• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PAKEM-PLUS DI SD MENUJU PENDIDIKAN ACEH BERMUTU. Oleh: Rahmah Johar, Yusri Yusuf, Suid, dan Sardinah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PAKEM-PLUS DI SD MENUJU PENDIDIKAN ACEH BERMUTU. Oleh: Rahmah Johar, Yusri Yusuf, Suid, dan Sardinah."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PAKEM-PLUS DI SD MENUJU PENDIDIKAN ACEH BERMUTU

Oleh:

Rahmah Johar, Yusri Yusuf, Suid, dan Sardinah Abstrak

Pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM) perlu didukung oleh pemahaman guru yang baik tentang materi yang diajarkan dan disertai dengan pemilihan konteks yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Khusus untuk Provinsi NAD yang pendidikannya didasarkan atas pendidikan yang Islami, tenaga guru yang memiliki wawasan keilmuan sekaligus keagamaan masih kurang. Untuk mengatasi masalah tersebut, penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran PAKEM yang mengoptimalkan potensi siswa, guru, dan daerah (termasuk budaya Islami) guna menciptakan pendidikan yang bermutu, yang penulis sebut perangkat PAKEM-Plus. Perangkat yang dikembangkan terdiri atas bahan bacaan guru tentang materi ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan penilaian berbasis kelas untuk mata pelajaran matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia, yang memenuhi kriteria valid.

PENDAHULUAN

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 40 ayat 2 menjelaskan bahwa pendidik dan tenaga pendidik berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Tuntutan pembelajaran ini sering diterjemahkan menjadi PAKEM, yang merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Pesan yang terkandung dalam UU di atas direalisasikan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menuntut guru mengembangkan indikator pembelajaran berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dengan memperhatikan: 1) potensi daerah/karakteristik daerah, 2) sosial budaya masyarakat setempat, dan 3) peserta didik. Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai indikator tersebut hendaknya 1) memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi siswa-siswa, siswa-guru, dan siswa-sumber belajar untuk mencapai KD, 2) menggunakan pendekatan yang bervariasi dan berpusat pada siswa, dan 3) memuat kecakapan hidup (life-skill) (BSNP, 2006).

Namun, Suparno (2005) menyatakan bahwa keluhan terhadap kualitas guru adalah kurangnya penguasaan bidang ilmu dan kurang profesional ketika mengajar di kelas. Kenyataan ini juga peneliti temui di lapangan, diantaranya penguasaan guru

(4)

terhadap materi kurang memadai sehingga kesulitan mengembangkan Kompetensi Dasar menjadi indikator pembelajaran, kebiasaan guru menilai hasil belajar siswa hanya terbatas pada paper and pencil, dan kekurangan wawasan guru dalam mengeintegrasikan realitas dan budaya dalam pembelajaran. Akibatnya, pendidikan bermutu yang menghasilkan lulusan yang kompeten dan kompetitif sulit diperoleh.

Khusus untuk pendidikan di daerah Provinsi NAD, Banta (2005) menjelaskan bahwa pelaksanaan pendidikan yang Islami belum terlaksana dengan baik karena tenaga guru yang memiliki wawasan keilmuan sekaligus keagamaan masih kurang dan bahan ajar belum tertata dengan baik.

Berdasar uraian di atas perlu dirancang perangkat pembelajaran yang mengoptimalkan potensi siswa dan potensi daerah (termasuk budaya Islami) guna menciptakan pendidikan yang bermutu, yang penulis sebut perangkat PAKEM-Plus.. Perangkat yang dikembangkan terdiri atas bahan bacaan guru tentang materi ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan penilaian berbasis kelas untuk mata pelajaran matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah proses dan hasil pengembangan perangkat PAKEM-Plus yang valid?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis penelitian pengembangan. Prosedur pengembangan yang dilakukan mengikuti desain dari Plomp (1997) seperti berikut.

a. Tahap Pengkajian Awal

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mengkaji: (1) teori dan contoh PAKEM, (2) teori-teori belajar, (3) teori tentang pendidikan bermutu, (4), budaya masyarakat Aceh, (5) kebutuhan lapangan tentang pentingnya nilai-nilai Islami disisipkan dalam pembelajaran, dan (6) nilai-nilai Islami yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Selain itu pada tahap ini juga dilakukan identifikasi terhadap (1) kondisi siswa meliputi kemampuan, pengalaman, dan penggunaan bahasa dalam berkomunikasi, dan (2) analisis materi, yaitu mengidentifikasi, merinci, dan menyusun konsep secara sistematis untuk pengorganisasian materi pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia, IPA kelas V semester 1). Dengan pertimbangan tersebut akhirnya dirancang perangkat pembelajaran PAKEM-Plus.

(5)

b. Tahap Perancangan

Pada tahap ini dirancang perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM yang Islami dengan mengoptimalkan potensi daerah dan potensi siswa, untuk matapelajaran matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia kelas V semester 1. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: (1) merancang konteks yang sesuai dengan materi pelajaran yang menggunakan masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa di Aceh dan menyisipkan nilai-nilai Islami, (2) merancang RPP dengan urutan atau tahap-tahap pembelajaran yang mengoptimalkan keaktifan siswa dan peran aktif guru, (3) merancang Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mendorong siswa menemukan konsep/rumus/pengertian/ciri/sifat, (4) merancang bahan bacaan untuk guru sehingga memberikan informasi kepada guru tentang uraian materi yang diajarkan dan gambaran bagi guru dalam memberikan intervensi/bimbingan/respon setiap perilaku yang ditunjukkan oleh siswa selama pembelajaran, (5) merancang asesmen berbasis kelas yang melibatkan penilaian proses dan penilaian produk (hasil). Hasil pada fase ini masih berupa ide-ide awal atau draf awal.

c. Tahap Realisasi/Konstruksi

Pada tahap ini dibuat/disusun perangkat PAKEM-Plus sebagai lanjutan dari tahap desain, sehingga menghasilkan prototipe 1, yaitu rancangan yang berisi perangkat yang disebutkan pada bagian (b) di atas. Prototipe 1 inilah yang akan terus dikembangkan pada tahap pengembangan berikutnya

d. Tahap Tes, Evaluasi, dan Revisi

Tahap ini difokuskan pada dua hal, yakni: (1) menvalidasi dan (2) mengadakan uji coba lapangan prototipe 1 tentang perangkat yang telah disusun. Penelitian ini hanya difokuskan pada memvalidasi perangkat pembelajaran secara teoritis dan uji coba terbatas. Produk yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah prototipe yang memenuhi kriteria valid. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini secara rinci adalah sebagai berikut.

1) Menvalidasi Perangkat

Kegiatan yang dilakukan pada waktu menvalidasi perangkat adalah sebagai berikut.

a) Meminta pertimbangan validator tentang kelayakan prototipe perangkat pembelajaran yang telah disusun. Untuk kegiatan ini diperlukan instrumen

(6)

berupa lembar validasi yang diserahkan kepada validator. Validator terdiri dari ahli tentang PAKEM, ahli pendidikan matematika realistik, ahli tentang budaya Aceh (termasuk nilai-nilai Islami), dan praktisi/guru.

b) Melakukan analisis terhadap hasil validasi dari validator. Jika hasil analisis menunjukkan:

(1) valid tanpa revisi, maka kegiatan selanjutnya adalah uji coba lapangan. (2) valid dengan revisi kecil, maka dilakukan revisi, setelah itu ujicoba

lapangan tentang keterbacaan perangkat secara terbatas. Berdasarkan analisis hasil ujicoba terbatas dilakukan revisi, sehingga diperoleh prototipe 2. Setelah itu dilakukan ujicoba lapangan dengan skala yang lebih besar.

(3) tidak valid, maka dilakukan revisi besar sehingga diperoleh prototipe 2. Kemudian kembali pada kegiatan (a), yaitu meminta pertimbangan ahli. Disini ada kemungkinan terjadi siklus.

2) Mengadakan uji coba lapangan secara terbatas

Uji coba terbatas dilakukan untuk melihat keterbacaan perangkat yang dikembangkan dan respon siswa.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar validasi RPP, LKS, bahan bacaan guru, dan asesmen berbasis kelas. Lembar validasi ini bertujuan untuk memperoleh data tentang validitas perangkat dari ahli dan praktisi.

Kegiatan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Melakukan rekapitulasi terhadap semua pernyataan dari validator ke dalam tabel yang meliputi aspek, kriteria, dan hasil penilaian validator. Lalu mencari rerata hasil validasi dari semua validator untuk setiap kriteria.

2) Mencari validitas tiap aspek (Va)

3) Mencari validitas rata-rata (VR) dari semua aspek

4) Menentukan kategori kevalidan (secara teoretis) dengan mencocokkan rerata total dengan kategori berikut.

4 ≤ Va < 5 → sangat valid 3 ≤ Va < 4 → valid

2 ≤ Va < 3 → kurang valid 1 ≤ Va < 2 → tidak valid

Keterangan: Va = validitas rata-rata hasil penilaian ahli terhadap perangkat pembelajaran untuk setiap aspek

(7)

Perangkat PAKEM-Plus dikatakan memenuhi kriteria kevalidan apabila:

(i) nilai VA (validitas setiap aspek) perangkat PAKEM-Plus minimal berada dalam kategori VALID, dan

(ii) nilai VR (validitas rata-rata) perangkat PAKEM-Plus minimal dalam kategori VALID

5) Jika hasil validasi menunjukkan belum valid (secara teoretis) dan perlu revisi, maka dilakukan revisi terhadap perangkat pembelajaran yang sedang dikembangkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

Pengembangan Perangkat PAKEM-Plus ini mengikuti model pengembangan yang telah dijelaskan pada bab III, yaitu mengikuti tahap-tahap (1) investigasi awal, (2) perancangan, (3) realisasi/konstruksi, dan (4) tes, evaluasi, dan revisi. Adapun hasil pengembangan dari setiap tahap adalah sebagai berikut:

1. Hasil Tahap Investigasi Awal.

Hasil dari investigasi awal adalah sebagai berikut.

1) Pelaksanaan PAKEM perlu didukung oleh penguasaan guru tentang materi yang diajarkan, sehingga siswa bukan hanya aktif fisik (seperti menempel, menyusun, memperagakan) tetapi juga aktif mental (seperti berbagi ide, mengajukan pertanyaan, menarik kesimpulan, menuliskan pendapat) dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dikaitkan dengan pengalaman kehidupan nyata siswa, sehingga diharapkan pendidikan yang dilaksanakan menuju pendidikan bermutu.

2) Teori-teori belajar yang mendukung adalah teori konstruktivis, teori belajar penemuan, teori belajar Piaget, dan teori Vygotsky.

3) Teori tentang pendidikan bermutu sesuai dengan tuntutan pendidikan di era reformasi dan tuntutan pendidikan di Provinsi NAD karena pendidikan bermutu menghasilkan lulusan yang kompeten dan kompetitif (yakni berbudaya dan berperadaban, merdeka, bertakwa, bermoral dan berakhlak, berpengetahuan dan berketerampilan, dan inovatif dan kompetitif).

4) Beberapa contoh nilai-nilai Islami yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist yang terkait dengan matapelajaran matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia adalah

(8)

- Matapelajaran matematika tentang pengenalan kecepatan dikaitkan dengan do’a sebelum naik kendaraan dan mengurangi kecepatan kendaraan ketika shalat jemaah di mesjid

- matapelajaran IPA tentang manfaat ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau dikaitkan dengan ayat: “Sebagai petunjuk kebesaran Allah bahwa manusia dan hewan tergantung pada tumbuhan sebagai sumber makanan serta pentingnya tumbuhan hijau bagi manusia dan hewan dan jangan pula kamu mengganggu binatang”

- matapelajaran Bahasa Indonesia tentang memberikan saran dan pendapat terhadap persoalan yang ditanggapi dikaitkan dengan “Musyawarah (meuseuraya) merupakan cara bijak untuk mencari jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapi” dan “Kewajiban bermusyawarah tentang masalah keduniaan” (Q.S As-Syura: 38)”.

5) Kondisi awal siswa kelas V MIN Rukoh sebagai tempat “ujicoba terbatas” sudah pernah menerapkan PAKEM namun belum terbiasa dengan mengaitkan masalah kontekstual dengan budaya Aceh atau nilai-nilai Islami. Suasana kelas di MIN Rukoh cukup mendukung penerapan PAKEM-Plus karena satu kelas terdiri atas 25-30 siswa dan lokasi sekolah dekat dengan kampus Unsyiah

Dari hasil kajian dan identifikasi tersebut di atas, diperoleh suatu gagasan awal untuk mengembangkan perangkat pembelajaran matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia dengan memanfaatkan masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa dan menyisipkan nilai-nilai Islami, sehingga pendidikan bermutu dapat terwujud.

2. Hasil Tahap Perancangan

Pada tahap ini dirancang perangkat PAKEM-Plus. Hasil yang diperoleh adalah merancang masalah real yang bernuansa Islami atau nilai-nilai budaya Aceh, bahan bacaan guru, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, dan tes hasil belajar. Dalam merancangkkat ini dilibatkan dua guru matematika, satu guru Bahasa Indonesia, dan satu guru IPA kelas V SD.

3. Hasil Tahap Tes, Evaluasi, dan Revisi.

Hasil dari tahap ini ada dua, yakni: (a) hasil validasi dan (b) hasil uji coba lapangan secara terbatas. Hasil analisis terhadap validasi yang dilakukan validator digunakan untuk merevisi perangkat pembelajaran yang sedang dikembangkan. Berikut

(9)

dijabarkan hasil pengembangan yang diperoleh, pembahasan, serta evaluasi dan revisi yang dilakukan.

a. Hasil Validasi

Validasi para ahli bertujuan untuk melihat validitas isi (content validity). Validasi dilakukan dengan memberikan prototipe 1 dari perangkat pembelajaran. Validator diminta memberikan penilaian dan komentar pada lembar validasi (lihat lampiran). Perangkat pembelajaran ini dinilai oleh 6 orang validator untuk matapelajaran matematika (4 dosen dan 2 guru), 4 validator IPA (2 dosen dan 2 guru), dan 4 validator Bahasa Indonesia (2 dosen dan 2 guru).

Selain memberikan validasi/penilaian, para ahli juga memberikan saran yang konstruktif. Pada tabel berikut disajikan rekap hasil validasi dari validator untuk matapelajaran matematika, bahasa Indonesia, dan IPA

Tabel 1. Hasil Validasi Perangkat PAKEM-Plus untuk Matapelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA

Mata Pelajaran Komponen Hasil Validasi Ahli Matematika Bahan bacaan guru Va= 3,2

RPP Va= 3,1

LKS Va= 3

Asesmen Va= 3

Bahasa Indonesia Bahan bacaan guru Va= 3,1

RPP Va= 3

LKS Va= 3,2

Asesmen Va= 3,1

IPA Bahan bacaan guru Va= 3

RPP Va= 3

LKS Va= 3,1

Asesmen Va= 3,1

Dari tabel di atas terlihat bahwa validitas rata-rata setiap aspek (Va) dari semua validator terhadap perangkat pembelajaran yang divalidasi berada pada kategori valid untuk matapelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. Sehingga validitas rata-rata keseluruhan aspek yang divalidasi memenuhi kriteria

(10)

valid. Namun demikian berdasarkan kpomentar dari validator, peneliti melakukan revisi.

b. Hasil Ujicoba terbatas

Uji coba terbatas dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 3009, 5 Oktober 2009, 7 Oktober 2009, dan 14 November 2009 di kelas V MIN Rukoh Banda Aceh. Uji coba dilakukan untuk memperoleh data tentang keterbacaan perangkat dan respon siswa. Karena penulisan perangkat juga melibatkan guru dan mahasiswa IAIN (yang sedang bimbingan skripsi dengan penulis), maka yang berperan sebagai guru pada saat uji coba adalah mahasiswa IAIN Ar-Raniry tersebut. Berikut photo pada saat ujicoba.

Hasil ujicoba adalah sebagai berikut.

1) soal cerita tentang trapesium pada LKS Individu terlalu panjang

2) Menghitung luas layang-layang pada kertas berpetak menghabiskan banyak waktu karena petaknya terlalu kecil dan tidak dapat digabung dengan petak yang lainnya (sebaiknya bisa dijadikan setengah luas persegipanjang)

3) Siswa mengeluh karena terlalu banyak tugas pada LKS, ada LKS kelompok, ada lagi LKS individu

4) Angka pada soal terlalu besar untuk menentukan luas trapesium dan layang-layang seperti 10 cm, 12 cm, dan 20 cm

(11)

5) Siswa masih kesulitan menentukan volume balok melalui gambar kubus satuan, sebaiknya siswa menentukan volume balok dengan menggunakan benda-benda nyata dan gambar benda nyata.

B. PEMBAHASAN

Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran perlu diikuti tahap-tahap pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp agar perangkat yang dikembangkan terukur kualitasnya. Salah satu tahapnya tes, evaluasi, dan revisi. Pada tahap ini peneliti meminta validator memeriksa perangkat pembelajaran dengan menggunakan lembar validasi. Agar peneliti dapat memahami komentar tertulis tersebut, maka peneliti perlu meminta penjelasan lisan dari validator. Bahkan peneliti melakukan suatu workshop dengan guru kelas V SD, sebelum uji coba terbatas, pada tanggal 15 Agustus 2009 di ruang microteaching FKIP Unsyiah. Peserta yang dilibatkan adalah dosen (dari FKIP Unsyiah dan Tarbiyah IAIN Ar-Raniry) dan guru mitra PMRI yang telah menerapkan PMRI dan juga PAKEM, semua berjumlah 34 orang. Kegiatan workshop diisi dengan modelling dari beberapa materi yang dikembangkan, yaitu luas trapesium dan kecepatan. Selain itu kegiatan workshop diisi juga dengan meminta peserta memberikan komentar tertulis terhadap perangkat yang dikembangkan. Dari modeling ini diperoleh beberapa masukan, yaitu:

1) Satuan panjang dan waktu hendaknya realistik.

2) Satuan panjang lintasan hendaknya dinyatakan dalam meter sedangkan waktu dinyatakan dalam menit.

3) Pada pertemuan berikutnya, siswa akan mengembangkan sendiri satuan kecepatan yang akan digunakan.

4) Rumus kecepatan sebaiknya ditemukan sendiri oleh siswa (jangan terlalu banyak bantuan dari gurunya).

5) Lintasan diupayakan bilangan yang mudah, misal 100 m atau 200 m

Pada gambar berikut dapat dilihat tim penulis melakukan modelling pada workshop.

(12)

Walaupun tahun pertama penelitian ini hanya terbatas pada validitas secara teoritis, namun uji coba terbatas di kelas juga dilakukan agar peneliti memperoleh informasi tentang keterbacaan perangkat yang dapat digunakan untuk ide-ide perbaikan perangkat.

Berdasarkan pengalaman modelling pada workshop dan ujicoba, maka dilakukan revisi sebagai berikut.

1) Lintasan yang dilalui siswa ketika melakukan aktivitas di halaman sekolah dalam menentukan kecepatan sebaiknya menggunakan angka yang sederhana, seperti 100 cm dan 200 cm

2) Soal cerita tentang trapesium pada LKS Individu sebaiknya diringkas kalimatnya 3) Menghitung luas layang-layang pada kertas berpetak, sebaiknya diarahkan melalui

pendekatan setengah persegipanjang

4) Sebaiknya LKS kelompok dikerjakan di sekolah, sedangkan LKS individu dijadikan sebagai PR

Proses pengembangan perangkat pada tahun pertama memperoleh prototipe 2 perangkat PAKEM-Plus yang valid. Tahun berikutnya perangkat ini akan diujicobakan pada skala yang lebih luas untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifannya (untuk matapelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA).

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

a. Perangkat PAKEM-Plus dikembangkan melalui tahap-tahap yang dikemukakan oleh Plomp yaitu, (a) investigasi awal, (b) Desain, (c) Realisasi, dan (d) Tes, evaluasi, dan revisi.

(13)

b. Hasil yang diperoleh dari pengembangan ini adalah perangkat PAKEM-Plus yang terdiri atas (a) bahan bacaan guru, (b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (3) Lembar Kerja Siswa, dan (d) asesmen berbasis kelas. Berdasarkan validasi dan ujicoba terbatas, perangkat ini telah memenuhi kriteria valid.

Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan hal-hal berikut.

a. Untuk menerapkan PAKEM-Plus dibutuhkan guru yang mempunyai wawasan keilmuan sekaligus keagamaan, apalagi di provinsi NAD yang memberlakukan syariat Islam dalam setiap aspek.

b. Agar nilai-nilai Islami dapat diperoleh dengan mudah, saat ini sudah tersedia CD Al-Quran digital yang bisa diakses kapan saja dan tentang apa saja. Selain itu juga kata bijak juga dapat diakses melalui website

c. Agar nilai-nilai Islami diterapkan secara tepat dalam pembelajaran matematika, peneliti perlu bekerja sama dengan ahli-ahli atau pembuka agama.

d. Untuk mendapatkan perangkat pembelajaran yang berkualitas, validasi ahli secara teoritis belum cukup. Oleh karena itu peneliti perlu melanjutkan ujicoba dilapangan untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifannya.

DAFTAR PUSTAKA

Banta, Teuku Alamsyah (2005) Efektivitas Pengelolaan Dana Pendidikan Nanggroe Aceh Darussalam. Makalah Disampaikan pada Diskusi Panel Nasional “Recovery Pendidikan Nanggroe Aceh Darussalam”, Forum Mahasiswa Pascasarjana Aceh Malang, di Malang pada Tanggal 18-19 Juni 2005.

BSNP (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

Plomp, T. (1997). Educational and Training System Design. Enschede. Univercity of Twente: Netherlands:

Suparno, Paul (2005) Calon Guru di FKIP: Mutu Intelektualnya Kelas Kedua atau Kelas Ketiga. Majalah BASIS Edisi ”Keterpurukan Guru”. Juli-Agustus 2005: Yogyakarta.

(14)

Oleh:

Dr. RAHMAH JOHAR, M.Pd Drs.YUSRI YUSUF, M.Pd

Drs. SUID, M.Pd Dra. SARDINAH, M.Si

Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2009

Nomor: 802/H11/LK-APBN/A.01/2009 tanggal 11 Mei 2009

UNIVERSITAS SYIAH KUALA NOVEMBER, 2009

PENGEMBANGAN PERANGKAT PAKEM-PLUS DI SD

MENUJU PENDIDIKAN ACEH BERMUTU

Gambar

Tabel 1. Hasil Validasi Perangkat PAKEM-Plus untuk Matapelajaran  Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA

Referensi

Dokumen terkait

Potensi kayu rakyat di Desa Pesawaran Indah berdasarkan klasifikasi tanaman muda adalah 28 batang per hektar sedangkan potensi berdasarkan klasifikasi pohon adalah 156,6 m 3 per

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS1 yang berjumlah 33 orang dan objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kontekstual berbasis hands on

Variabel dalam penelitian ini adalah jumlah guru SMA Kabupaten Sleman, Jumlah Jam Belajar bidang studi sesuai kurikulum dan Jumlah beban mengajar guru per minggu sesuai kurikulum

Kondisi lingkungan tropis Indonesia yang kaya akan intensitas radiasi matahari apabila tidak ditangkal dengan benar dapat mengakibatkan laju peningkatan suhu udara,

Penyusunan Renstra Badan Kepegawaian dan Diklat Tahun 2014-2019 ini, dimaksudkan untuk mewujudkan dokumen perencanaan pembangunan daerah, khusunya bidang kepegawaian

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistic inferensial dengan rumus regresi linier berganda dan dilanjutkan dengan uji-t (t-test). Hasil uji

[r]

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi