• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW: STRATEGI DAN PENDEKATAN. Kata Kunci: Dakwah, Pendekatan dan dakwah Nabi Muhammad.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW: STRATEGI DAN PENDEKATAN. Kata Kunci: Dakwah, Pendekatan dan dakwah Nabi Muhammad."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW: STRATEGI DAN PENDEKATAN

Abstrak

Berbicara Islam memang tidak akan lepas dari perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW, karena Islam lahir melalui peran dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membawa risalah Islam kepada masyarakat Arab, bahkan peran Nabi SAW dalam berdakwah tidak hanya membahas hal-hal yang hanya berkaitan dengan hubungan manusia dengan ketuhanan yang dibawa Islam, melainkan dakwah Nabi Muhammad SAW juga membahas kompleksitas seluruh kehidupan, baik dari segi cara melakukan hidup yang baik hingga sampai bagaimana cara berdagang dan melakukan diplomasi yang baik, beberapa hal tersebutlah yang diakarjakn Nabi Muhammad SAW dalam melakukan strategi dakwahnya.

Kata Kunci: Dakwah, Pendekatan dan dakwah Nabi Muhammad.

A. Pendahuluan

Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang mengajarkan tentang dakwah. Rasulullah SAW sendiri diturunkan di dunia untuk melakukan dakwah mengubah masyarakat Arab Jahili waktu itu menjadi masyarakat yang lebih baik.1 Dari sini kita dapat melihat bahwa Rasulullah SAW datang dalam kehidupan dunia ini tak lain membawa risalah dakwah untuk mengajak umat manusia menuju kejalan yang benar, bahkan tidak hanya mengajak akan tetapi juga menganjurkan dan menyuarakan manusia agar mau menerima kebaikan dan petunjuk yang termuat dalam Islam.2

Kejelasan ini didukung dengan penjelasan al-Quran yang menganjurkan manusia untuk menuju jalan yang benar QS. al-Baqarah: 186, dan QS. Yunus: 25, serta meraih kebahagiaan hakiki dengan meng-Esakan, mendekatkan diri dan intropeksi terhadap apa yang telah diperbuat.3 Dengan dakwah ini, tujuan Rasul tak lain hanyalah ingin menyelamatkan manusia dari jurang yang gelap (kekafiran) menuju ketempat yang terang-benderang (ajaran Islam) serta mewujudkan masyarakat yang menjunjung tinggi kehidupan beragama secara penuh dan menyeluruh. Secara prinsipil dakwah yang

1 Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardhiyah (Solo: Era Adicipta Intermedia, 2011), h. 4

2 Safrodin Halimi, Etika Dakwah Dalam Perspektif Al-Quran anatar Edialis Aqurani dan RealitasSosial (Semarang: Walisongo Pres, 2008), h. 32.

3 Awaludin Pimay, Metodologi Dakwah (Semarang: Rasail, 2006), h. 9.

▸ Baca selengkapnya: bagaimana nabi muhammad saw mengajarkan sikap peduli sesama

(2)

2

diajarkan Nabi SAW tak lain hanya mengajarkan cara berkehidupan yang benar, sehingga dapat meraih kebahagiaan dunia maupun akhirat.4

Kehadiran Rasulullah SAW sebagai seorang da’i, tidak serta merta hanya mengajarkan cara yang benar dalam beragama dan berketuhanan5, melainkan mengajarkan bagaimana cara berkehidupan yang baik dan benar untuk menjadi makhluk manusia yang sempurna, hal ini sebagaimana terbukti, bahwa selain Rasul melakukan dakwah di Masjid dan mimbar-mimbar umat Islam kala itu. Rasulullah SAW juga mengajarkan bagaimana cara manusia berkehidupan, baik melalui keteladanan dengan akhlak mulia, hingga turun aksi menjadi pebisnis, politikus, bahkan jenderal perang. Bukti-bukti cara dakwah Rasulullah bisa terlihat dari sejarah panjang kehidupan Rasulullah SAW, dalam berkehidupan misalnya, Rasulullah hadir dengan suri taulan mengajarkan cara memanusiakan manusia, serta cara bersikap yang baik seperti shiddiq, amanah, tabligh, fatanah.

Tak hanya berhenti disini, Rasulullah dalam sejarah hidupnya juga melakukan perundingan menjalin Ukhuwah Islamiyah,6melakukan perdagangan dengan menjadi pedagang jujur dan mmelakukan penataan ekonomi pasar. Baik dalam halproduksi dan distribusi, maupun dalam hal konsumsi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktifitas ekonomi, termasuk didalamnya tentang hal ketenaga kerjaandan keharta-bendaan.Diantara ajaran ekonomi dan keuangan yang disampaikannya melalui al-Quran dan al-Hadits ialah konsep ekonomi dan keuangan yang berkeadilan dan berpemerataan.7 Banyak Sunnah dan hadits nabi Muhammad SAW yang menjelaskan tentang petunjuk dalam bermuamalah (berdagang) dan mengelola negara. Sepanjang perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW dalam menyiarkanagama Islam, penerapan nilai danpraktik ekonomi Islam juga menjadi perhatian besar bagi Nabi SAW mengingat didaerah Makkah merupakan daerah perdagangan terbesar saat itu. Hal ini untuk menghindari terjadinya berbagai macam kecurangan dalam transaksi perdagangan. Selain ekonomi, Rasulullah SAW

4 Abu Al-Fida’ Isma’il Bin Umar Bin Kathir Al-Qurasyiyyi Al-Dimasqi, Tafsir Al-Qur’an Al-

‘Adzim, (Dar Al-Thaybah, 1999), h. 385

5 Samsul Amin Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 6

6 Wahidin Saputra, Pengantar ilmu Dakwah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 2.

7Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat, (Tangerang: Kholam Pub, 2008), h. 92

(3)

3

juga melakukan cara-cara yang baik dalam diplomasi-diplomasi kerajaan untuk perluasan Islam.

Secara umum dan ini yang paling ini adalah bahwa dakwah Islam adalah tugas kemanusiaan sebagai khalifah Tuhan di muka bumi, yang tidak saja untuk mengatur urusan duniawi tetapi juga akhirat, tidak saja akhirat tetapi juga duniawi. Aspek lahiriah maupun batiniah menjadi dimensi-dimensi yang digarap oleh dakwah Islam.8 Walaupun kita harus membedakan bahwa tujuan dakwah periode Makkah,9 yang lebih cenderung pada pembentukan akidah dan kritis atas keyakinan Arab Jahiliyah, berbeda dari periode Madinah, yang lebih mengedepankan pembentukan tatanan ekopol.

Namun begitu, sekalipun di periode Madinah, sudut pandang dan pendekatan yang Nabi lakukan dalam berdakwah secara umum tetap berkisar soal tiga hal: akidah, syariat dan akhlak. Tiga tema besar ini menjadi materi dakwah Nabi.10 Selain itu, metode dakwah Nabi, dalam menyampaikan tema- tema besar tersebut, secara umum juga berupa: menampilkan diri di hadapan publik, mengirim delegasi ke berbagai wilayah sasaran dakwah, dan mengadakan kontrak-kontrak diplomatik.11

Tema dakwah dan metode yang digunakan tentu sangat berkaitan erat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Saat itulah, Nabi juga menentukan sikap-sikap yang ditempuhnya, semisal, pada momen tertentu, Nabi harus bersikap lemah lembut, memberikan puji-pujian yang selayaknya, menghindari posisi-posisi yang rentang bermasalah, bahkan jika perlu pun menundukkan hati audiensnya dengan harta dan menggunakan kekerasan dengan tetap menjaga kebenaran posisi.12

Beberapa catatan ini menunjukan bahwa cara Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah dengan beragam cara yang komplesk dan menyuluruh dalam berkehidupan. Tujuan terpentingnya bukan saja untuk membentuk masyarakat muslim, tetapi juga mengajarkan langkah-langkah strategis yang

8Tayyib Barghuts, Manhaj An-Nabi fi Himayah Ad-Dakwah wa Al-Muhafazhah ala Munjazatiha Hilal al-Fatrah Al-Makkiyah, (Virginia, Herndon: The International Institute of Islamic Thought, 1992), h. 79

9Ibid., h. 159

10Hammud bin Jabir Al-Haritsi, Dakwah An-Nabi li Al-A’rab, (Riyadh: Dar Al-Muslim, 1419 H.), h. 65

11Ibid., h. 136

12Ibid., h. 214

(4)

4

sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw dalam mempertahankan masyarakat muslim yang sudah terbentuk.13

Dengan latar belakang ini selanjutya kiranya penting untuk penulis jelaskan lebih lanjut metode dakwah Nabi Muhammad SAW, kajian ini penting dilakukan karena beberapa hal, pertama, untuk diketahui metode Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan dakwahnya, sehingga cara-cara Nabi bisa diaplikasikan oleh para da’i masa kini, kedua, melalui pengetahuan ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan umat Islam masa kini dalam berkehidupan.

B. Strategi dan Pendekatan Dakwah

Dalam melakukan dakwah, Rasulullah saw menerapkan banyak strategi dan pendekatan, mulai dari keteladanan, yaitu menampilkan diri sebagai sosok suri tauladan yang penuh dengan akhlak mulia, hingga turun aksi menjadi pebisnis, politikus, bahkan jenderal perang. Dengan kata lain, Rasulullah berdakwah tidak saja dari mimbar masjid tetapi juga di pasar dan medan tempur.

1. Dakwah dengan Keteladan

Keteladanan adalah karakter paling inheren dari pribadi Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits, akhlak Rasulullah adalah al-Quran itu sendiri.14Dalam berdakwah, keteladanan adalah strategi paling utama. Pepatah mengatakan,Lisan al-Hal afshahu min lisan al-Maqal,berdakwah dengan tindakan jauh lebih efektif daripada dengan kata-kata semata.15

Tidak dapat dipungkiri, aktivitas dakwah merupakan atktifitas yang sifatnya mendorong, mengajak atau juga memerintah orang lain terhadap sesuatu yang baik. Rasulullah Saw. semasa berdakwah kepada para umatnya tampil sebagai sosok sempurna dari suku Quraish, yang merupakan kabilah terkemuka di bangsa Arab. Walaupun masyarakatnya pada saat itu sangat keras,Rasulullah saw bersikap lemah lembut.

Bukti Rasulullah bersikap baik dikisahkan dalam sebuah hadits.

13Abdurrahman Hasan Al-Maidani,FiqhAd-Dakwah ila Allah wa Fiqh An-Nush wa Al-Irsyad wa Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa An-Nahy An Al-Munkar,(Beirut: Dar Asy-Syamiah, 1996), h. 84

14Zuhairi Misrawi, Al-Quran Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil Alamin, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 28

15 Athiyyah bin Muhammad Salim, Syarah Bulugh al-Maram, (Maktabah Syamilah: t.t), h. 11

(5)

5

َمﺎَﻘَﻓ ،ِﺪِﺠْﺴَﻤْﻟا ﻲِﻓ َلﺎَﺑ ًﺎّﯿِﺑاَﺮْﻋَأ ﱠنَأ ،ﮫﻨﻋ ﷲ ﻲﺿر ٍﺲَﻧَأ ْﻦَﻋ ِﮫْﯿَﻟِإ

ﻢّﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰّﻠﺻ ِ ّﷲ ُلﻮُﺳ َر َلﺎَﻘَﻓ ، ِم ْﻮَﻘْﻟا ُﺾْﻌَﺑ

" : َﻻ َو ُهﻮُﻋَد

ُهﻮُﻣِر ْﺰُﺗ "

ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﮫﱠﺒَﺼَﻓ ،ٍءﺎَﻣ ْﻦِﻣ ٍﻮْﻟَﺪِﺑ ﺎَﻋَد َغَﺮَﻓ ﺎﱠﻤَﻠَﻓ َلﺎَﻗ .

ﻢﻠﺴﻤﻟ ﺔﯾاور ﻲﻓو ُهﺎَﻋَد ﻢّﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰّﻠﺻ ِ ّﷲ َلﻮُﺳَر ﱠنِإ ﱠﻢُﺛ :

ُﮫَﻟ َلﺎَﻘَﻓ

" : ،ِرَﺬَﻘْﻟا ﻻَو ِل ْﻮَﺒْﻟا اَﺬھ ْﻦِﻣ ٍء ْﻲَﺸِﻟ ُﺢُﻠ ْﺼَﺗ َﻻ َﺪِﺟﺎَﺴَﻤْﻟا ِهِﺬھ ﱠنِإ

ﷲ ِﺮْﻛِﺬِﻟ َﻲِھ ﺎَﻤﱠﻧِإ -

ﻞﺟو ّﺰﻋ ِنآ ْﺮُﻘْﻟا ِةَءاَﺮِﻗَو ،ِةَﻼﱠﺼﻟاَو ، -

."

Suatu ketika Rasulullah saw sedang duduk bersama para shahabat ra.

di dalam masjid. Tiba-tiba seorang ‘Arab Badui (kampung) masuk masjid, dan kencing di dalamnya. Bangkitlah para shahabat yang ada di dalam masjid, menghampirinya seraya menghardik dengan keras. Rasulullah saw melarang mereka menghardik Arab Badui itu, dan memerintahkan mereka untuk membiarkannya sampai menyelesaikan hajatnya. Kemudian setelah selesai, Rasulullah sallam meminta untuk diambilkan setimba air untuk dituangkan pada air kencing tersebut.” (HR. Bukhari)

Kemudian Rasulullah saw memanggil ‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatinya dengan lemah lembut: “Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing, pen) atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al Qur’an.” (HR. Muslim)

Bukti lain, Rasulullah mampu mendakwahkan Islam secara sempurna hanya dengan hitungan tahun. Kekuasaan Islam pada masa Rasulullah saw sudah sangat luas, dan hal itu berhasil karena sifat beliau yang baik. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)

Orang-orang percaya pada Rasulullah saw sebagai sosok yang berbudi pekerti luhur, hal itu juga karena dalam dakwah ucapan dan perbuatan Nabi sejalan. Allah Swt. berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian

(6)

6

di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."

(QS. al-Shaf: 2-3)

Islam adalah rahmatan lil alamin. Rahmat itu tercermin dari kepribadian dan keteladanan Rasulullah saw. Ibnu Katsir memaknai rahmatan lil alamin sebagai sebuah ungkapan dan bentuk penegasan Allah kepada seluruh makhluk pribumi tentang sifat dan akhlak Nabi Muhammad saw. Ibn Katsir juga menegaskan, siapapun yang menerima ajaran serta anjuran yang datangnya dari Rasulullah niscaya ia akan menjadi seorang yang berbahagia, baik di dunia maupun di akhirat.16

Keteladanan Rasulullah saw dalam segala tindak-tanduknya, baik dalam berbicara maupun bertindak sehari-hari, ditegaskan oleh Allah swt.,

“sungguh aku telah mengutus seseorang untuk kalian semua sebagai suri tauladan yang baik,” (QS. al-Ahzab ayat 21). Dalam ayat lain, “dan bagimu terdapat akhlak yang sangat mulia,” (QS. al-Qalam ayat 4)

Dalam satu kisah sejarah, Rasulullah selalu dilempari kotoran unta karena teguh menyebarkan agama Islam, tetapi beliau tidak pernah marah, tidak mengajak para sahabat balas dendam.Orang yang melemparkan kotoran itu adalah Yahudi dari Bani Qainuqa’, tetangga Rasulullah sendiri.17 Namun, Rasulullah saw bersabda:

َو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲ ُل ْﻮُﺳ َر ﱠنأ ُﮫْﻨَﻋ ﷲ َﻲِﺿَر َةَﺮْﯾَﺮُھ ْﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ

َلﺎَﻗ ﻢﱠﻠَﺳ َو ِﮫِﻟآ َﺪْﻨ ِﻋ ُﮫَﺴْﻔَﻧ ُﻚِﻠْﻤَﯾ ْيِﺬﱠﻟا ُﺪْﯾِﺪﱠﺸﻟا ﺎَﻤﱠﻧِإ ِﺔَﻋَﺮﱡﺼﻟﺎِﺑ ُﺪْﯾِﺪَﺸﻟا َﺲْﯿَﻟ )

ِﺐَﻀَﻐﻟا (

ﮫﯿﻠﻋ ﻖﻔﺘﻣ

“Orang yang kuat bukanlah yang menang dalam gulat, tetapi adalah orang yang mampu menahan amarahnya,” (HR. Muttafaq alaih)

Secara umum dapat disimpulkan, aktivitas dakwah yang semestinya akan dilaksanakan oleh umat muslim adalah meneladani Rasulullah saw., yang di dalam agama Islam dikenal sebagai uswah hasanah. Konsep uswah hasanah, keteladanan yang baik, bukan saja mesti menjadi pendekatan seluruh dai muslim, tetapi sudah menjadi ajaran Islam itu sendiri. Lebih-lebih dalam dakwah, yang berarti menggantikan dan meeneruskan mandat Rasulullah saw

16 Abu Al-Fida’ Isma’il Bin Umar Bin Kathir Al-Qurasyiyyi Al-Dimasqi, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, (Dar Al-Thaybah, 1999), h. 385

17Zainurrafieq, The Power of Syukur, (Jakarta: Spirit Media, 2015), h. 69

(7)

7

dalam menyampaikan Islam, uswah hasanahadalah pilihan paling utama dan pertama.Imam al-Razi mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib, bahwa seseorang yang berilmu dan sedang menyampaikan pesan agama kepada orang lain maka dia adalah pewaris para Nabi.18

2. Dakwah dengan Dialog

Namun begitu, kelembutan perilaku yang Rasulullah saw tunjukkan tidak disampaikan melakukan kalimat bisu saja, tetapi diartikulasikan menjadi tindakan rasional dialogis. Rasulullah saw mendapat perintah dari Allah swt untuk berdialog dengan musuh-musuh Islam. Allah swt berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:

125)

Dalam sebuah riwayat, pada suatu hari, para pendeta Nasrani Najran berselisih pendapat dengan para pendeta Yahudi. Para pendeta Yahudi mengatakan bahwa Ibrahim adalah orang Yahudi, sebaliknya, pendeta Nasrani berkata, "Nabi Ibrahim itu tidak lain adalah seorang Nasrani." Dengan nalar rasional yang Allah swt ajarkan, Nabi Muhammad mengambil posisi, dengan mengatakan bahwa Ibrahim itu hidup sebelum agama Yahudi dan Nashrani itu terbentuk, sebelum Musa as dan Isa as lahir.19

Apa yang ayat Al-Quran sebutkan dan apa yang Rasulullah saw praktekkan adalah bukti bahwa dialog adalah media dakwah Islam.

Khitabkepada nabi Muhammad sebentuk penegasan dari Allah swt. untuk mengajak masyarakat Arab pada saat itu dengan cara yang penuh hikmah, edukatif, rasional, dan ilmiah. Dakwah Islam tidak harus dengan otot saja, tetapi juga otak.

Hal penting yang perlu dicatat, Allah swt memerintah Rasulullah untuk berdakwah dengan perkataan-perkataan yang baik, penuh nasehat yang bijaksana, bukan kata-kata penuh kebencian dan permusuhan. Ibn Katsir menegaskan bahwa terminologi dialog (mujadalah) yang terdapat pada ayat

18Fakruddin al-Razi, Mafatih al-Ghaib, (Bairut: Dar al- Kutub al-llmiyyah, 1990), h. 461

19 Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Muhammad, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 527

(8)

8

An-Nahl tersebut merupakan terma yang dipergunakan oleh Nabi saw dalam menghadapi orang-orang kafir.20

Dalam pandangan Ibnu Katsir, Rasulullah saw menggunakan metode dakwah yang penuh hikmah. Yang dimaksud dengan hikmah di sini adalah ketegasan beliau atas dasar-dasar dari setiap pesanyang telah dimandatkan Allah swt secara langsung, seperti mengenai Tauhid dan yang lainnya.21

Dialog yang disampaikan dengan santun, secara otomatis, akan menjadi mauidlah hasanah (wejangan sarat kebijaksanaan). Banyak orang kafir yang mengingkari dan menentang kebenaran Islam, tetapi Allah swt melarang memaksakan kehendak dan mencukupkan diri sebagai penyampai saja. Allah swt berfirman:

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada taghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al- Baqarah: 256)

Dalam berdialog dan berdakwah, Allah swt memberikan batasan- batasan yang tidak boleh dilanggar oleh Rasulullah saw. Allah swt berfirman:

“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka.” (QS.

al-‘Ankabut: 46)

3. Fungsionalisasi Masjid

Dakwah kadang memang membutuhkan pusat sebagai markaz, kantor, atau tempat perkumpulan. Walaupun fakta demikian terjadi di era modern ini, Rasulullah saw. telah mengerti tentang urgensitas pusat peradaban Islam itu sendiri, yaitu masjid. Ketika hijrah ke Madinah, langkah pertama yang Rasulullah lakukan adalah membangun masjid kecil yang berlantaikan tanah, dan beratapkan pelepah kurma.22

Melalui Masjid, Rasulullah saw melakukan pengajaran Islam sekaligus pemberdayaan masyarakar.Gerakan dakwah berbasis masjid ini telah

20 Abu Al-Fida’ Isma’il Bin Umar Bin Katsir Al-Qurasyiyyi Al-Dimasqi,Tafsir Al-Qur’an Al-

‘Adzim, (Dar Al-Thaybah, 1999), juz 4, h. 613

21Ibid., h. 613

22 Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani, 1996), h. 10

(9)

9

diperankan oleh Rasulullah saw. di Masjid Nabawi, Madinah. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan meliputi pemberdayaan dalam aspek spiritual, aspek sosial (persatuan dan kesetaraan), pendidikan, ekonomi, politik dan pertahanan.23

Masjid Nabawi di Madinah telah menjabarkan fungsinya sehingga lahir peranan masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepuluh peranan yang telah diemban oleh Masjid Nabawi, yaitu sebagai:

tempat ibadah (shalat, zikir), tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya), tempat pendidikan, tempat santunan sosial, tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya, tempat pengobatan para korban perang, tempat perdamaian dan pengadilan sengketa, aula dan tempat menerima tamu, tempat menawan tahanan, dan pusat penerangan atau pembelaan agama.24

Ini adalah pelajaran penting bagi kita bahwa dakwa Islam yang berpusat pada masjid dapat dijadikan sebagai kerja pemberdayaan. Adapun langkah yang ditempuh dalam melakukan pemberdayaan, misalnya, mulai dari menumbuhkan dan membangun potensi spiritual Tauhid masyarakat, menyediakan akses (pranata sosial), membangun masjid, membuat perjanjian damai dengan berbagai pihak, mendirikan pasar di sekitar masjid, membentuk dan melatih pasukan pertahanan, dan kebersamaan. Itulah mengapa, masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah Saw. adalah Masjid Quba', kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah.

Allah swt berfirman: “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat." (QS. Al- Baqarah: 114)

Ironisnya, perkembangan masjid kontemporer sering bertolak belakang. Masjid menjadi pusat dilontarkannya narasi-narasi kebencian, permusuhan, serta pembentukan firqah-firqah yang memecah belah umat

23 Nawari Ismail, Perubahan Sosial-Budaya Komunitas: Agama Dam,(Yogyakarta:

Deepublish, 2016), h. 44

24 Moh. Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid, (Jakarta: Grafindo Litera Media, 2005), h.

89

(10)

10

muslim. Masjid menampilkan dua wajah sekaligus: wajah Islam yang damai sekaligus Islam yang keras. Keberadaan masjid-masjid yang menjadi penyebar kebencian dan permusuhan semacam ini bukan tidak disinyalir oleh Al-Quran.

Allah swt sudah berfirman: “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah:" Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya),”

(Qs. At-Taubah: 108).

Ini penting sebagai catatan sejarah. Allah swt memerintahkan Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan fisik masjid yang dibangun oleh kaum munafik,yaitu Masjid Dhirar, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan bangkai binatang. Perhatikanlah, penghancuran terhadap masjid yang digunakan sebagai tempat provokasi dan permusuhan adalah dibenarkan.

Mengapa? Karena masjid ditujukan untuk ketakwaan, persatuan umat, kedamaian, keharmonisan, bukan perpecahan. Sejak era Rasulullah saw., masjid adalah tempat berdakwah, pusat dakwah. Tetapi, masjid juga menjadi sarang musuh yang menebar kebencian dan permusuhan. Itu yang terjadi pada Masjid Dhirar.25

4. Dakwah dengan Ekonomi

Hal yang tak kalah penting adalah aspek ekonomi dan bisnis sebagai media dakwah, strategi dan pendekatannya. Sebab, hal ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw sendiri. Beliau mempraktikkan perdagangan dengan menggunakan sistem kerjasama (mudharabah) antara pengelola dan pemilik moda, dalam hal ini adalah Siti Khadijah ra.26

Setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi, dalam proses kegiatan dakwahnya, ekonomi Islam menjadi berkembang sangat pesat. Moral masyarakat banyak berubah, khususnya dalam hal perdagangan dan dalam sistem ekonomi pemerintahan. Nabi Muhammad saw juga memberikan ajaran

25Suara Hidayatullah, Volume 14, Issues 7-12, Thn. 2001, h. 161, lihat juga Sayyid Quthub, Tafsir Fi Zhilalil Quran, jilid 11, (Jakarta: Gema Insani, 2003), h. 46

26 A. Fatih Syuhud, Meneladani Akhlak Rasul dan Para Sahabat, (Pondok Pesantren Al- Khoirot, 2015), h. 42

(11)

11

Islam tentang penataan ekonomi dan pasar. Baik dalam hal produksi dan distribusi, maupun terutama dalam hal konsumsi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktifitas ekonomi.

Diantara ajaran ekonomi dan keuangan yang disampaikannya adalah ekonomi dan keuangan yang berkeadilan dan merata.27Dalam melakukan usaha perdagangan, menurut Nabi Muhammad saw, ada beberapa aturan yang harus diperhatikan28:

Pertama, penjual tidak boleh mempraktekkan kebohongan dan penipuan mengenai barang-barang yang dijual pada pembeli. Kedua, para pelanggan yang tidak sanggup membayar kontan, hendaknya diberi tempo untuk melunasinya. Rasulullah saw bersabda: “tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu dan berbaliklah pada apa yang tidak meragukanmu. Kebenaran adalah ketenangan dan kepalsuan adalah keraguan.”29

Ketiga, penjual harus menjauhi sumpah yang berlebih-lebihan dalam menjual suatu barang, hanya supaya calon pembeli tertarik, sehingga promosi atas kualitas produk melebihi realitas kualitas produk itu sendiri. Rasulullah saw bersabda:

ِﺔَﻛَﺮَﺒْﻠِﻟ ٌﺔَﻘ ِﺤ ْﻤُﻣ ِﺔَﻌْﻠﱢﺴﻠِﻟ ٌﺔَﻘﱢﻔَﻨُﻣ ُﻒِﻠَﺤْﻟا

”Sumpah itu akan menjadikan barang dagangan menjadi laris manis, (akan tetapi) menghapuskan keberkahan.” (HR. Bukhari-Muslim). Dari Abu Qotadah Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabd:

ُﻖ َﺤْﻤَﯾ ﱠﻢُﺛ ُﻖﱢﻔَﻨُﯾ ُﮫﱠﻧِﺈَﻓ ِﻊْﯿَﺒْﻟا ﻰِﻓ ِﻒِﻠَﺤْﻟا َةَﺮْﺜَﻛَو ْﻢُﻛﺎﱠﯾِإ

”Hati-hatilah dengan banyak bersumpah dalam menjual dagangan karena ia memang melariskan dagangan, namun malah menghapuskan keberkahan.” (HR. Muslim). Dalam sabda lain, “tidak seorang pun dapat menjadi orang yang taat sebelum ia meninggalkan segala sesuatu yang tidak membawa manfaat dengan cara berhati-hati terhadap yang mendatangkan mudlarat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).30

27 Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat, (Tangerang: Kholam Pub, 2008), h. 92

28 Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, terj.Dewi Nurjulianti, dkk., (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997), h. 28

29Ibid., h. 20

30Ibid., h. 21

(12)

12

Keempat, hanya dengan kesepakatan bersama, atau dengan suatu usulan dan penerimaan penjualan suatu barang akan sempurna. Riba dalam segala macam bentuknya sama sekali dilarang oleh nabi. Jabir menceritakan bahwa:

َﻠِﻛ ْﺆُﻣ َوﺎَﺑﱢﺮﻟ َﻼِﻛﺂَﻤﱠﻠَﺳَﻮِﮭْﯿَﻠَﻌُﮭﱠﻠﻟﺎ ﱠﻠ َﺼِﮭﱠﻠﻟ ُﻻﻮُﺳَﺮَﻨَﻌَﻠَﻟﺎَﻗٍﺮِﺑﺎَﺠْﻨَﻋ َﻮُﮭَﺒِﺗﺎَﻛَﻮُﮭ

ٌءا َﻮَﺴْﻤُﮭَﻟﺎَﻗَﻮِﮭْﯾَﺪِھﺎَﺷ

“Rasulullah telah mengutuk orang yang menerima riba, membayar dan mencatatnya, serta dua orang saksi atasnya, seraya mengatakan : mereka semua sama saja” (HR. Muslim).31

Kelima, penjual harus tegas terhadap timbangan dan takaran. Keenam, orang yang membayar dimuka untuk pembelian suatu barang tidak boleh menjualnya sebelum barang tersebut barang tersebut benar-benar menjadi miliknya. Ketujuh, nabi melarang bentuk monopoli dalam perdagangan dan mengatakan “barang siapa yang melakukan monopoli maka ia adalah pendosa”. Kedelapan, tidak ada harga komoditi yang boleh dibatasi.

Penerapan nilai dan praktik ekonomi Islam menjadi perhatian besar Rasulullah saw., mengingat Makkah merupakan pusat perdagangan terbesar saat itu. Banyak Sunnah dan hadits nabi menjelaskan tentang petunjuk dalam bermuamalah (berdagang).

Perlu untuk menegakkan keadilan bagi seluruh kehidupan sosial manusia, sehingga keselarasan terpelihara dalam setiap tindakan manusia. Hal itu karena pemeliharaan keselarasan dan kesederhanaan bidang ekonomi hampir tidak mungkin dilakukan tanpa kekuatan. Pentingnya kekuasaan politik diberi tekanan dalam ayat ini.

Selain ingin memelihara suatu keseimbangan hubungan antara Tuhan dan manusia, Islam juga ingin menegakkan keadilan dalam pengaturan hubungan antar manusia untuk menyelamatkan masyarakat dari hal-hal buruk yang terjadi dalam bidang ekonomi. Inilah sebabnya mengapa Islam hendak menegakkan keadilan tidak hanya dalam satu aspek tetapi dalam setiap aspek kehidupan sosial.32

31Ibid., h. 23

32 Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, terj. Dewi Nurjulianti, dkk., (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997), h. 57

(13)

13

Siti Khadijah adalah salah seorang dari wanita kaya di Mekkah.

Melihat Muhammad muda sejak kecilterkenal rajin dan percaya diri, memperoleh reputasi yang baik ketika dewasa, dikenal karena kejujuran dan integritasnya, maka Khadijah mulai tertarik untuk berbisnis dengan Muhammad. Khadijah mengutus Muhammad dalam berbagai perjalanan dagang keberbagai pasar di Utara dan Selatan dengan modalnya. Terkadang Khadijah memberi upah, dan tidak jarang berdasarkan bagi hasil sebagai mitra dagangnya tersebut.33

5. Pembebasan (al-fath)

Perang adalah bagian dari potret sejarah Islam awal, dan hal itu tidak bisa dipungkiri. Namun, opini tentang perang dapat saja bermakna bias, sehingga musuh Islam membangun narasi yang menyudutkan dengan mengatakan bahwa Islam sebagai agama teror, bukan saja berdasar fakta kontemporer melainkan juga sejak era Muhammad saw. Opini yang perlu diluruskan, dan bahwasanya perang bukanlah teror melainkan media dakwah yang membebaskan.

Selama hidup, Rasulullah saw. menjalankan perannya sebagai komandan pasukan dan kepala pemerintahan sipil.34Peperangan yang berorientasi dakwah dan diikuti langsung oleh Rasulullah sebanyak 27 kali.

Perang Waddan (al-Abwa), terjadi pada bulan Ṣafar tahun 2 H/bulan Agustus tahun 623 M. Inilah perang pertama yang memakan waktu 15 hari.35Dalam perjalanan perang ini, umat muslim berhasil mengikat kontrak perjanjian damai dengan Bani Dhamrah yang dikepalai oleh Majdi bin Amr Ad-Dhamri.

Perang Buwwaṭ terjadi pada bulan Rabiul Awal tahun 2 H/bulan September tahun 623 M.36Dalam perang ini, umat muslim mendapat kabar bahwa kafilah dagang Quraisy membawa Unta sebanyak 2.500 ekor dan hendak menyerang. Setelah disambut dan Rasulullah terjun ke medan perang, pasukan Quraisy tidak datang, dan perangpun tidak terjadi. Rasulullah saw pun kembali ke Madinah. Sejarah ini ingin mengajarkan agar umat muslim tidak gentar terhadap musuh tetapi tidak perlu mencari permusuhan.

33Ibid., h. 7

34 Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: Serambi, 2014), h. 174.

35 Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Muhammad, Vol. 1, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 563

36 Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h.

225

(14)

14

Pada tahun 2 H./623 M., terjadi banyak peperangan. Di antaranya, Perang Żul Usairah (Jumadil Akhir tahun 2 H/bulan Desember tahun 623 M.), Perang Badar Pertama (bulan Jumadil Akhir tahun 2 H/bulan Desember tahun 623 M.). Perang demi perang ini susul-menyusul karena kebencian orang kafir terhadap pertumbuhan pesat umat muslim. Sementara prinsip Islam tetap sama, yaitu menyebar perdamaian, berperang untuk menolak serbuan, dan mencari solusi terbaik untuk menghindar konflik berkepanjangan.37

Api permusuhan dari orang kafir terhadap Islam memang tidak pernah padam. Beberapa eprang pun pecah pada bulan-bulan berikutnya, seperti Perang Badar Qubra (bulan Ramaḍan tahun 2 H/bulan Maret tahun 624 M.), Perang Bani Qainuqa’ (Syawal tahun 2 H/bulan April tahun 624 M.), Perang Bani Sulaim (Syawal tahun 2 H/bulan April tahun 624 M.), Perang Bani Sawwiq (Żulhijjah tahun 2 H/bulan Juni tahun 624 M.), Perang Żu ’Amar (Rabiul Awal tahun 3 H/bulan Agustus tahun 624 M.), Perang Buhran (Jumadil Awal tahun 3 H/bulan Oktober tahun 624 M.). Semua perang ini sering kali didorong oleh pengkhinatan perjanjian damai atau percobaan pembunuhan atas Nabi saw.38

Perang Uhud (Syawal tahun 3H/bulan Maret tahun 625 M.) adalah perang yang cukup terkenal.39Kaum Quraisy ingin balas dendam atas terbunuhnya saudara-saudara mereka di perang Badar. Perang Hamra' al- As’ad (Syawal tahun 3 H/bulan Maret tahun 625 M.)merupakan kelanjutan dari perang Uhud. Kaum Quraisy penasaran dengan kekalahan mereka di bukit Uhud. Perang Bani Naẓir (Rabiul Awal tahun 3 H/bulan September tahun 624 M.)yang dikarenakan Bani Naẓir melanggar perjanjian damai dengan Rasulullah saw.

Perang Żatur Riqa` (Rabiul Awal tahun 3 H/bulan September tahun 624 M.)bertujuan untuk memerangi suku badui Arab yang terkenal keras kepala dan suka merampok. Perang Badar Kedua (Sya’ban tahun 4 H/bulan Januari tahun 626 M.). Perang Dumatul Jandal (Rabiul Awal tahun 5 H/bulan Agustus tahun 626 M.)yang bertujuan membersihkan pengacau ketertiban

37Mulyadhi Kartanegara, Islam Buat yang Pengen Tahu, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 66-67

38 Said Ramadhan Al-Buthy, Fikih Sirah, (Jakarta: Mizan, 2009), h. 272

39 2013. Abdul Hadi Zakaria, Sejarah Lengkap Kota Makkah dan Madinah, (Jogjakarta: Diva Press, 2014), h. 249

(15)

15

sosial dan perampok para pedagang yang akan ke pasar.40Jika dilihat dari motiv-motiv perang maka sejarah peperangan dalam Islam tidak menodai sama sekali tujuan suci Islam sebagai pembawa misi perdamaian, bahkan sekalipun harus diukur dengan nalar manusia modern-kontemporer.

Karenanya, perang bukan perbuatan yang terlarang dalam Islam.

Perang dikutuk oleh Islam jika tidak memiliki landasan kebenaran yang syar’i.

Pada tahun-tahun berikutnya, Rasulullah saw pun masih terjun ke medan perang, seperti Perang Muraisi` (Sya`ban tahun 5 H/bulan Januari tahun 627 M.), Perang Khandaq (Sya`ban tahun 5 H/bulan Januari tahun 627 M.), Perang Bani Quraiẓah (Żulqa`dah tahun 5 H/bulan April tahun 627 M.), Perang Bani Lihyan (Rabiul Awal tahun 6 H/bulan Juli tahun 627 M.), Perang Żil Qarad (Rabiul Awal tahun 6 H/bulan Juli tahun 627 M.), Perang Hudaibiyyah (Żulqa’dah tahun 6 H/bulan Maret tahun 628 M.).

Selain itu ada lagi, yaitu Perang Khaibar (Muḥaram tahun 7 H/bulan Mei tahun 628 M.), Perang Mu’tah (Jumadil Awal tahun 8 H/bulan September tahun 629 M.), Perang Fatḥu al-Makah (Ramaḍhan tahun 8 H/bulan Januari tahun 630 M.). Dalam sejarah, Fathu Makkah ini adalah penaklukan terbesar umat Islam. Perang Hunain dan Bani Ṫaif (Syawal tahun 8 H/bulan Febuari tahun 630 M.), dan Perang Tabuk (Rajab tahun 9 H/bulan Oktober tahun 630 M.). Perang Tabuk ini menjadi pertempuran terakhir yang diikuti Nabi.41

Fakta sejarah memang tidak akan pernah berubah, namun cara pandang dan paradigma dalam pembacaan selalu bias interest. Peperangan memang pernah dipimpin langsung oleh Rasulullah saw., tetapi apakah Islam agama damai atau agama perang merupakan pertanyaan yang mengarah pada penilaian. Pada titip penilaian inilah, kritisisme atas fakta sejarah menjadi penting, dan tulisan ini menilai bahwa perang adalah media dakwah Rasulullah saw dalam menyampaikan ajaran Islam yang penuh perdamaian, demi menjaga ketertiban dan keamanan sosial, serta mempertahankan diri dari serangan militer musuh.

6. Risalah(Korespondensi)

40 Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw. III, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.185

41 Muhammad Abu Ayyasy, Strategi Perang Rasulullah, (Jakarta: Qultum Media, 2009), h.

157

(16)

16

Risalah atau surat adalah media dakwah yang digunakan Rasulullah saw dalam menyampaikan Islam agar menjangkau publik yang lebih luas.

Dengan melakukan korespondensi terhadap raja-raja dan penguasa negara- negara tetangga, Rasulullah saw mendakwahkan Islam dan menjalankan misinya sebagai muballigh.

Salah satu surat yang ditulis oleh Rasulullah adalah surat yang dikirim kepada Raja Najasyi yang bernama Ashlamah bin Al-Ajjar dan berkuasa di Habasyah (Ethiopia). Surat ini ditulis pada bulan Muharam tahun 7 H., dan dibawa oleh Amr bin Umayyah ad-Dhamirike Habasyah.42Kemudian, Raja Najasyi ini menulis surat balasan yang diperuntukkan kepada Rasulullah saw.

Bunyi surat balasan tersebut:

aku bersaksi dengan sejujurnya, dan membenarkan bahwa sesungguhnya engkau adalah rasulullah. Sesungguhnya aku telah berjanji setiap kepadamu dan kepada anak pamanmu, dan aku telah memeluk Islam di hadapannya, semata-mata karena Allah Rabul Alamin.43

Korespondensi yang dilakukan Rasulullah saw dan Raja Najasyi membuahkan hasil. Namun, surat lain yang dikirim kepada Muqauqis, Raja Mesir, tidak berbuah semanis Raja Habasyah. Muqauqis sendiri adalah gelar seorang raja yang bernama Juraij bin Matam. Muqauqis setelah membaca surat Rasulullah dengan teliti, dia hanya bisa bersikap simpati dan menulis suratbalasan.Tidak hanya itu, sebagai bentuk dukungan kepada Rasulullah Saw., Muqauqis menyertakan dua orangwanita terhormat dari Qibthi, yaitu Maria Qibtiyyah dan Sirin,juga beberapa lembar kain dan seekor keledai.44

Rasulullah saw. juga mengirim surat Kepada Qaiṣar Heraklius, Raja Romawi Timur. Surat ini dibawa oleh Dihyah bin Khalifah al-Kalbi. Setelah membaca surat dari Rasulullah saw., Heraklius berkata kapada Dihyah:

demi Allah, aku sungguh mengetahui bahwa sahabatmu itu adalah seorang nabi yang diutus. Dialah yang selama ini kami nanti-nantikan, yang kami dapati dalam kitab suci kami. Hanya saja, aku mengkhawatirkan

42 Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h.

420

43 Said Hawwa, Ar-Rasul Shallallahu alaihi wa Sallam, (Jakarta: Gema Insani, 2003), h. 515

44 Amru Yusuf, Istri-istri Rasulullah, terj. Ghufron Hasan, (Jakarta: Gema Insani, 1997), h.

132

(17)

17

ancaman orang Romawi atas diriku. Seandainya bukan karena itu, niscaya aku sudah mengikutinya.45

Masih ada banyak lagi fakta sejarah bagaimana surat-menyurat adalah media yang paling efektif yang digunakan Rasulullah saw untuk mendakwahkan ajaran Islam. Tentu saja, efektifitas surat sebagai media media tidak harus diukur dengan keberhasilan meraih target. Misalnya, surat kepada al-Munżir Bin Sawa, Pemimpin Bahrain, yang dibawa oleh al-Ala’ bin Hadrami. Surat kepada Hauḍan bin Ali al-Hanafi, Pemimpin Yamamah, yang dibawa oleh Saliṭ bin al-Amiri. Surat kepada al-Hariṡ bin Abu Syamr al- Gassani, Pemimpin Damaskus, yang dibawa oleh Syuja’ bin Wahb dari Bani Asad bin Khuzainah. Surat kepada raja Oman, Jaifar dan Abdu, putera al- Gulandi al-Uzdi. Surat ini dibawa oleh Amr bin Ash.

Para raja yang mendapat kiriman surat dari Rasulullah ini sebagian menolak dengan lembut, ada yang menolak dengan kasar, tetapi ada juga yang menerima. Namun begitu, media dakwah berupa surat dan pendekatan korespondensi yang digunakan oleh Rasulullah saw adalah pelajaran penting dalam sejarah.

7. Diplomasi Politik

Salah satu strategi Rasulullah Saw., dalam mengembangkan Islam adalah dengan mengutus sahabatnya ke berbagai daerah, misinya adalah menguatkan keimanan mengajari hukum Islam, baca tulis dan memperkokoh persaudaraan dan persatuan umat muslim. Pada saat peristiwa Haji Wada’

Rasulullah Saw., mengutus Mu’aż bin Jabal dan Abu Musa al-Asy’ari ke Yaman.

Rasulullah berkatakepada Mu’aż bin Jabal: “sesungguhnya engkau akan datangkepada golongan ahli kitab. Apabila engkau menjumpai mereka,serulah mereka untuk mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah,dan Muhammad adalah utusan Allah, jika mereka mematuhimu,beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya Allah telahmewajibkan salat lima kali dalam sehari semalam. Jika merekamematuhimu semua perintahmu, beritahukanlah bahwa Allah telahmewajibkan sedekah kepada mereka mematuhimu, peliharalahkehormatan harta benda mereka. Takutlah akan doa

45 Syawqi Abu Khalil, Atlas Jejak AgungMuhammad saw., terj. Fedrian Hasmand, (Jakarta:

Noura Books, 2009), h. 142

(18)

18

orang yangteraniaya, sebab tidak ada yang menghambat antara doanya denganAllah.”46

Beliau juga menjelaskan tentang ukuran diwajibkanya zakat. Setelah dinasehati oleh Rasulullah Saw., keduanya segera bergegas ke Yaman. Inilah pertemuan terakhir mereka dengan Rasulullah Saw. Selain itu Rasulullah juga mengirimkan Khalid bin Walid ke lokasi al-Uzza yang terletak di Nakhlah.

Al-Uzza adalah rumah yang didewa-dewakan oleh kaum Quraisy, kaum Kinanah dan kaum Muḍar. Sedangkan penjaganya adalah Bani Syaiban dai Bani Sulaim. Selain itu, Beliau juga mengirim Usamah bin Zaid ke Palestina.47 8. Undang-undang dan Hukum

Rasulullah Saw., tinggal di Madinah, yang terdiri dari banyak suku dan golongan diantaranya Muhajirin, Anṣhar, ‘Aus dan Khazraj, Bani Nadir, Bani Qainuqa, Bani Quraidẓah dan lainya. Kota ini dulunya bernama Yaṡrib, karena yang membangun adalah Yaṡrib bin Mahlail bin Iram bin ‘Abil Bin ‘Iwaḍ bin Iram bin Nuh.48 Setelah Rasulullah Saw., hijrah, Beliau membangun kehidupan dan tatanan sosial dengan sebuah piagam Madinah, yang berisi kesepakatan dan fakta perjanjian antara penduduk Madinah.

Semangat yang di usung dalam piagam tersebut adalah kebersamaan, persatuan, saling melindungi dan tidak ada diskriminasi, semuanya sama dihadapan hukum. Piagam Madinah ini bertahan tiga tahun, karena setelah itu, Yahudi Madinah mengingkari isi perdamain dalam piagam tersebut. Piagam ini memiliki arti penting bagi sejarah berdirinya Negara Madinah, tak heran bila piagam ini selalu menjadi rujukan para peneliti modern yang mempelajari dan mengkaji sistem pemerintahan yang pernah diterapkan oleh Rasulullah Saw. Di Madinah.49

Piagam ini adalah perjanjian damai dengan lain agama, suku dan etnis pertama kali di dunia. Salah satu isi dari piagam tersebut adalah; Orang-orang Yahudi adalah satu umat dengan orang-orang mukmin. Bagi orang-orang Yahudi agama mereka, dan bagi orang-orang muslim agama mereka, termasuk

46 Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah, (Jakarta: Qisthi Press, 2014), h.898-899.

47 Ibnu Hisyam, Sirah an-Nabawiyyah, (Bekasi: Darul Falah, 2013), Jilid 2, h. 406 dan 591

48 Zuhairi Misrawi, Madinah, Kota Suci, Piagam Madinah dan Teladan Muhammad SAW, (Jakarta: Kompas 2009), h. xiii

49 Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah, (Jakarta: Qisthi Press, 2014), h. 378.

(19)

19

pengikut mereka dan diri mereka sendiri. Hal ini juga berlaku bagi kaum Yahudi.50

C. Penutup

Dari beberapa pemaparan di atas dapat diambil sebuah kesimpulan, bahwa dalam berdakwah Rasulullah SAW tidak hanya melakukanya dengan sakral di mimbar maupun di Masjid-Masjid, melainkan Rasulullah SAW melakukan dakwah secara kompleks menyeluruh dalam seluruh lini kehidupan, baik berhubungan vertikal dengan Allah SWT maupun secara horisontal berhubungan dengan sesama manusia.

50 Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, ar-Rahiq al-Mahtum, (Cairo: Darul Wafa, 2010), h. 180.

(20)

20

Daftar Pustaka

A. Fatih Syuhud, Meneladani Akhlak Rasul dan Para Sahabat, (Pondok Pesantren Al-Khoirot, 2015).

Abdurrahman Hasan Al-Maidani, FiqhAd-Dakwah ila Allah wa Fiqh An-Nush wa Al-Irsyad wa Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa An-Nahy An Al- Munkar,(Beirut: Dar Asy-Syamiah, 1996)

Abu Al-Fida’ Isma’il Bin Umar Bin Kathir Al-Qurasyiyyi Al-Dimasqi, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, (Dar Al-Thaybah, 1999).

Abu Al-Fida’ Isma’il Bin Umar Bin Kathir Al-Qurasyiyyi Al-Dimasqi, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim, (Dar Al-Thaybah, 1999).

Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, terj.Dewi Nurjulianti, dkk., (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 1997).

Amru Yusuf, Istri-istri Rasulullah, terj. Ghufron Hasan, (Jakarta: Gema Insani, 1997).

Athiyyah bin Muhammad Salim, Syarah Bulugh al-Maram, (Maktabah Syamilah: t.t).

Awaludin Pimay, Metodologi Dakwah (Semarang: Rasail, 2006).

Fakruddin al-Razi, Mafatih al-Ghaib, (Bairut: Dar al- Kutub al-llmiyyah, 1990).

Hammud bin Jabir Al-Haritsi, Dakwah An-Nabi li Al-A’rab, (Riyadh: Dar Al- Muslim, 1419 H.)

Ibnu Hisyam, Sirah an-Nabawiyyah, (Bekasi: Darul Falah, 2013).

Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah, (Jakarta: Qisthi Press, 2014).

Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw. III, (Jakarta:

Gema Insani, 2001).

Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani, 1996).

Moh. Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid, (Jakarta: Grafindo Litera Media, 2005).

Muhammad Abu Ayyasy, Strategi Perang Rasulullah, (Jakarta: Qultum Media, 2009).

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat, (Tangerang:

Kholam Pub, 2008).

(21)

21

Mulyadhi Kartanegara, Islam Buat yang Pengen Tahu, (Jakarta: Erlangga, 2007).

Nawari Ismail, Perubahan Sosial-Budaya Komunitas: Agama Dam, (Yogyakarta: Deepublish, 2016).

Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: Serambi, 2014).

Safrodin Halimi, Etika Dakwah Dalam Perspektif Al-Quran anatar Edialis Aqurani dan RealitasSosial (Semarang: Walisongo Pres, 2008).

Said Hawwa, Ar-Rasul Shallallahu alaihi wa Sallam, (Jakarta: Gema Insani, 2003).

Said Ramadhan Al-Buthy, Fikih Sirah, (Jakarta: Mizan, 2009).

Samsul Amin Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009).

Sayid Muhammad Dakwah Fardhiyah (Solo: Era Adicipta Intermedia, 2011).

Sayyid Quthub, Tafsir Fi Zhilalil Quran, jilid 11, (Jakarta: Gema Insani, 2003).

Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, ar-Rahiq al-Mahtum, (Cairo: Darul Wafa, 2010).

Syawqi Abu Khalil, Atlas Jejak AgungMuhammad saw., terj. Fedrian Hasmand, (Jakarta: Noura Books, 2009).

Tayyib Barghuts, Manhaj An-Nabi fi Himayah Ad-Dakwah wa Al-Muhafazhah ala Munjazatiha Hilal al-Fatrah Al-Makkiyah, (Virginia, Herndon:

The International Institute of Islamic Thought, 1992)

Wahidin Saputra, Pengantar ilmu Dakwah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011,.

Zainurrafieq, The Power of Syukur, (Jakarta: Spirit Media, 2015).

Zuhairi Misrawi, Al-Quran Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil Alamin, (Jakarta: Grasindo, 2010).

Referensi

Dokumen terkait

tekanan yang sangat berat dari kaum kafir Quraisy Mekkah dan orang-orang Yahudi dalam mensyi’arkan dakwah Islam di Madinah3. Bahkan, ada beberapa peperangan yang dilalui Nabi

SUSNAN ACARA MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Penelitian ini dilatar belakangi karena keingintahuan peneliti mengenai strategi public relations Islam yang dilakukan dengan meneliti sejarah Nabi Muhammad saw

Ali-Imran ayat 104; (2) tujuan dakwah Hizbut Tahrir Indonesia adalah melangsungkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia dan untuk membangkitkan

1. Menjelaskan hal-hal yang dilakukan pertama kali oleh Nabi Muhammad Saw untuk membangun masyarakat Madinah. Menjelaskan Prinsif-prinsif dasar sistem ekonomi Islam 3.

Media pembelajaran powerpoint atau ppt SKI Kelas 4 Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Yatsrib: Sebab-sebab Hijrah Nabi Muhammad SAW Ke Yatsrib Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW ke

Media pembelajaran powerpoint atau ppt SKI Kelas 4 Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Yatsrib: Upaya Nabi Muhammad SAW Dan Para Sahabat Dalam Mengatasi Ancaman Kafir Quraisy Ketika Hijrah Ke Yatsrib Hikmah Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW ke

Media pembelajaran powerpoint atau ppt SKI Kelas 4 Kepribadian Nabi Muhammad