• Tidak ada hasil yang ditemukan

Microplastics contamination in green mussels Perna viridis in Pangkajene Kepulauan Waters, South Sulawesi, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Microplastics contamination in green mussels Perna viridis in Pangkajene Kepulauan Waters, South Sulawesi, Indonesia"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Mei 2021 Peer-Reviewed 

URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/ISLE DOI: https://doi.org/10.29239/j.akuatikisle.5.1.1-5

Artikel Penelitian 

Kontaminasi mikroplastik pada kerang hijau Perna viridis di Perairan

Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia

Microplastics contamination in green mussels Perna viridis in

Pangkajene Kepulauan Waters, South Sulawesi, Indonesia

Ramli

,

Khusnul Yaqin

,

Nita Rukminasari

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Sulawesi Selatan 90245, Indonesia

1.

Pendahuluan

Pencemaran sampah plastik telah menyebar di seluruh perairan khususnya perairan laut dan menjadi isu global saat ini. Sampah plastik yang masuk ke dalam perairan terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil yang disebut mikroplastik. Mikroplastik merupakan partikel plastik yang ukurannya kurang dari 5 mm (Storck et al., 2015). Keberadaan mikroplastik dalam jumlah besar akan berdampak pada lingkungan dan bahan pangan terutama bahan pangan yang berasal dari laut. Mikroplastik telah terakumulasi di lautan dan sedimen di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, dengan konsentrasi maksimum mencapai 100.000 partikel/m3. Mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh biota

dapat merusak saluran pencernaan, mengurangi tingkat

pertumbuhan, menghambat produksi enzim, mempengaruhi reproduksi, dan dapat menyebabkan paparan aditif plastik yang lebih besar sifat toksiknya (Wright et al., 2013).

Hewan laut yang menelan mikoplastik termasuk organisme bentik dan pelagis, yang memiliki cara makan dan menempati tingkat trofik yang berbeda. Salah satu organisme bentik yang rentan terkontaminasi oleh bahan pencemar yaitu kerang hijau, karena mereka memiliki cara makan yang bersifat filter feeder yaitu menyaring partikel-partikel yang ada di perairan tempat hidupnya. Kerang hijau hidup menempel dan bergerombol pada substrat yang keras, yaitu batu karang, kayu, tali budidaya rumput laut atau bambu dengan bantuan bisus. Kerang hijau memunyai pergerakan yang minimal di perairan atau yang dikenal dengan sedentary animal, sehingga tidak dimungkinkan menghindari bahan  Info Artikel: Diterima: 3 Desember 2020 Disetujui: 4 Maret 2021 Dipublikasi: 5 Maret 2021  Keyword: Green mussels; Perna viridis; Microplastic concentration; Maccini Baji  Korespondensi: Khusnul Yaqin Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Sulawesi Selatan 90245, Indonesia

Email: khusnul@gmail.com

ABSTRAK. Mikroplastik merupakan permasalahan yang cukup mengkhawatirkan terutama di wilayah perairan laut. Keberadaan mikroplastik dalam jumlah besar akan berdampak pada lingkungan dan organisme laut. Organisme laut yang rentan terkontaminasi oleh bahan pencemar mikroplastik yaitu kerang hijau (Perna viridis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk mikroplastik dan konsentrasi mikroplastik yang terdapat pada kerang hijau (Perna viridis) di Perairan Maccini Baji, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkejene Kepulauan, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel kerang dilakukan dengan metode Purposive Random Sampling dengan sampel dikelompokkan menjadi 3 kelompok ukuran panjang cangkang kerang yaitu 2-3,9 cm, 4-5,9 cm dan 6-7,9 cm masing-masing sebanyak 33 individu. Pengamatan mikroplastik dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo. Selain analisis konsentrasi mikroplastik, juga dilakukan analisis frekuensi kehadiran mikroplastik pada kerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik yang ditemukan berbentuk fiber dan fragmen dengan beberapa warna yaitu putih bening, biru, hitam, merah, dan ungu. Frekuensi kehadiran mikroplastik pada kerang hijau di lokasi penelitian berada diatas 50% dengan rata-rata 71,7% terpapar mikroplastik. Frekuensi kehadiran dan konsentrasi mikroplastik tertinggi pada kisaran ukuran panjang cangkang kerang 2-3,9 cm. ABSTRACT. Microplastics is a problem that has been concerning, especially in marine habitat. The presence of microplastics in large quantities will have an impact on the environment and marine organisms. Marine organisms that are vulnerable to contamination by microplastics pollutants namely green mussels (Perna viridis). This study aims to determine the microplastics forms and concentration found in green mussels (Perna viridis) in Maccini Baji Waters, Labakkang District, Pangkejene Kepulauan Regency, South Sulawesi. The sampling of the mussels was carried out by the method of purposive random sampling with the sample was grouped into 3 groups of shells lengths, namely 2-3.9 cm, 4-5.9 cm and 6-7.9 cm with 33 individuals for each group. Microplastics observations were carried out using a stereo microscope. In addition to analyze microplastics concentrations, an analysis of the frequency of microplastics presence in shells was also carried out. The results showed that the microplastics was found in the form of fiber and fragments with several colors namely clear white, blue, black, red, and purple. The frequency of microplastics presence in green mussels was above 50% with an average of 71.7% exposure to microplastics. The highest frequency of microplastics presence and concentration in the range of shell lengths accounting for 2-3.9 cm.

Copyright© Mei 2021 Ramli, Khusnul Yaqin, Nita Rukminasari Under Licence a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

(2)

pencemar yang mencemari lingkungan hidupnya (Yaqin et al., 2014). Padahal, kerang hijau mempunyai nilai gizi yang cukup baik dan kandungan protein yang tinggi, sehingga banyak diminati oleh masyarakat.

Penelitian tentang kandungan mikroplastik pada kerang hijau telah dilakukan di berbagai perairan. Di China, mikroplastik ditemukan pada kerang hijau dengan konsentrasi 1,52-5,36 partikel/gram (Qu et al., 2018). Hasil penelitian Khoironi et al. (2018) yang dilakukan di Laut Jawa juga menemukan kandungan mikroplastik pada kerang hijau dengan konsentrasi 4-20 partikel/gram dengan jenis mikroplastik yang ditemukan berupa fiber, fragmen. Namun penelitian terkait keberadaan mikroplastik pada kerang hijau di Perairan Sulawesi khususnya Sulawesi Selatan masih kurang.

Salah satu lokasi di Perairan Sulawesi yang terdapat banyak kerang hijau dan dijadikan sebagai bahan pangan oleh masyarakat adalah Perairan Maccini Baji. Perairan ini berbatasan dengan Pulau Cambang-cambang. Perairan Maccini Baji mendapat pengaruh

aktivitas manusia yakni kegiatan budidaya rumput laut, dermaga penyeberangan, aktivitas penambakan dan kegiatan antropogenik. Kerang hijau di daerah ini sering ditemukan menempel pada bagang tancap dan tali budidaya rumput laut. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang konsentrasi mikroplastik pada kerang hijau di Perairan Maccini Baji, Kecamatan Labbakang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan.

2.

Bahan dan Metode

2.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2019. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Maccini Baji, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel kerang hijau Perna viridis di Perairan Maccini Baji, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan.

2.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya mikroskop stereo untuk mengamati mikroplastik pada sampel, Global Positioning System (GPS) digunakan untuk mengambil titik posisi sampling, coolbox digunakan untuk menyimpan sampel, botol sampel dsebagai wadah menyimpan daging kerang, jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi cangkang kerang, timbangan digital dengan ketelitian 0,001 gram digunakan untuk menimbang bobot cangkang dan daging kerang, cawan petri digunakan sebagai media untuk mengamati larutan pada mikroskop, papan preparat digunakan sebagai alas untuk membedah sampel kerang, pisau bedah digunakan sebagai alat memisahkan daging dengan cangkang kerang, kamera digunakan untuk mendokumentasikan aktifitas penelitian, mistar ukur dengan ketelitian 0,5 mm digunakan untuk mengukur panjang mikroplastik. Bahan yang digunakan adalah kerang hijau Perna viridis sebagai sampel penelitian, larutan KOH digunakan untuk

menghilangkan bahan organik pada sampel, dan aquades yang berfungsi mensterilkan alat dan bahan.

2.3. Prosedur Penelitian 2.3.1. Survei Awal

Survei awal dilakukan sebelum melakukan penelitian untuk menentukan lokasi pengambilan sampel penelitian dan melakukan uji pendahuluan untuk memastikan adanya mikroplastik di dalam tubuh kerang. Pengambilan titik lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Selain itu juga dilakukan pengamatan di sekitar lokasi terkait aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan perairan.

2.3.2. Pengambilan Sampel Kerang

Pengambilan sampel dilakukan satu kali dan menggunakan teknik purposive random sampling dengan sampel dikelompokkan menjadi 3 kelompok ukuran panjang cangkang yaitu 2–3,9 cm

(3)

(kelompok A), 4 – 5,9 cm (kelompok B) dan 6 – 7,9 cm (kelompok C) masing-masing sebanyak 33 individu dengan mengacu pada uji statistik (Cohen et al., 2007). Cara pengambilan sampel yaitu kerang hijau yang berada di tali budidaya rumput laut ditarik dengan menggunakan tangan. Setelah sampel terkumpul, sampel dimasukkan ke dalam cool box dan dibawa ke Laboratorium Kualitas Air, Departemen Perikanan, Universitas Hasanuddin untuk dianalisis lebih lanjut.

2.3.3. Preparasi Sampel

Sampel yang diambil dilanjutkan diberikan preparasi sampel dengan cara seluruh peralatan disterilkan dengan aquades, sampel kerang dibersihkan dari organisme pengotor. Setelah itu, dilakukan pengukuran morfologi sampel yaitu diukur panjang, tinggi dan lebar cangkang dengan jangka sorong (Gambar 2).

Gambar 2. Parameter morfologi kerang hijau, Perna viridis (Yaqin et al., 2015)

Bobot kerang kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital. Daging dipisahkan dari cangkang menggunakan pisau bedah kemudian setiap sampel yang didapatkan dimasukkan ke dalam botol sampel. Kemudian ditambahkan larutan 10% KOH pada masing-masing botol sampel dengan proporsi 3 kali volume daging kerang (Rochman et al., 2015). Larutan KOH ini berfungsi untuk menghancurkan bahan organik pada sampel sehingga memudahkan untuk mengamati mikroplastik yang ada didalamnya. Selanjutnya dilakukan penandaan (labeling) pada setiap sampel dari setiap stasiun pada lokasi penelitian.

2.3.4. Pengamatan mikroplastik

Pengamatan mikroplastik pada kerang hijau dapat dilakukan setelah sampel terendam dalam KOH selama kurang lebih 2-3 minggu pada suhu kamar (Rochman et al., 2015). Cara pengamatan dilakukan dengan mengambil sebanyak 3 sampai 5 ml larutan sampel di letakkan ke dalam cawan petri. Identifikasi mikroplastik menggunakan metode observasi visual di bawah mikroskop Stereo. Hal-hal yang diamati, yaitu bentuk, jumlah, ukuran, dan warna dari partikel mikroplastik. Kemudian sampel mikroplastik didokumentasikan. Setelah itu, dilakukan pengukuran panjang partikel mikroplastik yang ditemukan dengan menggunakan aplikasi ImageJ.

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer diperoleh dari observasi kondisi lokasi pengambilan sampel serta data hasil pengujian sampel. Sampel yang telah dikumpulkan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengamatan lebih lanjut yakni identifikasi keberadaan partikel mikroplastik. Identifikasi jenis mikroplastik yang ditemukan dilakukan dengan bantuan informasi dari buku petunjuk identifikasi serta dari berbagai literatur (artikel jurnal).

2.5. Analisis Data

2.5.1. Perhitungan Frekuensi Kehadiran

Frekuensi kehadiran mikroplastik pada sampel kerang ialah persentase jumlah kerang yang teridentifikasi mengandung mikroplastik. Frekuensi kehadiran (FK) dihitung berdasarkan rumus frekuensi kehadiran (Krebs, 2014), yaitu:

FK =

𝑥 100%

... (1) Kemudian dianalisis secara deskriptif, yang disajikan dalam bentuk grafik.

2.5.2. Uji One Way ANOVA

Uji One Way Analysis of Variance (ANOVA) dilakukan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi plastik pada setiap rentang ukuran panjang, data konsentrasi diuji dengan menggunakan ANOVA. Sebelum dilakukan uji ANOVA terlebih dahulu data diuji normalitas dan homogenitasnya. Jika data berdistribusi normal dan homogen, digunakan uji ANOVA parametrik. Jika data tidak berdistribusi normal, maka data ditransformasi dengan log transformasi, dan diuji normalitas dan homogenitasnya kembali. Jika data normal dan homogen setelah ditransformasi, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA parametrik. Namun jika tidak berdistribusi normal dan homogen, maka data diuji dengan ANOVA non-parametrik.

3.

Hasil dan Pembahasan

3.1. Karakteristik Mikroplastik

Bentuk mikroplastik yang ditemukan di dalam kerang hijau di Perairan Maccini Baji, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan berupa bentuk fiber dan fragmen dengan beberapa warna yaitu putih bening, biru, hitam, merah dan ungu (Gambar 3).

Gambar 3. Mikroplastik yang didapatkan pada kerang hijau Perna viridis. (a-e) mikroplastik berbentuk fiber, (f-i) mikroplastik berbentuk fragmen.

(4)

Keberadaan mikroplastik pada daging kerang hijau diduga disebabkan karena area pengambilan sampel merupakan tempat budidaya rumput laut dan juga muara dari aliran sungai yang terdapat aktifitas penduduk dan aktivitas pertambakan. Selain itu, berdasarkan pengamatan di sekitar daerah pengambilan sampel, banyak sampah plastik yang berserakan mulai dari pembungkus makanan, tali, karung hingga kain.

Perbedaan bentuk mikroplastik yang ditemukan dapat mengindikasikan asal mikroplastik tersebut. Banyaknya mikroplastik berbentuk fiber yang ditemukan kemungkinan besar bersumber dari tali budidaya rumput laut, jaring ikan dan tali kapal yang sudah tidak digunakan oleh nelayan, kemudian terurai menjadi partikel-partikel plastik dengan ukuran yang sangat kecil yang kemudian terbawa arus masuk ke perairan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Katsanevakis & Katsarou (2004) bahwa mikroplastik bentuk fiber paling banyak bersumber dari alat tangkap seperti jaring ikan dan alat pancing. Hal yang sama diungkapkan oleh Nor & Obbard (2014) bahwa mikroplastik jenis fiber berasal dari degradasi pada tali, tali pancing, dan jaring ikan yang terurai masuk ke perairan dan terakumulasi dalam tubuh biota. Sedangkan mikroplastik bentuk fragmen pada dasarnya berasal dari buangan sampah berupa kantong plastik, botol-botol minuman plastik dan potongan kecil pipa paralon. Sampah plastik tersebut terurai menjadi serpihan serpihan kecil hingga membentuk fragmen (Dewi et al., 2015).

Panjang mikroplastik pada kerang hijau yang ditemukan selama penelitian berbeda-beda pada setiap kisaran ukuran panjang cangkang kerang. Ukuran panjang mikroplastik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang mikroplastik pada kerang hijau Perna viridis.

Ukuran mikroplastik yang ditemukan di ketiga kisaran ukuran kerang hijau yang diteliti tidak ada perbedaan yang nyata berdasarkan uji statistik karena rentangnya tidak berbeda jauh. Rentang ukuran mikroplastik yang ditemukan yaitu 0,24–4,71 mm serta di temukannya mesoplastik pada kerang hijau ukuran yang besar. Hal ini menandakan bahwa kerang hijau pada berbagai kisaran ukuran panjang cangkang bisa menelan mikroplastik. Khoironi et al. (2018)juga menemukan ukuran mikroplastik pada kerang hijau yang hidup di Laut Jawa dengan ukuran 51,31–87,42 mikron di salinitas tinggi dan ukuran 45,33–124,74 mikron di salinitas rendah.

3.2. Frekuensi kehadiran

Jumlah kehadiran partikel mikroplastik di dalam daging kerang hijau yang didapatkan selama penelitian berbeda-beda pada setiap kisaran ukuran panjang cangkang kerang. Jumlah kerang yang di dalam dagingnya ditemukan mikroplastik pada kelompok ukuran panjang cangkang kerang A, B, dan C secara berurutan yaitu 26 ekor, 24 ekor, dan 21 ekor. Frekuensi kehadiran mikroplastik pada daging kerang hijau di Perairan Maccini Baji dapat dilihat pada Gambar 4.

Frekuensi kehadiran mikroplastik pada kerang hijau paling tinggi berada pada kisaran ukuran cangkang kerang kelompok A yaitu 78,8 % artinya dari 33 sampel yang diamati, 78,8 % terpapar mikroplastik. Untuk kisaran ukuran cangkang kerang kelompok B frekuensi kehadiran mikroplastik pada kerang hijau yaitu 72,7 % artinya dari 33 sampel yang diamati, 72,7 % terpapar mikroplastik, sedangkan pada kisaran ukuran cangang kerang kelompok C yaitu

Persentase kehadiran mikroplastik tersebut menggambarkan bahwa mikroplastik dapat masuk ke semua kerang hijau baik pada kisaran ukuran yang kecil maupun kisaran ukuran yang besar serta persentase secara keseluruhan frekuensi kehadiran mikroplastik pada kerang hijau di lokasi penelitian berada di atas 50 % dengan rata-rata 71,7 % sampel terpapar mikroplastik.

Gambar 4. Grafik persentasi kehadiran mikroplastik di dalam daging kerang hijau pada kisaran ukuran panjang cangkang kerang berbeda.

3.3. Konsentrasi Mikroplastik

Rata-rata konsentrasi mikroplastik yang didapatkan pada kerang hijau pada kisaran ukuran 2-3,9 cm yaitu 0,60 item/g, pada kisaran ukuran 4-5,9 cm yaitu 0,45 item/g dan pada kisaran ukuran 6-7,9 cm yaitu 0,32 item/g. Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa konsentrasi mikroplastik pada kisaran panjang cangkang kelompok A tidak berbeda nyata dengan konsentrasi mikroplastik pada kelompok B, dan konsentrasi mikroplastik pada kisaran panjang cangkang kelompok B tidak berbeda nyata dengan konsentrasi mikroplastik pada kelompok C. Akan tetapi konsentrasi mikroplastik pada kisaran panjang cangkang kelompok A berbeda nyata dengan konsentrasi mikroplastik pada kisaran panjang kelompok C (p < 0,05), dapat dilihat pada Gambar 5.

A (2 - 3,9) B (4 - 5,9) C (6 - 7,9) 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 a a b b

Kisaran panjang cangkang (cm)

Ko ns en tra si it em /g

Gambar 5. Konsentrasi mikroplastik pada kerang hijau, Perna viridis pada kisaran ukuran panjang cangkang yang berbeda-beda. Huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata secara statistik (p < 0,05).

Berdasarkan hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa konsentrasi mikroplastik pada kisaran ukuran panjang cangkang 2-3,9 cm berbeda nyata dengan konsentrasi mikroplastik pada kisaran ukuran panjang 6-7,9 cm (p < 0,05). Rata-rata konsentrasi mikroplastik yang didapatkan pada kerang hijau pada kisaran Kisaran ukuran

cangkang kerang Kisaran panjang mikroplastik Rata-rata panjang mikroplastik Kelompok A (2-3,9 cm) 0,36-4,07 mm 1,55±0,92 mm Kelompok B (4-5,9 cm) 0,24-4,25 mm 1,53±1,00 mm Kelompok C (6-7,9 cm) 0,33-4,71 mm 1,67±1,22 mm

(5)

ukuran 2-3,9 cm yaitu 0,60 item/g, pada kisaran ukuran 4-5,9 cm yaitu 0,45 item/g dan pada kisaran ukuran 6-7,9 cm yaitu 0,32 item/g. Rata-rata konsentrasi mikroplastik tersebut, menunjukkan bahwa konsentrasi mikroplastik pada ukuran cangkang 2-3,9 cm lebih banyak mengandung mikroplastik dibandingkan dengan ukuran yang lebih besar. Jadi konsentrasi mikroplastik berbanding terbalik dengan ukuran panjang cangkang kerang.

Kerang hijau memiliki sistem depurasi (Ningrum, 2016). Pada kerang berukuran besar laju penyerapan dan akumulasi bahan pencemar tidak melebihi laju depurasinya, sehingga pada kerang ukuran lebih besar sedikit mengandung bahan pencemar mikroplastik (Yaqin et al., 2014). Penyerapan mikroplastik pada kerang hijau diduga dipengaruhi oleh laju filtrasi, dimana laju filtrasi akan meningkat seiring bertambahnya laju pertumbuhan. Namun laju filtrasi akan melambat seiring melambatnya laju pertumbuhan kerang atau laju pertumbuhannya cenderung konstan sampai mencapai batas panjang cangkang maksimum. Tantanasarit et al. (2013) menyatakan bahwa terdapat perbedaan laju filtrasi antara kerang hijau ukuran yang kecil dan besar. Laju filtrasi kerang hijau ukuran kecil lebih cepat dibandingkan dengan ukuran yang besar.

4.

Simpulan

Mikroplastik yang ditemukan pada kerang hijau (Perna viridis) di Perairan Pangkajene Kepulauan terdapat 2 bentuk yaitu fiber dan fragmen dengan beberapa warna yaitu putih bening, biru, hitam merah dan ungu dengan ukuran panjang mikroplastik berkisar antara 0,24–4,71 mm. Konsentrasi mikroplastik pada kerang hijau lebih tinggi ditemukan pada kerang ukuran kecil (2-3,9 cm) yaitu 0,60 item/gram, kemudian ukuran sedang (4-5,9 cm) dengan rata-rata konsentrasi yaitu 0,45 item/g dan ukuran besar (6-7,9 cm) dengan konsentrasi rata-rata yaitu 0,32 item/g.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu jalannya penelitian ini.

Referensi

Cohen, L.; Manion, L. & Morrison, K., 2007. Research Methods in Education. New York: Routledge.

Dewi, S.; AA, B. & IR., R., 2015. Distribusi mikroplastik pada sedimen di muara badak, Kapupaten Kutai Kartanegara. Universitas Mulawarman.

Katsanevakis, S. & Katsarou, A., 2004. Influences on the distribution of marine debris on the seafloor of shallow coastal areas in Greece

(Eastern Mediterranean). Water, Air, and Soil Pollution, (159):

325–337.

Khoironi, A.; Anggoro, S. & Sudarno, S., 2018. The existence of microplastic in Asian green mussels. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 131(1), 012050, DOI: 10.1088/1755-1315/131/1/012050.

Krebs, C. J., 2014. Ecological Methodology. Addison-Wesley Educational Publishers, Inc.

Ningrum, E. W., 2016. Efektivitas Pepurasi Merkuri pada Kerang Hijau (Perna viridis l.) dan Kerang Darah (Anadara granosa l.) dari Teluk Jakarta dengan Penggunaan Ozon, Kitosan dan Teknik Hidrodinamik. Institut Pertanian Bogor.

Nor, M. & Obbard, J. P., 2014. Microplastics in Singapore’s coastal

mangrove ecosystems. Marine Pollution Bulletin, 79: 278–283.

Qu, X.; Su, L.; Li, H.; Liang, M. & Shi, H., 2018. Assessing the relationship between the abundance and properties of microplastics in water

and in mussels. Science of the Total Environment, 621: 679–686,

DOI: 10.1016/j.scitotenv.2017.11.284.

Rochman, C. M.; Tahir, A.; Williams, S. L.; Baxa, D. V; Lam, R.; Miller, J. T.; Teh, F.; Werorilangi, S. & Teh, S. J., 2015. Anthropogenic debris in seafood : Plastic debris and fibers from textiles in fish and bivalves sold for human consumption. Scientific Reports, 5: 1–10, DOI: 10.1038/srep14340.

Storck, F. R.; Kools, S. A. E. & Rinck-Pfeiffer, S., 2015. Microplastics in

Fresh Water Resources. Journal of Science Brief, 72(5): 1455–1457,

DOI: 10.1111/j.1741-3737.2010.00777.x.

Tantanasarit, C.; Babel, S.; Englande, A. J. & Meksumpun, S., 2013. Influence of size and density on filtration rate modeling and nutrient uptake by green mussel (Perna viridis). Marine Pollution

Bulletin, 68(1): 38–45.

Wright, S. L.; Thompson, R. C. & Galloway, T. S., 2013. The physical impacts of microplastics on marine organisms: A review. Environmental pollution (Barking, Essex : 1987), 178: 483–492, DOI: 10.1016/j.envpol.2013.02.031.

Yaqin, K.; Fachruddin, L. & Rahim, N. F., 2015. Studi Kandungan Logam Timbal (PB) Kerang Hijau, Perna viridis Terhadap Indeks Kondisinya. Jurnal Lingkungan Indonesia, III(6): 309–317. Yaqin, K.; Nursyamsiah; Umar, M. T.; Fachruddin, L. & Bachtiar, B., 2014.

Apakah variasi ukuran panjang cangkang memengaruhi konsentrasi logam timbal di dalam daging kerang hijau, Perna viridis? Prosiding Simposium Nasional I Kelatan dan Perikan. Fakultas Ilmu Kelautandan Perikanan, Universitas Hasanuddin

Makasssar, : 1–13.

Ramli, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar, Sulawesi Selatan 90245, Indonesia, Email: ramli.thefirst@gmail.com

Khusnul Yaqin, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar, Sulawesi Selatan 90245, Indonesia, Email: khusnul@gmail.com

URL ID-orcid: https://orcid.org/0000000260508725

Nita Rukminasari, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar, Sulawesi Selatan 90245, Indonesia, Email: nitasari_02@hotmail.com

URL ID-orcid: https://orcid.org/0000-0003-2943-9538 research-ID: http://www.researcherid.com/rid/M-2410-2014

URL Google Scholer: https://scholar.google.co.id/citations?hl=id&user=sB4W_sUAAAAJ URL Sinta Dikti: http://sinta2.ristekdikti.go.id/authors/detail?id=6002480&view=overview How to cite this article:

Ramli, R., Yaqin, K., & Rukminasari, N. 2017. Microplastics contamination in green mussels Perna viridis in Pangkajene Kepulauan Waters, South Sulawesi, Indonesia, Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 5(1):1-5. https:// doi.org/10.29239/j.akuatikisle.5.1.1-5

Gambar

Gambar  1. Peta  lokasi  pengambilan  sampel  kerang  hijau  Perna  viridis  di  Perairan  Maccini  Baji,  Kecamatan  Labakkang,  Kabupaten  Pangkajene Kepulauan.
Gambar 3. Mikroplastik yang didapatkan pada kerang hijau Perna  viridis.  (a-e)  mikroplastik  berbentuk  fiber,  (f-i)  mikroplastik  berbentuk fragmen
Gambar  4.  Grafik  persentasi  kehadiran  mikroplastik  di  dalam  daging kerang hijau pada kisaran ukuran panjang cangkang kerang  berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Manajer Investasi dapat menghitung sendiri Nilai Pasar Wajar dari Efek tersebut dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab berdasarkan metode yang menggunakan

Menurut anda, seperti apa profil guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang baik?. Jawab:Guru PAI dan Budi Pekerti yang baik menurut saya yaitu

yang diberikan pada tanah sawah tidak menjadi bahan organik atau unsur hara didalam tanah sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman namun

Kemudian dari data gas lift valve yang ada di- input ke dalam PROSPER untuk dianalisis, sehingga kita dapat membuat model existing gas lift design yang ada saat

Gangguan ini bisa terjadi akibat ketiadaan ruang publik bagi remaja yaitukarena wilayah banjir rob.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psikologis: konsep diri pada anak

Hasil penelitian menunjukkan 17 responden (56,7 persen) berada pada kriteria sedang dengan jumlah skor antara interval 21-24. Kriteria sedang menuunjukkan bahwa

Dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa PDRB dengan nilai positif mengasumsikan Kabupaten/Kota di Propinsi Pulau Jawa dengan meningkatkan distribusi

Atas kesedaran betapa pentingnya pengurusan masa yang sempurna, penyelidik cuba meneari satu teknik pengurusan masa yang baik untuk dipraktikkan oleh pelajar bagi membantu