• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA RISIKO RANTAI PASOK DAN MITIGASINYA DENGAN METODE FMEA DAN QFD DI PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH (PDAB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA RISIKO RANTAI PASOK DAN MITIGASINYA DENGAN METODE FMEA DAN QFD DI PERUSAHAAN DAERAH AIR BERSIH (PDAB)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA RISIKO RANTAI PASOK DAN MITIGASINYA DENGAN

METODE FMEA DAN QFD DI PERUSAHAAN DAERAH AIR

BERSIH (PDAB)

Aris Zamrozi Fahrudin 1 ) dan Iwan Vanany 2)

1) 1) Jurusan Magister Manajemen Industri, Program Studi Magister Manajemen

Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia

e-mail: zamrozi39@yahoo.com

2) Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ABSTRAK

Ketidakpastian dimasa depan merupakan suatu kondisi yang harus dihadapi setiap perusahaan. Ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko (risk). Maka perlunya identifikasi, pengukuran, dan kontrol sebuah risiko yang menghambat bisnis perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerugian. Hal itu juga perlu dilakukan oleh oleh Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) yang memilki

Core Business untuk mengelola sumber-sumber mata air secara optimal bagi masyarakat

luas dan sebagai penyelenggara sistem penyediaan air minum regional khususnya lintas Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis risiko rantai pasok di industri pengelolaan air bersih khususnya di Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) serta merumuskan mitigasi risiko yang tepat dari risiko-risiko tersebut

Proses bisnis di PDAB dipetakan dahulu menggunakan model SCOR dan selanjutnya diidentifikasi dan dianalisis risiko rantai pasoknya menggunakan metode Failure Mode

and Effect Analysis (FMEA) dan Quality Function Deployment (QFD). Dalam identifikasi

risiko menggunakan metode FMEA didapatkan 41 risiko pada pembuatan sumur baru dan 18 risiko pada operasionalnya. Pada analisa risiko didapatkan 7 risiko dan 17 penyebab resiko yang diprioritaskan penangnannya pada pembuatan sumur baru sedangkan pada kegiatan operasional ada 8 risiko dan 17 penyebab risiko.

Analisis mitigasi menggunakan metode QFD dengan pendekatan matrik House of Risk dengan menentukan korelasi antara penyebab risiko dan mitigasinya.. Dengan metode QFD didapatkan 3 mitigasi yang diprioritaskan pada pembuatan sumur baru dan 3 mitigasi pada kegiatan operasionalnya.

Kata kunci: Risiko, Rantai Pasok, Failure Mode and Effect Analysis

(FMEA) dan Quality Function Deployment (QFD), Matriks House of Risk (HOR).

PENDAHULUAN

Ketidakpastian yang terjadi di masa depan merupakan suatu kondisi yang harus dihadapi oleh setiap perusahaan. Kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan (expectation) ke salah satu dari dua arah, artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntngkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan. Ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang

(2)

merugikan atau meyimpang dari yang diharapkan dikenal dengan istilah risiko (risk).Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Begitupun di Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB),segala kegiatan didalamnya mengandung risiko yang harus ditangani agar tidak menimbulkan kerugian.

Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Provinsi Jawa Timur (Pemprov. Jatim) didirikan pada tahun 1987 berdasarkan peraturan Daerah Pemprov. Jatim (PERDA) No. 2 tahun 1987 juncto No. 12 tahun 1996 tentang perusahaan daerah air bersih Pemprov. Jatim. Tujuan didirikannnya PDAB adalah untuk mengelola sumber-sumber mata air secara optimal bagi masyarakat luas dan sebagai penyelenggara Sistem Penyediaan air minum Regional khususnya lintas Kabupaten /Kota di Jawa Timur. Di PDAB ada 2 Aktivitas dalam untuk menjalankan bisnisnya yaitu pembuatan sumur baru dan operasionalnya.

Manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. Risiko dapat dikelola dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Oleh karena itu, melalui manajemen risiko, diharapkan kerugian yang ditimbulkan dari ketidakpastian dapat dikurangi bahkan dihilangkan untuk kelangsungan kegiatan di PDAB.

Risiko rantai pasok di PDAB dapat terjadi di setiap business process yang ada. Analisa risiko yang dilakukan didasarkan pada proses bisnis, dimana kerja proses bisnis didasarkan pada model SCOR. Dalam mengidentifikasi dan menganalisis risiko di penelitian ini menggunakan FMEA dan QFD sehingga Dalam penelitian ini dilakukan analisis serta aksi mitigasi risiko rantai pasok dengan menggunakan metode Failure Mode

and Effect Analysis (FMEA) dan Quality Function Deployment (QFD). Dalam penelitian

ini akan dikembangan suatu formulasi nilai indeks prioritas risiko untuk menentukan prioritas agen risiko yang akan dimitigasi. Pengembangan matriks house of risk (HOR) digunakan untuk memetakan framework yang terbentuk dan memetakan aksi mitigasinya (mitigation actions) dalam menangani agen resiko yang berpotensi timbul pada supply

chain perusahaan.

METODE PENELITIAN

Langkah-langkah metodologi penelitian dilakukan secara bertahap, sistematis dan sesuai dengan metode ilmiah agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih jelas dan terarah dan didapatkan suatu kesimpulan yang tepat. Metodologi Penelitian untuk menentukan indeks risiko dan penanganan ini menggunakan langkah seperti pada diagram alur kerangka kerja pada gambar 1.

Tahap Studi Lapangan dan Studi Pustaka

Studi lapangan untuk mengamati bagaimana rantai pasok dari Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) dan mengetahui masalahnya. Studi pustaka untuk mengetahui konsep dan teori manajemen rantai pasok, manajemen risiko, pengukuran risiko dan aksi mitigasinya.

Tahap Pengumpulan Data

Beberapa data yang diperlukan seperti (1)sejarah perusahaan, (2)struktur organisasi PDAB, (3)mengidentifikasi aliran rantai pasok dan proses bisnisnya, (4)mengidentifikasi risiko-risiko dengan metode FMEA dan (6)menentukan aksi mitigasi menggunakan QFD.

(3)

Gambar 1 Kerangka Kerja Analisa Risiko di PDAB Tahap Analisa dan Diskusi

Dilakukan analisis risiko yang mungkin terjadi, dampak risiko, penyebab risiko serta alat untuk mendeteksi terhadap risiko menggunakan metode FMEA. Selanjutnya dilakukan penilaian dari tingkat keparahan risiko, frekuensi terjadinya penyebab risiko dan kemudahan penggunaan alat untuk mendeteksi risiko untuk mendapatkan nilai RPN. Selanjutnya menentukan aksi mitigasi yang efektif untuk risikp-risiko yang kritis dengan metode QFD.

Tahap Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang diambil berdasarkan proses penelitian yang dilakukan dan untuk menjawab tujuan dari penelitian. Sedangkan saran yang dibuat berupa rekomendasi perbaikan yang dapat diimplementasikan ke dalam perusahaan.

HASIL DAN DISKUSI

Setiap proses pada saat pembuatan sumur baru dan operasionalnya memiliki kemungkinan-kemungkinan risiko yang potensial. Untuk mengatasi segala risiko yang mengancam maka perlu dilakukan identifikasi risiko disetiap proses. Risiko yang telah diidentifikasi kemudian dinilai keparahan dampak yang ditimbulkannya (S), seberapa sering suatu penyebab kegagalan terjadi (O) dan pendeteksian adanya kegagalan (D). Penilaian ini berdasarkan diskusi dengan pihak PDAB. Setelah nilai S, O dan D diketahui, maka RPN dihitung dari perkalian antara S, O dan D. Nilai RPN akan digunakan sebagai dasar untuk memprioritaskan risiko. Semakin tinggi nilai RPN maka semakin tinggi pula skala prioritas penanganan yang dibutuhkan oleh suatu risiko tersebut. Penilaian risiko pembuatan sumur baru dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1 Penilaian Risiko Pembuatan Sumur Baru

Potential Failure Mode S Risk Agent O

Current Detection Control D RPN PLAN Perencanaan bangunan /rencana desain sumur baru

Perencanaan desain sumur yang lama 3 Kurang tenaga ahli 3 Jadwal proyek

1 9 Kurangnya kompetensi SDM 3 9 Desain sumur tidak disetujui manajemen 6 Desin yang ada tidak sesuai dengan

spesifikasi

3 Hasil laporan

3 54

Desain kurang jelas 3 54

Perencanan system transmisi dan

Perencanaan sistim transmisi distribusi yang lama

3 Kurang tenaga ahli 3 Jadwal proyek

1 9 Kurangnya kompetensi SDM 3 9 Desain sistim distribusi dan transmisi tidak 6 Desin yang ada tidak sesuai 3 Hasil 3 54

Pengolahan Data dan Analisis Hasil:

1. Identifikasi Risiko menggunakan metode FMEA untuk mengetahui : - Sumber risiko, dimana risiko berada, apa penyebab risiko dan

bagaimana pendeteksiannya

2. Analisis Risiko dengan menentukan severity, occurence dan detection dari risiko dan dihitung nilai RPN

3. Evaluasi Risiko dengan menentukan peringkat dan prioritas risiko dengan melihat nilai RPN tertinggi

4. Risk Response dengan melakukan :

- Identifikasi opsi mitigasi risiko, evaluasi opsi mitigasi, pemilihan aksi mitigasi

Studi lapangan dan studi pustaka: Manajemen Rantai Pasok, Manajemen Risiko Rantai Pasok, FMEA, QFD

Pengumpulan data

Data Sekunder: Sejarah Perusahaan Struktur Organisasi

Kesimpulan dan Saran

Data Primer:

Wawancara dengan Direktur PDAB:

• Proses Bisnis di PDAB • Risiko-risiko d PDAB • Aksi Mitigasi

(4)

distribusinya disetujui manajemen spesifikasi laporan

Desain kurang jelas 3 54

SOURCE

Perhitungan Potensi Sumber air

Terlambat dilakukan identifikasi sumur baru

3 Persiapan identifikasi masih kurang (geolistrik)

3 Jadwal proyek

1 9

Proses identifikasi sumur baru yang lama 3 Belum menemukan titik sumber air 3 Jadwal proyek

1 9 Alat yang digunakan rusak 3 9 Hasil identifikasi sumur baru kurang

akurat

5 Alat tidak bekerja dengan baik 4 Hasil laporan

3 60 Peneliti kurang cermat membaca

alat

4 60

Tidak ditemukan sumber air baku 8 Hasil Intrepretasi identifikasi kurang akurat

4 Hasil laporan

3 96

Kapasitas air baku tidak mencukupi kebutuhan

5 Potensi Sumber air kecil 7 Hasil laporan

3 105

Pembebasan lahan sumur baru

Terlambat dilakukan survei lahan 3 Persiapan masih kurang 7 Jadwal proyek

1 21

Pelaksanaan survei lahan yang lama 3 Masih blm didapatkan hasil 5 Jadwal proyek

1 15

Tidak akurat hasil survei lahan 5 SDM kurang berpengalaman 3 Hasil laporan

3 45 Pelaksanaan survei kurang cermat 3 45 Tidak disetujuinya hasil survei lahan 5 Hasil tidak akurat 3 Hasil

laporan

3 45

Pemilik lahan mengajukan harga yang tinggi

6 Provokasi warga 9 NJOP 1 54

Serah terima lahan lambat 3 Prosedur/surat-surat belum lengkap 7 Jadwal proyek

1 21

Adanya penolakan dari masyarakat 8 Belum menemukan kesepakatan harga

9 Reaksi warga sekitar

5 360

Efek berbahaya dari proyek 5 200

Mencemari lingkungan sekitar 2 80 Kelengkapan dokumen lahan tidak dapat

disediakan

3 Masyarakat tidak memiliki dokumen lahan 5 Sertifikat tanah dan dokumen lainnya 1 15

Lahan sengketa 5 Kepemilikan lahan belum jelas 3 Sertifikat tanah dan dokumen lainnya

1 15

Birokrasi yang memakan waktu lama dan berbelit-belit

3 Tidak sesuai SOP 4 SOP 1 12

Pungutan yang ilegal 6 Tidak sesuai SOP 4 Biaya resmi 1 24 Tidak mendapatkan ijin penggunaan lahan

dari pemda

5 Lahan dilindungi 4 Peraturan pemerintah daerah

1 20

Persyaratan kurang 3 15

Membahayakan daerah sekitar 4 20 Kurangnya pengawasan pelaksana proyek

di lapangan

3 SDM kurang bertanggung jawab 3 Monitoring

dan evaluasi

5 45

Pengadaan Kontraktor

Penawaran harga kontraktor untuk pembuatan sumur baru yang tinggi

4 Standar harga kontraktor tinggi 4 Laporan permintaanpe nawaran

3 48 Mutu diatas spesifikasi 3 36 Pengadaan kontraktor untuk pembuatan

sumur baru yang lama

3 Rumitnya proses pengadaan kontraktor yang sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan

7 Jadwal pengadaan

1 21

Belum menemukan kesepkatan harga

3 9

Pengawasan konstruksi sumur baru

Terlambat penyelesaian konstruksi untuk pembuatan sumur baru

6 Pengelolaan pelaksanaan pekerjaan kurang disiplin

7 Jadwal proyek

1 42

Pengadaan peralatan yang lama 5 40 Adanya gangguan peralatan bor (

Patah, terjepit )

7 42

Mutu konstruksi untuk pembuatan sumur baru yang tidak bagus

8 Kinerja kontraktor yang buruk 7 Monitoring dan evaluasi

5 280

Kualitas peralatan rendah/ tdk sesuai spesifikasi

7 280

Kurang pengalaman 5 200

Konstruksi untuk pembuatan sumur baru tidak sesuai desain/spesifikasi

8 Kesalahan membaca desain 4 Monitoring dan evaluasi

5 160

Kontraktor merubah spesifikasi tekns yang ditentukan

4 160

Kurang pengalaman 4 160

Tidak ditemukan air saat pengeboran 7 Hasil identifikasi tidak akurat 4 Monitoring dan evaluasi

5 140

Penelitian yang kurang cermat 3 105

Tidak ada sumber 4 140

(5)

comisioning kelua/kecil) memasang peralatan dan evaluasi Peralatan yang terpasang tidak

sesuai spesifikasi

4 140

Kualitas peralatan rendah 4 140

Debit air lemah 4 Kurang teliti kontraktr dalam memasang peralatan 4 Monitoring, evaluasi dan hasil laporan 5 80

Peralatan yang terpasang tidak sesuai spesifikasi

4 80

Kualitas peralatan rendah 4 80 Pengetesan

kualitas air

Kualitas Air tidak sesuai standar 5 Terjadi pencemaran limbah pabrik/bahan kimia

2 Hasil laporan

3 30

Kandungan alami dari air yang tidak sesuai spesifikasi

2 30 MAKE Pengadaan kontraktor system transmisi dan distribusi

Penawaran harga kontraktor sistem transmisi dan distribusi yang tinggi

4 Standar harga kontraktor yang tinggi

4 Laporan permintaan penawaran

1 16

Mutu diatas spesifikasi 3 12 Pengadaan kontraktor sistem transmisi dan

distribusi yang lama

3 Rumitnya proses pengadaan kontraktor yang memenuhi kualifikasi

7 Jadwal pengadaan

1 21

Belum menemukan kesepakatan harga 3 9 Pengawasan konstruksi transmisi distribusi

Terlambat penyelesaian konstruksi sistem transmisi dan distribusi

6 Pengelolaan Proyek tidak disiplin 7 Jadwal proyek

1 42 Terlambat suplai bahan dan

peralatan

5 30

Terjadi permasalahan peralatan konstruksi

7 42

Mutu konstruksi sistem transmisi dan distribusi yang tidak bagus

8 Kinerja kontraktor yang buruk 7 Monitoring dan evaluasi

5 280

Kualitas peralatan rendah/ tidak sesuai spesifikasi

7 280

Kurang pengalaman 5 200

Konstruksi sistem transmisi dan distribusi tidak sesuai desain/spesifikasi

8 Kesalahan membaca desain 4 Monitoring dan evaluasi

5 160

Sengaja merubah spesifikasi teknis yang ditentukan

4 160

Kurang pengalaman 4 160

Testing dan Comisioning

Sistem tidak berfungsi dengan baik 5 Kurang teliti kontraktor dalam memasang peralatan

4 Monitoring dan evaluasi

4 80

Peralatan yang terpasang tidak sesuai spesifikasi

4 80

Kualitas komponen rendah 80

DELIVERY

Penyambung an saluranke pelanggan

Penyelesaian tidak sesuai jadwal 6 Pengadaan bahan dan peralatan yang lama

5 Jadwal proyek

1 30

Dari tabel diatas didapatkan 21 risiko yang memiliki nilai RPN 100 yang dikategorikan tinggi sehingga diperlukan analisis mitigasinya. Sedangkan penilaian risiko pembuatan sumur baru dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2 Penilaian Risiko Operasional

Potential failure mode S Risk agent O

Current detection control D Rpn Source Pemompaan air

Air sumur tidak keluar 9 Sumber habis 3 Moitoring dan evaluasi

5 120

Pompa rusak 3 120

Listrik mati 2 90

Debit air dari sumur berkurang/ kecil 5 Sumber habis 5 Monitoring dan evaluasi

5 125

Pipa bocor/sambungan pipa tdk rapat

3 75

Pompa tidak kuat 5 Komponen pompa ada yang rusak 5 Monitoring

dan evaluasi

5 125

Spesifikasi pompa tidak sesuai 5 125

Gangguan kualitas air 4 Sumber air terkontaminasi bahan kimia/ limbah 4

Monitoring dan evaluasi

5 80

Make

pengolahan Pengolahan tidak bekerja dgn baik 7 Kerusakan alat 4 Hasil laporan

(6)

Penyaluran ke ground reservoar

Air tidak tersalur ke ground reservoar 5 Pipa bocor 4 Volume ground reservoar

3 60 Sambungan antar pipa tidak rapat

4

60

Lamanya pengisian ground reservoar 4 Pipa bocor 4 Volume groun reservoar

3 48 Sambungan antar pipa tidak rapat 4 48

Debit air kecil 5 60

Ground reservoar bocor 4 Kualitas jelek 4 Volume groun reservoar

3 48

Kurang perawatan 4 48

Sudah waktunya ganti 4 48 Air di ground reservoar menguap 3 Cuaca yang panas

2

Volume ground reservoar

3 18

Pipa penyaluran ke ground reservoar bocor 9 Kualitas jelek 5 Monitoring Dan Evaluasi

5 225

Kurang perawatan 5 225

Sudah waktunya ganti 5 225

Sambungan antar pipa tidak rapat 5 Pengerjaan konstruksi yang tidak

bagus 5 Volume Groun Reservoar 3 75 Kurang perawatan 5 75 DELIVERY Penyaluran ke pelanggan

Pipa penyaluran ke pelanggan bocor 9 Kualitas pipa jelek 5 Monitoring Dan Evaluasi

5 225

Sudah waktunya penggantian 5 225

Perawatan yang tidak rutin 5 225

Ilegal connection 6 Lemahnya pengawasan

3

Monitoring

dan evaluasi

5 90

Air terkontaminasi 9 Pipa bocor 3 Monitoring

Dan Evaluasi

5 135

Sumber air tercemar 3 135

Debit air di pelanggan berkurang/aliran tdk continue/kecil 7

Sumber air habis 3 Monitoring

Dan Evaluasi

4 84

Pipa bocor 3 84

Air tidak keluar

9

Kran d sistem tdk d buka 3 Monitoring Dan Evaluasi

4 135

Stok d penampungan habis 3 135

Pipa bocor 3 135

Air kotor

9

Air tercemar minyak/oli dr system 3 Monitoring Dan Evaluasi

5 135

Air luar yang masuk melalui pipa

bocor 3

135

Meteran pelanggan rusak/ tdk akurat 9 Aus 5 Monitoring Dan Evaluasi

5 225

Kurang perawatan 5 225

Tekanan tinggi 3 135

Kualitas meteran rendah 3 135

Matrik Mitigasi Risiko

Untuk mitigasi risiko dibahas risiko yang memiliki nilai RPN tinggi karena semakin tinggi nilai RPN semakin tinggi skala prioritas penanganannya. Untuk penentuan mitigasi dari risiko-risiko tersebut menggunakan matrik QFD dengan pendekatan house of

risk dengan menentukan korelasi antara mitigasi dengan risko tersebut. Penentuan

prioritas mitigasi berdasarkan nilai tertinggi mitigasi tersebut. Untuk matrik mitigasi pembuatan sumur baru dapat dilihat pada gambar 2.

Pada pembuatan sumur baru didapatkan 3 aksi mitigasi yang diprioritaskan yaitu:

1)Pemilihan kontraktor dengan syarat yang ketat serta pencarian informasi kontraktor– kontraktor terbaik saat proses pengadaan. Dalam pemilihan kontraktor

harus memiliki standard an meiliki kualifikasi yang dibutuhkan oleh PDAB serta telah bersertifikasi, hal ini penting agar bangunan konstruksi tersebut bisa memiliki standard dan mutu yang bagus sehingga kegiatan operasional di PDAB berupa penyaluran air bersih bisa berjalan dengan baik. 2)monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan secara berkla

serta peringatan sesuai mekanisme kontrak kerja. monitoring dan evaluasi perlu untuk

menghindari kecurangan-kecurangan maupun kesalahan konstruksi oleh kontraktor dan sesuai dengan kesepakatan pada saat kontrak. 3)Pelatihan SDM. Pelatihan SDM diperlukan untuk meningkatkan kompetensi SDM sehingga dapat bekerja dengan optimal dan efektif serta dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan.

(7)

r pn me n d id e n tif ik a s a lte rn ativ e s u mb e r la in pe nge c eka n pe nggun a a n a la t m e ngguna ka n t e na ga a hl i/ kon sul ta n pe la ti ha n s dm pe nye sua ia n ha rga l a ha n da n ne gos ia si sos ia li sa si da n pe la ks a na a n pr oye k se su ai a md a l ( rk l/r p l) m oni tor ing da n e va lua si pe la k sa na an pe ke rj aan s ecar a b er k la s er ta pe ri nga ta n s es ua i m eka ni sm e kont ra k ke rj a di la kuka n kons ul ta si d a n a si st e ns i secar a co n ti n u e s aat p em b u at an d es ai n pe m il iha n kont ra kt or de nga n s ya ra t ya ng ke ta t s er ta pe nc a ri a n i nf or m a si kont ra kt or – kont ra kt or t er ba ik s aa t pr os e s p en g ad aan

potensi sumber air kecil 105 5 3 5 harga tanah tidak sesuai /blm mendapat kesepakatan 360 5 efek berbahaya dari pembangunan sumur 200 3 5 kinerja kontraktor buruk 280 3 5 kualitas alat rendah/ tdk ssesuai spesifikasi 280 3 5

kurang pengalaman 200 3 5

kesalahan baca desain 160 5 3

merubah spesifikasi 160 5 3

hasil identifikasi tidak akurat 140 2 5 3 3 5 penelitian kurang cermat 105 2 3 3 5 5

tidak ada sumber 140 5 4 5

1.7 15 189 0 1. 3 35 217 0 1. 8 00 1. 0 00 3. 8 80 1. 2 25 4. 7 60 6 4 7 3 5 9 2 8 1

Gambar 2 Matrik mitigasi risiko pembuatan sumur baru

Sedangkan matriks mitigasi perasionalnya dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:

R PN P en g ecek an , p em el ih ar aan d an pe rba ika n kom pone n/ al a t s ec a ra ru ti n d an t er en can a s er ta p er g an ti an ji ka s uda h t ida k l aya k M oni tor ing da n e va lua si se ca ra rut in da n ter en can a d i s is tem tr a n smis i d is tr ib u si M oni tor ing ,ev al u as i k u al it as ai r da n pe ni ngka ta n pr os es pe ngol a ha n M oni tor ing da n e va lua si s er ta m e la kuka n pe na nggul a nga n ke boc or a n M e mb u at a lte rn a tiv e s u mu r b a ru P em be li a n kom pone n de nga n kua li ta s da n s pe si fi ka si ya ng s es u a i di pe rl uka n M em p er si ap k an p er sed ian kom pone n pe nge c eka n ka pa si ta s s um be r secar a r u ti n

sumber air habis 125 5 5 5

Pompa/komponen pompa rusak/spesifikasi tidak sesuai 125 5 3 5 3

Kualitas pipa jelek 225 2 5 3

Sudah waktunya ganti komponen pipa 225 5 5 3 Perawatan pipa tidak rutin 225 5 3 1

Pipa bocor 135 5 5 5 3

Sumber air tercemar 135 3 5 3

Kran d sistem tdk d buka 135 5 Stok d ground reservoar habis 135 2 5 1 air tercemar saat penistribusian 135 5 5 3 5 air luar masuk melalui pipa bocor 135 5 3 3 5

aus 225 5 5 2

kurang perawatan 225 5

tekanan tinggi 135 2 5 2 1

kualitas meteran rendah 135 3 5 3

8.545 4.510 1.485 2.025 1.030 6.295 3.345 720

1 3 6 5 7 2 4 8

Gambar 3 Matrik mitigasi risiko operasionalnya

Dari matrik mitigasi risiko operasional di PDAB didapatkan 3 aksi mitigasi yang diprioritaskan yaitu: 1)Pengecekan, pemeliharaan dan perbaikan komponen/alat

(8)

secara rutin dan terencana serta pergantian jika sudah tidak layak. Pengecekan di

system, pipa, alat dan komponennya harus dilakukan secara rutin sehingga ketika ada tanda-tanda akan terjadinya permasalahan pada system maupun peralatannya bisa dilakukan pencegahan ataupun perbaikan karena system ini langsung terhubung dengan penyaluran air bersih pada pelanggan selama 24 jam. 2) Pembelian komponen/peralatan

dengan kualitas dan spesifikasi sesuai yang diperlukan. Pembelian alat/komponen

haruslah sesuai dengan spesifikasi yang di butuhkan serta mutu dan kualitasnya harus terjamin agar alat tahan lama dan berfungsi dengan baik. 3)Monitoring dan evaluasi

secara rutin dan terencana di sistem transmisi distribusi. System transmisi dan

distribusi inilah yang mengatur pendistribusian air sehingga diperlukan monitoring dan evaluasi secara rutin.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari pemetaan bisnis menggunakan SCOR dan identifikasi risiko pada proses bisnis di

PDAB didapatkan 41 risiko serta 79 penyebab risiko pada pebuatan sumur baru dan 18 risiko serta 40 penyebab risiko pada operasionalnya.

2. Pada analisa menggunakan metode FMEA didapatkan 7 risiko dan 17 penyebab resiko yang diprioritaskan penangnannya dengan melihat nilai RPN yang merupakan perkalian antara severity occurance dan detection. Sedangkan pada kegiatan operasional ada 8 risiko dan 17 penyebab risiko.

3. Mitigation risiko dengan menggunakan QFD maka didapatkan mitigasi yang diprioritaskan pada pembuatan sumur baru sebagai berikut:

a. Pemilihan kontraktor dengan syarat yang ketat serta pencarian informasi kontraktor – kontraktor terbaik saat proses pengadaan

b. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan secara berkla serta peringatan sesuai mekanisme kontrak kerja

c. Pelatihan SDM

4. Pada kegiatan operasional di PDAB berupa penjualan air bersih didapatkan mitigasi yang diprioritaskan sebagai berikut:

a. Pengecekan, pemeliharaan dan perbaikan komponen/alat secara rutin dan terencana serta pergantian jika sudah tidak layak

b. Pembelian komponen dengan kualitas dan spesifikasi yang sesuai diperlukan

c. Monitoring dan evaluasi secara rutin dan terencana di sistem transmisi distribusi

DAFTAR PUSTAKA

Cohen, L. (1995), Quality Function Deployment, Addision Wesley Longman Inc, Amerika.

Carlson, C.S. (2012), Effective FMEAs, John Wiley & Sons Inc, Kanada

Gaspersz, V. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO

9001 : 2000, MBNQA, dan HACCP, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Fahmi, Irhan.(2011), Manajemen Risiko Teori, Kasus dan Solusi, Cetakan Kedua, Alfabeta, Bandung.

(9)

Mcdonald, Dave.(2004),Practical Hazops, Trips and Alarm, Cape Town: An imprint of Elsevier

Morris, Mark A. (2011), Faillure Mode And Effects Analysis Based on FMEA, 4th Edition, ASQ Automotive Division Webinar, M and M Consulting

Muslich, M. (2007), Manajemen Risiko Operasional Teori dan Praktek, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Pujawan, I .N. and Geraldin,L.H. (2009) House Of Risk: A Model For Proactive Supply

Chain Risk Management. Business Process Management Journal.

Pujawan, I N. dan Mahendrawathi, (2010), Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya

Saaty,T.L. (2001), Decision Making with Dependence and Feedback : The Analytical

Network Process, 2nd edition, RWS Publications, Pittsburgh.

Siagiaan, Y.M. (2005), Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia Bisnis, PT Grasindo, Jakarta.

Supply Chain Council, (2008), “ Supply Chain Operations Reference Model” (Version 10.0), [online] Available : https://supply-chain.org/f/SCOR-Overview-Web.pdf

Tunggal, A.W. (2009), Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasok), Harvarindo, Jakarta.

Vaughan,Emmett dan Vaughan, therese.(2001), Essentials of Risk Management an

Gambar

Gambar 1 Kerangka Kerja Analisa Risiko di PDAB Tahap Analisa dan Diskusi
Tabel 2 Penilaian Risiko Operasional
Gambar 2 Matrik mitigasi risiko pembuatan sumur baru

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan panjang berat ikan Ikan kerapu sunu ( P. leopardus ) yang tertangkap dominan fase reproduksi betina dibandingan dengan ikan kerapu macan ( E. fuscoguttatus

Feed Box : 2 Feed point to 2 stainless steel gravity Feed Box incorporating with adjustable Feed Gate valve with shut - off assembly Of Unique design,Permits of uniform

Pada era globalisasi hingga saat ini dengan dukung teknologi modern dan canggih yang sangat pesat, tidak kalah pentingnya dengan fungsi manajemen keuangan

(2) Sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk pelayanan rawat jalan rawat inap, rawat darurat,

Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Ekonomi Kewilayahan (PEW) merupakan program yang bertujuan untuk memberikan fasilitasi kepada usaha mikro kecil

 Kedalaman air yang baik minimum 5 m atau berjarak 2 m dari dasar jaring, hal ini akan memberikan kesempatan terjadinya pergantian masa air utamanya dibagian dasar jaring

Lingkungan kerja yang harus diperhatikan bukan hanya tentang lingkungan kerja fisik saja tetapi juga tentang lingkungan kerja non fisik yaitu hubungan antara satu karyawan

Artikel ini hanya membahas tentang bagian-bagian sabar menurut Imam al-Ghazali jadi tentunya beda dengan yang peneliti teliti karena yang peneliti teliti adalah