• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mukoadhesif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mukoadhesif"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Mukoadhesif: salah satu sistem penghantaran obat (1)

Pada awal tahun 1980-an, konsep adhesif mucosal atau mukoadhesif mulai dikenalkan dalam system penghantaran obat terkendali. Mukoadhesif adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epithelial-permukaan dan molekul musin yang merupakan konstituen utama dari mucus.

Sistem penghantaran obat mukoadhesif memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat. Dalam beberapa tahun terakhir banyak sistem penghantaran obat mukoadhesif telah dikembangkan untuk penggunaan oral, buccal, nasal, rektal, dan rute vagina untuk efek sistemik dan lokal.

Adhesi dapat didefinisikan sebagai ikatan yang dihasilkan oleh kontak antara adhesif sensitif-tekanan dan permukaan.

The American Society of testing and materials mendefinisikan sebagai keadaan di mana dua permukaan yang diadakan bersama oleh gaya antarmuka, yang dapat terdiri dari gaya-gaya valensi, aksi atau keduanya saling terkait.

Dalam sistem biologis, bioadhesi dapat dibedakan menjadi empat jenis: 1. Adhesi sel yang normal pada sel normal lain.

2. Adhesi sel dengan zat asing.

3. Adhesi sel yang normal terhadap sel patologis. 4. Adhesi suatu adhesif/perekat terhadap zat biologis.

Untuk tujuan penghantaran obat, istilah bioadhesi menyiratkan pelengkap sistem pembawa obat menuju lokasi biologis yang spesifik. Permukaan biologis dapat menjadi jaringan epitel. Jika tambahan perekat adalah sebuah lapisan mukus, fenomena ini disebut sebagai

mukoadhesi. Bioadhesi dapat dimodelkan setelah tambahan bakteri menuju permukaan jaringan, dan mukoadhesi dapat dimodelkan setelah pelekatan mukus pada jaringan epitel.

Mekanisme mukoadhesi

Bioadhesi merupakan fenomena yang tergantung pada sifat bioadhesive. Tahap pertama melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif dan membran, baik dari permukaan bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus,

maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua, setelah diadakan kontak, penetrasi bioadheshif ke dalam

celah-celah permukaan jaringan atau antarrantai dari bioadhesive dengan mukus yang terjadi. Pada tingkat molekuler, mukoadhesi dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul. Interaksi antara dua molekul terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari gaya Van der Walls, daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik. Interaksi daya tolak terjadi karena tolakan elektrostatik dan tolakan steric.

Untuk terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.

(2)

1. Memperlama waktu tinggal (kontak). Kemungkinan ini telah diteliti secara intensif untuk system penghantaran/pelepasan obat terkendali yang diberikan secara oral dan rute pemberian okuler.

2. Kontak intensif dengan membrane pengabsorpsi. Tablet mukoadhesif atau laminat menunjukkan sifat pelepasan obat yang menguntungkan jika digunakan melalui rute bukal.Sediaan dalam bentuk partikel mikro (micro particles) sudah berhasil

digunakan pada aplikasi obat melalui nasal. Selain itu, terbuka juga peluang untuk memberikan obat secara rectal dan vaginal.

3. Lokalisasi system penghantaran obat. Dalam beberapa kasus, obat secara preferensial diabsorpsi pada daerah tertentu (spesifik) dari saluran cerna yang juga dinamakan jendela absorpsi (absorption window).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesi:

1. Faktor-faktor yang terkait polymer: berat molekul; Konsentrasi polimer aktif; Fleksibilitas rantai polimer; konfirmasi spacial; pengembangan

2. Faktor-faktor yang terkait lingkungan: pH polimer-antarmuka substrat; kekuatan terapan; awal waktu kontak

3. Faktor fisiologis: kondisi musin; kondisi penyakit Referensi:

G.S. Asane, Kiran B.Aher, Deyendra K. Jain, Sanjay G. Bidkar, 2007, Mucoadhesive Gastro Intestinal Drug Delivery System: An Overview, Pharmaceutical Review, 01/01/2007

Goeswin Agoes, 2008, Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali, Penerbit ITB, Bandung.

Pharmacy Science

Selasa, 28 Februari 2012

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

LAPORAN HASIL PERCOBAAN

BIOADHESIF

1. Tujuan

(3)

1. Untuk menguji kemampuan mukoadhesif suatu granul yang mengandung polimer tertentu.

2. Untuk mengetahui perbedaan bioadhesif dari suatu granul yang berpolimer dengan granul tanpa polimer.

II. Dasar Teori

Sistem Penghantaran Mukoadhesif

Bioadhesif adalah keadaan dimana dua bahan, salah satunya bersifat biologis yang saling melekat untuk waktu yang lebih lama karena forsa interfasial. Bioadhesif juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan (hasil sintesis atau produk biologi) teradhesi pada suatu jaringan biologi untuk periode waktu yang lebih lama. Di dalam sistem biologi, bioadhesif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: adhesi dari suatu sel normal terhadap sel patologi dan adhesi dari suatu bahan adhesi terhadap suatu substrat biologis.

Untuk tujuan penghantaran obat, terminologi bioadhesif bermakna terikatnya sistem pembawa obat pada lokasi spesifik biologi. Permukaan biologi tersebut dapat berupa jaringan epitel atau dapat berupa lapisan penutup mukus yang terdapat pada permukaan jaringan. Jika keterikatan tersebut pada permukaan mukus, fenomena ini dikenal dengan mukoadhesif. Mukoadhesif dapat pula berupa interaksi antara suatu permukaan musin dengan suatu polimer sintetik atau polimer alam. Sediaan mukoadhesif ini memanfaatkan sifat bioadhesif dari berbagai polimer larut air, yang akan menunjukkan sifat adhesif pada waktu terjadi hidrasi, kemudian akan menghantarkan obat mencapai sasaran tertentu untuk waktu yang lebih lama dibandingkan sediaan konvensional.

Sistem penghantaran obat mukoadhesif ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sediaan bukal, sublingual, vaginal, rektal, nasal, okular, serta gastrointestinal. Prinsip penghantaran obat dengan sistem mukoadesif adalah memperpanjang waktu tinggal obat pada organ tubuh yang mempunyai lapisan mukosa. Sistem mukoadhesif akan dapat meningkatkan kontak yang lebih baik anatara sediaan dengan jaringan tempat terjadinya absorpsi sehingga konsentrasi obat terabsopsi lebih banyak dan diharapkan akan terjadi aliran obat yang tinggi melalui jaringan tersebut.

Penggunaan formulasi mukoadhesif oral dapat dicapai dengan meningkatkan lamanya waktu tinggal obat dalam saluran cerna. Akan tetapi, beberapa faktor fisiologi dapat membatasi penggunaan sistem pemberian ini, diantaranya adalah:

(4)

a. Absorpsi obat di saluran cerna dipengaruhi oleh motilitas lambung dan usus. Motilitas lambung yang kuat akan menjadi satu gaya yang dapat melepaskan adhesif.

b. Kecepatan penggantian musin baik pada keadaan lambung kosong maupun penuh dapat membatasi waktu tinggal sediaan mukoadhesif karena jika mukus lepas dari membran, polimer bioadhesif tidak dapat menempel lebih lama.

c. Adanya penyakit yang dapat merubah sifat-sifat fisikokimia dari mukus.

Meskipun demikian semua permasalahan dapat dihindari dengan menggunakan polimer yang sesuai atau dengan menggabungkan bahan-bahan tertentu pada bentuk sediaan.

Mukus mengandung musin yang berupa rantai oligosakarida dengan pKa 2,6. Bio (muko) adhesif polimer adalah natural atau sintetik polimer yang menghasilkan interaksi dengan membran biologi.

Biopolimer Pada Sediaan Lepas Lambat

Produk konvensional controlled-release untuk sediaan oral menargetkan pada tempat spesifik pada saluran pencernaan. Waktu pelepasan obat dari pembawa dapat mencapai 6-8 jam pada usus. Laju disolusi pada formulasi dapat dikontrol dan waktu paruh untuk mencapai konsentrasi terapi dapat diperpanjang sehingga sediaan dalam bentuk ini cukup diberikan sekali atau dua kali sehari. Formulasi yang dilengkapi dengan biopolimer dapat mengontrol pelepasan obat dalam saluran pencernaan. Produk obat dengan salut enterik juga dapat meminimalkan pelepasan obat pada lambung dan usus halus. Mekanisme pelepasan obat dari pembawa yang berupa sistem polimer meliputi:

1. Difusi

2. Erosi polimer

3. Degradasi mikroba dan

4. Degradasi enzim

Tujuan utama dari suatu produk obat pelepasan terkendali adalah untuk mencapai suatu efek terapeutik yang diperpanjang di samping memperkecil efek samping yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam plasma. Secara ideal, produk

(5)

obat pelepasan terkendali hendaknya melepaskan obat pada suatu laju yang konstan, atau laju orde nol. Setelah lepas dari produk obat, obat secara cepat diabsorpsi dan laju absorpsi akan mengikuti kinetika orde nol yang sama dengan suatu infusi obat secara intravena.

Walaupun rancangan suatu produk obet pelepasan terkendali yang berperilaku ideal adalah rumit, bentuk sediaan ini menawarkan beberapa keuntungan yang penting atas pelepasan bentuk sediaan yang segera dari obat yang sama, yaitu:

1. Memungkinkan untuk mempertahankan kadar obat terapeutik dalam darah, yang akan memberikan respon klinik yang diperpanjang dan konsisten pada penderita.

2. Untuk kemudahan penderita, dan mengarahkan pada kepatuhan penderita yang lebih baik. Sebagai contoh, jika penderita hanya perlu minum obat sekali sehari, maka ia tidak harus mengingat-ingat dosis tambahan pada waktu-waktu tertentu selama hari itu.

3. Karena jarak pemberian dosis lebih panjang, maka kebutuhan tidur penderita tidak terganggu.

4. Untuk penderita dalam perawatan, biaya dari waktu perawatan yang diperlukan untuk menggunakan obat menurun jika kepada penderita hanya diberikan satu dosis obat setiap hari.

Pada penggunaan obat pelepasan terkendali juga ada sejumlah kerugian, yaitu:

1. Jika penderita mendapat suatu reaksi samping obat atau secara tiba-tiba mengalami keracunan, maka menghilangkan obat dari sistem menjadi lebih sulit daripada dengan suatu produk obat pelepasan cepat.

2. Karena produk obat pelepasan terkendali dapat mengandung tiga kali atau lebih dari dosis yang diberikan dalam jarak waktu yang lebih sering, maka ukuran produk obat pelepasan terkendali akan menjadi besar, dan terlalu besar untuk ditelan secara mudah oleh penderita.

Lambung

Lambung merupakan suatu organ ”pencampur dan pensekresi” dimana makanan dicampur dengan cairan cerna dan secara periodik dikosongkan ke dalam usus halus. Akan tetapi gerakan makanan dan produk obat dalam lambung dan usus halus sangat berbeda tergantung pada keadaan fisiologik. Dengan adanya makanan lambung melakukan fase ”digestive”, dan tanpa adanya makanan lambung melakukan fase ”interdigestive”. Selama fase ”digestive” partikel-partikel makanan atau partikel-partikel padat yang lebih besar dari 2 mm ditahan dalam lambung, sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil dikosongkan melalui ”sphincter” pilorik pada suatu laju order kesatu yang tergantung pada isi dan ukuran dari makanan. Selama fase ”interdigestive” lambung istirahat selama 30-40 menit sesuai

(6)

dengan waktu istirahat yang sama dalam usus halus. Kemudian terjadi kontraksi peristaltik, yang diakhiri dengan ”housekeeper contraction” yang kuat yang memindahkan segala sesuatu yang ada dalam lambung ke usus halus. Dengan cara yang sama, partikel-partikel besar dalam usus halus akan berpindah hanya selama waktu ”housekeeper contraction”.

Bahan-bahan berlemak, makanan dan osmolalitas dapat memperpanjang waktu tinggal dalam lambung. Pelarutan obat dalam lambung juga dapat dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya makanan. Waktu tinggal dalam lambung yang lebih panjang, obat dapat terkena pengadukan yang lebih kuat dalam lingkungan asam.

Gelatin

Gelatin adalah protein yang diperoleh dari bahan kolagen. Sedangkan menurut excipients, gelatin adalah campuran protein alami yang didapatkan dari bagian asam hidrolisis (gelatin tipe A) atau bagian basa hidrolisis (gelatin tipe B) dan kolagen. Gelatin tipe A memiliki pH 3,8-6 sedang gelatin tipe B memiliki pH 5,0-7,4. Gelatin memiliki berat molekul 15.000 – 250.000. Dengan pemerian berupa serbuk, lembaran, kepingan, atau butiran yang tidak berwarna atau berwarna kuning pucat serta bau dan rasa yang lemah. Jika gelatin direndam dalam air akan mengembang dan menjadi lunak, secara berangsur-angsur juga dapat menyerap air 5-10 kali bobotnya. Gelatin mudah larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir, praktis tidak larut dalam etanol, kloroform, dan eter namun dapat larut dalam campuran gliserol dan air terutama jika dipanaskan.

Dalam farmasetik dapat digunakan sebagai zat tambahan seperti, coating agent, gelling agent, suspending agent, pengikat tablet, dan zat peningkat viskositas. Secara luas gelatin digunakan dalam berbagai sediaan farmasi meskipun lebih sering digunakan dalam bentuk kapsul gelatin lunak maupun keras. Kapsul gelatin adalah bentuk unit dosis yang diisi dengan zat aktif dan umumnya didesain untuk sediaan oral. Gelatin sangat sukar larut dalam air dingin, kapsul dari gelatin dapat membuat suatu sediaan terlepas secara perlahan dari pembawanya. Atau dengan kata lain gelatin dapat menghambat laju disolusi dari sediaan tablet maupun kapsul. Selain itu gelatin juga digunakan pada sediaan pasta, supositoria, pembawa pada sediaan injeksi, dan pada produk makanan seperti es krim.

Gelatin dapat bereaksi dengan aldehid, anion, polimer anionik dan kationik, ion logam, pengawet,dan surfaktan, sedangkan dengan alkohol, kloroform, eter, garam merkuri, dan asam tanat dapat membentuk endapan.

(7)

III. Alat dan Bahan Alat:  Kaca objek  Desintegration tester  Pinset  Lem  Pipet  Beaker glass  Gunting Bahan:

 Mukosa lambung mencit  NaCl fisiologis

 Granul polimer (gelatin)  Granul non polimer

IV. Prosedur Kerja Uji Wash Off

1. Mukosa lambung mencit dibersihkan dan dimasukkan ke dalam NaCl fisiologis.

2. Mukosa lambung ditempelkan ke kaca objek dengan bagian muka menghadap ke atas dan direkatkan dengan lem.

3. Granul polimer (gelatin) dan nonpolimer ditempelkan pada masing-masing kaca objek bagian mukosa masing-masing sebanyak 40 granul.

4. Ditetesi NaCl fisiologis 0.9% diatas granul dan dibiarkan selama 1 menit.

5. Kaca objek dimasukkan ke dalam disintegration tester pada bagian tabung pengaduk dan alat tersebut dinyalakan pada suhu 370 C, disetting selama 15 menit pertama dan dilanjutkan 15 menit kedua.

V. Hasil Pengamatan

Waktu Jumlah Granul Polimer Jumlah Granul Non Polimer

15 menit 26 granul 0

30 menit 26 granul 0

(8)

VI. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan mengenai uji wash off, yang bertujuan menguji kemampuan suatu granul untuk berikatan dengan permukaan mukus lambung yang diisolasi dari mencit. Dalam percobaan kami membandingkan kekuatan ikatan tersebut, yakni antara granul yang berpolimer dengan granul yang non polimer.

Uji wash off yang kami lakukan menggunakan suatu alat yang bernama disintegration tester yang diset pada suhu 370C. Alat ini bekerja dengan gerakan naik turun ke dalam suatu media cairan lambung buatan. Kami melakukan pengamatannya selama 2 kali, yaitu pada 15 menit pertama dan 15 menit kedua. Pada saat pengamatan, kami menghitung jumlah granul berpolimer dan granul non polimer yang tersisa pada mukus lambung, serta membandingkannya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, jumlah granul polimer yang tersisa pada 15 menit pertama dan kedua adalah 26 granul, sedangkan pada granul yang non polimer tidak ada yang tersisa, bahkan ketika alat dioperasikan dan tabung yang berisi media cairan lambung buatan bergerak turun, granul non polimer langsung lepas dari mukus.

Hasil ini sebenarnya sesuai dengan teori, tetapi seharusnya granul yang non polimer tidak lepas secepat itu atau tetap membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menempel, hal ini kemungkinan dikarenakan mukus lambung mencit sulit dibedakan, sehingga pada saat penempelan granul, bagian mukusnya terbalik dan granulnya tidak menempel dengan sempurna pada mukus lambung mencit.

Pada granul yang berpolimer, dapat menempel lebih lama pada mukus lambung karena adanya ikatan antara musin dengan polimer yang digunakan. Musin lambung mengandung glikoprotein sedangkan polimer gelatin yang digunakan pada granul merupakan protein, gelatin ini disintesis dari tulang ikan tuna yang kemudian dibuat granul. Karena keduanya sama-sama memiliki gugus –NH2 (amina), maka dapat berikatan hidrogen, ikatan inilah yang menyebabkan musin lambung dan polimer dapat berikatan sangat kuat dan tidak mudah lepas. Uji wash off ini dapat digunakan sebagai parameter untuk pengujian sediaan lepas terkendali khusus untuk obat yang memang ditujukan pelepasan optimalnya di dalam lambung atau sediaan yang lebih dikenal dengan sediaan mukoadesif.

VII. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil pengamatan yang kami peroleh, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

(9)

1. Uji wash off dapat digunakan untuk menguji kemampuan penghantaran bioadhesif dari suatu granul dengan polimer tertentu.

2. Dengan adanya polimer (gelatin) waktu granul untuk menempel pada mukus lambung mencit lebih lama dibandingkan granul yang tidak berpolimer.

3. Granul yang berpolimer dapat menempel lebih lama pada mukus karena adanya ikatan hidrogen yang kuat antara musin dengan polimer gelatin.

DAFTAR PUSTAKA

Chien, Yie W. 1992. Novel Drug Delivery Systems. New York: Marcel Dekker, Inc.

Rathbone, Michael J. 2003. Modified Release Drug Delivery Technology. New York: Marcel Dekker, Inc.

Wade, A dan P.J. Weller (ed.). 1986. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Pharmaceutical Press London.

Mukoadhesif adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epitell permukaan dan molekul musin yang merupakan konstituen utama dari mucus.

Sistem penghantaran obat mukoadhesif memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat

memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat.

alx

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Senin, 19 November 2012

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.3. Latar Belakang

Kemajuan ilmu teknologi dalam bidang farmasi sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu sediaan obat. Rancangan dari suatu bentuk sediaan yang tepat memerlukan pertimbangan karakteristik fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan aktif dan bahan-bahan farmasetik yang digunakan harus tercampurkan satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan suatu produk obat yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan murah (Ansel, 1989).

Salah satu sistem yang dikembangkan untuk tujuan pemberian obat dengan memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi dan memperpanjang waktu absorbsi adalah sediaan mukoadhesif. Sediaan mukoadhesif juga memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorbsi sehingga dapat memperbaiki dan atau meningkatkan kinerja terapi obat. Dalam beberapa tahun terakhir banyak sistem penghantaran obat mukoadhesif telah dikembangkan untuk penggunaan oral, buccal, sublingual, nasal, rektal, dan rute vagina untuk efek sistemik dan lokal.

MUCHOADHESIVE SUBLINGUAL

Disusun oleh:

(11)

Sediaan mukoadhesif sublingual diharapkan dapat memberikan efek segera dan berlangsung lama.

Pada awal tahun 1980-an, konsep adhesif mucosal atau mukoadhesif mulai dikenalkan dalam system penghantaran obat terkendali. Mukoadhesif adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epithel permukaan dan molekul musin yang merupakan konstituen utama dari mucus.

Adhesi dapat didefinisikan sebagai ikatan yang dihasilkan oleh kontak antara adhesif sensitif-tekanan dan permukaan. The American Society of testing and materials mendefinisikan Adhesi sebagai keadaan di mana dua permukaan yang diadakan bersama oleh gaya antarmuka, yang dapat terdiri dari gaya-gaya valensi, aksi atau keduanya saling terkait. Dalam sistem biologis, bioadhesi dapat dibedakan menjadi empat jenis :

1. Adhesi sel yang normal pada sel normal yang lain

2. Adhesi sel dengan zat asing.

3. Adhesi sel yang normal terhadap sel patologis.

4. Adhesi suatu adhesif/perekat terhadap zat biologis.

Untuk tujuan penghantaran obat, istilah bioadhesi menyiratkan pelengkap sistem pembawa obat menuju lokasi biologis yang spesifik. Permukaan biologis dapat menjadi jaringan epitel. Fenomena ini disebut sebagai mukoadhesi jika tambahan perekatnya adalah sebuah lapisan mukus,. Bioadhesi dapat dimodelkan setelah tambahan bakteri menuju permukaan jaringan, dan mukoadhesi dapat dimodelkan setelah pelekatan mukus pada jaringan epitel.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

 Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dr. Teti Indrawati, MS.Apt selaku dosen pengajar Biofarmasi

(12)

2. Tujuan Khusus

 Mengerti apa itu sediaan tablet mucoadhesif sublingual.  Mengetahui macam-macam sediaan mukoadhesif sublingual.

 Mengetahui perjalanan obat dengan sistem mukoadhesif sublingual tersebut dalam tubuh.

1.4. Permasalahan

- Bagaimana biofarmasi obat dalam bentuk sediaan mukoadhesif sublingual.

BAB 11

(13)

2.1 Mekanisme mukoadhesif

Bioadhesi merupakan fenomena yang tergantung pada sifat bioadhesive. Tahap pertama melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif dan membran, baik dari permukaan bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus, maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua, setelah diadakan kontak, penetrasi bioadheshif ke dalam celah-celah permukaan jaringan atau antarrantai dari bioadhesive dengan mukus yang terjadi. Pada tingkat molekuler, mukoadhesi dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul. Interaksi antara dua molekul terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari gaya Van der Walls, daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik. Interaksi daya tolak terjadi karena tolakan elektrostatik dan tolakan steric. Untuk terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.

2.2 Penggunaan Obat Mukosa Bukal

Penggunaan obat melalui membran mukosa di dalam mulut, dapat dibagi menjadi area non keratin, meliputi di bawah lidah (sublingual) dan antara pipi dan gusi (mukosa bukal). Sedangkan area keratin meliputi di sekitar gusi (gingiva), disekitar langit-langit mulut bagian atas (palatal mukosa) dan di dekat bibir. Membran mukosa mempunyai luas area 100 cm2 dan mempunyai karakteristik yang berbeda–beda, meliputi ketebalan dan aliran darah tergantung dari lokasi serta aktivitas yang dilakukan (Crick, 2005).

Penghantaran peptida melalui rute membran mukosa, ternyata dapat mengurangi terdegradasinya enzim jika dibandingkan dengan penggunaan obat secara nasal, vaginal dan rektal. Rute membran mukosa menjadi kurang baik jika berinteraksi dengan protease, seperti pepsin, tripsin dan chymotripsin. Hal ini disebabkan ketiga senyawa tersebut merupakan produk yang dihasilkan oleh lambung dan usus halus, selain itu keberadaan ketiga senyawa tersebut memang dimaksudkan untuk menghidrolisis peptida (Crick, 2005).

(14)

Patch bukal adalah bentuk sediaan obat yang berdasar pada mukoadhesif sistem. Menurut Mathiowitz et al. (1999) ukuran ketipisan patch bukal antara 0,5-1,0 mm, apabila lebih kecil akan menyulitkan dalam pemakaiannya. Pelepasan zat aktif pada suatu patch dikenal dengan metode tidak langsung. Menurut Lenaerts et al.(1990), patch terdiri dari 3 lapisan yaitu:

a. Permukaan dasar mukoadhesif terdiri dari polimer biodhesif polikarbopil, b. Permukaan membran yang merupakan tempat terlepasnya obat,

c. Permukaan impermeable, yang langsung bersentuhan dengan mukosa. Desain bentuk patch dengan metode tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Desain Patch Bukal unidirectional (Lenaerts

et al.,1990)

Guna mendukung sistem tersebut, dibutuhkan eksipien yang berfungsisebagai polimer mukoadhesif. Menurut Grabovac et al. (2005) polimer mukoadhesif adalah makromolekul natural atau sintetis yang mampu bekerja pada permukaan mukosa. Polimer mukoadhesif sudah dikenalkan pada teknologi farmasi sejak 40 tahun yang lalu, namun baru beberapa tahun terakhir metode ini dapat diterima.

Polimer mukoadhesif dianggap dapat sebagai terobosan baru sebagai sediaan lepas lambat dan meningkatkan sistem penghantaran obat secara lokal.

(15)

BAB 111

PEMBAHASAN

3.2 Mukoadhesif Sublingual

Mucoadhesive di kenal pada tahun 1980 sebagai sistem penghantaran obat terkendali. Mucoadhesive adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epithelial-permukaan dan molekul musin yang merupakan konstituen utama dari mucus. Sistem penghantaran obat mucoadhesive memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat.

Dalam beberapa tahun terakhir banyak sistem penghantaran obat mucoadhesive telah dikembangkan untuk penggunaan oral, sublingual, buccal, nasal, rektal, dan rute vagina untuk efek sistemik dan lokal.

Penggunaan obat melalui membran mukosa di dalam mulut, dapat dibagi menjadi area non keratin, meliputi di bawah lidah (sublingual) dan antara pipi dan gusi (mukosa bukal). Sedangkan area keratin meliputi di

(16)

sekitar gusi (gingiva), disekitar langit-langit mulut bagian atas (palatal mukosa) dan di dekat bibir. Membran mukosa mempunyai luas area 100 cm2 dan mempunyai karakteristik yang berbeda–beda, meliputi ketebalan dan aliran darah tergantung dari lokasi serta aktivitas yang dilakukan (Crick, 2005).

Penghantaran peptida melalui rute membran mukosa, ternyata dapat mengurangi terdegradasinya enzim jika dibandingkan dengan penggunaan obat secara nasal, vaginal dan rektal. Rute membran mukosa menjadi kurang baik jika berinteraksi dengan protease, seperti pepsin, tripsin dan chymotripsin. Hal ini disebabkan ketiga senyawa tersebut merupakan produk yang dihasilkan oleh lambung dan usus halus, selain itu keberadaan ketiga senyawa tersebut memang dimaksudkan untuk menghidrolisis peptida (Crick, 2005).

3.2 Kelenjar Sublingual

Gambar 2.1 Anatomi Lidah

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan

(17)

bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis.

3.3 Metode Mucoadhesive

Mekanisme mucoadhesive pada tahap pertama melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif dan membran, baik dari permukaan

bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus,

maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua, setelah diadakan kontak, penetrasi bioadheshif ke dalam celah-celah permukaan jaringan atau antarrantai dari bioadhesive dengan mukus yang terjadi. Pada tingkat molekuler, mukoadhesi dapat dijelaskan berdasarkan interaksi molekul. Interaksi antara dua molekul terdiri dari daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari gaya Van der Walls, daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik. Interaksi daya tolak terjadi karena tolakan elektrostatik dan tolakan steric. Untuk terjadi mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.

Tiga kategori utama aplikasi sediaan mukoadhesif dalam system penghantaran obat adalah:

a. Memperlama waktu tinggal (kontak). Kemungkinan ini telah diteliti secara intensif untuk system penghantaran/pelepasan obat terkendali yang diberikan secara oral dan rute pemberian okuler.

b. Kontak intensif dengan membrane pengabsorpsi. Tablet mukoadhesif atau laminat menunjukkan sifat pelepasan obat yang menguntungkan jika digunakan melalui rute bukal.Sediaan dalam bentuk partikel mikro (micro particles) sudah berhasil digunakan pada aplikasi obat melalui nasal. Selain itu, terbuka juga peluang untuk memberikan obat secara rectal dan vaginal.

c. Lokalisasi system penghantaran obat. Dalam beberapa kasus, obat secara preferensial diabsorpsi pada daerah tertentu (spesifik) dari saluran cerna yang juga dinamakan jendela absorpsi (absorption window).

3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mukoadhesif

Faktor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesi:

a. Faktor-faktor yang terkait polymer: berat molekul; Konsentrasi polimer aktif; Fleksibilitas rantai polimer; konfirmasi spacial; pengembangan

(18)

b. Faktor-faktor yang terkait lingkungan: pH polimer-antarmuka substrat; kekuatan terapan; awal waktu kontak

c. Faktor fisiologis: kondisi musin; kondisi penyakit

3.5 Sediaan Mucoadhesive

Thiomer adalah basis polimer mukoadhesif, yang menunjukkan hubungan rantai samping thiol. Berdasarkan reaksi pertukaran thiol/disulfida dan/atau proses oksidasi sederhana, ikatan disulfida terbentuk antara beberapa polimer dan subdomain kaya-cistein dari mukus glikoprotein. Oleh karena itu, thiomer menyerupai mekanisme alami pelepasan mukus glikoprotein, yang juga terikat secara kovalen dalam lapisan mukus dengan pembentukan ikatan disulfida.

Bentuk sediaan berdasarkan thiomer:

1. Mikropartikel dan nanopartikel. Mikropartikel dan nanopartikel memiliki ukuran partikel yang kecil, mereka menunjukkan waktu tinggal di gastrointestinal lebih lama meskipun tanpa beberapa sifat mukoadhesif dengan berdifusi ke dalam lapisan gel mukus.

2. Tablet Matrix. Tablet matrix mukoadhesif berguna untuk intraoral, peroral, okular, dan vaginal-penghantaran lokal atau sistemik. Terkait dengan sifat cross-linking in situ thiomer, sifat kohesif dan juga stabilitas matrix pembawa yang mengembang dapat dijamin.

3. Gel. Gel mukoadhesif berguna dalam kasus intraoral, vaginal, nasal, dan penghantaran okular. Lebih jauh, bagaimanapun, formulasi gel mukoadhesif tidak dapat tercapai maksimal, karena sifat adhesif sebagai sistem penghantaran yang sering tidak terpenuhi. Kentungan besar menggunakan thiomer dalam formulasi gel terlihat tidak hanya dalam mukoadhesif mereka tetapi juga dalam sifat gelling-in situ mereka.

4. Formulasi Likuid. Thiomer menunjukkan stabil ketika disimpan dalam bentuk kering. Dalam larutan berair; bagaimanapun, mereka menunjukkan membentuk ikatan disulfida dalam suatu penanda tergantung-pH. Karena instabilitas dalam larutan berair, thiomer belum banyak digunakan dalam formulasi likuid.

(19)

Ketika tablet ini ditempatkan di bawah lidah, dengan cepat terurai dan larut dimana obat ini diserap langsung melalui selaput lendir ke dalam aliran darah. Ini memberikan efek yang jauh lebih cepat dan penyerapan lebih dapat diandalkan daripada tablet yang tertelan. Tablet ini terdiri dari partikel pembawa yang membawa zat aktif, serta zat-zat yang menempel tablet atau partikel pada membran mukosa. Keuntungan dari jenis pengiriman obat termasuk:

 Cepat bertindak efek  Dosis dapat diandalkan  Direproduksi efek

Penyerapan cepat dan direproduksi dari zat aktif membuat teknologi pemberian obat yang ideal untuk pengobatan gejala yang memerlukan efek cepat, seperti nyeri akut.

Penyerapan obat ke dalam mukosa oral terutama melalui difusi pasif ke dalam membran lipoidal. Senyawa dengan koefisien partisi dalam kisaran 4-20 dan 2-10 pKa dianggap optimal untuk dapat diserap melalui mukosa bukal.

Obat dapat diserap dari rongga mulut melalui mukosa oral baik oleh sublingual tau bukal rute. Penyerapan agen terapeutik dari rute ini mengatasi degradasi dini obat dalam saluran pencernaan serta kehilangan obat aktif karena pertama-pass metabolisme hati yang mungkin terkait dengan rute oral administrasi. Secara umum, penyerapan cepat dari rute ini diamati karena selaput lendir tipis dan pasokan darah kaya.

Setelah penyerapan, obat diangkut melalui vena atau vena yang dalam bahasa wajah yang kemudian mengalir ke sirkulasi umum melalui vena jugularis, melewati hati dan dengan demikian hemat obat dari pertama-pass metabolisme. Sejak pemberian sublingual obat mengganggu dengan makan, minum dan berbicara, rute ini umumnya dianggap tidak cocok untuk administrasi berkepanjangan.

(20)

BAB IV (Revisi)

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

 Mucoadhesive adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epithelial-permukaan dan molekul musin yang merupakan konstituen utama dari mucus.

 Sistem penghantaran obat mucoadhesive memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mukoadhesif Faktor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesi:

(21)

a. Faktor-faktor yang terkait polymer: berat molekul; Konsentrasi polimer aktif; Fleksibilitas rantai polimer; konfirmasi spacial; pengembangan

b. Faktor-faktor yang terkait lingkungan: pH polimer-antarmuka substrat; kekuatan terapan; awal waktu kontak

c. Faktor fisiologis: kondisi musin; kondisi penyakit  Metode Kerja Mucoadhesive Sublingual

Ketika tablet ini ditempatkan di bawah lidah, dengan cepat terurai dan larut dimana obat ini diserap langsung melalui selaput lendir ke dalam aliran darah. Ini memberikan efek yang jauh lebih cepat dan penyerapan lebih dapat diandalkan daripada tablet yang tertelan. Tablet ini terdiri dari partikel pembawa yang membawa zat aktif, serta zat-zat yang menempel tablet atau partikel pada membran mukosa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope

Indonesia Edisi Keempat. KORPRI Sub Unit Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta

2. G.S. Asane, Kiran B.Aher, Deyendra K. Jain, Sanjay G. Bidkar, 2007, Mucoadhesive Gastro Intestinal Drug Delivery System: An Overview, Pharmaceutical Review, 01/01/2007

Mukoadhesif adalah polimer sintetik atau alam yang berinteraksi dengan lapisan mucus yang menutupi permukaan epitell permukaan dan molekul musin yang merupakan konstituen utama dari mucus.

Sistem penghantaran obat mukoadhesif memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi aplikasi atau memperpanjang waktu absorbsi dan memfasilitasi kontak yang rapat antara sediaan dengan permukaan absorpsi sehingga dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan kinerja terapi obat.

Mekanisme mukoadhesif

Bioadhesi merupakan fenomena yang tergantung pada sifat bioadhesive. Tahap pertama melibatkan kontak yang rapat antara bioadhesif dan membran, baik dari permukaan bioadhesif yang memiliki pembasahan bagus,

maupun dari pengembangan bioadhesif. Pada tahap kedua, setelah diadakan kontak, penetrasi bioadheshif ke dalam

celah-celah permukaan jaringan atau antarrantai dari bioadhesive dengan mukus yang terjadi. faktor yang mempengaruhi mucoadhesif

1. Faktor-faktor yang terkait polymer: berat molekul; Konsentrasi polimer aktif; Fleksibilitas rantai polimer; konfirmasi spacial; pengembangan

2. Faktor-faktor yang terkait lingkungan: pH polimer-antarmuka substrat; 3. Faktor fisiologis: kondisi musim

(22)

Kerugian

Terjadi efek berbisul lokal karena kontak lama dari obat

Penerimaan pasien dalam hal selera,iritasi dan mulut terasa harus diperiksa

sistem penghantaran obat afryan artha

( 1001006 )

Konsep mucoadhesif dalam pemberian obat diperkenalkan pada awal tahun 1980 Keuntungan

Memperpanjang waktu tinggal sediaan di lokasi penyerapan sehingga meningkatkan bioavailabilitas.

Aksesbilitas baik

Penyerapan cepat karena suplai darah besar dan laju aliran darah baik Peningkatan kepatuhan pasien

metode evaluasi dibagi menjadi : 1. metode in vitro

2. metode in vivo

Terima kasih

Kesimpulan

Berbagai keuntungan dari sistem pengiriman obat mukoadhesif seperti perpanjangan waktu tinggal obat yang pada gilirannya meningkatkan penyerapan obat merupakan faktor penting dalam bioavailabilitas oral obat . baik in-vitro dan in-vivo telah dikembangkan untuk evaluasi sistem pengiriman obat mukoadhesif .

More presentations by afryan artha

Untitled Prezi

(23)

Untitled Prezi

More prezis by author

Popular presentations

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kesimpulan penelitian, disarankan kepada tim KKN yaitu tim pelaksana KKN dan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)lebih bersinergi untuk mencapai efektivitas yang lebih

Terdapat kesenjangan pada implementasi pencegahan malaria Satgas pamtas Yonif 323/Raider yaitu tidak adanya media penyuluhan pencegahan malaria, kurangnya dukungan

Prostat Spesific Antigen merupakan glikoprotein yang hanya terdapat dalam sel epitel saluran kelenjar prostat dan tidak terdapat dalam jaringan atau sel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 30 responden dan mengambil 30 responden sebagai sampel uji validitas sehingga dapat diketahui bahwa r tabelnya adalah

Oleh karena itu, diharapkan masyarakat Blora mengadopsi dan menjalankan Usaha Produksi Souvenir dan Aksesoris “Mozza De Art” Berbasis Potensi Lokal (Seresah Daun

Sampai saat ini, di seluruh Indonesia terdapat lebih dari 30 lembaga yang telah bekerja secara langsung dengan kelompok pengguna Napza suntik dalam bentuk kegiatan pencegahan

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ditegaskan bahwa sebagai perwujudan Demokrasi, di Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa atau sebutan

Kegiatan program dan perbekalan kesehatan rumah sakit umum berkah tahun 2011 diarahkan pada sasaran kegiatan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, kegiatan askeskin