KARAKTERISTIK
POMPA
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
1
KELOMPOK IX-A
GESTIARI MAHARANI (2312 030 019)
HERLINDA SEPTIANY (2312 030 033)
TOMMY ADAM B. (2312 030 053)
RIZQA FAUZIYAH (2312 030 097)
LILYANA DESHINTA S (2312 030 107)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang
Dalam industri teknik kimia sering digunakan
pompa sebagai alat transportasi fluida. Pompa
yang
biasanya
digunakan
adalah
pompa
sentrifugal, dimana harus dilakukan pemancingan
terlebih dahulu sebelum dilakukan pengoperasian.
Pompa
sentrifugal
mempunyai
karakteristik
tertentu tergantung pada pemasangannya. Untuk
itu dirasa perlu mempelajari lebih lanjut tentang
sistem pemasangannya dan karekteristik pompa,
salah satu caranya adalah dengan melakukan
percobaan karakteristik pompa ini.
I.2 Tujuan Percobaan
1. Membuat kurva karakteristik pompa
sentrifugal.
2. Mengetahui hubungan
parameter-parameter kurva sistem, yaitu antara :
Total Differential Head (TDH) Vs Q
Brake Horse Power (BHP) Vs Q
Water Horse Power (WHP) Vs Q
Efisiensi (η) Vs Q Pada sirkuit 1 dan 2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar TeoriFluida adalah suatu zat yang mengalir, kata fluida mencakup zat cair, air dan gas karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda – benda keras atau seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir.
Secara umum fluida dapat diklasifikasikan menjadi 2
macam :
1. Fluida Statis
Fluida statis adalah fluida yang tidak bergerak atau dalam keadaan diam, misalnya air dalam gelas.
2. Fluida Dinamis
Fluida ada gerakan antara elemen-elemen
sekitarnya.
II.1 Dasar Teori
Fluida adalah suatu zat yang mengalir, kata fluida mencakup zat cair, air dan gas karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda – benda keras atau seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir.
Secara umum fluida dapat diklasifikasikan menjadi 2
macam :
1. Fluida Statis
Fluida statis adalah fluida yang tidak bergerak atau dalam keadaan diam, misalnya air dalam gelas.
2. Fluida Dinamis
Fluida ada gerakan antara elemen-elemen sekitarnya. LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
TINJAUAN PUSTAKA
Pompa adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan cairan dari satu tempat ke tempat
lainnya (misalnya air dari aquifer bawah tanah ke
tangki penyimpan air)
Untuk memilih ukuran pompa, harus tahu dulu
karakterik pompa yaitu :
1.
Kapasitas
2.
Energi atau head yang disupply pada fluida.
3.
Sifat fluida yang ditransport (korosif, suhu,
kekentalan)
4.
Kondisi suction dan discharge
TINJAUAN PUSTAKA
POMPA SENTRIFUGAL adalah suatu pompa yang
memindahkan cairan dengan memanfaatkan
gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh putaran
impeler. Pompa sentrifugal mengubah enegi
kecepatan menjadi energi tekanan.
Cara kerja pompa sentrifugal :
Fluida masuk menuju Ruangan pompa dimana
terjadi perbedaan tekanan permukaan fluida dan
ruangan pompa, kemudian masuk ke impeller
yang berfungsi memutar dan mendorong fluida
untuk keluar menuju discharge.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar II.1.7 Lintasan Aliran Pompa Sentrifugal
Prinsip Bernoulli
Kerja pompa dalam persamaan Bernoulli.
Pompa digunakan dalam sistem aliran untuk
meningkatkan energi mekanik fluida yang mengalir.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
Atau
Energi mekanik yang diberikan kepada fluida
ialah, tentunya W
p, dimana. Hal ini sesuai dengan
persamaan :
Karakteristik Pompa
Tahanan Sistem (Head)
Tekanan diperlukan untuk memompa cairan
melewati sistim pada laju tertentu. Tekanan ini
harus cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sistim,
yang juga disebut head. Head total merupakan
jumlah dari head statik dan head gesekan/ friksi.
Head statik
Head statik merupakan perbedaan tinggi antara
sumber dan tujuan dari cairan yang dipompakan.
Head statik merupakan aliran yang independen.
Head statik pada tekanan tertentu tergantung pada
berat cairan dan dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
... Pers.II.1.4
Head statik ada 2 yaitu :
SSh (Static Suction Head) adalah jarak antara pusat pompa
dengan tinggi permukaan fluida.
SDh (Static Discharge Head) adalah jarak antara pusat
pompa terhadap outlet
.
Gambar SSh dan SDh
Menghitung Head
Head adalah jarak vertikal antara garis pusat
pompa dan permukaan cairan dalam tangki tujuan.
Head loss :
Untuk pipa dengan aliran aliran penuh, radius
hidrolik yaitu sama dengan ¼ diameter pipa,
sehingga persamaan head loss menjadi:
Dimana R
hadalah hydraulic radius (¼ diameter pipa)
dan f
fadalah fanning friction factor (Geankoplis,
Faktor Friksi
Persamaan Haaland digunakan untuk memecahkan
secara langsung untuk Darcy-Weisbach faktor gesekan
f untuk pipa melingkar penuh mengalir. Ini adalah
perkiraan dari persamaan Colebrook-White implisit,
namun perbedaan dari data eksperimen baik dalam
akurasi data. Ini dikembangkan oleh S. E. Haaland
pada tahun 1983. Persamaan Haaland didefinisikan
sebagai:
Friksi pada pipa Lurus
Kehilangan friksi dikarenakan gesekan yang dialami
oleh gerakan fluida dalam pipa yang biasanya dapat
dihitung melalui hubungan persamaan Darcy-Weisbach
sebagai berikut:
Friksi pada fitting
Valve dan Fitting mempunyai pengaruh kehilangan
friksi pada suatu aliran sistem perpompaan
dengan masing-masing koefisien friksi yang
dimiliki,
biasanya
dapat
dihitung
melalui
persamaan :
Perbedaan pipa dari pipa besar ke kecil
(sudden contraction losses)
V2V1 A1
Perbedaan pipa dari pipa kecil ke besar (sudden
enlargement losses)
Velocity head
Istilah ini mengacu pada energi kinetik cairan yang bergerak pada titik yang ditentukan dalam sistem pompa. yaitu memindahkan cairan pada titik yang ditetapkan didalam sistem pompa.
Dimana V adalah kecepatan alir cairan didalam pipa (m/s ) dan g (m/s2) adalah percepatan gravitasi.
V1
A2 V2
Kecepatan alir fliuda
Ada 2 macam kecepatan alir fluida:
a. Kecepatan linier
Merupakan jarak yang ditempuh oleh fluida yang
mengalir tiap satuan waktu tertentu dan tidak
dipengaruhi oleh faktor luas penampang. Satuan v
adalah (m/s) dan (cm/sec).
b. Kecepatan volumetrik (debit)
Merupakan ukuran banyaknya volume air yang
mengalir yang dapat ditampung selama waktu
tertentu dan dipengaruhi oleh faktor geometris, luas
penampang dari tempat fluida mengalir. Debit
direpresentasikan oleh persamaan berikut:
Horse Power
WHP (Water Horse Power)
Water Horse Power (WHP) adalah liquid horse power yang
disampaikan oleh pompa.
BHP (Brake Horse Power)
Ketika memilih pompa pertama-tama perlu menentukan kapasitas aliran dan head yang diperlukan pompa. Meskipun banyak pompa yang bisa memenuhi kondisi operasi. Kondisi operasi yang diperlukan yaitu tentang efisiensi pompa dan ukuran motor yang dibutuhkan. Sekarang daya yang dikirim dari motor untuk pompa juga merupakan produk dari torsi pada poros penggerak pompa dan kecepatan sudut poros:
Menghitung efisiensi
Efisiensi pompa merupakan perbandingan daya
yang diberikan pompa kepada fluida dengan daya
yang diberikan motor listrik kepada pompa.
Efisiensi total pompa dipengaruhi oleh efisiensi
hidrolis, efisiensi mekanis dan efisiensi volumetric
(Anonim, 2011).
Efisiensi dinyatakan sebagai persentase yang
mewakili sebuah unit ukuran yang menggambarkan
perubahan gaya sentrifugal dan dinyatakan
sebagai perubahan kecepatan menjadi energi
tekanan.
Total Differential Head = TDH + TSH
Keterangan :
ΣF = Jumlah total friksi
SDh = Static Discharge Head SSh = Static Suction Head
Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi.
Bilangan ini dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran laminier dan turbulen di satu pihak, dan di lain pihak dapat
dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis aliran yang berlangsung dalam air.
SDh
ΣF
TDH
SSh
ΣF
TSH
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
... .Pers.II.1.20 ... .Pers.II.1.21 μ(lbm/fts) v(ft/s) ρ(lb/cuft) D(ft) Nre ... .Pers.II.1.22 ... .Pers.II.1.19
Kurva Karakteristik Pompa
Gambar memperlihatkan kurva pompa sentrifugal dimana head secara perlahan turun dengan meningkatnya aliran
(McCabe, 1993).
Dengan meningkatnya tahanan sistem, head juga akan naik. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan debit aliran berkurang dan akhirnya mencapai nol. Debit aliran nol hanya dapat diterima untuk jangka pendek tanpa menyebabkan pompa terbakar (Anonim, 2006).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 . Variabel Percobaan
Variabel percobaan aitu pada debit : 21 ml/s, 31,5 ml/s, 65,5 ml/s, 123,5 ml/s, 170ml/s, 200,5 ml/s, dan 211 ml/s.
III.2. Bahan yang digunakan
1. Air
III.3Alat yang digunakan
2. Beaker Glass 3. Gelas ukur 4. Stopwatch 5. Thermometer
6. Rangkaian alat percoban pompa sentrifugal
III.4. Rangkaian Alat Percobaan Karakteristik Pompa Pipa ½ inch Pipa ½ inch Pipa 1
inch Pipa 1 inch
Pipa 1 inch
Keterangan :
= Sirkuit 1
= Sirkuit 2
II.5. Diagram Alir Percobaan III.5.1. Tahap Persiapan
III.5.1.1 Menetapkan Sifat Fisis Fluida yang Meliputi Densitas (ρ)
dan Viskositas (µ)
Mulai
Mengukur temperatur pada fluida yang terdapat didalam tangki dengan
menggunakan termometer
Menetapkan nilai densitas dan viskositas dengan menggunakan temperatur fluida yang telah diukur
sebagai fungsi suhu terhadap densitas dan viskositas dengan
melihat buku Geankoplis 3rd edtion
Appendix A.2. Physical Properties of Water Tabel A.2-3 Density of Liquid
Water dan Tabel A.2-4 Viscosity of Liquid Water
Selesa i
III.5.1.2 Mengukur Dimensi Alat Mulai
Mengukur diameter masing-masing pipa pada Sirkuit 1 dan 2, kemudian menghitung luas penampang
masing-masing pipa dengan menggunakan rumus
A= 3,14.r2
Mengukur panjang pipa lurus pada sirkuit 1 dan 2
Menghitung jumlah sambungan untuk setiap jenis dan jumlah valve untuk
setiap jenis pada sirkuit 1 dan 2 Selesa
III.5.1.3 Mengukur Q maksimum pada Sirkuit 1 dan 2 Mulai
Meghidupkan pompa dengan
menyambungkan aliran listrik pada pompa
Membuka valve pada sirkuit 1 secara penuh dan menutup valve pada sirkuit
2
Menampung volume fluida yang keluar pada discharge selama 2 detik
A
Mengukur volume fluida yang keluar pada discharge selama 2 detik
Menghitung debut fluida yang keluar pada discharge selama 2 detik, dengan
menggukan rumus :
Sehingga Q maksimul pada sirkuit 1 didapatkan
B
Melakukan tahap percobaan yang sama pada
sirkuit 2 dengan menutup valve pada sirkuit 1 dan membuka valve pada sirkuit 2 sehingga
didapatkan Q maksimum pada sirkuit 2 Selesai
III.5.1.4 Mengukur SSH dan SDH Mulai Mulai
Mengukur SSH (Static Suction Head) dengan cara mengukur ketinggian permukaan fluida dalam tangki suction
hingga pusat pompa dengan menggunakan alat ukur meteran Mengukur SSH (Static Suction Head)
dengan cara mengukur ketinggian permukaan fluida dalam tangki suction
hingga pusat pompa dengan menggunakan alat ukur meteran
Mengukur SDH (Static Discharge Head) dengan cara mengukur ketinggian outlet hingga pusat pompa dengan
menggunakan alat ukur meteran
Mengukur SDH (Static Discharge Head) dengan cara mengukur ketinggian outlet hingga pusat pompa dengan
menggunakan alat ukur meteran
Selesai Selesai
II.5.2. Tahap Percobaan
Mulai
Mulai
Melakukan tahap percobaan pada sirkuit 1 terlebih dahulu dengan membuka valve pada sirkuit 1 dan
menutup valve pada sirkuit 2 Melakukan tahap percobaan pada
sirkuit 1 terlebih dahulu dengan membuka valve pada sirkuit 1 dan
menutup valve pada sirkuit 2
Mengatur bukaan valve sirkuit 1 untuk mendapatkan debit 1 (Q1=21 ml/s) dengan cara melakukan trial secara
terus menerus hingga volume yang didapatkan selama 2 detik sesuai
dengan debit yang ditentukan
Mengatur bukaan valve sirkuit 1 untuk mendapatkan debit 1 (Q1=21 ml/s) dengan cara melakukan trial secara
terus menerus hingga volume yang didapatkan selama 2 detik sesuai
dengan debit yang ditentukan
A A
A A
Setelah didapatkan debit yang sesuai dengan variabel yang diberikan, kemudian melihat tekanan pada
barometer yang terdapat pada rangkaian alat
Setelah didapatkan debit yang sesuai dengan variabel yang diberikan, kemudian melihat tekanan pada
barometer yang terdapat pada rangkaian alat
Melihat putaran pada Kwh meter tiap detik
Melihat putaran pada Kwh meter tiap detik
Melakukan tapa percobaan yang sama pada variabel debit berikutnya yaitu :
Q2= 31,5 ml/s, Q3=65,5 ml/s, Q4=123,5 ml/s, Q5=170 ml/s, Q6=200,5 ml/s, dan Q7= 211 ml/s Melakukan tapa percobaan yang sama
pada variabel debit berikutnya yaitu : Q2= 31,5 ml/s, Q3=65,5 ml/s,
Q4=123,5 ml/s, Q5=170 ml/s, Q6=200,5 ml/s, dan Q7= 211 ml/s
B B
B B
Melakukan tahap percobaan yang sama untuk sirkuit 2 dengan menutup
valve pada sirkuit 1 dan membuka valve pada sirkuit 2 dengan variabel
debit yang sama
Melakukan tahap percobaan yang sama untuk sirkuit 2 dengan menutup
valve pada sirkuit 1 dan membuka valve pada sirkuit 2 dengan variabel
debit yang sama Selesai
III.5.3. Tahap Perhitungan dari Data yang Diperoleh a. Menghitung Kecepatan linier (Dengan menggunakan Persamaan
II.1.13)
b. Menghitung velocity head (Dengan menggunakan Persamaan
II.1.12)
c. Menghitung nilai Nre (Dengan menggunakan Persamaan II.1.22) d. Menghitung Faktor Frksi dengan Menggunakan Persamaan
HALLAND untuk
pipa 1 inch dan ½ inch pada sirkuit 1 dan 2 (Dengan menngunakan
Persamaan II.1.7)
e. Menghitung Friksi pada Pipa Lurus dengan menggunakan persamaan Darcy untuk pipa 1 dan ½ inch pada sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.8)
f. Menghitung friksi pada setiap fitting yang ada pada sirkuit 1 dan sirkuit 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.9)
Keterangan :
Nilai Kf setiap sambungan berbeda, tergantung jenisnya. Dapat dilihat di Geankoplis. Jumlah sambungan disesuaikan dengan rangkaian alat sesuai dengan sirkuitnya.
g. Menghitung TSH (Total Suction Head) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.21)
h. Menghitung TdH (Total discharge Head) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.20)
i. Menghitung TDH (Total Diferential Head) untuk sirkuit 1dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.19)
j. Menghitung Water Horse Power (WHP) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.15)
k. Menghitung BHP (Break Horse Power) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.16 dan II.1.17)
l. Menghitung Efisiensi untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.18)
g. Menghitung TSH (Total Suction Head) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.21)
h. Menghitung TdH (Total discharge Head) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.20)
i. Menghitung TDH (Total Diferential Head) untuk sirkuit 1dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.19)
j. Menghitung Water Horse Power (WHP) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.15)
k. Menghitung BHP (Break Horse Power) untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.16 dan II.1.17)
l. Menghitung Efisiensi untuk sirkuit 1 dan 2 (Dengan menggunakan Persamaan II.1.18)
BAB IV
Hasil Percobaan dan Pembahasan
IV.1 Hasil Percobaan Suhu = 25 oC Viskositas = 0,0006054 lb m/ft.s Densitas = 62,2477044lb m/ft3 Q max sirkuit 1 = 277,00831 ml/s Q max sirkuit 2 = 265,1466 ml/s Spesific grafity = 0,998847961 SSH = 1,082664 ft SDH = 1,902864 ft
Tabel IV.1.1 Hasil Percobaan Pengeluaran Debit pada Sirkuit 1 (Dengan nilai
ρ, µ, SSH, dan SDH konstan)
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1 Debit Pengulangan Q rata-rata (ml/s) 1 (ml/s) 2 (ml/s) 3 (ml/s) Q1 21 21 21,5 21 Q2 31 31 32 31 Q3 65,5 65 66 65,5 Q4 123,5 125 122 123,5 Q5 170 170 169 170 Q6 200,5 200 201 200,5 Q7 211 212,5 210 211
Tabel IV.1.2 Hasil Percobaan Kwh (Kw/jam) pada Sirkuit 1
(Dengan nilai ρ, µ, SSH, dan SDH konstan)
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
Debit Kwh rata-rata Q1 0,25 Q2 0,413 Q3 0,27 Q4 0,43 Q5 0,245 Q6 0,7 Q7 1,1
Tabel IV.1.3 Hasil Percobaan Pengeluaran Debit pada Sirkuit 2 (Dengan
nilai ρ, µ, SSH, dan SDH konstan)
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1 Debit Pengulangan Q rata-rata (ml/s) 1 (ml/s) 2 (ml/s) 3 (ml/s) Debit Pengulangan Q rata-rata (ml/s) 1 (ml/s) 2 (ml/s) 3 (ml/s) Q1 21 21,5 20,5 21 Q2 31,5 32 31 31,5 Q3 65,5 65 66 65,5 Q4 123,5 123 124 123,5 Q5 170 171 169 170 Q6 200,5 201 200 200,5 Q7 211 211 212 211
Tabel IV.1.4 Hasil Percobaan Kwh (Kw/jam) pada Sirkuit 2
(Dengan nilai ρ, µ, SSH, dan SDH konstan)
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1
Debit Kwh rata-rata Q1 0,299 Q2 0,52 Q3 0,722 Q4 0,53 Q5 0,25 Q6 0,33 Q7 0,254
Tabel IV.1.5 Hasil Percobaan pada Sirkuit 1
Tabel IV.1.6 Hasil Percobaan pada Sirkuit 2
Debit (ml/s) Tekanan Kwh Kg/cm2 Psia (lb/in2) 21 3,028 43 0,25 31,5 2,99 42,5 0,413 65,5 2,88 41 0,27 123,5 2,75 39 0,43 170 2,6 37 0,245 200,5 2,39 34 0,7 211 2,32 33 1,1 Debit (ml/s) Tekanan Kwh Kg/cm2 Psia(lb/in2) 21 3,09 44 0,299 31,5 3,03 43 0,52 65,5 3,03 43 0,722 123,5 2,82 40 0,53 170 2,53 36 0,25 200,5 2,53 36 0,33 211 2,46 35 0,254
IV.2. Hasil Perhitungan
Tabel IV.2.1.1 Hasil Perhitungan Kecepatan Linier (v), Bilangan
Reynolds (Nre), Faktor Friksi(f), Velocity Head (vh) untuk
Ukuran Pipa ½” pada Sirkuit 1
Tabel IV.2.1.2 Hasil Perhitungan Kecepatan Linier (v), Bilangan
Reynolds (Nre), Faktor Friksi (f),Velocity Head (vh) untuk Ukuran Pipa 1”
pada sirkuit 1 Q (ml/s) v (ft/s) NRe f vh(ft) 21 0,351471082 1888,321867 0,05372493 0,001919748 31,5 0,527206623 2832,4828 0,04731403 0,004319432 65,5 1,096255042 5889,765823 0,0389128 0,018676184 123,5 2,066984698 11105,13098 0,03406784 0,066395626 170 2,845242094 15286,41511 0,03226481 0,125806592 200,5 3,355711999 18028,97783 0,03147436 0,174998491 211 3,53144754 18973,13876 0,03124759 0,193807449
Tabel IV.2.1.3 Hasil Perhitungan Kecepatan Linier (v), Bilangan Reynolds
(Nre), Faktor Friksi(f), Velocity Head (vh) untuk Ukuran Pipa ½”
pada Sirkuit 2
Tabel IV.2.1.4 Hasil Perhitungan Kecepatan Linier (v), Bilangan Reynolds
(Nre), Faktor Friksi (f), Velocity Head (vh) untuk Ukuran Pipa 1”
pada sirkuit 2Q (ml/s) v (ft/s) NRe F vh(ft)
21 0,251471082 1888,321867 0,05372493 0,001919748 31,5 0,527206623 2832,4828 0,04731403 0,004319432 65,5 1,096255042 5889,765823 0,0389218 0,018676184 123,5 2,066984698 11105,13098 0,03406784 0,066395626 170 2,845242094 15286,41511 0,03226481 0,125806592 200,5 3,355711999 18028,97783 0,03147436 0,174998493 211 3,53144754 18973,13876 0,03124759 0,193807449 Q (ml/s) v (ft/s) NRe F vh(ft) 21 0,251471082 1888,321867 0,05372493 0,001919748 31,5 0,527206623 2832,4828 0,04731403 0,004319432 65,5 1,096255042 5889,765823 0,0389218 0,018676184 123,5 2,066984698 11105,13098 0,03406784 0,066395626 170 2,845242094 15286,41511 0,03226481 0,125806592 200,5 3,355711999 18028,97783 0,03147436 0,174998493 211 3,53144754 18973,13876 0,03124759 0,193807449
Tabel IV.2.2.1 Hasil Perhitungan TDH, WHP, BHP, dan Efisiensi pada
Sirkuit 1
Tabel IV.2.2.2 Hasil Perhitungan TDH, WHP, BHP, dan Efisiensi pada
Sirkuit 2 Q (ml/s) TDH (ft) WHP (hp) BHP (hp) ƞ 21 1,214558053 8,49149E-05 0,002248724 3,776138828 31,5 1,372653781 0,000143952 0,003373086 4,26766858 65,5 2,298151921 0,000501149 0,007013878 7,145101611 123,5 5,324474035 0,002189224 0,013224639 16,55413102 170 9,063698698 0,005129806 0,018203957 28,17962014 200,5 12,14980473 0,008110175 0,021469961 37,77452158 211 13,32829012 0,00936275 0,022594323 41,4385082 Q (ml/s) TDH (ft) WHP (hp) BHP (hp) Ƞ 21 0,864569935 7,25918E-05 0,002248724 3,228130728 31,5 1,033007784 0,000130101 0,003373086 3,857043875 65,5 2,010551904 0,000526532 0,007013878 7,506997551 123,5 5,186365734 0,002560932 0,013224639 19,36484941 170 9,098747642 0,006184412 0,018203957 33,97289874 200,5 12,32386547 0,009879369 0,021469961 46,01484183 211 13,55485229 0,011435235 0,022594323 50,61109974
IV.3. Grafik dan Pembahasan
Grafik IV.1. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Suction Head
(Ft) pada Sirkuit 1 0 50 100 150 200 250 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TSH (ft) pada Sirkuit 1
Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s) Total Suction Head
Grafik IV.2. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Suction Head (Ft) pada Sirkuit 2 0 50 100 150 200 250 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TSH (ft) pada Sirkuit 2
Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s) Total Suction Head
Grafik IV.3. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Suction Head
(Ft) pada Sirkuit 1 dan 2
0 50 100 150 200 250 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TSH (ft) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2 Q (ml/s) vs TSH (Ft) Sirkuit 1 Sirkuit 2 Sirkuit 2 Sirkuit 1 Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s) Total Suction Head
Grafik IV.4. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Discharge
Head (Ft) pada Sirkuit 1
0 50 100 150 200 250 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TDH (ft) pada Sirkuit 1
Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s) Total Discharge Head
Grafik IV.5. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Discharge
Head (Ft) pada Sirkuit 2
0 50 100 150 200 250 0 2 4 6 8 10 12
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TDH (ft) pada Sirkuit 2
Sirkuit 1 Sirkuit 2 Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s) Total Discharge Head
Grafik IV.6. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Discharge
Head (Ft) pada Sirkuit 1 dan 2
0 50 100 150 200 250 0 2 4 6 8 10 12
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs TDH (ft) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Sirkuit 1 Sirkuit 2 Sirkuit 2 Sirkuit 1 Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s) Total Discharge Head
Grafik IV.7. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Differential
Head (Ft) pada Sirkuit 1
0 50 100 150 200 250 0 2 4 6 8 10 12 14
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs Total Differential Head (ft) pada Sirkuit 1
Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s) Total Differential Head
Grafik IV.8. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Differential
Head (Ft) pada Sirkuit 2
0 50 100 150 200 250 0 2 4 6 8 10 12 14 16
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs Total Differential Head (ft) pada Sirkuit 2
Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s) Total Differential Head
Grafik IV.9. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Total Differential
Head (Ft) pada Sirkuit 1 dan 2
0 50 100 150 200 250 0 2 4 6 8 10 12 14 16
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q (ml/s) vs Total Differential Head (ft) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Sirkuit 1 Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s) Total Diferential Head
Pada grafik IV.1. dan IV.2 dapat dilihat bahwa
pada sirkuit 1 dan 2 menunjukkan bahwa semakin
besar Total Suction Head (TSH) maka Q1 hingga Q7
juga semakin besar. Pada grafik IV.3. dan IV.4 dapat
dilihat bahwa pada sirkuit 1 dan 2 menunjukkan
menunjukkan bahwa semakin besar Total Discharge
Head (TdH) maka Q1 hingga Q7 juga semakin besar.
Sehingga pada grafik IV.9 dapat disimpulkan, bahwa
semakin besar debit yang mengalir maka semakin
besar pula nilai Total Differential Head nya. Hal ini
dikarenakan semakin besar debit yang mengalir
maka total friksi semakin besar pula, sesuai dengan
Persamaan II.1.20 dan II.1.21. Sedangkan total
friksi berbanding lurus dengan kecepatan linear,
sesuai dengan Persamaan II.1.8. Dimana
Kecepatan linear itu sendiri berbanding lurus
dengan debit, sesuai dengan Persamaan II.1.13.
Pada grafik IV.9 antara Q3 sampai Q7 memiliki
perbedaan Total Differential Head yang cukup tinggi
dikarenakan perbedaan variabel Q yang cukup
banyak.
Grafik IV.10. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Water Horse
Power (hp) pada Sirkuit 1
0 50 100 150 200 250 0 0 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs WHP (hp) pada Sirkuit 1
Hubungan Antara Q dengan WHP pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s) Water Horse Power
Grafik IV.11. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Water Horse
Power (hp) pada Sirkuit 2
0 50 100 150 200 250 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs WHP (hp) pada Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan WHP pada Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s) Water Horse Power
Grafik IV.12 Hubungan antara Q (ml/s) dengan Water Horse
Power (hp) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
0 50 100 150 200 250 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q (ml/s) vs WHP (hp) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan WHP pada Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan WHP pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s) Water Horse Power
Pada grafik IV.10. dan IV.11 dapat dilihat bahwa
kurva hubungan antara Q dengan Water Horse
Power (WHP) pada sirkuit 1 dan sirkuit 2
menunjukkan kenaikan nilai WHP seiring dengan
bertambahnya nilai Q, sehingga semakin besar
volumetric flow rate (Q) maka semakin besar
pula nilai WHP. Hasil percobaan yang didapat
juga sesuai dengan Persamaan II.1.15.
Pada grafik IV.12 dapat dilihat antara Q1 dan Q2
memiliki nilai WHP yang hampir sama, hal ini
disebabkan karena nilai Q1 dan Q2 yang hampir
sama. Sedangkan
Q3 sampai Q7 memiliki
perbedaan
WHP
yang
cukup
tinggi
dikarenakan perbedaan variabel Q yang
cukup banyak.
Grafik IV.13. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Brake Horse Power (hp) pada Sirkuit 1 0 50 100 150 200 250 0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs BHP (hp) pada Sirkuit 1
Hubungan Antara Q dengan BHP pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s) Brake Horse Power
Grafik IV.14. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Brake Horse Power (hp) pada sirkuit 2 0 50 100 150 200 250 0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs BHP (hp) pada Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan BHP pada Sirkuit2
Volumetric Flow Rate (ml/s) Brake Horse Power
Grafik IV.15. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Brake Horse Power
(hp) pada Sirkuit 1 dan sirkuit 2
0 50 100 150 200 250 0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs BHP (hp) pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan BHP pada Sirkuit2
Hubungan Antara Q dengan BHP pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s) Brake Horse Power
Pada grafik IV.13. dan IV.14 dapat dilihat bahwa
kurva hubungan antara Q dengan Brake Horse
Power (BHP) pada sirkuit 1 dan sirkuit 2
menunjukkan kenaikan nilai BHP seiring dengan
bertambahnya nilai Q, sehingga semakin besar
volumetric flow rate (Q) maka semakin besar
pula nilai BHP. Hasil percobaan yang didapat
sesuai dengan Persamaan II.1.16 dan II.1.17.
Pada grafik IV.15 dapat dilihat antara Q1 dan Q2
memiliki nilai BHP yang hampir sama, hal ini
disebabkan karena nilai Q1 dan Q2 yang hampir
sama. Sedangkan
Q3 sampai Q7 memiliki
perbedaan
BHP
yang
cukup
tinggi
dikarenakan perbedaan variabel Q yang
cukup banyak.
Grafik IV.16. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Efisiensi pada Sirkuit 1 0 50 100 150 200 250 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs ŋ pada Sirkuit 1
Hubungan Antara Q dengan Efisiensi pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s) Efisiensi
Grafik IV.17. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Efisiensi pada Sirkuit 2 0 50 100 150 200 250 0 10 20 30 40 50 60
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q(ml/s) vs ŋ pada Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan Efisiensi pada Sirkuit 2
Volumetric Flow Rate (ml/s) Efisiensi
Grafik IV.18. Hubungan antara Q (ml/s) dengan Efisiensi pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2 0 50 100 150 200 250 0 10 20 30 40 50 60
Hubungan Kurva Karakteristik Pompa antara Q (ml/s) vs ŋ pada Sirkuit 1 dan Sirkuit 2
Hubungan Antara Q dengan Efisiensi pada Sirkuit 2 Hubungan Antara Q dengan Efisiensi pada Sirkuit 1
Volumetric Flow Rate (ml/s) Efisiensi
Pada grafik IV.16. dan IV.17 dapat dilihat bahwa
kurva hubungan antara Q dengan efisiensi pada
sirkuit 1 dan sirkuit 2 menunjukkan kenaikan nilai
efisiensi seiring dengan bertambahnya nilai Q,
sehingga semakin besar volumetric rate (Q)
maka akan semakin besar pula nilai efisiensi
pada kedua sirkuit. Hasil percobaan yang didapat
sesuai dengan Persamaan II.1.18.
Pada grafik IV.18 dapat dilihat antara Q1 dan Q2
memiliki nilai Effisiensi yang hampir sama, hal ini
disebabkan karena nilai Q1 dan Q2 yang hampir
sama. Sedangkan
Q3 sampai Q7 memiliki
perbedaan
Effisiensi
yang cukup tinggi
dikarenakan perbedaan variabel Q yang
cukup banyak.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dan hasil perhitungan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai Volumetric Flow rate (Q) dan Total Differensial Head (TDH)
berbanding lurus. Semakin besar nilai (Q), maka semakin besar pula nilai TDHnya.
2. Nilai Volumetric Flow rate (Q) dan Water Horse Power (WHP) berbanding
lurus. Semakin besar nilai (Q), maka semakin besar pula nilai WHPnya.
3. Nilai Volumetric Flow rate (Q) dan Brake Horse Power (WHP) berbanding
lurus. Semakin besar nilai (Q), maka semakin besar pula nilai BHPnya.
4. Nilai Volumetric Flow rate (Q) dan Efisiensi (η) berbanding lurus. Semakin
besar nilai (Q), maka semakin besar pula nilai efisiensinya.
5. Fenomena yang terjadi pada grafik WHP yang terbentuk menjadi grafik
eksponensial dikarenakan nilai TDH yang terdapat dalam persamaan tersebut memiliki persamaan ekponensial. Persamaan eksponensial yang terdapat dalam TDH yaitu terletak pada persamaan jumlah total friksinya. Dalam persamaan friksi terdapat velocity head. Pada persamaan velocity head, kecepatan linier berpangkat 2, sehingga menyebabkan grafik WHP, memiliki grafik eksponensial.