• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VIII

FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN

KE LUAR DESA

Fenomena mobilitas penduduk perempuan ke luar desa sebenarnya bukanlah merupakan suatu fenomena yang dianggap tabu oleh penduduk Desa Karacak. Saat ini, beberapa penduduk perempuan Desa Karacak ada yang terlibat dalam mobilitas penduduk ke luar desa, baik untuk keperluan sekolah ataupun bekerja. Meskipun jumlahnya tak sebanyak perempuan yang melakukan mobilitas ke luar desa, namun hal ini mengindikasikan adanya kesempatan bagi perempuan Desa Karacak untuk bisa melakukan mobilitas penduduk ke luar desa.

Penduduk perempuan yang kini tinggal di Desa Karacak, baik itu stayer, return migrant, maupun pendatang tentu saja memiliki alasan tersendiri yang menyebabkan mereka tetap tinggal di desa. Alasan-alasan tersebut diantaranya karena kehadiran faktor penahan yang akan dibahas dalam bab ini.

8.1. Karakteristik Individu Responden

Karakteristik individu adalah karakteristik internal responden yang bersifat pribadi dan dianalisis dalam penelitian ini. Karakteristik individu responden ini terdiri dari: umur, status pernikahan, umur anak terkecil, dan status pekerjaan suami.

8.1.1.Faktor Umur dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan

Umur adalah salah satu karakteristik pribadi yang dianalisis pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan mobilitas penduduk perempuan pada penelitian ini. Berikut adalah karakteristik umur responden:

(2)

Tabel 7. Karakteristik Umur Responden di Desa Karacak Tahun 2010

Umur

Tipe Responden Berdasarkan Jenis Migrasi Stayer

Return

Migrant Pendatang Total Persentase (%)

16-35 7 6 3 16 53.33

> 35 3 4 7 14 46.67

Total 10 10 10 30 100.00

Berdasarkan data pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa responden yang merupakan representasi dari penduduk perempuan Desa Karacak yang tinggal di desa memiliki karakteristik umur yang cenderung proporsional antara penduduk golongan umur 16-35 tahun dan penduduk dengan golongan umur di atas 35 tahun. Secara umum, umur bukanlah merupakan suatu faktor penahan mobilitas penduduk di Desa Karacak, karena penduduk perempuan yang tinggal di desa tidak ada dominansi di salah satu golongan umur. Namun demikian, umur berimplikasi pada fase kehidupan responden, dimana responden bergolongan umur 16-35 tahun merupakan responden yang sedang berada pada fase kehidupan menikah dan memiliki anak yang masih berusia balita atau usia sekolah. Adapun responden bergolongan umur di atas 35 tahun, meskipun beberapa di antara mereka sudah tidak memiliki anak yang berusia balita atau usia sekolah namun karakertistik usia mereka sudah tidak mendukung dalam melakukan mobilitas penduduk ke luar desa. Selain itu, penduduk usia 35 tahun ke atas, dimana di dalamnya terdapat golongan umur produktif tua dan non produktif tua, masih melakukan kegiatan-kegiatan pertanian yang tentu harus dilakukan di desa.

Mayoritas Return Migrant saat meninggalkan desa berada pada umur yang relatif muda, yaitu 15-20 tahun. Saat ini, penduduk perempuan yang melakukan mobilitas ke luar desa pun berada pada rentang umur yang sama, hanya saja

(3)

tujuan mobilitasnya yang berbeda, dimana sekarang mulai banyak yang melakukan mobilitas penduduk dengan alasan sekolah atau kuliah.

Keputusan untuk tetap tinggal di desa bagi penduduk usia 16-35 tahun merupakan suatu tindakan rasional yang secara sadar mereka lakukan guna melakukan tanggung jawabnya dalam fase hidup yang sedang mereka lewati. Bagi para penduduk dengan umur di atas 35 tahun, keputusan untuk tetap tinggal di desa merupakan suatu tindakan rasional yang sadar mereka lakukan dengan tujuan mengolah lahan pertanian dan berkumpul bersama sanak keluarga.

8.1.2.Faktor Status Pernikahan dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan

Selain umur, status pernikahan adalah salah satu karakteristik pribadi yang juga dianalisis pengaruhnya dalam pengambilan keputusan mobilitas penduduk perempuan pada penelitian ini. Karakteristik umur responden dalam penelitian ini menjadikan mayoritas responden (86,66 persen) berstatus menikah. Berikut adalah karakteristik status pernikahan responden berdasarkan karakteristik umurnya:

Tabel 8. Karakteristik Status Pernikahan Menurut Umur Responden di Desa Karacak Tahun 2010

Status Pernikahan Umur (Tahun)

16-35 > 35 Total Persentase (%)

Belum Menikah 2 0 2 6.67

Menikah 13 13 26 86.66

Janda 1 1 2 6.67

Total 16 14 30 100.00

Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa status pernikahan responden yang merupakan representasi dari penduduk perempuan Desa Karacak

(4)

yang tinggal di desa mayoritas (86,66 persen) sudah menikah. Dengan pernikahan, seorang perempuan memasuki babak baru di kehidupannya, dimana terjadi perubahan status dan peranan dirinya. Jika pada awalnya seorang perempuan tidak memiliki keterikatan terhadap suami dan anak, maka dengan menikah perempuan memiliki sebuah keterikatan dengan suami dan anaknya.

Sebesar 60 persen returnt migran pergi meninggalkan desa saat masih berstatus belum menikah, begitupun para penduduk perempuan yang kini sedang melakukan mobilitas penduduk ke luar desa dengan alasan sekolah maupun bekerja, seluruhnya tidak berstatus menikah. Selain itu, bagi perempuan return migrant pernikahan merupakan salah satu penyebab utama kembalinya mereka dari tempat perantauan. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang responden yang dulu sempat bekerja di luar desa:

“…Kapungkur pernah damel di Bandung jadi PRT, tapi pas bade nikah, dipiwarang eureun ku sepuh..” (Herni, 25 tahun)

(Dulu pernah kerja di Bandung jadi PRT, tapi pas mau nikah, orang tua menyuruh saya untuk berhenti.)

“…Tisaprak tos nikah ge tara kamana-mana, da gaduh putra anu kedah diurus…” (Tuti, 25 tahun)

(Semenjak menikah, saya jadi tidak suka pergi kemana-mana, soalnya saya punya anak yang harus diurus.)

Selain penuturan dari pihak istri, ada pula suami dari responden yang turut berpendapat. Pendapat ini semakin menguatkan bahwa status perempuan yang telah terikat dalam suatu pernikahan merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat mobilitas mereka.

“….ya kalau sudah jadi istri, baiknya mengabdi sama suami, ga usah pergi-pergi ke luar lagi, nanti anak siapa yang ngurus?” (Saefuddin, 50 tahun)

(5)

Bagi para penduduk perempuan pendatang, pernikahan adalah penyebab utama kedatangan mereka ke desa ini. Pernikahan pula lah yang menjadikan mereka menetap di desa tersebut dan tidak kembali ke daerah asal mereka.

Keputusan stayer, return migrant, dan pendatang untuk tidak melakukan mobilitas penduduk ke luar desa merupakan suatu tindakan rasional yang dilakukan dengan tujuan menjalani tanggung jawab sebagai seorang istri, dengan mengurus rumah tangga di desa, daripada harus pergi ke luar dan meninggalkan keluarga mereka.

8.1.3.Faktor Umur Anak Terkecil dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan

Umur Anak Terkecil adalah salah satu karakteristik pribadi yang dianalisis pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan mobilitas penduduk perempuan pada penelitian ini. Berikut adalah karakteristik umur anak terkecil responden berdasarkan status pernikahannya:

Tabel 9. Karakteristik Umur Anak Terkecil Responden Berdasarkan Status Pernikahannya di Desa Karacak Tahun 2010

Umur Anak Terkecil

Tipe Responden Berdasarkan Jenis Migrasi Belum

Menikah Menikah Janda Total

Persentase (%) Belum memiliki anak 2 0 0 2 6.67 Balita (0-5 tahun) 0 11 0 11 36.67 Usia Sekolah (6-15 tahun) 0 7 2 9 30.00 Dewasa (> 15 tahun) 0 8 0 8 26.66 Total 2 26 2 30 100.00

(6)

Berdasarkan data pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa umur anak terkecil responden yang merupakan representasi dari penduduk perempuan Desa Karacak yang tinggal di desa, mayoritas (36,67 persen) di antara mereka masih dalam umur Balita. Selain itu, sebanyak 30 persen responden masih memiliki anak terkecil dengan usia sekolah. Kehadiran anak yang masih membutuhkan pengasuhan dan perhatian terutama dari sang ibu menjadikan perempuan stayer, return migrant, dan pendatang tetap berada di desa.

Mayoritas penduduk perempuan dengan status menikah masih memiliki anak terkecil dalam umur balita. Hal ini membuat perempuan kian terikat dengan status pernikahan mereka dan membuat mereka semakin berat untuk meninggalkan suami dan anaknya yang masih membutuhkan perhatian penuh dari sang ibu. Adapun penduduk perempuan yang berstatus janda, meskipun sudah tidak memiliki keterikatan terhadap suaminya, namun mereka masih memiliki anak dengan usia sekolah. Kebutuhan untuk menyekolahkan anaknya tidak lantas menjadikan mereka untuk bekerja ke luar desa. Mereka berusaha semaksimal mungkin mendapatkan penghidupan di desa, karena mereka tidak mau meninggalkan anak mereka dan menitipkannya pada keluarga mereka.

Kehadiran anak juga menjadi salah satu penyebab kembalinya return migrant ke desa. Begitupun para stayer memutuskan untuk tetap tinggal di desa, karena sejak awal mereka memang sudah terikat status pernikahan dan memiliki anak yang masih perlu diperhatikan penuh oleh mereka. Keputusan responden untuk tetap tinggal di desa sengaja mereka lakukan untuk mengurus anak-anak mereka yang masih kecil, daripada mereka bekerja dan menitipkan anaknya pada sanak keluarganya yang lain.

(7)

8.1.4.Faktor Jenis Pekerjaan Suami dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan

Jenis pekerjaan suami adalah salah satu karakteristik pribadi yang dianalisis pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan mobilitas penduduk perempuan pada penelitian ini. Berikut adalah karakteristik jenis pekerjaan suami responden berdasarkan umur anak terkecilnya:

Tabel 10. Karakteristik Jenis Pekerjaan Suami Responden Berdasarkan Umur Anak Terkecilnya

Status Pekerjaan

Suami

Umur Anak Terkecil Balita (0-5 tahun) Usia Sekolah (6-15 tahun) Dewasa (> 15 tahun) Total Persentase (%) Bekerja di Desa 7 4 7 18 69.23 Bekerja di Luar Desa 4 3 1 8 30.77 Total 11 7 8 26 100.00

Berdasarkan data pada Tabel 10, terlihat bahwa mayoritas suami responden bekerja di desa dan tidak melakukan mobilitas penduduk ke luar desa. Adapun responden yang memiliki suami yang bekerja di luar desa, mayoritas masih memiliki anak balita, sehingga ia semakin tidak mungkin untuk pergi demi mengurus rumah tangga dan menjaga anak balitanya.

Keputusan responden untuk tetap tinggal di desa, terutama yang dirasakan oleh responden yang memiliki suami yang bekerja di luar desa dan masih memiliki anak balita merupakan suatu pertimbangan logis yang mereka lakukan untuk mengurus rumah tangga mereka yang ditinggalkan suaminya ke luar desa. Rumah dan kehidupan anak-anaknya di desa menjadi tanggung jawab mereka, sehingga ia tidak bisa melakukan mobilitas penduduk ke luar desa.

(8)

8.2. Kondisi Sosial Ekonomi Responden

Kondisi sosial ekonomi responden adalah salah satu bagian dari karakteristik pribadi responden yang menentukan status sosial dan ekonomi responden. Kondisi sosial ekonomi responden terdiri dari status pekerjaan responden, tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan pribadi responden, dan status ekonomi keluarga responden.

8.2.1.Faktor Status Pekerjaan dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan

Status Pekerjaan adalah salah satu karakteristik pribadi yang dianalisis pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan mobilitas penduduk perempuan pada penelitian ini. Berikut adalah karakteristik umur responden:

Tabel 11. Karakteristik Status Pekerjaan Responden di Desa Karacak Tahun 2010

Status Pekerjaan

Tipe Responden Berdasarkan Jenis Migrasi

Stayer Return

Migrant Pendatang Total

Persentase (%)

Tidak Bekerja 7 5 7 19 63.33

Bekerja 3 5 3 11 36.67

Total 10 10 10 30 100.00

Berdasarkan data pada Tabel 11, dapat diketahui sebagian besar (63,33 persen) responden yang merupakan representasi dari penduduk perempuan Desa Karacak yang tinggal di desa tidak bekerja. Makna bekerja dalam hal ini adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan berupa materi bagi mereka. Perempuan yang tidak bekerja banyak terdapat pada responden jenis stayer dan pendatang. Adapun pada responden return migrant, perbandingan antara perempuan yang bekerja dan tidak bekerja adalah sama. Pengalaman bekerja selama melakukan mobilitas penduduk ke luar desa, menjadikan mereka memiliki keterampilan dan kemauan untuk bekerja di desa. Selain itu, pengalaman selama

(9)

di luar desa menjadikan para return migrant memiliki jejaring yang luas, seperti salah seorang responden yang dengan jejaring yang ia miliki, kini ia menjadi pengrajin kerudung dengan manik-manik yang merupakan pesanan dari kota.

Pada penduduk perempuan yang bekerja, pekerjaan mereka adalah salah satu faktor penahan dalam pengambilan keputusan mobilitas. Hal ini terutama bagi para perempuan yang sudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai di desa, seperti menjadi guru atau PNS yang dialami oleh beberapa penduduk pendatang. Namun demikian, bagi mereka yang berstatus tidak bekerja, pekerjaan bukanlah menjadi faktor penahan mereka, karena kegiatan mereka sehari-hari pun hanya sebatas pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan sosial saja.

8.2.2.Faktor Tingkat Pendidikan dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan

Tingkat Pendidikan adalah salah satu karakteristik pribadi yang dianalisis pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan mobilitas penduduk perempuan pada penelitian ini. Berikut adalah karakteristik umur responden:

Tabel 12. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden di Desa Karacak Tahun 2010

Tingkat Pendidikan

Tipe Responden Berdasarkan Jenis Migrasi

Stayer Return Migrant Pendatang Total Persentase

(%)

Rendah 7 4 4 15 50.00

Sedang 3 6 4 13 43.33

Tinggi 0 0 2 2 6.67

Total 10 10 10 30 100.00

Berdasarkan data pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang merupakan representasi dari penduduk perempuan Desa Karacak yang tinggal didesa memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Stayer adalah

(10)

responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah terbanyak dibandingkan jenis responden yang lainnya. Rendahnya tigkat pendidikan mereka menyebabkan mereka tidak berani untuk pergi ke luar desa, karena tidak memiliki modal pendidikan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan di luar desa. Para return migrant cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari para stayer, karena saat mereka melakukan mobilitas penduduk di masa lampau, tentu mereka bukanlah orang-orang biasa di desanya. Tingkat pendidikan mereka lebih tinggi dari kebanyakan penduduk desa saat itu. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi merupakan penduduk perempuan pendatang yang datang ke Desa Karacak bukan karena pernikahan, melainkan surat tugas untuk menjadi guru di desa ini.

Keputusan para penduduk perempuan Desa Karacak yang memiliki tingkat pendidikan rendah untuk tetap tinggal di desa merupakan suatu pertimbangan rasional atas kemungkinan pekerjaan yang mereka dapatkan di luar desa dengan modal tingkat pendidikan yang rendah dan kenyamanan yang telah mereka rasakan di desa. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu penduduk perempuan Desa Karacak:

“….ari ngan saukur ijazah SD mah bade damel naon di kota na ge, daripada damel teu puguh di kota, mendingan di kampung wae ngumpul jeung kulawarga…” (Jubaedah, 38 tahun)

(kalau hanya sekedar ijazah SD sih mau kerja apa di kota juga, daripada kerja tidak karuan di kota, lebih baik di kampung saja berkumpul bersama keluarga)

8.2.3.Faktor Tingkat Pendapatan Pribadi dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan

Tingkat Pendapatan Pribadi adalah salah satu karakteristik pribadi yang dianalisis pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan mobilitas penduduk perempuan pada penelitian ini. Berikut adalah karakteristik umur responden:

(11)

Tabel 13. Karakteristik Tingkat Pendapatan Pribadi Responden di Desa Karacak Tahun 2010

Tingkat Pendapatan

Pribadi

Tipe Responden Berdasarkan Jenis Migrasi

Stayer Return

Migrant Pendatang Total

Persentase (%)

Rendah 9 8 8 25 83.33

Tinggi 1 2 2 5 16.67

Total 10 10 10 30 100.00

Berdasarkan data pada Tabel 13, dapat diketahui bahwa mayoritas responden (83,33 persen) yang merupakan representasi dari penduduk perempuan Desa Karacak yang tinggal di desa memiliki tingkat pendapatan yang rendah, bahkan tidak berpendapatan. Hal ini merupakan implikasi dari minimnya jumlah penduduk perempuan yang bekerja. Rendahnya tingkat pendapatan pribadi responden ini terjadi merata baik pada stayer, return migrant, dan pendatang.

Tingkat pendapatan pribadi yang rendah pada responden tidak menjadikan mereka terdorong untuk melakukan mobilitas penduduk. Hal ini berkaitan dengan karakteristik pribadi responden yang lain seperti status pernikahan dan banyaknya responden yang masih memiliki balita dan anak usia sekolah. Oleh karena itu tingkat pendapatan pribadi yang rendah tindak memiliki kemampuan mendorong responden untuk melakukan mobilitas penduduk ke luar desa guna mengejar tingkat pendapatan yang lebih baik.

8.2.4.Faktor Status Ekonomi Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan

Status ekonomi keluarga adalah salah satu karakteristik pribadi yang dianalisis pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan mobilitas penduduk perempuan pada penelitian ini. Berikut adalah karakteristik umur responden:

(12)

Tabel 14. Karakteristik Status Ekonomi Keluarga Responden di Desa Karacak Tahun 2010

Status Ekonomi Keluarga

Tipe Responden Berdasarkan Jenis Migrasi

Stayer Return

Migrant Pendatang Total

Persentase (%)

Rendah 6 5 5 16 53.33

Tinggi 4 5 5 14 46.67

Total 10 10 10 30 100.00

Berdasarkan data pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (53,33 persen) yang merupakan representasi dari penduduk perempuan Desa Karacak yang tinggal di desa memiliki status ekonomi keluarga yang rendah. Bagi responden yang yang berusia muda dan menginginkan untuk melakukan mobilitas penduduk ke luar desa guna melanjutkan sekolah ataupun kuliah, status ekonomi keluarga yang rendah menjadi salah satu faktor yang menahan niat mereka untuk pergi. Hal ini sesuai dengan pemaparan dari salah seorang responden:

“…ya kalau ditanya mau mah, mau kuliah ke luar desa, tapi kan si bapak cuma petani, jadi ga ada uang buat biaya kuliah..” (Siska, 19 tahun)

Fasilitas pendidikan lengkap yang tersedia di kota tidak dapat memberikan kekuatan yang besar untuk menarik terjadinya mobilitas penduduk ke luar desa. Hal ini terkait pertimbangan biaya dalam memanfaatkan fasilitas pendidikan tersebut. Bagi responden yang memiliki status ekonomi rendah, faktor ini tidak kuat mendorong responden tersebut untuk pergi meninggal desa dalam rangka memperbaiki status ekonomi keluarganya. Hal ini merupakan hasil pertimbangan terhadap faktor-faktor pribadi lainnya yang tidak sesuai untuk melakukan mobilitas ke luar desa dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik saat di luar desa. Adapun bagi responden yang sudah memiliki status ekonomi keluarga

(13)

tinggi, faktor ini menjadi faktor penarik untuk tetap tinggal di desa, karena kehidupan mereka di desa sudah nyaman. Kelebihan materi yang mereka miliki biasanya mereka investasikan dalam bentuk pendidikan anak-anaknya.

8.3. Ikhtisar Bab VIII

Faktor-faktor penahan mobilitas penduduk perempuan ke luar desa yang terjadi di Desa Karacak berawal dari ketidaksesuaian karakteristik pribadi dalam memenuhi sifat selektivitas migrasi. Ketidaksesuaian karakteristik pribadi berpengaruh terhadap penilaian responden terhadap faktor-faktor di daerah asal dan faktor di daerah tujuan.

Pertimbangan-pertimbangan yang mereka lakukan mendorong pada suatu tindakan rasional berupa tetap tinggal di desa dan tidak melakukan mobilitas penduduk. Pertimbangan itu didasarkan pada karakteristik pribadi dan penilaian terkadap faktor di daerah asal dan faktor di daerah tujuan.

Gambar

Tabel 7. Karakteristik Umur Responden di Desa Karacak Tahun 2010
Tabel 9. Karakteristik Umur Anak Terkecil Responden Berdasarkan Status  Pernikahannya di Desa Karacak Tahun 2010
Tabel 10. Karakteristik Jenis  Pekerjaan Suami Responden Berdasarkan Umur  Anak Terkecilnya
Tabel 13. Karakteristik Tingkat Pendapatan Pribadi Responden di Desa Karacak  Tahun 2010
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berpikir adalah hal yang membedakan ciptaan Allah dengan ciptaan yang lainnya, karena Allah menciptakan manusia dengan akal dan pikiran untuk dapat membedakan hal yang

5) Pemerintah melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 215/AL.506/ PHB-87 tentang Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah dari Kapal telah mewajibkan kepada setiap pelabuhan

Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kesiapan siswa yang memadai, dan partisipasi dalam pembelajaran sesuai paradigma Student

Berdasarkan Surat Keputusan Walikotamdya Kepala Daerah Tingkat II Tanjung Karang – Teluk Betung Nomor : 58/B6.II/HK1975 maka organisasi Badan Pembina Kebersihan,

Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah siswa, guru dan yang berhubungan dengan ekstrakurikuler Tapak suci.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

Ransum pada penelitian ini disusun dengan kandungan energi-protein yang seimbang, sehingga tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan dan juga

Salah satu usaha pembinaan tersebut adalah melalui kompetisi debat, yang telah dirumuskan dalam National University Debating Championship (NUDC). Kegiatan debat sudah

1. Kategori Novice diikuti oleh tim hasil seleksi wilayah yang ditentukan melalui mekanisme wawancara pada waktu seleksi tingkat nasional. Tim yang masuk kategori Novice adalah