• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peristiwa banjir bandang menjadi perhatian bagi orang hidrologi dan ilmu bencana alam karena menjadi peringkat atas di antara bencana alam lainnya dalam hal jumlah orang yang terkena dampak dan proporsi kematian individu secara global (Marchi, 2010). Banjir bandang merupakan salah satu bencana alam yang dapat menimbulkan dampak secara signifikan terhadap kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan seperti korban jiwa, kehilangan harta benda, kerusakan infrastruktur dan lingkungan alam (Bangira, 2013). Peristiwa banjir bandang sebagian besar disebabkan oleh curah hujan intens, kegagalan bendungan atau pencairan es (Gourley, 2013)

Bencana banjir bandang melanda DAS Tabo-Tabo (masyarakat setempat menyebutnya sebagai DAS Sangkara) pada tanggal 24 bulan April tahun 2011 yang menyebabkan 4 orang meninggal dan 34 unit rumah mengalami kerusakan (BPBD Kabupaten Pangkep, 2016). Besarnya bahaya yang dapat ditimbulkan dari banjir bandang disebabkan oleh karakteristik alirannya yang berupa kenaikan permukaan air dengan cepat, kecepatan aliran tinggi dan transportasi material (Borga, 2014). Karakteristik aliran banjir bandang tersebut, tidak lepas dari pengaruh karakteristik wilayah terutama karakteristik curah hujan, morfologi dan morfometri, penggunaan lahan, kerapatan vegetasi, lereng dan kondisi tanah (Smith, 2003; Mulder, 2012; Bangira, 2013). Dari segi karakteristik aliran, faktor-faktor yang berperan dan dampak yang ditimbulkan, maka permasalahan banjir bandang merupakan permasalahan yang berbasis kewilayahan.

Tuntutan pemenuhan kesejahteraan dan kebutuhan pembangunan di era modern ini mendorong pemaanfaatan potensi wilayah secara maksimal, sehingga pengelolaan yang tidak tepat akan menyebabkan penurunan kualitas dan fungsi wilayah dalam sistem DAS yang berujung pada kerawanan banjir bandang, termasuk DAS Tabo-Tobo. Kondisi tersebut sejalan dengan penyataan Marchi (2012) bahwa akibat adanya

(2)

2 perubahan iklim global, sistem badai cuaca, kondisi debit sungai serta perkembangan sosial dan ekonomi yang menyebabkan tekanan pada penggunaan lahan, frekuensi dan kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir bandang akan meningkat di banyak daerah. Berdasarkan data dari BNPB (2015), wilayah Tabo-Tabo dan sekitarnya telah terjadi peristiwa banjir sebanyak sepuluh kejadian untuk wilayah Kabupaten Maros sejak tahun 1999 yaitu tahun 1999, 2004 (dua kali kejadian), 2005, 2006 (tiga kali kejadian), 2007 (dua kali kejadian) dan tahun 2013. Kabupaten Pangkep sejak tahun 2004 sebanyak delapan peristiwa banjir yaitu tahun 2004, 2007, 2008, 2010, 2011 (dua kali kejadian), 2013 dan 2014. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Heryani (2014) di Kabupaten Maros dan Arfina (2014) di Kabupaten Pangkep menyatakan bahwa wilayah yang terletak di DAS Tabo-Tabo memiliki tingkatan kerawanan banjir dari tinggi sampai sangat tinggi.

Fenomena banjir bandang di setiap wilayah dapat disebabkan dan dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Menurut Gourley (2013) bahwa banjir bandang dapat terjadi dengan faktor penyebab seperti faktor curah hujan, pencairan es dan kegegagalan bendungan. Penelitian yang dilakukan oleh Dawod (2011) di Kota Makkah, menyimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi banjir bandang di daerah metropolitan Makkah yaitu luas wilayah DAS, panjang sungai dalam DAS, debit puncak, sifat fisik tanah, geologi dan jenis penggunaan lahan, sedangkan penelitian Pelly (2013) di DAS Batang Kuranji Kota Padang menyimpulkan bahwa banjir bandang yang terjadi di wilayah tersebut dipengaruhi oleh faktor bentuklahan, kemiringan lereng, bentuk lereng, panjang lereng, dan proses geomorfologi.

Kompleksitas fenomena banjir bandang yang berorientasi pada permasalahan wilayah dalam DAS, menuntut khususnya para peneliti untuk melakukan kajian terhadap permasalahan banjir bandang secara holistik dan komprehensif. Di sisi lain, skala waktu dan cakupan wilayah menjadi tantangan bagi peneliti yang melakukan kajian berbasis kewilayahan. Oleh karena itu, hadirnya teknologi geo-informasi telah memberikan kemudahan dalam melakukan kajian berbasis kewilayahan yang berupa teknologi Penginderaan Jauh, Sistem Informasi Geografi (SIG) dan Global Navigation

(3)

3 Satellite System (GNSS). Teknologi Penginderaan Jauh telah memberikan kemudahan terutama dalam memperoleh data-data spatial yang terbarukan (up to date) dengan cakupan wilayah yang luas, sedangkan teknologi Sistem Informasi Geografi memungkinkan untuk pengelohan dengan data-data geografi secara efisien dan efektif (Domnita, 2010). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan oleh Dawod (2011) bahwa teknologi SIG dan Penginderaan Jauh menjadi alat yang efisien dalam analisis permasalahan kebencanaan, termasuk fenomena banjir bandang. GNSS telah dimanfaatkan beberapa produk teknologi seperti Global Positioning System (GPS) yang memiliki peranan penting terutama dalam kegiatan survei dan pemetaan.

1.2. Permasalahan

Dari sudut pandang geografi bahwa setiap wilayah memiliki karakteristik bersifat khas yang berbeda dengan wilayah lainya, sehingga memungkinkan banjir bandang yang terjadi memiliki karakteristik yang berbeda di setiap wilayah. DAS Tabo-Tabo memiliki karakteristik bersifat khas berupa morfologi karst terutama wilayah bagian hulu sampai bagian tengah. Menurut Bonacci (2006) menekankan bahwa di daerah karst yang berbeda maka banjir bandang akan terwujud dalam cara yang berbeda karena setiap sistem karst menunjukkan heterogenitas ekstrem dan variabilitas geologi, morfologi, hidrogeologi, hidrologi, hidraulik, ekologi dan parameter lainnya dalam ruang dan waktu.

Aspek meteorologi berupa curah hujan memiliki peranan penting pada proses banjir bandang terutama sebagai sumber aliran. Curah hujan yang jatuh di permukaan pada DAS akan direspon dalam bentuk penyaluran, penyimpanan dan kehilangan (Kult, 2012), sehingga peranan curah hujan dalam menghasilkan aliran banjir masih dipengaruhi oleh karakteristik fisik wilayah dalam DAS (Mulder, 2012; Bagira, 2013). Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman karateristik curah hujan dan respon hidrologi banjir penting untuk pengeolaan wilayah dalam DAS kedepannya. Kondisi tersebut sejalan dengan pernyataan Hoedjes (2014) yang menekankan bahwa pengetahuan yang akurat tentang faktor meterologi seperti karakteristik curah hujan

(4)

4 sangat penting dalam analisis banjir bandang termasuk dalam membangun sistem peringatan dini banjir bandang. Menurut Kim (2012) bahwa mengkarakterisasi perilaku hidrologi banjir yang terjadi di wilayah DAS dengan bentuk respon terhadap banjir, penting untuk membentuk sistem manajemen yang tepat dan efektif untuk banjir bandang. Menurut Borga (2010) bahwa memahami proses hidro-meteorologi yang mengontrol proses banjir bandang sangat penting, baik dari perspektif sains maupun dari perspektif sosial.

Dari sudut pandang kewilayahan, satuan DAS terbentuk dari beberapa Sub-DAS dan masing-masing memiliki karakteristik wilayah yang berbeda terutama dari segi morfometri. Karakteristik morfometri dapat mempengaruhi proses banjir bandang (Bagira, 2013), sehingga kontribusi setiap Sub-DAS terhadap kejadian banjir bandang juga berbeda. Selain itu, penggunaan parameter morfometri DAS dapat menjadikan analisis banjir bandang lebih efektif (Karalis, 2014). Oleh karena itu, wilayah penelitian dibagi menjadi beberapa Sub-DAS untuk memudahkan dalam menemukenali bagian wilayah Tabo-Tabo yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap kejadian banjir bandang, sehingga prioritas kebijakan untuk penanggulan banjir bandang bagian wilayah Tabo-Tabo dapat diusulkan.

Setiap karateristik fisik wilayah juga memiliki peranan yang berbeda terhadap proses banjir bandang seperti tekstur dan struktur tanah beperan penting dalam menahan air dan infiltrasi, lereng dan geometri cekungan menentukan prilaku kecepatan dan konsetrasi limpasan, vegetasi dan kanopi hutan mempengaruhi intersepsi curah hujan dan praktek penggunaan lahan dapat memainkan peran penting terhadap resepan air, konsetrasi dan prilaku limpasan (Smith, 2003). Oleh karena itu, informasi terkait karakteristik fisik suatu wilayah secara tidak langsung dapat menggambarkan distribusi potensi banjir bandang pada wilayah tersebut. Smith (2003), Smith (2010) dan Kruzdlo (2010) telah mengembangkan indeks potensi banjir bandang dari aspek fisik wilayah dengan memanfaatkan integrasi data penginderaan jauh dan teknik SIG.

(5)

5 Karakteristik banjir bandang, baik dari segi karakteristik aliran dan dampak yang dapat ditimbulkan maupun dari segi faktor-faktor yang berperan merupakan pembeda dengan jenis banjir lainnya sehingga data dan informasi yang ditampilkan seharusnya dibedakan dengan jenis banjir lainnya. Pada realitasnya, dalam dokumen rencana tata ruang wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2009, Kabupaten Maros tahun 2012 dan Kabupaten Pangkep tahun 2012 serta rencana pengelolaan DAS Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015 belum mengkategorikan jenis-jenis banjir. Selain itu, belum adanya penelitian yang terpublikasi terkait banjir bandang di DAS Tabo-Tabo, sehingga penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan dengan harapan dapat menjadi data dan informasi untuk perencanaan pengelolaan DAS Tabo-Tabo kedepannya dalam rangka penanggulangan dan pengurangan resiko dari banjir bandang.

1.3. Keaslian Penelitian

Untuk menyatakan keaslian penelitian, maka peneliti membandingkan beberapa aspek dengan penelitian terdahulu yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Keaslian Penelitian Judul, Tahun,

Wilayah, Nama Peneliti

Tujuan Penelitian Pendekatan dan Metode Penelitian

Hasil Penelitian

RS & GIS Based Spatial Mapping of Flash Floods in Karamana and Vamanapuram River Basin, Kerala-India, 2014, Vinod P. G., Menon A. R. R, Ajin R. S. and Chinnu R. V. 1. Untuk memetakan bahaya banjir bandang dengan di cekungan sungai Karamana dan Vamanapuram 2. Untuk menilai debit

puncak banjir bandang

Integrasi

penginderan jauh dan SIG, Metode rasional, Peringkatan, Pembobotan, Model HEC-RAS and HEC-GeoRAS 1. Kota Thiruvananthapuram memiliki bahaya banjir bandang yang sangat tinggi 2. Thampanoor adalah daerah

yang paling terkena dampak di kota dan debit puncak

banjirnya yang diperkirakan 44,82 m3/s untuk periode ulang 5 tahun dan 72,66 m3/s untuk periode ulang 50 tahun

(6)

6 Judul, Tahun, Wilayah, Nama Peneliti Tujuan Penelitian Pendekatan dan Metode Penelitian Hasil Penelitian The Use of Distributed Hydrological Models for The Gard 2002 Flash Flood Event: Analysis of Associated Hydrological Processes. 2014. Garambois P. A., Larnier K., Roux H., Labat D. dan Dartus D. Untuk mengkarakterisasi banjir bandang dan curah hujan yang memicu banjir bandang tersebut diberbagai skala temporal dan spatial

Analisis statistik dan Model Numerik

1. Sebagian kejadian banjir dipicu oleh curah hujan yang umumnya melanda pertama dan paling tinggi di Montagne Noire dan

pegunungan Corbières sebelum beralih ke kaki bukit Pyrenean dengan curah hujan yang relatif rendah

2. Banjir bandang yang terjadi berupa kategori menengah dan parah seiring berlangsungnya curah hujan sebagai pemicu 3. Tingkat kejenuhan tanah

awal yang tinggi cenderung mendorong respon banjir pada tangkapan antara 3 sampai 10 jam.

4. Karakteristik curah hujan setiap kejadian

menunjukkan tren unimodal dan banjir di DAS gunung Pyrenean umumnya dipicu oleh curah hujan dekat outlet, dengan topografi lebih rendah. An Analysis of Flash Floods in The Peyne Catchment Southern France, 2010, Backwell dan Bijkerk 1. Menemukan daerah sumber limpasan tertinggi di DAS Peyne 2. Mengetahui secara mendasar mekanisme kausal yang mengakibatkan banjir di Pézenas dan mengetahui pengaruh pengelolaan setiap parameter Model LISFLOOD

1. Sub-DAS dengan limpasan tertinggi yaitu Bayele, Rieutord dan St. Martial 2. Kapasitas reservoir hanya

mampu menampung debit aliran 106 m3/s dari total volume limpasan dari wilayah bagian utara cekungan, sehingga sekitar 42 m3/m keluar dari reservoir dan menyebabkan banjir di bagian hilir

(7)

7 Judul, Tahun, Wilayah, Nama Peneliti Tujuan Penelitian Pendekatan dan Metode Penelitian Hasil Penelitian Aplikasi geo-informasi untuk analisis respon hidrologi das tabo-tabo provinsi sulawesi selatan terhadap kejadian banjir bandang 1. Menganalisis karakteristik curah hujan di DAS Tabo-Tabo. 2. Menganalisis karakteristik respon hidrologi DAS Tabo-Tabo. 3. Menganilisis Potensi Banjir Bandang di Das Tabo-Tabo 4. Menemukenali faktor-faktor yang menyebabkan banjir bandang dan memahami mekanisme proses terjadinya banjir bandang di DAS Tabo Integrasi penginderan jauh dan SIG, observasi, pemodelan, hidro-meteorologi dan fisiografi DAS - 1.4. Pertanyaan Penelitian

Berangkat dari latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun pertanyaan yang peneliti akan dibahas pada penelitian ini yaitu: 1.4.1. Bagaimanakah karakteristik distribusi spasial dan temporal curah hujan di DAS

Tabo-Tabo?

1.4.2. Bagaimanakah karakteristik respon hidrologi dan peranan masing-masing Sub-DAS terhadap proses banjir bandang di Sub-DAS Tabo-Tabo?

1.4.3. Bagaimanakah distribusi spasial potensi banjir bandang di DAS Tabo-Tabo dengan pemanfaatan aplikasi Geo-Informasi?

1.4.4. Bagaimanakah mekanisme faktor-faktor yang berperan terhadap proses terjadinya banjir bandang di DAS Tabo-Tabo?

(8)

8 1.5. Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu:

1.5.1. Untuk menganalisis karakteristik curah hujan di DAS Tabo-Tabo dalam skala temporal dan spasial.

1.5.2. Untuk menganalisis karakteristik respon hidrologi dan peranan masing-masing Sub-DAS terhadap proses banjir bandang di DAS Tabo-Tabo.

1.5.3. Untuk menganalisis distribusi spasial potensi banjir bandang di DAS Tabo-Tabo dengan pemanfaatan aplikasi Geo-Informasi.

1.5.4. Untuk menganalasis faktor yang menyebabkan dan faktor-faktor yang mempengaruhi banjir bandang serta memahami mekanisme proses terjadinya banjir bandang di DAS Tabo-Tabo.

1.6. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1.6.1. Sebagai data dan informasi bagi pemerintah untuk melakukan pengawasan dan pengelolaan serta manajemen bencana banjir bandang di DAS Tabo-Tabo. 1.6.2. Sebagai bahan kajian/studi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan

penelitian terkait banjir bandang.

1.6.3. Sebagai informasi bagi masyarakat dan organisasi non-kepemerintahan dalam melakukan pengelolaan dan pengawasan lingkungan berbasis penanggulangan bencana banjir badang.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Reading aloud (membaca nyaring) sendiri adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang

Pada bulan Januari sampai Juni 2015 di Puskesmas Pundong ditemukan jumlah ibu hamil yang berisiko dalam kehamilannya sebanyak 149 orang, Tujuan dari penelitian ini

(1) Berdasarkan SPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) ditetapkan Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau Dokumen lainnya yang dipersamakan.

8. Bila terdapat unit independen dalam fasilitas pelayanan pasien yang akan disurvei, rumah sakit memastikan bahwa unit tersebut mematuhi rencana penanganan bahan berbahaya...

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Jenis buah : Buah sirsak, apel merah, stroberi, buah naga, pisang, jeruk, nanas, mangga, pepaya, alpukat, kiwi, jambu biji, anggur, pir, buah manggis.. Jenis sayur :

Penggunaan media blok dienes dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep nilai tempat bilangan bagi anak tunagrahita ringan dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan: