• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kamus Indikator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kamus Indikator"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KAMUS INDIKATOR BLU REVISI AREA KLINIS (15 INDIKATOR) KPI-1 : Kematian Pasien di IGD

Perspektif Customer

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan kegawat daruratan berbasis mutu dan keselamatan pasien

Judul IKT Kematian pasien di IGD (RS Umum dan RS khusus lainnya) Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat yang ditangani di IGD

Definisi

operasional Kematian di IGD adalah kematian pasien yang terjadi dalamperiode ≤ 8 jam sejak pasien datang ke IGD Frekuensi

Pengumpulan Data

Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Formula RS Umum dan RS khusus lainnya :

Bobot IKT 2

Sumber Data Rekam Medik

Standar ≤ 2.5 % (RS Umum dan RS Khusus lainnya) Kriteria Penilaian hasil ≤ 2,5% --> skor = 2

hasil = 2,6% - 3% --> skor = 1,5 hasil = 3,1% - 3,5% --> skor = 1 hasil = 3,6% - 4% --> skor = 0,5 hasil > 4% --> skor = 0

PIC Ka. IGD

KPI-2 : Nett Death Rate (NDR) Perspektif Customer

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan rawat inap berbasis mutu dan keselamatan pasien

Judul KPI Nett Death Rate Kematian Pasien > 48 jam

Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang aman dan efektif serta mampu menyelamatkan pasien yang ditangani di ruang perawatan

Definisi

operasional Nett Date rate adalah kematian pasien yang terjadi sesudah periode 48 jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit.

Frekuensi

Pengumpulan Data

Bulanan Periode Analisa 1 bulanan

Numerator Jumlah kejadian kematian pasien rawat inap > 48 jam dalam 1 bulan

Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam 1 bulan AK IGD = ∑ pasien meninggal di

IGD ≤ 8 jam

X 100% ∑ seluruh pasien di IGD

(2)

Formula Jumlah kejadian kematian pasien rawat inap > 48 jam (1 bulan) x 1000

Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam 1 bulan

Bobot KPI 3

Sumber Data Rekam Medik

Standar ≤24/1000 atau ≤ 25/1000 Kriteria Penilaian hasil ≤ 24‰ --> skor = 3

hasil = 25 - 40 ‰ --> skor = 2,25 hasil = 41 - 65‰ --> skor = 1,5 hasil = 66 - 70 ‰ --> skor = 0,75 hasil >70‰ --> skor = 0

PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

KPI-3 : Kepatuhan terhadap Clinical Pathway (CP) Perspektif Proses bisnis internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem manajemen klinik(good clinical governance) berbasis mutu dan keselamatan pasien

Judul KPI : Kepatuhan terhadap clinical pathway

Dimensi Mutu Kesinambungan pelayanan (continuoum of care) dan keselamatan pasien

Tujuan Terselenggaranya standarisasi proses asuhan klinis,

mengurangi risiko proses suhan klinis, mengurangi adanya variasi asuhan klinis dan memberikan asuhan klinis yang tepat waktu serta penggunaan sumber daya yg efisien serta konsisten sehingga menghasilkan mutu pelayanan yang tinggi dengan menggunakan praktek klinik yang berbasis bukti.

Definisi

operasional Kepatuhan terhadap clinical pathway adalah kepatuhan para staf medis/ DPJP dalam menggunakan clinical pathway dalam memberikan asuhan klinis pasien secara

terstandarisasi sehingga dapat meminimalkan adanya variasi proses asuhan klinis.

Setiap RS memilih/menetapkan paling sedikit 5 area

prioritas dengan fokus penggunaan clinical pathway dari 5 penyakit terbanyak dengan ketentuan high volume, high cost, high risk. Selanjutnya ke 5 Clinical pathway tsb diimplementasikan kemudian di monitor indikator proses (kepatuhan pelaksanaan asuhan klinis) dan indikator output (LOS).

Frekuensi

Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Formula 1. Ada CP

2. Ada CP yang diimplementasikan terintegrasi di Rekam Medik

3. Ada CP yang diimplementasikan dan dievaluasi

Bobot KPI 4

(3)

Standar Ada 5 CP sudah diimplementasikan terintegrasi di Rekam Medik dan sudah dievaluasi

Kriteria Penilaian Ada 5 CP yang diimplementasikan di Rekam Medik dan dievaluasi --> skor = 4

Ada 5 CP yang diimplementasikan, tapi belum dievaluasi --> skor = 3

Ada CP, belum diimplementasikan --> skor = 2 Belum ada CP --> skor = 1

PIC Ka. SMF, Ka Instalasi rawat inap, Ka. Komite Medik, Ka.Komite Mutu

KPI. 4 : Tidak adanya kejadian pasien jatuh Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien Judul KPI Tidak adanya kejadian pasien jatuh

Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

Tujuan Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan sasaran keselamatan pasien internasional (IPSG 6) Definisi

operasional Kejadian pasien jatuh adalah kejadian pasien jatuh selama pasien mendapatkan perawatan di ruang perawatan, baik akibat jatuh dari tempat tidur, dikamar mandi dsb.

Ketika pasien baru pertama kali masuk perawatan maka dalam 24 jam telah dilakukan asesmen awal keperawatan dimana dalam asesmen tsb dapat diketahui kemungkinan pasien berisiko jatuh dengan skoring tertentu

menggunakan instrumen penilaian risiko jatuh. Pada anak-anak menggunakan skala Humpty Dumpty, pada pasien dewasa menggunakan skala Morse dan skala jatuh untuk pasien geriatri. Dilakukan intervensi jatuh sesuai derajat skor jatuh. Harus dilakukan re asesmen jatuh dengan waktu sesuai derajat skornya.

Frekuensi

Pengumpulan Data

Bulanan Periode Analisa Bulanan

Numerator Jumlah pasien dirawat dalam bulan tersebut dikurangi jumlah pasien jatuh

Denominator Jumlah pasien dalam bulan tersebut

Formula Jumlah pasien yang dirawat – jumlah pasien jatuh x 100% Jumlah pasien rawat bulan tersebut

Bobot KPI 2

Sumber Data Rekam Medik

Standar 100%

Kriteria Penilaian 100 % : 2 (tidak ada pasien jatuh) < 100% : 0 (Ada pasien jatuh) PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

KPI-5 : Angka kejadian dekubitus Perspektif Proses Bisnis internal

(4)

keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien Judul KPI Tidak adanya kejadian dekubitus

Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

Tujuan Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif

Definisi

operasional Kejadian dekubitus adalah terjadinya pasien mengalami dekubitus selama dalam perawatan di RS. A. Pasien paling tidak mempunyai 2 gejala dan tanda

berikut, yang tidak diketahui penyebab lainnya : kemerahan sakit atau pembengkakan ditepian luka dekubitus dan

B. Minimal ditemukan 1 dari bukti berikut :

a. Hasil kultur positif dari cairan atau jaringan yang diambil secara benar

b. Hasil kultur darah positif. Frekuensi

Pengumpulan Data

Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Numerator Jumlah pasien yang dirawat pada bulan tersebut yang mengalami dekubitus

Denominator jumlah pasien lama tirah baring pada bulan tsb

Formula Jumlah pasien yang mengalami dekubitus x 1000 Jumlah hari tirah baring pada bulan tsb

Bobot KPI 2

Sumber Data Rekam Medik

Standar ≤ 1,5 ‰

Kriteria Penilaian hasil ≤ 1,5 ‰ --> skor = 2 hasil >1,5 - 5 ‰--> skor = 1,5 hasil >5 – 10 ‰--> skor = 1 hasil >10 - 15‰ skor = 0,5 hasil >15‰--> skor = 0 PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

KPI-6 : Infeksi Daerah operasi (IDO) Perspektif Proses Bisnis internal

Sasaran Strategis Terwujudnya pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit

Judul KPI Infeksi Daerah Operasi (IDO) Dimensi Mutu keselamatan pasien

Tujuan Menurunkan kejadian infeksi Daerah operasi (IDO) Definisi

operasional Operasi bersih adalah operasi yang dilakukan pada daerah/ kulit pada kondisi prabedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius/ gastrointestinal/ orofaring/ urinarius/ biliar, operasi berencana dengan penutupan kulit primer dengan atau tanpa pemakaian drain tertutup.

Infeksi Daerah Operasi adalah Infeksi yang terjadi pada daerah insisi daerah operasi dalam waktu 30 hari tanpa implan dan satu tahun dengan implan pasca bedah

terdapat paling sedikit satu keadaan berikut : Pus keluar dari luka operasi atau drain yang dipasang diatas

(5)

fascia, biakan positif dari cairan yang keluar dari luka atau jaringan yang diambil secara aseptic ,sengaja dibuka oleh dokter karena terdapat tanda peradangan kecuali hasil biakan negatif (paling sedikit terdapat satu dari tanda – tanda infeksi berikut ini : nyeri, bengkak lokal, kemerahan dan hangat lokal) dan dokter yang menangani menyatakan terjadi infeksi

IDO superficial : infeksi pada luka insisi pada luka insisi dalam waktu 30 hari paska bedah tanpa implan ,areanya meliputi kulit, subkutan atau jaringan lain di atas fascia.keluar cairan purulen dari luka insisi atau drain di atas fascia, kultur cairan/jaringan yang di ambil secara aseptik (+),jaringan sengaja di buka oleh dokter karena terdapat tanda peradangan (kecuali bila hasil biakan negatif), IDO superficial di tegakkan oleh

dokter. Frekuensi

Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Numerator Jumlah pasien yang terinfeksi Daerah Operasi (IDO) Denominator Jumlah pasien yang di operasi

Formula Jumlah pasien IDO dibagi Jumlah pasien yang dioperasi x 100 %

Bobot KPI 4

Sumber Data Rekam Medik

Standar ≤2 %

Kriteria Penilaian hasil ≤ 2 %--> skor = 4 hasil > 2- 3% --> skor = 3 hasil > 3 – 4% --> skor = 2 hasil > 4 – 5% --> skor = 1 hasil > 5 %--> skor = 0

PIC Ka. Instalasi Bedah sentral dan ketua komite/ panitia/tim PPI

KPI-7 : Infeksi Saluran Kencing (ISK) Perspektif Proses Bisnis internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan

keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasiendalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit

Judul KPI Infeksi saluran Kencing

Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

Tujuan Menurunkan angka infeksi saluran kencing Definisi

operasional Infeksi Saluran Kencing (ISK) adalah Infeksi yang terjadi sebagai akibat dari pemasangan kateter > 48 jam Pyuria > 10 leukosit/LPB sedimen urin atau >10

leukosit/mL atau > 3 leukosit/LPB dari urine tanpa dilakukan sentrifus

Nitrit dan/atau leukosit esterase positip dengan carik celup (dipstick)

Terdapat koloni mikroorganisme pada hasil pemeriksaan urine kultur > 105 cfu / mL

(6)

Dokter yang merawat menyatakan adanya ISK dan diberi pengobatan antimikroba.

Kriteria :

Pengelompokan ISK terdiri dari: 1. Infeksi Saluran Kemih Simptomatis 2. Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis 3. Infeksi Saluran Kemih lainnya

Tanda dan gejala ISK: Demam ( > 38ºC ) Urgensi

Frekuensi Disuria, atau Nyeri Supra Pubik

Tanda dan gejala ISK anak ≤1 tahun: Demam > 38 ⁰C rektal Hipotermi < 37 ⁰C rektal Apnea Bradikardia Letargia Muntah-muntah Tes Diagnostik

Tes carik celup (dipstick) positif untuk lekosit esterase dan/atau nitrit.

Piuri (terdapat ± 10 lekosit per ml atau terdapat 3  lekosit per LPB (mikroskop kekutan tinggi/1000x) dari urin tanpa dilakukan sentrifugasi).

Ditemukan kuman dengan pewarnaan Gram dari urin yang tidak disentrifugasi.

Paling sedikit 2 kultur urin ulangan didapatkan uropatogen yang sama (bakteri gram negatif atau S. saprophyticus) dengan jumlah ≥102 kononi per ml dari urin yang tidak dikemihkan (kateter atau aspirasi suprapubik).

Kultur ditemukan ≤105 koloni/ml kuman patogen tunggal (bakteri gram negatif atau S.saprophyticus) pada pasien yang dalam pengobatan antimikroba efektif untuk ISK. Dokter mendiagnosis sebagai ISK.

Dokter memberikan terapi yang sesuai untuk ISK.

ISK Simptomatis harus memenuhi paling sedikit 1 kriteria :

- Demam ( temp > 38.° c ) - Nikuria ( anyang – anyangan ) - Polakisuria

- Dysuria

-Nyeri supra pubik

-Biakan urin porsi tengah (midstream) > 105cfu/mL dengan jenis tidak > 2 jenis.

- Kuman positif dari urin,pungsi supra pubik tanpa melihat jumlah kuman pada pasien ≤ 1 th di dapat paling sedikit satu gejala sebagai berikut,tanpa ada penyebab lainnya : -Demam ( ≥38⁰C)

-Hipotermi (< 37⁰)

-Bradikardi < 100x/menit -Letargi

(7)

-Vomitus

ISK asimptomatis :

Harus memenuhi paling sedikit 1 kriteria :

-Riwayat menggunakan urine kateter < 7 hari yang lalu -Terdapat maksimal 2 spesies jenis kuman dalam biakan urin

-Tidak terdapat gejala - gejala dan salah satu dari hasil di bawah ini :

-Hasil urin kultur 105 cfu / mL dengan tidak > 2 jenis kuman

-Kultur urin 2x berturut-turut terdapat kuman flora normal yang sama mis. S.saprophyticus, S.epidermidis dengan jumlah kuman > 105 cfu/ mL

Infeksi Saluran Kemih lainnya : Harus memenuhi salah satu kriteria:

-Ditemukan kuman yang tumbuh dari cairan

-Ada abses atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, pemeriksaan langsung selama pembedahan atau histopatologi

-Ada 2 tanda berikut: demam (>38⁰c), nyeri lokal, nyeri tekan pada daerah yang dicurigai infeksi

Inklusi : kateter terpasang > 48 jam

Eksklusi :Semua pasien yang terpasang kateter urin < 48 jam

Frekuensi

Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Numerator Jumlah pasien yang terinfeksi saluran kemih (ISK) Denominator Jumlah lama hari pasien yang terpasang kateter urine Formula Jumlah pasien yang terinfeksi saluran kemih dibagi Jumlah

lama hari pasien yang terpasang kateter urine x 1000

Bobot KPI 4

Sumber Data Rekam Medik

Standar ≤4.7 ‰

Kriteria Penilaian hasil ≤ 4.7 ‰--> skor = 4 hasil > 4.7 – 5.2‰ --> skor = 3 hasil > 5.2 – 5.7‰ --> skor = 2 hasil > 5.7 – 6.2 ‰--> skor = 1 hasil > 6.2 ‰--> skor = 0

PIC Ka unit pelayanan rawat inap/Ketua Komite/panitia/Tim PPI

KPI-8 : Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) Perspektif Proses Bisnis internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan

keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit

Judul IKT Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) (RS Umum dan RS Khusus lainnya)

Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien Tujuan Menurunnya kejadian infeksi aliran darah

(8)

operasional pemasangan kateter intra vena central (CVL), > 48 jam terpasang kateter intra vena central (CVL).

Kriteria :

(a) Kriteria 1: terdapat patogen dari satu atau lebih kultur darah dan patogen tersebut tidak berhubungan dg infeksi di tempat lain.

(b) Kriteria 2: Terdapat setidaknya satu tanda dan gejala sbb: demam (>38⁰C), menggigil, atau hipotensi dan setidaknya satu dari berikut:

• Kontaminan kulit umum (misal: Diphtheroids, Bacillus

spp., Propionibacterium spp., Coagulase Negative Staphylococcus aureus, or micrococci) terkultur dari

dua atau lebih kultur darah yang diambil pada waktu yg berbeda.

• Kontaminan kulit umum terkultur dari setidaknya satu kultur darah pasien dengan line intravena dan dokter memberikan terapi antibiotik yang sesuai. Tes antigen darah positif (misal: Hemophilus influenzae,

Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitidis,

atau grup B Streptococcus).

• Tanda dan gejala dengan hasil positif laboratorium tidak berkaitan dengan infeksi di tempat lain

(c) Kriteria 3: Pasien umur <1 tahun dengan setidaknya satu tanda dan gejala berikut: demam (>38 ⁰C), hipotermi (<37⁰ C), apneu, atau bradikardi dan setidaknya satu dari berikut:

• Kontaminan kulit umum terkultur dari dua atau lebih kultur darah yang diambil pada waktu yang berbeda. • Kontaminan kulit umum terkultur dari setidaknya

satu kultur darah pasien dengan kateter intravena dan dokter memberikan terapi antibiotik yang sesuai. Inklusi : Semua pasien yang terpasang kateter intravena Eksklusi : Pasien yang terpasang kateter intravena kurang dari 48 jam

Frekuensi

Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Formula RS umum dan RS khusus lainnya :

Bobot IKT 4

Sumber Data Rekam Medik

Standar IADP :

≤ 3.5‰

Kriteria Penilaian hasil < 3.5‰ --> skor = 4 hasil ≥ 3.5 – 4 ‰--> skor = 3 hasil > 4 – 4.5‰ --> skor = 2 hasil > 4.5 – 5‰ --> skor = 1 hasil > 5‰ --> skor = 0

IADP = ∑ pasien yang terinfeksi aliran darah Primer (IADP) X 1000

∑ lama hari Pasien yang terpasang Central Venous Line (CVL)

(9)

PIC Ka. Instalasi Pelayanan/Ketua Komite/Panitia/Tim PPI

KPI-9 : Ventilator Associated pneumonia ( VAP ) Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan

keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit

Judul KPI Ventilator Associated pneumonia ( VAP ) Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

Tujuan Menurunkan kejadian infeksi Ventilator Associated pneumonia ( VAP )

Definisi

operasional Ventilator-Associated Pneumonia (VAP) : adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran napas.

Kriteria :

Ditemukan minimal dari tanda dan gejala klinis : Demam (≥38⁰C) tanpa ditemui penyebab lainnya. Leukopenia (< 4.000 WBC/mm3) atau Leukositosis (≥12.000 SDP/mm3).

Untuk penderita berumur ≥ 70 tahun, adanya perubahan status mental yang tidak ditemui penyebab lainnya.

Minimal disertai 2 dari tanda berikut:

Timbulnya onset baru sputum purulen atau perubahan sifat sputum.

Munculnya tanda atau terjadinya batuk yang memburuk atau dyspnea (sesak napas) atau tachypnea.

Ronki basah atau suara napas bronchial.

Memburuknya pertukaran gas, misalnya desaturasi O2 (PaO2/FiO2 ≤240), peningkatan kebutuhan oksigen, atau perlunya peningkatan ventilator.

Dasar diagnosis :

Adanya bukti secara radiologis adalah jika ditemukan > 2 foto serial

- Infiltrat baru atau progresif yang menetap - Konsolidasi

- Kavitasi

- Pneumatoceles pada bayi berumur < 1 tahun

Inklusi : Semua pasien yang dirawat dengan Ventilator > 48 jam

Eksklusi : Pasien dengan riwayat Pneumonia sebelumnya Frekuensi

Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa Bulanan

Numerator Jumlah pasien yang terinfeksi Ventilator Associated pneumonia ( VAP )

Denominator Jumlah lama hari terpasang Ventilator

Formula Jumlah pasien yang terinfeksi Ventilator Associated Pneumonia ( VAP ) dibagi Jumlah lama hari terpasang

(10)

ventilator x 1000

Bobot KPI 2

Sumber Data Rekam Medik

Standar ≤ 5.8‰

Kriteria Penilaian hasil < 5.8 ‰--> skor = 2 hasil 5,8 - 8,3‰ --> skor = 1,5 hasil 8,4 - 10,8‰ --> skor = 1 hasil 10,9 - 13,6 ‰--> skor = 0,5 hasil > 13,6 ‰ --> skor = 0

PIC Ka. Instalasi Pelayanan/Ketua Komite/panitia/Tim PPI

KPI-10 : Kepatuhan penggunaan Formularium Nasional Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan kefarmasian berbasis mutu dan keselamatan pasien Judul IKT Kepatuhan penggunaan Formularium Nasional (Fornas) Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

Tujuan Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien JKN Definisi

operasional Kepatuhan penggunaan Formularium Nasional (Fornas) adalah kesesuaian penulisan resep oleh DPJP dengan Formularium Nasional pada pasien JKN

Frekuensi

Pengumpulan Data

Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Numerator Jumlah resep yang sesuai Fornas dalam bulan berjalan Denominator Jumlah total resep dalam bulan berjalan

Formula

Bobot IKT

Sumber Data Rekam Medik

Standar ≥ 90%

Kriteria Penilaian hasil > 75 - 100% --> skor = 3 hasil > 50 - 75% --> skor = 2,25 hasil > 25 - 50% --> skor = 1,5 hasil ≤ 25%--> skor = 0,75 hasil 0 --> skor = 0

PIC Ka. Instalasi Farmasi

KPI-11 : Kejadian Nyaris Cidera Peresepan Obat

Pencegahan Adverse Drug Event (usulan untuk uji coba) Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan

kefarmasian klinik berbasis mutu dan keselamatan pasien dalam pencegahan kesalahan obat

Judul KPI Pencegahan Adverse Drug Event Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien Tujuan Menurunkan kesalahan peresepan

KPF =

X 100%

∑ resep yang sesuai FORNAS dalam bulan berjalan

∑ dokter yg membuat peresepan tidak sesuai FORNAS

(11)

Definisi

operasional Pencegahan Adverse Drugs Event adalah perbandingan jumlah adverse drug event yang dapat dicegah dengan jumlah kesalahan obat yang teridentifikasi

• Inklusi : kesalahan obat (KNC/KTC/KTD) yang terjadi dalam tahap peresepan, penyiapan (dispensing), pemberian (administrasion) yang dilaporkan oleh instalasi farmasi

• Eksklusi : keadaan yang berpotensi menimbulkan kesalahan obat (KPC)

Frekuensi

Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Numerator Jumlah kesalahan yang terjadi dalam tahap peresepan yang dapat teridentifikasi sebelum pasien terpapar akibat dari kesalahan tersebut.

Denominator

---Formula Menghitung jumlah kesalahan peresepan yang ditemukan sebelum pasien terpapar akibat dari kesalahan peresepan

Bobot KPI 3

Sumber Data Rekam Medik

Standar ≥90%

Kriteria Penilaian Hasil ≥ 90 %  skor = 3 Hasil ≥80– 89 %  skor = 2,25 Hasil ≥70 – 79 %  skor = 1,5 Hasil ≥60 – 69 %  skor = 0,75 Hasil <60 %  skor = 0

PIC Ka. Instalasi Farmasi

KPI-12 : Waktu tunggu pelaporan hasil pemeriksaan radiologi kritis Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan radiologi rumah sakit berbasis mutu dan keselamatan pasien

Judul KPI Waktu tunggu hasil pelaporan pemeriksaan radiologi kritis Dimensi Mutu Efisiensi pelayanan radiologi

Tujuan Peningkatan mutu pelayanan radiologi, mempercepat pelayanan/tindakan yang akan diberikan oleh DPJP Definisi

operasional Waktu Tunggu pelaporan hasil pemeriksaan radiologi kritis adalah Waktu yang diperlukan untuk memberikan jawaban kepada dokter yang mengirim setelah pasien selesai

diperiksa dan mulai dibaca oleh dokter spesialis radiologi sampai hasilnya diterima oleh dokter yang mengirim (lisan atau tulisan).

Yang dimaksud dengan kritis adalah hasil pemeriksaan terdapat kelainan radiologi yang dilaporkan dan diterima oleh dokter yang mengirim dalam waktu kurang dari 60 menit (lisan atau tulisan).

RED Category Condition adalah keadaan yang masuk dalam kondisi kategori kritis atau yang memerlukan

(12)

Waktu tunggu yang memanjang dapat berakibat: − menurunkan kepercayaan terhadap radiologi − Memperpanjang diagnosa dan terapi penderita Kriteria :

Inklusi : Semua hasil pemeriksaan radiologi Cito/ STAT/ Emergency yang sesuai dengan RED Category Condition Eksklusi : Semua pemeriksaan dan hasil pemeriksaan radiologi yang bukan Cito/ STAT/ Emergency dan tidak termasuk RED Category Condition

Frekuensi

Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Numerator Seluruh pemeriksaan radiologi kritis yang dilaporkan dalam waktu kurang dari 60 menit

Denominator Seluruh pemeriksaan radiologi

Formula Jumlah pemeriksaan radiologi Kritis dilaporkan dalam waktu kurang dari 60 menit dibagi Seluruh pemeriksaan radiologi cito emergency X 100 %

Bobot KPI 2

Sumber Data Catatan data

Standar 100%

Kriteria Penilaian hasil 100% --> skor = 2

hasil ≥ 90 - 99% --> skor = 1,5 hasil ≥ 80 - 89% --> skor = 1 hasil ≥ 70 - 79% --> skor = 0,5 hasil <70% --> skor = 0

PIC Ka. Instalasi Radiologi

KPI-13 : Waktu tunggu Pelaporan hasil pemeriksaan kritis

Laboratorium

Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan

laboratorium rumah sakit berbasis mutu dan keselamatan pasien

Judul KPI Waktu tunggu Pelaporan hasil pemeriksaan kritis Laboratorium Patologi Klinik

Dimensi Mutu Efisiensi, efektivitas dan kesinambungan pelayanan Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium Definisi

operasional Waktu Tunggu pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium Patologi Klinik Kritis adalah Waktu yang diperlukan untuk memberikan jawaban kepada dokter yang mengirim setelah pasien selesai diperiksa dan mulai dibaca oleh dokter

spesialis patologi klinik sampai hasilnya diterima oleh dokter yang mengirim (lisan atau tulisan).

Yang dimaksud dengan Kritis adalah hasil pemeriksaan terdapat kelainan dilaporkan dan diterima oleh dokter yang mengirim dalam waktu kurang dari ≤ 30 menit (lisan atau tulisan).

RED Category Condition adalah keadaan yang masuk dalam kondisi kategori kritis atau yang memerlukan

(13)

Waktu tunggu yang memanjang dapat berakibat:

− menurunkan kepercayaan terhadap layanan laboratorium − Memperpanjang diagnosa dan terapi penderita

Kriteria :

Inklusi : Semua hasil pemeriksaan kritis, cito emergency yang sesuai dengan RED Category Condition

Eksklusi : Semua pemeriksaan dan hasil pemeriksaan laboratorium yang bukan Cito/ STAT/ Emergency dan tidak termasuk RED Category Condition

Frekuensi

Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Numerator Seluruh pemeriksaan laboratorium kritis yang dilaporkan dalam waktu kurang dari ≤ 30 menit

Denominator Seluruh pemeriksaan laboratorium Cito/ STAT/ Emergency Formula Seluruh pemeriksaan laboratorium kritis yang dilaporkan

dalam waktu kurang dari ≤ 30 menit dibagi Seluruh

pemeriksaan laboratorium Cito/ STAT/ Emergency X 100 %

Bobot KPI 2

Sumber Data Catatan data

Standar 100%

Kriteria Penilaian hasil 100% --> skor = 2

hasil ≥ 90 - 99% --> skor = 1,5 hasil ≥ 80 - 89% --> skor = 1 hasil ≥ 70 - 79% --> skor = 0,5 hasil <70% --> skor = 0

PIC Ka. Instalasi laboratorium

KPI-14 : Penggunaan antibiotik profilaksis dlm waktu 30 menit - 1

jam sebelum insisi

bedah

Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan pembedahan berbasis mutu dan keselamatan pasien melalui pengendalian resistensi antimikroba/ antibiotika Judul KPI Penggunaan antibiotik profilaksis dlm waktu 30 menit - 1

jam sebelum insisi bedah

Dimensi Mutu Efisiensi, efektivitas dan kesinambungan pelayanan Tujuan Penurunan dan pencegahan kejadian infeksi luka operasi

b. Penurunan morbiditas dan mortalitas pascaoperasi c. Mencegah munculnya flora normal resisten

d. Meminimalkan biaya pelayanan kesehatan. Definisi

operasional Penggunaan Antibiotik Profilaksis adalah pemberian antibiotik sebelum atau selama operasi hingga 24 jam pasca operasi pada kasus yang secara klinis tidak

memperlihatkan tanda infeksi. Saat pemberian antibiotik profilaksis yang tepat adalah di ruang bedah, 30-60 menit sebelum insisi kulit

Kriteria :

Ketentuan pemberian antibiotik profilaksis mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 2406 tahun 2011

(14)

tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik Frekuensi

Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Numerator Jumlah pemberian AB profilaksis pada operasi bersih di kamar operasi antara 30 menit-1 jam sebelum operasi Denominator Jumlah pemberian AB profilaksis pada operasi bersih di

kamar operasi sebelum operasi

Formula Jumlah pemberian AB profilaksis pada operasi bersih di kamar operasi antara 30 menit-1 jam sebelum operasi dibagi Jumlah pemberian AB profilaksis pada operasi bersih di kamar operasi sebelum operasi x 100 %

Bobot KPI 2

Sumber Data Catatan data; rekam medis

Standar 100 %

Kriteria Penilaian hasil 100% --> skor = 2

hasil ≥ 90 - 99% --> skor = 1,5 hasil ≥ 80 - 89% --> skor = 1 hasil ≥ 70 - 79% --> skor = 0,5 hasil < 70% --> skor = 0

PIC Ka. Instalasi Bedah sentral

KPI-15 : Penerapan keselamatan operasi Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan pembedahan di rumah sakit berbasis mutu dan keselamatan pasien

Judul IKT Penerapan keselamatan operasi

Dimensi Mutu Efisiensi, efektivitas dan kesinambungan pelayanan Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan pembedahan Definisi

operasional Penerapan keselamatan operasi (PKO) adalah pengisian checklist keselamatan operasi pada form yang dilakukan oleh petugas meliputi tahapan Sign-in (dilakukan sebelum induksi anestesi minimal dilakukan oleh perawat dan dokter anestesi), tahapan Time-out (dilakukan sebelum insisi kulit, diisi oleh perawat, dokter anestesi dan operator), dan tahapan Sign-out (dilakukan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi/OK, di isi oleh perawat, dokter anestesi dan operator)

Kriteria : sesuai kriteria WHO (JCI) Frekuensi

Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa 3 bulanan

Numerator Jumlah pasien pembedahan di ruang operasi yang Checklist keselamatan pasien telah diisi lengkap sesuai tahapan oleh petugas yang tertentu disertai tandatangan dan penulisan jam pengisian pada bulan berjalan

Denominator Total pasien pembedahan di ruang operasi pada bulan itu Formula

(15)

PKO =

Bobot IKT 2

Sumber Data Catatan data

Standar 100 %

Kriteria Penilaian hasil 100% --> skor = 2

hasil ≥ 90 - 99% --> skor = 1,5 hasil ≥ 80 - 89% --> skor = 1 hasil ≥ 70 - 79% --> skor = 0,5 hasil < 70% --> skor = 0

Referensi

Dokumen terkait

asuhan yang diberikan yaitu memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan baik, Memeriksa tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu pernapasan sulit kurang dari 60 x/menit, suhu badan bayi baru