• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stratigrafi Regional Daerah Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stratigrafi Regional Daerah Penelitian"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

STRATIGRAFI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

Beedasarkan regional daerah pemetaan geologi lanjut termasuk dalam lembar peta regional Bogor dan Jakarta. Adapun formasi batuan yang terdapat di dalamnya yaitu:

Gamabr 1. Log Korelasi Satuan Batuan Peta Geologi Regional (Effendi dkk, 1998 & Turkandi dkk, 1992).

1. Formasi Jatiluhur ( )

(2)

sisipan batu pasir kuarsa, bertambah pasiran ke arah timur berumur miosen tengah dan memjamari dengan formasi klapanunggal. Di daerah Antiklin tipe Jatiluhur ini satuannya terdiri dari napal bersisipan batugamping “packstone”. Napal disini berwarna abu-abu, mengandung fragmen karbon, banyak fosil foraminifera kecil, berlapis buruk. Batugamping “packstone” berwarna coklat, terdiri dari fragmen foraminifera besar dan kecil serta algae, berbutir sangat kasar sampai halus, terpilah sedang, kemas tersusun membentuk perlapisan, padat, berstruktur silang siur. Batupasir gampingan berwarna abu-abu kecoklatan, berbutir sedang sampai sangat halus, terpilah sedang, menyudut tanggung, semen gamping, porositas baik, dapat diremas, berlapis tebal, mengandung struktur acakan binatang.

Diawali dengan batu pasir, berubah keatas menjadi batugamping “wackestone” setebal 3 sampai 30 cm berselang-seling dengan serpih gampingan setebal 1 sampai 10 cm, seperti terlihat di Sungai Cihoe. Pada top lapisan terdapat napal dengan sisipan batugamping “packstone” setebal 0,3 sampai 5 m. Batulempung bagian bawah berwarna abu-abu tua, getas, terkadang gampingan, mengandung nodul batugamping “mudstone” konkresi besi dan retakan-retakan yang diisi oleh kalsit kristalin. Sisipan-sisipan batupasir disini berwarna abu-abu dan coklat, berbutir sangat halus sampai halus.

Struktur sedimen yang terdapat adalah laminasi paralel pada bagian bawah dan silang siur kecil pada bagian atasnya, serta lubanglubang binatang yang horizontal seperti terdapat pada lokasi di Sungai Cihoe. Batas antara sisipansisipan batupasir ini dengan batulempung adalah tajam. Makin keatas terdapat selang-seling batugamping “wackestone” setebal 3 sampai 30 cm dengan serpih gampingan setebal 1 sampai 10 cm.

Pada Sungai Cidurian dan Sungai Cikaniki satuannya terdiri dari batupasir, lempung dan serpih berupa sisipan tipis dalam gamping. Batupasir di bagian bawah berwarna kelabu, berbutir kasar sampai halus, menyudut tanggung, sampai membulat tanggung, gampingan, serpihan, kadang-kadang bersifat lanauan, mengandung cangkang mollusca, struktur sedimen terdiri dari lapisan bersusun, silang siur, gelembur gelombang dan berubah keatas menjadi lanau, serpih atau lempung yang berwarna hijau dengan struktur sedimen gelembur gelombang, dan flaser. Di daerah

(3)

tengah bagian bawah pada umumnya terdiri dari lempung, serpih dan lanau berwarna hijau kelabu, kehijau-hijauan gampingan, satuan umumnya penuh dengan bekas jejak binatang (trace fossil). Lingkungan pengendapan Formasi Jatiluhur adalah berupa laut dangkal, dengan temperatur hangat (warm) dan kegaraman normal.

2. Formasi Klapanunggal ( )

Ciri umum batuan ini adalah batugamping, termasuk kedalamjenis batugamping terumbu. Umumnya gamping kaya akan fosil, berwarna abu-abu muda sampai putih kekuningan, jarang yang berwarna coklat muda. Beberapa tempat sangat dolomitan, sedangkan di tempat lain dapat berubah menjadi pasiran sampai napalan.

Bagian bawah di daerah Parigi, berciri “boundstone”, kaya akan koral, ganggang, foraminifera. Bagian atas gamping agak pasiran, berwarna putih abu-abu, mengandung kwarsa, bioklastik, fragmen saling bersentuhan membentuk “packstone” (Bhanuindra, 1974). Pada pemboran umumnya ditemukan ciri sama seperti di singkapan. Disini umumnya porositasnya baik. Lingkungan pengendapan Formasi Klapanunggal adalah berupa laut dangkal, dengan temperatur hangat (warm) dan kegaraman normal.

3. Formasi Serpong ( )

Tersusun oleh perselingan konglomerat, batu pasir,batu lanau, batu lempung dengan sisa tanaman, konglomerat batu apung dan tuf batu apung.

Konglomerat, hitam kebiruan, terdiri dari beraneka ragam komponen, yaitu andesit, basal, batu gamping dan rijang, setempat terdapat fosil kayu, matriks pasir hitam, kemas terbuka, pemilahan sedang, komponen berumur 7-12 cm, setempat sampai 30 cm, membundar-tanggung membundar, berstruktur imbrikasi (”imbrication”). Pada umumnya mengisi bagian yang tererosi pada batuan yang lebih tua (Formasi Bojongmanik). Di bagian atas, konglomerat ini mengandung batu apung yang berukuran lebih kecil dari (3-5 cm) dengan matrik pasir tufan.

Batu pasir, kelabu kehijauan, halus-sedang, membundar tanggung-membundar baik, pemilihan sedang, sebagian berstruktur silang siur, tebal lapisan 60-200 cm, berselang seling dengan konglomerat. Batu lanau, kelabu kehitaman, berstruktur

(4)

perairan, mengandung banyak sisa tanaman seperti daun, batang dan tunggul pohon, berselang seling dengan konglomerat, tebal lapisan 50-300 cm. Batu lempung, kelabu kehitaman, pejal dan berstruktur perairan, mengandung sisa tanaman dan bekas galian binatang, berselang seling dengan konglomerat, tebal lapisan 30-100 cm. Konglomerat batu apung, putih kekuningan, komponen terdiri dari batu apung andesitan, pemilihan baik, berukuran 3-5 cm, matrik tufan kelabu cerah, berselang seling dengan tuf batu apung.

Tuf batu apung, putih, berbutir kasar, pemilihan jelek, membundar tanggung hingga membundar, tersusun dari pasir kasar (lapili) bersusunan andesitan, berstruktur silang siur, semakin ke atas semakin halus dan menjadi tuf halus yang berstruktur perairan, setempat bersisipan pasir hitam. Kemiringan batuan 5-100 dengan arah jurus timur laut-barat daya.

Dalam formasi ini tidak ditemukan adanya fosil. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang menindih secara tidak selaras Formasi Bojongmanik dan Formasi Genteng, dan ditindih secara selaras oleh batuan vulkanik muda. Diduga Formasi Serpong berumur Pliosen Akhir.

Berdasarkan kenampakan batuan, struktur sedimen dan bentuk sebarannya yang di sepanjang sungai, maka formasi ini diduga diendapkan pada sungai tua yang berpola menganyam dan bertanggul (levee), dan sebagian di endapkan pada lingkungan rawa.

4. Basalt Gunung Dago ( )

Batuan terobosan bersifal basalt piroksen, terkekarkan dan bersifat lapuk. batuan beku, warna terang, tekstur (aliran) halus, hipokristalin inequigranular, bentuk subhedral sampai anhedral, komposisi mineral terdiri dari mineral plagioklas, piroksen, mineral bijih dan gelas. Tekstur khusus trakhitik dan intersertal. Batuan ini berumur Mio-Plio.

5. Breksi dan Lava Gunung Kencana dan gunung Limo ( )

Satuan batuan ini terdiri dari bongkahan andesit dan breksi andesit dengan banyak sekali fenokris piroksen dan lava basal. Karena satuan ini menindih tidak

(5)

selaras terhadap Formasi Jatiluhur umur satuan ini relatif lebih muda yaitu pleistosen. 6. Kipas Aluvium ( )

Tuf halus berlapis, tuf konglomerat berselang-seling dengan tuf pasiran dan batu apung. Tuf halus, kelabu muda, berlapis tipis, pejal, merupakan bagian bawah dari satuan ini. Tebal yang tersingkap sekitar 2 m. Sebagian lapisannya memperlihatkan perairan sejajar.

Tuf Konglomeratan, putih kekuningan, kemas terbuka, pemilihan buruk, membundar tanggung-membundar sempurna, berbutir 1-3 cm, tersusun oleh andesit dan kuarsa, matrik tuf halus, tebal kira-kira 1,5 m. Tuf pasiran, kelabu muda, pemilihan buruk, berbutir halus-kasar, membundar tanggung-membundar, bersusunan andesitan, bersisipan selang-seling dengan tuf konglomeratan. Tuf batu apung, kuning kecoklatan, kemerahan, mengandung konkresi besi (2-3 cm) dan fragmen batu apung, membundar tanggung sampai membundar, garis tengah 3-5 cm dan kerikil kuarsa yang bundar, menindih langsung tuf konglomeratan. Tebal sekitar 3 m.

Satuan ini membentuk morfologi kipas dengan pola aliran ”dischotomic”. Pengendapanya diduga pada lingkungan darat, bahan pembentuknya berasal dari batuan gunung api muda di Dataran Tinggi Bogor. Umur satuan ini diduga Pleistosen Akhir atau lebih muda. Tebal satuan ini diduga sekitar 300 m. Satuan ini terlempar sangat luas, dari selatan ke utara. Di selatan pada lembar Bogor membentuk kipas aluvium (Qav), sedangkan pada lembar Karawang merupakan satuan Konglomerat dan Batu Pasir Tufan (Qav).

7. Endapan Aluvium ( )

Terdiri dari lempung pasir, kerikil , kerakal dan bongkahan. Endapan ini meliputi endapan pantai sekarang, endapan sungai dan rawa. Sebaran satuan ini terlampar di sepanjang pantai utara dan di sepanjang lembah sungai besar. Endapan ini menyebar luas ke arah timur pada lembar Karawang yang terdiri dari endapan sungai muda (Qa), endapan dataran banjir (Qaf) dan endapan batu dangkal (Qac).

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, R.W. Van. 1949. The Geology of Indonesia, Vol. IA. The Hague Martinus Nijhoff: Netherland, 723 h

Effendi, A.C. et.all. 1998. Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi: Bandung

Lowell, A. 2014. Petrografi Basalt Gunung Dago. http://www.academia.edu/8586989/ Petrografi_Basalt_ Gunung_Dago

Martodjoyo, Soejono. 1984. Evolusi Cekungan Bogor. Penerbit ITB, Bandung

Prayogi, T. et.all. 2014. Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Universitas Padjadjaran: Jatinangor

Turkandi, S. et.all. 1992. Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi: Bandung

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Gedung Stasiun Kereta Api adalah gedung untuk operasional kereta api yang terdiri dari gedung untuk kegiatan pokok, gedung untuk kegiatan penunjang dan gedung untuk kegiatan

Kemampuan mengembangkan media pengajaran dan berbagai pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani harus benar-benar dikuasai dan dimiliki oleh

terhadap praktik manajemen laba,akan tetapi sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan hasil menunjukan bahwa

Rembet.2014.Penambahan Tepung Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) dan Tepung Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc) dalam Ransum Komersial Terhadap persentase

Seperti terlihat pada gambar 10 dengan kecepatan gerak piston yang sama tetapi lubang aliran oli berbeda akan memberikan efek peredaman berbeda pula, gambar 10a (mempunyai

Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan umpan balik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa dalam suatu

Hasil penerapan pelayanan informasi obat di Apotek wilayah Kota Tangerang Selatan adalah hasil data pengisian kuisioner yang diberikan kepada Apoteker yang hadir

Semua informasi yang berhubungan dengan produk ini dan / atau saran untuk penanganan dan penggunaan yang tercantum disini adalah benar dan dapat dipercaya. .Akan tetapi Akzo