• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PELATIHAN MENGARANG TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL PADA ANAK USIA SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PELATIHAN MENGARANG TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL PADA ANAK USIA SEKOLAH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS

VERBAL PADA ANAK USIA SEKOLAH

Retna Murdaningsih

Sri Muliati Abdullah

Fakultas Psikologi

Universitas Mercu Buana Yogyakarta Abstract

This research is aimed to recognize the effect of writing training to enhance the verbal creativity level of school age children. The hypothesis of this research was that, there was the students that followed training had more verbal creativity. There are 25 students of 5th and 6th grade of SD

Sentolo III Yogyakarta assigned to experimental group and 25 students 5th and 6th SD Jlaban Yogyakarta assigned to control group. The

experimental design was pretest-postest control group design. The instrument of data measurement was Verbal Creativity Test. The result of independent sample t test indicated that there was a significant difference of verbal creativity score in posttest writing between experimental group and control group, which t = 5,861 (p<0,01). It means that writing training was effective for enhancing the verbal creativity level of school age children especially 5th and 6th grade students.

Key words : writing training, verbal creativity, school age children

PENGANTAR

Semua anak mempunyai potensi untuk kreatif, hanya saja tingkat kreativitas antara anak satu dengan anak yang lain berbeda-beda. Kreativitas perting untuk dikembangkan disebabkan beberapa alasan, yaitu bahwa (a) kreativitas merupakan kreasi seseorang sebagai perwujudan dirinya sehingga memperkaya hidupnya; (b) kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian masalah sehingga individu mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan melahirkan banyak gagasan; (c) kreativitas dapat memberikan kepuasan pada diri individu yang

(2)

bersangkutan atas pemikiran kreatifnya; dan (d) kreativitas dapat meningkatkan kualitas hidup melalui penemuan baru (Munandar, 1999).

Dukungan pengetahuan dan pengalaman dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat bagi anak masa sekolah berperan dalam mengembangkan kreativitasnya. Melalui dukungan yang diterimanya, anak pada masa sekolah yang memiliki ciri kritis dan ingin tahu terhadap sesuatu yang baru, akan termotivasi untuk terus maju (Munandar, 1999)

Kreativitas sebagai salah satu kemampuan mental manusia berkaitan dengan proses pembentukan hal-hal yang baru dan berbeda dari hasil lainnya yang mengarah ke hal-hal baru yang bersifat unik, baik verbal maupun non verbal, konkret maupun abstrak (Hurlock, 2002). Menurut Munandar (1999), kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Hasil penciptaan tidak selalu berasal dari sesuatu yang benar-benar baru, tetapi bisa juga merupakan penggabungan gagasan yang telah ada dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki individu. Kombinasi dari gagasan tersebut akan menjadi suatu hal yang baru. Kreativitas dibagi menjadi dua yaitu kreativitas verbal dan kreativitas figural. Kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang didapati dari kemungkinan jawaban terhadap satu masalah dan diungkap secara verbal. Sementara kreativitas figural adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide atau gagasan baru melalui gambar yang dibuat.

Kreativitas verbal terlihat melalui kemampuan berbahasa seseorang yang digunakan untuk menyampaikan ide melalui tulisan dan lisan (Munandar, 1999). Menurut Meliala (Suara Pembaharuan, 2004), kreativitas verbal atau bahasa digunakan sebagi kemampuan untuk berpikir dan menyampaikan hasil pemikirannya dengan jelas melalui percakapan, bacaan dan tulisan. Seseorang yang memiliki kreativitas verbal yang baik cenderung dapat melakukan komunikasi dua arah karena orang tersebut memiliki kelancaran ide dan dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang sehingga memiliki alternatif jawaban. Seseorang dengan kreativitas verbal yang baik memiliki kekayaan perbendaharaan kata sebagai indikasi pengetahuan yang dimiliki seseorang. Senada dengan pendapat di atas, Munandar (1995) mengemukakan kreativitas verbal merupakan kemampuan yang

(3)

terungkap secara verbal, berdasarkan data atau informasi yang didapati dari kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.

Kenyataan yang ada saat ini, kreativitas verbal anak tampak kurang. Hal ini nampak hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru beberapa SD di Sentolo Kulonprogo Yogyakarta terungkap bahwa jawaban yang diberikan anak terhadap soal-soal isian masih terbatas pada jawaban-jawaban singkat yang kurang mengembangkan daya kreativitasnya. Sementara jawaban anak terkait dengan pertanyaan secara lisan juga tampak masih terbatas pada jawaban pendek dan singkat, serta kurang bervariasi terutama dalam penggunaan perbendaharaan kata. Informasi tersebut menggambarkan bahwa ketrampilan berbahasa anak, baik lisan maupun tulisan masih tergolong rendah. Rendahnya ketrampilan berbahasa ini mengindikasikan juga rendahnya kreativitas verbal anak. Selain itu, berdasarkan wawancara juga diketahui bahwa anak-anak sering mengalami hambatan dalam menyampaikan tanggapan atau jawaban dari soal yang diberikan guru karena keterbatasan kata-kata. Jawaban atas pertanyaan biasanya cenderung pendek atau singkat dan memiliki kesamaan dengan informasi yang sebelumnya diterima dari guru tanpa melihat berbagai macam alternatif jawaban. Anak juga mengalami kesulitan dalam penuangan ide melalui karangan antara lain berhentinya menulis cerita di tengah karangan karena ide dan perbendaharaan kata yang dimiliki anak terbatas, kesulitan dalam mengakhiri karangan karena pengetahuan secara teori kurang mampu diterapkan pada praktiknya, penggunaan gaya bahasa dan ejaan yang digunakan anak kurang memberikan ciri khas karangan setiap anak.

Berbagai alasan yang dikemukakan di atas mengindikasikan bahwa anak lebih ditunjang untuk menggunakan pola berpikir konvergen yaitu proses berpikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat bukan proses berpikir divergen yaitu proses berpikir yang menghasilkan banyak alternatif penyelesaiannya. Selain itu, terbatasnya perbendaharaan kata dan terhambatnya kelancaran penggunaan kata juga telah mengindikasikan bahwa kreativitas verbal pada anak sekolah terutama di daerah Sentolo, Kulonprogo perlu ditingkatkan.

Kreativitas verbal pada masa anak sekolah salah satunya dapat dilihat melalui ketrampilan berbahasa yang mengarah pada penggunaan bahasa dengan baik dan benar (Munandar, 1999). Ketrampilan

(4)

berbahasa pada ketrampilan menulis merupakan komponen berbahasa yang berkembang pada fase terakhir setelah ketiga komponen lain yakni ketrampilan menyimak, berbicara dan membaca telah dikuasai dengan baik (Tarigan, 1993). Ketrampilan menulis pada anak sekolah dikembangkan salah satunnya melalui menulis karangan. Kegiatan menulis merupakan ungkapan gagasan secara sistematis melalui apa yang dilihat, didengar, diraba dan dipegangnya. Pada kegiatan menulis melibatkan tangan, mata dan otak dalam sebuah proses sinergis (Kompas, 2002).

Ketrampilan menulis lebih memiliki keuntungan daripada ketrampilan membaca. Melalui tulisan, paparan yang tersampaikan lebih bisa dipertanggungjawabkan dan teratur (Kompas, 2002). Melalui tulisan anak belajar mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan bahasa yang menarik, baik dalam isi maupun gayanya (Munandar, 1999).

Ketrampilan menulis erat kaitannya dengan ketrampilan mengarang. Kegiatan mengarang mengarah pada pola berpikir kreatif yang terlihat melalui 4 kriteria yaitu (a) kelancaran berpikir yaitu kemampuan menghasilkan banyak gagasan, jawaban, ataupun penyelesaian masalah berkaitan dengan berbagai hal, (b) kelenturan

(fleksibilitas) yaitu kemampuan menghasilkan ide atau jawaban yang bervariasi dengan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda dan menggunakan berbagai macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, (c) keaslian (orisinalitas) yaitu kemampuan seseorang untuk memikirkan ide-ide baru dan unik, mampu mengekspresikan diri dan membuat kombinasi dari berbagai bagian atau unsur, dan (d) kerincian (elaborasi), yaitu kemampuan seseorang untuk mengembangkan dan menguraikan ide secara terperinci dengan mempertimbangkan macam-macam implikasi sehingga menjadi menarik (Munandar, 1995).

Peningkatan kegiatan mengarang dapat dilakukan melalui pelatihan mengarang. Pelatihan mengarang adalah suatu rangkaian prosedur yang diberikan untuk melatih menyampaikan ide, menyusun kata-kata melalui tulisan dengan kaidah yang terkait dengan paragraf dan gaya bahasa. Pelatihan mengarang dapat memberikan kesempatan latihan kepada anak untuk menerapkan teori yang diberikan dan mengembangkan imajinasi anak dalam membentuk suatu cerita pada karangan. Imajinasi anak dapat berkembang melalui berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan cerita yang lebih bervariasi. Cerita tersebut dapat membantu anak dalam mengembangkan kreativitasnya

(5)

terutama kreativitas verbal (Munandar, 2004). Pelatihan mengarang akan melatih anak menuangkan ide dalam pikirannya melalui kata-kata yang membentuk suatu paragraf dengan koordinasi pikiran dan motorik yang akan menjadikan anak lebih leluasa dalam mengkomunikasikan ide melalui tulisan sehingga pesan yang disampaikan akan semakin jelas dengan suau gagasan yang logis, diekspresikan dengan jelas dan menarik (Taringan, 1993). Hal itu berarti bahwa keterampilan mengarang diharapkan dapat meningkatkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa anak.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin mengetahui peran pelatihan mengarang dalam meningkatkan kreativitas verbal pada masa anak sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kreativitas verbal pada subjek yang mendapat pelatihan mengarang dan yang tidak mendapatkan pelatihan mengarang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pelatihan mengarang dapat meningkatkan kreativitas verbal pada anak usia sekolah.

METODE

Subjek penelitian ini adalah siswa 5 dan 6 SD Sentolo III dan SD Jlaban, Kulonprogo Yogyakarta. Random dilakukan untuk menempatkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, hasilnya, SD Sentolo III sebagai kelompok eksperimen dan SD Jlaban sebagai kelompok kontrol. Jumlah keseluruhan adalah 50 orang dengan 25 orang kelompok orang kelompok eksperimen dan 25 orang kelompok kontrol.

Alasan memilih subjek kelas 5 dan 6 SD dalam penelitian ini adalah :

1. Siswa yang diambil adalah siswa pada masa anak sekolah yang berusia 10-12 tahun karena pada masa ini anak memiliki ciri-ciri munculnya bakat-bakat khusus, realistis, ingin belajar dan memiliki keterampilan ataupun kelancaran dalam hal membaca dan menulis (Yusuf, 2004). Selain itu pada usia tersebut subjek mudah diarahkan.

2. Sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa pada masa anak usia sekolah, penambahan kosakata dan pembentukan kalimat merupakan hal positif yang mengalami kemajuan. Biasanya anak telah lancar dalam membaca dan menulis.

3. Ketrampilan berbahasa dan ketrampilan menulis merupakan komponen berbahasa yang berkembang pada fase terakhir setelah

(6)

ketiga komponen lain yakni keterampilan menyimak, berbicara dan membaca telah dikuasai dengan baik (Taringan, 1993). Diasumsikan siswa SD kelas 5 dan 6 telah mencapai fase akhir tersebut.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen pretest-postest

kontrol group design. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

diberikan tes yang sama secara bersamaan (pretest). Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pelatihan mengarang sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan. Setelah pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen maka diadakan tes yang sama pada subjek kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dilakukan secara bersamaan (posttest). Bentuk rancangan tersebut adalah seperti berikut :

Tabel I

Bagan Rancangan Eksperimen

Kelompok eksperimen O1 X O2 R Kelompok kontrol O1 - O2 Keterangan : R : Random assigment O : Pretest X : Perlakuan O : Posttest

Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes yaitu berupa tes Kreativitas Verbal. Tes Kreativitas Verbal ini merupakan tes yang disusun oleh Munandar (Atiek, 2002), terdiri dari 6 subtes dan tiap-tiap subtes terdiri dari 4 aitem. Subtes tersebut meliputi :

1. Subtes Permulaan Kata

Pada subtes ini subjek memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan susunan huruf tertentu sebagai rangsangan. Tes ini mengukur kelancaran kata, yaitu kemampuan untuk menghasilkan kata-kata yang telah ditentukan, contoh : sa 2. Subtes Menyusun Kata

(7)

menggunakan huruf-huruf dari satu kata sebagai rangsangan. Seperti tes permulaan kata, tes ini mengukur kelancaran kata, tetapi tes ini juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi, contoh : proklamasi.

3. Subtes Membentuk Tiga Kalimat

Pada subtes ini subjek menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kalimat, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai rangsangan, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh beda-beda, menurut kehendak subjek. Contoh : A-l-g

4. Subtes tentang sifat-sifat yang sama

Pada subtes ini subjek menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan dalam waktu terbatas. Contoh: Merah dan Cair 5. Subtes Penggunaan Tidak Biasa

Pada subtes ini subjek memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan ukuran dari kelenturan dalam berpikir, karena dalam tes ini subjek harus dapat melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Kecuali untuk mengukur kelenturan dalam berpikir, tes ini juga mengukur orisinalitas dalam berpikir. Orisinalitas ditentukan secara statistik, dengan melihat kelangkaan jawaban yang diberikan.

6. Subtes Apa Akibatnya

Pada subtes ini subjek harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dalam suatu kejadian yang telah ditentukan sebagai rangsangan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan digabung dengan elaborasi, diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan gagasan, merincinya dengan mengembangkan macam-macam implikasi, contoh : apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti burung ?

Tes Kreativitas Verbal telah diuji validitas dan reabilitasnya, untuk mengetahui validitas tes ini digunakan beberapa kriterium. Korelasi antara pengukuran pemikiran divergen dan konvergen adalah 0,36 untuk SD dan 0,33 untuk SMP. Korelasi antara pengukuran divergen

(8)

dengan penulisan karangan adalah 0,35 untuk SD dan 0,31 untuk SMP; pengukuran antara pemikiran divergen dengan global rating

method adalah 0,45 untuk SD dan 0,40 untuk SMP (Munandar dalam

Atiek, 2002).

Penelitian lain yang dilakukan di lingkungan DIY, hasilnya menunjukkan bahwa reliabilitas dengan teknik belah dua sbesar 0,54-0,87 dan validitas Tes Kreativitas Verbal adalah 0,41-0,85 untuk ts 1% (Adiyanti dalam Atiek, 2002). Sementara itu penelitian yang dilakukan di kawasan pedesaan sekitar DIY, menunjukkan validitas 0,573-0,803 dan reliabilitas 0,544-0,709 dengan ts 5% (Nurrachmani dalam Atiek 2002).

Intervensi

Pelatihan adalah kegiatan yang direncanakan, dilaksanakan secara sistematis dan metodis untuk selanjutnya dievaluasi secara tuntas (Harjana, 2001). Pelatihan mengarang ini merupakan penelitian bersifat eksperimental yang memiliki ciri-ciri adanya manipulasi pada variabel bebas. Manipulasi tersebut dikenakan pada kelompok eksperimen yang diberi perlakukan berupa pelatihan mengarang.

Tujuan dari pelatihan mengarang ini untuk meningkatkan kemampuan mengarang, pengetahuan, kemampuan verbal pada anak. Modul pelatihan mengarang mengacu pada aspek kemampuan mengarang yang meliputi isi karangan, bentuk karangan, penggunaan tata bahasa dan gaya bahasa (Akhadiah, dkk, 2004). Adapula materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas 5 dan 6 sekolah dasar tentang mengarang dijadikan sebagai materi pendukung untuk menambah materi modul mengarang. Materi ini diberikan pada sesi materi I yang berisi tentang isi karangan, jenis paragraf. Pelatihan ini diberikan secara berkelanjutan pada suatu rangkaian prosedur pada modul pelatihan mengarang.

Pelatihan mengarang diberikan kepada SD Sentolo III Kulon Progo (kelompok eksperimen) selama 3 hari secara berkelanjutan dengan durasi 2 jam per hari. Perlakuan dalam jangka waktu pelaksanaan pelatihan tidak dibarengi dengan kegiatan di sekolah yang lain. Pada SD Jlaban (kelompok kontrol), peneliti tidak memberikan suatu perlakuan.

Sesi pelatihan mengarang terdiri dari pemberian materi tentang isi karangan, bentuk paragraf, penggunaan tata bahasa yang bertujuan untuk membentuk suatu cerita karangan menjadi, lancar, luwes, terinci

(9)

dan original dalam ide cerita. Metode yang digunakan untuk pemberian materi adalah metode ceramah plus tanya jawab dan tugas, metode penelitian, metode games dan metode diskusi kelompok.

Selain pemberian materi, subjek mendapat latihan mengarang secara berkelanjutan yang bertujuan untuk membiasakan dan memperlancar ide maupun perbendaharaan kata pada anak. Peserta juga diajak untuk mengevaluasi suatu karangan dengan tujuan agar peserta dapat menyampaikan ide secara lisan, mengolah pikiran kritisnya pada diri subjek dan menambah wawasan maupun perbendaharaan kata.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pelatihan Mengarang

Hari Sesi Materi & Alokasi waktu Tujuan

Pertama I Ice breaking dan perkenalan (15’)

a. Topik, tema, judul Mengetahui tentang & kerangka karangan kemampuan menentukan b. Pengertian paragraf isi karangan dan paragraf

& jenis-jenis paragraf (50’)

II Topik, tema, judul dan Memahami tentang kerangka karagan (25’) kemampuan menentukan

isi karangan

III Latihan tentang Membiasakan anak

penggunaan paragraf menggunakan paragraf dalam karangan (30’) dalam karangan

Kedua I Games (20’)

Latihan membuat Membiasakan

karangan dengan topik membuat karangan

”Kegiatanku Sehari dan menumbuhkan

Kemarin” (35’) keberanian

II Latihan membuat Meningkatkan

suatu karangan topik ” keterampilan mengarang Lingkungan Sekolahku” pada anak

(35’)

Ketiga I Ice Breaking

Membuat suatu Mengasah ide kreatif

karangan dengan tema anak dalam melakukan

bebas (45’) kegiatan mengarang

II Mengevaluasi suatu Dapat berperan aktif dan

(10)

Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan uji-t karena peneliti ingin mengetahui pengaruh pelatihan mengarang melalui uji perbedaan skor kreativitas verbal antara kelompok subjek yang mendapat pelatihan mengarang dan kelompok subjek yang tidak mendapat pelatihan mengarang. Data yang akan dianalisis adalah

gained score yaitu selisih skor posttest dengan skor pretest

HASIL

1. Deskripsi Data

Tabel 3

Deskripsi Data Kreativtas Verbal

Tes Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Kreativitas Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Verbal

Pretes -2,07 6,10 0,43 2,27 -4,06 3,88 -0,43 2,53

Postes -2,32 7,73 1,67 2,28 -4,11 1,23 -1,67 1,56

Selisih -1,57 5,05 1,23 1,76 -3,91 0,57 -1,23 1,15

Rata-rata skor tes kreativitas verbal pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata skor tes kreativitas verbal kelompok kontrol.

2. Uji Prasyarat

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis penelitian. Semua data yang telah diperoleh dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu sebelum dilakukan uji hipotesis. Uji persyaratan tersebut meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi suatu data. Uji normalitas menggunakan

Kolmogorov Smirnov test. Hasil yang diperoleh menunjukkan

nilai KS-Z sebesar 0,198 (p>0,05) untuk nilai pretest, 0,099 (p>0,05) untuk nilai posttest, dan 0,098 (p>0,05) untuk selisih nilai postest dengan pretest. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data pretest, posttest dan selisih

(11)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui homogen atau tidaknya data penelitian. Hasil uji homogenitas dengan menggunakan Leven test menunjukkan koefisien homogenitas sebesar 0,660 (p>0,05) untuk nilai pretest 0,959 (p>0,05) untuk nilai posttest, dan 3,171 (p>0,05) untuk selisih posttest dengan

pretest. Berdasarkan hasil tersebut data pretest, posttest dan selisih posttest-pretest adalah homogen.

3. Uji Hipotetis

Uji hipotesis yang digunakan adalah Independent Sampel T Test. Data yang digunakan dalam uji hipotesis adalah gained score atau selisih antara posttest dan pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai t sebesar 5,861 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan peningkatan kreativitas verbal antara kelompok yang mendapat pelatihan mengarang dengan kelompok yang tidak mendapat pelatihan mengarang. Kelompok yang mendapat pelatihan mengarang mengalami rerata peningkatan kreativitas verbal yang lebih tinggi (1,234) dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan pelatihan mengarang (-1,233).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa ada perbedaan kreativitas verbal antara kelompok subjek yang mendapat perlakuan berupa pelatihan mengarang (kelompok eksperimen) dengan kelompok subjek yang tidak mendapat pelatihan mengarang (kelompok kontrol). Kelompok yang mendapat pelatihan mengarang mempunyai peningkatan kreativitas verbal yang lebih tinggi daripada subjek yang tidak mendapat pelatihan mengarang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini berarti bahwa pelatihan mengarang dapat meningkatkan kreativitas verbal pada anak usia sekolah.

Mengarang adalah kegiatan mengutarakan berbagai alternatif ide yang disampaikan dalam bentuk cerita. Seorang anak yang sering melakukan aktivitas mengarang akan memiliki perbendaharaan kata yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Munandar (1995) yang mengatakan bahwa kegiatan mengarang mengarahkan pada pola

(12)

berpikir kreatif yang terlihat pada 4 kriteria yaitu kelancaran, kelenturan, keaslian, dan elaborasi.

Pelatihan mengarang diberikan secara berkelanjutan yang berisi materi, latihan dan mengkritisi suatu karangan. Pelatihan mengarang memberikan teori dalam mengarang dan kesempatan latihan membuat karangan berulang-ulang sehingga anak mendapatkan pengetahuan dan kesempatan untuk mengasah wawasan dan kemampuan mengarang. Kesempatan yang diberikan pada pelatihan mengarang ini memberikan waktu lebih banyak kepada anak untuk berlatih dibandingkan dengan kesempatan yang dijadwalkan pada waktu sekolah. Perbendaharaan kata yang dihasilkan anak semakin banyak dan terinci dengan karya yang asli atau orisinil sehingga keterampilan berdasarkan pada anak dapat terasah pula (Munandar, 2002).

Pelatihan mengarang terdiri dari beberapa sesi yang setiap sesinya berhubungan dengan aspek-aspek kreativitas verbal pada masa anak sekolah. Aspek tersebut antara lain kelancaran berpikir, kelenturan dalam penggunaan kata, keaslian karya dan kerincian cerita. Pelatihan mengarang memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengembangkan ide kreatifnya dengan materi, latihan dan kegiatan mengevaluasi karangan sehingga anak lancar, lentur dan terinci dalam menghasilkan karangan. Selain itu karangan yang dihasilkan juga original.

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga hari yang terdiri dari pemberian materi, latihan dan mengkritisi karangan. Pada hari pertama yaitu ice breaking, materi dan latihan. Ice breaking dilakukan untuk mengakrabkan antara fasilitator dengan peserta pelatihan. Pemberian materi tentang kemampuan isi karangan dan kemampuan menentukan bentuk paragraf. Pada bagian ini bertujuan untuk pengorganisasian dalam penyusunan gagasan karangan secara logis dan teratur (Akhadiah, dkk, 2004). Selain materi diberikan pula latihan yang bertujuan untuk membiasakan anak dengan materi tersebut dan terbiasa dengan kegiatan mengarang. Respon yang diberikan anak pada hari pertama ini adalah masih kurang akrab tetapi karena keaktifan dalam melakukan komunikasi kepada anak dari fasilitator tersebut anak tidak merasa asing dengan fasilitator.

Pada hari kedua adalah pemberian games, latihan membuat karangan dengan topik ”Kegiatanku Sehari Kemarin” dan ”Lingkungan Sekolah”. Dengan topik tersebut anak lebih mudah mengutarakan ide

(13)

cerita dalam bentuk kalimat sehingga menjadi suatu karangan yang apik. Pemberian latihan yang sering dilakukan, dapat membantu anak dalam memperlancar menyampaikan ide-ide kreatif dalam kegiatan mengarang dan menambah suatu perbendaharaan kata (Syah, 2002).

Setiap anak dalam melakukan kegiatan mengarang memiliki suatu ciri atau gaya bahasa tersendiri. Originalitas atau keaslian tiap anak dalam karangan akan berbeda pula karena kepribadian tiap anak berbeda-beda (Munandar, 2004). Pada hari kedua ini, awal mengungkapkan ide dalam tulisan merasa terhambat tetapi sesaat setelah mulai mencoba menulis anak-anak lancar dalam menyampaikan idenya, hal ini terlihat melalui lancarnya anak dalam menulis suatu karangan.

Pada hari ketiga, anak diberi tugas mengarang bebas dan mengevaluasi suatu karangan. Tujuan dari tugas mengarang bebas adalah memberikan anak kebebasan dalam berekspresi. Menggunakan daya khayalnya atau imajinasi cerita untuk menjadi suatu cerita (Munandar, 2002). Mengarang bebas ini juga membantu anak dalam menghasilkan cerita yang sesuai dengan keinginan anak sehingga cerita yang dihasilkan lebih bersifat original atau asli. Pada kegiatan ini anak juga sempat bertanya kepada fasilitator, tetapi setelah beberapa saat dapat melakukan kegiatan mengarang dengan lancar hingga saat waktu habis anak tidak ingin berhenti menulis.

Tujuan dari mengevaluasi suatu karangan adalah melatih anak berpikir kritis terhadap suatu masalah yang dihadapi sehingga wawasan dan pola pikir anak semakin terarah (Taringan, 1993). Tujuan lain adalah peserta akan lebih berani dalam menyampaikan suatu aspirasi dan melakukan tindakan yang benar. Selain itu mengevaluasi suatu karangan dapat memberikan ide secara original. Pada kegiatan ini fasilitator menunjuk anak terlebih dahulu untuk memancing anak berani berpendapat.

Secara garis besar pelaksanaan kegiatan pelatihan mengarang ini berjalan lancar. Materi yang diberikan dapat menambah pengetahuan mengenal kemampuan mengarang khususnya pengorganisasian mengarang. Modul pelatihan mengarang cukup efektif untuk melakukan platihan mengarang. Berdasarkan evaluasi yang dlakukan peneliti, kegiatan pelatihan mengarang ini dapat membantu anak dalam mengasah kemampuan mengarang. Hal tersebut terlihat dari pengorganisasian anak dalam membuat karangan lebih teratur dan ide

(14)

karangan terlihat lebih original. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan mengarang secara tidak langsung juga meningkatkan kreativitas verbal.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan mengarang dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas verbal pada masa anak sekolah. Pelatihan ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan dalam dunia pendidikan terutama dalam hal mengarang. Hal ini dibuktikan dengan tingginya kreativitas verbal subjek yang mendapat pelatihan mengarang. Sebaliknya, subjek yang tidak mendapat pelatihan mengarang tampak memiliki kreativitas verbal yang lebih rendah.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kreativitas verbal antara subjek yang mendapat pelatihan mengarang dengan subjek yang tidak mendapat pelatihan mengarang. Subjek yang mendapat pelatihan mengarang memiliki tingkat kreativitas verbal lebih tinggi daripada subjek yang tidak mendapat pelatihan mengarang. Hal tersebut membuktikan bahwa pelatihan mengarang dapat meningkatkan kreativitas verbal pada masa anak sekolah.

Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat direkomendasikan pada guru di sekolah untuk mengadopsi materi-materi sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kreativitas verbal siswa.

Bagi peneliti selanjutnya, peneliti merekomendasikan untuk lebih penyempurnaan modul antara lain penilaian ahli (profesional

judgment) yang tidak hanya dilakukan oleh guru-guru (ahli di bidang

teknis) akan tetapi dilakukan penilaian pada ahli perkembangan anak dari ahli bahasa. Penempatan subjek dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lebih baik jika dilakukan secara random. Selain itu, perlu penambahan waktu penelitian sehingga dapat membiasakan anak dalam mengarang.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S; Maidar, G.A ; & Sakura, H.R. 2004. Pembinaan Kemampuan

Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga

Atiek, K. R. 2002. Efektivitas Membaca Cerita Fiksi Terhadap Peningkatan KreativitasVerbal Pada Masa Anak Sekola. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Universitas Wangsa Manggala

(15)

Harjana, A.M. 2001. Training SDM yang Efektif. Yogyakarta : Kanisius Hurlock, E.B. 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga

Meliala, A. 2004. Kurikulum Pendidikan Jangan Memberatkan Anak. Dalam http:/www.suarapembaharuan.com/News/2004/08/29/Profil/ andyda,htm. Diakses tanggal 6 April 2006

Munandar, U. 1995. Pengembangan Kreativitas dan Anak Berbakat. Jakarta : Rieneka Cipta

Munandar, U. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua). Jakarta : PT Gramedia

Munandar, U. 2002. Kreativitas Dan Keberbakatan (Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Munandar, U. 2004. Kurikulum Padat, Kreativitas Anak Terabaikan.

Dalam hhtp://www.intanpariwara.co.id/2004/07/12/Profil. Diakses tanggal 13 Maret 2006

Syah, M. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Taringan, H.G. 1993. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berhasa. Bandung : Angkasa

Tim Kompas, 2002. Tradisi Menulis Tolak Ukur Kemajuan Bangsa. Kompas. 26 Agustus

(16)
(17)

Gambar

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pelatihan Mengarang Hari Sesi Materi &amp; Alokasi waktu Tujuan Pertama I Ice breaking dan

Referensi

Dokumen terkait

Media pembelajaran tersedia sesuai kebutuhan pengguna, dapat diakses oleh program studi dengan sangat mudah, memiliki kualitas dan sistem perawatan yang cukup baik.

Jumlah sampel 32 responden dibagi menjadi kelompok kontrol (16) dan intervensi (16), Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sample. Pada kelompok intervensi dilakukan

Siswa juga memberikan perhatian terhadap pelajaran sosiologi yaitu dengan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi yang disampaikan karena guru menyampaikan

Modus lain yang digunakan oleh PT Indosat Tbk adalah dengan mengadakan program Free Talk yang berlangsung sejak april 2006, padahal program promosi ini bukan diskon

Maka dari itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses komunikasi interpersonal antara orang tua tunggal (ibu) dengan anak dalam

Skripsi dengan judul “Studi efektivitas biaya antibiotik pada pasien Community-Acquired Pneumonia di RSUD Dr.Soetomo Surabaya”.. ini disusun untuk memenuhi

hukum. Hak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi. Perlindungan hukum terhadap hak-hak tersangka/terdakwa di atas merupakan upaya-upaya untuk mendukung asas praduga

Teknik konservasi tanah dengan bedengan searah lereng selang seling guludan kontur disertai pemupukan ½ dosis rekomendasi dapat mengurangi laju erosi menjadi 26,98 ton/ha (turun