1
PERENCANAAN BANGUNAN KULINER PADA KAWASAN REKREASI
PANTAI PASIR JAMBAK, PADANG
Asri Mariza Oktavia, Ir. Nasril Sikumbang, Desy AryantiJurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta
E- Mail : marizaasri1@gmail.com, nasril.sikumbang@yahoo.com, d_aryadana@yahoo.com
Abstrak
Pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah melalui peningkatan pendapatan di sektor usaha perhotelan, rumah makan,kuliner dan hiburan, transportasi serta perdagangan dan jasa lainnya. Pengembangan kawasan rekreasi tepi pantai sebagai salah satu bentuk pariwisata alam yang sangat potensial untuk dikembangkan di Kota Padang. Permasalahan yang terjadi sekarang adalah belum optimalnya pemanfaatan potensi kawasan pesisir Kota Padang terutama kawasan tepi pantai sebagai kawasan rekreasi. Salah satu kawasan yang masuk dalam kawasan pengembangan pariwisata berdasarkan RTRW Kota Padang adalah pasir jambak dengan keindahan laut dan pantainya serta jauh dari rutinitas perkotaan dan sangat sesuai untuk bersantai. Namun, saat ini banyak tenda, PKL,pondok, parkir dan kantor pengelola yang tidak terkontrol, dan tidak optimal untuk melakukan rekreasi. Sehingga perlu penelitian untuk mencoba mengkaji bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan tepi pantai Pasir Jambak sesuai dengan potensi dan permasalahannya. Dengan melakukan analisa kawasan, pertumbuhan kawasan, permasalahan kawasan, strategi pemanfaatan ruang dan aktivitas pengguna kawasan.
2
PLANNING BUILDING CULINARY DESIGN IN RECREATION AREA
PASIR JAMBAK, PADANG
Asri Mariza Oktavia, Ir. Nasril Sikumbang, Desy Aryanti
Department Of Architecture, Faculty of Civil Engineering and Planning, Bung Hatta University
E- Mail : marizaasri1@gmail.com, nasril.sikumbang@yahoo.com, d_aryadana@yahoo.com
Abstract
Tourism is one of the most potential sectors which contribute to Regional Original Income through earning improvement in hotel, entertainment, restaurant, culinary and transportation fields and other commerce and service business. Coast area development for recreation is one of the potential natural tourism in Padang. However, the problem which arise is the coastal area are not optimally exploited yet, particularly coastal edge as recreation area. Is one of the regulation RTRW Padang development area those Pasir Jambak is one the most potential for tourism with beautiful beach and sea and than it’s calm area to relaxed. However, nowadays recreation area is lost control with have a lot of office management, parked, PKL, pondok, tenda and coastal area are not optimally for activity recreation. Until, the tries to study about how to optimize space of coastal areas in Pasir Jambak appropriately according to its characteristics potential and problems. Therefore some steps of analysis is performed including analysis of existing condition of the area, area growth tendency, waterfront area problems, space exploitation strategy and user in area.
3 I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Pantai pasir jambak adalah sebuah objek wisata pantai yang dikelola oleh masyarakat sekitar kawasan yang memiliki panorama alam berupa laut, pantai, vegetasi cemara dan kelapa yang masih alami serta letak kawasan yang jauh dari rutinitas perkotaan yang padat. Ombak yang tenang dengan kawasan pantai yang landai memiliki daya tarik tersendiri pada kawasan ini.Pada kawasan pantai terdapat pemukiman penduduk sehingga membuat kawasan pantai dan laut sebagai lahan untuk mata pencarian penduduk sekitar yang mayoritas bekerja sebagai nelayan. Dimana pada tepi pantai terdapat perahu nelayan yang tidak memiliki dermaga. Dan sebahagian penduduk berdagang di sepanjang pantai dengan bangunan semi permanen dari kayu.
Pada awalnya pantai pasir jambak ini adalah kawasan wisata untuk keluarga dan umum namun berubah fungsi menjadi kawasan wisata pribadi dengan munculnya pondok – pondok yang disediakan oleh pedagang. Dimana pengunjung yang datang
kebanyakan dari kalangan remaja dengan maksud tidak melakukan kunjungan wisata. Sehingga dengan aktivitas tersebut memberikan dampak yang buruk bagi kawasan pantai. Selain itu permasalahan sampah pada kawasan juga memberikan dampak yang kurang baik terhadap lingkungan dan mengganggu kenyaman. Serta tidak adanya kantor pengelola yang jelas sehingga kurangnya pengontrolan terhadap kawasan dan area parkir yang tidak tertata.
I.2 Isu Perencanaan
Padang merupakan daerah yang terletak disebelah barat Indonesia yang berdekatan dengan Samudera Hindia. Secara geografis terletak diwilayah pesisir, dimana wilayah pesisir memiliki daerah potensial bagi kegiatan wisata bahari atau wisata pantai. Sehingga masyarakat pada kawasan tepi pantai memanfaatkannya untuk daerah komersial. Pada pantai – pantai yang ada di padang masyarakat memanfaatkannya dengan berdagang (PKL) yang memiliki beberapa tenda rendah dan pondok yang disewakan, tetapi tidak difungsikan sebagai sarana rekreasi. Sehingga aktivitas ini membuat
4 ruang publik yang sebelumnya
digunakan untuk aktivitas bersama menjadi ruang pribadi. Ditambah lagi permasalahan bangunan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menetap,sampah dan parkir pada pantai tidak terkontrol dan tidak tertata membuat pantai – pantai di pandang menjadi kawasan yang tidak nyaman untuk melakukan rekreasi.
Maka,dengan permasalahan tersebut masyarakat, swasta dan pemerintah perlu meningkatkan kwualitas wisata pantai di kota padang. Salah satu usaha yang direncanakan oleh pemerintah adalah melakukan pengembangan pariwisata yang ada di kota padang dan mengembalikan ruang publik dengan menyediakan fasilitas rekreasi dan pengelolaan pantai yang baik sehingga akan menarik wisatawan yang berkunjung kepadang. Dan kedepannya tidak ada lagi muncul aktivitas pribadi di dalam area publik.
Dengan adanya permasalahan tersebut serta didukung dengan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan daerah pariwisata maka penulis merencanakan bangunan kuliner seabgai fasilitas penunjang
dengan mengangkat judul Perencanaan Bangunan Kuliner Pada Kawasan Rekreasi Pantai Pasir Jambak. Dimana diharapkan kawasan pantai sebagai tempat rekreasi pantai, ruang publik tetap terjaga dan area untuk PKL tetap tertata dalam bentuk bangunan terbuka berupa Waterfront Plaza.
I.3 Kajian Pustaka
I.3.1 Pengertian rekreasi
Dilihat dari artikel Elham Cahyantoro,2011 rekreasi berasal dari bahasa latin re-creare yang berarti membuat ulang kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran jasmani dan rohani. Rekreasi adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang disamping bekerja. Kegiatan yang biasa dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata,olahraga,bermain, dan hobi. Secara umum rekreasi dapat dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu rekreasi pada tempat tertutup (indoor recreation) dan rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation).
5 Tujuan rekreasi adalah
merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Kegiatan tersebut ada yang diawali dengan mengadakan perjalanan ke suatu tempat (menurut Krippendorf ,1994), untuk pengisi waktu luang, pelepas lelah, kebosanan dan kepenatan,Sebagai imbangan antara pendidikan dan pekerjaan atau bekerja,untuk memperoleh kesegaran jasmani dengan olahraga yang menyenangkan dan memperoleh kesenangan.
Dalam melakukan aktivitas ada bebrapa pengguna yang terlibat dalam kawasan rekreasi yaitu pengunjung yang dibedakan berdasarkan aktivitasnya per-tama yang melakukan kunjungan wisata, kedua pengunjung yang tidak melakukan wisata melainkan ada keperluan lain seperti tamu pada kantor pengelola. Pengelola yaitu orang yang bertanggung jawab untuk kelancaran kawasan rekreasi. Masyarakat sekitar dengan melakukan aktivitas berdagang.
I.3.2 Kriteria Pengembangan Pariwisata
Berdasarkan artikel Hani S.Handayawati, Budiono dan Soemarn,20 11 ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan daerah wisata yaitu adanya daya tarik atau Attraction, yaitu suatu obyek wisata yang menarik dan dapat diandalkan. Kondisi lingkungan, akomodasi, pengelolaan dan perawatan. Adanya sarana dan prasarana atau Supporting
Facilities seperti hotel, toko
souvenir, infrastruktur yang baik. I.3.3 Pengembangan Kawasan Waterfront Plaza
Dalam artikel life giving, 2012 mengatakan bahwa pengembangan waterfront adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai, sungai ataupun danau. Pengertian waterfront dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols,2003). Waterfront development juga dapat diartikan suatu proses dari hasil pembangunan yang
6 memiliki kontak visual dan fisik dengan
air dan bagian dari upaya pengembangan wilayah perkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi ke arah perairan.
Plaza adalah sebuah kata dari bahasa spanyol yang berhubungan dengan lapangan yang menggambarkan tempat terbuka untuk umum atau ruang publik sebagai tempat berkumpul atau berinteraksi, seperti misalnya lapangan atau alun – alun. Namun, karena semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat plaza berubah fungsi menjadi pusat pertokoan besar. Dimana plaza memiliki toko,area pkl,dan area santai berupa tempat duduk yang ditata dalam bangunan dengan pengontrolan yang baik.
Maka dengan adanya pengembangan waterfront plaza dibuat suatu kawasan rekreasi yang memiliki tempat untuk rekreasi, berinteraksi, santai dan memiliki pusat untuk berkumpul seperti adanya penggabungan pusat makanan dan
souvenir sesuai kebutuhan tempat rekreasi.
Jenis waterfront berdasarkan tipe proyeknya, waterfront dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Konservasi adalah penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat. 2. Pembangunan Kembali
(redevelopment) adalah upaya menghidupkan
kembali
fungsi-fungsi waterfront lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada.
3. Pengembangan
(development) adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.
Berdasarkan fungsinya, waterf-ront dapat dibedakan menjadi yaitu :
7 1. Mixed-used waterfront,
adalah waterfront yangm meru-pakan kombinasi dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan tempat-tempat kebuda-yaan.
2. Rrecreational waterfront, adalah semua kawa-san waterfront yang menye-diakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat peman-cingan, dan fasilitas untuk kapal pesiar.
3. Residential waterfront, adalah perumahan, aparte-men, dan resort yang dibangun di pinggir perairan. 4. Working waterfront, adalah
tempat-tempat penangkapan ikan komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi-fungsi pelabuhan. Dalam menentukan suatu lokasi tersebut waterfront atau tidak maka ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai lokasi suatu tempat yaitu :
1) Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan (laut, danau, sungai,dan sebagainya). 2) Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau pariwisata. 3) Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau pelabuhan.
4)Dominan dengan peman-dangan dan orientasi kearah perairan.
5) Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horisontal
Aspek yang menjadi perancangan konsep pengem-bangan waterfront Pada perancangan kawasan tepian air, ada dua aspek penting yang mendasari keputusan - keputusan rancangan yang dihasilkan yaitu :
1. Faktor Geografis merupakan faktor yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan jenis serta pola penggunaannya. Termasuk di dalam hal ini adalah Kondisi perairan, yaitu dari segi jenis
8 (laut, sungai), serta kualaitas
airnya.
2. Konteks perkotaan (Urban Context) merupakan faktor-faktor yang nantinya akan memberikan ciri khas tersendiri bagi kota yang bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang dikembangkan dengan bagian kota yang terkait. I.4 Tujuan
Tujuan Perencanaan kawasan Rekreasi tepi pantai adalah :
a. Merencanakan kawasan wisata Rekreasi Pantai yang nyaman,dan bersih bagi pengguna.
b. Menghidupkan kembali pere-konomian masyarakat dengan mengoptimalkan potensi alam yang ada.
c. Menata kawasan publik yang dimanfaatkan untuk aktivitas bersama.
II. Metodologi
Adapun metodologi yang dilakukan dalam melakukan perencanaan yaitu :
a. Studi literatur yaitu melalui Studi literatur dan tinjauan pustaka misalnya data yang didapat dari buku dan internet.
b. Studi kasus yaitu memban-dingkan beberapa Rekreasi Pantai yang ada agar rekreasi pantai yang direncakan dapat dicapai sesuai dengan tujuan perencanaan.
c. Survey site yaitu melakukan survey pada site yang terpilih baik survey fisik maupun non fisik.
d. Pengumpulan data yaitu mengumpulkan seluruh data untuk kemudian dianalisa untuk mendapatkan kebutuhan ruang. e. Analisa site yaitu menganalisa
site secara arsitektural.
f. Penentuan konsep perencanaan dalam mendesain.
III. Hasil Pembahasan
III.1 Hasil Pembahasan Kawasan
Kawasan terletak pada jalan Pasir Jambak Koto Tangah Tabing Padang. Letak wisata pantai Pasir Jambak ini tergolong strategis karena terletak di pusat kota yang dekat dengan jalur transportasi. Selain itu,wisata pantai Pasir Jambak dapat
9 ditempuh dari arah selatan yaitu jalan
utama untuk mencapai wisata pantai Pasir Jambak dan bisa melalui jalan lingkungan yang tersebar disekitar site yaitu jalan lingkungan pemukiman penduduk. Dari arah utara tidak bisa
ditempuh untuk menuju wisata pantai Pasir Jambak karena merupakan ujung daerah yang berbatasan dengan laut dan dibagian timur juga tidak bisa dilalui karena terdapat rawa. Kontur pada daerah ini relatif datar.
Gambar 3.1 : Peta lokasi kawawsan Sumber : Goggle Earth
10 Berdasarkan Status Lingkungan
Hidup Daerah Kota Padang kawasan pasir jambak memiliki kandungan bahan kimia yang tidak membahayakan, tetapi masih banyak sampah dari limbah rumah tangga yang ada disekitar kawasan yang tidak terkontrol. Selain itu, air laut pada kawasan ini tidak bisa digunakan langsung karena terdapat ubur – ubur yang bisa merusak kulit jika terkena sengatan. Tetapi, kondisi ini dapat diatasi dengan penggunaan zat kimia berupa kaforit pada air yang akan digunakan agar biota yang berbahaya pada air laut dapat dinetralisirkan.
Pada kawasan kurangnya fasilitas umum seperti tidak adanya toilet umum, kantor pengelola yang jelas, pos keamanan, area parkir, tempat makan dan penjualan souvenir, serta kurang terawatnya pondok yang ada disepanjang pantai, area pedagang PKL yang tidak tertata serta adanya rumah penduduk pada kawasan rekreasi pantai. Fasilita utilitas seperti listrik, air bersih PDAM, dan telephone sudah ada dan adanya mushalla yang terdapat disekitar kawasan.
Adapun kondisi kawasan yaitu :
Fasilitas yang ada
Kualitas jalan dalam objek
Gambar 3.2 : Fasilitas dan Kualitas jalan kawasan Sumber : Hasil survey, 2012
11 III.1 Hasil Pembahasan Bangunan
kuliner
Site memiliki luas 470 m x 170 m = 79900 m2 (7,9 Ha) dengan KDB 60 % 47.940 m2 area terbangun 31.960 m2 area hijau. Tetapi area yang terbangun untuk bangunan kuliner waterfront plaza adalah 760.32 m2 dengan jumlah 3 lantai dan ketinggian masing – masing 5 m dan untuk kantor pengelola adalah 233.28 M2.
Dari data aktifitas, maka keluarlah ruang yang dibutuhkan berdasarkan jenis klasifikasi ruang, yaitu:
a. Publik
Terdiri dari Lobby,Toko atau retail, Ruang terbuka, Area permainan, Kafe.
b. Privat
Terdiri dari Ruang kerja kantor pengelola (Ruang kepala lola, cctv, wifi,karyawan), Ruang rapat, Toilet.
c. Servis
Terdiri dari Mushalla, Kamar mandi atau toilet,Gudang,Ruang keamanan,Ruang sampah.
Untuk konsep desain bangunan kuliner hadir sebagai jawaban kebutuhan pengunjung kawasan wisata pantai dalam bidang makanan dan souvenir. Dan juga sebagai solusi untuk menata, mengatur area PKL. Sehingga pengunjung akan merasa nyaman. Selain itu bangunan ini bisa menjadi tempat untuk berkumpul bagi semua lapisan pengunjung sehingga baik pengunjung ataupun PKL tidak ada lagi yang merasa memiliki area pribadi pada kawasan wisata yang merupakan area publik.
Pada kawasan ini juga dilalui oleh jalan yang direncanakan oleh pemerintah kota padang sebagai jalur transportasi darat sepanjang pantai sehingga bangunan kuliner ini tidak hanya bisa dikunjuungi oleh pengunjung wisata tetapi bisa digunakan oleh pengendaraan yang ingin melakukan wisata kuliner. Selain bangunan PKL yang ditata dalam bangunan yang menjual makanan dan souvenir, juga ada area PKL yang khusus menjual jenis makanan yang dibakar. Sehingga pada kawasan ada dua area khusus untuk makanan yang berada dalam bangunan dan area taman berupa area PKL yang menjual makanan bakar.
12 Gambar 3.3 : Site plan kawasan
Sumber : Apresiasi Penulis, 2013
Gambar 3.4 : Denah lantai 1 dan lantai 2 Sumber : Apresiasi Penulis, 2013
13 Gambar 3.6 : Perspektif Eksterior
Sumber : Apresiasi Penulis, 2013
Gambar 3.7 : Perspektif interior Sumber : Apresiasi Penulis, 2013
14 IV.Penutup
IV. Kesimpulan
Setelah dilakukan evaluasi baik itu konsep maupun disain yang dikaitkan dengan skripsi dan gambar pra rencana, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
a. Potensi site sangat mendukung untuk desain komersil, karena berada dikawasan rekreasi dan berada dalam kawasan yang terdapat perencanaan jalan sepanjang pantai.
b. Ruang terbuka menjadi fungsi penunjang bangunan, sehingga dapat memenuhi fungsi-fungsi dari bangunan
c. Menggunakan konsep plaza sebagai pusat perbelanjaan modern dengan banyak retail atau toko PKL dalam satu bangunan sangat mendukung penataan area PKL pada kawasan rekreasi sehingga tidak ada lagi PKL yang merasa memiliki area pribadi pada kawasn wisata .
d. Desain ini nantinya diharapkan dapat menjadi area rekreasi yang
nyaman bagi masyarakat dan menarik.
e. Dengan luas site ± 7,2 Ha dan luas bangunan kuliner yang digunakan adalah 760.32 m2, bangunan kantor pengelola 233.28 M2. Site bisa diasumsikan kedepannya untuk area shelter sebagai antisipasi ketika terjadi gempadan tsunami. Dan untuk area sebelah utara site diasumsikan untuk area pemukiman penduduk karena kawasan sebalah utara jauh dari pantai sehingga aman ketika terjadi bencana dan tidak ada lagi pemukiman penduduk yang berada dalam kawsan rekreasi. Ucapan Terimakasih
Laporan perencanaan ini tidak lahir sendirinya tanpa bantuan semua pihak, dan rasa terimakasih saya sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Niki Lukviarman, S.E., Akt., MBA selaku rector Universitas Bung Hatta 2. Bapak Ir.Hendri
15 Dekan Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta. 3. Ibu Ir. Elfida Agus, M.T.,
selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta.
4. Bapak Dr. Ir. Eko Alvares, Z., MSA selaku Koordinator Studio Tugas Akhir Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta. 5. Bapak Ir. Nasril
Sikumbang, M.T., IAI
selaku dosen pembimbing I yang sudah membimbing
penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Ibu Desy Aryanti, S.T., M.A. selaku dosen Pembimbing II yang sudah membimbing
penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Kedua orang tua Ayahanda Asrizal Tanjung dan Ibunda Mardianis yang tak henti – hentinya selalu mendoakan penulia supaya dimudahkan dalam segala urusan. Kedua saudara Firman dan Murni.
Daftar Pustaka
- Ching,Francis K,1996,Arsitektur,
Bentuk,Ruang dan
Susu-nannya,Jakarta : Erlangga. - Nuefert,Ernst,1990,Data
Arsitektur Jilid 1,oleh Syamsul Amril,Jakarta : Erlangga.
- White, Edward T,1985,
BukuPedoman dan Konsep,
Bandung : Intermedia
- Prasetya,Bona Yudha,Mendesain Rumah Tropis.
- Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah, BAPPEDA, BPS Kota Padang dan RTRW Kota Padang. - http://mbenxxcaem.blogspot.com/ 2011/09/definisi-tujuan-dan-jenis-jenis.html) - http://marno.lecture.ub.ac.id/files/ 2011/12/ANALISIS-POTENSI-WISATA-ALAM-BAHARI.pdf