• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Untuk memperluas pengetahuan, mempertajam konsep, dan teori, serta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Untuk memperluas pengetahuan, mempertajam konsep, dan teori, serta"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

13 2.1 Kajian Pustaka

Untuk memperluas pengetahuan, mempertajam konsep, dan teori, serta menunjukkan keabsahan penelitian ini, penulis mencoba mengulas kembali beberapa penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian sekarang, baik melalui penerapan teknik pembelajaran think-pair-share maupun melalui penerapan mind mapping pada pembelajaran menulis bahasa Inggris.

Pertama, karya tulis yang berjudul “The Application of Cooperative Learning Method Type STAD, Jigsaw, and Think-Pair-Share Technique Toward the Improvement of Reading Comprehension at SMP Negeri 1 Kendari (Mulyono, 2009). Dalam penelitian tersebut, Mulyono menekankan pencapaian hasil belajar siswa pada keterampilan membaca. Penelitian ini mengolaborasikan tiga teknik pembelajaran, yaitu teknik STAD, Jigsaw, dan think –pair-share yang tergolong dalam satu metode pembelajaran kooperatif.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kelompok pretest dan posttest pada sampel yang sama dengan mengangkat dua masalah, yaitu rendahnya kemampuan membaca siswa SMP Negeri 1 Kendari dan penerapan model pembelajaran yang masih tradisional sehingga menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Oleh sebab itu, diterapkan teknik pembelajaran dengan mengolaboraikan tiga teknik pembelajaran secara berurutan pada setiap pertemuan.

(2)

Dari hasil post-test, diperoleh peningkatan kemampuan membaca bahasa Inggris dan motivasi belajar siswa secara signifikan, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas siswa dari nilai sebelum diberikan tindakan atau nilai pretest sebesar 5,84 dan mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan atau nilai posttest sebesar 8,55.

Relevansi penelitian ini adalah pada kegiatan belajar mengajar melalui penerapan teknik pembelajaran think-pair-share yang lebih menonjol. Di pihak lain, kelemahan penelitian ini adalah dalam mengumpulkan data, penelitian ini tidak menggunakan lembar observasi, catatan lapangan, ataupun dokumentasi. Hasil penelitiannya hanya dilihat dari hasil posttest pada kelas treatment, dan mengabaikan nilai pada kelas kontrol.

Kedua, karya tulis yang dilakukan oleh Purnomo (2009) dalam karya tulisnya yang berjudul “The Effectiveness of Think-pair-share to Teach Writing Viewed from Students’ Motivation”. Penelitian itu mencoba mengangkat masalah, di antaranya (1) apakah teknik think-pair-share lebih efektif dalam pengajaran menulis dibandingkan dengan teknik pengajaran pada umumnya, (2) apakah teknik think-pair-share dapat meningkatkan kemampuan menulis dan meningkatkan motivasi belajar siswa atau malah menurunkan motivasi belajar siswa, dan (3) apakah terdapat interaksi antara teknik mengajar dan motivasi belajar siswa. Dari hasil penelitian ini, diperoleh tiga simpulan, yaitu (1) teknik think-pair-share lebih efektif dibandingkan dengan menulis secara paralel, (2) siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, mempunyai kemampuan menulis yang tinggi juga dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah, akan

(3)

memiliki kemampuan menulis yang rendah, dan (3) adanya interaksi antara teknik mengajar dan motivasi belajar.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen melalui kelompok pre-test dan post-test pada sampel yang dipilih melalui teknik random sampling. Dari nilai rata-rata pre-test yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini, kemampuan menulis dan motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan pada post-test, yaitu berdasarkan nilai rata-rata kelas sebesar 80,50. Jadi, kemampuan menulis siswa mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pre-test ke nilai post-pre-test sebesar 30,1.

Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, Purnomo menyimpulkan bahwa penerapan teknik think-pair-share sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa. Lebih lanjut, teknik ini juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Hasil penelitian ini dapat dijadikan cerminan bahwa penerapan think-pair-share dapat diaplikasikan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kesamaan dalam menggunakan teknik pembelajaran think pair share pada pembelajaran menulis dengan mengaplikasikan tiga tahap kegiatan menulis, yaitu tahap think (berpikir sejenak dan kemudian menulis), tahap pair (melakukan editing dan revisi dengan rekan kelompok), dan sharing (melakukan presentasi hasil karangan di depan kelas). Namun, kelemahan penelitian ini adalah mengabaikan kelas kontrol sebagai kelas pembanding terhadap kelas yang dijadikan subjek penelitian, dan juga tidak melakukan pengamatan pada kegiatan

(4)

penelitian, seperti observasi, dokumentasi, maupun angket yang merupakan data pendukung (record) perkembangan kemampuan belajar siswa.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Candra (2013) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Kombinasi Mind Mapping dan Facebook Community Siswa Kelas X SMAK Anugrah Global Tourism Denpasar.” Dalam penelitian ini diangkat tiga masalah yang ingin digali lebih dalam, yaitu (1) untuk mengetahui kemampuan siswa SMAK Anugrah Global Tourism Denpasar dalam menulis karangan deskripsi sebelum menerapkan kombinasi mind mapping dan facebook community di kelas; (2) untuk mengetahui kemampuan siswa SMAK Anugrah Global Tourism Denpasar dalam menulis karangan deskripsi setelah menerapkan kombinasi mind mapping dan facebook community di kelas; dan (3) untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam penerapan kombinasi mind mapping dan facebook community selama proses belajar mengajar menulis karangan deskripsi pada siswa SMAK Anugrah Global Tourism Denpasar.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas pada tiga puluh siswa yang dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi mind mapping dan facebook community dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatannya dapat dilihat pada kualitas proses pembelajaran dan kualitas produk. Peningkatan kualitas proses dapat dibuktikan dengan meningkatnya partisipasi aktif siswa di kelas yang menunjukkan bahwa ketertarikan siswa dalam menulis karangan deskripsi meningkat menjadi 100% dibandingkan dengan ketertarikan siswa sebelum tindakan hanya 50%. Di

(5)

samping itu, peningkatan dalam kualitas produk dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas siswa dari sebelum diberikan tindakan sebesar 67,26 meningkat pada siklus I menjadi 72,7 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 78,3.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kesamaan dalam menggunakan teknik pembelajaran mind mapping pada pembelajaran menulis karangan deskripsi. Desain penelitian sama-sama menggukan penelitian tindakan kelas yang dilaksakan pada dua siklus tindakan. Kelemahan penelitian ini adalah terletak pada penerapan pembelajaran facebook community. Teknik pembelajaran facebook community merupakan teknik pembelajaran yang menggunakan media sosial sebagai pusat kegiatan untuk melakukan koreksi dan revisi karangan antara sesama anggota komunitas tersebut. Untuk menerapkan teknik pembelajaran ini, memerlukan jaringan koneksi internet. Yang menjadi permasalahannya adalah ketika proses kegiatan menulis sedang berlangsung, koneksi internet terputus maka akan memengaruhi kegiatan menulis tersebut, dan hasil karangan siswa tidak dapat diunduh pada laman facebook tersebut. Jadi, penerapan teknik pembelajaran facebook community tidak dapat diterapkan pada semua tempat pendidikan, penerapan teknik ini bisa dilakukan pada sekolah yang memiliki jaringan koneksi internet yang kuat.

Penelitian terakhir dilakukan oleh Budiarta (2013) dalam tesisnya yang berjudul “The Efficacy of Think-pair-Share with Peer Assessment in Improving Writing Skill and Development Character of the Teacher Candidates”. Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa semester dua Program Studi Pendidikan Bahasa

(6)

Inggris Universitas Mahasaraswati Denpasar yang melihat keefektifan teknik think-pair-share melalui penilaian sejawat dalam meningkatkan keterampilan menulis dan mengembangkan karakter calon guru. Dalam penelitian itu, Budiarta mengangkat tiga masalah, yaitu (1) seberapa efektifnya teknik think-pair-share dalam meningkatkan keterampilan menulis di kelas, (2) sejauh mana peningkatan menulis paragraf mahasiswa sesuai dengan kriteria paragraf yang baik, dan (3) seberapa efektif teknik think-pair-share melalui penilaian sejawat dalam mengembangkan karakter mahasiswa.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) pada seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester II Universitas Mahasaraswati sebanyak 32 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik pembelajaran think-pair-share melalui penilaian sejawat dapat meningkatkan kemampuan menulis dan karakter belajar mahasiswa secara signifikan. Peningkatan yang signifikan ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata pre-test, post-test siklus I, II, dan III. Nilai rata-rata pre-test sebesar 45.33, nilai tersebut diperoleh sebelum dilakukan penerapan teknik pembelajaran think-pair-share pada proses pembelajaran menulis di kelas. Nilai tersebut dijadikan tolak ukur pada penelitian ini. Setelah dilakukan penerapan teknik pembelajaran think-pair-share melalui penilaian sejawat diperoleh nilai rata-rata pada post-test pada siklus I sebesar 69,46. Setelah dilakukan refleksi, pencapaian nilai rata-rata ini dianggap belum cukup sehingga dilakukan tindakan siklus II dan diperoleh nilai rata-rata post-test sebesar 74,42. Nilai rata-rata tersebut diklasifikasikan sebagai tingkat “baik” dalam kriteria pencapaian menulis. Pencapaian hasil post-test ini

(7)

dikategorikan cukup memuaskan, tetapi dianggap belum berhasil karena belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu ≥ 75 sehingga dilakukan tindakan sisklus III untuk menutupi kelemahan-kelemahan yang dihadapi pada siklus sebelumnya. Pada siklus ini diperoleh nilai rata-rata post-test sebesar 80,17. Pencapaian nilai rata-rata tersebut dikategorikan “baik” dalam kriteria pencapaian menulis. Pencapain nilai rata-rata tersebut dianggap berhasil karena sudah mencapai di atas nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM), yaitu 90% dari 32 mahasiswa memperoleh nilai di atas 75. Jadi, hasil penelitian tersebut dalam menerapkan teknik think-pair-share melalui penilaian sejawat dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf dan mengembangkan karakter mahasiswa dari tiap-tiap siklus tindakan.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kesamaan dalam menggunakan teknik pembelajaran think pair share pada pembelajaran menulis, sedangkan kelemahan penelitian ini adalah tidak menjelaskan cara peneliti menilai keefektifan teknik think-pair-share melalui penilaian sejawat dalam mengembangkan karakter mahasiswa sebagai subjek penelitian.

Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran think-pair-share sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis melalui belajar aktif dan penuh tanggung jawab di dalam mengerjakan tugas, baik secara individu maupun bekerja dengan rekan kelompok sehingga proses belajar menulis menjadi menyenangkan dan membangkitkan minat siswa dalam belajar menulis. Demikian pula dengan penggunaan teknik pembelajran

(8)

mind mapping sangat efektif dalam mengorganisasikan dan mengembangan ide dalam menulis karangan. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan kedua teknik pembelajaran tersebut dalam pembelajaran menulis di kelas. Artinya, peneliti melakukan kombinasi teknik pembelajaran think-pair-share dan mind mapping dalam pembelajaran menulis di kelas. Penggabungan kedua teknik pembelajaran tersebut dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar.

2.2 Konsep

Secara umum, konsep merupakan representasi intelektual yang abstrak dari situasi, objek, akal pikiran umum atau gambaran mental lainnya. Dalam penelitian ini, dicermati beberapa konsep penting yang dijadikan dasar acuan, yaitu sebagai berikut.

2.2.1 Menulis

Menulis merupakan kegiatan produktif yang ekspresif sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dan menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata. Tarigan (1986:15) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampaiannya. Selain itu, KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) menyatakan bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan mengungkapkan pikiran atau perasaan, seperti mengarang, membuat descriptive text, dan sebagainya.

(9)

Keterampilan menulis di sekolah merupakan suatu keterampilan berbahasa yang diperlukan untuk berkomunikasi secara langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak akan datang begitu saja, tetapi diperoleh dengan latihan yang rutin dan teratur. Menulis bisa didefinisikan sebagai kegiatan menurunkan dan melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami bahasa dan lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 1993:21).

Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapatkan hasil yang benar-benar baik. Tarigan (1986:15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.

Menulis dapat dianggap, baik sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989:1), “writing is one of the most important things you do in college”. Sementara itu, menurut Robert (1989:18), “writing is a creative act, the act of writing is creative because its requires to interpret or make sense of something: a experience, a text, and event”. Jadi, menulis merupakan perilaku menulis kreatif karena membutuhkan

(10)

pemahaman atau merasakan sesuatu dari sebuah pengalaman, tulisan, atau peristiwa.

2.2.2 Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi merupakan karangan yang menggambarkan benda, tempat, manusia, hewan, dan lain-lain. Karangan ini digunakan untuk menggambarkan, seperti apa benda atau makhluk hidup yang dideskripsikan, baik secara bau, suara, maupun tekstur dari benda atau makhluk hidup tersebut. Struktur generik (generic structure) dari karangan deskripsi adalah (1) identification yang merupakan pengenalan subjek, yaitu mengidentifikasikan sesuatu yang akan dideskripsikan; (2) description, yaitu mendeskripsikan bagian-bagian dari sesuatu atau subjek yang dideskripsikan, bisa meliputi ciri-ciri subject, physical appearance, qualities, general attitude (Purnawa, 2011:81).

Tujuan komunikatif karangan deskripsi adalah untuk menggambarkan dan mengungkapkan ciri-ciri benda, tempat, atau makhluk tertentu secara terperinci sehingga orang yang mendengar atau membaca gambaran yang diberikan dapat mengetahui dan bisa membayangkan, seperti benda, tempat, atau makhluk hidup yang dideskripsikan. Biasanya, apa yang digambarkan dalam karangan merupakan hasil pengamatan pancaindra. Karangan deskripsi memiliki cirri-ciri, seperti (1) menggambarkan atau melukiskan sesuatu, (2) penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indra, dan (3) membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

(11)

2.2.3 Pembelajaran Think-Pair-Share

Teknik pembelajaran think pair share merupakan salah satu bagian dari metode pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan digunakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran menulis. Dengan menggunakan teknik pembelajaran think pair share ini, pembelajar diharapkan mampu meningkatkan keterampilan menulis khususnya menulis karangan deskripsi.

Think pair share adalah salah satu teknik dari metode pembelajaran kooperatif yang mendorong partisipasi siswa dalam bekerja dan dapat diterapkan di seluruh tingkat satuan pendidikan. Penerapan teknik pembelajaran think pair share dilakukan dengan tiga tahap kegiatan. Pertama, siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara individu (tahap think). Pada tahap ini siswa memiliki waktu untuk meningkatkan dan mengembangkan gagasan mereka sebelum masuk ke tahap kedua. Kedua, siswa memiliki kesempatan untuk bertukar gagasan dengan teman satu kelompok (tahap pair). Pada tahap ini siswa dapat mengolaborasi gagasan mereka sebelum mereka masuk ke tahap ketiga, Ketiga, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengutarakan ide/gagasan yang sudah mereka kerjakan (tahap share).

Pimm (1987) mengungkapkan bahwa “think pair share technique can increase the kinds of personal communications that are necessary for students to internally process, organize, and retain ideas”. Demikian juga pendapat yang sama diungkapkan oleh Cobb et al (2003) bahwa “in sharing their ideas, students

(12)

take ownership of their learning and negotiate meaning rather than rely solely on the teacher’s authority”.

Manfaat lain dari penerapan teknik think pair share juga diungkapkan oleh Lyman (1981) bahwa Think pair share technique includes the positive changes in students’ self-esteem that occur when they listen to one another and respect others’ ideas”. Artinya, siswa memiliki kesempatan untuk belajar berpikir secara intensif dari rekan mereka sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya pada saat memaparkan ide di depan rekan-rekan mereka. Penerapan teknik ini diharapkan dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Di samping itu, siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya

.

2.2.4 Pembelajaran Mind Mapping

Teknik pembelajaran dimaknai dengan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Mind mapping adalah teknik pembelajaran yang dipopulerkan oleh Tony Buzan pada tahun 1973-an. Menurut Buzan (2002), mind mapping adalah sebuah representasi grafis dari ide-ide yang biasanya digunakan pada saat proses brainstorming untuk menstimulasi motivasi belajar dan pikiran peserta didik. Mind mapping membentuk diagram yang dapat digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide, atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok pikiran. Mind mapping juga dapat digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan, dan mengklasifikasikan ide-ide dalam menulis karangan.

(13)

Konsep penerapan mind mapping, yaitu dengan menuliskan ide utama pada posisi tengah dan mengembangkan ide utama tersebut menjadi beberapa ide membentuk akar peta pemikiran. Mind mapping dibuat berdasarkan daya imajinatif, kreatif, dan potensi otak tiap-tiap individu. Cara kerja alamiah otak akan menyalakan percikan-percikan kreativitas karena melibatkan kedua belahan otak. Otak kiri berperan sebagai penggunaan tulisan dan hubungan antarkata, sedangkan otak kanan berhubungan dengan warna dan gambar. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak, maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara lisan.

2.3 Landasan Teori

Landasan teori berfungsi sebagai pedoman bagi peneliti untuk menemukan solusi dari permasalahan yang benar-benar ingin dipecahkan. Dalam penelitian ini, diuraikan landasan teori yang memdukung penelitan ini. Teori-teori tersebut adalah teori pengajaran bahasa, teori menulis, teori pembelajaran kooperatif think pair share, teori mind mapping, dan aspek gramatika karangan deskripsi.

2.3.1 Teori Pengajaran Bahasa

Penguasaan materi oleh guru sangat diperlukan untuk mempertanggungjawabkan secara ilmiah perilaku mengajar di depan kelas. Penelusuran dalam kamus-kamus kontemporer menunjukkan bahwa pembelajaran

(14)

adalah penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang subjek atau sebuah keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau instruksi (Brown, 2007:8).

Pengajaran bahasa melibatkan teknik yang menghubungkan tujuan dan praktik pengajaran. Pemilihan teknik mengajar ini merefleksikan sebuah proses yang dinamis dan kreatif karena menyangkut asumsi-asumsi yang dianut oleh pendidik dalam melakukan kegiatan pengajaran. Sebagai contoh, seorang pendidik dapat menggambarkan secara personal bagaimana latar belakang bahasa, penguasaan bahasa, dan aspek-aspek pembelajaran bahasa sesuai dengan tata cara atau model pengajaran yang akan dikembangkan. Secara eksplisit, rangkaian mekanisme pengajaran ini terlihat dalam model dan teknik pengajaran yang dipilih.

Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan dibina secara aktif oleh siswa itu sendiri. Artinya, pengetahuan yang disampaikan oleh guru tidak diserap secara keseluruhan. Siswa akan menyesuaikan apa yang didapatkan dengan pengetahuan dasar yang dimiliki untuk membentuk pengetahuan baru dalam pikiran mereka dengan bantuan interaksi sosial, baik bersama rekan maupun gurunya (Brooks dalam Aqib, 2013). Dengan demikian, komponen penting dalam teori konstruktivisme adalah bagaimana mengemas pembelajaran menjadi proses mengonstruksikan, tidak sebatas menerima pengetahuan.

Teori konstruktivisme melibatkan penugasan untuk membentuk pola interaksi antara pengajar dan peserta didik. Teori ini menekankan pada pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar dan juga bertujuan untuk memotivasi siswa.

(15)

Teori konstruktivisme menurunkan bermacam metode dan teknik pembelajaran, salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning method) yang terdiri atas beberapa teknik pembelajaran, seperti teknik think-pair-share dan mind mapping. Kedua teknik pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai pemandu dalam kegiatan menulis, baik secara individu maupun dalam kelompok.

Dengan membuat peta pikiran terlebih dahulu pada tahap berpikir (think) dapat membantu siswa menyusun informasi, melancarkan aliran pikiran, dan mengurangi hambatan dalam kegiatan menulis karangan. Pada tahap berbagi (share), siswa kemudian berbagi dan bertukar pekerjaan dengan teman sebangkunya untuk mengoreksi hasil karangan mereka. Setelah melakukan koreksi, siswa dipersiapkan untuk mempresentasikan hasil akhir karangan di depan kelas, sedangkan siswa yang lain diberikan kesempatan untuk mengomentari tulisan yang sedang dipresentasikan.

2.3.1.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran bertujuan untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas kegiatan yang dilakukan peserta didik. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran, yaitu pendidik dan peserta didik yang saling berinteraksi edukatif antara yang satu dengan yang lainnya.

Pembelajaran kooperatif adalah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktif. Pembelajaran kooperatif yang biasa disebut dengan cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa

(16)

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampunnya berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dan kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2007:15).

Johnson & Smith (1993) dalam bukunya yang berjudul Active Learning: Cooperative Learning in the Coollege Classroom mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok-kelompok kecil agar siswa dapat bekerja satu sama lain dalam kelompok tersebut. Senada dengan pendapat Jhonson, Slavin (1995) memberikan penjelasan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 2 -- 4 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2007:12), pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi khusus yang dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik untuk bekerja sama selama proses pembelajaran.

Pada pembelajaran kooperatif siswa diberikan kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya agar tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila kerja sama dalam kelompok terjalin dengan baik dan hasil yang maksimal tercapai. Hal itu sesuai dengan pendapat Lie (2005) bahwa dalam pencapaian hasil yang maksimal, pembelajaran kooperatif mempunyai lima unsur yang harus diterapkan, yaitu (1) saling ketergantungan, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antaranggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.

(17)

1) Saling Ketergantungan Positif

Saling ketergantungan positif berarti keberhasilan kelompok ditentukan oleh usaha belajar setiap anggotanya. Dalam pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share ini setiap kelompok akan memperoleh skor atau nilai kelompok. Dalam pembelajaran ini kelompok yang memiliki usaha dan hasil terbaik akan memperoleh nilai yang baik pula. Usaha tersebut akan dilihat pada tahap mulai dari kemandirian tiap anggota kelompok dalam memecahkan masalah, kekompakan berdiskusi dengan pasangan (tahap pair), dan hasil diskusi atau presentasi (tahap share). Skor kelompok akan menentukan jenis penghargaan kelompok. Skor tersebut merupakan akumulasi dari nilai seluruh anggota kelompok.

2) Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama seperti yang telah dijelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok ditentukan oleh usaha setiap anggotannya. Jika ingin mendapatkan kriteria sebagai kelompok terbaik, maka seluruh anggota kelompok harus bertanggung jawab untuk belajar keras dan berusaha mendapatkan nilai terbaik. Dalam penerapan teknik think pair share, pada tahap pairing dan share inilah tiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk berusaha keras menyalurkan segala pikiran, pendapat, atau ide mencari pemecahan masalah yang dihadapi untuk memberikan yang terbaik pada kelompoknya.

(18)

3) Interaksi Tatap Muka

Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Misalnya, pada tahap pair interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga pada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan tiap-tiap anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok.

4) Partisipasi dan Komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Partisipasi dan komunikasi ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat nantinya. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan menulis dan kemampuan berbicara, Hal itu penting karena keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.

Komunikasi antaranggota berarti setiap anggota kelompok saling berkomunikasi dan berinteraksi. Komunikasi yang terjalin adalah komunikasi banyak arah, artinya ada timbal balik dari seluruh anggota kelompok. Pada umumnya tidak semua siswa pandai berkomunikasi.

(19)

Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan anggota lain, dan cara menyampaikan gagasan atau ide yang dianggap baik dan berguna. 5) Evaluasi Proses individu dan Kelompok

Pengajaran perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya biasa bekerja sama dengan efektif.

2.3.1.1.1 Pembelajaran Think-Pair-Share

Teknik pembelajaran think-pair-share dikembangkan oleh Frank Lyman sebagai struktur kegiatan pembelajaran kooperatif sesuai dengan yang dikutip oleh Arends (1997) bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat suasana kelas yang bervarisai dalam bentuk kelas diskusi. Asumsinya bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan. Disamping itu, prosedur yang digunakan dalam teknik ini dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Sejalan dengan pendapat di atas, Lie (2010) menyatakan bahwa teknik ini memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Think pair share merupakan cara pembelajaran yang dapat membuat suasana belajar lebih bervariasi dan efektif. Untuk melaksanakan teknik tersebut diperlukan cara untuk mengatur pada tiap-tiap tahapan, yaitu tahapan berpikir dan menulis (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share). Dalam tahapan tersebut

(20)

diperlukan keahlian guru untuk mengatur dan mengendalikan kelas secara keseluruhan. Selain itu, pada pelaksanaan tahapan berpikir dan menulis (think) siswa dapat dilatih untuk belajar secara individu, dan mengajarkan siswa untuk tidak tergantung pada orang lain atau teman dalam kelompoknya.

Hal tersebut di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Andrini dalam Achyar (1996) bahwa

“To encourage responses from all students, try think-pair-Share. Students pair with a partner to share their responses to a question. Students are then invited to share their responses with the whole class. There are a variety of ways to share, including stand up and share everyone stands up and as each student responds he or she sits down. Continue until everyone is seated. Or do a “quick whip” through the class in which students’ respon quickly one right after another”.

Selanjutnya Kusnandar (2007) memberikan pendapat yang lebih singkat dan padat tentang metode think, pair, and share memberikan siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dibuat langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan teknik think-pair-share sebagai berikut.

1) Langkah 1 Berpikir dan Menulis (Think)

Guru menginstruksikan kepada siswa untuk menentukan topik karangan yang akan ditulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan lima belas menit untuk membuat draf dalam bentuk pemetaan pikiran (mind mapping). Selanjutnya, mereka mengembangkan draf tersebut dalam sebuah karangan selama tiga puluh menit. Total waktu yang diberikan pada tahap ini adalah 45 menit.

(21)

2) Langkah 2 Berpasangan (Pair)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk duduk berhadapan atau berpasangan dengan rekan yang sudah ditentukan dan kemudian mendiskusikan karangan yang sudah dikerjakan. Tiap-tiap siswa bertukar lembar kerja dan mengoreksi pekerjaan rekan sejawatnya. Dalam kesempatan itu setiap siswa harus memberikan koreksi terhadap tulisan yang dianggap kurang tepat, baik dalam susunan pola kalimat maupun penggunaan kosakatanya. Sebelum masuk ke tahap berikutnya, siswa diberikan kesempatan untuk memperbaiki hasil karangan masing-masing. Secara normal guru memberikan waktu selama lima belas menit pada tahap ini.

3) Langkah 3 Berbagi (Share)

Pada tahap ini siswa memulai mempresentasikan hasil karangan yang sudah didiskusikan dan revisi pada tahap kedua. Tiap-tiap pasangan tersebut secara bergiliran mempresentasikan karangan di depan kelas. Siswa atau kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi dan mengemukakan pendapat tentang pekerjaaan yang dipresentasikan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran think-pair-share adalah pembelajaran kelompok yang menerapkan saling ketergantungan, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok dalam sebuah model yang diberikan kepada siswa yang diawali dengan memberikan kesempatan untuk berpikir sejenak terhadap topik yang ada (think). Setelah itu guru memotivasi siswa untuk

(22)

bertukar pikiran dengan teman sebangku (pair). Dalam bertukar pikiran, pendapat kedua anggota kelompok boleh berlainan, tidak harus sama, dan akhirnya siswa yang pada awalnya sendiri lalu berpasangan, membentuk satu kelompok untuk berani berpendapat dalam suatu lingkup yang luas (share). Melalui kegiatan tersebut, siswa dapat meningkatkan pemahamannya tentang konsep contoh karangan berpola deskripsi.

2.3.1.1.2 Pembelajaran Mind Mapping

Teknik pembelajaran mind mapping atau biasa disebut dengan pemetaan pikiran menurut Jensen dan Makowitz (2002) merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar yang dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Dengan menggunakan teknik pembelajaran ini akan terdapat keseimbangan kinerja antara dua belah otak, yaitu otak kiri berhubungan dengan hal-hal logis, sedangkan otak kanan yang berhubungan dengan keterampilan (aktivitas kreatif). Mind mapping merupakan sebuah diagram yang dapat digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide yang dihubungkan dengan ide pokok dalam pikiran seseorang. Model pembelajaran ini dapat berupa suatu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah dapat memetakan pikiran. Hal itu sesuai dengan yang diutarakan oleh Buzan (2009) bahwa “mind map is diagram used to represent words, ideas, or tasks of thought and also is used to generate, visualize, structure, and classify ideas, and as an aid in study, organization, problem solving, decision making, and writing”.

(23)

Pemetaan pikiran (mind mapping) dibuat berdasarkan daya imajinatif, kreatif, dan potensi otak tiap-tiap individu sehingga model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai langkah awal dalam kegiatan menulis karangan. Dengan membuat peta pikiran terlebih dahulu, akan membantu siswa menyusun informasi, menstimulus pikiran, dan mengurangi hambatan dalam menuangkan ide-ide cemerlang pada saat proses mengarang.

Penggunaan mind mapping dalam pembelajaran menulis, menurut Buzan (2009:15), meliputi beberapa langkah untuk membuat peta pikiran (mind mapping) dalam kegiatan menulis karangan, yaitu seperti berikut.

1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar (landscape). Hal ini akan memberikan kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah serta mengungkapkan ide dengan lebih bebas dan alami.

2) Gunakan warna yang menarik karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna akan membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif dan menyenangkan.

3) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan, akan lebih mudah dimengerti dan diingat.

(24)

4) Buatlah garis hubung yang melengkung bukan garis lurus, karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.

5) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis karena kata kunci tunggal memberikan lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran.

Mind mapping merupakan catatan aktif dengan mengandalkan pokok pikiran yang dikaitkan satu sama lainnya. Seseorang tidak akan bisa membuat pemetaan pikiran sebelum memetakan dalam kepalanya apa yang hendak dicatat. Dengan demikian, proses mencatat sekaligus menjadi proses belajar. Ketika menentukan kata kunci yang dipakai, sebenarnya sedang terjadi proses memilih kata yang memiliki asosiasi paling kuat sehingga mampu mengingatkan kembali pada kata kunci yang ditulis pada pemetaan tadi. Hal ini menjadi kekuatan dari pemetaan pikiran yang menjadikannya sebuah alat untuk belajar sekaligus alat untuk mengingat.

2.3.2 Teori Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya. Menulis merupakan kegiatan yang menguji ketelitian peserta didik. Dalam kegiatan menulis, peserta didik tidak hanya menulis untuk dirinya sendiri, tetapi menulis untuk orang lain atau pembaca. Tulisan yang diproduksi peserta didik harus mengandung pemahaman yang baik bagi pembaca sehingga pembaca mudah memahami maksud dan tujuan komunikatif karangan yang diproduksi.

(25)

Dalam proses menulis terdapat beberapa tahap kegiatan, yaitu penyusunan, peninjauan, penyusunan kembali, dan terakhir adalah menulis yang dilakukan secara rekursif sehingga pada tahap pengeditan mungkin dirasakan perlu untuk kembali ke fase pramenulis dan berpikir lagi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapakan oleh Harmer (2006:326) bahwa “In reality of writing process is more complete than the various stages of drafting, reviewing, re-drafting and writing, etc, are done in a recursive, thus at editing stage we may feel the need to go back to a pre-writing phase and think again.

Pada dasarnya kegiatan menulis merupakan suatu proses, artinya seseorang melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yaitu tahap pramenulis, tahap menulis, dan tahap revisi. Pada tahap pramenulis dilakukan perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan. Tahap-tahap menulis pada langkah pertama ini meliputi (1) menentukan topik, artinya bahwa penulis menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan; (2) membatasi topik, artinya mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan; (3) menentukan tujuan penulisan; (4) menentukan bahan atau materi penulisan, artinya informasi atau data yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penulisan; dan (5) menyusun kerangka karangan, maksudnya memecahkan topik ke dalam sub-sub topik.

Pada tahap menulis dibahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka yang disusun. Artinya, penulis menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Dalam tahap penulisan dilakukan

(26)

pengembangan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian sehingga draf pertama akan selesai.

Pada tahap revisi dilakukan kegiatan meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan, catatan kaki, dan daftar pustaka.

Halliday (1994) di dalam teorinya Sistemic Functional Grammar menyebutkan istilah genre sebagai jenis karangan. Jenis karangan (teks) dalam bahasa Inggris dapat dibedakan berdasarkan struktur generik (generic structure) dan ciri-ciri kebahasaan atau fitur-fitur bahasa (language features). Struktur generik adalah struktur yang terbentuk dari perbedaan fungsi-fungsi paragraf dalam membangun sebuah teks (seperti identifikasi, deskripsi, dan simpulan dalam karangan deskripsi). Di pihak lain ciri-ciri kebahasaan adalah penggunaan atau pemanfaatan bahasa (baik tata bahasa maupun diksinya) agar menciptakan sebuah teks (Azhar, 2010). Berdasarkan struktur generik dan ciri-ciri kebahasaan, jenis teks (karangan) dalam bahasa Inggris dibedakan atas tiga kelompok, yaitu descriptive, narrative, dan argument.

Karangan deskripsi adalah gambaran verbal ihwal manusia, objek, penampilan, pemandangan, atau kejadian. Cara penulisan dalam menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat mampu (seolah merasakannya, melihat, mendengar, atau mengalami) seperti yang dipersepsi oleh panca indra (Alwasilah, 2007:114).

Menurut Keraf (1981:7), karangan deskripsi menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau objek atau

(27)

mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal, atau bunyi. Fungsi utama karangan deskripsi adalah membuat para pembacanya melihat barang-barang atau objeknya atau menyerap kualitas khas dari barang-barang itu. Deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari dengan hidup-hidup tentang apa yang diserap penulis melalui pancaindranya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, dan menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung.

Semi (2007:66) menyebutkan ciri-ciri yang harus dimilii karangan deskripsi, yaitu sebagai berikut.

1) Menggambarkan sesuatu

Karangan deskripsi harus menggambarkan sesuatu, baik penggambaran tempat, orang, maupun situasi tertentu.

2) Menggunakan pancaindra

Dalam karangan deskripsi, seluruh pancaindra harus digunakan supaya pembaca dapat mengenali objek yang digambarkan dari berbagai aspek, baik aspek penglihatan, pendengaran, penciuman, maupun perabaan.

3) Mengenal suatu objek

Dalam deskripsi, karangan berisi suatu objek yang bertujuan supaya pembaca mengenalinya atau merasakan objek yang diceritakan. Dalam kegiatan menulis karangan, ada beberapa asas yang perlu diperhatikan, seperti yang diungkapkan oleh Gie (2002:33 -- 37) bahwa dalam mengarang terdapat enam asas yang perlu diperhatikan yaitu kejelasan (clarity),

(28)

keringkasan (conciseness), ketepatan (correctness), kesatupaduan (unity), pertautan (coherence), dan penegasan (emphasisi).

1) Kejelasan (clarity), asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti mudah dipahami, tetapi juga berarti bahwa karangan itu tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca.

2) Keringkasan (conciseness), yaitu suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang-mengulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan.

3) Ketepatatan (correctness), berarti suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya. 4) Kesatupaduan (unity), berarti segala hal yang disajikan dalam

karangan perlu berkisar pada satu gagasan pokok atau tema utama yang telah ditentukan.

5) Pertautan (coherence), berarti bahwa dalam suatu karangan bagian-bagiannya perlu “melekat” secara berurutan satu sama lain.

6) Penegasan (emphasis), berarti bahwa dalam suatu tulisan butir-butiran formasi yang penting disampaikan dengan penekanan atau

(29)

penonjolan tertentu sehingga meninggalkan kesan yang kuat pada pikiran pembaca.

2.3.3 Teori Tata Bahasa Inggris dalam Karangan Deskripsi

Aspek bahasa (seperti penggunaan gramatika, kosakata, ejaan, dan tanda baca) merupakan salah satu unsur yang penting dalam penulisan karangan bahasa Inggris. Dalam hal ini penggunaannya diatur menurut kaidah tata bahasa. Salah satu hal yang memengaruhi penggunaan bahasa dalam menulis karangan adalah perilaku, pemikiran penulis, dan gambaran dari sudut pandang si pembaca.

Menurut Suryarto dan Rachdiana (2009), pemakaian bahasa dalam menulis karangan dibagi menjadi lima kategori atau sifat-sifat dasar. Sebagai contoh, kalimat yang ditulis harus jelas (clear) atau tidak berpotensi menimbulkan ketaksaan (makna ganda), singkat (concise) dengan menghindari bentuk-bentuk repetisi yang tidak relevan, dan bermakna sopan (courtenous) atau menunjukkan iktikad baik dan rasa hormat penulis. Selanjutnya, penulisan kalimat harus bersifat benar (correct) dengan menguaraikan fakta menggunakan gramatika, ejaan, tanda baca, dan format yang tepat. Di samping itu, kalimat juga dipilih dengan hati-hati (careful) untuk membangun pandangan pembaca (image-building words) dengan media yang baik dan bersih.

Tata bahasa atau dalam bahasa Inggris disebut dengan grammar adalah seperangkat peraturan yang terdapat dalam bahasa tertentu. Menurut Hornby (1995:210) “a grammar is the rules in a language for changing the form of the words and combining them into sentences”. Di sini dijelaskan bahwa grammar atau tata bahasa adalah seperangkat peraturan bahasa yang memuat perubahan

(30)

bentuk kata-kata dan bagaimana mengombinasikan kata tersebut ke dalam kalimat.

Tata bahasa dideskripsikan sebagai usaha menggambarkan aturan bahasa secara objektif dengan perhitungan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Menurut Nelson (2006:146), dalam kajian linguistik, sebuah tata bahasa melibatkan sejauh mungkin tujuan bahasa dan tidak menghakimi penggunaan bahasa. Biber dkk. (1998:55) menambahkan bahwa tata bahasa menggambarkan cara bagaimana kata-kata yang dikombinasikan menjadi klausa dan kalimat, yang terfokus pada tata urutan kata dan berbagai kenis subordinasi.

Dalam menulis karangan deskripsi, ada beberapa aspek gramatika yang digunakan sebagai acuan ciri kebahasaan karangan deskripsi, yaitu seperti di bawah ini.

2.3.3.1 Pemakaian Artikel

Artikel adalah kata yang berbentuk kata sifat yang selalu digunakan dengan dan memberikan informasi tentang kata benda. Secara teknik, artikel adalah kata yang digunakan untuk mengubah kata sifat menjadi kata benda yang menjelaskan orang, tempat, objek, atau ide. Biasanya kata sifat mengubah kata benda melalui penjelasan, tetapi artikel bahkan digunakan untuk menunjuk atau mengacu pada kata benda. Terdapat dua jenis artikel yang digunakan dalam tulisan atau percakapan untuk menunjuk atau mengacu pada kata benda atau kelompok kata benda, yaitu artikel tertentu (definite article) dan artikel tidak tentu (indefinite article).

(31)

1) Artikel Tertentu (Definite Article)

Artikel jenis ini mengacu pada kata benda tertentu yang sudah diperkenalkan sebelumnya. Kata “the” adalah satu-satunya jenis artikel ini yang digunakan untuk menyebutkan kata-kata tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya atau yang sudah diketahui oleh lawan bicara penutur. Artikel the digunakan sebelum kata benda tunggal dan kata benda jamak, contoh the dogs, the boys, the books, dan lain-lain.

Artikel the dapat juga digunakan sebelum kata benda yang menunjukkan gabungan dari sebuah frasa ataupun klausa, misalnya the girl that I met, the man with banner, the place where I met him. The digunakan di depan kata benda tunggal (the bag); kata benda jamak (the bags); kata benda yang tidak dapat dihitung (the sand). Pembicaraan menggunakan artikel the ketika pembicara dan pendengar memikirkan sesuatu atau seseorang secara khusus. Pembicara dan pendengar memikirkan tentang tas, pendengar mengetahui bahwa tas yang dimaksud oleh pembicara adalah tas yang spesifik: tas miliknya yang dia paling sukai, atau tas yang baru dia beli yang hanya ada satu tas yang dimaksudkan. Pembicara menggunakan the ketika dia menyebutkan benda tersebut kedua kalinya.

2) Artikel tidak tentu (indefinite article)

Indenfinite article digunakan untuk menyatakan sesuatu yang tidak tententu. Artikel jenis ini terdiri atas dua jenis, yaitu artikel a dan artikel an. Kedua jenis artikel ini digunakan pada bentuk kata tunggal (singular) dan tidak dapat digunakan dalam kata yang berbentuk jamak (plural).

(32)

Artikel a digunakan apabila diikuti oleh kata yang diawali dengan huruf mati (konsonan) atau berbunyi konsonan, seperti a man, a woman, a car, a university, dan lain-lain, sebaliknya artikel an digunakan apabila diikuti oleh kata yang diawali huruf atau berbunyi vokal, seperti an umbrella, an ant, an egg, an hour, dan lain-lain. Kata-kata yang diawali dengan huruf h bisa menggunakan artikel a dan a artikel an, tergantung pada pelafalan yang digunakan pada huruf h tersebut. Apabila bunyi huruf h dilafalkan, maka digunakan artikel a, seperti kata a hotel, a house, a helmet, dan lain-lain. Berbeda halnya dengan kata-kata yang diawali dengan huruf h, tetapi bunyinya tidak dilafalkan sehingga artikel yang digunakan adalah an, seperti an hour, an honor, dan lain-lain. Kata-kata tersebut tidak dilafalkan sehingga berbunyi vokal o. Jadi, artikel yang digunakan adalah an.

2.3.3.2 Penggunaan Kelas Kata

Kelas kata merupakan pengelompokan kata berdasarkan jenis kata dan fungsi kata dalam pembentukan kalimat. Peserta didik akan menyadari tentang kegunaan dan fungsi suatu kata dan bagaimana kata-kata tersebut dapat tergabung dan menyatu membuat sebuah komunikasi yang bermakna ketika mereka melakukan kegiatan menulis. Kebanyakan siswa tidak mampu berkomunikasi dan menulis secara gramatikal karena tidak mengerti tentang kegunaan dan fungsi tiap bagian dalam kegiatan menulis tersebut. Kelas kata yang digunakan dalam karangan deskripsi bahasa Inggris meliputi nomina, verba, adjektiva, advervia, pronominal, preposisi, dan konjungsi.

(33)

1) Nomina

Nomina (noun) sering ditujukan untuk menamai seseorang, tempat, atau benda. Misalnya, pen, book, boy, friend, Indonesia, Dewi, dan lain-lain. Kata “Dewi” adalah noun karena nama seseorang. Kata “Indonesia” adalah noun karena nama sebuah negara.

Nomina (noun) dapat dibedakan menjadi dua subkelas. Satu di antarannya terdiri atas dua bagian, seperti di bawah in.

(1) Proper Nouns

Proper noun adalah nama orang-orang, tempat, dan sesuatu yang biasanya diawali dengan huruf kapital pada bagian awal penulisan. Contohnya Ahmad, Indonesia, Eart, Jakarta, Beach Walk, dan lain-lain.

(2) Common Nouns

Common nouns biasanya tidak diawali dengan huruf kapital pada awal penulisan katanya, kecuali saat kata tersebut terletak pada awal kalimat. Common nouns dapat dibedakan menjadi dua bagian, seperti di bawah ini.

a. Countable nouns, misalnya cup, plate, book, pen, dan lain-lain. Countable nouns merupakan kata benda yang dapat dihitung dan memiliki bentuk tunggal dan bentuk jamak.

(34)

Uncountable nouns merupakan kata benda yang tidak dapat dihitung dan dalam bentuk tunggalnya tidak dapat ditambahkan dengan artikel “a” atau “an” di depan kata tersebut.

Dalam pembentukan nomina, terdapat beberapa akhiran yang dapat membentuk kata benda, seperti pembentuk objek, pembentk verba menjadi nomina, pembentuk adjektiva menjadi kata nomina abstrak. Berikut dijelaskan pembentukan nomina tersebut.

(1) Pembentuk agen atau objek

-er : driver, employer, examiner, and writer.

-or : actor, collector, director, educator, elevator, protector, sailor, and visitor.

-ar : liar

-ant : accountant, assistant, attendant, combatant, servant -ist : biologist, chemist, economist, dentist, scientist

-ee : employee, examinee, refugee, referee, invitee, and presentee.

(2) Pembentukan kata benda dari kata kerja (verba)

-age : breakage, coverage, leakage, drainage, marriage -al : approval, arrival, refusal

-ance : acceptance, appearance, performance -ery : delivery, discovery, recovery

-ment : agreement, arrangement, employment, management -sion : collision, decision, division, confusion

(35)

-ure : departure, failure, closure.

(3) Pembentukan kata benda abstrak dari kata sifat (adjecktive)

-ance/-ence : Imporantance, absence, presence, diligence -ity : ability, activity, divinity, equality

-ness : darkness, happiness, kindness

-th : length, strength, truth, width

2) Verba

Verba (verb) sering ditujukan sebagai sebuah kata yang menunjukkan aksi atau tindakan. Verb merupakan inti dari suatu kalimat sehingga setiap kalimat harus memiliki verb. Upaya memperhatikan verb merupakan langkah yang paling penting untuk mengerti maksud sebuah kalimat. Contoh dalam kalimat “He walks on feet”. Walks adalah kata kerja yang menunjukkan aksi atau kegiatan dari kalimat. Seperti juga kalimat berikut “Brian is sleeping on the bed”. Walaupun kegiatan ini tidak menunjukkan banyak aktivitas, sleeping adalah verb dari kalimat tersebut. Perbedaan verbs menunjukkan perbedaan makna yang berkaitan dengan maksud-maksud tertentu seperti tense (present, past, continuous, future, dll), pronominal (I, You, We, They, She, He, It), Number (singular, and plural), dan bentuk kalimat (aktif and pasif).

Verba (verb) dapat membentuk kelas kata, yaitu meliputi hal-hal berikut. (1) Melakukan suatu pekerjaan, contohnya walk, go, climb, carry, write, jump,

(36)

(2) Dapat membentuk kata V-ing atau infinitive, contoh to swim/swimming, towalk/walking, to write/writing, dan lain-lain.

(3) Dapat dibentuk oleh kata benda, determiner, dan kata ganti. Contohnya We slept soundly, They played hockey, Dewi gave Tia a present.

(4) Bisa berdiri sendiri (single word) dan juga dalam bentuk kelompok (group verbs). Contoh:

Singular verbs : know, study, discover, understand, dan lain-lain.

Group verbs : have known, is studying, well discover, may have undertood, dan lain-lain.

Menuruts Eastwood (1994:75) kata kerja terdiri atas beberapa bentuk yaitu (1) kata kerja bentuk dasar, seperti look, see, listen, speak, dan lain-lain, (2) kata kerja bentuk akhiran –s/es, seperti looks, sees, listens, speaks, dan lain-lain, (3) kata kerja bentuk past tense, seperti looked, saw, lestened, spook, dan lain-lain, serta (4) kata kerja bentuk past/passive participle, seperti looked, seen, listened, spoken, dan lain-lain. Keseluruhan bentuk kata kerja ini dapat menjadi kata kerja utama yang dikenal dengan finite verb dalam kalimat. Sementara itu, kata nonfinite verb meskipun dapat juga menempati kata kerja utama, tetapi bentuknya berubah menjadi infinitive, gerund, dan participle.

Selain bentuk kata kerja dasar di atas, terdapat sebuah kata kerja bantu yang mendukung fungsi kata kerja secara umum, yaitu auxiliary verb, yang meliputi be, have, dan do, dan modal auxiliary, yang meliputi can, may, will, shall, could, might, would, should, dan must. Seperti yang dijelaskan oleh Quirk (1987) bahwa frasa kata kerja terdiri atas satu kata kerja bantu (auxiliary) atau

(37)

lebih di depannya, misalnya frasa will, steal, had gone, has been talking, will be going, dan lain-lain.

3) Adjektiva

Adjektiva (adjective) sering ditujukan sebagai sebuah kata yang menjelaskan atau memberikan informasi lebih tentang nomina atau pronominal. Adjektiva menjelaskan nomina dalam bentuk sebagai keterangan ukuran, warna, dan nomor, misalnya “the very small kitten jumped at the dog”. Kata small adalah adjective yang memberikan informasi lebih mengenai noun (kitten). Banyak kata sifat yang muncul memang berfungsi sebagai kata sifat, seperti long, short, blue, red, dan lain-lain. Akan tetapi banyak pula kata sifat yang terbentuk dari bentuk kelas kata lainnya (termasuk kata sifat) dengan adanya penambahan akhiran. Contoh:

Nomina (noun) Adjektiva (adjective)

memory memorable

person personal

fame famous

Verba (verb) Adjektiva (adjective)

depend dependent

cease ceaseless

forget forgetful

Adjektiva (adjective) Adjektiva (adjective)

green greenish

intense intensive

optic optical

(38)

(1) Descriptive Adjective

Descriptive adjective adalah jenis adjektiva yang paling umum. Beberapa dari jenis ini terbentuk dari anggota kelas kata lain yang diikuti oleh akhiran, misalnya reason – reasonable, wonder – wonderful, dan lain-lain. Jenis adjectiva yang kedua, yaitu descriptive adjective. Jenis ini sangat berbeda dengan adjective jenis determiners, seperti diungkapkan oleh Frank (1972) bahwa “descriptive adjectives usually indicate an inherent quality (beautiful, intelligent), or a physical state such as age, size, color. Inflectional and derivational endings can be added only to this type of adjective”.

Artinya, semua adjektiva yang menyatakan kualitas, kondisi fisik seperti usia/umur, ukuran dan warna disebut descriptive adjective. Berbeda dengan determiner yang bentuknya paten tidak bisa ditambahkan akhiran, descriptive adjective malah sangat mungkin diimbuhi akhiran karena jenis adjektiva ini saja yang bisa diperbolehkan.

(2) Proper Adjective

Adjektiva jenis ini biasanya dibentuk dengan akhiran dari proper nouns. Layaknya seperti proper nouns, proper adjectives biasanya dimulai dengan huruf kapital.

Proper noun Proper adjective

Australia Australian

China Chinese

(39)

Indonesia Indonesian

Shakespeare Shakespearian

(3) Verbal Adjectives

Verbal adjective adalah kata kerja yang berfungsi sebagian kata sifat. a) Bentuk –ing (present participle), misalnya shaking, taking, noting, dan

lain-lain.

b) Bentuk –en (past participle), biasanya dengan akhiran –en atau –ed, contohnya shaken, taken, noted, dan lain-lain

Empat kriteria adjektiva, yaitu sebagai berikut.

(a) Dapat berfungsi sebgai atributif (yang terletak di antara determiner dan kata benda, seperti an ugly painting.

(b) Dapat berfungsi sebagai predikatif (sebagai komplemen subjek), atau sebagai komplemen objek, misalnya The painting is ugly, I thought the painting ugly.

(c) Dapat diberikan premodifier very, misalnya They are very happy, the very happy children.

(d) Dapat mengambil bentuk komparatif dan superlatif baik secara infleksi (dengan akhiran –er dan –est) maupun secara perifrastik (dengan menggunakan more dan most).

Contoh:

Happy-happier-happiest (secara infleksi),

(40)

4) Adverbia

Adverbia merupakan kata yang memberikan informasi lebih tentang verb, adjective, atau adverb lainnya. Kata keterangna menjelaskan verbs, adjectives, dan adverbs dalam hal keterangan waktu, frekuensi, dan tingkah laku. Sebagai contoh “Maya runs very fast”. Kata “very” menjelaskan adverb “fast” dan memberikan informasi mengenai seberapa cepat “Maya” berlari.

Banyak adverbia yang muncul sebagai adverbia lainnya, seperti kata here, there, now, then, dan lain-lain. Akan tetapi banyak pula adverbs yang terbentuk dari adjektiva dengan melakukan penambahan akhiran –ly.

contoh: Adjectives Adverbs slow slowly steady steadily bright brightly whole wholly

Secara morfologi, adverbia dapat dikelompokkan sebagai berikut.

(1) Adverbia sederhana, misalnya just, only, well, dan lain-lain. Banyak adverb sederhana terkait dengan makna “posisi” dan “tempat”, misalnya back, down, near, out, under, dan lain-lain.

(2) Adverbia majemuk, misalnya somehow, somewhere, therefore, dan yang formal seperti whereupon, herwith, whereby, dan lain-lain.

(41)

(3) Adverbia derivasional, yaitu adverbia yang banyak diderivasi dari adjective (kata sifat) yang diberikan akhiran –ly. Contohnya oddly, interestingly, warmly, quickly, dan lain-lain.

5) Pronomina

Pronomina dimaksudkan sebagai kata yang bisa digunakan sebagai noun, misalnya “Ghalih is a students”. Noun “Galih” dapat digantikan dengan pronoun “he”, dan kalimatnya menjadi “He is a student”. Pronoun dapat digunakan untuk menghindari pengulangan penggunaan kata benda (noun) dalam kalimat.

Pronomina dapat dibedakan menjadi empat bagian, sebagai berikut. (1) Personal Pronoun

Personal pronoun mengacu pada “kamu”, “aku”, dan “kepada orang lain”, seperti tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Personal pronoun

Subjective pronouns Objective pronouns Possessive pronouns Possessive determiners Emphatic reflexive pronouns I Me Mine My Myself You

You Yours Your Yourself

He

Him His His Hisself

She

Her Hers Her Herself

It

It Its Its itself

We

Us Ours Our Ourselves

You

You Yours Your Yourselves

They

(42)

(2) Indefinite Pronoun

Indefinite pronoun meliputi some-, any-, no-, dan every-, yang dikombinasikan dengan -body, -one, -thing.

Contoh:

Somebody anybody nobody everybody

Someone anyone no one everyone

Something anything nothing everything

(3) Interrogative Pronoun

Interrogative pronoun adalah pronoun yang digunakan dalam bentuk tanya, yang meliputi: who? whom? whose? what? dan which?

(4) Relative Pronoun

Relative pronoun terletak pad abagian depan dari adjective clauses (disebut juga dengan relative cluse) yang memodifikasi sebuah noun atau sebuah pronoun, yaitu:

Who whom whose

Which that when

Where

6) Preposisi

Preposisi merupakan kata depan yang diikuti oleh kata benda (noun), kata ganti pelengkap (object pronoun), kata kerja bantu –ing (gerund dan kata keterangan waktu (adverb of time). Preposisi yang sering dipakai, seperti on, at,

(43)

in, to, into, from, beside, in front of, behind, below, under, above, next to, near, by, until, for, with about, dan lain-lain.

2.3.3.3 Penggunaan Simple Present Tense

Tense adalah masa terjadi suatu perbuatan apakah kejadian itu sudah berlalu, sekarang, atau pada masa akan datang bergantung pada subjek yang melakukannya. Dalam karangan deskripsi, tense yang digunakan adalah simple present.

Hornby (1975:82) menyatakan “The simple present tense is sometimes used to describe an activity that is actually in progress at the moment of speaking. Its use for this purpose is much less common than the progressive. The simple present tense is used for this purpose chefly in demonstration, descriptions or explanations, step by step, of the various stages in a process of some kinde, for example the way to cook something, or the way in which a scientific experiment is made”.

Penggunaan simple present tense menyatakan suatu perbuatan atau kejadian yang berlangsung setiap hari dan merupakan kebiasaan. Simple present tense juga digunakan dengan tujuan untuk mendemonstrasikan sesuatu, menggambarkan atau menjelaskan sesuatu, menjelaskan langkah-langkah dalam membuat sesuatu, misalnya menjelaskan cara untuk memasak sesuatu, atau cara membuat sebuah penelitian ilmiah.

Dalam tense dikenal adverb of frequency kata keterangan keseringan di antarannya adalah (1) always (selalu), (2) generally (biasanya), (3) usually (biasanya), (4) often (sering), (5) sometimes (kadang-kadang), (6) ocassionaly (sekali-kali), (7) seldom (jarang), (8) rarely (jarang), (9) ever (pernah), dan (10) never (tidak pernah) (Jack, 2002:16).

(44)

Lou (2011:89) mengungkapkan bahwa “If there is a verb in a sentence, there is no need to use “be” (is, am, are) in the sentence. Example: (1) i/you/we eat lunch at twelve o’clock. (2) he/she/works at E-Plus, (3) it crow every morning. Add an “s” in the verb if the subjecs are he, she, it. The simple present tense is used to tell us an action that happens regularly, you do as a habit or fact that is still known to be true”.

Kutipan tersebut menyatakan bahwa jika sebuah kalimat telah diikuti dengan kata kerja (V1), maka kalimat tersebut tidak membutuhkan penggunaan ‘be’ (kata kerja bantu). Contoh (1) I/You/They/We eat lunch at twelve o’clock, (2) He/She works at E-Plus, (3) It crow every morning. Simple present tense digunakan untuk memberitahukan sebuah kejadian yang terjadi secara reguler atau kebiasaan dan telah terbukti kebenarannya.

Pada bentuk simple present tense terdapat beberapa kaidah penggunaan akhiran –s dan -es. Akhiran –s dan -es sering digunakan pada jenis kata benda dan jenis kata kerja. Fungsi dan makna tiap-tiap kata tersebut apabila diakhiri dengan akhiran –s/-es memiliki perbedaan.

Contoh:

1. Families are important = plural noun

2. I like my books = plural noun

3. Bayu works at the bank = verb 4. Christina watches Television = verb

Akhiran –s/-es pada kata families dan books bermakna kata benda plural atau jamak, tetapi pada kalimat 3 dan 4 memiliki perbedaan bentuk dari kata sebelumnya. Kata kerja works dan watches merupakan kata kerja yang berakhiran dengan –s/es. Akhiran –s/es ditambahkan pada kalimat simple present tense jika

Gambar

Tabel 2.1 Personal pronoun  Subjective  pronouns   Objective  pronouns  Possessive pronouns   Possessive  determiners  Emphatic  reflexive pronouns   I   Me   Mine   My   Myself  You
Gambar 2.1 Model Penelitian  Penggunaan

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi dan persepsi pengunjung/jamaah pada Masjid Agung Jawa Tengah adalah pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah mayoritas adalah jamaah domestik yang berasal dari

Menganalisis akurasi metode non-parametrik CTA dengan teknik data mining untuk klasifikasi penggunaan lahan menggunakan citra Landsat-8 OLI serta menerapkan hasil dari KDD

Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan pernikahan usia muda di tahun 2015 dengan perbandingan tahun 2011, tingginya pernikahan usia muda sebagian besar

Setelah menentukan tingkat resiko kontrol, auditor akan melakukan pengujian terhadap kontrol, dalam hubungannya dengan audit sistem informasi maka yang diuji adalah kontrol

Kesimpulan hasil penelitian bahwa dari kebijakan CU Semarong dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan, diketahui mayoritas karyawan, sudah memenuhi harapan karyawan

Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang berhubungan pada siswa SMUN 3 Bogor Tahun 2001.. Fakultas Kesehatan

*euntungan pada kon(igurasi 1uck antara lain adalah e(isiensi yang tinggi, rangkaiannya sederhana, tidak memerlukan trans(ormer, tingkatan  stress  pada komponen

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pemberian Ekstrak Kering Daun Sukun