• Tidak ada hasil yang ditemukan

Feromon 3. BAHAN DAN METODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Feromon 3. BAHAN DAN METODE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

5 Pemijahan ikan tawes secara imbas dianggap lebih murah dari teknik hipofisasi karena ikan mas perangsang bisa dipakai lebih dari sekali (Zairin et al. 2005).

Feromon

Kittredge et al. (1971) telah memperkirakan 20 tahun sebelumnya bahwa organisme perairan umumnya menggunakan senyawa hormonal sebagai feromon. Feromon telah didefenisikan sebagai zat yang diekskresikan ke luar oleh suatu individu (pengirim) dan diterima oleh individu kedua dari spesies yang sama, dimana keduanya menyebabkan reaksi tertentu, misalnya perilaku tertentu atau proses perkembangan (Karlson dan Luscher 1959 dalam Sorensen dan Stacey 2004). Perilaku pemijahan

Semua tahap kehidupan ikan mas menggunakan bau feromon multikomponen yang kompleks untuk mengidentifikasi kondisi seksual dalam perilaku aktif ikan dari banyak spesies (Levesque et al. 2011). Feromon tidak terbatas pada jenis kelamin tertentu dan spesies yang berbeda dapat memproduksi dan melepaskan feromon yang sama, namun respon induksinya bervariasi (Burnard et al. 2008).Feromon pada ikan dilepaskan bersamaan dengan urin (

ikan diindikasikan dipengaruhi oleh feromon. Berdasarkan fungsinya, feromon dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu isyarat anti-predator, isyarat sosial, dan isyarat reproduksi. Masing-masing kategori terdiri dari feromon yang dapat menimbulkan respons primer yaitu efek fisiologis atau perubahan endokrinologis yang terjadi lebih lambat dan atau releaser responses yaitu perubahan perilaku yang kuat (Sorensen dan Stacey 2004, Appelt dan Sorensen 2007).

Yambe et al. 2006).

Ikan mas koki betina (Carrasius auratus) yang berovulasi melepaskan hormon seks steroid 17α,20β-dihydroxy-4-pregnen-3-one (17α,20β-P) berfungsi sebagai feromon seks praovulasi (Dulka et al. 1987). Saat ovulasi, ikan betina dari berbagai spesies merilis F-Prostaglandin yang menarik ikan jantan sejenis. Pada ikan mas, feromon ini diidentifikasi sebagai PGF2α dan metabolit tubuh lain yang tidak teridentifikasi, disebut feromon kompleks (Lim dan Sorensen 2012). Zheng et al. (1997) mengemukakan bahwa respon terhadap feromon 17α,20β-P merupakan penentu utama kesuksesan reproduksi ikan mas koki jantan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengaruh feromon 17α,20β-P menyebabkan peningkatan aktivitas pemijahan, volume dan cairan sperma, durasi motilitas sperma dan proporsi sperma motil. Berbagai macam bahan kimia telah diupayakan agar memiliki fungsi yang sama seperti feromon. Namun hanya steroid gonad, prostaglandin, dan asam empedu yang diketahui dapat dideteksi organ penciuman dan menimbulkan respons biologis (Sorensen dan Stacey 2004).

Selain merangsang, feromon yang dilepaskan akan membantu penyeragaman aktivitas seksual yang maksimum, peningkatan kemungkinan pembuahan dan waktu kematangan telur (Zairin et al. 2005).

3. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2012, bertempat di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar

(2)

6

Cijeruk. Analisis hormon testosteron dan estradiol dilakukan di Laboratorium Hormon Unit Rehabilitasi dan Reproduksi, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Uji dan Rancangan Penelitian

Induk yang digunakan adalah induk ikan mas betina dengan bobot + 1,5 kg/ekor dan jantan + 0,5 kg/ekor, sedangkan induk ikan tawes dengan bobot

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan satu faktor dalam RAL dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan (Tabel 1 dan Lampiran 1).

sekitar 0,5 kg/ekor.

Tabel 1 Desain perlakuan pemijahan ikan mas dalam merangsang pemijahan ikan tawes dalam metode Cangkringan

Metode Penelitian Persiapan Induk

Induk ikan mas bersal dari Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk Bogor sedangkan induk ikan tawes berasal dari petani ikan di Desa Petir Kecamatan Darmaga Bogor. Induk telah siap digunakan sebagai organisme uji ketika telah matang gonad. Induk ikan mas betina yang dapat dipijahkan berumur 1,5-3 tahun sedangkan induk jantan berumur 6 bulan ke atas. Menurut Zairin et al. (2005) kematangan gonad pada ikan mas betina ditandai dengan perut yang membesar, gerakan lamban, lubang genital agak terbuka dan memerah. Pada ikan tawes betina, kematangan gonad ditandai dengan perut yang membuncit pula ke arah anus dan bila diraba terasa lunak. Tanda lain adalah terlihatnya pembuluh darah pada sirip dada, sirip perut dan sirip ekor lebih jelas dari biasanya dan berwarna kemerah-merahan. Kematangan induk jantan ditunjukkan oleh keluarnya cairan putih dengan mudah jika perutnya diurut dari bagian perut ke arah anus.

Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan berupa bak fiber berbentuk bulat dengan volume 2,25 ton sebanyak 15 unit yang masing-masing di dalamnya ditempatkan hapa sebagai pemisah antara ikan mas dan ikan tawes (Gambar 3). Kakaban ditempatkan di permukaan air sebagai tempat penempelan telur ikan mas. Setelah pemasangan hapa selesai, air dialirkan ke wadah pemijahan hingga tinggi air dalam hapa kira-kira 75 cm dan diaerasi. Air yang digunakan adalah air yang telah diendapkan di dalam tandon. Temperatur air berkisar antara 25-27 o

Perlakuan

C. Pengamatan tingkah laku ikan sebelum, selama dan setelah pemijahan, dilakukan

Keterangan

A (K-) Ikan mas (♂♂♀ tidak disuntik) & ikan tawes (♂♀) B (K+) Ikan mas (♂♂♀ disuntik) & ikan tawes (♂♀)

C Ikan mas (♂♂ disuntik, ♀ tidak disuntik) & ikan tawes (♂♀) D Ikan mas (♂♂♂ disuntik) & ikan tawes (♂♀)

(3)

7 dengan cara pada setiap wadah ditempatkan kamera perekam dengan jarak 50 cm dari atas permukaan air.

Gambar 3

Pemberokan Induk

Wadah perlakuan yang digunakan selama penelitian; hapa sebagai pemisah antara ikan mas dan ikan tawes (panah)

Induk ikan mas dan ikan tawes yang telah terpilih untuk dipijahkan, diberok atau dipuasakan pada air yang mengalir secara terpisah antara jantan dan betina.

Pengambilan Contoh Telur

Fungsi pemberokan adalah menghilangkan stres pada saat ditangkap. Selain itu pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran, mengurangi kandungan lemak dalam gonad dan menghindari perkawinan liar. Pemberokan ikan mas dilakukan selama 2 hari dan ikan tawes selama 5 hari.

Pengambilan contoh telur dilakukan sebelum penyuntikan pertama dengan metode kanulasi pada semua induk betina (Gambar 4). Contoh telur diambil minimal sebanyak 30 butir per ekor ikan. Telur yang diperoleh ditempatkan dalam larutan serra (alkohol 99% : formaldehida 40% : asam asetat 100% dengan perbandingan 6:3:1) (Yueh dan Chang 2000; Zarski et al. 2011) untuk meningkatkan transparansi dari sitoplasma. Telur diukur dan diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x10 yang dilengkapi dengan mikrometer okuler untuk melihat diameter dan letak inti telur. Telur yang telah matang dapat dilihat dari posisi inti telur yang tampak jelas berada di tengah (fase dorman) atau sudah mulai bergerak ke tepi, GVM (Germinal Vesicle Migration).

(4)

8

Gambar 4 Pengambilan contoh telur

Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan sampel darah dilakukan hanya pada induk ikan mas untuk analisis hormon testosteron dan estradiol. Sampel darah diambil sebelum penyuntikan pertama dan sesudah induk ikan mas memijah. Ikan mas dianestesi menggunakan 2-fenoxyethanol (0,3 mL/L air media). Kemudian ikan ditandai, selanjutnya sampel darah diambil dari bagian vena caudal (ekor) sebanyak 1,5 mL menggunakan syringe 3 mL yang telah dibilas dengan anti koagulan (Natrium citrat hydrate 3,8%) (Gambar 5). Setelah itu darah disentrifugasi selama 15 menit pada suhu 4 oC dengan kecepatan 3000 rpm. Plasma yang diperoleh diambil menggunakan pipet mikro dan dipindahkan ke dalam tabung polietilen1,5 mL. Plasma disimpan dalam freezer pada suhu -20 oC hingga dilakukan pengukuran kadar hormon. Setelah pengambilan darah, ikan uji kemudian dimasukkan ke dalam bak fiber untuk pemulihan selama 2 jam sebelum penyuntikan dilakukan.

Gambar 5 Pengambilan sample darah

Penyuntikan Induk

Sebelum disuntik, bobot tubuh ikan mas dan ikan tawes ditimbang terlebih dahulu. Ikan mas disuntik dengan ovaprim secara intramuskular dengan dosis 0.6

(5)

9 ml/kg bobot tubuh untuk merangsang ovulasi (Gambar 6). Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali untuk ikan mas betina (dosis 30:70) dengan interval penyuntikan masing-masing 6 jam. Sedangkan penyuntikan pada ikan mas jantan dilakukan satu kali bersamaan dengan penyuntikan kedua pada ikan betina. Pada perlakuan A dan E tidak dilakukan penyuntikan.

Gambar 6 Penyuntikan induk

Pemijahan dengan Sistem Imbas

Sesaat setelah penyuntikan, induk-induk ikan kemudian dimasukkan kedalam wadah penelitian. Padat penebaran pada masing-masing bak adalah 3 ekor ikan mas (jenis kelamin sesuai perlakuan) dan 2 ekor ikan tawes (1 jantan + 1 betina), di dalam wadah pemijahan antara ikan tawes dan ikan mas disekat dengan hapa. Setiap selang waktu 3 jam dilakukan pengecekan telur terhadap induk-induk betina yang mengalami ovulasi. Lama masa tunggu dalam pencatatan waktu ovulasi ikan yaitu selama 36 jam setelah penyuntikan ke dua. Setelah 36 jam pengecekan ovulasi telur dilakukan dengan cara mengambil ikan menggunakan serokan ikan kemudian diurut (stripping) menggunakan jari jempol secara perlahan.

Parameter Penelitian Tingkat Kematangan Gonad

Tingkat kematangan gonad pada induk ikan mas dan ikan tawes dapat dilihat dari diameter dan posisi inti telurnya. Telur yang telah matang memiliki ukuran diameter maksimum dan inti telur yang tampak jelas, lebih kecil dan berada di tengah (fase dorman) atau sudah mulai bergerak ke tepi (germinal vesicle migration, GVM) (Rotdmann et al. 1991; Yueh dan Chang 2000).

Tingkah Laku Pemijahan Ikan

Parameter yang diamati yaitu tingkah laku pemijahan ikan yang dibagi menjadi tiga, yaitu tingkah laku pada fase pra-pemijahan, tingkah laku ikan pada fase pemijahan dan tingkah laku ikan pada fase pasca-pemijahan. Tingkah laku pemijahan diamati dengan menggunakan kamera perekam.

(6)

10

Diameter Telur

Penghitungan pengukuran diameter telur menggunakan rumus: A = B/C x 0,01 mm

Keterangan: A = Ukuran sebenarnya dalam mm

B = Nilai yang didapat dari pengamatan mikrometer C = Perbesaran lensa objektif dibagi 100

Waktu Ovulasi Ikan Mas (WOM)

Setelah penyuntikan kedua, dilakukan pencatatan terhadap lama waktu masing-masing ikan uji tersebut mencapai ovulasi. Setiap selang waktu 3 jam dilakukan pengecekan telur terhadap induk-induk betina yang mengalami ovulasi. Lama masa tunggu dalam pencatatan waktu ovulasi ikan yaitu selama 36 jam setelah penyuntikan ke dua.

Beda Waktu Mijah Antara Ikan Mas dan Ikan Tawes (WOT)

Waktu memijah spesies ikan yang berbeda adalah tidak sama. Untuk itu perlu adanya pencatatan beda waktu mijah antara ikan mas dan ikan tawes agar didapatkan berapa selisih waktu yang dibutuhkan masing-masing ikan tersebut untuk memijah sehingga dapat diketahui ikan yang lebih dulu terangsang untuk memijah apakah ikan mas atau ikan tawes.

Derajat Pemijahan (DP) pada Ikan Tawes

Derajat pemijahan ditentukan dari jumlah induk yang berovulasi dibagi dengan jumlah induk yang dipijahkan dan dinyatakan dalam persen. Derajat ovulasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah induk yang berovulasi

Derajat pemijahan = x 100 %

Jumlah induk yang dipijahkan

Jumlah Telur yang Diovulasikan (TO) pada Ikan Tawes

Jumlah telur yang diovulasikan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: TO = (Bg/Bs) x N

Keterangan: TO = jumlah telur yang diovulasikan, Bg = bobot gonad (g),

Bs = bobot sub sampel gonad (g),

N = jumlah telur dalam sub sampel gonad (butir).

Derajat Pembuahan (FR) pada Ikan Tawes

Setelah pembuahan terjadi dilakukan penghitungan derajat pembuahan. Pengamatan derajat pembuahan ini dilakukan terhadap telur yang sudah diinkubasi. Telur yang tampak jernih yolk-nya dan mulai berkembang dianggap sebagai telur yang terbuahi. Sementara telur yang tampak yolk-nya putih buram dan mulai pecah dianggap tidak terbuahi. Derajat pembuahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah telur yang dibuahi

Derajat pembuahan = x 100 % Jumlah telur yang dipijahkan

(7)

11

Daya Tetas Telur (HR) pada Ikan Tawes

Derajat penetasan ditentukan dari jumlah telur yang menetas dibagi dengan total telur yang dibuahi dan dinyatakan dalam persen. Derajat penetasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah telur yang menetas

Derajat penetasan = x 100 %

Jumlah Telur yang dibuahi

Konsentrasi Hormon Testosterone dan Estradiol pada Ikan Mas

Analisis sampel darah dilakukan dengan menggunakan metode ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay)

Parameter Kualitas Air

, untuk melihat kandungan hormon testosteron dan estradiol yang terdapat dalam darah ikan sebelum dan sesudah ikan memijah.

Pada penelitian ini akan dilakukan pengamatan terhadap beberapa parameter kualitas air sebagai data penunjang seperti kualitas air seperti suhu, DO, dan pH.

Analisis Data

Semua data yang didapatkan dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Data disajikan dalam bentuk gambar dan tabel.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kematangan Gonad

Dilihat secara visual berdasarkan hasil pengamatan diameter dan posisi inti (germinal vesicle) telur pada penelitian ini menunjukkan bahwa induk-induk ikan yang digunakan baik ikan mas maupun ikan tawes telah matang gonad. Kematangan telur tersebut juga dapat dilihat dari penampilan telur yang bulat seragam dan tidak menempel satu sama lain.

Diameter Telur

Keberhasilan metode Cangkringan yang ditandai dengan memijahnya ikan tawes karena pengaruh pemijahan ikan mas sangat ditentukan oleh kematangan telur ikan dari masing-masing induk. Rottmann et al. (1991) menyatakan diameter telur, penampilan telur serta posisi inti telur adalah indikator visual perkembangan telur. Berdasarkan hasil pengamatan, diameter telur pada ikan mas berkisar 0,9-1,5 mm (Tabel 2 dan Lampiran 2). Hardjamulia (1979) menyebutkan bahwa diameter telur ikan mas dari 4 strain yang ditemukan di Indonesia sangat bervariasi dari yang paling kecil yakni strain Sinyonya 0,1 mm dan yang terbesar strain Majalaya 0,9-1,6 mm. Sementara itu hasil pengamatan diameter telur pada ikan tawes menunjukkan ukuran diameter telur rata-rata 0,7 mm (Tabel 3).

Gambar

Tabel 1  Desain perlakuan pemijahan ikan mas dalam merangsang pemijahan  ikan tawes dalam metode Cangkringan
Gambar 4  Pengambilan contoh telur  Pengambilan Sampel Darah
Gambar 6  Penyuntikan induk  Pemijahan dengan Sistem Imbas

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah rajungan pada fase bulan pumama terdiri dari rajungan jantan sebesar 236 ekor, dan rajungan betina sebesar 523 ekor, dengan rasio jumlah kelamin jantan betina Tugas Akhir

Dari hasil ikan yang tertangkap di peroleh ikan yang matang gonad untuk ikan lalawak jengkol betina satu ekor dan jantan dua ekor, ikan lalawak sungai betina satu

Hasil dari kegiatan pemijahan ikan mas adalah bahwa induk yang digunakan sudah memenuhi kriteria induk yang baik dengan umur induk jantan punten dan induk betina punten

Berdasarkan hasil penentuan jenis kelamin molekuler dapat diketahui jenis ke- lamin L.lory jantan sebanyak 2 ekor dan betina 4 ekor dan dilanjutkan dengan metode

dan betina pada penelitian ini menunjukkan bahwa satu ekor ikan gabus jantan membuahi satu ekor ikan gabus betina, sehingga dapat dikatakan populasi ikan gabus di

Dari data perbandingan antara bobot tubuh dan jumlah telur menunjukkan bahwa ikan tawes yang memijah karena imbas pemijahan ikan mas yang disuntik (B, C, dan D) memiliki

Pemeliharaan induk ikan mas dilakukan di kolam yg terpisah antara induk jantan dan induk betina jumlah induk betina yang ditebar kedalam kolam pemeliharaan 818 ekor dan

Tujuan dari jantanisasi adalah untuk mengalihkan kelamin ikan guppy betina ke jantan agar jumlah ikan guppy jantan lebih banyak dibandingkan dengan ikan guppy betina, ikan guppy jantan