• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA NEGERI 1 TELUK MENGKUDU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA NEGERI 1 TELUK MENGKUDU."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL SISWA

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

ELIDA H TAMBUNAN NIM: 8126176007

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Elida H Tambunan (NIM : 8126176007) Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dan Pemahaman Konsep Awal Siswa Terhadap Hasil Belajar Fisika di SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu

Penelitian ini bertujuan : Untuk mengetahui apakah ada Perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan model pembelajaran direct instruction. Ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi dan siswa yang memiliki pemahaman konsep awal rendah. Interaksi antara model kooperatif group investigation dengan pemahaman konsep awal siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif group Investigation dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran direct instruction. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes hasil belajar fisika dalam bentuk uraian sebanyak 9 soal dan tes pemahaman konsep awal sebanyak 12 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif group investigation dan model pembelajaran direct instruction. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi dan siswa yang memiliki pemahaman konsep awal rendah. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif group investigation dan pemahaman konsep awal siswa terhadap hasil belajar fisika. Model pembelajaran kooperatif group investigation lebih optimal diterapkan untuk siswa yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi sedangkan model pembelajaran direct instruction pemahaman konsep awal tinggi dan rendah hasil belajar yang tidak berbeda.

(6)

ABSTRACT

Elida H Tambunan (NIM: 8126176007) “The Effect of Cooperative Learning Model Group Investigation and Preliminary Concepts Understanding Towards Physics Student Learning Outcomes in SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu”

The purposes of the research are: to determine whether there is difference in

student’s physics learning outcomes with cooperative learning model group investigation and conventional learning model. There are differences in learning outcomes between students who have a physical preliminary concepts understanding of high and students who have a preliminary concepts understanding of of low. The interaction between group investigation cooperative model with preliminary concepts understanding of students in influencing student learning outcomes. The sample in this study conducted in cluster random sampling of two classes, where first class as a class experiment applied cooperative learning model group investigation and second class as a class of control applied learning model of conventional learning model. The instruments used in this research achievement test physics of 10 questions in essay test and preliminary concepts understanding test as 12 questions that have been declared valid and reliable. From the results of this study concluded that there are differences in learning outcomes physics students with cooperative learning model group investigation and conventional learning model. There are differences in learning outcomes between students who have a physical preliminary concepts understanding of high and students who have a preliminary concepts understanding of of low. There is interaction between group investigation cooperative model with preliminary concepts understanding of students in influencing student learning outcomes. Learning outcomes of students who are taught by cooperative learning model of group investigation influenced also by understanding the initial concept, while the learning outcomes of students who were taught by the model of conventional learning.

(7)

KATA PENGANTAR

Sujud syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Pengasih

dan Maha Penolong sebagai penggerak sejati, pembimbing sejati, dan penyerta sejati dari

awal sampai akhir penulisan tesis ini. Dia adalah roh sumber kekuatan dan kebenaran

yang memberikan rahmat dan tuntunan sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini berjudul : “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Group

Investigation Dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh

gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Motlan, M.Sc, Ph.D dan Ibu Dr. Derlina, M.Si., sebagai

pembimbing tesis yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan

masukan selama dalam penyusunan tesis ini hingga selesai.

2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S.,MM. Dan. Bapak Prof. Dr Nurdin Bukit,

M.Si dan Ibu Dr. Mariati P Simanjuntak, S.Pd., M.Si., selaku narasumber

sekaligus dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan

masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas

Negeri Medan yang telah membekali ilmu dan pengetahuan penulis

(8)

4. Seluruh staf dan pegawai program Pascasarjana dan rekan-rekan

mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, khususnya teman-teman

diskusi yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

5. Bapak Drs. H Pargino, M.Si selaku Kepala Sekolah dan seluruh guru dan

pegawai SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu sebagai tempat penelitian dalam

penyusunan tesis ini

6. Orangtua saya Ayahanda Harapan Tambunan dan Ibunda tersayang

Loisten Simatupang dan kakak saya Elfrida Tambunan, AMk dan Erni

Tambunan, SKM., Abang saya Erikson Tambunan, S.Pd, adek saya Eko

Tambunan, S.Pd dan juga abg ipar saya John wesly siregar, SKM dan

Yustinus Siregar terkhusus Saldo Sugianto Hutabarat yang selalu

membantu dan memberikan motivasi dalam penyusunan tesis ini.

7. Teman saya Sri Purwanti, M.Pd., Pesta Manurung, S.Pd., Juli Hutagaol,

S.Pd., Dody Maulana , M.Pd., dan seluruh teman-teman yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu atas kerjasama dan motivasi yang

diberikan.

Kiranya tesis ini dilanjutkan untuk dapat bermanfaat dan berguna bagi yang

membutuhkannya.

Medan, Maret 2015

(9)

DAFTAR ISI

1.2. Identifikasi Masalah --- 9

1.3. Batasan Masalah --- 10

1.4. Rumusan Masalah --- 10

1.5. Tujuan Penelitian --- 11

1.6. Manfaat Penelitian --- 11

1.7. Defenisi Operasional --- 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Fisika --- 15

2.1.1. Hakikat Belajar --- 15

2.1.2. Teori-teori Belajar yang Mendukung Kooperatif GI --- 17

2.1.3 Hakikat Hasil Belajar Fisika--- 24

2.1.4 Model-model Pembelajaran--- 30

2.4.4.1 Model Pembelajaran Kooperatif --- 34

2.1.4.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigasi --- 41

2.1.4.3 Kelebihan dan Kelemahan Kooperatif Model Pembelajaran Group Investigation --- 45

2.1.5 Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) --- 47

2.1.6 Hasil belajar --- 49

2.2.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Group Investigation Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction --- 61

2.2.2 Perbedaan Hasil Belajar Fisika Siswa Yang Memiliki Pemahaman Konsep Awal Tinggi Dan Pemahaman Konsep Rendah --- 61

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian --- 67

3.2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel --- 67

3.2.1 Populasi Penelitian --- 67

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian --- 67

3.3. Variabel Penelitian --- 68

3.4 Jenis dan Desain Penelitian --- 68

3.5 Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan --- 70

3.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data --- 73

3.7 Uji Coba Instrumen--- 75

3.8.2. Menghitung mean dan standar deviasi --- 80

3.8.3. Uji Normalitas --- 81

3.8.4 Uji Homogenitas --- 82

3.8.5. Uji Hipotesis --- 82

3.8.3. Uji Normalitas --- 82

3.8.4 Uji Homogenitas --- 82

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian --- 89

4.1.1 Pretes Hasil Belajar Fisika Siswa --- 89

4.1.2. Pemahaman Konsep Awal --- 93

4.1.3 Data Postes Hasil Belajar --- 94

4.1.4 Uji Hipotesis --- 97

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian --- 103

4.2.1 Perbedaan Hasil Belajar siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dan Model Pembelajaran direct instruction --- 103

4.2.2 Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mempunyai Pemahaman Konsep Awal Tinggi dan Rendah --- 110

4.2.3.Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Pemahaman Konsep Awal Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa --- 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan --- 116

B. Saran --- 117

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ... 38

Tabel 2.2 Sintaks Model Pengajaran dan Pembelajaran Group Investigasi ... 45

Tabel 2.3 Jenis dan Sub Jenis Dimensi Pengetahuan ... 50

Tabel 2.4 Dimensi Proses Kognitif ... 51

Tabel 2.5 Penempatan Tujuan Pembelajaran Dalam Taksonomi Pendidikan ... 53

Tabel 3.1 Two Group Pretes-Postes Design ... 69

Tabel 3.2 Desain Penelitian ANAVA 2x2 ... 69

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 73

Tabel 3.7 Uji Validitas Instrumen Hasil Belajar ... 76 85

Tabel 3.8 Uji Validitas Instrumen Pemahaman Konsep ... 78

Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar dan Pemahaman Konsep ... 86

Tabel 3.10 Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Hasil Belajar ... 87

Tabel 3.11 Tingkat Kesukaran Instrumen Pemahaman Konsep ... 88

Tabel 3.12 Rumus Unsur Persiapan ANAVA ... 91

Tabel 4.1 Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 89

Tabel 4.2 Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 90

Tabel 4.3 Uji Normalitas Pretes ... 90

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians Pretes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 92

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ... 92

Tabel 4.6 Uji Kesamaan Kemampuan awal Hasil Belajar kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ... 92

Tabel 4.7 Data PKA Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 93

Tabel 4.8 Pembagian Kelompok PKA ... 93

Tabel 4.9 Pembagian Kelompok PKA Rendah dan tinggi ... 93

Tabel 4.10 Data Postes Hasil belajar Siswa Kelas DI dan KGI ... 94

Tabel 4.11 Data Postes Hasil belajar Siswa Kelompok PKA ... 94

Tabel 4.9 Data Hasil Belajar Siswa Berdassarkan Model dan PKA ... 96

Tabel 4.10 Data Disain Faktorial Model Pembelajaran Terhadap Kelompok PKA ... 96

Tabel 4.12 Jumlah Siswa Model Pembelajaran Terhadap PKA ... 97

Tabel 4.13 Uji Homogenitas Dari Varians ... 97

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1.Skema Rancangan Penelitian --- 79

Gambar 4.1 Grafik Pretes HB Kelas Kontrol Dan Eksperimen --- 99

Gambar 4.2. Gambar Histogram Distribusi Normal Kelas Kontrol --- 100

Gambar 4.3. Gambar Histogram Distribusi Normal Kelas Eksperimen --- 101

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 --- 31

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa I --- 151

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 --- 158

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa II --- 176

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 --- 183

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa III --- 202

Lampiran 7. Kisi-Kisi, Butir Soal Dan Penskoran Instrumen Tes Hasil Belajar --- 208

Lampiran 8. Instrumen Tes Hasil Belajar --- 219

Lampiran 9. Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep --- 223

Lampiran 10.Validitas Tes Hasil Belajar --- 227

Lampiran 11.Validitas Pemahaman Konsep Awal --- 230

Lampiran 12.Reliabilitas Hasil Belajar --- 233

Lampiran 13 Pemahaman Konsep Awal --- 236

Lampiran 14.Taraf Kesukaran Hasil Belajar --- 239

Lampiran 15. Taraf Kesukaran Pemahaman Konsep Awal --- 242

Lampiran 16. Pretes Pemahaman Konsep Awal --- 245

Lampiran 18.Interaksi Pemahaman Konsep Awal Tinggi --- 253

Lampiran 19. Interaksi Pemahaman Konsep Awal Rendah --- 255

Lampiran 20. Pemahaman Konsep Awal --- 258

Lampiran 21.Uji Kesamaan Kemampuan Awal --- 261

Lampiran 22.Uji Normalitas dan Homogenitas --- 262

Lampiran 23 Data Pretes --- 264

Lampiran 24.Data Postes --- 261

Lampiran 25.Uji ANAVA --- 274

Lampiran 26. Uji Interaksi --- 277

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi

manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah

sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan

yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan

mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global

sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu

mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang

sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan

masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia

untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna

kesejahteraan hidup di masa depan.

Tujuan pendidikan nasional khususnya pada saat ini penuh dengan

persaingan dalam berbagai bidang kehidupan baik dalam bidang politik, ekonomi,

sosial dan budaya yaitu membangun manusia Indonesia unggul agar mampu

menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam berbagai kehidupan, baik

dalam skala nasional maupun skala internasional. Untuk menghasilkan sosok

(15)

meningkatkan kemampuan dalam hal-hal dasar. Untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan

peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis jenjang. Salah satu upaya yang

dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan saranan dan prasarana

pendidikan, perubahan kurikulum dan lain-lain. Perubahan Kurikulum dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 dan Kurikulum Tahun 2013

Namun kenyataannya, usaha-usaha perbaikan pendidikan tersebut belum

maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai riset dan survei internasional yang

diikuti oleh Indonesia. Hasil TIMSS internasional yang diikuti oleh Indonesia.

Hasil TIMSS yang dilaksanakan oleh IEA tahun 2007 dan 2011 Indonesia

memperoleh nilai berturut-turut 427 dan 397 dengan nilai rata-rata internasional

yaitu 500 sedangkan skor hasil literasi sains PISA yang diadakan oleh OECD

pada tahun 2009 dan 2012 berturut-turut adalah 383 dan 382 dengan nilai rata-rata

internasional 383 dan 382 dengan nilai rata-rata internasional 500 dan 501 (Martin

dkk, 2011). Jika dibandingkan tahun sebelumnya, di tahun 2012 ini Indonesia

mengalami kemunduran (Giyato, 2013)

Selain itu dari hasil studi pendahuluan berupa observasi di SMA Negeri 1

Teluk Mengkudu di temukan bahwa proses belajar mengajar fisika masih

menggunakan sistem direct instruction dengan pembelajaran langsung dimana

guru mendominasi pembelajaran meskipun divariasi tanya jawab dengan siswa.

Guru lebih banyak menyampaikan materi secara langsung kepada siswa. Hal ini

(16)

Knowledge sehingga pembelajaran cenderung verbal dan berorientasi pada

kemampuan kognitif siswa tanpa mempertimbangkan proses untuk memperoleh

pengetahuan tersebut. Fenomena mengajar yang kurang melibatkan siswa secara

langsung dalam kegiatan belajar mengajar menyebabkan kemampuan psikomotor

dan afektif siswa kurang. Siswa jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa

lain yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Kebanyakan siswa hanya

berorientasi pada kemampuan kognitif saja serta menganggap bahwa fisika

merupakan mata pelajaran yang menghafal. Sehingga pemahaman konsep awal

siswa rendah terhadap fisika mengakibatkan hasil belajar rendah, terlihat dalam

study pendahuluan yang ditemukan selama proses belajar mengajar dalam soal

pemahaman konsep masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang di

tetapkan SMA N 1 Teluk mengkudu pada mata pelajaran fisika adalah 70, yaitu

siswa dikatakan tuntas belajar secara individu bila telah memperoleh skor 75%

dari skor total, dan ketuntasan klasikal tercapai bila dikelas tersebut ≥ 85%.

Sehingga setiap tes formatif (evaluasi per kompetensi dasar) diperoleh hanya

30% siswa yang mencapai KKM.

Selanjutnya dari hasil penyebaran angket ditemukan beberapa

permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran fisika. Sekitar 87% siswa

menjawab bahwa di dalam mengikuti pelajaran fisika di kelas terasa sulit dan

kurang menarik. Selain itu praktikum juga jarang dilakukan, hal ini dibuktikan

dengan jawaban siswa yang menginginkan cara belajar fisika dengan praktikum di

laboratorium dan dengan media pembelajaran sebesar 43 %. Terlalu banyak

(17)

Metode pengajaran yang monoton juga menjadi alasan mengapa pelajaran fisika

menjadi pelajaran yang membosankan bagi siswa. Disamping dengan cara

memberikan angket pada materi fisika, peneliti juga menemukan data bahwa nilai

rata-rata UN pelajaran fisika tahun 2013 adalah 6,83. Hal inilah yang semakin

memperkuat bahwa nilai fisika di SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu masih rendah

dibandingkan dengan KKM sebesar 75.

Ketidak tertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika ini

mengakibatkan hasil belajar fisika siswa yang masih rendah. Rendahnya hasil

belajar fisika ini diindikasi dengan jarangnya siswa mengajukan pertanyaan

kepada guru dan seringnya siswa melakukan tindakan kecurangan disaat ujian

berlangsung, apalagi ketika ujian nasional diadakan terdapat kebocoran soal. Hal

ini merupakan dampak terbesar dari rendahnya pemahaman konsep awal yang

dimiliki siswa. Salah satu penyebab lain rendahnya hasil belajar siswa dapat

bersumber dari penggunaan model direct instruction, dimana pembelajaran

sebagian besar masih berpusat pada guru. Siswa dengan pemahaman konsep awal

yang rendah cenderung akan lebih pasif dalam proses pembelajaran. Pada model

direct intruction peluang siswa untuk memunculkan pemahaman konsep awal

sangatlah rendah. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran direct instruction

kegiatan pembelajaran fisika yang berlangsung hanya bersifat transfer

pengetahuan dari guru kepada siswa. Hal inilah menyebabkan siswa kurang

memiliki peran aktif dalam proses dan pengkonstruksian pengetahuan dalam

dirinya. Siswa cenderung hanya menghafalkan fakta-fakta dan konsep-konsep

(18)

membuat hasil belajar siswa hanya terbatas pada pemahaman konsep rendah yaitu

mengingat dan memahami, sedangkan pemahaman konsep tinggi siswa akan

rendah karena tidak diaktifkan selama kegiatan pembelajaran di kelas.

Seperti yang kita ketahui, Dick dan Carey (2005) menjelaskan bahwa

kemampuan awal adalah kemampuan yang dimiliki seorang siswa pada saat akan

memasuki suatu proses pembelajaran yang merupakan dasar (preriquisite) bagi

siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar akan bermanfaat dalam mempelajari

pelajaran selanjutnya. Kemampuan awal merupakan pemahaman konsep awal

memiliki peran tersendiri dalam memotivasi diri siswa dalam melaksanakan

pembelajaran sains karena dengan memiliki pemahaman konsep yang tinggi siswa

akan terdorong untuk menggali lebih jauh untuk menjawab dari ras ingin tahu

yang dimiliki siswa. Piaget (Dahar, 2011) menyebutkan bahwa perkembangan

intelektual merupakan suatu konstruksi dari satu sisi struktur-struktur mental.

Setiap struktur baru didasarkan pada kemampuan-kemampuan tertentu

sebelumnya, tetapi pada saat yang sama melibatkan hasil-hasil pengalaman.

Pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui

tindakan. Perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka

aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kegiatan

memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan ini akan memunculkan

informasi dan pengalaman baru. Dalam hal ini informasi dan pengalaman baru

merupakan realita yang dihadapi seseorang. Selanjutnya jika realita ini

mengakibatkan ketidakseimbangan maka orang tersebut diberi kesempatan

(19)

melalui realita tersebut. Dengan demikian proses interaksi antara pikiran dan

realita menempati posisi penting dalam proses membangun pengetahuan. Siswa

dapat menstruktur hal-hal yang ada dalam pikirannya melalui realita yang

dihadapinya. Jadi adanya informasi dan pengalaman baru sebagai realita

mengakibatkan terjadinya rekonstruksi pengetahuan yang lama.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pemahaman konsep

fisika siswa yaitu: siswa sulit memahami konsep fisika sehingga siswa sering

menghafal pengertian terhadap materi yang dipelajari siswa kurang aktif dan

terlatih dalam proses pembelajaran. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk

mengamati dan memperoleh informasi yang digunakan peserta didik untuk

mencapai konsep, yaitu : 1. Setelah konsep dicapai, kita dapat meminta mereka

untuk menceritakan pemikirannya agar latihan terus berlangsung, 2. Kita dapat

meminta siswa untuk menuliskan hipotesis mereka (Joyce, 2011).

Salah satu model pembelajaran yang tepat sesuai dalam penelitian ini,

Dengan melihat kondisi di atas sudah saatnya untuk dianggap serius oleh

pendidik. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan, maka kualitas lulusan akan

semakin rendah. Oleh karena itu pembelajaran direct instruction yang

menekankan pada teacher-centered perlu dikurangi dan digantikan dengan akan

memasukin model pembelajaran empiris yang menekankan pada student-centered

yang telah diteliti, diterapkan dan dibuktikan oleh ahli pendidikan dapat

meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu

dibutuhkan suatu model pembelajaran yang terorganisir dalam melakukan suatu

(20)

dan memfasilitasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang paling

tepat. Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran

fisika yaitu model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif akan tercipta interaksi yang lebih luas yaitu

interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dan siswa, siswa dengan

siswa, siswa dengan guru (multi way traffic comunication). Pembelajaran

kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam

satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Slavin 2005). Dengan demikian

tujuan pembejaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa

keterampilan kerja sama dan kolaborasi (Sofan, 2010). Dalam model

pembelajaran kooperatif siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu siswa belajar

untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

Pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran kooperatif dapat

mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuannya secara

bersama-sama di dalam kelompok. Siswa didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi

materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan. Siswa

menafsirkan bersama-sama apa yang mereka temukan atau mereka bahas. Dengan

cara demikian, materi pelajaran dapat dibangun bersama dan bukan sebagai

transfer dari guru. Pengetahuan dibentuk bersama berdasarkan pengalaman serta

interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok belajar, sehingga terjadi

saling memperkaya diantara anggota kelompok. Ini berarti, siswa didorong untuk

membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman terhadap

(21)

berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian

membangun sudut pandang atau mengkonstruksi pengetahuannya secara bersama.

Group investigation merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

dimana para peserta didik secara kolaboratif dalam kelompoknya memeriksa,

mengalami dan memahami topik kajian yang akan dipelajari. Model koperatif ini

memiliki manfaat untuk melatih peserta didik untuk menerima perbedaan

pendapat dan bekerja dalam melakukan penyelidikan untuk memecahkan masalah

bersama-sama dengan peserta didik lain yang berbeda latar belakangnya (Joyce et

al, 2011).

Tugas anggota kelompok untuk mencapai ketuntasan materi yang

disajikan guru dan setiap anggota kelompok harus saling membantu untuk

mencapai ketuntasan materi tersebut. Belajar belum selesai jika masih ada anggota

dalam kelompok belum menguasai materi pelajaran memiliki pertanyaan, teman

satu kelompoknya diminta untuk menjelaskan, sebelum menanyakan jawabannya

kepada guru. Dengan demikian, pembelajaran group investigation dapat

menjadikan peserta didik secara aktif menverbalisasi gagasan-gagasan dan dapat

mendorong munculnya refleksi yang meningkatkan hasil belajarnya. Slavin

mengemukakan bahwa komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama

teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok

kecil (Slavin, 2005).

Hasil penelitian Brian, dkk (2012) dengan judul “Penerapan model

pembelajaran kooperatif group investigation (GI) disertai media kartu masalah

(22)

menggunakan model group investigation (GI) hampir seluruh mahasiswa

meningkat prestasinya. Peneliti lain menyimpulkan bahwa model kooperatif

group investigation (GI) secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dibandingkan model pembelajaran langsung (Sutriyono 2012), Panjaitan (2013),

Ayu, dkk (2012), (Sianipar 2013).

Beberapa paparan masalah-masalah di atas tentang rendahnya hasil

belajar fisika siswa serta kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe group

investigation untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Group Investigation Dan Pemahaman Konsep Awal Siswa Terhadap

Hasil Belajar Fisika di SMA N 1 Teluk Mengkudu ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat identifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa yang masih rendah

2. Kurangnya peran aktif siswa dalam proses belajar –mengajar

3. Guru kurang melibatkan siswa dan menuntut siswa dalam pemecahan

masalah

4. Penggunaan model pembelajaran kurang bervariasi

5. Pemahaman konsep awal fisika yang masih rendah

6. Proses belajar yang masih berpusat pada guru sehingga proses belajar

(23)

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti, dan supaya penelitian ini lebih

terarah dan fokus maka penelitian ini batasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif group investigation.

2. Hasil belajar fisika siswa yang masih rendah

3. Materi pembelajaran yang di ajarkan adalah elastisitas

4. Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI semester genap di SMA

Negeri 1 Teluk Mengkudu.

1.4 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan setelah dibatasi

masalah-masalah yang diidentifikasi maka dapat dirumuskan masalah-masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran

kooperatif group investigation dengan model pembelajaran direct intruction

pada materi pokok elastisitas di kelas XI semester genap di SMA Negeri 1

Teluk Mengkudu?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki

pemahaman konsep awal tinggi dengan siswa yang memiliki pemahaman

konsep awal rendah pada materi pokok elastisitas di kelas XI semester genap

(24)

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif group

investigation dan pemahaman konsep awal siswa terhadap hasil belajar fisika

pada materi pokok Elastisitas di kelas XI semester genap di SMA Negeri 1

Teluk Mengkudu?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran

kooperatif group investigation dengan model pembelajaran direct instruction

pada materi pokok elastisitas di kelas XI semester genap di SMA Negeri 1

Teluk Mengkudu.

2. Menganalisis ada perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki

pemahaman konsep awal tinggi dengan siswa yang memiliki pemahaman

konsep awal rendah pada materi pokok elastisitas di kelas XI semester genap

di SMA Negeri 1 Teluk Mengkudu.

3. Menganalisis interaksi antara model pembelajaran kooperatif group

investigation dan pemahaman konsep awal siswa terhadap hasil belajar fisika

pada materi pokok elastisitas di kelas XI semester genap di SMA Negeri 1

Teluk Mengkudu.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis bagi

(25)

1. Secara teoritis, hasil penelitian dapat memberi masukan positif mengenai

pengaruh model pembelajaran dalam pengembangan belajar siswa terhadap

hasil belajar siswa khususnya model pembelajaran kooperatif group

investigation.

2. Secara praktis adalah: (a) sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru

dan perancang pembelajaran dalam menetapkan model pembelajaran dan

memudahkan siswa untuk belajar, (b) memberikan gambaran bagi guru dan

para peneliti lainnya tentang perbedaan siswa dalam belajar yang berkaitan

dengan pemahaman konsep awal siswa dan optimalisasi kecerdasan majemuk

untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.

1.7 Defenisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan

penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan

defenisi operasional.

1. Pemahaman konsep awal

Pemahaman konsep awal merupakan pemahaman dengan menggunakan

konsep, kaidah dan prinsip. Penugasan konsep juga dapat dikatakan

sebagai kemampuan peserta didik dalam memahami makna secara ilmiah.

Pemahaman konsep dapat diperoleh melalui benda-benda, gambar-gambar

dan penjelasan verbal serta menuntut kemampuan untuk menemukan

ciri-ciri yang sama pada sejumlah objek (Winkel, 2004). Pemahaman konsep

(26)

memasuki suatu proses pembelajaran yang merupakan kemampuan dasar

(preriquisite) bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar akan

bermanfaat dalam mempelajari pelajaran selanjutnya. Pemahaman konsep

awal fisika berbentuk pilihan berganda yang terdiri dari 3 kemampuan,

yaitu : (1) Menuliskan konsep (2) Memberi contoh atau non contoh konsep

dan (3) Menjelaskan konsep. Dalam penelitian ini Pemahaman konsep

yang semestinya dimiliki oleh seorang siswa dalam penelitian ini adalah

penguasaan siswa dalam sebelum mempelajari elastisitas.

2. Model pembelajaran pembelajaran kooperatif group investigation

Model pembelajaran pembelajaran kooperatif group investigation

termasuk kedalam model pembelajaran kooperatif. Kooperatif berarti

melakukan suatu kegiatan secara bersama dalam sebuah kelompok. Model

ini juga suatu cara langsung yang efektif dalam pengajaran ilmu

pengetahuan secara akademik (Joyce, 2011). Sintaks model pembelajaran

kooperatif group investigation adalah tahap mengidentifikasi topik dan

mengatur murid ke dalam kelompok, tahap merencanakan investigasi di

dalam kelompok, tahap melaksakan penyelidikan, tahap menyiapkan

laporan akhir, tahap menyajikan laporan dan tahap evaluasi.

3. Model pembeajaran direct instruction

Model pembeajaran direct instruction merupakan model pembelajaran

dimana kontrol dan arahan guru diberikan saat guru memilih dan

mengarahkan tugas pembelajaran. (Joyce, 2011). Sintaks model

(27)

mempersiapkan siswa, Mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan, Membimbing pelatihan, Mengecek pemahaman dan

memberikan umpan balik dan Memberikan kesempatan untuk pelatihan

lanjutan dan penerapan.

4. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa

setelah mendapat tes hasil belajar yang disusun berdasarkan Instrumen tes

uraian disusun dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi penulisan tes

yang mencakup aspek mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran

kooperatif group investigation dan model pembelajaran direct instruction.

Hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif group

investigation (rata-rata = 76,17) lebih baik dari model pembelajaran direct

instruction (rata-rata = 70,05).

2. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki pemahaman

konsep awal rendah dan pemahaman konsep awal tinggi. Hasil belajar fisika

antara siswa yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi (rata-rata = 76,82)

lebih baik dari pemahaman konsep awal rendah (rata-rata = 71,74).

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif group investigation

dan pemahaman konsep awal siswa terhadap hasil belajar fisika. Model

pembelajaran kooperatif group investigation lebih optimal diterapkan untuk

siswa yang memiliki pemahaman konsep awal tinggi sedangkan model direct

instruction pemahaman konsep awal tinggi dan rendah hasil belajar yang tidak

(29)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki

beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif group

investigation sebagai berikut:

1. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation guru

direkomendasikan untuk memperhatikan Pemahaman konsep awal siswa,

karena model pembelajaran kooperatif group investigation tepat untuk siswa

dengan pemahaman konsep awal tinggi.

2. Untuk siswa yang memiliki pemahaman konsep awal rendah disarankan untuk

tidak diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif group investigation

karena siswa akan kesulitan dalam memahami pembelajaran dan proses

investigasi (percobaan fisika) selama pembelajaran.

3. Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif group investigation

dengan bantuan metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, 2008, Learning to Teach Belajar untuk Mengajar (Edisi Ketujuh), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S., 2009, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: PT Bumi Aksara.

Baharuddin dan Wahyuni, E.N., 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media.

Dahar, 1988, Teori-teori Belajar, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Degeng, Nyoman S., 1993, Terapan Teori Kognitif dalam Desain Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Dick and Carey, 2005, The Systematic Design of Instrustional Sixth Edition, Florida: Florida State University.

Djiwandono, 2002, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

http://aristo.files.wordpress.com/2007/12/ppp pembelajaran kooperatif. html) Kagan_Cooperative Learning Structure. GI, (Online), (http://Alt.Red/clnerwork/numbered.htm, diakses 15 Januari 2010).

Fakhri Rahmadhani, 2009, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dan Konsep Diri Terhadap Hasi Belajar Bioogi siswa SMP Negeri 2 Binjai, Tesis, Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Gagne and Briggs, 1979, Principles of Instrunctional Design Second Edition, Florida: Florida State University.

Hamid, A., 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran, Medan: Tim Kreatif Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Hamalik, O., 2010, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara. Hergenhahn,B.R dan Olson, M.H.,2008, Theories of learning (Teori Belajar)

Edisi ketujuh, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

(31)

Ibad, Hisbahul, 2011, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Metode Kooperatif tipe STAD dan Metode Kooperatif Tipe NHT Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa, Tesis. PPs Universitas Sebelas Maret.

Japaris Sinaga, 2006, Pengaruh Model Pembeajaran dan Sikap Bahasa Terhadap Hasil Belajar Mengapreasi Puisi, Medan, Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Joyce, B., Wiseil, M., Calhoun, E, 2011, Model Teaching (Edisi kedelapan), Pustaka : Yogyakarta

Lie, A., 2010, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo.

Moh. Nur dan Wikandari P.R., 2000, Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Nasution, S., 2010, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nadeak, S., 2008, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Awal Terhadap hasil Belajar Fisika Sekolah SMA Negeri 1 Binjai, Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.Novar, R., 2008, Pengaruh Model Pembeajaran Berbasis Portomampuan Awal Terhadap Hasi Belajar Kewarganegaraan Siswa Kelas SMA Negeri di Kabupaten Gayo Luwes, Tesis. Medan: program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Nurhadi, 2004, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Malang: PT Grasindo.

Nurulhayati, 2002. Pembelajaran konstektual dan Penerapannya dalam KBK. Bina Aksara. Jakarta

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Beajar Mengajar. Bina Aksara. Jakarta

Nurhadi, 2003, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK, Malang: Universitas Negeri Malang.

Sagala, S., 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Penerbit Alfabeta.

(32)

Sardiman, A.M., 2009, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Slavin, 2005, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Penerbit Nusa Media.

Sebayang, N., 2010, Pengaruh Pemberian Tugas dan Kemampuan Awal Terhadap Hasil Belajar Mekanika Teknik Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan Fakutas Teknik Universitas Negeri Medan, Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Sofan Amri dan Khoiru Ahmad\i, 2010, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sudjana, 2005, Metoda Statistika, Bandung: Penerbit Tarsito.

Suparman, A., 1993, Desain Instruksional, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Suprijono, A., 2010, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyanti, R.D., 2010, Strategi Pembelajaran Kimia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widyantini, 2006, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika Yogyakarta.

Gambar

Gambar 3.1.Skema Rancangan Penelitian  ------------------------------------------- 79 Gambar 4.1 Grafik Pretes HB Kelas Kontrol Dan Eksperimen ------------------- 99 Gambar 4.2

Referensi

Dokumen terkait

Adanya peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun

Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui apakah ada Perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perbedaan hasil belajar Fisika siswa anatar model pembelajaran Group Investigation dan model pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hasil belajar fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih baik daripada pembelajaran konvensional,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kerja sama siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation lebih baik daripada siswa

Tingginya hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen 1, disebabkan karena kelas ekperimen 1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ,

Dengan adanya perlakuan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation diharapkan indikator-indikator kemampuan pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar siswa yang

selain meningkatkan pemahaman konsep, aktivitas belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan model Group Investigation berbantuan media Watak Kalinyamatan