• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

4.1.1 Letak geografis dan batas administrasi

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Kabupaten Pangkep), berada di Propinsi Sulawesi Selatan dan terletak antara 110º BT dan 4º.40’ LS - 8º.00’ LS, memiliki luas daratan 1.112,29 km2 dan luas laut 17.100 km2, dengan batas-batas administrasi meliputi: sebelah Utara berbatas-batasan dengan Kabupaten Barru, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone, dan sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan Madura, serta Pulau Bali (Gambar 6).

(2)

4.1.2 Topografi dan klimatologi

Kabupaten Pangkep terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan yang terdiri dari dataran rendah dan pegunungan. Dataran rendah seluas 73.721 Ha membentang dari garis pantai barat ke timur terdiri dari persawahan, tambak, rawa-rawa, dan empang. Daerah pegunungan berada pada ketinggian 100 – 1000 m di atas permukaan air laut, yang terletak di sebelah timur dan merupakan wilayah yang banyak mengandung batu cadas, batu bara, serta berbagai jenis batu marmer. Temperatur udara berada pada kisaran 21ºC - 31°C dengan rata-rata 26,4º C. Kondisi angin berada pada kecepatan lemah sampai sedang, dengan curah hujan rata-rata mencapai 666/153 hari hujan.

4.1.3 Demografi wilayah

Kabupaten Pangkep secara administratif terbagi atas 12 (dua belas) kecamatan, yang terdiri dari sembilan wilayah kecamatan daratan, dan tiga wilayah kecamatan kepulauan, yaitu Kecamatan Liukang Tupabbiring, Liukang Tangaya dan Liukang Kalukuang Massalimu, dengan jumlah total 114 pulau (90 pulau yang berpenduduk, dan 24 pulau kosong atau tidak berpenduduk). Jumlah desa di Kabupaten Pangkep adalah 102 desa/kelurahan. Jumlah penduduk Kabupaten Pangkep pada Tahun 2007 adalah 302.874 jiwa. Jumlah penduduk dan jumlah desa di Kabupaten Pangkep disampaikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah desa dan jumlah penduduk

No. Nama Kecamatan Ibukota

Luas Daratan (km2 Jumlah Desa ) Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. Pangkajene Tumampua 47,39 9 38.525

2. Minasatene Minasa Te’ne 76,48 8 30.395

3. Bungoro Bungoro 90,12 8 38.525 4. Labakkang Labakkang 98,46 13 46.497 5. Ma’rang Bonto-Bonto 75,22 10 32.179 6. Segeri Segeri 78,28 6 19.840 7. Mandalle Mandalle 40,16 6 12.150 8. Balocci Baleanging 143,48 5 16.463

9. Tondong Tallasa Bantimurung 111,2 6 9.611 10. Liukang Tupabbiring Balang Lompo 140 15 29.680

11. Liukang Tangaya Sapuka 120 9 16.713

12. Liukang Kalmas Kalukuang 91,50 7 12.471

JUMLAH TOTAL 1.112,29 102 302.874

(3)

4.1.4 Potensi sumberdaya alam

Perikanan Laut dan Budidaya

Daerah dan potensi penangkapan ikan laut dan budidaya tersebar di beberapa perairan pulau-pulau kecil seperti disampaikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Daerah dan potensi perikanan laut serta budidaya di Kab. Pangkep No, Lokasi Jenis Kegiatan Jenis Sumberdaya

1. Pulau Balang Lompo Fishing ground (DPI) Ikan barukang, tembang, kembung, teri dan pari

2. Pulau Sabutung Fishing ground (DPI) Ikan barukang, kepiting, layang, tembang

Budidaya Rumput laut

3. Pulau Kapoposan Fishing ground (DPI) Ikan cakalang, layang, tuna, cucut, kerapu/sunu, teripang, cumi-cumi dan lobster

4. Pulau Doangdoang Fishing ground (DPI) Ikan tuna, cakalang, cucut, tuna, penyu sisik

Budidaya Rumput laut

5. Pulau Kalukalukuang Fishing ground (DPI) Ikan cucut, kerapu/sunu, tuna, teripang, penyu

Budidaya Rumput laut

6. Pulau Gusungbira Fishing ground (DPI) Ikan kerapu/sunu, cakalang, tuna, tombak, tenggiri dan layang

7. Pulau Gusunglilikang Fishing ground (DPI) ikan kerapu/sunu, cakalang, tuna, tombak, tenggiri dan layang

8. Pulau Sabalanak Fishing ground (DPI) Ikan kerapu/sunu, cakalang, cucut, tuna, layang, kerang-kerangan

Budidaya Rumput laut

9. Pulau Sapuka Fishing ground (DPI) Ikan baronang, tuna, layang, teripang

Sumber: Berdasarkan data olahan (2009).

Tabel 3 menunjukkan bahwa potensi perikanan laut Kabupaten Pangkep menyebar di sekitar perairan sembilan pulau kecil, termasuk Pulau Kapoposan sebagai salah satu dari enam pulau-pulau kecil yang ada di Kawasan Kapoposan. Pulau Kapoposan memiliki potensi sebagai daerah penangkapan ikan meliputi ikan cakalang, layang, tuna, cucut, kerapu/sunu, teripang, cumi-cumi dan lobster. Beberapa jenis ikan bernilai ekonomis yang menjadi target penangkapan sejak tahun 2003-2007 disampaikan pada Tabel 4, sedangkan alat tangkap yang dominan digunakan yaitu jaring insang tetap, pancing dan pukat cincin pada tahun 2003-2007 disampaikan pada Tabel 5.

(4)

Tabel 4 Produksi penangkapan ikan laut tahun 2003-2007 di Kab. Pangkep NO JENIS IKAN PRODUKSI (ton) TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007 1. Kakap Merah 13,2 81,3 29,9 43,6 38,6 2. Kerapu/Sunu 2,9 29,4 21,8 32,5 33,5 3. Layang 1.064,2 1.111 1.642,5 1.587,3 1.629 4. Kuwe 405,2 402,3 213,8 368,3 297,5 5. Tembang 1.048,1 407,6 639,7 728,4 668,3 6. Lemuru 533,7 496,7 734,8 693,8 763,2 7. Kembung 1.838,4 1.820,4 1.875,7 1.830,8 1.864,3 8. Cakalang 644,3 646,1 1.208,6 1.216,4 1.206 9. Rajungan 212,9 669,4 625,5 487,3 367,3 10. Udang Putih 114,7 369,7 45,8 53,2 36,8 11. Cumi-cumi 6,2 203,7 63 256,8 231,1 12. Bawal Putih 65,7 158,4 - 45,7 103,2 13. Udang Windu 42,5 103,5 5,8 10,6 80,3 14. Tuna - - - 2,3 1,8 15. Baronang - 18,6 11,8 19,4 14,6

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep (2008). Keterangan: - : tidak ada data.

Tabel 5 Jumlah alat tangkap tahun 2003-2007 di Kab. Pangkep

NO JENIS ALAT TAHUN

2003 2004 2005 2006 2007

1. Jaring insang tetap 842 1.013 991 1.068 1.038

2. Pancing 30 224 267 283 300 3. Pukat cincin 104 130 115 115 145 4. Jaring klitik 25 8 10 9 8 5. Bagan perahu 46 47 76 76 76 6. Bagan tancap 23 78 63 65 61 7. Sero 15 33 27 18 25 8. Dogol/Cantrang 70 79 44 44 44

(5)

Alat tangkap jaring insang tetap dan pukat cincin selama lima tahun (tahun 2003-2007) jumlahnya mengalami fluktuasi, namun tidak demikian dengan alat tangkap pancing yang jumlahnya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Menurut pengamatan dan wawancara, hal ditenggarai karena semakin meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap bahaya penggunaan bom dan sianida (potas), aktivitas penangkapan ikan karang pada masa kini dilakukan dengan menggunakan alat tangkap pancing, karena selain merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan, ikan-ikan karang hasil tangkapan pancing memiliki harga jual yang tinggi, terlebih lagi jika dalam keadaan masih hidup.

Meskipun dari jumlah produksi relatif lebih kecil dibanding dengan ikan-ikan pelagis (seperti layang, kembung dan cakalang) maupun dengan jumlah produksi jenis udang (udang putih dan udang windu), jenis ikan karang ekonomis (kakap merah, kerapu/sunu, dan baronang) adalah jenis tangkapan yang paling diminati karena umumnya dijual dalam bentuk segar (hidup) sehingga memiliki harga jual yang relatif tinggi.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pangkep (2008) menyatakan, produk perikanan Kabupaten Pangkep lainnya adalah ikan bandeng sebagai jenis komoditi budidaya terbesar yang dihasilkan dari budidaya tambak, di samping budidaya udang windu, udang putih dan rumput laut (Tabel 6).

Tabel 6 Produksi budidaya di Kab. Pangkep

No. Jenis Komoditi yang Dibudidayakan Produksi (ton)

1. Ikan Bandeng 3.557,1

2. Udang Windu 369,5

3. Udang Putih 65,7

4. Rumput Laut 8.241

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep (2008). Ekosistem Terumbu Karang dan Mangrove

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep (2008) menyatakan bahwa luasan dan kondisi terumbu karang Kabupaten Pangkep tersebar di tiga wilayah kecamatan (Tabel 7), sedangkan luasan mangrove tersebar di delapan kecamatan yang memiliki pesisir pantai berupa lahan pasang surut (Tabel 8).

(6)

Tabel 7 Luasan dan kondisi terumbu karang di Kab. Pangkep

No. Wilayah Kecamatan Potensi (ha) Rusak (%) Baik (%)

1 Liukang Tupabbiring 12.297 75 25

2 Liukang Kalmas 4.238 45 55

3 Liukang Tangngaya 19.494 45 55

Jumlah/Rata-rata 36.029 55 45

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep (2008).

Tabel 8 Luasan dan jenis mangrove di Kab. Pangkep

No. Kecamatan Luasan (ha) Jenis Mangrove 1. Pangkajene 36,6 Rhizopora dan Api-api 2. Bungoro 25 Rhizopora dan Api-api 3. Labakkang 58,5 Rhizopora dan Api-api 4. Ma'rang 46 Rhizopora dan Api-api 5. Segeri 39 Rhizopora dan Api-api 6. Mandalle 26,5 Rhizopora dan Api-api

JUMLAH 231,6

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep (2008).

Jasa-jasa Lingkungan

Potensi jasa-jasa lingkungan (wisata bahari) sejak tahun 2007-2009 di Pulau Kapoposan, telah mulai menarik para wisatawan dengan jumlah kunjungan yang bervariasi. Berdasarkan wawancara, kegiatan wisata bahari relatif baru dikembangkan di Pulau Kapoposan, yaitu pada tahun 2007 seiring selesainya pembangunan empat tempat penginapan dari kayu dengan luas bangunan berukuran 4x7 meter, yang masing-masing dilengkapi dengan fasilitas satu kamar tidur dan satu kamar mandi yang dibangun atas biaya APBD Pemerintah Daerah Kab. Pangkep. Meskipun relatif baru, Pemerintah Daerah Kab. Pangkep saat ini tengah berupaya mengembangkan sektor wisata bahari di Kawasan Kapoposan, dengan mengajak pengusaha dari Kota Makassar untuk berinvestasi di Pulau Kapoposan guna membangun tiga tempat penginapan dengan ukuran 18 x 12 meter, 12 x 15 meter dan 20 x 15 meter yang masing-masing dilengkapi fasilitas lima kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi.

Jumlah pengunjung dan pemasukan dari kegiatan wisata bahari pada Tahun 2007-2009 seperti disampaikan pada Tabel 9.

(7)

Tabel 9 Jumlah pengunjung dan penerimaan wisata bahari di Pulau Kapoposan tahun 2007-2009

Bulan

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Jumlah Pengunjung (orang) Penerimaan (000 Rp) Jumlah Pengunjung (orang) Penerimaan (000 Rp) Jumlah Pengunjung (orang) Penerimaan (000 Rp) Januari - - - - Februari - - - - Maret - - - - April - - - - Mei - - - - Juni 12 157,5 14 173 20 180,5 Juli 7 130 9 140 29 1290 Agustus 28 1.200 30 1.340 45 1875,5 September 9 140,5 13 150 27 1.100 Oktober 32 1.600,5 35 1.750 40 1790 November 5 125 8 135 21 195,5 Desember 24 1.027,5 19 935 33 1697,5 TOTAL 117 4.441 128 4.623 215 8129

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Pangkep (2008).

Tabel 9 menunjukkan bahwa kegiatan wisata bahari di Pulau Kapoposan memiliki potensi dan manfaat ekonomi bagi masyarakat serta daerah yang mengalami trend atau kecenderungan yang naik dari tahun ke tahun (tahun 2007-2009), baik dari segi jumlah pengunjung (orang) maupun perimaan (rupiah). Berdasarkan wawancara kondisi tersebut terjadi karena:

1) jatuhnya musim liburan yang dimulai pada bulan Juni, menyebabkan wisatawan baru mendatangi Pulau Kapoposan pada bulan Juni tiap tahunnya;

2) bertambahnya fasilitas penginapan/pondok wisata yang ada, dari semula hanya empat pondok wisata milik Pemda Kab. Pangkep (yang masing-masing hanya dilengkapi fasilitas satu kamar tidur), bertambah tiga pondok wisata milik investor (yang masing-masing dilengkapi fasilitas lima kamar tidur) sehingga dapat menampung kunjungan wisatawan lebih banyak;

3) mulai bulan Juni di tahun 2008 dan 2009, investor bekerjasama dengan Pemda Kab. Pangkep telah melakukan penjualan paket wisata ke Pulau Kapoposan dan kawasan sekitarnya. Harga paket tersebut adalah Rp. 3.000.000,00 per orang untuk biaya penginapan, makan, dan sewa boat menuju titik-titik penyelaman (dive spot) di sekitar Kawasan Kapoposan. Paket dimaksud berlaku untuk dua hari satu malam, dengan peserta paket minimal lima orang.

(8)

4.2 Kawasan Kapoposan

Pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan dan perairan di sekitarnya merupakan gugus pulau yang terletak paling barat dari gugusan Kepulauan Spermonde atau Sangkarang, dan merupakan bagian wilayah administrasi Kecamatan Liukang Tuppabiring, yang terdiri dari dua desa, yaitu Desa Mattiro Ujung dan Desa Mattiro Mattae (Tabel 10).

Tabel 10 Wilayah administrasi Kawasan Kapoposan Nama

Desa

Nama Pulau Luas Daratan (ha) Luas Terumbu Karang (ha) Luas Total (ha) Berpenduduk/ Kosong (Jiwa) Mattiro Ujung - Kapoposan - Papandangan - 42,05 - 6,69 - 405,7 - 61,72 - 447,75 - 68,41 - 484 - 853 Mattiro Mattae - Gondongbali - Suranti - Tambakulu - Pamanggangan - 5,28 - 2,01 - 1,81 - 1,74 - 54,92 - 94,72 - 78,77 - 0,157 - 60,21 - 96,74 - 10,19 - 80,52 - 1.171 - Kosong - Kosong - Kosong Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep, 2007

Tabel 10 menunjukkan bahwa Kawasan Kapoposan terdiri dari enam pulau kecil, yang tiga diantaranya merupakan pulau kecil berpenduduk, yaitu Pulau Kapoposan, Pulau Papandangan, dan Pulau Gondongbali. Sedangkan tiga pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Pamanggangan, Pulau Tambakulu, dan Pulau Suranti merupakan pulau yang tidak berpenduduk. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi perumusan suatu pola pengelolaan berbasis kawasan, mengingat baik pulau kecil yang berpenduduk maupun pulau kecil yang kosong sesungguhnya memiliki keterkaitan secara fungsional serta saling berinteraksi dari sisi ekologis, ekonomi, sosial, dan budaya.

Jarak dari Kota Pangkajene (ibukota Kabupaten Pangkep) ke pulau paling dekat, yaitu Pulau Suranti sekitar 44,12 km (27,42 mil laut), dengan waktu tempuh sekitar 90 menit (1,5 jam) menggunakan speedboat. Sedangkan jarak ke pulau paling jauh, yaitu Pulau Kapoposan sekitar 62,61 km (38,91 mil laut) dengan waktu tempuh sekitar 120 menit (2 jam). Jarak antara keenam pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan relatif berdekatan sehingga dapat ditempuh hanya dalam waktu 15-20 menit menggunakan speedboat. Gugusan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan seperti disampaikan pada Gambar 7.

(9)
(10)

4.2.1 Pulau Kapoposan

Pulau Kapoposan merupakan salah satu pulau yang berstatus dusun dalam Desa Mattiro Ujung, terletak pada posisi 04°41'45,6” - 04°43'24.6” LS dan 118°57'7.2” - 118°59'2.4” BT. Luas total (daratan dan sebaran terumbu karang) Pulau Kapoposan sekitar 447,75 ha, dengan jumlah penduduk 484 jiwa yang seluruhnya beragama Islam. Akses secara langsung ke Pulau Kapoposan tergolong sulit oleh karena tidak adanya kapal penumpang reguler ke pulau tersebut. Untuk menjangkau pulau tersebut harus menumpang transportasi yang langsung ke Pulau Papandangan atau kapal nelayan yang membawa ikan yang berlabuh di Kanal Paotere dengan lama perjalanan kurang lebih enam jam.

Kondisi daratan Pulau Kapoposan untuk flora didominasi oleh pohon kelapa dan cemara pantai, dengan jenis rumput dan tanaman liar merambat yang berbunga, sedangkan komposisi fauna diantaranya adalah jenis burung pipit berwarna kuning, kepiting, dan biawak. Kondisi perairan memiliki luas rataan terumbu karang ± 995,6 ha, yang memanjang ke arah barat dari kedalaman 1-5 meter dengan perairan yang sangat jernih. Rataan terumbu yang lebih dalam sekitar 4-8 meter berbatasan dengan tubir terumbu dan dinding terumbu (drop off), dengan kondisi terumbu karang relatif masih baik berupa tutupan karang hidup lebih dari 75%. Terumbu karang di sisi selatan cukup landai yang didominasi oleh jenis karang Acropora sp dan Montipora sp dengan tipe pertumbuhan yang memanjang. Sedangkan sisi utara didominasi oleh jenis karang masif dan bercabang pendek seperti Pocillopora sp, Acropora sp, dan Porites sp. Kepadatan ikan karang indikator di sepanjang drop off sisi utara dan barat sekitar 1.360 ekor dalam 500 m2

Gambar 8 Kondisi terumbu karang di Pulau Kapoposan (Sumber: Dinas KP, 2007)

, yang meliputi jenis-jenis ikan dari famili Pomacentridae, Caesionidae, Siganidae, dan Lutjanidae, serta biota asosiasi terumbu karang seperti kipas laut (Gorgonian) dan kima (Tridacnide) (Gambar 8).

(11)

Mata pencaharian sebagian besar warga Pulau Kapoposan adalah sebagai nelayan sub sisten (hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari). Alat tangkap yang paling banyak digunakan adalah alat tangkap lanra (jaring insang monofilamen) dan mini trawl untuk menangkap kepiting dan udang. Pukat banyara digunakan untuk mencari ikan terbang, sedangkan pancing (kedo-kedo) digunakan untuk menangkap ikan-ikan karang dan cumi-cumi. Lokasi penangkapan kepiting dan udang (dengan mini trawl) dan ikan terbang (dengan banyara) relatif dekat, yaitu di sekitar pulau tempat tinggal warga. Pemancingan ikan dan cumi-cumi dilakukan oleh masyarakat ketika musim Barat tiba, dimana ombak relatif besar, sehingga kegiatan penangkapan tersebut tidak dilakukan di lokasi yang jauh, tetapi di daerah terumbu karang sekitar pulau dengan menggunakan pancing tradisional. Hasil yang didapatkan hanya diperuntukkan bagi pemenuhan konsumsi rumah tangga sehari-hari.

Masa-masa paceklik penangkapan terjadi pada musim Barat, banyak nelayan yang tidak melaut ke lokasi yang relatif jauh karena kondisi perairan laut yang berombak tinggi. Berdasarkan kalender musim, kepiting dan udang paling melimpah masa penangkapannya, antara bulan Oktober dan Maret. Jenis tangkapan lainnya adalah ikan, seperti ikan banyara dan sunu. Beberapa nelayan juga adalah nelayan teripang. Penangkapan teripang ini tidak mengenal musim, sehingga hampir setiap hari dilakukan meskipun jumlahnya sedikit. Beberapa warga melakukan usaha budidaya rumput laut jenis Euchema cottonii dan pembuatan perahu kayu. Masyarakat pulau memanfaatkan pula beberapa jenis komoditi tanaman seperti sukun, kelor, kelapa, dan pisang yang tumbuh subur hampir memenuhi seluruh pulau, namun karena harga yang relatif murah serta sarana transportasi yang terbatas, menyebabkan penduduk hanya menjual ke masyarakat di pulau-pulau terdekat.

Selain sarana transportasi, sarana dan prasarana dasar yang tersedia di Pulau Kapoposan relatif masih sangat terbatas (Tabel 11). Kondisi ini dapat terjadi diduga karena: (1) kebijakan pembangunan masa lalu yang lebih berorientasi ke daratan (land based oriented), sehingga belum menyentuh pembangunan di pulau-pulau kecil, dan (2) karena lokasinya yang relatif terisolir, menyebabkan tingginya biaya pembagunan sarana dan prasarana dimaksud, sehingga dana pembangunan lebih diarahkan ke pembangunan infrastruktur di daratan. DKP (2004), menyatakan bahwa peran pemerintah (pusat, propinsi dan kabupaten/kota) secara khusus dalam pengelolaan pulau-pulau kecil meliputi

(12)

kebijakan umum dan fasilitasi diantaranya adalah: (1) penyediaan sarana dan prasarana dasar dan sosial, seperti sarana, permukiman, kesehatan dan pendidikan; (2) pengembangan prasarana perhubungan laut dan udara serta wilayah strategis; (3) pengembangan kawasan pertumbuhan; dan (4) penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi laut.

Tabel 11 Sarana dan prasarana di Pulau Kapoposan No. Jenis Sarana dan

Prasarana

Bentuk Fisik

Jumlah Keterangan

1. Pendidikan Sekolah Dasar 1 unit Kondisi gedung dan ruang kelas

membutuhkan perbaikan 2. Penerangan Generator berbahan

bakar solar dengan kapasitas 44 KVA

1 unit - Beroperasi pada pukul 17.00 – 22.00 WITA

- Hanya mampu menyuplai sebagian rumah warga 3. Tambat kapal Darmaga/jetty dari

kayu dengan ukuran (50 x 2,5) meter

1 unit Sebagai pelabuhan rakyat baik untuk transportasi maupun pendaratan ikan 4. Jalan Berupa jalan tanah 4 km Mengelilingi pulau 5. Air bersih - Sumur air minum

- Sumur mencuci dan mandi - 17 unit - 21 unit - Berlakunya aturan adat dalam memanfaatkan sumber air - Dimanfaatkan oleh penduduk pulau sekitarnya 6. Wisata Bahari Losmen dengan

bangunan dari kayu

5 unit 4 unit milik Pemda dan 1 unit milik swasta, yang pengelolaannya dikerjasamakan antara Pemda dan pihak swasta

7. Tranportasi darat - Sepeda - Sepeda motor - 37 unit - 8 unit Sepeda motor difungsikan sebagai ojek 8. Peribadahan - Mesjid - Musholla - 1 unit - 1 unit Difungsikan pula sebagai TPA bagi anak-anak 9. Pendukung perekonomian - Toko/Kios - Koperasi - 3 unit - 1 unit - Milik masyarakat - KUD

10. Kesehatan Balai Pengobatan 1 unit Dikelola 1 orang Bidan dan 1 orang perawat 11. Olahraga Lapangan Bulu

Tangkis

1 unit Dikelola oleh Karang Taruna

(13)

4.2.2 Pulau Papandangan

Pulau Papandangan termasuk dalam wilayah administratif Desa Mattiro Ujung dan berada pada 04°41'45,6”LS dan 118°59'2,4” BT. Luas total (daratan dan sebaran terumbu karang) Pulau Papandangan sekitar 68,41 ha dan dihuni oleh sekitar 853 jiwa dengan mayoritas beragama Islam, yang terdiri dari etnis Bugis, Makassar dan Mandar. Akses dari dan ke Pulau Papandangan belum dapat dilayani oleh transportasi berupa kapal reguler. Waktu tempuh dengan menggunakan perahu motor dari Kota Makassar (Pelabuhan Paotere) dan dari Kab. Pangkep (Dermaga Maccini Baji) adalah lima jam.

Kondisi terumbu karang dengan karang 18-60% berupa karang keras berbentuk masif yang ditemukan di daerah tubir dan rataan terumbu pada kedalaman dua meter. Bentuk-bentuk karang keras yang dominan ditemukan di sisi baratnya adalah dari genus Montipora, Acropora, Porites cylindrica, Favia, Goniastrea, Lobophyllia corymbosa dan Porites. Biota asosiasi yang ditemukan diantaranya bintang laut (Asteroidea), lili laut (Crinoidea), sponge, kima lubang (Tridacna crosea) dan beberapa kima sisik (Tridacna squamosa). Sedangkan ikan-ikan karang yang ditemukan adalah ikan betok (Pomacentridae), ikan ekor kuning (Caesionidae), Acanthuridae, Siganidae, dan Lutjanidae sebagai ikan konsumsi, dan ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) sebagai ikan indikator. Kondisi terumbu karang Pulau Papandangan disampaikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Kondisi terumbu karang di Pulau Papandangan (Sumber: Dinas KP, 2007)

Masyarakat Pulau Papandangan umumnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan sub sisten yang menggunakan alat tangkap seperti rumpon, jaring, pukat, bubu dan pancing (kedo-kedo, karena dioperasikan dengan cara menggerak-gerakan alat pancing tersebut). Hasil tangkapan utama adalah ikan

(14)

sunu dan ikan cakalang yang banyak terdapat di perairan sekitar Pulau Kapoposan dan Pulau Papandangan. Tingkat harga ikan sunu hidup relatif cukup tinggi dengan nilai jual antara Rp 100.000,00 - Rp 300.000,00/kg sebagai harga ekspor, khususnya ke Hongkong.

Aktifitas penangkapan di lakukan dengan menggunakan perahu motor (jolloro) dengan ukuran sekitar 7 m x 1,5 m. Kegiatan penangkapan dilakukan secara bersama-sama dengan dituntun oleh kapal motor ponggawa sunu, dengan ukuran yang relatif lebih besar (10 m x 2 m). Kapal motor ponggawa sunu ini berfungsi untuk menampung hasil tangkapan ikan sunu. Siklus aktifitas penangkapan berlangsung antara 3-4 hari pada sekitar bulan Mei-November. Selama di darat, sebagian waktu digunakan untuk mempersiapkan segala keperluan yang berkaitan dengan usaha penangkapan. Hasil tangkapan rata-rata nelayan sunu antara Rp 50.000,00 - Rp 75.000,00/hari, ditambah gaji per bulan dari ponggawa yang menampung hasil tangkapan.

Sarana dan prasarana yang tersedia di Pulau Papandangan (Tabel 12) seperti halnya di Pulau Kapoposan relatif masih sangat terbatas, bahkan kebutuhan air bersih (untuk air minum) pada musim kemarau dipenuhi oleh masyarakat dengan mengambil air bersih dari Pulau Kapoposan.

Tabel 12 Sarana dan prasarana dasar di Pulau Papandangan No. Jenis Sarana dan

Prasarana

Bentuk Fisik

Jumlah Keterangan

1. Pendidikan Sekolah Dasar 1 unit Kondisi gedung dan ruang kelas membutuhkan perbaikan

2. Penerangan Generator berbahan bakar solar kapasitas 44 KVA.

1 unit - Beroperasi pada pukul 17.00 – 22.00 WITA - Hanya mampu

menyuplai sebagian rumah warga 3. Tambat kapal Darmaga/jetty dari kayu

berukuran (50 x 2,5) meter.

1 unit Sebagai pelabuhan rakyat baik untuk transportasi maupun pendaratan ikan 5. Jalan Berupa jalan tanah 2 km Mengelilingi pulau 6. Tranportasi darat - Sepeda

- Sepeda motor

- 24 unit - 6 unit

Sepeda motor difungsikan sebagai ojek

7. Peribadahan Mesjid 1 unit Difungsikan pula sebagai TPA bagi anak-anak 8. Pendukung

perekonomian

Toko/Kios 2 unit Milik masyarakat

9. Kesehatan Posyandu Pembantu 1 unit Dikelola 1 orang Bidan dan 1 orang perawat

(15)

4.2.3 Pulau Gondongbali

Pulau Gondongbali terletak pada posisi 04°39'4,32” - 04°44'26,88” LS dan 119°03'39,6” - 119°08'24” BT, dan merupakan salah satu dari empat pulau yang terdapat di Desa Mattiro Matae. Luas total (daratan dan sebaran terumbu karang) Pulau Gondongbali sekitar 60,21 ha dan dihuni oleh 1.171 jiwa dari etnis Bugis, Makassar dan Mandar. Kapal reguler belum tersedia, dengan menggunakan perahu motor pulau ini dapat dicapai dalam waktu empat jam dari Kota Makassar dan tiga jam dari Pangkep (Dermaga Maccini Baji)

Kondisi terumbu karang didominasi karang mati terbungkus algae dan substrat berpasir. Pada sisi utara dan barat pulau lereng terumbu cukup terjal yang didominasi oleh karang-karang rapuh. Namun demikian, relief terumbu cukup besar sehingga komunitas ikan karang termasuk ikan-ikan berukuran besar masih cukup banyak ditemukan di bawah teras terumbu pada kedalaman 12-16 meter. Lokasi teras ini berada di sisi timur pulau yang sangat cocok bagi kegiatan wisata penyelaman. Kegiatan penyelaman akan lebih menarik karena pada lokasi ini terdapat banyak akar bahar kipas, namun demikian harus waspada terhadap hewan hydroid pada sekitar kedalaman 3-4 meter. Jumlah dan jenis ikan karang dan keanekaragamannya cukup tinggi, ditopang oleh arus dan kejernihan air terutama Pomacentridae yang sangat tergantung pada keberadaan terumbu karang. Ikan konsumsi seperti ikan ekor kuning (Caesionidae) dan ikan baronang (Siganidae), ikan sunu dan ikan indikator terumbu karang (Chaetodontidae) masih cukup banyak ditemukan (Gambar 10).

Gambar 10 Kondisi terumbu karang di Pulau Gondongbali (Sumber: Dinas KP, 2007)

Masyarakat Pulau Gondongbali pada umumnya bekerja sebagai nelayan, terutama nelayan penangkap ikan sunu hidup menggunakan alat pancing kedo-kedo, dengan aktivitas penangkapan di sekitar wilayah desa. Aktifitas

(16)

penangkapan berlangsung setiap hari, dimulai pada pukul 17.00 - 05.00 WITA, dengan lokasi penangkapan hanya di sekitar pulau. Hasil tangkapan berupa ikan sunu dan teripang selanjutnya dijual ke ponggawa. Oleh ponggawa ditampung selama beberapa hari (sekitar 2-3 hari) untuk mencapai ukuran tertentu, sebelum dipasarkan di Kota Makassar. Sarana dan prasarana yang tersedia di Pulau Gondongbali relatif masih sangat terbatas seperti disampaikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Sarana dan prasarana dasar di Pulau Gondongbali No. Jenis Sarana

dan Prasarana

Bentuk Fisik

Jumlah Keterangan 1. Pendidikan Sekolah Dasar 1 unit Kondisi gedung dan

ruang kelas

membutuhkan perbaikan 2. Penerangan Generator berbahan

bakar solar kapasitas 85 KVA.

1 unit Bantuan jepang (JICA) Beroperasi pada pukul 17.30 – 24.00 WITA 3. Tambat kapal Darmaga/jetty dari

kayu berukuran (50 x 2,5) meter.

1 unit Sebagai pelabuhan rakyat baik untuk transportasi maupun pendaratan ikan

4. Peribadahan Mesjid 1 unit Difungsikan pula sebagai TPA bagi anak-anak 5. Sarana Olahraga - Sepak Bola

- Bola Volley - Bulu Tangkis - Tenis Meja - 1 unit - 1 unit - 1 unit - 3 unit Milik masyarakat

6. Kesehatan Posyandu Pembantu 1 unit Dikelola 2 orang Bidan Desa

Sumber: Berdasarkan Data Olahan, 2009

4.2.4 Pulau Pamanggangan, Pulau Tambakulu dan Pulau Suranti

Desa Mattiro Matae memiliki tiga pulau kosong (tidak berpenduduk) yang termasuk dalam kawasan pengelolaan kawasan Kapoposan, yaitu: (1) Pulau Pamanggangan dengan luas total (daratan dan sebaran terumbu karang) sekitar 80,52 ha; (2) Pulau Tambakulu dengan luas total (daratan dan sebaran terumbu karang) sekitar 10,19 ha; dan (3) Pulau Suranti dengan luas total (daratan dan sebaran terumbu karang) sekitar 96,74 ha. Ketiga pulau dimaksud merupakan pulau yang menjadi tempat persinggahan nelayan, baik untuk bermalam maupun sekedar beristirahat.

Kondisi umum ketiga pulau memiliki hamparan pasir dengan terumbu karang yang relatif rusak (diduga akibat aktivitas pengeboman dan penggunaan

(17)

racun sianida). Penutupan karang hanya sekitar 5-15% karang hidup, yang didominasi oleh karang keras di sisi baratnya. Hamparan pasir dan karang (reef flat) cukup luas dan dangkal dengan nilai kecerahan perairan umumnya 2-3 meter yang mengindikasikan tingkat kekeruhan yang tinggi. Vegetasi yang ada di ketiga pulau relatif sama, yaitu beberapa jenis rerumputan khas pantai, pohon kelapa dan cemara laut.

Pulau Tambakulu, Pulau Suranti dan Pulau Pamanggangan merupakan tempat peristirahatan bagi nelayan luar kepulauan dan masyarakat lokal saat melakukan aktivitas penengkapan ikan. Pemanfaatan ketiga pulau tersebut oleh Pemerintah Daerah saat ini direncanakan untuk dikembangkan sebagai pulau-pulau penunjang wisata bahari, yaitu diperuntukkan sebagai tempat persinggahan dan rekreasi pantai (sun bathing atau berjemur) bagi para wisatawan yang menginap di Pulau Kapoposan.

Gambar

Gambar 6  Peta Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Sumber: DKP, 2009).
Tabel 3  Daerah dan potensi perikanan laut serta budidaya di Kab. Pangkep  No,  Lokasi  Jenis Kegiatan  Jenis Sumberdaya
Tabel 7  Luasan dan kondisi terumbu karang di Kab. Pangkep
Tabel 10  Wilayah administrasi Kawasan Kapoposan   Nama
+5

Referensi

Dokumen terkait

- Babak semifinal akan dilaksanakan di kampus Al-Izzah IIBS Batu - Soal berbentuk pilihan ganda dengan

Menurut Pressman (2010, p1–3) perangkat lunak adalah suatu produk atau fungsi yang dijalankan di komputer atau alat elektronik yang dibuat berdasarkan kebutuhan

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak)

Namun, apabila subjek, objek, ataupun keterangan tidak memiliki similarity apapun dengan kata lain (merupakan nama), maka kata tersebut akan dilakukan penggantian

Terhadap pendatang yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 dan pasal 47 Peraturan Daerah ini, Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur berhak melakukan upaya

Data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung selama penelitian meliputi konstruksi jaring (Lampiran 1), jenis spesies ikan hasil tangkapan utama dan

Sosialisasi pada ibu-ibu sekitar RPTRA dilakukan dengan sedikit penjelasan mengenai hidroponik dan dilanjutkan dengan aktivitas pembuatan media tanam, menyemai benih,

Metafora sebagai salah satu wujud daya kreatif bahasa di dalam penerapan makna, artinya berdasarkan kata-kata tertentu yang telah dikenalnya dan berdasarkan keserupaan atau