• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Digitalisasi Dokumen 2.1.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Secara sederhana perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan tercapainya tujuan perguruan tinggi. Reitz (2004) yang dikutip oleh Hasugian (2009: 79) mendefinisikan perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut, “a library or library system established,

administered, and funded by a university to meet the information, research, and curriculum needs of its students, faculty, and staff”. Definisi ini menyatakan

bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun dan didanai oleh suatu universitas untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya.

Perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan akademik telah dan akan terus memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi sangat diperlukan untuk penelitian, pengajaran dan pembelajaran. Pengertian Perpustakaan perguruan tinggi menurut Siregar (2004: 1) yaitu:

Perpustakaan perguruan tinggi adalah organ pusat dari suatu perguruan tinggi, nilai suatu perguruan tinggi dipengaruhi oleh kondisi perpustakaannya, karena keberadaan perpustakaan perguruan tinggi sangat strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dari pendapat Siregar di atas diketahui bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian yang sangat penting dari suatu perguruan tinggi, nilai suatu universitas bergantung pada perpustakaannya.

Perpustakaan pada dewasa ini telah berkembang sedemikian pesatnya. Perkembangan perpustakaan dalam beberapa dasawarsa ini telah banyak dipengaruhi oleh perkembangan Teknologi Informasi (TI). Perpustakaan sebagai salah satu “aktor” yang berperan dalam pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian informasi mau tidak mau harus berhadapan dengan apa yang dinamakan TI ini. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa tanpa adanya

(2)

sentuhan TI, perpustakaan dianggap sebagai suatu institusi yang ketinggalan jaman, kuno dan tidak berkembang. Teknologi Informasi di perpustakaan sering menjadi tolak ukur kemajuan dan modernisasi dari suatu perpustakaan.

Penerapan TI dalam perpustakaan atau khususnya layanan perpustakaan tidak terlepas juga berbicara mengenai transformasi perpustakaan tradisional menuju perpustakaan digital, perpustakaan elektronik, atau perpustakaan virtual. Namun dari sekian banyak konsep yang berkembang tersebut sebetulnya saat ini konsep yang berkembang cukup pas dan mungkin dalam beberapa dasawarsa ke depan masih relevan adalah apa yang dinamakan dengan Perpustakaan Hybrid.

Perpustakaan hybrid menurut Pinfield (1998: 1) yaitu, “The hybrid library

is on the continuum between the conventional and digital library, where electronic and paper-based information sources are used alongside each other”.

Dari pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan perpustakaan “hybrid” adalah bentuk perpaduan antara perpustakaan tradisional dan perpustakaan digital/elektronik, dimana sumber-sumber informasi baik tercetak maupun elektronik digunakan secara bersama satu sama lain. Perpustakaan hybrid memiliki koleksi tercetak yang permanen dan setara dengan koleksi elektronik atau digitalnya. Perpustakaan hybrid bermaksud mempertahankan koleksi tercetak, bukan menggantikan semuanya dengan koleksi elektronik atau digital.

Selain itu pada Perpuspedia (2011: 1) diketahui bahwa, “Perpustakaan

hybrid memperluas konsep dan cakupan jasa informasi, sehingga penambahan

koleksi elektronik dan digital serta penggunaan teknologi komputer tidak dipisahkan dari jasa berbasis koleksi tercetak”. Jasa koleksi tercetak diperluas dan dikelola secara lebih beragam lewat bantuan komputer. Dengan kata lain, perpustakaan hybrid bukan hanya perpustakaan tercetak dan elektronik, melainkan gabungan keduanya secara menyeluruh sehingga koleksi tercetak kini dimanfaatkan dengan cara berbeda dibandingkan sebelum ada komputer.

Perpustakaan perguruan tinggi saat ini secara tidak langsung telah mengembangkan konsep perpustakaan hybrid. Menurut Surachman (2009: 1), “konsep perpustakaan hybrid adalah mengelola koleksi tercetak dan koleksi digital”. Artinya selain mempertahankan perpustakaan dalam bentuk konvensional

(3)

perpustakaan hybrid juga mengembangkan perpustakaan digital. Dalam perpustakaan hybrid, selain memanfaatkan koleksi tercetak pengguna juga dapat memanfaatkan koleksi yang dapat diakses secara elektronik atau virtual. Ada sinergi antara koleksi tercetak dengan elektronik atau virtual, artinya konsep tradisional dan elektronik kedudukannya saling melengkapi satu dengan lain, tidak terpisah dan terintegrasi.

Dalam rangka membangun perpustakaan hybrid atau digital, maka digitalisasi sangat diperlukan oleh perpustakaan. Untuk itu, perpustakaan yang sedang menuju perpustakaan digital maupun hybrid sebaiknya mulai membuka satu unit khusus untuk scanning koleksi cetak yang sudah ada seperti: skripsi/tesis/disertasi mahasiswa, hasil penelitian dosen, makalah presentasi sivitas akademika, prosiding, jurnal dan terbitan lokal lainnya.

2.1.2 Digitalisasi Dokumen

Digitalisasi informasi semakin laju berkembang pada akhir tahun delapan puluhan, dan berlanjut hingga saat ini. Secara berangsur-angsur perkembangan format elektronik semakin popular. Perkembangan digitalisasi informasi tersebut dipengaruhi oleh laju pertumbuhan informasi, serta meningkatnya kemampuan teknologi informasi khususnya komputer. Digitalisasi informasi ini menyebabkan terjadinya berbagai perubahan di berbagai pusat pengelolaan informasi, termasuk pada perpustakaan.

Menurut Hasugian (2003: 1) dalam artikelnya menyatakan bahwa:

Digitalisasi informasi di berbagai perpustakaan dan pusat informasi, mulai dilakukan ketika sejumlah perpustakaan mulai menggunakan komputer sebagai sarana penyimpanan dan pengolah informasi. Kemapanan kertas sebagai media informasi yang selama ribuan tahun menjadi primadona koleksi perpustakaan, kini ditantang oleh media magnetik dan optik atau media elektronik lainnya yang menawarkan cara yang berbeda dalam menyimpan dan menemukan kembali informasi.

Oleh karena itu, berbagai perpustakaan dan pusat informasi lainnya, telah memperkaya koleksinya dengan berbagai sumber informasi digital. Digitalisasi informasi diperkirakan akan semakin meningkat, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(4)

Kemajuan yang luar biasa dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan berlimpahnya informasi. Informasi yang ada pada saat ini, rasanya tidak mungkin lagi tertampung secara fisik pada suatu perpustakaan atau pusat dokumentasi manapun. Untuk menangani masalah tersebut yang dapat dilakukan oleh perpustakaan yaitu dengan membangun koleksi digital.

Salah satu cara yang umum dilakukan dalam membangun koleksi digital adalah dengan mengubah bahan pustaka tercetak yang dimiliki ke bentuk digital. Menurut Pendit (2007: 241), “Digitalisasi merupakan suatu proses yang mengubah sinyal analog menjadi bentuk digital dari sinyal tersebut. Dalam dunia perpustakaan, proses digitalisasi adalah suatu proses yang mengubah dokumen tercetak menjadi dokumen digital”.

Tujuan digitalisasi adalah untuk mendapatkan efisiensi dan optimalisasi dalam banyak hal antara lain efisiensi dan optimalisasi tempat penyimpanan, keamanan dari berbagai bentuk bencana, untuk meningkatkan resolusi, gambar dan suara lebih stabil. Selain itu, menurut Deegen (2002) yang dikutip oleh Rasiman (2011: 2), ada beberapa keuntungan digitalisasi yaitu antara lain:

a) Akses cepat ke item permintaan tinggi dan sering digunakan.

b) Akses mudah ke komponen individual dalam item (contoh: artikel dalam jurnal).

c) Akses cepat ke materi secara remote.

d) Kemampuan untuk mendapatkan materi yang tidak diterbitkan lagi (out of

print).

e) Berpotensi untuk menampilkan materi dalam format yang tidak dapat dicapai (contoh: ukuran terlalu besar atau peta).

f) Mengizinkan penyebaran koleksi dan digunakan secara bersama.

g) Berpotensi untuk mempresentasikan benda yang mudah pecah/asli mahal dengan pengganti dalam format yang dapat diakses.

h) Meningkatkan kemampuan penelusuran, termasuk full text. i) Integrasi pada media yang berbeda (gambar, suara, video, dll). j) Mengurangi beban atau ongkos pengiriman.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan digitalisasi adalah untuk perluasan pemanfaatan dan kemudahan akses. Pemanfaatan dan akses terhadap sumberdaya informasi elektronik jauh lebih luas jika dibandingkan dengan bahan tercetak. Sumberdaya informasi elektronik dapat digunakan oleh banyak pengguna (multi user) dalam waktu yang bersamaan dan dapat dimanfaatkan dengan akses jarak jauh (remote access) tanpa harus datang ke perpustakaan.

(5)

Pemanfaatan sumberdaya informasi elektronik dapat dilakukan tidak hanya oleh pengguna dari internal institusi, akan tetapi juga oleh masyarakat luas. Melalui digitalisasi, perpustakaan dapat menyimpan ribuan bahkan jutaan karya local

content maupun koleksi lainnya tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Perkembangan teknologi membuat transfer informasi dan data dapat menjadi lebih cepat. Selain mempercepat proses dalam aktivitas sehari-hari, format data digital juga mempermudah aktivitas pelayanan kepada masyarakat. Perkembangan teknologi digital serta internet saat ini telah memberi kemudahan untuk melakukan akses serta mendistribusikan berbagai informasi dalam format digital. Menurut Elvina (2010: 1) ada beberapa faktor yang membuat data digital (seperti audio, citra, video dan text) banyak digunakan antara lain :

a) Mudah diduplikasi dan hasilnya sama dengan aslinya. b) Murah untuk penduplikasian dan penyimpanan.

c) Mudah disimpan dan kemudian untuk diolah atau diproses lebih lanjut. d) Serta mudah didistribusikan, baik dengan media disk maupun melalui

jaringan seperti internet.

Digitalisasi koleksi perpustakaan adalah proses pemberian atau pemakaian sistim digital pada koleksi suatu perpustakaan. Proses digitalisasi yang dilakukan perpustakaan saat ini adalah digitalisasi Skripsi, Disertasi, Tesis, Orasi Ilmiah, dan Laporan Penelitian. Pada pelaksanaannya, sering dijumpai kendala dalam proses scaning, diantaranya format kertas yang tidak standard, warna kertas yang sudah menguning, ketebalan kertas yang tidak sesuai, ataupun jenis kertas yang licin, semuanya mempersulit proses scaning. Diperlukan keahlian khusus, ketekunan dan kesabaran dalam melakukan scaning dokumen. Pengelolaan dokumen elektronik yang baik dan terstruktur adalah bekal penting dalam pembangunan sistem perpustakaan digital (digital library).

2.2 Perpustakaan Digital

Tantangan baru teknologi informasi khususnya untuk para penyedia informasi adalah bagaimana menyalurkan informasi dengan cepat, tepat dan global. Perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi yang keberadaannya sangat penting di dunia informasi, harus memikirkan kembali bentuk yang tepat untuk menjawab tantangan ini. Salah satunya adalah dengan mewujudkan perpustakaan digital yang terhubung dalam jaringan komputer.

(6)

Menurut Hasugian (2009: 182) dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi”, menyatakan bahwa:

Ada dua terminologi yang sering disebut untuk menyatakan perpustakaan digital. Penyebutan terminologi itu sebenarnya bermula dari munculnya bahan-bahan perpustakaan yang berbeda dengan bahan yang tersedia di perpustakaan sebelumnya. Pertumbuhan pesat di bidang produksi bahan-bahan berbasis elektronik (electronic-based) telah melahirkan ungkapan

electronic library atau digital library.

Perpustakaan digital adalah suatu lingkungan perpustakaan dimana berbagai objek informasi (dokumen, images, suara dan video-clips) disimpan dan diakses dalam bentuk digital. Perpustakaan digital menurut Digital Library

Federation yang dikutip oleh Hasugian (2009: 185) menyatakan bahwa:

Perpustakaan digital adalah berbagai organisasi yang menyediakan sumberdaya, termasuk pegawai yang terlatih khusus, untuk memilih, mengatur, menawarkan akses, memahami, menyebarkan, menjaga integritas, dan memastikan keutuhan karya digital, sedemikian rupa sehingga koleksi tersedia dan terjangkau secara ekonomis oleh sebuah atau sekumpulan komunitas yang membutuhkannya.

Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa Perpustakaan Digital adalah perpustakaan dimana koleksi-koleksinya menggunakan format digital yang disimpan dan dapat diakses dalam bentuk elektronik serta disebarluaskan dalam bentuk digital.

Pada dasarnya perpustakaan digital sama saja dengan perpustakaan biasa, hanya saja memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumberdaya digital. Perpustakaan digital menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses sumber-sumber elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang terbatas.

Menurut Saleh (2010: 4), yang menjadi keunggulan dan kelemahan perpustakaan Digital adalah sebagai berikut:

Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya:

1. Long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun.

2. Akses yang mudah. Akses pepustakaan digital lebih mudah dibanding dengan perpustakaan konvensional, karena pengguna tidak perlu dipusingkan dengan mencari di katalog dengan waktu yang lama.

3. Murah (cost efective). Perpustakan digital tidak memerlukan banyak biaya. Mendigitalkan koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan dengan membeli buku.

(7)

4. Mencegah duplikasi dan plagiat. Perpustakaan digital lebih “aman”, sehingga tidak akan mudah untuk diplagiat. Bila penyimpanan koleksi perpustakaan menggunakan format PDF, koleksi perpustakaan hanya bisa dibaca oleh pengguna, tanpa bisa mengeditnya.

5. Publikasi karya secara global. Dengan adanya perpustakaan digital, karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet.

Selain keunggulan, perpustakaan digital juga memiliki kelemahan yaitu: 1. Tidak semua pengarang mengizinkan karyanya didigitalkan. Pastinya,

pengarang akan berpikir-pikir tentang royalti yang akan diterima bila karyanya didigitalkan.

2. Masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi. Apalagi, bila perpustakaan digital ini dikembangkan dalam perpustakaan di pedesaan.

3. Masih sedikit pustakawan yang belum mengerti tentang tata cara mendigitalkan koleksi perpustakaan. Itu artinya butuh sosialisasi dan penyuluhan tentang perpustakaan digital.

2.3 Dokumen Elektronik (e-document)

Koleksi perpustakaan digital tentunya terdiri dari dokumen digital atau dokumen elektronik. Dokumen elektronik dapat berupa buku elektronik (e-book), jurnal elektronik (e-journal), database online atau dokumen lain dalam format elektronik.

1. Buku elektronik (e-book)

Buku elektronik (e-book) adalah buku yang diterbitkan dalam format elektronik. Pada prinsipnya muatan isi (content) buku elektronik sama dengan versi cetaknya. Hanya karena formatnya berbeda maka cara penggunaannya pun berbeda. Buku elektronik dapat dibeli secara utuh seperti halnya dengan buku biasa, terutama yang tersedia terekam dalam CD atau media rekam elektronik lainnya, tetapi ada yang dilanggan secara online.

Buku elektronik terdiri dari dua hal yaitu buku itu sendiri, dan alat bacanya (e-book readers). Ini memang perbedaan utama antara buku konvensional dan buku elektronik. Sebuah buku konvensional, tentu saja sebuah buku, sementara sebuah buku elektronik adalah sebuah buku dan sebuah alat baca. Selain itu, buku elektronik juga mengandalkan Internet untuk penyebaran dan akses, membuatnya semakin berbeda dari buku konvensional. Sebagian buku elektronik hanya dapat dinikmati dengan sistem lisensi lewat Internet. Artinya, pembaca buku elektronik

(8)

tidak sungguh-sungguh “memegang” buku itu secara fisik, melainkan mengaksesnya dalam kurun waktu tertentu.

2. Jurnal elektronik (e-journal)

Jurnal elektronik (e-journal) pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan buku elektronik, muatan isi dalam jurnal eletronik sama dengan versi cetaknya. Akan tetapi pada umumnya jurnal elektronik dilanggan secara online apakah per judul atau dalam bentuk paket. Biasanya bila perpustakaan melanggan jurnal elektronik selalu disertai back issue. Dewasa ini jurnal ilmiah lebih banyak yang diterbitkan dalam format elektronik. Menurut Hasugian (2008: 19), “hal itu disebabkan oleh karena biaya publikasinya lebih murah, manajemen pengelolaannya mudah, penyebaran jauh lebih cepat dan penggunaannya jauh lebih mudah dan cepat jika dibanding dengan versi cetaknya”. Perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia sudah banyak yang melanggan jurnal elektronik, karena harganya lebih murah dari cetak, pengelolaan lebih praktis, tidak mengharuskan ruangan yang luas, dan banyak lagi kemudahan yang diakibatkannya.

Banyak pengertian dari jurnal elektronik yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Pryterch (2000 : 256) dalam bukunya Harrod’s Librarians Glossary and Reference Book mendefinisikan:

Electronic Journal – a journal for which the full end product ia available on journal in which all aspects of preparation, refereeing, assembly and distribution are carried out electronically. A developing area in which many problems need resolving – copyright, distribution, funding, Peer review, Research assessment – before the electronic journal is accepted by all.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa jurnal elektronik merupakan seluruh proses persiapan, pengumpulan, distribusi yang dilakukan secara elektronik. Namun ada beberapa hal yang perlu diselesaikan, seperti hak cipta, pendanaan, peer-review, penilaian penelitian sebelum jurnal elektronik diterima oleh semua pihak.

(9)

3. Dokumen Grey Literature

Grey literature merupakan terbitan yang dihasilkan oleh lembaga

pemerintah, atau lembaga pendidikan dan badan swasta yang pada umumnya tidak didistribusikan secara luas dan tidak diperjualbelikan. Umumnya grey literature berisi berbagai macam hasil penelitian sehingga informasinya sangat diperlukan. Bentuk grey literature meliputi skripsi, tesis, disertasi, artikel, atau laporan penelitian.

Menurut Hirtle yang dikutip oleh Mason (2013: 1), grey literature adalah :

The quasi-printed reports, unpublished but circulated papers, unpublished proceedings of conferences, printed programs from conferences, and the other non-unique material which seems to constitute the bulk of our modern manuscript collection.

Pendapat Hirtle di atas dapat diartikan bahwa grey literature adalah laporan dalam bentuk tercetak dan tidak dipublikasikan seperti prosiding suatu konferensi dan seminar, program tercetak dari konferensi dan bahan non-unik lainnya yang digunakan untuk menyusun koleksi manuskrip modern.

Selain pendapat Hirtle di atas, pengertian grey literature menurut Farace (1997) yang dikutip oleh Suminarsih (2011: 5) mendefinisikan bahwa:

Grey Literature is that which is produced at all levels by government, academia, business, and industries, both of in print and electronic formats but which is not controlled by commercial publishing interest and where is the publishing is not the primary activity of the organization.

Hal ini berarti bahwa grey literature merupakan seluruh terbitan yang dihasilkan oleh lembaga pemerintah, lembaga pendidikan, kalangan bisnis dan industri, baik dalam format tercetak maupun format elektronik, tetapi tidak dikendalikan oleh kepentingan komersial dan kegiatan publikasinya bukan merupakan kegiatan utama organisasinya. Contohnya adalah kebijakan pemerintah, laporan suatu perusahaan, skripsi, tesis, disertasi, hasil suatu kajian, studi kelayakan, laporan penelitian dan sebagainya.

Paparan di atas sudah menjelaskan apa yang dimaksud dengan grey

literature. Sedangkan dalam materi ini yang dimaksud dengan grey literature

pada perpustakaan perguruan tinggi pada umumnya adalah karya ilmiah berupa Disertasi, Tesis, Skripsi, Tugas Akhir, dan/atau Kertas Karya yang dihasilkan oleh mahasiswa, dan karya ilmiah yang dihasilkan dosen berupa kajian, makalah

(10)

seminar/ lokakarya dan temu ramah ilmiah serta laporan penelitian. Rananda (2012: 1) mengemukakan pendapatnya mengenai perbedaan antara skripsi, tesis dan disertasi yaitu:

1. Skripsi merupakan karya tulis ilmiah hasil penelitian dan/atau percobaan yang disusun oleh mahasiswa di bawah bimbingan dosen pembimbing skripsi dan dipertanggung-jawabkan dalam suatu Sidang Ujian Akhir Program untuk memenuhi persyaratan memperoleh derajat kesarjanaan strata satu (S1). Skripsi sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana (S1) dan diploma (D3).

2. Tesis adalah salah satu karya ilmiah tertulis yang disusun mahasiswa secara individual berdasarkan hasil penelitian empiris untuk dijadikan bahan kajian akademis. Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen-argumen untuk dikemukakan, merupakan hasil dari studi yang sistematis atas masalah, tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Tesis adalah karya ilmiah yang disyaratkan untuk lulus pendidikan jenjang S2.

3. Disertasi adalah karya ilmiah mahasiswa untuk jenjang pendidikan S3 yang berupaya menciptakan suatu teori baru dengan menguji hipotesis yang disusun berdasarkan teori yang sudah ada. Disertasi berupa paparan diskusi yang menyertai sebuah pendapat atau argumen.

Dokumen elektronik mempunyai format bermacam-macam antara lain format html atau hypertext mark up language, Portable Document Format (PDF),

Microsoft Word atau Ms-Word, Microsoft Excel terutama untuk dokumen teks.

Sedangkan dokumen gambar sering kita jumpai dalam format JPEG, GIF dan sebagainya, seperti tabel di bawah ini:

Tabel 1. Jenis-Jenis Format File

Format File Ekstensi File Keterangan

Dokumen CSV DOC DOCX ODP ODS ODT PDF PPT PS RTF

Comma Separated Values Microsoft Word Document Microsoft Word 2007 Document OpenDocument presentation OpenDocument spreadsheet OpenDocument Text Document Portable Document Format

Microsoft PowerPoint Presentation Postscript document

(11)

WPD WPS XLS

Wordperfect Document Microsoft Works Document Microsoft Excel Spreadsheet

Gambar BMP GIF JPG PCX PNG TGA TIFF WBMP Windows bitmap

Compuserve graphics interchange JPEG compliant image

PC Paintbrush Bitmap Graphic Portable Network Graphic Truevision Targa Graphic Tagged image file format Wireless Bitmap File Format

Audio AC3 FLAC MP3 OGG WAV WMA

AC3 Audio File

Free Lossless Audio Codec Compressed audio file

Ogg Vorbis Compressed Audio File Windows audio file

Windows media file

Video AVI FLV IPOD MOV MP4 MPG

Windows video file Flash Video

MPEG-4 Video File Apple QuickTime Movie MPEG-4 Video File

Moving Picture Experts Group File Sumber: Fileinfo.com

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa format-format file dokumen elektronik terbagi atas berbagai jenis. Format dokumen yang paling sering digunakan yaitu PDF. Seperti yang dinyatakan oleh Priyanto (2009: 1) alasan menggunakan PDF yaitu “PDF biasanya mempertahankan tampilan dan bentuk sesuai dengan dokumen asli (legal issues), memiliki kemampuan temu kembali (search) secara full-text, dan memiliki fasilitas untuk security”.

Sementara untuk format file gambar, yang paling sering digunakan yaitu format JPG. Format file ini sering dimanfaatkan untuk untuk menyimpan gambar yang digunakan untuk keperluan halaman website, multimedia dan publikasi elektronik lainnya. Untuk format audio biasanya menggunakan MP3 dengan alasan selain format audio ini yang paling popular, MP3 juga memberikan kualitas suara yang baik serta kapasitas MP3 dapat mengurangi ukuran file dari ukuran file original.

(12)

Semua format file di atas memungkinkan untuk menjadi format dari dokumen elektronik yang menjadi koleksi perpustakaan digital yang dapat diakses oleh pengguna.

Suatu universitas dapat dikatakan baik jika memiliki rata-rata yang tinggi dalam menghasilkan karya ilmiah, jurnal, penemuan, dsb, dan tentu saja hasil– hasil tersebut tentu harus dapat diketahui dan bermanfaat bagi orang banyak sebab percuma jika memiliki banyak hasil penemuan yang baik namun tidak bisa diketahui oleh publik sehingga tidak mendapatkan manfaat apa-apa. Salah satu cara publikasinya adalah tentu saja melalui media elektronik seperti situs web universitas.

2.4 Situs Web dan Layanan Online pada Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.4.1 Peran Situs Web dalam Layanan Perpustakaan

Luasnya informasi yang tersedia serta peningkatannya yang terus berlangsung, penyedia informasi harus tetap dapat menyediakan informasi secara konstan dan berkesinambungan dengan memanfaatkan bantuan teknologi informasi untuk penyebaran, penelusuran, dan akses informasi. Dewiyana (2008: 70) mengemukakan bahwa, “penyebaran informasi dapat dilakukan dengan meningkatkan akses dan transfer pengetahuan dengan menggunakan media, salah satunya dengan membangun situs web”.

Website (situs web) atau bisa juga disebut Web adalah halaman yang

ditampilkan di internet yang memuat informasi tertentu (khusus). Web pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992. Hal ini sebagai hasil usaha pengembangan yang dilakukan CERN di Swiss. Internet dan web adalah dua hal yang berbeda. Internet yaitu yang dapat menampilkan web, sedangkan web yang ditampilkannya berupa susunan dari halaman-halaman yang menggunakan teknologi web dan saling berkaitan satu sama lain.

Anshari (2011: 1) mengemukakan pengertian situs web yaitu:

Situs web adalah sekumpulan halaman informasi yang disediakan melalui jalur internet sehingga bisa diakses di seluruh dunia selama terkoneksi dengan jaringan internet. Website merupakan sebuah komponen yang terdiri dari teks, gambar, suara animasi sehingga menjadi media informasi yang menarik untuk dikunjungi oleh orang lain.

(13)

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan situs web adalah sejumlah halaman informasi yang menyediakan informasi dengan berkas-berkas seperti gambar, video atau jenis berkas lainnya yang dapat diakses secara publik di seluruh dunia melalui jaringan internet.

Perpustakaan sebagai salah satu instansi yang berkecimpung di dunia pelayanan publik selalu diuntut memberikan pelayanan yang maksimal kepada penggunanya. Maka dari itu pengaplikasian Teknologi Informasi mutlak dilakukan oleh Perpustakaan. Bukan saatnya lagi perpustakaan menunggu penggunanya untuk datang. Kreativitas perlu dikedepankan dalam menjemput penggunanya. Perpustakaan tidak cukup dengan menghasilkan produk yang baik saja, tetapi tampilan menarik juga dibutuhkan.

Menjawab tantangan tersebut, telah banyak perpustakaan yang mulai memasukkan piranti TI ke dalam kawasan perpustakaan, salah satunya yaitu situs web dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan kemampuannya dalam pelayanan dan penyebarluasan informasi. Dengan adanya situs web perpustakaan tersebut, diharapkan pengguna khususnya sivitas akademika dapat lebih mudah dalam memperoleh informasi secara efektif dan efisien.

Secara lebih rinci manfaat situs web dibagi menjadi dua yaitu manfaat situs web bagi pengguna sivitas akademika dan manfaat bagi perpustakaan. Manfaat situs web bagi pengguna civitas akademika adalah untuk penelusuran informasi guna memenuhi kebutuhan akademik pengguna, sedangkan bagi perpustakaan yaitu dapat dimanfaatkan sebagai media promosi dan penyebarluasan informasi. Selain itu menurut Habib (2012: 1) ada manfaat lain dari penerapan situs web di perpustakaan, yaitu:

1) Sebagai media komunikasi antara perpustakaan dengan dunia luar, bentuk komunikasi yang terjalin diantaranya: komunikasi antara pustakawan dengan pemustaka terkait hal-hal yang menyangkut perpustakaan, komunikasi antara perpustakaan dengan institusi perpustakaan lain.

2) Sebagai media resmi perpustakaan untuk media publikasi informasi resmi ke masyarakat, seperti Pengumuman, Berita resmi perpustakaan. Penerapan situs web di perpustakaan secara tidak langsung telah memberikan peluang baru bagi perpustakaan dalam hal penyajian informasi, karena perpustakaan dengan mudah dapat menyebarluaskan informasi yang

(14)

dikoleksinya, mempublikasikan berbagai informasi tentang perpustakaan, dan kegiatannya.

Di dalam suatu situs web, perpustakaan dapat menyediakan alat temu balik informasi seperti katalog dan juga dapat mempublikasikan bahan yang tidak diterbitkan seperti koleksi deposit perguruan tinggi. Selain itu, melalui situs web dimungkinkan pelayanan perpanjangan, konsultasi antara pengguna dengan pustakawan, penyedia hubungan dengan situs web terkait dan lain sebagainya.

2.4.2 Word Wide Web (www)

World Wide Web atau WWW atau singkatnya web, adalah layanan

penyajian informasi di Internet. Web merupakan layanan Internet yang paling popular saat ini. Web terdiri dari jutaan situs web (web site) dan setiap web site terdiri banyak halaman web (web page). Halaman-halaman web ini tersebar di seluruh dunia di komputer-komputer server yang terhubung dengan Internet. Situs-situs seperti www.yahoo.com adalah web site yang sudah lama ada dan menyediakan banyak sekali fasilitas sehingga halaman dalam situs ini juga sangat banyak.

Menurut Kristanto (2002: 1), “World Wide Web adalah suatu ruang informasi di mana sumber-sumber daya yang berguna diidentifikasi oleh pengenal global yang disebut Uniform Resource Identifier (URI)”. WWW sering dianggap sama dengan Internet secara keseluruhan, walaupun sebenarnya ia hanyalah bagian dari padanya.

2.4.3 Domain dan Subdomain

Domain adalah nama unik yang diberikan untuk mengidentifikasi nama

server komputer seperti web server atau email server di jaringan komputer ataupun internet sebagai pengganti Internet Protocol (IP), yang berdasarkan kepada Domain Name System (DNS).

Menurut Widiyatmoko (2008: 22-25), struktur domain terbagi atas:

a. Top Level Domain (TLD), adalah deretan kata di belakang nama

domain seperti:

- .com : menerangkan jenis domain komersial. - .net : menerangkan jenis domain layanan internet. - .org : menerangkan jenis domain organisasi. - .edu : menerangkan jenis domain pendidikan.

(15)

- .mil : menerangkan jenis domain militer. - .gov : menerangkan jenis domain pemerintahan.

- .co.id : menerangkan jenis domain komersial yang berasal dari Indonesia.

- .co.uk : menerangkan jenis domain komersial yang berasal dari Inggris.

- .ac.id : menerangkan jenis domain akademik yang berasal dari Indonesia.

Ada dua macam Top Level Domain, yaitu Global Top Level Domain (gTLD) dan Country Code Top Level Domain (ccTLD). gTLD seperti pada list di atas dan ccTLD adalah TLD yang diperuntukkan untuk kode asal negara. Berikut domain yang disediakan untuk masing-masing negara seperti:

- .id : Indonesia - .sg : Singapura - .my : Malaysia - .uk : Inggris

- .us : Amerika Serikat

Untuk Indonesia terbagi menjadi beberapa sub domain seperti : - .ac.id : digunakan untuk lingkungan akademik atau perguruan

tinggi.

- .co.id : digunakan untuk organisasi komersial. - .go.id : digunakan untuk instansi pemerintah. - .sch.id : digunakan untuk sekolah.

- .net.id : digunakan untuk organisasi pemegang izin penyelenggara jasa telekomunikasi.

- .or.id : digunakan untuk organisasi. - .mil.id : digunakan untuk kalangan militer

b. Second Level Domain (SLD) adalah nama domain yang didaftarkan.

Misalnya ddd.com, maka ddd adalah SLD dan .com-nya adalah TLD.

c. Third Level Domain adalah nama sebelum Second Level Domain dan Top Level Domain. Misalnya ddd.com, maka dapat menambahkan nama

lain sebelum ddd, yaitu mail.ddd.com atau search.domainku.com.

Dari nama-nama domain di atas dapat diidentifikasi bahwa dengan mengetahui nama domain maka dapat diketahui bahwa suatu situs web tersebut apakah milik organisasi, pemerintahan, internet provider atau milik perguruan tinggi. Selain itu dengan mengetahui nama domain dapat diketahui pula apakah suatu web digunakan untuk kepentingan komersial, kepentingan organisasi, kepentingan pendidikan atau digunakan untuk kepentingan militer. Selain untuk kepentingan di atas dapat diketahui pula negara asal suatu situs web tersebut.

(16)

2.4.4 Infrastruktur Pendukung Web

Untuk malakukan layanan elektronik di Perpustakaan dibutuhkan ketersediaan infrastruktur layanan. Adapun infrastruktur yang dibutuhkan untuk layanan elektronik berbasis web pada dasarnya mencakup komputer server, komputer persona (PC), software (program aplikasi), jaringan internet yang terhubung ke salah satu provider (Telkom, Indosat, dsb) dan dokumen elektronik.

2.5 Evaluasi Situs Web 2.5.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.

Pengertian evaluasi menurut Thoha (2003: 3) adalah “Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan”.

Dari pengertian menurut Thoha di atas, evaluasi dapat diartikan suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui suatu keadaan suatu obyek yang kemudian hasilnya dijadikan sebagai tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Sedangkan Arikunto (2006: 1) mengemukakan pengertian evaluasi yaitu: Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Evaluasi merupakan bagian penting dari sistem pengendalian mutu pengelolaan. Dalam proses evaluasi terdapat tahap pengukuran dan penilaian. Situs web merupakan suatu aplikasi yang terdapat di dalam teknologi internet. Jadi, evaluasi situs web adalah kegiatan pengukuran dan pemberian nilai terhadap

(17)

suatu situs web berdasarkan kriteria atau standar tertentu guna mengetahui kualitas dari situs web tersebut.

Melakukan evaluasi terhadap hasil pencarian penting untuk memastikan bahwa informasi yang didapat benar dan berasal dari sumber yang terpercaya. Jika informasi yang digunakan tidak benar, maka informasi yang diolah dan disajikan tidak benar juga dan itu akan membawa masalah terhadap penyebaran informasi yang salah, dan hal ini harus dihindari.

Evaluasi situs juga dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi antar muka situs yaitu jembatan yang mempertemukan pengguna dengan informasi, yang dikenal dengan nama uji ketergunaan atau usability testing. Badre yang dikutip oleh Dewiyana (2008: 70) memberikan defenisi usability testing atau uji ketergunaan sebagai berikut, “usability testing has traditionally meant testing for

efficiency, ease of learning, and the ability to remember how to perform interactive tasks without difficulty or errors” (uji ketergunaan adalah mengukur

efisiensi, kemudahan dipelajari, dan kemampuan untuk mengingat bagaimana berinteraksi tanpa kesulitan atau kesalahan).

2.5.2 Tujuan Evaluasi Situs Web

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2006: 13), ada dua tujuan evaluasi yaitu “tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen”.

Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/ membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis.

Tujuan akhir evaluasi situs adalah untuk kepuasan pengguna. Dengan terpenuhinya kebutuhan informasi pengguna yang didapat dalam suatu situs tentu mereka akan puas, dan hal ini tentu akan membawa mereka kembali untuk mengunjungi situs tersebut. Dan ini memberi kesan yang baik kepada pengelola situs yang bersangkutan serta menunjukkan bahwa tujuan pengelola untuk membuat situs tersebut telah tercapai.

(18)

Untuk mengetahui apakah situs web digunakan dalam pemenuhan kebutuhan informasi dapat dilakukan melalui analisis teknik pendekatan yang berpusat pada pengguna yang bertujuan antara lain untuk mengetahui tujuan mereka menggunakan situs, frekwensi kunjungan mereka pada situs, relevansi/keakuratan informasi pada situs, pola pemanfaatan situs, evaluasi situs, dan lain-lain.

Evaluasi situs web merupakan kegiatan pengukuran dan pemberian nilai terhadap suatu situs web. Berdasarkan evaluasi situs, mereka membuat perbaikan dalam website yang pada akhirnya membantu dalam memenuhi tujuan utamanya. Evaluasi situs membantu dalam menemukan kelemahan dan kesalahan dalam situs dan dalam menemukan cara yang berbeda untuk meningkatkan efektivitas situs.

2.5.3 Metode Evaluasi Situs Web 2.5.3.1 Webqual

Kualitas web akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pengguna. Semakin tinggi kualitas suatu web, maka akan semakin banyak pengguna yang mengakses web tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Tarigan (2008: 34) yang menyatakan bahwa “dengan melakukan pengukuran suatu website mengunakan webqual dengan indikator kualitas informasi web, kualitas desain web serta kualitas penggunaan pada e–library mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna”. Penelitian Tarigan mengenai e-library dengan metode

webqual juga menyatakan bahwa suatu website dalam lingkungan akademis akan

sangat berpengaruh terhadap kepuasan pengguna apabila faktor – faktor yang terdapat pada webqual atau kualitas website terutama kualitas penggunaan memiliki kualitas yang baik.

Pada dasarnya tercapainya kualitas website yang sempurna akan mendorong terciptanya kepuasan pengguna, karena kualitas website merupakan sarana untuk mewujudkan kepuasan pengguna dalam akses kedalam situs web. Kualitas website tentu dapat diwujudkan dengan menampilkan website yang sesuai dengan kriteria metode webqual sebagai alat ukur agar tercapainya kepuasan bagi pengguna.

(19)

Menurut Barnes (2002: 114) “WebQual merupakan salah satu metode atau teknik pengukuran kualitas website berdasarkan persepsi pengguna”. Metode ini merupakan pengembangan dari ServQual Zeithaml yang sebelumnya banyak digunakan pada pengukuran kualitas jasa. WebQual sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1998. WebQual disusun berdasarkan penelitian pada tiga area yaitu; (1) Usability dari human computer interaction.

Usability adalah suatu atribut kualitas yang menjelaskan atau

mengukur seberapa mudah penggunaan suatu antar muka (interface).

Usability juga mengacu kepada metode untuk meningkatkan kemudahan

penggunaan selama proses perancangan.

Menurut Barnes (2002: 115), “Usability adalah mutu yang berhubungan dengan rancangan site, sebagai contoh penampilan, kemudahan penggunaan, navigasi dan gambaran yang disampaikan kepada pengguna”. Adapun dimensi kemudahan penggunaan situs web (usability), dapat diketahui pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Dimensi Kemudahan Penggunaan (usability)

No. Deskripsi Indikator

1. Pengguna merasa mudah untuk mempelajari pengoperasian website 2. Interaksi antara website dengan pengguna jelas dan mudah dipahami 3. Pengguna merasa mudah untuk bernavigasi dalam website

4. Pengguna merasa website mudah untuk digunakan 5. Website memiliki tampilan yang menarik

6. Desain sesuai dengan jenis website 7. Website mengandung kompetensi

8. Website menciptakan pengalaman positif bagi pengguna

Sumber: Barnes (2002: 115)

(2) Kualitas informasi dari penelitian system informasi (Information Quality) Kualitas dari suatu informasi (quality of information) pada dasarnya tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timely basis), dan relevan (relevance).

Menurut Barnes (2002: 115), “Information Quality adalah mutu dari isi yang terdapat pada site, pantas tidaknya informasi untuk tujuan pengguna seperti akurasi, format dan keterkaitannya”. Adapun dimensi kualitas

(20)

informasi (information quality) tersebut, dapat diketahui pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Dimensi kua litas informasi (information quality)

No. Deskripsi Indikator

1. Menyediakan informasi yang akurat

2. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya 3. Menyediakan informasi yang tepat waktu 4. Menyediakan informasi yang relevan

5. Menyediakan informasi yang mudah dipahami

6. Memberikan informasi pada tingkat detail yang tepat 7. Menyajikan informasi dalam format yang sesuai

Sumber: Barnes (2002: 115)

(3) Interaksi dan kualitas layanan dari penelitian kualitas system informasi (Service Interaction Quality).

Konsep kualitas layanan pada dasarnya adalah suatu standar kualitas yang harus dipahami di dalam memberikan pelayanan yang sebenarnya tentang pemasaran dengan kualitas layanan.

Barnes (2002: 115) mengemukakan pengertian service interaction

quality yaitu:

Service Interaction Quality adalah mutu dari interaksi pelayanan yang

dialami oleh pengguna ketika mereka menyelidiki kedalam site lebih dalam, yang terwujud dengan kepercayaan dan empati, sebagai contoh isu dari keamanan transaksi dan informasi, pengantaran produk, personalisasi dan komunikasi dengan pemilik site.

Adapun dimensi Kualitas Interaksi (interaction quality) tersebut, dapat diketahui pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Dimensi Kualitas Interaksi (interaction quality)

No. Deskripsi Indikator

1. Website memiliki reputasi yang baik

2. Pengguna merasa aman untuk melakukan transaksi 3. Pengguna merasa aman terhadap informasi pribadinya 4. Website memberi ruang untuk personalisasi

5. Website memberikan ruang untuk komunitas

6. Website memberikan kemudahan untuk berkomunikasi dengan

organisasi

7. Pengguna merasa yakin bahwa barang/jasa akan dikirim sebagaimana yang telah dijanjikan

(21)

2.5.3.2 Webometrics

Sistem perangkingan universitas di seluruh dunia ada beberapa macam jenis dan Webometrics adalah salah satunya. Webometrics merupakan sistem perangkingan universitas sedunia berbasis web. Supradono (2010: 10) mengemukakan bahwa:

Webometrics Rangking of Word University (WRWU) secara resmi

diluncurkan pada tahun 2004. Peringkat Webometric ini diterbitkan dua kali setahun (Januari dan Juli), oleh Laboratorium Cybermetric milik The

Consejo Superior de Investigaciones Cientificas (CSIC). CSIC merupakan

lembaga penelitian terbesar di Spanyol. Mencakup lebih dari 18.000 Institusi Pendidikan Tinggi di seluruh dunia. Kehadiran webometric yang dapat mengukur aktivitas dan visibilitas dari institusi serta merupakan indikator yang baik yang berdampak pada prestise universitas. Pemeringkatan merangkum kinerja global Universitas, memberikan informasi bagi calon mahasiswa dan cendekiawan, dan mencerminkan komitmen untuk penyebaran pengetahuan ilmiah.

Webometric adalah salah satu perangkat untuk mengukur kemajuan

perguruan tinggi melalui Websitenya. Sebagai alat ukur (Webomatric) sudah mendapat pengakuan dunia termasuk di Indonesia. Peringkat Webometric dapat diakses dengan cara mudah, dan terbuka, ada di http://www.webometrics.info/ .

Menurut Thelwall (2009) yang dikutip oleh Muntashir (2012: 40), “Webomerics berkaitan dengan aspek-aspek pengukuran web, situs web, halaman web, bagian dari halaman web, kata-kata dalam halaman web, hyperlink, hasil pencarian dari mesin pencari web”. Perkembangan ini diikuti oleh fenomena web sebagai media komunikasi dan dokumen yang terekam dalam format web. Analisis webometrics merupakan salah satu alat penting yang digunakan untuk mengukur secara kuantitatif dari aktivitas suatu web. Kajian webometrics sering juga disebut analisis kuantitatif dari fenomena web.

Kajian webometrics mengadopsi metode yang digunakan oleh ilmu perpustakaan dan informasi terutama pendekatan bibliometrika. Pernyataan ini menunjukan kajian Webometrics merupakan kajian yang mengunakan metode dari berbagai disiplin termasuk metode bibliometrika yang digunakan dalam kajian ilmu perpustakaan dan informasi. Bjorneborg dan Ingwersen menggambarkan keterkaitan antara kajian ilmu perpustakaan dan informasi dari Informetrics,

(22)

Bibliometrics, Scientometrics hingga webometrics. Serta menggambarkan

ketumpang tindihan dari bidang kajian tersebut.

Gambar 1. Hubungan disiplin antara Infor-biblio-/sciento-/cyber-/webo-metrics.

Sumber: Thelwall: 2005

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa webometrics merupakan bagian kajian informetrics, dengan memanfaatkan metode bibliometrics serta

scientometrics. Cybermetrics merupakan kajian yang lebih luas dibandingkan

dengan webometrics.

a. Tujuan Webometrics

Tujuan dari peringkat ini adalah untuk mempromosikan kehadiran web akademik, mendukung inisiatif Open Access untuk meningkatkan secara signifikan transfer pengetahuan ilmiah dan budaya yang dihasilkan oleh perguruan tinggi. Tujuannya bukan untuk mengevaluasi website, desain atau kegunaan atau popularitas isinya sesuai dengan jumlah kunjungan atau pengunjung. Indikator web dianggap sebagai proxy dalam evaluasi, benar komprehensif, mendalam kinerja global Universitas, dengan mempertimbangkan kegiatan dan output dan relevansi dan dampaknya (

Web merupakan objek dalam kajian Webometrics, dengan demikian

gabungan dari kontruksi serta sisi penggunaan dari web menjadi bahan kajian. http://www.webometrics.info/methodology).

(23)

Ada empat cakupan penelitian dalam Webometrics yang dikemukakan oleh Bjorneborn dan Ingwersen yang dikutip oleh Muntashir (2012: 41) yaitu ;

1) Analisis konten halaman web, 2) Analisis struktur link web,

3) Analisis penggunaan web (memasukan log file dari pemakai, pencarian dan prilaku penelusuran),

4) Analisis teknologi Web (termasuk kemampuan mesin pencari).

Dalam merangking, webometrics melibatkan beberapa search engine antara lain: mesin pencari umum Google, Yahoo, Live (MSN)/Bing, Exalead, dan ilmiah khusus database Google Scholar dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:

Tabel 5. Kriteria Penilaian World Class University menurut Webometrics

No. Kriteria Definisi Bobot

(%) 1 Size (Ukuran) Jumlah halaman elektronik dalam suatu

website universitas yang terindeks oleh 4 (empat) mesin pencari yaitu: Yahoo, Google, Live Search dan Exalead.

20

2 Visibility

(Keternampakan)

Jumlah link ekternal yang berkaitan dengan universitas dan seluruh sivitas akademiknya yang dapat diakses melalui mesin pencari di atas.

Visibility bukan berarti hit, tapi jumlah total link yang dibuat oleh situs lain yang menunjuk ke suatu situs.

50

3 Rich Files

(Dokumen)

Ketersediaan dokumen-dokumen dari artikel akademik suatu universitas yang dapat diekstrak dari internet, baik dalam format: Word Document (.doc); Adobe Acrobat (.pdf); Microsoft power Point (.ppt) maupun Adobe Postcript (.ps).

15

4 Scholar (Pakar) Jumlah publikasi elektronik baik berupa jurnal, academic report dan academic item lainnya dari suatu website universitas dan terindeks oleh google scholar.

15

Total 100

Sumber: Taryana (2011: 1)

Berikut merupakan metode pengukuran Webometric (Webometric rank) menggunakan perhitungan (Wahono, 2008 : 1):

(24)

Handayani (2013: 1) mengemukakan pendapatnya mengenai parameter

Visibility, Size, Rich Files dan Scholar sebagai berikut:

1. Parameter Visibility (V)

Visibility adalah Jumlah link ekternal yang berkaitan dengan universitas dan seluruh sivitas akademiknya yang dapat diakses melalui mesin pencari. Visibility bukan berarti hit, tapi jumlah total link yang dibuat oleh situs lain yang menunjuk ke suatu situs.

Untuk memperoleh nilai visibility dapat dilakukan dengan mengetikan keyword: linkdo main:[alamat domain][spasi]-site:[alamatdomain] Contoh: “ugm.ac.id” -site:ugm.ac.id

“ui.ac.id” -site:ui.ac.id “itb.ac.id” -site:itb.ac.id 2. Parameter Size (S)

Size adalah banyaknya halaman dalam suatu domain yang diindeks oleh mesin pencari Google, Yahoo, Bing/ Live Search, Exalead. Terdapat empat search engine utama yang digunakan dalam perangkingan, dimana cara memperoleh nilai Size adalah dengan mengetikkan keyword: site:[alamat domain]

Contoh: site:ugm.ac.id. site:ui.ac.id site:itb.ac.id 3. Parameter Rich Files (R)

Rich files (R) adalah banyaknya file PDF, PS, DOC, dan PPT dalam suatu domain yang diindeks oleh Google.

Cara memperoleh nilai Rich Files dari search engine adalah dengan mengetikkan keyword: site:domain (spasi) filetype:format dokumen Contoh: site:ugm.ac.id filetype:pdf.

site:ui.ac.id filetype:pdf site:itb.ac.id filetype:pdf 4. Parameter Scholar (Sc)

Scholar (Sc) adalah banyaknya karya ilmiah dalam suatu domain yang diindeks oleh Google Scholar. Cara mengukur : Masuk ke url: http://scholar. google.com. Ketikan parameter berikut: site:[alamat domain] parameter : articles and patents, since 1992, dan includes citations.

Namun mulai Webometrics Juli 2012, parameter penilaian berubah. Menurut Hidayat (2012: 1), ada empat komponen yang menjadi indikator utama dari penilaian Webometrics ini, yaitu: Presence (20%), Impact (50%), Openness (15%), dan Excellence (15%).

1) Excellence (Keunggulan) merupakan jumlah artikel-artikel ilmiah publikasi perguruan tinggi yang bersangkutan yang terindeks di Scimago Institution Ranking dan di Google Scholar. Pada versi sebelumnya disebut Scholar.

(25)

2) Presence (Keberadaan) adalah banyaknya jumlah halaman website (html) dan halaman dinamik yang ada pada sebuah domain ataupun subdomain dari suatu universitas yang terindeks oleh mesin pencari (Google). Pada edisi sebelumnya disebut Size.

3) Impact (Dampak) merupakan jumlah eksternal link yang unik (jumlah backlink) yang diterima oleh domain web universitas (inlinks) yang tertangkap oleh mesin pencari (Google). Versi sebelumnya disebut

Visibility. Data link visibilitas diperoleh dari dua penyedia informasi

ini, yaitu Majestic SEO dan Ahrefs.

4) Openness (Keterbukaan) merupakan jumlah file dokumen jurnal, artikel ilmiah ataupun penelitian yang yang online di bawah domain website universitas yang tertangkap oleh mesin pencari (Google Scholar). Memperoleh status World Class University adalah impian setiap perguruan tinggi, untuk mewujudkan impian tersebut tentu saja terdapat kriteria dan lembaga pengekreditasinya. Saat ini beberapa institusi yang telah mantap dan diakui dunia sebagai lembaga pengakreditasi world class university antara lain:

1. The Times Higher Education - Quacquarelli Symonds (THE-QS)

Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings adalah salah satu

institusi yang menerbitkan daftar universitas peringkat dunia secara periodik selain Shao Jiao Tong University (SJTU), Webometrics, dan Times Higher Education Supplements (THES). QS World University Rankings dikelola oleh Quacquarelli Symonds Limited. Lembaga ini pada awalnya menerbitkan peringkat universitas dunia bersama Times Higher Education (THE) dengan tajuk THE-QS World University Rankings.

Tujuan dari adanya Time Higher Education Supplement (THES) World

Universty Rangking ini ialah mengetahui dan mengenali universitas-universitas

sebagai organisasi multidimensi serta untuk menyediakan perbandingan secara global agar menjadi universitas berkelas dunia. Adanya World Class University ini tentu dirasakan manfaatnya bagi universitas-universitas di seluruh dunia. Suatu universitas akan lebih dikenal oleh dunia internasional yang imbasnya bisa pada berbagai hal. Misalnya, dengan adanya peringkat ini, banyak calon mahasiswa asing yang ingin belajar di universitas top dunia tersebut. Selain itu, peringkat universitas ini akan berimbas pada peningkatan kualitas dari universitas itu sendiri. Dengan adanya peringkat universitas ini, banyak upaya yang dilakukan universitas-universitas di seluruh dunia agar universitas-universitas tersebut dapat berstandar internasional. Penelitian-penelitian dalam berbagai bidang pun

(26)

digalakkan, pembenahan kualitas dosen dan mahasiswa melalui metode pengajaran yang selalu diperbaiki pun dilakukan. Peringkat dalam World Class

University ini seharusnya dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan

terutama di universitas di seluruh dunia tidak hanya menjadi suatu kebanggaan atau ‘gelar bergengsi’ semata.

Menurut Melisa (2008: 1), ada empat pilar kunci dari pendekatan universitas kelas dunia, yaitu:

1. Kualitas Penelitian (Research quality) ialah indikator yang menunjukkan seberapa baik publikasi hasil penelitian suatu universitas. Jika suatu universitas merupakan pusat keunggulan dari multidisiplin ilmu maka universitas tersebut akan dikenal oleh seluruh dunia karena telah berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Indikator ini juga dapat dilihat dari kualitas peneltian, produktivitas (banyaknya paper yang dipublikasikan), penghargaan yang diperoleh, bahkan awards seperti penerima hadiah Nobel atau fields medals.

2. Kualitas Pengajaran (Teaching quality) ialah seberapa baik metode pengajaran yang dilakukan termasuk fasilitas pengajaran.

3. Kesiapan Kerja Lulusan (Graduate employability) ialah indikator yang menunjukkan seberapa baik lulusan universitas dapat bekerja dalam berbagai bidang serta seberapa besar gaji mereka.

4. Pandangan Internasional (International outlook) ialah indikator yang menunjukkan apakah universitas tertentu dapat berkontribusi tidak hanya bagi negaranya tetapi juga bagi negara lain yang dilihat dari proporsi mahasiswa asing, staf asing, mahasiswa pertukaran pelajar, serta kekuatan hubungan internasional dengan universitas lainnya di seluruh dunia.

2. Academic Ranking of World Universities (ARWU)

Academic Ranking of World Universities (ARWU) adalah sistem

perangkingan yang dilakukan oleh Institute of Higher Education, Shanghai Jiao Tong University (IHE-SJTU) Cina. Termasuk salah satu sistem perangkingan universitas yang cukup valid, dengan teknik dan metodologi yang diakui oleh dunia akademisi internasional. Kerja dari tim ARWU ini melahirkan study group bernama International Rankings Expert Group serta konferensi bertaraf internasional bernama International Conference on World-Class Universities. ARWU mulai mempublikasikan rangking universitas di tahun 2003, dan mengupdate setiap tahun rangking universitas di dunia. Pada tahun 2007, fitur perangkingan mulai ditambahi dengan rangking universitas di lima bidang ilmu yaitu Natural Sciences and Mathematics (SCI), Engineering/Technology and

(27)

Computer Sciences (ENG), Life and Agriulture Sciences (LIFE), Clinical Medicine and Pharmacy (MED), dan Social Sciences (SOC).

Menurut Wahono (2007: 1), Rangking ARWU dihitung berdasarkan 6 faktor utama, yaitu:

1. Alumni: Total jumlah alumni yang mendapatkan penghargaan nobel (Nobel Prize) di bidang fisika, kimia, ekonomi dan kedokteran serta meraih Field Medal di bidang matematika. Digunakan hitungan bobot (weight) berdasarkan kebaruan tahun mendapatkan penghargaan tersebut. Semakin lama mendapatkan penghargaan, semakin kecil bobot prosentase nilainya.

2. Award: Total jumlah staff saat ini yang mendapatkan penghargaan nobel (Nobel Prize) di bidang fisika, kimia, ekonomi dan kedokteran serta meraih Field Medal di bidang matematika.. Perhitungan bobotnya sama dengan Alumni.

3. HiCi: jumlah peneliti (dosen) yang mendapatkan nilai citation tinggi (high cited researcher) alias penelitiannya banyak dikutip oleh peneliti lain, dalam 20 kategori subyek berdasarkan publikasi resmi dari http://isihighlycited.com.

4. PUB: Jumlah artikel yang diindeks oleh Science Citation Index-Expanded dan Social Science Citation Index (http://www.isiknowledge.com).

5. TOP: Prosentase artikel yang dipublikasikan dalam top 20% journal internasional dari berbagai bidang ilmu. Penentuan top 20% journal adalah berdasarkan nilai impact factors dari Journal Citation Report (http://www.isiknowledge.com).

6. Fund: Jumlah total anggaran biaya penelitian dari sebuah universitas. Data didapatkan dari negara dimana universitas berada dan dari institusi-intitusi pemberi dana penelitian.

2.6 Peranan Perpustakaan dalam Meningkatkan Perangkingan Webometrics Sesuai dengan tujuan perpustakaan perguruan tinggi yang bertujuan untuk mendukung tujuan universitas yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat). Maka perpustakaan dapat berperan pula untuk mendukung keinginan universitas dalam menaikkan peringkatnya di

webometrics.

Peranan yang dapat dilakukan oleh perpustakaan dalam webometrics berdasarkan seminar training Direktorat Sistem Informasi (2010: 1) sesuai dengan indikatornya yaitu:

1. Visibility/ keternampakan

Indikator ini menghitung berapa banyak link eksternal yang terkandung dalam website tersebut. Perpustakaan dapat menambah penilaian dari indikator link misalnya dengan :

(28)

1) Mengisi/meng-update main website dan subdomain-nya dengan materi yang dapat menjadi rujukan sehingga website lain membuat link ke website Universitas.

2) Membuat daftar link antar perguruan tinggi Nasional ataupun Internasional.

3) Mengusahakan agar civitas kampus membuat link ke website Universitas saat memberikan komentar di blog atau forum website lain.

4) Mengirimkan metadata koleksi yang dimiliki ke situs Garuda (http://garuda.dikti.go.id/). Garuda (Garba Rujukan Digital) adalah portal penemuan referensi ilmiah Indonesia yang merupakan titik akses terhadap karya ilmiah yang dihasilkan oleh akademisi dan peneliti Indonesia. Garuda yang mencakup antara lain e-journal domestik, tugas akhir mahasiswa, dan laporan penelitian dikembangkan oleh Direktorat P2M-Dikti Depdiknas bekerjasama dengan PDII-LIPI serta berbagai perguruan tinggi dalam hal penyediaan konten.

2. Size/ ukuran

Indikator ini menghitung jumlah halaman yang tertangkap oleh mesin pencari seperti google, yahoo, live search dan exalead.

Peran yang dapat dilakukan perpustakaan, yaitu : 1) Membuat website perpustakaan sendiri.

2) Menyatukan semua domain yang terpisah-pisah menjadi satu domain.

3) Membuat blog untuk sivitas akademik. 4) Membuat Forum.

5) Mengaktifkan e-learning. 3. Rich Files/ kekayaan file

Indikator ini menghitung berapa banyak file jenis PDF (adobe acrobat), Adobe PostScript, Word Document, dan PPT (Presentation Document). Upaya yang dapat dilakukan perpustakaan, misalnya :

1) Upload file ke bentuk pdf, ps, doc dan ppt secara berimbang 2) Digitalisasi dan publikasi surat, bahan ajar, jadual dan lain lain.

3) Memasukkan publikasi ilmiah dari dosen/staff ke Institusional Repository.

4. Scholar (Sc)

Indikator ini diambil dari data situs google scholar terkait dengan tulisan-tulisan ilmiah dari perguruan tinggi bersangkutan.

Upaya yang dapat dilakukan yaitu:

1) Digitalisasi dan publikasi hasil karya ilmiah, penelitian, tugas akhir dan sejenisnya.

2) Membentuk tim khusus ”webometric” (jika dipandang perlu).

Selain peranan di atas menurut Harmawan (2008: 1), agar perpustakaan dapat berperan dalam meningkatkan peringkat Webometric, perpustakaan harus mengembangkan perpustakaan digital. Pengembangan perpustakaan digital dapat

(29)

dilakukan melalui pengembangan book, Journal, Grey Literature dan E-Local Content.

1. Pengembangan E-Book

Pengembangan koleksi e-book dapat dilakukan dengan pembelian atau pengembangan buku hasil karya dari civitas akademika. Kalau kita mengembangkan koleksi e-book dari pembelian penulis tidak yakin bahwa hal itu akan berpengaruh secara langsung terhadap peringkat Webometric. Namun apabila pengembangan e-book berasal dari hasil karya civitas akademika akan sangat berpengaruh terhadap peringkat Webometric.

2. Pengembangan E-Journal

Sama halnya dengan e-book, pengembangan e-journal berlangganan tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap Webometric. Namun pengembangan e-journal milik universitas akan dapat meningkatkan unsur–unsur dalam kriteria Webometric.

3. Pengembangan E-Grey Literature.

Grey literature atau literatur kelabu adalah koleksi yang tidak

diterbitkan secara luas. Yang termasuk koleksi ini adalah skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Apabila perpustakaan perguruan tinggi sudah medigitalkan koleksi tersebut, potensi untuk meningkatkan peringkat Webometric sangat besar.

4. Pengembangan E-Local Content

Sama halnya e-grey literature, e-local content sangat pontensial untuk meningkatkan peringkat Webometric.

Sehubungan dengan local content di atas, Setiawati (2006: 2), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan local content adalah :

Segala sesuatu yang bermuatan sumber pengetahuan/ informasi yang asli dihasilkan oleh suatu institusi/ lembaga, perusahaan atau daerah sampai dengan negara, yang dapat dijadikan sumber pembelajaran (learning

resources) dalam bentuk karya cetak maupun karya rekam.

Potensi local content dapat berupa :

1. Potensi suatu daerah/ negara salah satunya kebudayaan, sejarah, pariwisata, perekonomian dan sebagainya, yang menjadi ciri khas dari suatu daerah/ negara.

2. Potensi local content perusahaan salah satunya sejarah perusahaan, perkembangan produk yang dihasilkan, dokumentasi suatu media. 3. Potensi local institusi pendidikan atau perguruan tinggi yang terdiri para

akademisi, reseachter, tenaga non edukatif sebagai pengguna informasi pengetahuan aktif yang menghasilkan riset penelitian, Skripsi, Tugas Akhir, Laporan Akhir, artikel ilmiah, materi kuliah, kumpulan kebijakan pimpinan perguruan tinggi, sejarah perguruan tinggi atau event-event yang dilaksanakan oleh institusi/perguruan tinggi yang didokumentasikan baik tercetak maupun terekam.

(30)

Dari pendapat Setiawati di atas maka dapat diketahui bahwa yang dimakud dengan local content adalah segala sesuatu yang merupakan sumber pengetahuan/ informasi yang asli dihasilkan oleh suatu institusi/ lembaga, perusahaan atau daerah sampai dengan negara, yang dapat dijadikan sumber pembelajaran baik dalam bentuk karya cetak maupun karya rekam. Misalnya Potensi suatu daerah/ negara yang menjadi ciri khas dari suatu daerah/ Negara, potensi local content perusahaan, potensi lokal institusi pendidikan atau perguruan tinggi serta potensi lokal lainnya yang dihasilkan oleh para professional.

Pengembangan perpustakaan digital tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya pustakawan yang handal dan pustakawan yang menerima perkembangan teknologi. Untuk itu upaya-upaya pengembangan pustakawan agar selalu mengetahui perkembangan teknologi terus-menerus dilakukan. Pola pikir tradisional harus ditinggalkan menuju pola pikir terbuka dan mengikuti perkembangan teknologi. Kegiatan pustakawan tidak cukup hanya melakukan katalogisasi, klasifikasi, layanan sirkulasi, dan layanan referensi secara manual, tetapi harus lebih dari itu. Pustakawan harus mampu melakukan penelusuran informasi, pengembangan koleksi, pengolahan koleksi dan penyebarluasan informasi secara elektronik.

Gambar

Tabel 1. Jenis-Jenis Format File
Gambar   BMP   GIF   JPG   PCX   PNG   TGA   TIFF   WBMP   Windows bitmap
Tabel 2. Dimensi Kemudahan Penggunaan (usability)
Tabel 3. Dimensi kua litas informasi (information quality)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Gulzar dan Wang (2011) yang menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris dan komite

Berdasarkan makna tersebut dan sesuai dengan Visi Pemerintah Kabupaten Padang Lawas tahun 2014-2019, maka visi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Adobe dan program aplikasi standar yang digunakan untuk membuat animasi dan. bitmap yang sangat menarik untuk keperluan pembangunan situs web

harus mengikuti kaidah sebagai berikut (a) menggunakan sedikit mungkin input bahan kimia, (b) melaksanakan tindakan konservasi tanah dan air, (c) memperhatikan

Para penganut ekonomi kelembagaan percaya bahwa pendekatan multidisipliner sangat penting untuk memotret masalah-masalah ekonomi, seperti aspek sosial, hukum,

Hasil uji ortogonal pada Tabel 2, menunjukkan bahwa peningkatan kadar hara K tanah selain memberikan pengaruh yang bersifat linier, juga menunjukkan pengaruh

Akan tetapi hasil yang diperoleh berjumlah 17 sampel genom dimana sampel nomor 1 dan 2 adalah dari orang yang sama, inilah yang membuat jumlah sampel 17 walaupun dua

Industri kreatif yang berupa sendratari Rara Jonggrang yang dipertunjukan pada siang hari, merupakan alternatif atraksi seni pertunjukan wisata yang memiliki potensi ekonomi