• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS TENTANG AKTIVITAS FISIK SENAM KAKI DIABETIK DALAM MENGONTROL KADAR GULA DARAH PADA Ny. N DENGAN DIABETES MELITUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS TENTANG AKTIVITAS FISIK SENAM KAKI DIABETIK DALAM MENGONTROL KADAR GULA DARAH PADA Ny. N DENGAN DIABETES MELITUS"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS TENTANG AKTIVITAS FISIK SENAM KAKI DIABETIK DALAM MENGONTROL KADAR GULA DARAH PADA “Ny. N” DENGAN DIABETES

MELITUS

Muhammad Faqih Siddiqi, Eni Sumarliyah1

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya1

ABSTRACT

Controlling blood sugar is the right solution to overcome diabetes mellitus, but the fact that people have not been able to control sugar levels despite using herbal or medical treatment, so that people seeking to treat one sugar levels with physical activity exercises diabetic foot. Many studies reveal that most patients with diabetes mellitus who perform physical activity level gymnastics diabetic foot showed efficacy in lowering blood sugar levels. Based on the research objectives, the research design used is a Case Study. The independent variable was physical activity gymnastics diabetic foot, and the dependent variable is to control blood sugar levels. The implementation of this case study was conducted on 9-11 November 2013 in room C Pamekasan Public Hospital. Mz.N is patients with a medical diagnosis of diabetes mellitus. Leg’s exercises done every morning for 30 minutes. The results of the study after the activity is first day of leg exercises showed the blood sugar levels of 387 mg/dl to 366 mg/dl. On second day after foot gymnastic activities showed blood sugar levels dropped (255 mdg/dl), while on the third day after the foot gymnastic activities showed blood sugar levels 176 mg/dl. The conclusion of this case study is implementation of diabetic foot gymnastics in diabetus Mellitus patients showed a maximum decreases blood sugar levels with results showing normal blood sugar levels. The implementation of the diabetic foot maximum exercise can lower blood sugar levels. In addition, the implementation of physical activity can be performed leg exercises at home because the implementation is quite easy leg exercises.

Keywords: Gymnastics leg, blood sugar levels, diabetes Mellitus

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya dikarenakan menurunnya hormon yang diproduksi untuk kelenjar prankeas. Kadar gula pada pasien DM terus meningkat jika penderita DM tersebut tidak mampu untuk mengontrol kadar gula (Sudoyo, 2006; Bustan, 2007).

Mengontrol kadar gula adalah solusi yang tepat dalam mengatasi penyakit DM, tetapi faktanya masyarakat belum mampu untuk mengontrol kadar ataupun herbal, sehingga masyarakat gula walaupun dengan menggunakan pengobatan medis mencari upaya untuk mengobati kadar gula salah satunya dengan aktivitas fisik senam kaki diabetik. Banyak penelitian ryang mengungkapkan

bahwa sebagian besar penderita DM yang melakukan aktifitas fisik senam kaki diabetik menunjukkan tingkat keberhasilan dalam menurunkan kadar gula darah (Sudirman, 2009).

Menurut data dari World Health Organization (WHO), jumlah penderita DM didunia tahun 2000 sebanyak 2,8% dan diperkirakan meningkat pada tahun 2030 menjadi 4,4%. DM merupakan penyebab kematian keempat terbesar di dunia (Wild S, 2004). Sedangkan di Indonesia jumlah penderita DM tahun 2000 terdapat sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Indonesia menduduki peringkat ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat (WHO, 2004). Depertemen Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa pada tahun 2007, jumlah kasus DM yang dirawat inap 21

(2)

dirumah sakit di Indonesia sebanyak 0,5% kasus dan kasus baru yang dirawat jalan dirumah sakit di Indonesia sebanyak 0,48% kasus.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang dengan DM menunjukkan bahwa 2 orang awalnya tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit DM, gula darahnya terkontrol karena dalam proses pengobatannya pasien melakukan anjuran pengobatan dengan baik seperti melakukan aktifitas/olahraga teratur, minum obat teratur, namun tidak melakukan anjuran diet DM dengan baik. Sementara pada 3 orang pasien, kadar gula darahnya tidak terkontrol karena pasien tidak melakukan anjuran pengobatan dengan baik seperti tidak melakukan olahraga secara teratur, tidak minum obat sesuai jadwal atau instruksi dari dokter, serta tidak melakukan diet sesuai dengan anjuran diet untuk pasien DM.

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Pamekasan Madura tahun 2012 jumlah penderita Diabetes Melitus sebanyak 27 penderita, tahun 2013 meningkat menjadi 39 penderita. Berdasarkan laporan tahunan RSUD Pamekasan Madura (Medical Record, 2012) Diabetes Melitus merupakan urutan nomor 6 (enam) dari 10 penyakit terbesar, yakni sebanyak 12 penderita dengan jumlah kunjungan 36 kali. Jadi dapat dirata-ratakan satu orang penderita mengunjungi RSUD Pamekasan Madura 3 kali dalam satu tahun.

DM merupakan penyakit kronis tidak menular, dengan karakteristik hiperglikemia karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan. Kadar gula darah dengan nilai > 126 mg/dl dalam keadaan puasa dinyatakan kadar gula darah tinggi. Kadar gula darah tinggi dan berlangsung lama dapat menimbulkan komplikasi yaitu retinotapi, nefropati, jantung koroner, jantung sistemik dan ganggren dan memicu terjadinya peningkatan radikal

bebas pada berbagai sel tubuh termasuk jumlah sel neutrophil.

Pengelolaan DM meliputi 4 pilar dan salah satu contohnya yaitu aktivitas fisik. Kegiatan fisik diabetes dapat mengurangi resiko kardiovaskular, meningkatkan rasa nyaman baik secara fisik, psikis maupun sosial dan tampak sehat. Penatalaksanaan DM yang sesuai secara farmakologi, nutrisi dan latihan jasmani dapat mengendalikan dan mempertahankan kadar glukosa darah dan berat badan sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi (Waspadji S, 2007). Kadar glukosa darah yang tidak terkendali karena ketidakpatuhan pasien DM dalam pengobatannya dapat mengakibatkan perawatan yang lebih lama dan juga dapat meningkatkan mortalitas pasien DM (Rumsfeld, 2006). Penelitian Siregar, 2004 di Palembang menyatakan bahwa penderita DM yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan baik tentang aktivitas fisik/olahraga penyakit DM dan mengaplikasikan memiliki kadar glukosa darah terkendali sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. Menurut Dwisetiani (2013), masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien DM yaitu Resiko kadar glukosa darah tidak stabil berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan DM, monitoring kadar glukosa inadekuat dan kurangnya penatalaksanaan DM. Cara pengendalian gula darah salah satunya dengan olahraga, diantaranya senam. Senam DM yang digunakan yaitu senam kaki diabetik yang bisa meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah (Sudirman, 2009). Senam kaki dilakukan untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno, 2006). Selain itu senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki,

(3)

meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha serta mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono, 2009). Untuk meningkatkan efektifitas sebaiknya senam dilakukan selama 30 menit 3-4 kali seminggu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengobatan penderita DM tidak bisa bersifat tunggal, tetapi merupakan kombinasi antara pengobatan farmakologi dengan pengobatan non- farmakologi. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan penelitian “studi kasus tentang aktivitas fisik senam kaki diabetik dalam mengontrol kadar gula darah pada Ny. N dengan DM di RSUD Pamekasan Madura”.

METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah Study Kasus yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif dan digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Nursalam, 2008). Diukur terlebih dahulu (pre-test) setelah itu dilakukan perlakuan dan setelah treatmen dilakukan pengukuran/ observasi (post test) (Hidayat, 2010).

Kasus yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien dengan DM di RSUD Pamekasan Madura. Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan meliputi 5 tahap, yaitu Inform consent, Menjelaskan

manfaat senam kaki diabetic, Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, mempersiapkan alat, dan melakukan senam kaki diabetic.

Berdasarkan grafik 1 menunjukkan bahwa hasil kadar gula darah dengan menggunakan kadar gula darah acak. Pada penilaian kadar gula darah acak yang pertama kadar gula darah masih tinggi, hal ini dikarenakan pasien belum hafal gerakan senam kaki diabetik. Pada hasil kadar gula darah kedua mengalami penurunan kadar gula darah acak. Hal ini dikarenakan pasien sudah hafal dengan gerakan senam kaki diabetik dan dilakukan dengan maksimal. Sedangkan pada hasil kadar gula darah acak ketiga mengalami penurunan menjadi normal. Hal ini dikarenakan pasien sudah hafal dengan gerakan senam kaki diabetik dan dilakukan dengan maksimal dan pasien tampak lebih semangat dalam melakukan senam kaki diabetik.

PEMBAHASAN

Penyakit DM adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat di dalam tubuh (Laniwati, 2008). Penyakit ini ditandai dengan adanya kadar glukosa yang tinggi dan ditemukannya glukosa dalam urin. Pengelolaan DM meliputi 4 pilar dan salah satu contohnya yaitu aktivitas fisik. Kegiatan fisik diabetes dapat mengurangi resiko kardiovaskular, meningkatkan rasa nyaman baik secara 23

(4)

fisik, psikis maupun sosial dan tampak sehat. Penatalaksanaan DM yang sesuai secara farmakologi, nutrisi dan latihan jasmani dapat mengendalikan dan mempertahankan kadar glukosa darah dan berat badan sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi (Waspadji, 2007). Kadar glukosa darah yang tidak terkendali karena ketidakpatuhan pasien DM dalam pengobatannya dapat mengakibatkan perawatan yang lebih lama dan juga dapat meningkatkan mortalitas pasien DM (Rumsfeld, 2006). Penelitian Siregar (2004) di Palembang menyatakan bahwa penderita DM yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan baik tentang aktivitas fisik/olahraga penyakit DM dan mengaplikasikan memiliki kadar glukosa darah terkendali sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi. Dan menurut Dwisetiani (2013) masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien DM yaitu Resiko kadar glukosa darah tidak stabil berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan DM, monitoring kadar glukosa inadekuat dan kurangnya penatalaksanaan DM.

Cara pengendalian gula darah salah satunya dengan olahraga, diantaranya senam. Senam diabetes yang digunakan yaitu senam kaki diabetik yang bisa meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah (Sudirman, 2009). Senam kaki dilakukan untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno, 2006).

Pengukuran kadar gula darah acak dilakukan sebanyak tiga kali yaitu setelah melakukan tindakan senam kaki diabetik. Pada pengukuran kadar gula darah acak hari pertama menunjukkan kadar gula darah masih tinggi. Hambatan yang di dapat adalah senam kaki diabetik berjalan kurang maksimal dikarenakan pasien belum hafal gerakan senam kaki diabetik. Pada hari kedua pengukuran kadar gula darah acak menunjukkan penurunan kadar gula darah acak. Senam kaki diabetik

dapat berjalan dengan lancar karena pasien sudah hafal dengan gerakan senam kaki diabetik. Pada hari terahir pengukuran kadar gula darah acak menunjukkan kadar gula darah normal. Tindakan senam kaki diabetik sudah dapat berjalan dengan maksimal ditandai dengan pasien sudah hafal gerakan senam kaki diabetik dan pasien tampak lebih semangat dalam melakukan senam kaki diabetik.

Senam kaki dilakukan untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Sumosardjuno, 2006). Selain itu senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha serta mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono, 2009). Senam kaki dapat mengendalikan kadar gula darah karena senam kaki yang digunakan yaitu senam kaki diabetik yang bisa meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah (Sudirman, 2009).

Pelaksanaan senam kaki diabetik yang dilakukan sesuai dengan prosedur dan teratur dapat menurunkan kadar gula darah dan dapat memperbaiki sirkulasi darah, selai itu dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah. Senam kaki diabetik di berikan pada pasien DM yang resiko kadar gula darah tidak stabil, didapatkan hasil akhir dari tindakan senam kaki diabetik berjalan dengan baik dan menghasilkan penurunan kadar gula darah acak.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Pamekasan Madura dari tanggal 9 sampai 11 November 2013. Sampel pada penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa medis Diabetus Melitus dan Hipertensi yang berjumlah 1 orang 24

(5)

didapatkan hasil bahwa pelaksanaan tindakan senam kaki diabetik pada pasien Ny. N dengan Diabetus Mellitus menunjukkan hasil yang maksimal pada hari ke 3 dan kadar gula darah menunjukkkan hasil yaitu kadar gula darah normal. Pelaksanaan senam kaki diabetik yang maksimal dapat mengontrol kadar gula darah.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, (2008). Sistem Kesehatan. Jakarta : Balai Pustaka

Anies, (2006). Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi pencegahan dari Aspek Prilaku dan Lingkungan. Jakarta : PT Alex Media komputindo.

Anonimity. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Anonimity. (2003). Pendidikan dan

Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto. S, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badawi, (2009). Melawan dan Mencegah

Diabetes Panduan Hidup Sehat Tanpa Diawasi. Yogjakarta : Arasha. Budiarto, (2002). Biostatistik Untuk

Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.

Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC

Depkes RI, (2010). Pedoman Pelaksanaan Program Pokok dan Pengembangan Puskesmas. Edisi 2. Jakarta.

Dwi, Setiono. (2008). Diabetes dan Kaki.

Diakses dari http://translate.diabetes.neuropathies.

co.id 7 Juli 2010

Fara, (2008). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Fakultas Kedokteran UI, (1995). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : FKUI.

http://www.rajawana.com/artikel/371- penatalaksanaan-diabetes-mellitus.html.

Hidayat. A. A, (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Hastono, (2004). Analisa data. Jakarta :

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Istijanto, (2006). Reset Sumber Daya Manusia Cara praktis Mendeteksi Dimensi-dimensi Kerja Karyawan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kristanti, (2009). Waspada!!! Penyakit

Berbahaya. Yogjakarta : Citra Pustaka.

Kurniadi, (2006). Kalau Bisa Sehat, Kenapa Harus Takut. Jakarta : Puspa Swara.

Lanywati, (2001). Diabetes Mellitus. Yogjakarta : Kanisius.

Notoatmodjo. S, (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodelogi Penelitian ilmu Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.

Price, S.A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rekam Medik RSUD Bangkinang, (2010). RA. Nabyl, (2009). Cara Mudah

Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus. Yogjakarta : Genius printika.

Saraswati, (2009). Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes Melitus, Hipertensi, Stroke. Yogjakarta : A. Plus Book.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta: EGC.

Sudirman. 2009. Senam Kaki Diabetes. Yogjakarta : A. Plus Book

Suparto, (2003). Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung : PT Remaja Rosdaharya.

Tjahjono, (2009). Komplikasi Umum Diabetes Melitus. Diambil pada

(6)

2010 dari http ://tjahjono- na.blogspot.com.

Tara, (2009). Buku Pintar Therapi Diabetes Melitus. Jakarta : Taramedia dan restu Agung.

WHO, (2008). Health Promoting Planning Educational and Environmental Approach Seconde, May Field Publishing Company, Houston.

Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk Penderita Diabetes. Diakses dari http://senamkaki.com 5 Agustus 2009

Widharto, (2007). Kencing Manis (Diabetes). Jakarta : PT Sunda Kelapa Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

%asil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa indeks teknis yang disusun berdasarkan aspirasi pemegang kebi3akan di daerah memberikan prioritas tinggi pada wilayah

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual.. Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (

(1) Bank Tanah dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam menyelenggarakan kegiatan perencanaan, perolehan, pengadaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pendistribusian tanah

Warga desa Medali identik dengan warga pertanian yang me miliki pendidikan rendah hingga sedang dan juga skill yang rendah, warga desa Medali hanya mela kukan konflik yang

Sedangkan bagi responden yang menjadi peserta menyatakan bahwa kegiatan latihan keterampilan klinik dengan menggunakan metode PAL sangat membantu dalam

Dari matriks IPA, terdapat 3 atribut yang berada di kuadran I yang perlu menjadi prioritas utama oleh restoran cepat saji Olive Fried Chicken yaitu keberadaan jumlah

dari total 38 mahasiswa. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tindakan kelas pada siklus II, untuk ketuntasan secara NODVLNDO WHUPDVXN NH GDODP NDWHJRUL

Sama halnya dengan larutan sebelumnya dengan menggunakan larutan HCl, pada percobaan kedua ini setelah dipanaskan lalu larutan di dinginkan kemudian di tambahkan