• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika Dakwah Kampus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Problematika Dakwah Kampus"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH AGAMA ISLAM II

PROBLEMATIKA DAKWAH KAMPUS

Oleh : 1. Aminatus Zahro (081411231046) 2. Bibi Benazir (081411231059) 3. Ucha Nadia F (081411233019) 4. Ruwaidatus Sholihah (081411331036) 5. Mayasari Hariyanto (081411555013) 6. Nur Roudho (081411531013) 7. Eva Fahmadiyah (081411731039)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

ii

DAFTAR ISI

COVER ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan ... 3 BAB II PEMBAHASAN ... 4 2.1 Makna Dakwah ... 4 2.1.1 Dakwah Kampus ... 4

2.1.2 Problematika Dakwah Kampus ... 5

2.2 Dalil Motivasi Berdakwah ... 5

2.3 Jenis Dakwah ... 6

2.4 Manhaj Dakwah ... 11

2.5 Sifat-sifat Nabi ... 16

2.6 Tujuan Dakwah ... 20

2.7 Problematika Dakwah Kampus dan Solusinya ... 21

2.7.1 Solusi Permasalahan Dakwah Kampus ... 22

BAB III PENUTUP ... 25

3.1 Simpulan ... 25

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu gejala yang menarik untuk diperhatikan di kalangan Perguruan Tinggi akhir-akhir ini ialah kondisi kehidupan keagamaan. Kerinduan dan keinginan untuk membangun kehidupan yang islami telah mendorong para aktivis muslim untuk menggencarkan aktivitas dakwah di lingkungan kampus. Dakwah sendiri ialah suatu aktivitas mengajak, menyeru , atau mendorong manusia untuk berbuat baik, sebagaimana Allah memerintahkannya dalam Al-Qur’an surat Ali Imran : 104,

“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran : 104).

Berdasarkan perintah tersebut, kita diperintahkan untuk senantiasa mengajak atau berdakwah kepada kebaikan. Dakwah tidak hanya dilakukan pada kalangan orang-orang yang alim, tetapi berbagai lapisan masyarakat pun seharusnya tersiram oleh dakwah, tak terkecuali masyarakat kampus. Kampus yang umumnya sebagai tempat dimana kaum intelektual belajar dan bergelut dengan buku-buku tebal, tempat dimana para generasi muda penuh semangat dengan pemikiran-pemikiran yang brilian dapat menjadi media yang efektif untuk pergerakan dakwah. Kampus adalah bentuk miniatur kecil sebuah negara, dimana didalamnya terdapat masyarakat yang komplek dan terdapat organisasi-organisasi mahasiswa maupun komunitas dalam kelembagaan kampus yang statusnya formal. Disinilah kemudian lahir pemimpin-pemimpin masa depan, mahasiswa dapat mengembangkan potensinya dalam ruang lingkup yang kecil atau yang lebih besar lagi. Mahasiswa yang terkenal sebagai agent of change adalah aset terbesar suatu bangsa dalam melakukan pergerakan dan perubahan. Hal ini tak dapat dipungkiri jika dilihat dari berbagai peristiwa bersejarah yang telah dilalui negara ini tak luput dari generasi muda maupun mahasiswa. Oleh karena itu mahasiswa dapat

(4)

2 mengambil peran sebagai pengajak, pembawa perubahan, atau pendakwah dikalangan kampus.

Dakwah kampus sedikit berbeda dengan dakwah pada umumnya, dimana target atau sasarannya adalah orang-orang yang berintelektual, memiliki latar belakang yang bermacam-macam, penuh dengan pemikiran-pemikiran budaya, sehingga perlu metode khusus dalam penyampaiannya. Salah satu tujuan besarnya adalah membumikan dinul Islam dan tujuan khususnya adalah mensuplai alumni yang berafiliasi terhadap Islam serta mengoptimalkan peran kampus dalam proses transformasi masyarakat menuju masyarakat yang madani. Dengan tujuan tersebut, maka dakwah kampus merupakan sebuah dakwah yang harus dilakukan. Untuk seorang Aktivis Dakwah Kampus (ADK), dakwah di kampus dapat dijadikan sebagai langkah awal dalam latihan berdakwah, sebagai tempat latihan beramal, mempersiapkan diri untuk memasuki medan dakwah yang lebih berat, yakni dakwah di masyarakat kelak (Rosada, et al., 2007).

Pada realitanya, menjalankan sebuah tugas atau amanah dakwah bukanlah perkara yang mudah.Seperti halnya kehidupan, ada rintangan dan hambatan yang harus dilalui untuk dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. Problematika dakwah kampus tidak hanya menyangkut penda’i dan sasarannya, melainkan juga lingkungan yang dapat mendukung maupun menghambat jalannya dakwah. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai problematika dakwah kampus dan solusinya. Sehingga dapat mengidentifikasi dan menjawab masalah-masalah yang sering timbul dalam dakwah kampus.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa makna dakwah dan dalil yang mendasari perintah berdakwah ?

2. Bagaimana jenis-jenis dakwah dan manhaj dakwah yang benar dan sesuai dengan contoh Rasulullah ?

3. Bagaimana problematika dakwah yang terjadi di kampus dan solusi permasalahannya ?

(5)

3 1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui makna dakwah dan dalil yang mendasari perintah berdakwah. 2. Untuk mengetahui jenis-jenis dakwah dan manhaj dakwah yang benar dan sesuai

dengan contoh Rasulullah.

3. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi problematika dakwah yang terjadi di kampus dan solusi permasalahannya.

(6)

4 BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Dakwah

Secara etimologis, menurut para ahli bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu kata da’a-yad’u-da’watan, yang memiliki arti ”mengajak” atau ”menyeru”. Secara terminologis, dakwah adalah mengajak atau menyeru manusia agar menempuh kehidupan ini di jalan Allah Swt, berdasarkan ayat Al-Quran:

"Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik..." (QS.

An-Nahl:125). Pengertian dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik, sehingga mereka meninggalkan thagut dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.

Setiap perkataan, pemikiran, atau perbuatan yang secara eksplisit ataupun implisit mengajak orang ke arah kebaikan (dalam perspektif Islam), perbuatan baik, amal saleh, atau menuju kebenaran dalam bingkai ajaran Islam, dapat disebut dakwah. Berikut merupakan dalil dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 25 yang menerangkan mengenai dakwah.

ٍميِقَتْسُم ٍطا َر ِص ٰىَلِإ ُءاَشَي ْنَم يِدْهَي َو ِم َلَهسلا ِراَد ٰىَلِإ وُعْدَي ُ هاللَّ َو Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).

2.1.1 Dakwah Kampus

Dakwah kampus merupakan suatu istilah yang terdiri dari dua kata, yaitu dakwah dan kampus. Masing-masing kata tersebut merupakan istilah yang diambil dari Bahasa asing, bukan istilah dari Bahasa Indonesia. Kata “dakwah” berasal dari Bahasa arab ةوعدلا (ad-da’wah) yang berarti memanggil, mengundang, meminta, mengajak, menyeru, mendorong, dan memohon. Sedangkan kampus merupakan komunitas yang sarat dengan

(7)

5 potensi. Kampus dianggap tempat yang paling strategis dalam melahirkan calon-calon pemimpin bangsa. Artinya, kampus sebagai pusat orang-orang yang unggul (centre of excellent). Melalui lembaga-lembaga yang ada, setiap warga kampus berpeluang mengembangkan potensinya.

2.1.2 Problematika Dakwah Kampus

Problematika dakwah kampus merupakan masalah atau kendala-kendala yang dihadapi baik saat melakukan dakwah ataupun setelah dan sebelum melakukan dakwah yang dialami oleh para da’i. Problematika dakwah kampus merupakan permasalahan penyampaian seruan dakwah dan pengkajian nila-nilai islami di dalam kampus.

Kini, problematika dan tantangan Dakwah Kampus semakin hari semakin berat. Ada dua faktor yang mempengaruhi dakwah kampus, yaitu faktor intern dan ekstern.

2.2 Dalil Motivasi Berdakwah

Berikut diberikan beberapa dalil mengenai motivasi dalam berdakwah.  Surat Fushilat ayat 33

َنيِمِلْسُمْلا َنِم يِنهنِإ َلاَق َو ااحِلاَص َلِمَع َو ِ هاللَّ ىَلِإ اَعَد ْنهمِم الً ْوَق ُنَسْحَأ ْنَم َو Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS Fushilat : 33).

 Surat At-Taubah ayat 71

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS 9:71)

(8)

6

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (5: 78).Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (5: 79).

 Surat Ali Imran ayat 104

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ,merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Imran : 104).

 Surat Al ‘Ashr: 1-3 ( ِرْصَعْلا َو 1 َناَسْنِ ْلْا َّنِإ ) ( ٍرْسُخ يِفَل 2 ) ِرْبَّصلاِب ا ْوَصا َوَت َو ِِّقَحْلاِب ا ْوَصا َوَت َو ِتاَحِلاَّصلا اوُلِمَع َو اوُنَمَآ َنيِذَّلا َّلَِّإ ( 3 )

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

2.3 Jenis Dakwah

Berdasarkan cara penyampaiannya, dakwah dibagi menjadi 6 jenis, yaitu : a. Dakwah Fardiyah

Dakwah fardiyah merupakan metode dakwah Islam yang dilakukan seseorang kepada seseorang atau sekelompok kecil orang. Dakwah fardiyah dapat juga dikatakan sebagai dakwah dengan pendekatan personal. Keunggulan dari dakwah ini yaitu dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Bahkan kemajuan mad’u atau orang yang didakwahi dapat dipantau dan hasilnya lebih berkualitas. Ada tujuh tahapan dalam dakwah fardiyah, yaitu:

(9)

7 2. Membangkitkan keimanan, tauhidullah atau keimanan yang sangat kokoh

kepada Allah ta’ala.

3. Membantu memperbaiki objek dakwah dengan ibadah yang diwajibkan dan amalan yang membuatnya selalu ingat kepada Allah.

4. Menjelaskan bahwa ibadah tidak hanya sebatas sholat, zakat, puasa dan haji, tetapi juga setiap aktivitas dinilai ibadah jika diniatkan karena Allah.

5. Menjelaskan tentang kewajiban dakwah kepada sesama umat Islam.

6. Menjelaskan bahwa dakwah tidak dapat dilakukan seorang diri, tetapi harus dilakukan secara berjamaah.

7. Mengenalkan dengan jamaah mana ia harus bergabung dan juga memberikan kontribusinya demi keberlangsungan dakwah Islam.

b. Dakwah Ammah

Dakwah ammah yaitu dakwah yang ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat umum, misal orang-orang di sekitar kampus, tanpa ada hubungan intensif antara da’i (pendakwah) dan mad’u (objek dakwah). Tujuan daripada dakwah ammah yaitu untuk mengajak masyarakat lebih mengenal Allah, RasulNya dan Islam. Dakwah ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato). Dakwah ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal dakwah. Contoh dari dakwah ammah bisa dalam bentuk ceramah atau dalam ranah yang lebih formal adalah khutbah karena memiliki rukun yang harus dilaksanakan tertib.

c. Dakwah Bil Lisan

Dakwah bil lisan merupakan metode dakwah yang dalam aktivitas dakwahnya menggunakan lisan. Dakwah bil lisan contohnya ceramah, tabligh akbar, khutbah dan lain sebagainya. Awalnya dakwah ini dilakukan karena kebudayaan awal manusia yang sedikit sekali yang dapat membaca dan menulis. Namun dakwah ini tetap ada hingga saat ini walaupun zaman sudah modern, karena masih dirasa efektif.

(10)

8 Yang termasuk ke dalam dakwah bil lisan yaitu:

1. Qaulan ma’rufan atau dengan cara berbicara dalam kegiatan sehari-hari dengan misi dakwah. Misal memberikan salam ‘Assalamualaikum’, membaca basmalah ketika memulai pekerjaan dan hamdalah saat selesai mengerjakan sesuatu.

2. Mudzakarah yaitu mengingatkan ketika ada orang yang berbuat salah, baik dalam beribadah atau perbuatan sehari-hari.

3. Nahehatuddin ialah memberikan nasehat kepada seseorang yang terkena masalah agar tetap mampu melaksanakan ibadah dengan baik.

4. Majelis ta’lim yaitu sebuah perkumpulan dalam membahas suatu ilmu agama yang disampaikan oleh seorang ustadz.

5. Pengajian umum merupakan dakwah di depan khalayak dengan materi yang sedikit namun menarik, misal tabligh akbar.

6. Mujadalah yaitu diskusi masalah agama untuk diakhiri dengan kesepakatan bersama tentang sebuah kesimpulan.

d. Dakwah Bil Haal

Dakwah bil haal merupakan metode dakwah Islam dengan perbuatan atau amal nyata. Metode dakwah ini dimaksudkan agar mad’u (objek dakwah) dapat mengikuti jejak sang da’i. Metode dakwah ini juga membuktikan bahwa dakwah tidak hanya sebatas omdo (omong doang) tetapi benar-benar dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Dakwah Bit-Tadwin

Di zaman modern ini, metode dakwah bit tadwin (dakwah melalui tulisan) dirasa sangat efektif. Karena penyebarannya lebih cepat melalui internet, kitab-kitab, majalah, koran dan tulisan-tulisan lainnya media apapun. Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang da’i, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini

(11)

9 Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”.

f. Dakwah Bil Hikmah

Dakwah bil hikmah merupakan metode dakwah yang disampaikan dengan cara yang bijaksana. Metode ini mengedepankan cara persuasif sehingga orang-orang yang didakwahi tidak merasa dipaksa, merasa tertekan atau pun menimbulkan konflik. Dakwah ini melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dalam kitab

Al-Hikmah Fi Al Dakwah Ilallah Ta’ala oleh Said bin Ali bin wahif al-Qathani

diuraikan lebih jelas tentang pengertian Hikmah. Menurut bahasa, Al-Hikmah artinya adil, ilmu, sabar, kenabian, dan Al-Qur’an; memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan; ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama; obyek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal; serta pengetahuan atau ma’rifat.

Dalil mengenai dakwah diantaranya yaitu :  QS. Al ‘Ashr: 1-3 ( ِرْصَعْلا َو 1 ( ٍرْسُخ يِفَل َناَسْنِ ْلْا َّنِإ ) 2 ) ا َوَت َو ِتاَحِلاَّصلا اوُلِمَع َو اوُنَمَآ َنيِذَّلا َّلَِّإ ِرْبَّصلاِب ا ْوَصا َوَت َو ِِّقَحْلاِب ا ْوَص

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

 HR. Bukhari

اةَيآ ْوَل َو ىِِّنَع اوُغِِّلَب “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Hadits ini diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash bin Wa’il bin Hasyim bin Su’aid bin Sa’ad bin Sahm As Sahmiy. Beliau adalah salah satu diantara Al ‘Abaadilah (para shahabat yang bernama Abdullah, seperti ‘Abdullah Ibn Umar, ‘Abdullah ibn Abbas, dan sebagainya) yang

(12)

10 pertama kali memeluk Islam, dan seorang di antara fuqaha’ dari kalangan shahabat. Beliau meninggal pada bulan Dzulhijjah pada peperangan Al Harrah, atau menurut pendapat yang lebih kuat, beliau meninggal di Tha’if. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyampaikan perkara agama dari beliau, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan agama ini sebagai satu-satunya agama bagi manusia dan jin (yang artinya), “Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah

kusempurnakan bagimu nikmat-Ku dan telah aku ridhai Islam sebagai agama bagimu” (QS. Al Maidah : 3). Tentang sabda beliau, “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”, Al Ma’afi An Nahrawani mengatakan, “Hal ini agar

setiap orang yang mendengar suatu perkara dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersegera untuk menyampaikannya, meskipun hanya sedikit.

Tujuannya agar nukilan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dapat segera tersambung dan tersampaikan seluruhnya.” Hal ini sebagaimana sabda beliau

shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir”. Bentuk perintah dalam hadits ini menunjukkan hukum fardhu kifayah.

 HR. Muslim

Di dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam memerintahkan setiap muslim untuk menghilangkan kemungkaran sesuai dengan kemampuannya:

“Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, hendaknya dia merubah dengan tangannya, kalau tidak bisa hendaknya merubah dengan lisannya, kalau tidak bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

(13)

11 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ,merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Imran : 104).

Dakwah merupakan kewajiban individual umat Islam. Itulah sebabnya Islam disebut ”agama dakwah”. Artinya, agama yang harus disebarkan kepada seluruh umat manusia. Hal itu antara lain diisyaratkan dalam sejumlah ayat Al-Quran. Aktivitas dakwah niscaya menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim. Kesadaran akan kewajiban beradakwah harus ada pada diri setiap Muslim. Berdakwah sama wajibnya dengan ibadah ritual seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. Menurut KHM. Isa Anshary (1984), setiap muslim adalah da'i (juru dakwah). Menjadi seorang muslim, kata Anshary, otomatis menjadi juru dakwah, menjadi mubalig, bila dan di mana saja, di segala bidang dan ruang.

2.4 Manhaj Dakwah

Manhaj para nabi maksudnya adalah jalan, metode dan sarana yang ditempuh oleh para Rasul dalam berdakwah kepada Allah. Dakwah kepada Allah adalah kewajiban dan satu keharusan agama. Sejauh dakwah ini sesuai dengan manhaj para rasul termasuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dakwah ini akan di terima disisi Allah, berhasil dan memiliki pengaruh baik serta terbukti memberikan hasil dengan idzin Rabb. Namun setiap kali dakwah itu jauh dari manhaj para rasul, baik dahulu atau sekarang, dakwah ini akan pahit hasilnya, tertolak dan membuat fitnah. Dakwah seperti ini, ibarat orang yang mengurai benang setelah di pintal. Sudah menjadi kewajiban setiap da’i dan orang yang berkecimpung didalamnya untuk mengetahui, memahami dan mengikuti jalan yang telah di tempuh oleh para nabi dalam dakwah mereka kepada Allah. Allah telah menjelaskan dalam kitabNya dan menceritakan kepada kita kisah-kisah para nabi. Dia jelaskan jalan, cara dan hal yang diutamakan para nabi. Demikian juga Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan haal itu dalam sunnahnya yang shahih. Berikut diberikan manhaj para nabi :

(14)

12 a. Memulai dengan tauhid dan memfokuskan materi dakwah pada tauhid.

Semua Nabi dan Rasul selalu memulai dakwahnya dengan memperbaiki segi akidah. Hal ini sesuai dengan tuntutan akal, hikmah dan fitrah. Sebagaimana pernyataan berikut:

1. Bahwa kerusakan-kerusakan yang berkaitan dengan masalah akidah manusia, berupa kemusyrikan, khurafat dan bid’ah, jauh lebih berbahaya daripada kerusakan-kerusakan dibidang hukum, ekonomi, sosial dan pemerintahan.

2. Sesungguhnya Allah SWT tidak mengutus para Rasul kecuali untuk mengajarkan kepada ummat manusia tentang kebaikan, memberikan peringatan akan siksaan Allah, dan menjauhkan dari tindak kejahatan. Allah SWT berfirman yang artinya; “Manusia itu adalah ummat yang satu, maka

Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.” (al-Baqarah: 213)

3. Allah SWT tidak membebani para pembawa risalah untuk menjatuhkan satu daulah Islamiyah demi tegaknya daulah yang lain. Allah tidak pula membebani mereka untuk mencapai tujuan kekuasaan, karena dakwah yang menempatkan penegakan daulah sebagai tujuan pertama dan utama, tidak akan terlepas dari tendensi mencari kekuasaan dunia, kedudukan dan jabatan. Pada diri Nabi sendiri, kalaupun harus melakukan dakwah dengan tahapan penegakan daulah, bukanlah karena hal yang lain, akan tetapi untuk menegakkan daulah dengan hanya niatan yang ikhlash memenuhi perintah Allah berkenaan dengan jihad di jalan-Nya, dan dalam rangka meninggikan kalimat Allah di muka bumi-Nya.

Akidah yang pertama kali diserukan oleh para Nabi adalah tiga pilar: 1. Iman kepada Allah , dengan tauhid yang sempurna

2. Iman kepada kenabian, dengan ketaatan yang sempurna 3. Iman dengan hari akhir, dengan kepasrahan yang sempurna..

Dengan dibarengi tiga pilar ini maka masyarakat beralih dari jahili menuju Islam.

(15)

13 b. Mempertimbangkan Situasi dan Kondisi

Ketika Rasulullah SAW berada di Makkah dan Ummat Islam masih sedikit sedangkan musuh sangat banyak dan kuat, maka beliau cukup mengajak kepada agama Islam, menjelaskan kebaikan-kebaikan Islam dan berusaha menarik simpati masyarakat. Disini Nabi melancarkan jihad dakwah dan melarang jihad perang karena hal tersebut bertolak belakang dengan perilaku hikmah. Dan dalam dakwahnya Nabi e banyak melakukan strategi mudaroh atau musalamah.

Ketika beliau hijrah ke Madinah, jumlah ummat Islam telah banyak dan kuat, sementara permusuhan orang-orang kafir kepada Islam semakin hebat. Maka Nabi SAW memerintahkan jihad perang disamping jihad dakwah. Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang sangat baik bagi kaum muslimin.

c. Ucapan Nabi SAW dalam berdakwah selalu sesuai dengan objek dakwah Seruan Nabi SAW kepada kaumnya yang di dakwahi memiliki banyak keistimewaan antara lain:

1. Nabi SAW berbicara dengan kaumnya dengan lisan dan bahasa mereka

2. Ucapan Nabi SAW sangat jelas, beliau memiliki kata, kalimat dan gaya yang dapat dicerna oleh semua lapisan.

3. Untuk memahamkan satu ajaran beliau menggunakan seribu cara yang dalam bahasa al-Qur`an disebut “تايلأا فيرصت”.

4. Khitab Nabi selalu didukung oleh argumentasi (dalil) dan alasan hukum (ta’lil) yang memuaskan sebagaimana yang diajarkan oleh Allah SWT didalam al-Qur`an. Seperti dalam surat al-Nur ayat 58.

5. Ucapan Nabi selalu serius dan meyakinkan, menggugah emosi dan akal secara serempak.

6. Ucapan beliau fokus dan konsisten dalam berfikir dan berucap, tidak bingung dan membingungkan.

(16)

14 7. Ucapan beliau jauh dari bias yang membuat salah paham atau yang menusuk perasaan mad’u, tetapi lembut, bijak dan obyektif sebagaimana perintah Allah Ta'ala.

d. Mempermudah tidak mempersulit, memotivasi tidak membuat pesimis. e. Mengajak kepada tawassuth (berbuat secukupnya & sekedarnya) dalam

segala hal.

هيلع قفتم ))اوُرَّفَنَت َلا َو اوُرِّ شَب َو اوُرِّ سَعُت َلا َو اوُرِّ سَي(( Allah memerintah tawassuth dan i’tidal dan mencela taqshir

(mempermudah) dan ghuluw (melebih - lebihkan).

Tawassuth dalam ibadah (dengan menggabungkan antara Ikhlash kepada

ma’bud dan mutaba’ah kepada rasul). Tawassuth mengenai para Nabi, ulama dan wali, dalam sedekah dan infak, makan, minum, gerak, jalan dan suara dan dalam segala hal.

f. Menerapkan prinsip tatsabbut dalam hal-hal yang dikhawatirkan buruk

akibatnya dan prinsip tasabuq dalam hal-hal yang dikhawatirkan terlewatkan kesempatannya.

Allah SWT berfirman:

Dalam satu qiraat keduanya dibaca اوُتَّبَثَتَف

(17)

15 Dan Allah memerintah bersegera dalam kebaikan:

g. Memperioritaskan kemashlahatan yang paling utama Rasullulah SAW telah bersabda:

اَم ْمُهَعَم اوُّلَصَف ْمِّهْيَلَع َيِّه َو ,ْمُكَل َيِّهَف َةَلاَّصلا َن ْوُرَّخَؤُي ىِّدْعَب ْنِّم ُءاَرَمُأ ْمُكْيَلَع ُن ْوُكَي(( ىَلِّإ اوُّلَص

))ِّةَلْبِّقْلا

ةصيبق نع دواد وبأ هاور Yang paling afdhal shalat itu tepat pada waktunya tetapi demi mashlahat persatuan maka beliau memerintahkan agar kita shalat bersama mereka. h. Memilih satu diantara dua mashlahat yang paling utama serta satu

diantara dua mudharat yang paling ringan.

Dua kaidah ini banyak disinggung oleh ayat al-Qur’an, dan diantaranya adalah mafhum mukhalafah (pemahaman kontras) dari firman Allah:

Jika nasihat itu akan mendatangkan bahaya besar maka meninggalkannya adalah wajib.

i. Memanfaatkan setiap sarana (wasilah) yang mubah (diperbolehkan

dalam agama)

Syeikh Nashir al-Sa’di berkata: “……. Diantara sifat pejuang agama adalah tegar, berani, sabar dan berupaya dengan semua sarana yang bisa menolong agama, dengan jiwanya, dengan hartanya, dengan suaranya, dengan pangkat dan profesinya…….” Beliau juga berkata: “Sampai orang mukmin yang shadiq dalam iman dan ma’rifatnya ada yang meniatkan tidur, istirahat dan kelezatannya agar kuat melakukaan kebaikan, membina raga agar dapat melakukan ibadah dan meningkatkan ketahanannya dalam kebaikan….”

(18)

16 Syeikh Abdul Aziz Ibn Baz mengatakan: “… Adapun berhubungan dengan para penguasa dan orang-orang yang memiliki kekuatan luas, mereka terkena kewajiban yang lebih banyak lagi, mereka wajib menyampaikan dakwah ini kepada seluruh penjuru dunia yang mungkin mereka jangkau, dengan cara yang mungkin, dengan bahasa-bahasa yang digunakan oleh umat manusia dan mereka wajib menyampaikan syariat Allah dengan bahasa-bahasa itu. Hingga agama ini sampai kepada setiap orang dengan bahasa yang ia fahami, dengan bahasa Arab atau lainnya. Sesungguhnya hal tersebut saat ini sangat mungkin dilakukan, dengan sangat mudah, dengan cara-cara yang sudah diterangkan diatas; melalui siaran radio, televisi, jurnalistik dan sarana-sarana lain yang memungkinkan saat ini dan tidak mungkin dimasa lalu. Begitupula wajib bagi para khatib…”

j. Teratur dan rapi dalam berdakwah.

Diantara sebab kemenangan yang diajarkan oleh Allah SWT adalah sabar dan bagus dalam memenej (tadbir, tartib, tanzhim) semua gerak pasukan (QS. Ali Imran: 121). Identifikasi kebutuhan, pembagian tugas, penempatan orang, komando kontrol adalah lazim dilakukan oleh Nabi e. Sebagaimana beliau menganalisa kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang serta mengambil langkah-langkah antisipasi.

2.5 Sifat-sifat Nabi

Berikut ini adalah sifat-sifat rasulullah yang dapat diteladani ketika berdakwah:

a. Jujur (ash-shidqu)

Nabi SAW bersabda: "Buatkanlah jaminan enam hal kepadaku tentang dirimu, maka aku akan menjamin kamu masuk surga, yaitu: jujurlah jika kamu berkata; tepatilah jika kamu berjanji; tunaikanlah jika kamu dipercaya; peliharalah kehormatanmu, pejamkan matamu; dan jagalah kedua tanganmu."

Hadits ini mengandung makna jujur dalam perkataan yang di dalamnya termasuk pula kalimat tauhid dan lainnya. Apabila seseorang telah bersaksi bahwa tiada illah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah maka ia harus

(19)

17 jujur terhadap dirinya maupun orang lain. Ia harus menyesuaikan apa yang dikatakan olehnya dengan apa yang diperbuat.

b. Dapat Dipercaya ( Al-Amaanah )

Menunaikan apa yang dipercayakan kepadanya mengandung dua pengertian, yaitu amanah antara dirinya dengan Allah dan amanah antara dirinya dengan manusia. Menunaikan amanah Allah ditempuh dengan cara melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sedangkan menunaikan amanah manusia ditempuh dengan cara menjaga apa yang dipercayakan kepadanya.

c. Menyampaikan ( At-Tabligh )

Rasulullah selalu menyampaikan apa yang diwahyukan kepadanya kepada umatnya. Tidak ada satu pun wahyu yang tidak disampaikan apalagi disembunyikan. Karena takut kepada Allah, menjelang ajal beliau berkhotbah pada haji Wada'. Beliau meminta kesaksian kepada umatnya, "Apakah aku sudah menyampaikan?" Umatnya menjawab, "Shodaqta, qod balaghta (benar, engkau telah menyampaikan)." Rasulullah berseru, "Wahai Tuhanku, persaksikanlah." Sebagian kaum muslimin yang telah mengabdikan dirinya sebagai pengemban dakwah hendaklah berusaha untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan benar, tidak disembunyikan, apalagi jika ada yang memintanya karena hukum menyembunyikan ilmu jika diminta adalah dosa besar. Allah berfirman: "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kau kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) engkau tidak menyampaikan amanah-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS. Al Maidah : 67)

d. Cerdas (Al-Fathoonah)

Sudah kita ketahui bersama, meskipun Rasulullah adalah seorang nabi yang ummi, beliau termasuk nabi yang sangat cerdas, baik cerdas dalam sisi intelektualnya maupun cerdas dalam menyusun strategi dakwahnya sehingga hanya dalan waktu 23 tahun beliau mampu menancapkan bendera Islam di belahan dunia ini. Dalam berbagai riwayat disebutkan, bagaimana beliau

(20)

18 menyusun strategi perang, memotivasi kaum muslimin dan sebagainya. Bagaimana beliau tetap bersikap sabar, kasih sayang, dan tidak pernah memendam dendam terhadap kaum yang lain.

e. Kemaksuman ('Ismah )

Kemasukman ('Ismah ) adalah bebas dari kesalahan/dosa-dosa baik besar maupun kecil. Rasulullah merupakan manusia maksum yang berarti bahwa beliau terbebas dari kesalahan terutama dalam menyampaikan risalah Allah. Apa yang diperbuat, dikatakan, dan didiamkan Rasul semata-mata adalah wahyu dari Allah. Allah berfirman dalam Q.S. An-Najm: 3--4 : "Dan tiadalah yang diucapkan itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." Sifat 'ismah ini hanya dimiliki Rasulullah. Para sahabat dan umat Islam pada umumnya tidak mungkin untuk mencapai derajat ismah tersebut. Derajat yang mampu dicapai umat Islam adalah derajat iffah. Untuk mencapai derajat tersebut manusia harus selalu berupaya dengan melakukan kegiatan-kegiatan, di antaranya ( menurut kitab Al Adzkar ) adalah berpuasa sunnah dan qiyamullail.

f. Selamat dari Aib

Sebagai pengemban dakwah, dalam sikap dan tingkah laku hendaklah berusaha untuk mengindarkan diri dari perbuatan yang dapat menimbulkan aib apalagi fitnah. Misalnya menonton bioskop, pergi ke tempat-tempat maksiat. Sekalipun kita dianjurkan untuk berhati-hati dalam berbuat, kita tidak dibenarkan untuk ragu-ragu secara berlebihan dalam melaksanakan perbuatan karena sikap ragu-ragu sudah merupakan tanda bahwa kita telah tergoda setan. g. Ketika berdakwah rasulullah menyampaikkannya dengan kehati-hatian, sabar

dan. menggunakan bahasa yang mudah dipahami .Saat Rasulullah melakukan amar ma’ruf nahyi mungkar, beliau selalu memperhatikan akibat yang ditimbulkan, jika sekiranya beliau beranggapan bahwa amar ma’ruf nahyi mungkar tersebut menimbulkan kemadharatan, maka beliau akan menahan diri untuk tidak melakukannya terlebih dahulu. Beliau akan melakukannya dengan menunggu waktu yang paling tepat, sehingga akan dapat diterima oleh orang yang diberi nasehat.Namun jika amar ma”ruf nahyi mungkara yang akan beliau

(21)

19 sampaikan dipandang tidak mengandung mudharat ,maka beliau akan segera menyampaikannya.

h. Sifat tegas merupakan cara Rasul dalam merespon sebuah kemungkaran. Jika suatu kemungkaran dipandang masih bisa disampaikan dengan cara lemah-lembut dan simpatik, maka beliau akan menempuh cara tersebut, akan tetapi jika setelah diperhitungkan kondisinya membutuhkan ketegasan,maka beliau akan menempuhnya.Bahkan beliau juga akan menunjukkan roman muka merah karena marah untuk menekan pelaku kemungkaran supaya kembali ke jalan yang benar.Contoh lain yang mencermikan sifat tegas rasulullah adalah ketika rasul menegur praktek dagang yang menipu.Rasulullah tak segan-segan memukul orang yang melanggar syari’at serta menyita harta sebagai hukuman bagi pelanggar syari’at dalam transaksi perdagangan. Pelanggaraan syariat itu seperti jual beli barang haram (haram dimakan, diminum), jual beli yang mengandung unsur riba. Rasulullah saw jika melewati seorang pedagang, maka beliau selalu memeriksa barang dagangannya. Jika beliau melihat ada unsur penipuan yang merugikan pembeli, beliau akan langsung menegur dan memberinya nasihat. Bukan hanya itu, Rasulullah juga menunjukkan bagaimana cara dagang yang benar.

i. Sifat yang lemah lembut yaitu dalam merespon sebuah kejadian (tindakan kesalahan), beliau tidak pernah bersikap kasar ataupun mencaci maki seseorang yang berbuat salah. Namun sebaliknya, beliau sangat lapang dada dan selalu memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Kalaupun beliau harus mengungkapkan rasa kesalnya terhadap sebuah kesalahan, maka beliau tidak langsung menunjuk hidung si pelaku.

Dari sifat-sifat diperoleh beberapa hikmah dalam dalam dakwahnya rasulullah, yaitu arahan secara bijaksana dengan melihat situasi dan kondisi bertahap dalam menyamoaikan pesan ,mengambil yang paling ringan madharatnya, dan mengambil yang paling tinggi kemaslhatannya diantara dua maslahat.Selain itu nilai konsistensi dan nilai keteladanan menjadi hikmah yang diteladani dari sifat rasulullah. Maksud dari nilai konsistensi adalah bahwa Nabi saw selalu istiqomah, tetap pada pendirian, tanpa mengenal putus asa untuk terus berdakwah kendatipun

(22)

20 berbagai tantangan, godaan, bujukan sampai kepada teror yang sering ia peroleh, bahwa Nabi saw konsekuen dengan apa yang diucapkan tanpa harus menarik kembali apa yang didakwahkannya, karena memandang dirinya belum mampu/enggan mempraktekkannya. Adanya kesesuaian antara apa yang beliau ucapkan dengan apa yang beliau perbuat, demikian pula sebaliknya apa yang beliau perbuat itulah yang beliau katakan. Rasulullah saw memang sangat terkenal dengan sifat dan akhlaknya yang agung. Dikalangan kafir Quraisy sendiri mengakui akan kejujuran beliau, sampai diberi gelar al-Amin (jujur). Allah swt juga menegaskan dalam al-Qur’an akan kebagusan perangai beliau, artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Itulah beberapa sifat yang dimiliki rasulullah ketika berdakwah dan ini bisa diimplementasikan dalam metode dakwah di kampus.

2.6 Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah Qur’ani antara lain sebagai berikut:

1. Mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang 2. Menegakkan fitrah insaniyah

3. Memotivasi untuk beriman 4. Memotivasi untuk beribadah

5. Memenangkan ilham takwa atas ilham fujûr 6. Mendorong orang menjadi Muslim seutuhnya 7. Mendorong pencapaian takwa

Tujuan Dakwah Kampus :

a. Mempertebal dan memperkokoh keimanan warga kampus, terutama para mahasiswa, sehingga mereka tidak tergoyahkan oleh pengaruh-pengaruh negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan faham-faham yang membayakan kehidupan kampus (sektarianisme ekstrim).

b. Mengajak dan mendorong para mahasiswa Muslim untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan mereka atas ajaran Islam, sehingga diharapkan akan tumbuh generasi muda Muslim yang tangguh secara ilntelektual dan spiritual.

(23)

21 c. Mengajak para mahasiswa untuk bersama-sama menciptakan suasana dan tata kehidupan kampus yang Islami, yang di dalamnya mencerminkan perikehidupan yang diliputi oleh akhlak karimah (mulia), baik dalam etika berpakaian maupun pergaulan.

2.7 Problematika Dakwah Kampus dan Solusinya

Kampus merupakan dunia mahasiswa yang mempunyai peran yang sangat penting untuk negara ini kelak. Maka diperlukannya sekumpulan mahasiswa yang membentuk organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah islam yang diharapkannya untuk menjadikan mahasiswa-mahasiswa yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan yang diluar islam agar merasakan keindahan islam,

rahmatan lil ‘alamin.

Keberjalanan dakwah kampus tentu tidak mudah. Problema-problema yang terjadi seiring dengan jalannya dakwah kampus, problem internal dan eksternal. Banyak juga yang menilai dakwah kampus tidak cocok dengan era sekarang ini, memandang sebelah mata bahwa dakwah hanya bisa dilakukan dalam masjid saja. Identifikasi problematika dakwah kampus :

a. Ghozwul Fikri

Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah bercampur aduk dengan hal-hal yang tidak islami. Dalam arti luas Ghazwul Fikri adalah cara atau bentuk penyerangan yang senjatanya berupa pikiran, tulisan, ide-ide, teori, argumentasi, dan propaganda.

b. Sarana dan prasarana

Sarana dan Prasarana kurang atau terbatas dalam menjunjung tinggi aktivitas dakwah kampus Kurangnya fasilitas yang mendukung. Kurang memadainya fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan dakwah kampus merupakan salah satu faktor penghambat. Dalam kenyataannyakita sering kali kesulitan mencari tempat untuk melakukan dakwah, adapun masjid yang ada masih kurang bisa memenuhi kebutuhan dikarenakan masjid di kampus merupakan tempat umum yang tidak bisa digunakan secara leluasa.

(24)

22 Kalaupuningin meminjam ruangan di kampus, perlu melalui birokrasi yang cukup lama dan perlu membayar sejumlah uang untuk penjaga ruang.

c. Sosiokultural-budaya

Sebagaimana diketahui adanya sikap hidup pragmatisme, materialisme, naturalisme, hedonisme, ataupun keterasingan dosen dengan mahasiswa dan masyarakat, dll

d. Komunikasi

Terbatas sarananya ataupun kemampuan komunikasi secara efektif kurang dimiliki oleh para aktivis. Tentang adanya majelis dakwah di kampus. Adapun mading yang disediakan,nyatanya masih kurang efektif dalam menyebarkan informasi tentang dakwah karena sikap masyarakat kampus sendiri yangkurang tertarik untuk membaca mading yang sudah dibuat,kemampuan komunikasi secara efektif kurang dimiliki oleh para aktivis. Tidak hanya itu, publikasi juga dilakukan melaluivia SMS, namun tidak seluruh komponen masyarakat kampus dapat dijangkau

e. Sumber dana yang kurang tatkala menyelenggarakan program-program dakwah. Dana turut mempengaruhi dalam pelaksanaan dakwah. Dana diperlukan untuk mengajak masyarakat kampus mengikuti majelis dakwah, salah satunya diperlukan untuk menghidangkan konsumsi kepada masyarakat kampus sehingga membuat mereka nyaman saat mengikuti dakwah. Meskipun hanya segelas air kita tetap membutuhkan dana untuk membelinya. Selain itu menyediakan dana untuk menyewa ruangan untuk mengadakan dakwah.

f. Penyelenggaraan pendidikan yang melanggar akhlaq/adab Islam

Dapat diambil contoh yaitu suasana ikhtilat yang terjadi di semua sudut kegiatan masyarakat kampus.

g. Sifat apatis masyarakat kampus.

Faktor yang paling sulit diatasi selama ini adalah mengubah paradigma masyarakat kampus yang apatis terhadap aktivitas dakwah. Beberapa dari mereka menganggap dakwah hanyalah hal yang tidak berguna dan membosankan. Hal ini membuat mereka malas mengikuti dakwah.

(25)

23 1. Kader dalam dakwah. Kader dalam dakwah kampus harus mampu memposisikan dirinya pada sistem dan mampu memberdayakan atau berkontribusi secara total dalam bersosialisasi di dalamnya, baik dal am lingkup studinya, tempat tinggal, maupun Unit Kegiatan Mahasiswa yang lain.

2. Tantangan untuk menjaga kualitas hasil dan proses para aktivisdakwah di dalamnya, baik dalam hal perkuliahan maupundalam aktifitas organisasi dan berdakwah.

3. Menjadi Pembentukan dan pencetakan SDM yang memilikikemampuan atau kompetensi diniyah, fikriyah, maupunharakiyah yang baik bagi para kadernya.

4. Pengadaan kesekretariatan untuk mempermudah jalannyakegiatan dakwah yang bisa digunakan kapan saja dan melalui birokrasi yang panjang Selain itu dapat menghemat biaya yang biasa digunkan untuk meminjam ruangan. Adanya kesekretariatan ini juga bisa digunakan untuk menyimpan investaris dan membuat perpustakaan mini tentang islam yang terbuka untuk siapa saja.

5. Memperluas jaringan publikasi, antara lain dengan cara;menyebarkan selebaran pengumuman atau poster tentangadanya majelis dakwah. Selain itu bisa melalui SMS gatewayyakni suatu program dimana bisa menyebarkan SMS keseluruhmasyarakat kampus dengan sekali enter, namun sebelumnyaharus menghimpun nomer handphone yang dibutuhkan.

6. Pendekatan personal dan intensif ke seluruh pihak-pihak yang apatis karena halini dinilai paling efektif dalam mengubah paradikma seseorang. Meskipun perlu waktu yang lama dantidak bisa menyeluruh secara bersamaan, karena memang mengubah paradikma seseorang tidak bisa dalam waktu yang singkat. Selain itu kita harus memberi tauladan yang baiksebagai muslim, agar orang ingin kita ajak mengikuti dakwah tidak ragu.

(26)

24 7. Melakukan wirausaha dan penggalangan dana untukmenyediakan dana secara terus menerus. Wirausaha dapat dilakukan oleh setiap perkumpulan islam yang ada, sedangkanuntuk penggalangan dana dapat disebarkan melalui kotak amal yang diletakkan di masjid.

(27)

25 BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

a. Dakwah kampus merupakan implementasi dakwah di lingkungan kampus yang bertujuan untuk mengajak atau menyeru civitas akademika untuk senantiasa kembali kepada islam dengan memanfaatkan sarana formal dan informal dalam kampus. Sesuai dengan perintah Allah dalam QS. An-Nahl:125 yang menyeru manusia untuk saling memberi nasehat dan mengajak kepada jalan Allah. b. Pedoman dakwah haruslah bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi agar

sesuai dengan ajaran agama dan tidak menimbulkan fitnah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memulai dan memfokuskan materi tauhid, berdakwah sesuai dengan objek dakwah, menyampaikan dengan cara yang mudah dimengerti dan tidak mempersulit, mengajak kepada tasawwuh, menerapkan prinsip tatsabbut dan tasabuq, dsb. Selain itu, hendaknya dalam berdakwah selalu mengikuti sifat-sifat Rasulullah sebagai tauladan ummat islam.

c. Dalam pelaksanaannya ada beberapa kendala dan hambatan yang kemudian menjadi problematika dakwah kampus. Problem-problem ini dapat disebabkan karena faktor internal dan eksternal, seperti kondisi lingkungan yang tidak mendukung, ghozwul fikri, faktor sosial-budaya, komunikasi yang kurang efektif, dana, sikap apatis, dsb yang membutuhkan penanganan khusus dalam penyelesaiaannya. Oleh karena itu menjadi seorang pendakwah haruslah dapat meposisikan dirinya dalam berbagai elemen agar dapat merangkul semua golongan masyarakat, khususnya dilingkungan kampus.

(28)

26 DAFTAR PUSTAKA

Drs. Samsul Munir Amin, M. (2009). Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.

Majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VI/1423H/2002M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183

Nugroho, Garin. Seni Merayu Massa. Jakarta: buku kompas, 2005.

Osolihin. “Asyiknya Jadi Pengemban Dakwah” . http : / / osolihin. Wordpress . com / 2007 / 05 / 14/asyiknya-jadi-pengemban dakwah/ Mei 14th, 2007.

Rosada, A., Pratama, C., Noer, D. L., Perdana, G. A., Nurhakim, M. L., Hayati, N., . . . Ikawati, V. (2007). Risalah Manajemen Dakwah Kampus. Bandung: GAMAIS PRESS.

Rubiyanah MA dan Ade Masturi, M. (2010). Pengantar Ilmu Dakwah. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN.

Yusnadi MSi & Ahmad Sabban Rajagukguk, S.Sos.I 10 Jun 05 09:58 WIB Menata Dakwah Yang Holistik Dalam Menjawab Problematika Umat WASPADA Online. https://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/ilmu-dakwah-bentuk-bentuk-dakwah/ https://www.satujam.com/dakwah-islam/ https://almanhaj.or.id/2933-manhaj-para-rasul-dalam-berdakwah-kepada-allah.html http://muslimahpejuang.wordpress.com/2011/01/10/dakwah-kampus-probrematika-dan-solusinya/ http://walkintomylife-eyan.blogspot.co.id/2012/11/jenis-jenis-dakwah.html http://www.risalahislam.com/2015/07/pengertian-dakwah-arti-kata-istilah-dan.html

(29)

27

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berbagai produk unggulan yang dimiliki oleh Kecamatan Ampel Gading, maka perlu dilakukan pelestarian dan juga pengembangan produk dan daerah yang

Menurut UU no. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b yang dimaksud dengan perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis

Hasil pengujian dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada persepsi mahasiswa terhadap akuntan sebagai profesi pada

Jika kami lakukan dan di mana kami dibenarkan untuk memberitahu anda di bawah undang-undang berkenaan, kami akan memberitahu anda secepat mungkin Kami boleh juga melepaskan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi para guru penjas di Kabupaten Bantul, khususnya dalam mengevaluasi tingkat kebugaran jasmani siswa SD kelompok usia 9 -

Menimbang, bahwa pada tanggal 21 Agustus 2013, ketika pembayaran dari TB Terjangkau atas pembelian 10 (sepuluh) unit tilam busa merk Caisar telah jatuh tempo, lalu terdakwa

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini ingin mengungkap strategi bersaing dari SMP Kristen Lentera untuk dapat terus maju