• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMULASI PENGARUH DEFORESTASI DAN REFORESTASI TERHADAP PERUBAHAN PARAMETER IKLIM MENGGUNAKAN REGIONAL MODEL (REMO) (Studi Kasus: Pulau Kalimantan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIMULASI PENGARUH DEFORESTASI DAN REFORESTASI TERHADAP PERUBAHAN PARAMETER IKLIM MENGGUNAKAN REGIONAL MODEL (REMO) (Studi Kasus: Pulau Kalimantan)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SIMULASI PENGARUH DEFORESTASI DAN REFORESTASI TERHADAP PERUBAHAN PARAMETER IKLIM

MENGGUNAKAN REGIONAL MODEL (REMO) (Studi Kasus: Pulau Kalimantan)

TUGAS AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kurikuler Program Sarjana Strata-1 (S-1)

Program Studi Meteorologi

Oleh:

WULAN SEIZARWATI 12805009

PROGRAM STUDI METEOROLOGI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

SIMULASI PENGARUH DEFORESTASI DAN REFORESTASI TERHADAP PERUBAHAN PARAMETER IKLIM

MENGGUNAKAN REGIONAL MODEL (REMO) (Studi Kasus: Pulau Kalimantan)

Telah Diperiksa dan Disetujui, Bandung, 7 September 2009

Pembimbing I Pembimbing II

(Dra. Atika Lubis, MS) (Dr. Edvin Aldrian, B.Eng, M.Sc) NIP: 131385115 NIP: 196908021988121001

(3)

“Allah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menerbangkan awan dan ditebarkan-Nya-lah awan itu di langit menurut aturan-Nya dan dijadikan (awan itu) mendung bergumpal-gumpal, lantas kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka apabila hujan itu turun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, mereka menjadi gembira.”

(Q.S. Ar ruum: 48)

Sebuah karya kecil untuk Bapa, Ibu, Kakak-kakakku dan semua yang kusayangi

(4)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Simulasi Pengaruh Deforestasi dan Reforestasi Terhadap Perubahan Parameter Iklim Menggunakan Regional Model (REMO) (Studi Kasus: Pulau Kalimantan)” ini. Banyak pihak yang telah membantu selama menyelesaikan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Ibu Dra. Atika Lubis, MS dan Bapak Dr. Edvin Aldrian, B.Eng, M.Sc selaku

pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi kepada penulis.

2. Bapak Zadrach Ledoufij Dupe, M.Si selaku wali akademik dan Bapak Musa Ali Mustofa, M.Si selaku koordinator Tugas Akhir atas kebijakannya memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjalani Tugas Akhir ini.

3. Ketua Program Studi Meteorologi dan seluruh staf pengajar atas keikhlasannya berbagi ilmu yang luar biasa berguna selama penulis menjalankan studi.

4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan doa, perhatian, dukungan, dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Hal itu dikarenakan oleh berbagai keterbatasan pada data, perangkat penelitian, dan kemampuan yang ada pada penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis berharap semoga karya sederhana ini kiranya dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu kebumian.

Bandung, September 2009 Penulis

(5)

ii

SIMULASI PENGARUH DEFORESTASI DAN REFORESTASI TERHADAP PERUBAHAN PARAMETER IKLIM

MENGGUNAKAN REGIONAL MODEL (REMO) (Studi Kasus: Pulau Kalimantan)

ABSTRAK

Dalam penelitian ini dilakukan kajian pengaruh perubahan rasio hutan terhadap kondisi beberapa parameter iklim, yaitu temperatur permukaan, evaporasi permukaan, dan curah hujan konvektif di Pulau Kalimantan. Simulasi dilakukan dengan menggunakan model iklim skala regional REMO yang dikembangkan oleh Max Plank Institute. Data masukan berupa hasil reanalisa keluaran ECMWF (ERA 15) selama 15 tahun dari tahun 1979 s.d 1993. Perubahan parameter yang terjadi dilihat melalui suatu anomali, yaitu selisih antara nilai parameter pada simulasi masing-masing skenario terhadap simulasi kontrol.

Dalam hal ini, data rasio vegetasi dari USGS dimodifikasi sehingga menghasilkan 4 kondisi tutupan hutan yang berbeda. Kondisi pertama sebagai kontrol (baseline) dimana rasio hutan tidak mengalami perubahan, kondisi kedua terjadi penurunan rasio hutan sebesar 25%, kondisi ketiga terjadi penurunan rasio hutan sebesar 50%, dan kondisi keempat terjadi penambahan rasio hutan sebesar 20%. Parameter-parameter permukaan lainnya, seperti albedo permukaan, leaf area index, tipe vegetasi, dan kapasitas lapang juga disesuaikan. Proses perubahan rasio dilakukan secara random pada initial condition. Nilai rasio vegetasi tiap grid diganti menggunakan program secara otomatis hingga rasio total hutan berubah sesuai dengan skenario yang ditetapkan dan perubahan ini dianggap statis selama 15 tahun. Hasil simulasi dengan 4 kondisi tutupan hutan yang berbeda menunjukan adanya perubahan pada parameter iklim permukaan. Deforestasi akan berpengaruh pada kenaikan temperatur permukaan, penurunan evaporasi permukaan, dan perubahan pola dan intensitas curah hujan. Secara spasial, anomali temperatur permukaan antara skenario deforestasi 25% - kontrol berkisar antara 0,1 – 2,5 K, skenario deforestasi 50% - kontrol berkisar antara 0,2 – 5 K, sedangkan skenario reforestasi 20% - kontrol berkisar antara 0 – (-2,5) K. Secara temporal, anomali temperatur permukaan cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Anomali evaporasi permukaan secara spasial antara skenario deforestasi 25% - kontrol berkisar antara 0 – 0,6 mm/hari, skenario deforestasi 50% - kontrol berkisar antara 0,2 – 0,9 mm/hari, sedangkan skenario reforestasi 20% - kontrol berkisar antara 0 – (-0,4) mm/hari. Perubahan yang terjadi pada parameter curah hujan konvektif secara spasial tidak homogen di seluruh wilayah, ada kawasan yang mengalami peningkatan dan ada pula yang mengalami penurunan intensitas curah hujan.

(6)

iii

SIMULATION DEFORESTATION AND REFORESTATION EFFECT TO CLIMATE PARAMETERS CHANGE

BY USING REGIONAL MODEL (REMO) (Case Study: Borneo Island)

ABSTRACT

This research concerned on the effect of forest ratio change to some climate parameters, such as surface temperature, surface evaporation, and convective precipitation over Borneo Island. This simulation is uses regional climate model REMO, developed by Max Plank Institute. Input data is taken from ECMWF reanalysis data (ERA 15) during 15 years from 1979 until 1993. The parameters change is showed by an anomaly. Anomaly is the difference between parameters value on each scenarios with control simulation (baseline).

In this case, vegetation ratio data from USGS was modified to obtain four different condition of forest cover. The first as control (baseline), forest ratio is not changed; the second, forest ratio decreased by 25%; the third, forest ratio decreased by 50%; and the fourth, forest ratio increased by 20%. Another surface parameter, such as: surface albedo, leaf area index, vegetation type, and field capacity of soil also changed. The way to change the forest ratio is by using random method at the initial condition. By using a program, vegetation ratio on each grid is changed automatically until the total ratio is appropriate with scenario and this changes are assumed to be static during 15 years.

Simulation with four different condition of forest cover shows the change of surface climate parameters. Deforestation can affect surface temperature increase, surface evaporation decrease, and precipitation pattern and intensity are changed. Spatially, surface temperature anomaly between deforestation scenario 25% - control is 0.1 – 2.5 K, deforestation scenario 50% - control is 0.2 – 5 K, while reforestation scenario 20% - control is 0 – (-2.5) K. Temporally, surface temperature shows anomaly trend from year to year. Surface evaporation spatially between deforestation 25% - control is 0 – 0.6 mm/day, deforestation scenario 50% - control is 0.2 – 0.9 mm/day, while reforestation scenario 20% - control is 0 – (-0.4) mm/day. Spatially, convective precipitation change is not homogenous all over the region, intensity of precipitation increases in some region and decreases in another region.

(7)

iv DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR………... i ABSTRAK………... ii ABSTRACT………... iii DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR GAMBAR………... vii

DAFTAR TABEL………... x DAFTAR LAMPIRAN……….. xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... I - 1 1.2 Permasalahan………... I - 3 1.3 Batasan Masalah………... I - 3 1.4 Tujuan………... I - 5 1.5 Sistematika Pembahasan………. I - 5

BAB II TEORI DASAR

2.1 Perubahan Iklim………... II - 1 2.2 Kondisi dan Perubahan Tutupan Hutan Kalimantan………. II - 2 2.2.1 Kondisi Hutan di Kalimantan……….. II - 2 2.2.2 Deforestasi dan Degradasi Hutan Di Kalimantan……… II - 3 2.2.3 Pengaruh Hutan Terhadap Iklim………. II - 5 2.3 Keseimbangan Energi dan Kaitannya Terhadap Iklim……….. II - 6 2.3.1 Panas Sensible………... II - 8 2.3.2 Panas Laten………... II - 8 2.3.3 Curah Hujan Konvektif……… II - 9 2.4 Model Regional REMO………... II - 10

(8)

v

2.4.1 Deskripsi Model………... II - 10 2.4.2 Karakteristik Model……….. II - 11 2.4.3 Verifikasi Model………..………... II - 14

BAB III DATA DAN METODOLOGI

3.1 Data dan Daerah Penelitian………. III - 1 3.1.1 Data………... III - 1 3.1.2 Daerah Penelitian……….. III - 1 3.2 Metodologi………... III - 2 3.2.1 Tahap Compiler Installation………. III - 5 3.2.2 Tahap Persiapan (Pre-processing) ……….. III - 5 3.2.3 Tahap Menjalankan REMO (Running Model) ……… III - 8 3.2.4 Tahap post-processing……….. III - 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan………. IV - 1 4.2 Analisis Spasial Parameter Permukaan……….. IV - 2 4.2.1 Analisis Spasial Sensible dan Latent Heat Flux………... IV - 4 4.2.2 Analisis Spasial Temperatur dan Evaporasi Permukaan……… IV - 7 4.2.3 Analisis Curah Hujan Konvektif……….. IV - 9 4.3 Anomali Parameter Permukaan………... IV - 12 4.3.1 Anomali Temperatur Permukaan………. IV - 13 4.3.1.1 Anomali Spasial Komposit Temperatur Permukaan……… IV - 13 4.3.1.2 Anomali Rata-Rata Bulanan Temperatur Permukaan……….. IV - 16 4.3.1.3 Anomali Temperatur Rata-Rata 15 Tahun……… IV - 19 4.3.2 Anomali Evaporasi Permukaan……… IV - 21 4.3.2.1 Anomali Spasial Komposit Evaporasi Permukaan………. IV - 21 4.3.2.2 Anomali Rata-Rata Bulanan Evaporasi Permukaan……… IV - 22 4.3.3 Anomali Curah Hujan Konvektif……….. IV - 24 4.3.3.1 Anomali Spasial Komposit Curah Hujan Konvektif……… IV - 24

(9)

vi

4.3.3.2 Anomali Rata-Rata Bulanan Curah Hujan Konvektif……….. IV - 27 4.4 Pembahasan Umum………. IV - 28

BAB V KESIMPULAN………. V - 1

DAFTAR PUSTAKA……….... DP - 1 LAMPIRAN………... L - 1

(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Grafik anomali temperatur global……….. II - 1 Gambar 2.2 Perubahan kondisi hutan antara (a) pertengahan tahun

1980 dan (b) awal tahun 2000……… II - 3 Gambar 2.3 Penurunan tutupan vegetasi hutan antara tahun 1985 s.d

2000………. II - 4

Gambar 2.4 Keseimbangan energi permukaan………... II - 6 Gambar 2.5 Profil vertikal temperatur potensial ekivalen rata-rata e

pada musim hujan (bulan Januari)……….. II - 9 Gambar 2.6 Proses downscaling model REMO……….. II - 10 Gambar 2.7 Asal mula model iklim regional REMO... II - 11 Gambar 2.8 Model komputasi grid Arakawa-C 2 dimensi (kiri) dan

3 dimensi (kanan)... II - 12 Gambar 2.9 Struktur vertikal model REMO dengan 20 lapisan... II - 12 Gambar 2.10 Grafik perbandingan CH hasil simulasi dengan data

stasiun……….. II - 15

Gambar 3.1 Domain simulasi model REMO……….. III - 2 Gambar 3.2 Domain kajian penelitian……… III - 2 Gambar 3.3 Diagram alir penelitian……… III - 4 Gambar 3.4 Proses penurunan nilai rasio vegetasi secara random... III - 6 Gambar 3.5 Diagram alir perubahan rasio hutan……….. III - 7 Gambar 4.1 Jumlah pixel dalam domain penelitian……….. IV - 1 Gambar 4.2 Plot spasial rasio hutan (a) simulasi kontrol, (b)

deforestasi 25%, (c) deforestasi 50%, dan (d)

reforestasi 20%... IV - 2 Gambar 4.3 Plot spasial rata-rata bulanan parameter permukaan (a)

(11)

viii

Temperatur permukaan, (d) Evaporasi permukaan. Kasus diambil pada bulan maret 1983 pukul 00.00, 06.00, 12.00, dan 18.00 UTC untuk simulasi kontrol,

deforestasi 25%, deforestasi 50%, dan reforestasi 20% IV - 3 Gambar 4.4 Plot spasial sensible heat flux bulan Maret 1983 Pukul

12.00 UTC………... IV - 5

Gambar 4.5 Plot spasial latent heat flux bulan Maret 1983 Pukul

12.00 UTC………... IV - 6

Gambar 4.6 Plot spasial temperatur permukaan bulan Maret 1983

Pukul 12.00 UTC……… IV - 7 Gambar 4.7 Plot spasial evaporasi permukaan bulan Maret 1983

Pukul 12.00 UTC……… IV - 8 Gambar 4.8 Plot spasial curah hujan konvektif bulan Maret 1983

Pukul 00.00, 06.00, 12.00, dan 18.00 UTC untuk simulasi kontrol, deforestasi 25%, deforestasi 50%, dan

reforestasi 20%... IV - 10 Gambar 4.9a Plot spasial CH konvektif bulan Maret 1983 Pukul

12.00 UTC………... IV – 11

Gambar 4.9b Anomali vektor angin skenario deforestasi25% -

kontrol 12.00 UTC………... IV – 11 Gambar 4.10 Anomali spasial komposit temperatur permukaan (a)

bulan Januari (perioda DJF) dan (b) bulan Juli (perioda JJA) pada pukul 00.00, 06.00, 12.00, dan 18.00 UTC untuk anomali deforestasi 25% - kontrol, deforestasi

50% - kontrol, dan reforestasi 20% - kontrol…………. IV - 13 Gambar 4.11 Anomali spasial komposit bulan Juli pukul 12.00 UTC

untuk anomali deforestasi 25% - kontrol, deforestasi

50% - kontrol, dan reforestasi 20% - kontrol…………. IV - 15 Gambar 4.12 Time series anomali rata-rata bulanan temperatur

(12)

ix

25%-kontrol, deforestasi 50%-kontrol, dan reforestasi

20%-kontrol………. IV - 16 Gambar 4.13 Grafik perbandingan trend kenaikan temperatur

permukaan rata-rata bulanan pukul 12.00 UTC untuk anomali deforestasi 25%-kontrol, deforestasi

50%-kontrol, dan reforestasi 20%-kontrol……….. IV - 18 Gambar 4.14 Grafik anomali temperatur rata-rata 15 tahun………... IV - 20 Gambar 4.15 Anomali spasial komposit bulan Juli pukul 12.00 UTC

untuk anomali deforestasi 25% - kontrol, deforestasi

50% - kontrol, dan reforestasi 20% - kontrol…………. IV - 21 Gambar 4.16 Grafik perbandingan trend kenaikan evaporasi

permukaan rata-rata bulanan pukul 12.00 UTC untuk anomali deforestasi 25%-kontrol, deforestasi

50%-kontrol, dan reforestasi 20%-kontrol………. IV - 22 Gambar 4.17 Anomali spasial komposit curah hujan konvektif (a)

bulan Januari (perioda DJF) dan (b) bulan Juli (perioda JJA) pada pukul 00.00, 06.00, 12.00, dan 18.00 UTC untuk anomali deforestasi 25% - kontrol, deforestasi

50% - kontrol, dan reforestasi 20% - kontrol…………. IV - 24 Gambar 4.18 Anomali spasial komposit bulan april pukul 00.00 UTC

untuk anomali deforestasi 25% - kontrol, deforestasi

50% - kontrol, dan reforestasi 20% - kontrol…………. IV - 26 Gambar 4.19 Time series anomali rata-rata bulanan curah hujan

konvektif pukul 00.00 UTC untuk anomali deforestasi 25% - kontrol, deforestasi 50% - kontrol, dan

reforestasi 20% - kontrol………. IV - 27 Gambar 4.20 Diagram alir pembahasan umum penelitian…………... IV - 28

(13)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Luas hutan di pulau Kalimantan………. II - 4 Tabel 2.2 Verifikasi output model REMO dengan data observasi………. II - 14 Tabel 4.1 Luas wilayah dan persentase luas daerah penelitian…………... IV - 1 Tabel 4.2 Rasio hutan kondisi kontrol dan masing-masing skenario…….. IV - 2 Tabel 4.3 Anomali temperatur rata-rata 15 tahun………... IV - 19

(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Persamaan - Persamaan Dasar yang Digunakan dalam

REMO………. L - 1

Lampiran 2. Parameter Input dan Output dalam Model REMO……. L - 5 Lampiran 3. Data Nilai Parameter Tutupan Lahan Hagemann……… L - 7 Lampiran 4. Script Skenario Perubahan Rasio Hutan………. L - 8 Lampiran 5. Script Menjalankan REMO (remo_ind_chain)………... L - 11 Lampiran 6. Script Visualisasi Anomali Komposit (mean12.scr)…… L - 13 Lampiran 7. Script Dump Anomali Rata-Rata Wilayah

(Dump12.scr)………... L - 14

Lampiran 8. Analisis Spasial Curah Hujan Konvektif………. L - 15 Lampiran 9. Anomali spasial komposit temperatur permukaan……... L - 17 Lampiran 10. Anomali spasial komposit evaporasi permukaan………. L - 18 Lampiran 11. Anomali spasial komposit evaporasi permukaan………. L - 20 Lampiran 12. Anomali rata-rata bulanan temperatur permukaan…….. L - 21 Lampiran 13. Trend Anomali Temperatur Permukaan……….. L - 22 Lampiran 14. Trend Anomali Evaporasi Permukaan………. L - 23 Lampiran 15. Anomali rata-rata bulanan curah hujan konvektif……... L - 24

Gambar

Gambar 2.4   Keseimbangan energi permukaan……………………...  II - 6  Gambar 2.5  Profil vertikal temperatur potensial ekivalen rata-rata  e
Gambar 4.5  Plot  spasial  latent  heat  flux  bulan  Maret  1983  Pukul

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya frekuensi serangan rayap di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Surabaya, Serang, Bogor, Sleman dan Rangkasbitung dibandingkan kota lainnya diduga karena

Adapun faktor pendukung dalam perkembangan home industri ikan adalah dalam memproduksi ikan salai tidak menyulitkan bagi masyarakat, penjualan ikan salai sudah

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Dengan mengaplikasikan pendekatan metode six sigma yang menggunakan konsep DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) diharapkan dapat meningkatkan kestabilan

yang berarti lebih kecil dari jumlah Anggaran Belanja Negara sebesar Rp 397.769.309.661.000,00 (tiga ratus sembilan puluh tujuh triliun tujuh ratus enam puluh sembilan miliar tiga

“Implementasi kebijakan Pemerintah Kota Probolinggo dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi pada "Len Jelenan" Kota Probolinggo)”, Pembimbing I: Drs. Krishno

Planned cost of the total amount of work scheduled to be performed by the milestone date... Earned Value Definitions

Dari hasil penelitian yang didapat, waktu tunggu pelayanan resep obat berdasarkan jenis resep di Apotek Panacea Kupang yaitu waktu tunggu pelayanan resep obat berdasarkan