• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. Strategi Perancangan dan Konsep Visual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III. Strategi Perancangan dan Konsep Visual"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

50

BAB III

Strategi Perancangan dan Konsep Visual

3.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan dibuatnya buku pop upsebagai media penyampai informasi tentang cerita rakyat Situ Bagendit ini adalah untuk menambah pengetahuan target audience tentang salah satu cerita rakyat yang ada di Indonesia sehingga target audience dapat mengetahui keberadaan Situ Bagendit yang terletak di Jawa Barat dan mengetahui cerita rakyat yang melatar belakangi asal-usul terjadinya Situ Bagendit tersebut.

Selain itu tujuan dibuatnya buku cerita bergambar pop up “Legenda Situ Bagendit”ini juga sebagai media untuk menarik perhatian anak agar mereka menjadi minat untuk membaca, khususnya untuk anak usia 3-7 tahun. Buku ini pun dapat menjalin hubungan orang tua dengan anak, karena anak pada usia 3-7 tahun masih dalam proses belajar membaca, karena itu anak perlu bantuan orang tua untuk membaca dan memperoleh informasi dari buku pop-up ini.

3.1.1 Strategi Komunikasi

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Dipihak lain jika tidak ada strategi komunikasi

(2)

51 yang baik dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif.

Dalam perancangan buku cerita bergambar pop upini membutuhkan strategi komunikasi. Media pembelajaran membaca untuk anak tentang cerita rakyat berupa buku pop up ini merupakan sarana penyampai informasi tentang cerita rakyat Situ Bagendit untuk anak usia 3-7 tahun. Dengan adanya gaya pop up yang diaplikasikan ke dalam buku ini, diharapkan dapat menanamkan minat baca anak sejak dini.

3.1.2 Materi Pesan

Materi pesan yang akan disampaikan berupa informasi tentang salah satu cerita rakyat yang dimiliki Indonesia yaitu Situ Bagendit. Topik tentang cerita rakyat dipilih dikarenakan banyaknya film dan buku cerita tentang fairytalemembuat anak lebih mengetahui cerita dongeng dari negeri lain dibandingkan cerita rakyat yang ada di negeri sendiri. Untuk itu buku pop up ini dibuat untuk menimbulkan rasa kecintaan pada anak akan negerinya sendiri karena didalam cerita rakyat mengandung nilai sejarah dan kebudayaan. Cerita Situ Bagendit dipilih karena mengandung nilai moral yang baik untuk pembelajaran bagi anak.

Materi pesan yang akan disampaikan dalam buku ini akan dituangkan kedalam bentuk cerita dimana ada seorang janda kaya raya bernama nyai Endit yang kikir, ia membeli semua hasil panen para petani dan menimbunnya,

(3)

52 kemudian ia menjualnya lagi dengan harga yang sangat tinggi. Hingga pada suatu hari, ada seorang pengemis yang minta sedekah pada nyai Endit, namun nyai Endit mengusirnya.Pengemis tersebut menancapkan tongkat didepan rumah nyai Endit, setelah tongkat tersebut dicabut keluarlah air yang tidak berhenti hingga menenggelamkan nyai Endit beserta harta-hartanya.Air yang membanjiri desa tersebut kemudian membentuk danau dan dinamakan Situ Bagendit yang terletak di Garut, Jawa Barat.

Dari cerita tersebut dapat diambil pembelajaran untuk anak bahwa sebagai manusia harus saling berbagi dan tidak boleh kikir. Karena apa yang telah diperbuat akan kembali lagi pada diri masing-masing, karena itu kita harus selalu berbuat baik.

3.2 Target Sasaran

Target sasaran dalam perancangan buku pop upini adalah anak usia 3-7 tahun yang masih dalam usia belajar membaca. Karena buku cerita bergambar pop up ini dirancang untuk menanamkan minat baca pada anak sejak usia dini. Pada usia 3-7 tahun, perkembangan kognitif pada anak ada didalam tahap praoperasional, dimana pada tahap ini perilaku rasionalnya tidak didukung oleh pemikirannya melainkan perasaannya. Karena itu buku ini dibuat agar anak dapat memperoleh pembelajaran dengan cara yang menyenangkan sehingga anak tertarik untuk membacanya.

(4)

53 3.2.1 Khalayak Sasaran Primer

1.Demografis

Anak-anak usia 3-7 tahun perempuan dan laki-laki, dengan status sosial ekonomi orang tua B, A atau menengah keatas.

2. Geografis

Anak-anak usia 3 sampai 7 tahun yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota-kota besar lainnya yang ada di Indonesia.

3 Psikografis

Anak-anak yang senang bermain dan meniru hal yang baru dipelajarinya.

3.2.2 Khalayak Sasaran Sekunder 1. Demografis

Orang dewasa, pria dan wanita usia 17 sampai 50 tahun dengan status sosial ekonomi B, A atau menengah keatas.

2. Geografis

Orang dewasa yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota-kota besar lainnya yang ada di Indonesia.

3. Psikografis

(5)

54 3.3 Strategi Kreatif

3.3.1 Pendekatan Kreatif

Strategi perancangan buku ini bersifat memberikan materi pemberian informasi berupa cerita rakyat yang berasal dari Jawa Barat yaitu Situ Bagendit. Buku cerita bergambar yang dibuat dengan menyajikan gayapop upkedalamnya, membuat penyampaian informasi kepada anak menjadi lebih menyenangkan karena didalamnya terdapat unsur hiburan seperti gambar yang dapat timbul dan bergerak sehingga para pembacanya dapat merasakan adanya paper magicdidalam buku ini.

Selain itu pemilihan judul “Legenda Situ Bagendit” dipilih karena kata legenda mewakili dari cerita rakyat jaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah.Dengan pemilihan judul ini, diharapkan agar anak tertarik untuk mengetahui isi cerita yang disajikan didalam buku ini.

Dalam perancangan buku cerita bergambar pop up ini, digunakan ilustrasi kartun dengan maksud untuk menarik perhatian anak-anak yang sangat menyukai ilustrasi kartun. Anak pada usia 3 sampai 7 tahun telah mengenal bentuk, oleh karena itu penyampaian informasi dalam bentuk gambar ilustrasi tidak akan menjadi suatu kendala. Selain itu, pewarnaan yang tepat tentunya dapat menambah nilai dari suatu ilustrasi, sehingga hal ini dapat dijadikan daya tarik tambahan untuk menarik minat anak-anak.

(6)

55 3.3.2 Pendekatan Visual

Segmentasi target audience pada perancangan buku pop up ini adalah anak-anak usia 3 sampai 7 tahun. Maka pendekatan visual dalam perancangan buku pop up ini adalah dengan menggunakan pendekatan visual yang berupa gambar ilustrasi kartun yang sederhana dan tidak rumit, hal ini bertujuan untuk mempermudah anak untuk memahami isi cerita.Ilustrasi dalam buku cerita bergambar pop up ini juga menggunakan warna-warna cerah yang di tujukan untuk menarik perhatian anak-anak dan sekaligus memberikan kesan ceria.

Ditambah dengan penggunaan gayapop up yang dapat menambah daya tarik pada visualisasi buku cerita bergambar pop up ini. Dengan mengaplikasikan gayapop up ke dalam buku cerita bergambar ini bertujuan sebagai sarana penunjang dalam penyampaian informasi karena dengan adanya bentuk 3 dimensi, dapat mempermudah anak-anak dalam mengingat isi cerita atau memahami informasi yang disampaikan oleh buku cerita bergambar pop up ini.

3.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT ini dilakukan untuk membuat buku cerita bergambar pop up ini dapat bersaing dengan media para kompetitif. Dengan menggunakan analisis SWOT kita dapat melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari buku ini untuk bersaing dipasaran.

(7)

56 3.4.1 Kekuatan (Strength)

 Penyampaian dengan media buku dapat melatih imajinasi dan pola pikir anak, serta dapat dijadikan sebagai sarana untuk anak belajar membaca.

 Tema yang diambil oleh penulis yaitu cerita rakyat. Tema ini dipilih karena masih jarang buku bergambar pop up yang menceritakan tentang cerita rakyat.

Buku yang dirancang diaplikasikan dengan gaya pop upyang dapat menarik perhatian anak, karena buku dengan gaya ini membuat anak dapat ikut berinteraksi dengan buku dan mendapat pengalaman yang menyenangkan selama membaca.

Buku dengan gayapop up ini dapat menimbulkan kebanggaan bila dijadikan sebagai barang koleksi.

 Untuk membaca buku ini tidak diperlukan perantara seperti penggunaan CD, TV atau Komputer sehingga dapat dibawa kemana saja dan dibaca dimana saja.

3.4.2 Kelemahan (Weakness)

Waktu pembuatan buku pop up cenderung lama karena membutuhkan ketelitian.

Harga buku pop up yang mahal sehingga tidak semua kalangan dapat memilikinya.

(8)

57 3.4.3 Peluang (Opportunities)

 Masih sedikit buku cerita bergambar di Indonesia yang mengangkat tema cerita rakyat.

Masih jarang ditemukan buku pop up buatan dalam negeri.

Dengan menggunakan gaya pop up dapat membuat anak lebih tertarik untuk membacanya.

3.4.4 Ancaman (Threats)

 Lebih banyak sarana penyampai pesan menggunakan media elektronik dengan keunggulan yang lebih dibandingkan buku.

Dari analisis SWOT diatas, alasan yang paling kuat bagi penulis untuk membuat buku Pop Up Legenda Situ Bagendit adalah berdasarkan peluang (opportunities). Karena di Indonesia masih jarang ditemukan buku pop up, buku pop up buatan dalam negeripun dapat dikategorikan langka.

Karena itu penulis membuat buku ini agar lebih dapat menarik perhatian dan minat anak untuk membacanya. Dan diharapkan dapat menambah pengetahuan anak tentang salah satu cerita rakyat yang ada di Indonesia yaitu tentang Legenda Situ Bagendit.

(9)

58 3.5 Strategi Media

Strategi media yang digunakan dalam pembuatan buku cerita bergambar pop up Situ Bagendit ini adalah berupa buku pop up yang di cetak dalam format landscape, ukuran 42 cm x 29,7 cm dengan isi 10 halaman. Sedangkan jenis kertas yang akan digunakan adalah kertas art karton 260gr. Kertas ini dipilih karena mengingat didalam buku ini terdapat gaya pop up sehingga diperlukan kertas yang tebal. Kertas ini juga akan di laminatingdoff agar memiliki terktur yang halus dan hasil print tidak akan rusak apabila ketas dilipat. Warna yang dihasilkan juga lebih terang dan detail gambarpun dapat terlihat dengan jelas.

3.5.1 Media Utama

Media utamanya berupa media pembelajaran dan penyampaian informasi berbentuk buku cerita bergambar dengan gaya pop up berukuran 42 cm x 29,7 cm, dengan ini diharapkan dapat menanamkan minat membaca pada anak sejak usia dini. Dan bagi pembacanya dapat memahami isi cerita mengenai cerita rakyat Situ Bagendit yang berasal dai Jawa Barat.

Gaya pop up yang terdapat dalam buku ini dapat lebih menjelaskan informasi yang ingin disampaikan melalui visualisasi yang bergerak atau berbentuk 3 dimensi yang sekaligus digunakan sebagai sarana hiburan yang menyajikan interaksi antara si pembaca dengan buku cerita bergambar pop up ini.

(10)

59 3.5.2 Gimmick dan Media Pendukung

Gimmick pada perancangan kali ini berperan sebagai hadiah yang sudah tersedia dalam buku ini yang ditujukan untuk lebih menarik minat masyarakat untuk membeli buku cerita bergambar pop up ini. Gimmick tersebut berupa sticker dan gantungan kunci yang tersedia sebagai hadiah langsung.

Selain itu sebagai salah satu strategi pemasaran suatu produk sehingga produk tersebut cepat dikenal masyarakat perlunya dibuat media pendukung. Media pendukung untuk buku Pop Up Legenda Situ Bagendit ini berupa celengan, T-shirt dan tumbler. Ketiga benda tersebut dipilih karena benda-benda tersebut dekat dalam keseharian anak-anak.

3.5.3 Material

1. Bahan untuk buku cerita bergambar pop up : Cover buku (Hard Cover) :

 Karton Board

Art Karton120gr (Laminating Glossy) Isi Buku :

(11)

60 2. Bahan untuk Gimmick dan Media Pendukung:

Celengan : - Art Paper 150gr - Karton Board

Sticker : - Chromo

Gantungan Kunci : - Kaleng pindiameter 44mm - HVS 80gr

- Plastik bening

T-Shirt : - Kaos

- Sablon

Tumbler : - plastic glass

3.6 Konsep Visual

Untuk menghasilkan sebuah karya visual yang baik, maka dibutuhkan konsep visual yang matang, agar terhindar dari kesalahan dalam menyampaikan pesan.Konsep visual adalah awal dari sebuah ide yang didapat melalui sebuah proses pendekatan dan pendalaman materi. Konsep visual yang telah didapat harus di eksplorasi ke dalam bentuk-bentukvisualisasi agar dapat memberikan pesan visual kepada target konsumen.

(12)

61 3.6.1 Warna

Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain, karena dengan warna orang bisa menampilkan identitas, menyampaikan pesan, membedakansifat dari bentuk-bentuk visual secara jelas. Dalam prakteknya warna dibedakan menjadi dua, yaitu warna yang ditimbulkan karena sinar (addictive color/RGB) yang biasanya digunakan pada warna lampu, monitor, TV dan sebagainya, dan warna yang dibuat dengan unsure tinta atau cat (subtractive color/CMYK) yang biasanya digunakan dalam proses pencetakan gambar ke permukaan benda padat seperti kertas, kain, plastic dan sebagainya.

Pewarnaan pada buku cerita bergambar pop up ini menggunakan warna-warna yang menonjolkan kesan cerah dan ceria. Hal ini didasari dengan alasan bahwa khalayak yang dituju adalah anak-anak dan topik yang akan dibahas adalah cerita rakyat hal ini bertujuan agar anak-anak tertarik untuk membaca buku cerita bergambar pop up bertemakan cerita rakyat ini.

(13)

62 Warna untuk Kakek Pengemis:

(14)

63 3.6.2 Tipografi

Font yang digunakan untuk teks dalam buku cerita bergambar pop up “Legenda Situ Bagendit” ini adalah comic sans ms dan pada bagian cover menggunakan Sagoe Print.

Gambar 3.1 Font Comic Sans MS dan Sagoe Print

Alasan mengapa dipilih comic sans ms untuk penulisan teks dalam buku cerita bergambar pop up ini adalah karena font ini memiliki bentuk yang tidak kaku sehingga sangat cocok untuk buku bacaan anak, selain itu font comic sans ms juga mudah terbaca karena bentuknya yang sederhana dan tidak rumit.

(15)

64 3.6.3 Layout

Gambar 3.2 Layout

Layout untuk buku cerita bergambar pop up ini akan lebih banyak gambar dibandingkan dengan teks bacaan. Konten dari layout yang dibuat terdiri dari teks yang berisikan cerita, ilustrasi karakter, dan background tempat latar cerita berlangsung.Layout disusun sedemikian rupa agar memiliki keseimbangan sehingga dapat mempermudah anak untuk membaca dan memahami isi dari cerita buku bergambar pop up “Legenda Situ Bagendit” ini.

(16)

65 3.6.4 Sinopsis

Cerita rakyat situ bagendit yang berasal dari Jawa Barat ini menceritakan tentang kisah seorang janda yang kaya raya bernama Nyai Endit.Kekayaan Nyai Endit yang melimpah dihasilkan dari hasil memeras para petani.Nyai Endit menyewa centeng untuk mengancam para petani agar menjual seluruh hasil pertaniannya kepadanya dengan harga yang murah, kemudian saat musim kemarau atau musim kering tiba Nyai Endit menjual kembali hasil pertanian tersebut dengan harga yang tinggi.

Hingga suatu haridatanglah seorang kakek pengemis yang menanyakan dimana rumah orang paling mampu di desa tersebut.Seorang ibu petani pun menunjukkan rumah Nyai Endit.Kakek tersebut kemudian datang ke rumah Nyai Endit untuk meminta sedekah, namun Nyai Endit membentak Kakek Pengemis tersebut dan mengusirnya.

Keesokan harinya Nyai Endit dikejutkan dengan tongkat yang tertancap di tanah, ia pun berusaha untuk mencabutnya. Setelah berhasil tercabut, tiba-tiba keluar air yang menyembur dari dalam tanah tempat tongkat itu tertancap. Air menyembur tidak berhenti sampai membanjiri desa.Semua warga menyelamatkan diri, kecuali Nyai Endit yang tidak mau meninggalkan hartanya.Nyai Enditpun akhirnya tenggelam bersama hartanya.Desa yang tenggelam membentuk sebuah danau dan dinamakan Situ Bagendit.

(17)

66 3.6.5 Desain Karakter

Gambar 3.3 Karakter Nyai Endit Keterangan Desain :

Pakaian

Pakaian yang dikenakan oleh nyai Endit adalah kebaya.Kebaya dipilih karena merupakan pakaian tradisional Jawa Barat, sehingga dapat menanamkan kecintaan akan budaya negeri sendiri.

Warna

Warna merah dipilih karena menunjukan hasrat, keberanian, kearoganan, dan kemewahan.

Simbol dan Ciri

Karakter Nyai Endit ini bermata besar dan agak menukik kebawah pada bagian sudut mata agar menimbulkan kesan arogan dan ia menggunakan perhisan mutiara agar menimbulkan kesan sombong.

(18)

67 Gambar 3.4 Karakter Kakek Pengemis

Keterangan Desain :

Pakaian

Karakter Kakek Pengemis dibuat dengan menggunakan pakaian yang compang camping agar terkesan orang yang kurang mampu.

Warna

Untuk pakaian compang camping tersebut, dipilih warna kuning gelap kecoklatan agar karakter terkesan lusuh.

Simbol dan Ciri

Kakek Pengemis berambut putih dan ada garis pada wajahnya yang menunjukan keriput menunjukan bahwa ia sudah tua selain itu ia juga membawa tongkat untuk menopangnya berjalan.

(19)

68 Gambar 3.5 Karakter Centeng

Keterangan Desain :

Pakaian

Karakter centeng memakai pakaian yang menjukan lengannya yang besar agar terlihat garang.

Warna

Warna pakaian Centeng adalah biru gelap, warna ini dipilih agar karakter terkesan maskulin.

Simbol dan Ciri

Karakter Centeng dibuat lebih gagah dengan lengan yang besar dengan alis yang menukik agar terkesan menakutkan.

(20)

69 Gambar 3.6 Karakter Bapak Petani

Keterangan Desain :

Pakaian

Karakter Bapak Petani menggunakan pakaian sehari-hari yang biasa saja agar menunjukan kesederhanaan.

Warna

Warna yang dipilih untuk pakaian karakter Bapak Petani adalah hijau cerah sesuai dengan pekerjaannya yang bertani, maka dipilih wana hijau cerah yang termasuk dalam warna alam.

Simbol dan Ciri

Bapak Petani menggunakan topi caping yang menunjukan bahwa ia adalah seorang petani.

(21)

70 Gambar 3.7 Karakter Ibu Petani

Keterangan Desain :

Pakaian

Ibu Petani menggunakan kebaya seperti Nyai Endit, tapi kebaya yang dipakai Ibu Petani lebih sederhana agar terkesan seperti warga desa biasa.

Warna

Warna yang dipilih adalah kuning dan coklat, karena warna kuning menunjukan warna yang ceria cocok untuk karakter untuk bacaan anak dan warna coklat menimbulkan kesan yang sederhana dan apa adanya.

Simbol dan Ciri

Ibu Petani dibuat dengan menggunakan sanggul dan tanpa perhiasan agar menunjukan kesederhanaan.

(22)

71 3.6.6 Teknik Ilustrasi

Dalam pembuatan buku Pop Up ini penulis menggunakan teknik ilustrasi tracing. Terlebih dahulu penulis membuat sketsa kasar berupa ilustrasi yang dibuat secara manual yaitu menggunakan alat tulis pensil dan sketchbook.

Gambar 3.8 Teknik Ilustrasi

Setelah dibuat sketsa kasar, kemudian penulis melakukan teknik tracing tersebut dari bentuk sketsa menjadi bentuk digital, namun tidak semua ilustrasi dibuat secara teknik tracing, penulis juga langsung membuat secara digital dengan menggunakan pen tool. Dengan pen tool tersebut penulis membuat ilustrasi langsung menjadi bentuk digital tetapi tetap disesuaikan berdasarkan storyboard pada sketsa. Dalam pembutan digital ini, penulis menggunakan aplikasi komputer Adobe Illustrator. Karena menurut penulis aplikasi ini paling nyaman dan sederhana untuk membuat sebuah gambar ilustrasi.

(23)

72 3.6.7 Teknik Menggunting Kertas

Dalam pembuatan buku Pop Up Legenda Situ Bagendit ini, penulis menggunakan gunting kertas, pisau cutter, dan pen cutter untuk menggunting, memotong dan melubangi kertas.

Gambar 3.9 Alat Pemotong Kertas

Namun, ketiga alat tersebut tentunya kurang efesien jika pembuatan buku pop up ini untuk diproduksi secara massal. Karena itu, untuk pembuatan produksi massal dalam hal pemotongan kertas dibutuhkan kerja mesin untuk mempercepat proses kerja.

Gambar 3.10 Mesin Laser Cutting

Laser cutting adalah sebuah teknologi yang menggunakan laser untuk memotong material. Mesin laser cutting bekerja dengan cara mengarahkan laser untuk memotong material dan digunakan komputer untuk mengarahkannyan jadi bentuk potongan dapat dibentuk sesuai dengan keinginan.

(24)

73 3.6.8 StoryBoard

Gambar 3.11 Halaman 1

 Pada halaman 1 menunjukan ilustrasi Nyai Endit yang sedang makan dengan makanan yang mewah dan dengan background harta Nyai Endit yang melimpah.

Gambar 3.12 Halaman 2

 Pada halaman 2 menunjukan ilustrasi Bapak Petani dan Ibu Petani yang sedang kelaparan, dengan ilustrasi meja makan yang tidak ada makanannya sehingga nampak mereka yang kekurangan.

(25)

74 Gambar 3.13 Halaman 3

 Halaman 3 menunjukan ilustrasi Nyai Endit yang sedang memaksa petani untuk menjual hasil pertaniannya, di samping mereka tampak seorang centeng yang diperintahkan Nyai Endit untuk mengancam petani.

Gambar 3.14 Halaman 4

 Halaman 4 menunjukan ilustrasi Nyai Endit yang sedang menjual kembali hasil pertanian tersebut dengan harga yang tinggi, sehingga Ibu petani yang menjadi pembeli nampak sedih.

(26)

75 Gambar 3.15 Halaman 5

 Halaman 5 menunjukan ilustrasi seorang Kakek Pengemis yang menyanyakan arah rumah Nyai Endit dan Ibu Petani yang menunjukan arah Nyai Endit.

Gambar 3.16 Halaman 6

 Halaman 6 menunjukan ilustrasi Kakek Pengemis yang diusir oleh Nyai Endit dari rumahnya.

(27)

76 Gambar 3.17 Halaman 7

 Halaman 7 menunjukan ilustrasi air mancur yang keluar dari dalam tanah akibat dari Nyai Endit yang mencabut tongkat yang tertancap di tanah.

Gambar 3.18 Halaman 8

 Halaman 8 menunjukan ilustrasi Nyai Endit yang tenggelam bersama hartanya akibat air mancur yang tak berhenti keluar dan Nyai Endit tidak meu meninggalkan hartanya.

(28)

77 Gambar 3.19 Halaman 9

 Halaman 9 menunjukan ilustrasi Bapak Petani dan Ibu petani yang telah menyelamakan diri ke tempat yang lebih tinggi, mereka tengah melihat desa yang tenggelam.

Gambar 3.20 Halaman 10

 Halaman 10 menunjukan ilustrasi danau yang dinamakan Situ Bagendit yang terbentuk dari air mancur yang membanjiri desa.

(29)

78 3.7 Estimasi Waktu

Tabel 3.1 Estimasi Waktu

3.8 Biaya Media

Perincian biaya untuk buku cerita bergambar Pop Up “Legenda Situ Bagendit” yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Biaya PraProduksi :

a. Desain Karakter = Rp. 5.000.000

b. Storyboard = Rp. 3.000.000

c. Konsep Pop Up = Rp. 2.000.000 +

(30)

79 Biaya Produksi :

Harga Digital Printing:

a. Buku Pop Up Cover

 Art Karton + Laminating Glossy = Rp. 4.000

 Karton Board = Rp. 8.000

Halaman Isi

 Art Karton + Laminating Doff

22 lembar x Rp. 4.000 = Rp. 88.000 Gimmick  Gantungan kunci = Rp. 7.500  Sticker (Chromo) = Rp. 3.000 Kemasan = Rp. 7.500 + @1 Paket buku = Rp. 118.000 b. Media Pendukung  T-shirt = Rp. 50.000  celengan = Rp. 3.000  Tumbler = Rp. 40.000 +

@1 Paket Media Pendukung = Rp. 93.000

(31)

80 Harga Percetakan Offset:

Berikut adalah perkiraan cetak offset jika buku pop up untuk diproduksi massal.

Minimal cetak offset 500lembar @Rp1.350

Art Karton + Laminating Doff/Glossy @2.000 = Rp.1.000.000

500 : 22(halaman isi 21 + cover 1) = 22 buku

Karton Board untuk 22 buku @Rp.8.000 = Rp.64.000 +

Harga 22 Buku = Rp. 1.064.000

Harga percetakan offset Rp. 1.064.000 : 22 = Rp. 48.400

Harga pemotongan kertas menggunakan mesin laser = Rp.30/cm

Hlm1 : 35cmx26,5cm= Rp.3.690 Hlm6 : 4,5cm15,5cm= Rp.1.200

Hlm2 : 21cmx18cm= Rp.2.340 Hlm7 : 24,5cmx21cm= Rp.2.700

Hlm3 : 42cmx26cm= Rp.4.080 Hlm8 : 42cmx28cm= Rp.4.200

Hlm4 : 42cmx20cm= Rp.2.460 Hlm9 : 42cmx21cm= Rp.3.780

Hlm5 : 20cmx11cm= Rp.1.860 Hlm10 : 21cmx4cm= Rp.1.920

Jumlah harga pemotongan kertas = Rp. 28.230

Total harga 1buku percetakan offset

(32)

81 Biaya Pasca Produksi :

a. Transportasi = Rp. 5.000.000

b. Distribusi = Rp.20.000.000 +

Rp. 25.000.000

Biaya keseluruhan :

Biaya Pra Produksi = Rp. 10.000.000

Biaya Produksi = Rp. 211.000

Biaya Pasca Produksi = Rp. 25.000.000 +

Gambar

Gambar 3.1 Font Comic Sans MS dan Sagoe Print
Gambar 3.2 Layout
Gambar 3.3 Karakter Nyai Endit  Keterangan Desain :
Gambar 3.8 Teknik Ilustrasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, maka ditemukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang sanitasi lingkungan dengan perilaku siswa memelihara kesehatan

Konvolusi Distribusi Eksponensial dengan Parameter Berbeda Pada bagian ini akan diberikan teorema tentang konvolusi distribusi eksponensial dengan menggunakan parameter berbeda

pengetahuan hukum serta memperluas wawasan sebagai bekal untuk memasuki praktek dunia kerja yang sebenarnya. Persiapan dan Kesiapan Melaksanakan Praktek Kerja

pengembangan sumber daya manusia pertanian; dan (c) penyiapan pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik, serta urusan perpustakaan. Rapat Pimpinan Badan

yang ditandai dengan terlihatnya warna merah (disclosing solution) menempel dipermukaan gigi khususnya pada sisi permukaan gigi palatal, lingual maupun bukal,

(3) Dalam hal Produksi Radioisotop untuk Radiofarmaka dihasilkan dari Siklotron sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, selain harus memenuhi

Namun pihak IDX Channel tidak puas hanya dikenal di kalangan tersebut, karena menurut Bapak Yosman, IDX Channel masih belum begitu dikenal oleh calon investor yang merupakan

Pada pengambilan data awal yang dilakukan pada 63 siswa dari keseluruhan siswa kelas XI MIA, yang merupakan pengguna media sosial aktif didapatkan fakta bahwa