Hal: 11-21
STRATEGI PENINGKATAN KEPATUHAN ARMADA PURSE SEINE
TERHADAP REGULASI PENANGKAPAN IKAN DI PPS NIZAM ZACHMAN
JAKARTA
The Purse Seine Fleet Compliance Strategy to Fishing Regulations at Nizam Zachman
Fishing Port, Jakarta
Oleh:
Gugun Gunawan1, Ari Purbayanto2, Iin Solihin3
1Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan. gnwngugun@gmail.com
2Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. purbayanto@apps.ipb.ac.id
3Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. iin_solihin@apps.ipb.ac.id
* Korespondensi: gnwngugun@gmail.com
Diterima: 29 Desember 2020; Disetujui: 23 April 2021
ABSTRACT
Importer countries of Indonesian fishery products, such as European Union countries (EU) and the United States (USA), are very concerned about the treacebility of fishery products, which lead to some rejection of fishery products obtained from illegal, unreported and unregulated activities (IUU Fishing) in NZFPJ. Approximately 231 vessels, 121 of it are purseiners, conducted fishing operations outside permitted fishing areas and at least 42 vessels were moored outside their assigned fishing ports. Considering the number of violations, this study is aiming at formulating strategies to improve compliance level of fishing vessels. Data from the case study were analyzed using Strengths Opportunities Weaknesses Threats (SWOT) method and Quantitative Strategic Planning Management (QSPM). The results showed that strategies to improve the compliance of purseiners to fishing regulations in NZFPJ are by developing an integrated fishing vessel monitoring system with relevant agencies conducting law enforcement in the field of marine and fishery. In addition, reward and punishment scheme along with education for fishermen and businessmen are required to improve awareness. Lastly, there is need to provide facilities and training to support the monitoring activities.
Keywords: IUU fishing, NZFPJ, inspection.
ABSTRAK
Negara-negara importir produk perikanan Indonesia seperti di Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) sangat memperhatikan ketelusuran (treacebility) produk hasil perikanan yang di impor, dan mereka menolak produk hasil perikanan yang diperoleh dari kegiatan illegal, unreported dan unregulated (IUU Fishing). Namun terdapat 231 kapal yang melakukan pelanggaran daerah penangkapan ikan dan 42 kapal melanggar pelabuhan pangkalan, yang didominasi oleh armada kapal purse seine sebanyak 121 kapal di PPSNZJ. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi peningkatan kepatuhan armada purse seine dalam mendukung pelaksanaan regulasi di PPSNZJ. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Data dianalisis dengan
metode Strengths Opportunities Weaknesses Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Management (QSPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi untuk peningkatan kepatuhan armada purse seine terhadap kepatuhan regulasi penangkapan ikan di PPSNZJ yaitu a) melakukan pengembangan sistem pemantauan kapal perikanan yang terintegrasi dengan instansi terkait yang menangani penegakan hukum dibidang kelautan dan perikanan; b) melakukan reward dan punishment dan edukasi kepada nelayan dan pelaku usaha, sehingga dapat mempercepat upaya penanganan pelanggaran; dan c) melakukan penyediaan sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pengawasan.
Kata kunci: IUU fishing, pengawasan, PPSNZJ
PENDAHULUAN
Pelabuhan perikanan (PP) merupakan pusat aktivitas ekonomi perikanan yang akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan
ekonomi wilayah secara keseluruhan
(Gumilang et al. 2014). Usaha yang berada di sekitar lingkungan pelabuhan memainkan peran penting dalam kelancaran seluruh ke-giatan perikanan di pelabuhan (Almutahar et al. 2013). Sedangkan menurut Suherman et al. (2020), apabila fungsi pemerintahan dan sistem bisnis perikanan tersebut berjalan dengan baik, maka pelabuhan perikanan akan berdaya guna sebagai pusat aktivitas indus-trialisasi kelautan perikanan yang akan mem-berikan dampak pada peningkatan pertum-buhan ekonomi domestik dan pengentasan kemiskinan.
Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ)
diarahkan untuk mendukung kegiatan
perikanan secara nasional serta diharapkan mempunyai reputasi internasional. Distribusi pemasaran ikan yang ada di PPSNZJ terbagi menjadi 3 pasar, yaitu pasar lokal, pasar ekspor dan unit industri pengolahan yang berada di sekitar PPSNZJ (Sam et al. 2011). Total produksi ikan pada tahun 2018 di PPSNZJ sebesar 188.401.347 kg, terdiri atas produksi laut sebesar 66.880.056 kg dan produksi ikan masuk sebesar 121.521.291.41 kg. Hasil tangkapan dengan volume produksi laut tertinggi terdapat pada alat tangkap pukat cincin pelagis besar yaitu sebesar 39.731.990 kg atau 59,41% dari total produksi laut (KKP 2019).
Negara-negara maju seperti di Uni Eropa (UE) dan Amerika sebagai (AS) sebagai importir sangat memperhatikan ketelusuran (traceability) atas produk hasil perikanan yang di impor, dan sudah memiliki kesadaran tinggi serta menolak produk hasil perikanan yang diperoleh dari kegiatan illegal, unreported dan
unregulated (IUU Fishing) (Abdillah 2019). Data KKP (2019a) pada kurun waktu tahun 2018, kapal yang berpangkalan di PPSNZJ berdasarkan alat penangkapan ikan berjumlah 1559 unit, sedangkan jenis alat tangkap ikan yang men-dominasi yaitu jenis purse seine sebanyak 411 unit. Tahun 2018 sebanyak 231 kapal yang berpelabuhan pangkalan di PPSNZJ melakukan pelanggaran daerah penangkap-an ikan serta 42 kapal melanggar pelabuhan pangkalan, dan semua didominasi oleh armada kapal purse seine sebanyak 121 kapal (KKP 2019b). Menurut Satria et al. (2018) IUU fishing mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi Indonesia, diperkirakan minimal 2 Milyar USD per tahun, serta mengancam kelestarian sumber daya ikan, meningkatkan degradasi habitat, dan membahayakan mata pencaharian nelayan kecil.
Strategi semakin dirasakan penting bagi
berbagai pelabuhan perikanan untuk
mengembangkan competitive advantage
sehingga pelabuhan perikanan tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga dapat
meme-nangkan persaingan (Suherman 2011).
Berdasarkan permasalahan yang dikemu-kakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi peningkatan kepatuhan armada purse seine dalam men-dukung pelaksanaan regulasi di PPSNZJ.
METODE
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember 2019 sampai Januari 2020. Lokasi pengambilan data di PPSNZJ dan Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan Jakarta (Pangkalan PSDKP
Jakarta), Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Jenis data yang dikumpulkan da-lam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari data jumlah kapal purse seine, jumlah kapal patroli
pengawas perikanan, ukuran kapal, fasilitas pelabuhan, jumlah petugas pelabuhan, dan data VMS. Data primer didapat melalui observasi lapang dan wawancara dengan metode purposive sampling sebanyak 9 responden, yang berdasarkan pengalaman, keahlian, dan masa kerja responden, terdiri dari 2 orang petugas PPSNZJ, 3 orang penga-was perikanan Pangkalan PSDKP Jakarta, 2 orang pemilik kapal, dan 2 orang nakhoda kapal purse seine. Menggunakan 2 orang nakhoda sebagai responden karena sesuai dengan kondisi lapangan penelitan, dimana pada saat melakukan pengambilan data, hanya ditemui 2 orang nakhoda kapal purse seine yang dapat dijadikan sampel. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar kapal purse seine sedang melakukan operasi penangkapan selama 3-4 bulan per trip.
Metode purposive sampling digunakan dengan pertimbangan responden dipilih kare-na memiliki kompetensi di bidang pengelolaan pelabuhan, serta pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan (Sugiono 2013). Data sekunder terdiri dari data sarana dan pra-sarana pengawasan, kegiatan pengawasan dan peningkatan kapasitas SDM, pemanfaatan teknologi informasi, dan peraturan perundang-undangan. Analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT (strengths opportunities weaknesses threats) terhadap pengawas perikanan. Analisis SWOT digunakan untuk mendapatkan berbagai alternatif dalam meru-muskan strategi, dengan membandingkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sehingga dari analisis tersebut dapat diambil sesuatu strategi. Tahap penentuan prioritas
strategi menggunakan metode QSPM
(quantitative strategic planning management).
HASIL
Perumusan strategi peningkatan kepa-tuhan armada purse seine dalam mendukung pelaksanaan regulasi di PPSNZJ, dianalisis dengan metode strengths opportunities weak-nesses threats (SWOT), tahapan penyusunan strategi adalah sebagai berikut.
1. Faktor Internal a. Kekuatan
1. Memiliki RMC (regional monitoring center) untuk sistem pengawasan dan pemantauan kapal perikanan yang berpelabuhan pang-kalan di PPSNZJ (S1).
2. Penggunaan aplikasi SIMWASKAN (Sistem
Informasi Manajemen Pengawasan
Perikanan) dalam pengawasan sumber-daya kelautan dan perikanan (S2).
3. Memiliki petugas pengawas perikanan, PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) Perikanan dan petugas Polisi Khusus PWP3K (Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil) (S3).
4. Memiliki gedung kantor pengawasan yang memadai dan dermaga kapal patroli pengawas perikanan (S4).
5. Memiliki SOP (Standar Operasional
Prosedur) dalam pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan (S5).
6. Memiliki Renstra (Rencana Strategis) periode 5 tahunan dalam penanggulangan kegiatan IUU Fishing (S6).
7. Adanya dukungan peraturan tentang usaha perikanan tangkap, Sistem Pemantauan Kapal Perikanan dan PSM (Port State Measures) (S7).
b. Kelemahan
1. Terbatasnya kemampuan VMS yang tidak dapat menganalisa secara langsung indi-kasi pelanggaran yang dilakukan oleh kapal perikanan (W1).
2. Tipe kapal patroli pengawas perikanan kurang besar dan sebagian besar armada yang dimiliki melebihi umur teknis pakai (W2).
3. Anggaran pengawasan terbatas sehingga
kegiatan pengawasan tidak berjalan
dengan maksimal (W3).
4. Kurang idealnya sistem kerja petugas pengawas perikanan dan awak kapal pengawas perikanan (W4).
5. Petugas pengawas perikanan dalam
menjalankan tugasnya tidak dilengkapi alat pelindung dan pengaman diri yang lengkap (W5).
2. Faktor Eksternal a. Peluang
1. Koordinasi dengan instansi terkait seperti
Kepolisian, TNI-AL, Kejaksaan dan
Pemerintah Daerah DKI Jakarta tentang penanganan tindak pidana perikanan berjalan dengan baik (O1).
2. Dukungan dunia internasional dalam
memerangi kegiatan IUU fishing (O2).
3. Peran aktif masyarakat dalam
POKMASWAS yang membantu kegiatan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan (O3).
4. Peran organisasi kenelayanan terhadap peningkatan kepatuhan regulasi penang-kapan ikan (O4).
b. Ancaman
1. Industri pengolahan ikan lebih mementing-kan kapasitas produksi dibandingmementing-kan keberlanjutan sumberdaya ikan (T1). 2. Kebutuhan masyarakat terhadap
peme-nuhan sumberdaya ikan yang semakin meningkat (T2).
3. Jaringan komunikasi yang kurang stabil oleh provider penyedia layanan VMS (T3). 4. Kewenangan Pemerintah Provinsi dalam
pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan (T4).
Identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktor strategis internal, yang kemudian diberi bobot dan rating
sehingga diperoleh nilai (skor) seperti tersaji pada Tabel 1.
Analisis Matriks Eksternal Factor Analysis
Summary (EFAS)
Pada Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan skor untuk faktor internal 2,61 dan faktor eksternal sebesar 2,84. Hal ini berarti bahwa kondisi internal dalam peningkatan kepatuhan armada purse seine terhadap regulasi penang-kapan ikan di PPSNZJ, memiliki kekuatan untuk mengatasi berbagai kelemahan yang dimiliki. Selain itu PPS Nizam Zachman Jakarta telah mampu merespon peluang secara maksimal untuk mengatasi ancaman. Penggunaan model matriks Matriks internal eksternal (IE) dilakukan untuk memperoleh
strategi yang lebih detail. Gambar 1
menyajikan matriks internal eksternal (IE). Tabel 1 Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
Kekuatan Rating Bobot Skor
1. Memiliki RMC (regional monitoring center) untuk sistem pengawasan dan pemantauan kapal perikanan yang berpelabuhan pangkalan di PPSNZJ.
4 0,09 0,32
2. Penggunaan aplikasi SIMWASKAN (Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan) dalam pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan.
4 0,07 0,29
3. Memiliki petugas pengawas perikanan, PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) Perikanan dan petugas Polisi Khusus PWP3K (Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil).
4 0,07 0,25
4. Memiliki gedung kantor pengawasan yang memadai dan dermaga kapal patroli pengawas perikanan.
4 0,07 0,29
5. Memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan.
3 0,10 0,33
6
7
Memiliki Renstra (rencana strategis) periode 5 tahunan dalam penanggulangan kegiatan IUU fishing.
Adanya dukungan peraturan tentang usaha perikanan tangkap, Sistem Pemantauan Kapal Perikanan dan PSM (Port State Measures)
3 3 0,08 0,08 0,23 0,27 Kelemahan
1. Terbatasnya kemampuan VMS yang tidak dapat
menganalisa secara langsung indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh kapal perikanan.
2 0,07 0,13
2. Tipe kapal patroli pengawas perikanan kurang besar dan
sebagian besar armada yang dimiliki melebihi umur teknis pakai.
1 0,10 0,13
3. Anggaran pengawasan terbatas sehingga kegiatan
pengawasan tidak berjalan dengan maksimal.
1 0,10 0,12
4. Kurang idealnya sistem kerja petugas pengawas perikanan
dan awak kapal pengawas perikanan.
1 0,10 0,12
5. Petugas pengawas perikanan dalam menjalankan tugasnya
tidak dilengkapi alat pelindung dan pengaman diri yang lengkap.
2 0,08 0,13
Tabel 2 Matriks Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)
Peluang Rating Bobot Skor
1. Koordinasi dengan instansi terkait seperti Kepolisian,
TNI-AL, Kejaksaan dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta tentang penanganan tindak pidana perikanan berjalan dengan baik.
3 0,12 0,37
2. Dukungan dunia internasional dalam memerangi kegiatan
IUU fishing
1 0,10 0,13
3. Peran aktif masyarakat dalam POKMASWAS yang
membantu kegiatan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan.
3 0,13 0,42
4. Peran asosiasi kenelayanan terhadap peningkatan
kepatuhan regulasi penangkapan ikan
3 0,16 0,50
Ancaman
1. Industri pengolahan ikan lebih mementingkan kapasitas
produksi dibandingkan keberlanjutan sumberdaya ikan
3 0,11 0,29
2. Kebutuhan masyarakat terhadap pemenuhan sumberdaya
ikan yang semakin meningkat
3 0,11 0,29
3. Jaringan komunikasi yang kurang stabil oleh provider
penyedia layanan VMS.
3 0,13 0,39
4. Bertambahnya kewenangan Pemerintah Provinsi dalam
pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan.
3 0,14 0,45
Total 1,00 2,84
Gambar 1 Matriks internal eksternal Gambar 1 menyajikan matriks internal
eksternal tingkat kepatuhan armada purse seine
terhadap regulasi penangkapan ikan di
PPSNZJ. Analisis lanjutan terhadap nilai total matriks IFAS dengan nilai 2,61 dan nilai total matriks EFAS dengan nilai 2,84. Total skor IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan ke dalam matriks internal eksternal dan kemudian ditarik garis vertikal dan horisontal maka terjadi sebuah titik pertemuan pada kuadran V, yaitu diperoleh strategi pertumbuhan stabilitas (hold and
maintaind). Perumusan strategi dengan
Matriks SWOT, untuk meningkatkan
kepatuhan armada purse seine terhadap regulasi penangkapan ikan di PPSNZJ, disajikan pada Tabel 3.
Kesepuluh strategi tersebut kemudian
ditentukan urutan prioritas strateginya
dengan menggunakan analisis quantitative strategic planning management (QSPM). Hasil penghitungan ana-lisis QSPM didapat
T a b e l 3 M a tr iks S W OT S tr e n g th W e a k n e s s 1. M e m ili ki R M C (r e g io n a l m o n ito ri n g ce n te r) u n tu k si st e m p e n g a w a s a n d a n p e m a n ta u a n ka p a l p e ri ka n a n y a n g b e rp e la b u h a n p a n g ka la n d i P P S N Z J. 1. T e rb a ta sn ya ke m a m p u a n V M S ya n g tid a k d a p a t m e n g a n a lisa se ca ra la n g su n g in d ika si p e la n g g a ra n ya n g d ila ku ka n o le h ka p a l p e ri ka n a n . 2. P e n g g u n a a n a p lika si S IM W A S K A N (S ist e m In fo rm a si M a n a je m e n P e n g a w a sa n P e ri ka n a n ) d a la m p e n g a w a sa n su m b e rd a ya k e la u ta n d a n p e ri ka n a n . 2. T ip e ka p a l p a tr o li p e n g a w a s p e ri ka n a n ku ra n g b e sa r d a n se b a g ia n b e sa r a rm a d a ya n g d im ili ki m e le b ih i u m u r te kn is p a ka i. 3. M e m ili ki p e tu g a s p e n g a w a s p e ri ka n a n , P P N S (P e n yi d ik P e g a w a i N e g e ri S ip il) P e ri ka n a n d a n p e tu g a s P o lisi K h u s u s P W P 3 K (P e n g e lo la a n W ila ya h P e si si r d a n P u la u -p u la u K e ci l) . 3. 4. 5. A n g g a ra n p e n g a w a sa n te rb a ta s se h in g g a ke g ia ta n p e n g a w a s a n t id a k b e rj a la n d e n g a n m a ksi m a l. K u ra n g i d e a ln ya si st e m ke rj a p e tu g a s p e n g a w a s p e ri k a n a n d a n a w a k k a p a l p e n g a w a s p e ri k a n a n . P e tu g a s p e n g a w a s p e ri k a n a n d a la m m e n ja la n ka n tu g a sn ya tid a k d ile n g ka p i a la t p e lin d u n g d a n p e n g a m a n d ir i ya n g ku ra n g id e a l. 4. M e m ili ki g e d u n g ka n to r p e n g a w a sa n ya n g m e m a d a i d a n d e rm a g a k a p a l p a tr o li p e n g a w a s p e ri ka n a n . 5. 6. 7. M e m ili ki S OP (S ta n d a r Op e ra si o n a l P ro se d u r) d a la m p e n g a w a s a n s u m b e rd a ya k e la u ta n d a n p e ri ka n a n . M e m ili ki R e n st ra (r e n ca n a st ra te g is) p e ri o d e 5 ta h u n a n d a la m p e n a n g g u la n g a n k e g ia ta n I U U f ish in g . A d a n ya d u k u n g a n p e ra tu ra n te n ta n g u s a h a p e ri ka n a n ta n g ka p , S ist e m P e m a n ta u a n K a p a l P e ri ka n a n d a n P S M (p o rt st a te m e a su re s ). Op p o rt u n it y S0 WO 1 . 2. 3. 4. K o o rd in a si d e n g a n in st a n si te rka it s e p e rti K e p o lisi a n , T N I-A L , K e ja ksa a n d a n P e m e ri n ta h D a e ra h DK I Ja ka rt a b e rj a la n d e n g a n b a ik . D u ku n g a n d u n ia i n te rn a si o n a l d a la m m e m e ra n g i ke g ia ta n IUU fish in g P e ra n a kt if m a sya ra ka t d a la m P OK M A S W A S y a n g m e m b a n tu ke g ia ta n p e n g a w a sa n s u m b e rd a ya k e la u ta n d a n p e ri ka n a n. P e ra n a s o si a si k e n e la ya n a n te rh a d a p p e n in g ka ta n k e p a tu h a n re g u la si p e n a n g ka p a n i ka n . 1. P e m b u a ta n M o U ( m e m o ra n d u m o f u n d e rst a n d in g ) a n ta ra ke p o lisi a n , T N I-A L , K e ja ksa a n , d a n P e m e ri n ta h d a e ra h D K I, d a la m p e n a n g a n a n tin d a k p id a n a k e la u ta n d a n p e ri ka n a n ( S 3 ,S 4 ,S 5 ,S 6 ,O 1 ,O 2 ,O 7 ) 4 . M e m b a n g u n te kn o lo g i V M S , m e n ja d i s e b u a h si st e m p e m a n ta u a n ka p a l p e ri ka n a n ya n g te ri n te g ra si (W 1, W3 ,O 2 ,O 3 ) 2 . M e n in g ka tk a n p e m a n fa a ta n R M C d a n S IM W A S K A N d a la m p e n g a w a s a n ka p a l p e ri ka n a n ya n g b e rp e la b u h a n p a n g ka la n d i P P S N Z J ( S 1 ,S 2 ,S 6 ,O2 ,O 3 ). 5 . M e n g u s u lka n p e n g a d a a n a rm a d a ka p a l p a tr o li p e n g a w a s p e ri ka n a n k e D itje n P S D K P , ya n g m e m ili ki d a ya j e la ja h d i p e ra ir a n d a la m ( W 2 ,W 3 ,O1 ,O 2 ) 3 . P e n g e m b a n g a n S D M p e n g a w a s a n d a n p e n in g k a ta n p e ra n se rta m a sya ra k a t d a la m ke g ia ta n p e n g a w a sa n . (S 3 ,S 5 ,O 4 ,O 5 ) 6. M e n g o p tim a lka n s ist e m k e rj a p e n g a w a s p e ri ka n a n d a n a w a k ka p a l p e n g a w a s (W 3 ,W 4 ,O 2 ,O 3 ,O 4 ,O 5 ) T h re a t ST WT 1. In d u s tri p e n g o la h a n ika n le b ih m e m e n tin g k a n ka p a si ta s p ro d u ksi d ib a n d in g ka n k e b e rl a n ju ta n s u m b e rd a ya ika n 7 . M e m b e ri ka n r e w a rd d a n p u n is m e n t te rh a d a p n e la ya n d a n p e la ku u sa h a ya n g m e m a tu h i r e g u la si p e n a n g ka p a n i ka n (S 2 ,S 3 ,S 5 ,T 1 ,T 2 ,T4 ) 9 . P e n ye d ia a n a la t p e lin d u n g d a n p e n g a m a n d ir i ya n g i d e a l b a g i p e n g a w a s p e ri ka n a n d a n a w a k ka p a l p e n g a w a s u n tu k m e n d u k u n g p e la ksa n a ka n t u g a s d i la p a n g a n . (W 3 ,W 5 ,T 2 , T 3 ) 2. K e b u tu h a n m a sya ra ka t te rh a d a p p e m e n u h a n s u m b e rd a y a ika n y a n g s e m a ki n m e n in g ka t 3. Ja ri n g a n k o m u n ika si y a n g k u ra n g s ta b il o le h p ro vi d e r p e n ye d ia l a ya n a n V M S . 8 M e la ku ka n e d u ka si te rh a d a p m a sy a ra ka t d a n s ta ke h o ld e r d i P P S N Z J te n ta n g p e n g e lo la a n su m b e rd a y a ika n (S 3 ,S 5 ,S 6 ,T 2 ,T 3 ,T 4 ) 10 . M e re ko m e n d a si ka n ke D itje n P S D K P u n tu k M e la ku ka n e va lu a si te rh a d a p p ro vi d e r p e n ye d ia la ya n a n V M S (W 1 ,W 3 ,T 1 ,T 4 ). 4. B e rta m b a h n ya k e w e n a n g a n P e m e ri n ta h P ro vi n si d a la m p e n g a w a s a n s u m b e rd a ya k e la u ta n d a n p e ri ka n a n .
Tabel 4 Prioritas strategi peningkatan kepatuhan armada purse seine dalam mendukung pelaksanaan regulasi di PPSNZJ Prioritas Ke- Strategi Skor TAS
1 Membangun teknologi VMS, menjadi sebuah sistem pemantauan kapal
perikanan yang terintegrasi
5,28
2 Meningkatkan pemanfaatan RMC dan SIMWASKAN dalam pengawasan
kapal perikanan yang berpelabuhan pangkalan di PPSNZJ
5, 05
3 Pengembangan SDM pengawasan dan peningkatan peran serta
masyarakat dalam kegiatan pengawasan
4,89
4 Mengusulkan pengadaan armada kapal patroli pengawas perikanan ke
Ditjen PSDKP, yang memiliki daya jelajah di perairan dalam
4,74
5 Penyediaan alat pelindung dan pengaman diri yang ideal bagi pengawas
perikanan dan awak kapal pengawas untuk mendukung pelaksanakan tugas di lapangan
4,53
6 Mengoptimalkan sistem kerja pengawas perikanan dan awak kapal
pengawas
4,46
7 Memberikan reward dan punisment terhadap nelayan dan pelaku usaha
yang mematuhi regulasi penangkapan ikan
4,37
8 Melakukan edukasi terhadap masyarakat dan stakeholder di PPSNZJ
tentang pengelolaan sumberdaya ikan
4,26
9 Merekomendasikan ke Ditjen PSDKP untuk melakukan evaluasi terhadap
provider penyedia layanan VMS
4,11
10 Pembuatan MoU (memorandum of understanding) antara kepolisian,
TNI-AL, Kejaksaan, dan Pemerintah daerah DKI, dalam penanganan tindak pidana kelautan dan perikanan
4,08
Keterangan: TAS = Total attractive score PEMBAHASAN
Hasil perhitungan analisis QSPM maka dapat dipaparkan ke-10 strategi yang dapat meningkatkan kepatuhan armada purse seine terhadap regulasi penangkapan ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta. Prioritas strategi tersebut yaitu, strategi pertama adalah mem-bangun teknologi VMS, menjadi sebuah sis-tem pemantauan kapal perikanan yang terintegrasi. Saat ini data yang di hasilkan dari transmitter yang ditempatkan pada kapal perikanan, bermanfaat bukan hanya dibidang pengawasan dan penegakan hukum, juga pada pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan, keselamatan kapal perikanan. VMS yang berbasis satelit, berpotensi untuk meningkatkan efektivitas sistem monitoring, control, and surveillance dihasilkannya ber-bagai data yang berguna dengan biaya yang relatif murah dibandingkan hanya dengan mengandalkan tindakan monitoring, control, and surveillance yang lebih tradisional, seperti penegakan hukum di laut secara manual (Atmaja et al. 2011). Integrasi sistem peman-tauan kapal perikanan, diharapkan dapat terintegrasi dengan instansi terkait yang membidangi penegakan hukum dibidang perikanan, seperti Kepolisian, dan TNI-AL. Dengan terciptanya sinergi dalam teknologi
VMS, diharapkan dapat mengawasi daerah yang rentan terhadap kegiatan illegal fishing. Apabila kebijakan pemanfaatan teknologi VMS diterapkan dengan memperhatikan hal-hal yang perlu diantisipasi tersebut maka tujuan perlindungan dan pembanguan industri perikanan di Indonesia bisa diwujudkan (Soemarni et al. 2020)
Strategi kedua meningkatkan peman-faatan RMC dan SIMWASKAN dalam penga-wasan kapal perikanan yang berpelabuhan pangkalan di PPSNZJ. Sebagai pusat kendali dan pemantauan bagi kapal perikanan, RMC seharusnya menjadi salah satu sistem yang bisa diandalkan dalam penanganan IUU fishing. Setiap harinya RMC Pangkalan PSDKP Jakarta, mendapati data pergerakan kapal yang teridentifikasi melakukan pelang-garan, baik itu pelanggaran pelabuhan pang-kalan, daerah penangkapan ikan, maupun alat penangkapan ikan. Kondisi RMC saat ini hanya ditangani oleh 2 orang petugas, yang harus menangani sekitar 1559 unit kapal perikanan, dengan waktu tugas sesuai dengan jam kerja kantor, disamping itu juga
masih harus melaksanaan tugas-tugas
lainnya. Dengan kondisi tersebut, keberadaan RMC menjadi tidak maksimal pemanfaatan-nya. Pemanfaatan aplikasi SIMWASKAN
dibangun untuk memudahkan pengawas perikanan dalam menjalankan tugasnya dilapangan. Aplikasi tersebut telah digunakan pengawas perikanan pada pengawasan kedatangan dan keberangkatan kapal peri-kanan di pelabuhan periperi-kanan secara online, sedangkan pemanfaatan yang lainnya terkait
pengawasan pengolahan, pengawasan
distribusi, dan pengawasan budidaya belum maksimal. Menurut Yuliana et al. (2018) Agar pengawasan dapat efektif, maka dilakukan penguatan Sistem Pengawasan Terpadu (Integrated Surveillance System/ISS) melalui langkah operasional salah satunya menerap-kan MCS (Monitoring, Controlling and Surveillace) secara konsisten.
Strategi ketiga Pengembangan SDM pengawasan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengawasan. Jumlah pengawas perikanan sebanyak 38 orang dari total 85 pegawai pada Pangkalan PSDKP Jakarta, kurang memadai diban-dingkan dengan jumlah kapal dan luasnya wilayah kerja. Latar belakang pendidikan dan kesempatan mengikuti pendidikan dan pela-tihan teknis pengawasan, menjadikan petugas pengawas perikanan tidak memiliki kemam-puan yang mempuni. Dalam kegiatan Patroli laut petugas pengawas perikanan, tidak semua pernah megikuti pendidikan kepe-lautan, menurut Aji et al. (2016) komposisi SDM di Pangkalan PSDKP Jakarta yang terlibat dalam aktivitas patroli pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan di laut adalah pengawas perikanan yang juga memiliki tingkat pendidikan rata-rata yaitu S1 Perikanan, namun tidak seluruh pengawas perikanan mempunyai syarat kompetensi untuk bekerja di atas kapal dalam hal keselamatan di laut. Peran serta masyarakat dalam kegiatan pengawasan yang diwadahi POKMASWAS, perlu ditingkatkan kemam-puan dalam rangka pengelolaan sumberdaya perikanan, sehingga dapat menjadikan contoh untuk masyarakat yang lain. Menurut Asianti dan Nawawi (2016) tanpa adanya sinergi pelibatan pihak pemerintah, dunia usaha, dan kelompok nelayan, maka upaya pengembang-an kemitrapengembang-an dpengembang-an pemberdayapengembang-an nelaypengembang-an untuk menjamin kelangsungan pekerjaan di sektor perikanan tangkap tidak akan berhasil dengan baik.
Upaya lainnya bisa dengan meningkat-kan sosialisasi terhadap peraturan atau undang-undang baru yang tentunya sangat bermanfaat bagi masyarakat dan peraturan tersebut sesuai dengan kebutuhan masyara-kat dan bisa menjawab segala hal-hal yang
masih dianggap tabu oleh masyarakat luas (Rosana 2014).
Strategi keempat mengusulkan penga-daan armada kapal patroli pengawas peri-kanan ke Ditjen PSDKP, yang memiliki daya jelajah di perairan dalam. Pangkalan PSDKP Jakarta mempunyai wilayah kerja, dimulai dari provinsi Lampung, sampai dengan Provinsi Jawa barat. WPP yang menjadi kewenangan seperti WPP 712 Perairan Utara Jawa, WPP 572 Perairan Jawa Barat dan Banten dan WPP 573 Perairan Samudera Hindia bagian Selatan Jawa. Kapal patroli pengawas peri-kanan telah hadir sejak tahun 2003, namun pada tahun 2016 mulai dalam pengelolaan Pangkalan PSDKP Jakarta, tipe kapal patroli yang ada terdiri tipe B dan tipe C. Kondisi saat ini, kapal patroli pengawas perikanan hanya dapat melakukan kegiatan patroli laut pada perairan dangkal, sehingga membutuhkan kapal patroli yang memadai, sesuai dengan karateristik perairan yang diawasi.
Strategi kelima penyediaan alat pelin-dung dan pengaman diri yang ideal bagi
pengawas perikanan dan awak kapal
pengawas untuk mendukung pelaksanakan tugas di lapangan. Kondisi tersebut mem-butuhkan perlengkapan keselamatan dan keamanan, yang lengkap untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja, seperti alat pelindung kepala, alat pelindung mata dan muka, alat pelindung telinga, alat pelindung saluran pernapasan, alat pelindung tangan, alat pelindung kaki, pakaian pelindung, sabuk dan tali keselamatan dan pelampung, serta dilengkapi senjata untuk alat pertahanan diri, sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan diri saat melaksanakan tugas. Menurut Aji et al. (2017) Pengawasan terhadap kegiatan penangkapan ikan di laut merupakan bagian dari pengelolaan perikanan yang juga satu pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tinggi.
Strategi keenam mengoptimalkan sis-tem kerja pengawas perikanan dan awak kapal pengawas. Pengaturan sistem kerja pengawas perikanan yang bertugas berda-sarkan jam kerja kantor yaitu 8 jam dalam sehari, dan penugasan lainnya berdasarkan surat tugas, sedangkan untuk awak kapal pengawas perikanan pada saat melakukan tugas pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan sesuai surat tugas yaitu 12 jam sehari, sedangkan pada saat kapal sandar di dermaga yaitu 12 jam sehari, juga terdapat 2 divisi tugas jaga darat yang terdiri dari bagian deck dan bagian mesin. Dengan kondisi sistem kerja petugas tersebut, tidak sesuai
dengan kondisi di laut yang sering terjadi potensi pelanggaran dilakukan oleh kapal perikanan, maka dibutuhkan perbaikan dan optimalisasi sistem kerja pengawas perikanan dan awak kapal pengawas. Dengan mengapli-kasi prinsip dan teknik pengaturan cara kerja yang optimal dalam sistem kerja tersebut, maka akan dapat alternatif metode pelaksana-an kerja ypelaksana-ang dipelaksana-anggap memberi hasil ypelaksana-ang paling efektif dan efisien (Prabowo 2016).
Strategi ketujuh memberikan reward dan punisment terhadap nelayan dan pelaku usaha yang mematuhi regulasi penangkapan ikan. Dalam memotivasi nelayan dan pelaku usaha armada purse seine yang mematuhi regulasi penangkapan ikan yang berpela-buhan pangkalan di PPSNZJ, maka penting dilakukan reward tehadap mereka yang telah mamatuhi ketentuan-ketentuan dalam opera-sional penangkapan ikan, seperti kemudahan
dalam pengurusan perijinan, insentif
keringanan pembayaran pajak, dan yang lainnya. Kondisi sebaiknya pun penting dilakukan sebagai efek jera bagi nelayan dan pelaku usaha armada purse seine yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku.
Strategi kedelapan melakukan edukasi terhadap masyarakat dan stakeholder di PPSNZJ tentang pengelolaan sumberdaya ikan. Kegiatan perikanan tangkap, merupakan bidang yang menonjol diantara bidang perikanan lainnya. Menurut Kusnandar dan Mulyani (2015) usaha penangkapan sangat tergantung pada ketersediaaan dan potensi sumberdaya perikanan yang memiliki variasi temporal yang tinggi terlebih apabila tingkat
pemanfaatan telah melampaui potensi
lestarinya sehingga akan mengakibatkan tekanan yang berlebih terhadap sumberdaya ikan (over exploited). Zeller dan Pauly (2019) menyatakan perkembangan armada penang-kapan ikan sering mengabaikan kapasitas tangkap sehingga mengancam keberlanjutan sumberdaya ikan. Keikutsertaan masyakat dan stakeholder dalam edukasi pengelolaan sumberdaya ikan, penting dilakukan, agar paham akan manfaat dan dampak negatif dari
pemanfaatan yang berlebihan. Menurut
Hasani (2012) pengelolaan berbasis masyara-kat adalah suatu sistem pengelolaan sumber-daya alam di mana masyarakat lokal terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.
Strategi kesembilan merekomendasi-kan ke Ditjen PSDKP untuk melakumerekomendasi-kan evaluasi terhadap provider penyedia layanan
VMS. VMS merupakan bagian dari sistem pemantauan kapal perikanan yang menggu-nakan komunikasi data berbasis satelit yang memberikan informasi posisi kapal secara real time. Dengan pemanfaatan satelit data VMS kapal perikanan diolah pada processing center provider, kemudian di teruskan ke FMC di kantor pusat. Kondisi demikian mengan-dalkan kelancaran pengiriman data dari provider penyedia layanan VMS, penyam-paian data VMS kerap delay sekitar 2 jam.
Strategi kesepuluh pembuatan MoU (memorandum of understanding) antara
Kepolisian, TNI-AL, Kejaksaan, dan
Pemerintah DKI Jakarta, dalam penanganan tindak pidana kelautan dan perikanan. Kondisi saat ini dengan wilayah kerja yang luas, membutuhkan peran serta instansi terkait yang mempunyai kewenangan dalam pene-gakan hukum di bidang kelautan dan peri-kanan. Keterbatasan sumberdaya manusia serta sarana dan prasarana yang di miliki Pangkalan PSDKP Jakarta, dalam melakukan pengawasan. Dalam mendukung dan mening-katkan kegiatan pengawasan kapal perikanan guna menanggulangi illegal fishing di wilayah kerja Pangkalan PSDKP Jakarta, maka dibutuhkan sinergi antara Polisi Perairan
Polda Metro Jaya, Pangkalan Utama
Angkatan Laut III Jakarta, Kejaksaan Negeri Jakarta Utara, dan Pemerintah DKI Jakarta, dengan melakukan MoU dalam penanganan tindak pidana kelautan dan perikanan, agar pelaksanaan penanganan praktik IUU fishing secara cepat dapat teratasi.
KESIMPULAN
Prioritas strategi peningkatan kepatuh-an armada purse seine terhadap kepatuhkepatuh-an regulasi penangkapan ikan di PPSNZJ yaitu, pengembangan sistem pemantauan kapal perikanan yang terintegrasi, meningkatkan pemanfaatan RMC dan SIMWASKAN dalam pengawasan kapal perikanan yang berpela-buhan pangkalan di PPSNZJ, Pengembangan SDM pengawasan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengawas-an, mengusulkan pengadaan armada kapal patroli pengawas perikanan ke Ditjen PSDKP, yang memiliki daya jelajah di perairan dalam, penyediaan alat pelindung dan pengaman diri yang ideal bagi pengawas perikanan dan awak kapal pengawas untuk mendukung pelaksanaan tugas di lapangan, mengopti-malkan sistem kerja pengawas perikanan dan awak kapal pengawas, memberikan reward dan punisment terhadap nelayan dan pelaku usaha yang mematuhi regulasi penangkapan
ikan, melakukan edukasi terhadap masyara-kat dan stakeholder di PPSNZJ tentang pengelolaan sumberdaya ikan, merekomen-dasikan ke Ditjen PSDKP untuk melakukan evaluasi terhadap provider penyedia layanan VMS, serta pembuatan MoU (memorandum of understanding) antara Polisi Perairan Polda Metro Jaya, Pangkalan Utama Angkatan Laut III Jakarta, Kejaksaan Negeri Jakarta Utara,
dan Pemerintah DKI Jakarta, dalam
penanganan tindak pidana kelautan dan perikanan.
SARAN
Tingkat kepatuhan armada purse seine regulasi penangkapan ikan di PPSNZJ telah berjalan dengan baik, namun perlu dilakukan monitoring dan evaluasi dalam penerapan prioritas strategi yang disusun.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rahmat Irawan, A.Pi, M.M, Kepala PPS Nizam Zahman Jakarta, dan Sumono Darwinto, APi, SPi, MH, Kepala Pangkalan PSDKP Jakarta yang telah memberikan bantuan selama penelitian. Selain itu juga penulis mengucapkan terimakasih kepada Pusat Pendidikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang telah memberikan kesempatan tugas belajar di program studi Teknologi Perikanan Laut, Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja SB, Nugroho D, Natsir M. 2011.
Respons Radikal Kelebihan
Kapasitas Penangkapan Armada
Pukat Cincin Semi Industri di Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 17(2): 115-123.
Almutahar AM, Sutjipto DO, Sukandar. 2013.
Analisis Strategi Pengelolaan
Pelabuhan Perikanan Pantai Sungai Rengas Kabupaten Kubu Raya-Kalimantan Barat. Jurnal Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. 1(1): 1-10.
Abdillah YR. 2019. Pemberantasan "Ilegal Fishing" Harus Dilanjutkan. [Internet]. [diunduh 2020 Januari 01]. Tersedia
pada: https://news.detik.com
/kolom/d-4728885/pemberantasan-ilegal-fishing-harus-dilanjutkan.
Aji SP, Iskandar BH, Purwangka F. 2016.
Intensitas Kerja Pengawas Perikanan
pada Aktivitas Patroli Laut
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan di Jakarta. Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan.
7(2): 163-178.
Asiati D, Nawawi. 2016. Kemitraan di Sektor Perikanan Tangkap: Strategi untuk Kelangsungan Usaha dan Pekerjaan.
Jurnal Kependudukan Indonesia.
11(2): 103-118.
Aji SP, Iskandar BH, Purwangka F. 2017 Identifikasi Bahaya Pada Aktivitas
Patroli Laut Oleh Pengawas
Perikanan di Jakarta. Jurnal Albacore. 1(1): 047-067.
Gumilang AP, Solihin I, Wisudo SH. 2014.
Pola Distribusi dan Teknologi
Pengelolaan Hasil Tangkapan
Pelabuhan Perikanan di Wilayah Pantura Jawa. Jurnal Teknologi
Perikanan dan Kelautan. 7(1): 67-76. Hasani Q. 2012. Konservasi Sumberdaya
Perikanan Berbasis Masyarakat,
Implementasi Nilai Luhur Budaya
Indonesia dalam Pengelolaan
Sumberdaya Alam. Jurnal Perikanan dan Sumberdaya Perairan. 1(1):35-44.
Kusnandar, Mulyani S. 2015. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem. Jurnal Oseatek. 9(01): 9-20.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2019a. Laporan Tahunan PPSNZJ. 2018. Jakarta (ID): KKP.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2019b. Laporan Tahunan Pangkalan PSDKP Jakarta 2018. Jakarta (ID): KKP.
Sam AR, Wisudo SH, Murdiyanto B, Iskandar BH. 2011. Strategi Pengembangan
Pelabuhan Perikanan Samudera
Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ)
Sebagai Pusat Pemasaran
Perikanan. Jurnal Marine Fisheries. 2(2): 129-139.
Sugiono. 2013. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Satria F, Sadiyah L, Widodo AA, Wilcox C,
Characterizing Transhipment at-sea Activities by Longline and Purse Seine
Fisheries in Response to Recent
Policy Changes in Indonesia. Jurnal Marine Policy. 95(2018): 8-13. Suherman A. 2011. Formulasi Strategi
Pengembangan Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pengambengan Jembrana. Jurnal Marine Fisheries. 2(1): 87-99.
Suherman A, Boesono H, Kurohman F,
Mudzakir AK. 2020. Kinerja
Pelabuhan Perikanan Nusantara
Kejawanan Cirebon Jawa Barat. Jurnal Marine Fisheries. 11(1): 23-38. Soemarmi A, Indarti E, Pujiyono, Azhar M,
Wijayanto D. 2020. Teknologi Vessel Monitoring System (VMS) sebagai
Strategi Perlindungan dan
Pembangunan Industri Perikanan di Indonesia. Jurnal Masalah Masalah Hukum. 49(3): 303-313.
Prabowo R. 2016. Penerapan Konsep Line Balancing untuk Mencapai Efisiensi Kerja yang Optimal pada Setiap
Stasiun Kerja pada PT. HM.
Sampoerna Tbk. Jurnal Iptek. 20(2): 9-20.
Rosana E. 2014. Kepatuhan Hukum Sebagai
Wujud Kesadaran Hukum
Masyarakat. Jurnal Tapis. 10(1): 2-25. Yuliana A, Wibowo A, Dian APF. 2018. Analisis Kinerja Pengawas Perikanan
dalam Penerapan Monitoring,
Controling, and Surveillance (Studi Kasus di Pangkalan PSDKP Jakarta).
Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and
Technology. 7(4): 39-48.
Zeller D, Pauly D. 2019. Viewpoint: Back to the Future for Fisheries Where Will We Choose to Go? Global Sustainability. 2(11): 1-8.