• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi dan Media Edukasi Sains Antariksa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi dan Media Edukasi Sains Antariksa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

R. Priyatikantoa,∗

aPusat Sains Antariksa – LAPAN, Bandung, Indonesia 40133

Abstract

Education and public outreach regarding space science become an obligatory task to carry out by Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Every working unit of LAPAN acts as its miniature, trans-mits information and knowledge to the people and students. However, the availability of education facility and human resource in every working unit is not the same. To deal with this shortage, it is a matter of urgen-cy to formulate and provide educational materials and media which are developed centrally and distributed evenly to every working unit. This article discusses the inventory of educational materials formulated from the need of the students and the anticipated role of LAPAN in increase the level of science literacy among the people. Those materials can be implemented into various media, both visual and audio visual.

Keywords: space science, education, curriculum.

Abstrak

Edukasi masyarakat dalam bidang sains antariksa menjadi salah satu tanggung jawab yang diemban oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Setiap satuan kerja LAPAN berperan seperti miniatur LAPAN yang turut menjadi corong penyampai informasi dan pengetahuan kepada masyarakat dan siswa. Hanya saja, tidak seluruh satuan kerja memiliki kesiapan yang sama dari segi fasilitas dan sumber daya manusia. Untuk itu, perumusan dan penyediaan materi dan media edukasi perlu dilakukan secara terpusat untuk didistribusikan ke setiap satuan kerja. Makalah ini mendiskusikan inventaris materi edukasi berdasarkan kebutuhan siswa dan potensi peran LAPAN untuk meningkatkan taraf melek sains masyarakat. Materi tersebut dapat diimplementasikan ke dalam berbagai bentuk media edukasi, baik visual maupun audio visual.

Kata kunci: sains antariksa, pendidikan, kurikulum.

1. Pendahuluan

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah lembaga yang mengemban ama-nah undang-undang untuk melaksanakan kegiatan keantarisaan, baik dari aspek sains maupun tekno-logi (uu). Lembaga ini memiliki 20 satuan ker-ja (satker) yang sebagian besar bersentuhan lang-sung dengan masyarakat, di antaranya berupa balai dan loka yang sering kali dianggap sebagai minia-tur LAPAN di daerah. Dikatakan demikian karena setiap satuan kerja LAPAN dituntut menjadi portal

rhorom.priyatikanto@lapan.go.id

bagi masyarakat untuk pelayanan di bidang kean-tariksaan. Dalam kaitannya dengan sains antarik-sa, LAPAN turut berperan sebagai sarana edukasi masyarakat, khususnya para siswa yang haus akan pengetahuan.

Sejumlah besar siswa dari berbagai jenjang me-lakukan kunjungan studi ke satker atau balai LAP-AN untuk menerima pengetahuan baru yang me-lengkapi apa yang telah diperoleh di sekolah. Me-dia edukasi dikembangkan sebagai sarana disemi-nasi pengetahuan kepada siswa, diimbangi dengan pengembangan sumber daya pranata humas. Ha-nya saja, ketersediaan media semacam itu di seti-ap satker tidak sepenuhnya sama. Sebagai contoh,

(2)

Pusat Sains Antariksa memiliki konsentrasi pene-liti yang relatif tinggi sehingga ketersediaan media dan bahan edukasi cukup baik. Di sisi lain, bebe-rapa balai dan loka mengalami keterbatasan dalam hal tersebut.

Kondisi ini menunjukkan adanya urgensi untuk pengembangan materi dan media edukasi secara terpusat yang dapat didistribusikan ke setiap satuan kerja yang tersebar di penjuru nusantara. Dengan demikian, setiap miniatur LAPAN memiliki kesi-apan yang sama dalam melakukan edukasi kepada siswa atau masyarakat secara luas.

Pemetaan perlu dilakukan untuk menentukan materi edukasi yang esensial, sesuai dengan kebu-tuhan siswa serta dapat menjawab tantangan untuk mempersiapkan kader muda yang lebih melek sa-ins dan teknologi. Hasil pemetaan tersebut dapat diimplementasikan ke dalam berbagai media edu-kasi, baik visual maupun audio visual.

2. Dasar Penyusunan Materi Edukasi

Dalam setiap kunjungan yang dilakukan rom-bongan siswa ke kantor LAPAN, terdapat menu utama berupa pengenalan LAPAN serta wawas-an kewawas-antariksawawas-an ywawas-ang bersifat umum. Terkadwawas-ang, sekolah menyampaikan permintaan khusus terka-it materi yang dterka-iterimakan kepada siswa. Tema-tema khusus seputar Bumi dan antariksa sering kali diminta oleh sekolah mengingat pengajar memili-ki keterbatasan dalam menyampaikan hal tersebut (Liliawati et al.,2005;Liliawati and Herdiwijaya,

2011). Pada dasarnya, permintaan tersebut sesuai dengan kurikulum pendidikan yang berlaku. De-ngan demikian, naskah Kurikulum 2013 menjadi salah satu acuan dalam memetakan kebutuhan ma-teri edukasi yang dapat dijawab oleh LAPAN.

Topik sains antariksa disinggung dalam Kuriku-lum 2013 sebagai bagian dari kompetensi dasar il-mu pengetahuan alam yang harus dikuasai oleh sis-wa. Rincian kompetensi dasar terkait dapat dili-hat padaTabel 1, dibagi menurut jenjang pendidik-an/kelas.

Meningkatkan taraf melek sains dan memba-ngun kecintaan siswa akan sains dan teknologi an-tariksa menjadi kejaran kedua dalam setiap proses edukasi yang dilakukan oleh LAPAN. Melalui pro-ses ini, LAPAN secara aktif mempersiapkan gene-rasi muda untuk menyongsong masa depan yang kental akan gebrakan dan inovasi. Karena itu, Pro-ject 2061yang digulirkan oleh American Associa-tion for the Advancement of Science(AAAS) sejak

tahun 1985 dapat digunakan sebagai acuan sekun-der untuk memetakan materi edukasi seputar sains antariksa.

AAAS beranggapan bahwa studi ilmiah meru-pakan bentuk usaha intelektual dan sosial yang ha-rus mendapat tempat istimewa dalam kurikulum pendidikan yang salah satu tujuannya adalah un-tuk meningkatkan science literacy. Bila seseorang memahami bagaimana kerja sains, maka ia mam-pu mengikuti perkembangan sains sepanjang hi-dupnya, baik secara aktif maupun pasif. Pema-haman tersebut dapat diperoleh dari pengalaman maupun sejarah perkembangan sains yang penuh lika-liku. Dalam naskah Benchmark for Science Literacy(AAAS,2009), siswa dibagi menjadi em-pat tingkatan pendidikan: (1) Taman Kanak-kanak hingga kelas 2; (2) kelas 3 hingga 5; (3) kelas 6 hingga 8; dan (4) kelas 9 hingga 12. Karakteristik yang diharapkan dari tiap tingkatan dapat dilihat pada Tabel 2. Terdapat beberapa patokan (bench-mark) yang disebutkan dalam naskah tersebut, sa-tu di antaranya tentang pemahaman fisika (nasa-ture of physical setting) yang meliputi pemahaman ten-tang semesta. Bagian tersebut erat kaitannya de-ngan sains antariksa.

Selain patokan tersebut, terdapat penekanan pa-da apa yang perlu dipelajari oleh siswa. Pertama adalah komponen penyusun semesta. Kedua ada-lah hukum fisika yang mendasari dinamika semes-ta. Ketiga adalah pandangan terkini tentang alam semesta yang merupakan ramuan dari beragam pe-nemuan yang telah dilakukan manusia selama ini.

3. Usulan Materi Edukasi

Berdasarkan acuan dan poin-poin yang telah di-sebutkan sebelumnya, materi edukasi sains anta-riksa dapat disusun secara terstruktur (lihat Gam-bar 1). Materi tersebut terdiri atas tiga gugus ma-teri, yakni lingkungan antariksa, cuaca antariksa, serta astronomi dan astrofisika. Gugus astronomi dan astrofisika meliputi beberapa materi yang da-pat disampaikan kepada siswa sesuai jenjang pen-didikannya.

Siswa Sekolah Dasar (SD) dapat menerima materi tentang fenomena astronomis (pergantian siang-malam hingga gerhana), Tata Surya, serta benda jatuh Antariksa. Penyampaian materi feno-mena astronomis bertujuan untuk membangun ke-sadaran siswa tentang alam semesta serta mene-kankan bahwa setiap fenomena yang ada memiliki penjelasan ilmiah di baliknya. Materi Tata Surya

(3)

Tabel 1: Daftar kompetensi dasar ilmu pengetahuan alam (dan fisika), menurut Kurikulum 2013, yang menjadi bagian dalam sains antariksa.

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Sekolah Dasar Kelas VI

Memahami pengetahu-an faktual dengan cara mengamati dan menanya.

• Mendeskripsikan Tata Surya, Matahari sebagai pusat Tata Surya, serta posisi dan karakteristik anggota Tata Surya.

• Mendeskripsikan peristiwa rotasi Bumi, revolusi bumi, revolusi Bulan, dan peristiwa terjadinya gerhana bulan dan gerhana mata-hari.

Sekolah Menengah Pertama Kelas VII – IX

Memahami dan menerapkan pengetahuan.

• Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, ser-ta aplikasinya.

• Memahami struktur bumi untuk menjelaskan fenomena gempa bumi dan gunung api.

• Mendeskripsikan karakteristik Matahari, Bumi, Bulan, planet, benda angkasa lainnya dalam ukuran, struktur, gaya gravitasi, orbit, dan gerakannya, serta pengaruh radiasi Matahari terhadap kehidupan di Bumi.

• Mendeskripsikan gerakan Bumi dan Bulan terhadap matahari serta menjelaskan perubahan siang dan malam, peristiwa gerhana Matahari dan gerhana Bulan, perubahan musim serta dampaknya bagi kehidupan di Bumi.

• Memahami konsep atom dan partikel penyusunnya, ion dan mo-lekul, serta hubungannya dengan karakteristikmaterial yang di-gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

• Mendeskripsikan konsep medan listrik, medan magnet, induk-si elektromagnetik, dan penggunaannya dalam produk teknolo-gi, serta pemanfaatan medan listrik dan magnet dalam pergerak-an/navigasi hewan untuk mencari makanan dan migrasi.

Sekolah Menengah Atas Kelas XI–XII

Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengeta-huan faktual, konseptual, prosedural, dan metakogni-tif.

• Menganalisis keteraturan gerak planet dalam Tata Surya berda-sarkan hukum-hukum Newton.

• Memahami radiasi elektromagnetik, dampaknya pada kehidup-an, dan pemanfaatannya dalam teknologi.

(4)

Tabel 2: Karakter ilmiah dan pemahaman tentang semesta yang diharapkan dari siswa, menurut Benchmark for Science Literacy (AAAS,2009).

Jenjang Karakter ilmiah Pemahaman tentang semesta

TK – Kelas II Mendorong rasa ingin tahu, bera-ni bertanya, mampu berhitung dan mengukur, dapat melakukan penga-matan kuantitatif hingga mendisku-sikan temuannya.

Melakukan observasi kualitatif terha-dap objek Bumi dan langit.

Kelas III – V Mengembangkan kepekaan akan per-bedaan proses dan perilaku benda di sekitarnya.

Melakukan inventarisasi terhadap apa yang diamati. Mengetahui komponen penyusun semesta dari lingkup terke-cil hingga terbesar.

Kelas VI – VIII Mengetahui bagaimana harus bereak-si terhadap perbedaan.

Mempunyai gambaran mendetil ter-kait skala dalam semesta serta metode penelitian/pengamatan untuk menge-tahuinya.

Kelas IX – XII Mengalami proses pengembangan sa-ins: menguji, merevisi, atau bahkan menyisihkan sebuah teori.

Melakukan integrasi konsep: wawas-an sejarah ilmu pengetahuwawas-an, konsep fisika dan kimia, logika berpikir ma-tematis, hingga peran teknologi.

dan benda jatuh antariksa membangun inventaris siswa tentang komponen penyusun alam semesta, dimulai dari yang terdekat dengan Bumi.

Bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), materi yang lebih kompleks dapat dicerna berda-sarkan pengetahuan yang telah mereka terima di sekolah. Materi tersebut meliputi Matahari seba-gai bintang induk Tata Surya, radiasi elektromag-netik, teknologi pengamatan, medan magnet Bumi, sistem telekomunikasi, dan sistem navigasi. Pene-kanan terhadap cara kerja alam semesta dan bagai-mana teknologi memudahkan kehidupan manusia menjadi pokok bahasan.

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) telah me-nerima beragam ilmu dan pengetahuan serta diha-rapkan mampu memahami dan menediha-rapkan penge-tahuan tersebut. Integrasi beragam konsep yang terkait dengan satu isu tertentu (thematic learning) menjadi ciri khas materi edukasi untuk siswa SMA. Selain itu, jenjang pendidikan SMA sering kali dianggap sebagai gerbang menuju jenjang pendi-dikan tinggi yang lebih mengerucut pada bidang tertentu. Untuk itu, materi edukasi harus mam-pu membuka pandangan siswa tentang pentingnya sains dan teknologi dalam mendukung kemajuan bangsa serta peradaban manusia secara umum.

Selain materi yang telah disebutkan dalam Gam-bar 1, sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi menjadi menu yang wajib disampaikan karena banyak hal yang dapat dipelajari dari per-jalan sejarah tersebut. Informasi tentang pekerjaan seorang peneliti atau ilmuwan juga penting untuk disampaikan demi membuka wawasan siswa ten-tang profesionalisme di bidang sains.

4. Usulan Media Edukasi

Inventaris materi edukasi yang diilustrasikan da-lam Gambar 1 dapat dikembangkan lebih lanjut serta dituangkan dalam beragam media edukasi. Media tersebut dapat diproduksi secara terpusat dan didistribusikan ke setiap satuan kerja LAPAN, atau bahkan didistribusikan lebih luas lagi mela-lui website LAPAN. Dengan pengembangan media edukasi semacam ini, laman ’edukasi’ dalam situs LAPAN diharapkan menjadi lebih hidup dan berisi. Beberapa media edukasi yang dapat dikem-bangkan adalah:

Poster. Informasi visual yang diterima mata dipro-ses 60.000 kali lipat lebih cepat dibandingkan informasi teks. Dengan demikian, media edu-kasi visual menjadi pilihan pertama. Poster berisikan gambar dan informasi terkait sains antariksa dapat disusun sebagai media edu-kasi yang bersifat pasif maupun aktif (lihat

(5)

Astronomi Astrofisika Cuaca Antariksa Lingkungan Antariksa

Sains

Antariksa

Fenomena Astronomis Teknologi Pengamatan Sejarah Kehidupan Tata Sury a Kosmologi Matahari Radiasi Elektromagnet Radiasi Partik el Magnetosfer In teraksi Bumi-Matahari Sistem Telek om unik asi Sistem Navigasi Orbit Satelit Sampah An tariksa Benda Jatuh An tariksa

?

??

?

?

?

?

??

?

??

??

? ?

?

??

?

?

?

??

??

? ?

?

?

?

?

?

Gambar 1: Gugus materi edukasi terkait sains antariksa yang telah dipetakan berdasarkan kurikulum. Jumlah bintang menandai tingkat pendidikan yang sesuai untuk menerima materi terkait: satu bintang untuk SD, dua bintang untuk SMP, dan tiga bintang untuk SMA.

pasif ketika poster hanya ditampilkan dalam pameran. Gambar yang ditampikan dalam poster menarik perhatian pengunjung yang se-cara mandiri membaca informasi yang disedi-akan dalam poster. Media ini dapat berper-an dalam edukasi aktif ketika ada seorberper-ang pe-mandu/pranata humas yang menjelaskan kon-ten yang diilustrasikan dalam poster. Dalam hal ini, komunikasi menjadi lebih interaktif.

Slide presentasi. Presentasi saat kunjungan sering kali dilakukan untuk menyampaikan

informa-si dan pengetahuan kepada informa-siswa. Slide pre-sentasi perlu dipersiapkan dengan baik supaya dapat menjawab kebutuhan siswa akan penge-tahuan sekaligus membangun rasa cinta akan sains. Satu bahan presentasi dapat mencakup satu materi tertentu atau memuat materi inte-gratif.

Video. Media audio visual seperti video memang amat efektif dalam menyampaikan materi sa-ins antariksa. Namun, proses pembuatan vi-deo bukan perkara mudah. Sejumlah

(6)

vi-Gambar 2: Contoh poster tentang cuaca antariksa yang di-rangkum dalam album astronomi picture of the day (APOD). Album ini telah dipamerkan dalam Festival Sains Antariksa 2014 dan berhasil menarik perhatian pengunjung.

deo tematik yang banyak beredar di internet memang dapat disadur untuk dijadikan me-dia edukasi, tentu dengan mempertimbangkan transfer hak cipta. Proses editing dan subtit-ling perlu dilakukan supaya video, yang seba-gian berbahasa Inggris, dapat dipahami oleh pemirsa Indonesia.

Buku. Media cetak dapat dinilai sebagai media paling komprehensif karena dapat menam-pung lebih banyak informasi. Buku ini da-pat dijadikan panduan bagi pranata humas di setiap satuan kerja LAPAN untuk menyam-paikan informasi dan pengetahuan sains an-tariksa kepada masyarakat. Masyarakat juga dapat mengakses buku tersebut untuk men-dapatkan pengetahuan sains antariksa. Pa-da tahun 2012, LAPAN pernah merilis buku berjudul Fenomena Cuaca Antariksa ( Marti-ningrum et al.,2012), tapi cakupan materi bu-ku tersebut belum lengkap sepenuhnya.

5. Kesimpulan

Edukasi masyarakat tentang sains menjadi salah satu tugas yang diemban LAPAN sebagai lembaga penelitian yang dibiayai oleh negara. Dalam pro-ses edukasi tersebut, rancangan materi dan media edukasi menjadi amat penting untuk memastikan efektivitas penyampaian materi kepada khalayak, khususnya siswa sekolah yang sering kali berkun-jung ke kantor LAPAN.

Makalah ini telah menginventarisasi materi-materi yang dinilai penting untuk disampaikan ke-pada siswa. Materi tersebut dikelompokkan ke da-lam tiga gugus utama, yakni cuaca antariksa, ling-kungan antariksa, dan astrofisika. Materi tersebut

disampaikan sesuai dengan jenjang pendidikan se-hingga siswa dapat mencerna informasi berdasark-an pengetahuberdasark-an yberdasark-ang telah diperoleh di sekolah.

Proses edukasi masyarakat bukan hanya tang-gung jawab pranata humas yang ada di setiap satu-an kerja LAPAN, melainksatu-an juga tsatu-anggung jawab peneliti sebagai sumber informasi dan pengetahu-an kepengetahu-antariksapengetahu-an. Penyusunpengetahu-an materi dpengetahu-an produksi media edukasi secara terpusat dimaksudkan untuk memastikan kualitas pengetahuan yang disampaik-an serta memastikdisampaik-an setiap satudisampaik-an kerja memiliki fasilitas yang memadai dalam proses edukasi ma-syarakat.

Apa yang didiskusikan dalam makalah ini me-rupakan ide dan usulan demi kemudahan LAPAN dalam melaksanakan tugasnya serta demi pening-katan taraf melek sains masyarakat. Semoga ide yang disampaikan menjadi sebuah realitas dalam waktu dekat, serta dapat diperluas pada sub-bidang keantariksaan yang lain.

Daftar Pustaka

Undang-undang no. 21 tahun 2013 tentang keantariksaan. AAAS. Benchmark for science literacy, 2009.

W. Liliawati and D. Herdiwijaya. Analisis kebutuhan astrono-mi terintegrasi berbasis kecerdasan majemuk (tkm) untuk membekalkan literasi astronomi. In Prosidings Seminar Himpunan Astronomi Indonesia, pages 23–26, 2011. W. Liliawati, D. Dawanas, A. Wardana, and L. Aviyanti.

Cur-riculum of astronomy in indonesia secondary education: Evaluation and proposal. In Proceedings of The 9th Asian-Pacific Regional IAU Meeting 2005, pages 324–325, 2005. D. R. Martiningrum, A. Purwono, F. Nuraeni, and J.

Muha-mad. Fenomena Cuaca Antariksa. Andira, 2012.

Tanya–Jawab

Clara Y. Yatini, LAPAN : Ada ide apa saja untuk me-masukkan materi sains ke siswa?

Penulis : Kala memasukkan konten ke kurukulum se-kolah, saya tidak tahu dan rasanya sulit. Di sini saya sudah menginventarisasi materi-materi dalam Kurikulum 2013 yang menyangkut sains antarik-sa. Materi tersebut dapat dikembangkan menjadi beragam media edukasi, salah satunya lembar ker-ja siswa yang dapat diunduh melalui situs LAPAN. Clara Y. Yatini : Kalau begitu, perlu ada petunjuk

un-tuk guru juga.

Desember yang akan datang, akan ada pertemuan APRSAF di Jepang dan Biro KSH akan melapork-an kegiatmelapork-an edukasi sains dalam forum tersebut. Tolong kirimkan foto poster dan penggunaannya ya, supaya dapat turut dilaporkan.

(7)

Aries Kurniawan, LAPAN : Media edukasi yang da-pat dikembangkan apa saja?

Penulis : Sementara ini, yang terpikirkan adalah pos-ter sebagai etalase sains antariksa, slide presentasi (terstandardisasi), serta buku panduan. Bila me-mungkinkan, media audio visual juga dapat ditam-bahkan.

Aries Kurniawan : Saran saya, pikirkan juga tentang pembuatan alat beraga seperti yang ada di bebera-pa museum atau pusat peraga IPTEK. Dengan alat semacam itu, siswa mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang apa yang ingin disampaikan. Sri Kaloka P., LAPAN : Idenya bagus. Apa saja yang

sudah dilakukan?

Penulis : Saya telah membuat poster untuk dipamerk-an dalam Festival Sains Antariksa 2014. Dari pe-ngalaman tersebut, muncul ide untuk memetakan materi sains antariksa yang sebaiknya disampaik-an kepada masyarakat, terutama pelajar.

Siti Mariam, LAPAN : APOD itu apa?

Penulis : Astronomy Picture of the Day, sebuah si-tus internet yang dikelola NASA. Secara rutin me-nampilkan foto terbaik hari ini yang terkait de-ngan fenomena antariksa. Isinya adalah foto dan deskripsi yang relevan. Untuk Festival Sains An-tariksa 2014, saya telah memyusun album poster ukuran A3 yang berisikan gambar-gambar APOD yang terkait fenomena cuaca antariksa serta mem-buat desrkipsi singkat dalam bahasa Indonesia. Halimurrahman, LAPAN : Media apa saja yang

di-gunakan? Cetak? Elektronik?

Penulis : Untuk media cetak, saya mengusulkan poster dan buku panduan edukasi, sedangkan untuk me-dia elektronik, dapat berupa slide presentasi, lem-bar kerja siswa (PDF), atau media audio visual. Buldan Muslim, LAPAN : Sangat baik untuk

disam-paikan di hadapan guru-guru.

Penulis : Terima kasih atas sarannya pak... Edukasi se-benarnya merupakan salah satu spektrum kegiatan yang perlu dilakukan oleh sebuah lembaga peneli-tian.

Jiyo, LAPAN : Memang tidak murni penelitian kare-na tidak menggukare-nakan, dsb. Tapi idenya sangat menarik, terutama bagi para pengambil keputus-an. Saya sarankan untuk dipublikasikan di Media Dirgantara atau Berita Dirgantara.

Penulis : Terima kasih atas saran Bapak. Saya meman-faatkan SNSAA sebagai ajang untuk menyampa-ikan ide, barangkali ada yang tertarik dengan ide tersebut. Setelah pengembangan, akan saya tulis di Media Dirgantara.

Sefria Anggarini, LAPAN : Pembagian materinya ba-gaimana ya? Kalau bidang Ionosfer dan Teleko-munikasi masuk di bagian mana?

Penulis : Pembagian lingkungan antariksa dan cuaca antariksa memang agak kurang jelas. Di sini, saya masukkan sistem komunikasi dan navigasi ke da-lam bagian lingkungan antariksa. Kedua topik ter-sebut amat berhubungan dengan kondisi antariksa dan teknologi satelit.

Gambar

Gambar 1: Gugus materi edukasi terkait sains antariksa yang telah dipetakan berdasarkan kurikulum
Gambar 2: Contoh poster tentang cuaca antariksa yang di- di-rangkum dalam album astronomi picture of the day (APOD).

Referensi

Dokumen terkait

Selain membandingkan persyatan mutu susu UHT, susu kental manis dan susu bubuk berdasarkan SNI, Anda juga bisa mencari informasi tentang standar mutu susu UHT, susu

b. Jika prosedur di atas tidak dapat ditempuh secara maksimal, atas setiap transaksi yang terkait dengan objek PPh Pasal 15, harus diberi kode khusus pada deskripsinya, misalnya #15#

S (melakukan pemeriksaan fisik pada Ny. N); memberikan motivasi kepada Nn. Y dan keluarga untuk merawat kehamilannya dengan baik dan memeriksakan kehamilannya

Sehubungan dengan itu, yang dibutuhkan adalah sumber-sumber infomasi dimana peneliti di sini karena tidak bisa mendapatkan sumber utama dalam artian pendiri Pondok Pesantren

Hal tersebut disebabkan oleh waktu pengamatan pada 2017 yang dilakukan saat bulan Maret, dimana waktu tersebut bukan termasuk masa migrasi burung dari selatan ke utara

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua rencana tata ruang kawasan di daerah, dan sektoral yang berkaitan dengan penataan ruang di daerah

Pada penelitian ini, berdasarkan data hasil dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan II yang diberi metode latihan beban dengan gerakan lambat memberikan peningkatan

Yang sungguh menarik, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah – rahimahuLlah - berargumen Yang sungguh menarik, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah – rahimahuLlah - berargumen dengan