di instansi dan apa yang diperlukan untuk merasakan kompetens di instansi. Peneliti harus banyak bercerita kembali untuk menggali memorinya, perasaannya ketika di instansi. Beberapa dukungan yang diperlukan dan berbeda dengan partisipan lainnya sebagai berikut:

- Adanya pembagian tugas dan tanggunjawab seperti pembimbingan, pengajaran, pembimbing akademik dengan prosedur, aturan dan sistem yang konsisten, jelas dan terbuka. Ini untuk meminimalkan bias keputusan, kepemihakan, dan diskriminasi, karena tiga faktor tersebut pemicu rasa tidak kompetens. Individu tidak mampu untuk mengekspresikan kompetensnya. Namun ini juga tidak berlaku untuk seluruh partisipan, karena ada beberapa partisipan yang diuntungkan dengan prosedur, aturan dan sistem yang tidak konsisten selama dekat dengan

pengambil keputusan. Beberapa dosen merespon, “prosedur seperti apa yang diinginkan?”.

- Fleksibilitias jadwal pengajaran. Fleksibilitas penjadwalan perlu dilakukan supaya kita mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lainnya. Tugas dosen cukup banyak mencakup penelitian, penulisan buku, artikel dan lain-lainnya. Kinerja dosen tergantung pada fleksibilitas jadwal. Beberapa partisipan menyatakan bahwa penjadwalan yang ketat bukan suatu masalah bagi mereka. Ini ditunjukkan ketika Partisipan I ditanya tentang adanya absensi kuliah dosen

dengan finger print, “tidak masalah aturan ketat seperti itu, karena kita akan menyesuaikan ketika aturan menjadi ketat.”

Persamaan kebutuhan

- Adanya apresiasi untuk setiap tugas yang dilakukan - Adanya wadah untuk mengekspresikan kemampuan diri

- Adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat, pikiran individu

KESIMPULAN

Berdasarkan interview dengan beberapa dosen secara mendalam, kebutuhan dosen untuk memenuhi rasa kompetens berbeda-beda untuk beberapa hal. Ini terkait dengan latar belakang pengalaman, pendidikan dan kemampuan serta sifat masing-masing individu.

Meski demikian, beberapa pemenuhan yang bersifat general tetap ada. Berdasarkan interview ada beberapa kesamaan tentang kebutuhan yang diperlukan untuk merasakan kompetens.

(6)

970

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada LPPM UNSOED yang telah menfasilitasi dalam bentuk dana dan publikasi seminar penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Deci, E. & Ryan, R. 2002. Handbook of self-determination research. Rochester. NY:University of Rochester Press. 9-18 pp.

Gagne, M. & Deci, E.L. 2005. Self Determination Theory and Work Motivation. Journal of Organizational Behavior. 26: 331-362.

Indyastuti, D.L. 2017. Eksplorasi Dukungan Rasa Kompetens Dosen di Perguruan Tinggi, Prosiding FMI 9. Semarang.

Roth, G. Assor, A. Maymon, Y.K. dan Kaplan, H. 2007. Autonomous Motivation for Teaching: How Self-Determined Teaching May Lead to Self-Determined Learning. Journal of Educational Psychology. Vol. 99 (4): 761–774.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis penjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat

Penelitian ini dilakukan di Hotel Discovery Kartika Plaza Kuta dikarenakan dimana berdasarkan hasil wawancara awal dengan tiga orang karyawan Hotel Discovery Kuta Plaza,

FAKUTTAS IIUI(UilI UIIIYERSITAS SURABAYT

Analisis pola pita isozim peroksidase menunjukkan kultivar Beta 1, Beta 2 dan Papua Solossa memiliki pola pita yang berbeda (baik secara kualitatif maupun

Penju Penjualan alan prod produk uk koper koperasi asi secara tunai tidak dicatat di buku harian ini dan karena penjualan secara kredit tidak akan secara tunai tidak dicatat di

Pola yang sama didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Durratul Fakhiroh (2107) dalam pengujian generasi pada penelitiannya menggunakan algoritma genetika untuk

Maka apabila amanah diabaikan dengan golongan yang tidak berkelayakkan diberi tempat untuk menguruskan hal ehwal masyarakat, atau golongan jahil diberi ruang untuk

hukum adat secara historis telah ada semenjak zaman pra Islam dan setelah zaman Islam. Kemudian pada Tahun 375 H. 986 M, telah ada Kerajaan Linge Gayo di pimpin oleh Adi