• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA KELAS VIII MTS NEGERI LANGSA TAHUN AJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA KELAS VIII MTS NEGERI LANGSA TAHUN AJARAN 2014/2015."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GI (GROUP

INVESTIGATION) UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

FISIKA PADA KELAS VIII MTs

NEGERI LANGSA TAHUN

AJARAN 2014/2015

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

IRSAN BRUTU NIM : 8136176016

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

Irsan Brutu. The implementation of GI (Group Investigation) Cooperative Learning Model to Improve Motivation and Achievement of Physics Learning in Class VIII MTs Negeri Langsa Academic Year 2014/2015. Thesis of Medan. Physics Education Study Program Postgraduate School State University of Medan, 2015.

The purpose of this research was to know: (1) Is there any improvement of students’ learning achievement after the implementation of group investigation cooperative learning model to students Class VIII MTs Negeri Langsa Academic Year 2014/2015. (2) Is there any improvement of students’ learning motivation after the implementation of group investigation cooperative learning model to students Class VIII MTs Negeri Langsa Academic Year 2014/2015. (3) is there any improvement of students’ response after the implementation of group investigation cooperative learning model to students Class VIII MTs Negeri Langsa Academic Year 2014/2015. The implemented research method was Class Action Research (CAR) with two learning cycles where each cycle consist of some stages namely planning, implementing, observing, and reflecting. The result of data analysis showed that by implementation of group investigation cooperative learning model, there was the improvement of learning motivation, achievement, and response of students Class VIII MTs Negeri Langsa. In cycle I was obtained the improvement of score average of achievement test of learning outcomes was 33.18, the mastery percentage was 66.66% and the improvement of value the achievement test of learning outcomes was in

high category (the average of N-normalized gain was 100%). In cycle II. There was the

significant improvement where 87.87% obtained the grade above the standard grade (the average of N-normalized gain was 31%). The motivation improvement before treatment was 56.12 (sufficient criteria) improve in cycle I, 70.18 (good criteria) and improve in cycle II to 80.24 (very good criteria). The improvement of response in cycle I at meeting I was 46.87 (sufficient criteria) at meeting II was 59,37 (good criteria) and at meeting III was 68.75 (good criteria), in cycle II at meeting IV was 75.00 (good criteria) at meeting V was 87.50 (very good criteria) and at meeting was VI, 93,75 (very good criteria).

(6)

ABSTRAK

Irsan Brutu. Penerapan Model Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Fisika Pada Kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Ajaran 2014/2015. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran model kooperatif tipe group investigation pada

siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015. (2) Apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe

Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran

2014/2015. (3) Apakah ada Peningkatan respon siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa

Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode Penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) melalui dua siklus pembelajaran setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, mengobservasi dan refleksi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa melalui penerapan model kooperatif tipe group investigation ada peningkatan

motivasi, prestasi dan respon belajar siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa. Pada Siklus I diperoleh peningkatan rata-rata skor tes prestasi hasil belajar sebesar 33,18 poin, persentase ketuntasan sebesar 66,66% dan peningkatan nilai tes prestasi hasil belajar berkategori tinggi (rata-rata N-gain ternormalisasi 100%). Pada siklus II terjadi

peningkatan yang signifikan ada 87,87% yang memperoleh nilai diatas KKM (rata-rata

N-gain ternormalisasi 31%). Peningkatan motivasi PraSiklus 56,12 (kriteria cukup)

meningkat pada Siklus I, 70,18 (kriteria baik) dan meningkat lagi pada Siklus II menjadi 80,24 (kriteria sangat baik). Peningkatan respon pada siklus I pertemuan I, 46,87 (kriteria cukup) pertemuan II, 59,37 (kriteria baik) dan pertemuan III, 68,75 (kriteria baik), pada siklus II pertemuan IV, 75,00 (kriteria baik) pertemuan V, 87,50 (kriteria sangat baik) dan pertemuan VI, 93,75 (kriteria sangat baik).

Kata kunci : Group Investigation, Motivasil belajar, Prestasi belajar, Aktivitas belajar

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil`alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “PENERAPAN

MODEL KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA

KELAS VIII MTs NEGERI LANGSA TAHUN AJARAN 2014/2015” dapat

diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S, M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Hrp. M.S selaku pembimbing II ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Sekaligus narasumber, Ibu Dr. Derlina, M.Si, dan Ibu Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si juga selaku narasumber yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.

(8)

iv

5. Bapak Drs. Husaini selaku Kepala Sekolah MTs Negeri Langsa beserta seluruh dewan guru dan pegawai yamg telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

6. Ayahanda tercinta Iyeng Berutu, SP dan Ibunda tercinta Rosnawati, S.Pd serta adik-adikku Andi Hermawan Brutu, S.T. Murdani Prawira Brutu, A.Md dan Fani Indah Sari Brutu tersayang yang senantiasa memberikan motivasi dan do`a.

7. Istriku tercinta Aplia Lolita Sari, S.Pd yang telah banyak memberikan dukungan, semangat juga do`a kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

8. Sahabat seperjuangan Kelas B-1 Eksekutif angkatan XXIII( Pak Aleks, Ibu Albina, Pak Israel, Ibu Erna, Ibu Dewi, Erni, Fitri, Meri, Merliana, Nesti, Nove, Ruth, Rica, Ibu SitiAminah, Ibu Srimila, Sudirman, Suster Rumentauli, Yunisa) Program Studi Magister Pendidikan Fisika yang telah memberikan dorongan, semangat, motivasi dan do`a dalam penyelesaian tesis ini.

Do`a dan harapan penulis semoga Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas kebaikan dan bantuan yang telah saudara/i berikan kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABTSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

1.7 Defenisi Operasional Variabel ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 11

2.1.1 Definisi Pembelajaran ... 11

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif ... 12

2.1.3 Keterampilan Kooperatif ... 17

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation ... 24

2.1.5 Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation ... 29

(10)

vi

2.1.7 Hasil Belajar ... 34

2.1.8 Penelitian yang Relevan ... 40

2.1.9 Kerangka Konseptual ... 48

2.1.10 Hipotesis Tindakan... 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 50

3.2 Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian... 52

3.3 Rancangan Penelitian……… 53

3.4 Perangkat Pembelajaran ... 55

3.5 Instrumen Penelitian ... 56

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 59

3.7 Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 63

4.1.1 Deskripsi Awal ... 63

4.1.2 Data Siklus I ……… ... 64

4.1.3 Data Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus I ... 69

4.2 Data Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus I... 71

4.3 Data Peningkatan Motivasi Siswa Pada Siklus I ... 74

4.4 Refleksi ... 77

4.5 Data Siklus II ... 79

4.6 Data Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus II ... 84

4.7 Data Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 87

4.8 Data Peningkatan Motivasi Siswa Pada Siklus II ... 89

(11)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 24

Tabel 2.2 Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI ... 27

Tabel 2.3 Jenis dan Sub Jenis Dimensi Pengetahuan ... 36

Tabel 4.1 Distribusi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I ... 65

Tabel 4.2 Aktivitas Siswa Pada Siklus I ... 68

Tabel 4.3 Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus I ... 70

Tabel 4.4 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 72

Tabel 4.5 Deskripsi Data Gain ternormalisasi Siklus I ... 73

Tabel 4.6 Peningkatan Motivasi Siswa Siklus I ... 76

Tabel 4.7 Distribusi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II ... 80

Tabel 4.8 Aktivitas Siswa Pada Siklus II ... 83

Tabel 4.9 Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus II ... 85

Tabel 4.10 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 87

Tabel 4.11 Deskripsi Data Gain ternormalisasi Siklus II ... 89

Tabel 4.12 Peningkatan Motivasi Siswa Siklus II ... 91

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rata-rata Skor Motivasi Belajar Siswa ... 101

Lampiran 2. Rata-rata Peningkatan Prestasi Belajar Siklus I ... 102

Lampiran 3. Rata-rata Peningkatan Prestasi Belajar Siklus II ... 103

Lampiran 4. Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siklus I ... 104

Lampiran 5. Motivasi dan Prestasi Siklus I dan Siklus II ... 105

Lampiran 6. Perbandingan N-gain Siklus I dan Siklus II ... 106

Lampiran 7. Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I ... 107

Lampiran 8. Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II ... 108

Lampiran 9. Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus I ... 109

Lampiran 10. Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus II ... 110

Lampiran 11. Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I ... 111

Lampiran 12. Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II ... 112

Lampiran 13. Pengamatan Siswa Siklus I dan Siklus II ... 179

Lampiran 14. Aktivitas kelompok Siklus I & Siklus II ... 180

Lampiran 15. Silabus ... 113

Lampiran 16. RPP I, LKS, Instrumen Penilaian ... 118

Lampiran 17. RPP 2, LKS, Instrumen Penilaian ... 129

Lampiran 18. RPP 3, LKS, Instrumen Penilaian ... 138

Lampiran 19. Kegiatan Pembelajaran ... 146

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku siswa menjadi manusia

dewasa yang mampu hidup dan sebagai anggota masyarakat di lingkungan alam

sekitarnya. Melalui pendidikan siswa dapat mengembangkan kemampuan secara optimal

dan dapat mewujudkan fungsi dirinya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat.

Untuk itu langkah yang paling efisien dalam memperbaiki sifat dan akhlak seorang siswa

adalah melalui peningkatan pendidikan. Pendidikan adalah hal yang penting dan

merupakan kebutuhan pokok serta mutlak diperlukan oleh anak-anak bangsa Indonesia.

Hal ini sesuai dengan tujuan Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang

tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Diperkuat dalam batang tubuh

pasal 31 ayat 1 yang berbumyi: “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar

dan pemerintah wajib membiayainya.” Dan Pendidikan adalah salah satu bentuk

perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu

perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya tejadi

sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

pada semua tingkatan dan perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan

masa depan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan lingkungan

pendidikan yang menyediakan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga

para siswa memperoleh pengalaman pendidikan.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan

(16)

berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses

belajar-mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil

mengemukakan 22 model mengajar yang dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) Model

pengajaran Memproses informasi, (2) Model pengajaran personal, (3) Model pengajaran

interaksi sosial, dan (4) Model pengajaran perilaku, (Joyce & Weil, Model of Teaching,

2009:31).

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik

antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar.

Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar

hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan

hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai

pada diri siswa yang sedang belajar.

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan,

khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang berhasil dari

upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini mnunjukkan bahwa betapa

eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Demikian pula dalam upaya membelajarkan

siswa guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar

mengajar yang efektif.

Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi

siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar

(17)

berarti kesempatan belajar makin banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusan

saat mengajar. Makin banyak siswa yang terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi

kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas

dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan program pengajaran dan

sekaligus mampu pula melakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar.

Bagi guru sendiri keberhasilan tersebut akan menimbulkan kepuasaan, rasa

percaya diri serta semangat mengajar yang tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan

sebagian sikap guru professional yang dibutuhkan pada era globalisasi dengan berbagai

kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan teknologi yang berpengaruh terhadap

pendidikan.

Fisika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun

melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat

logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam

fisika bersifat sangat kuat dan jelas.

Dalam pembelajaran fisika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran

deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan

pembelajaran fisika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan

konsisten.

Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu

ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.

Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran

kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam

(18)

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa

akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut

diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih

mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf

pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam

Wahyuni 2001: 2).

Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak

yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996: 2).

Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu

pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja

secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa

yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif

ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 1994:14).

Kenyataan dilapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu

menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang

berhubungan dengan konsep yang dimiliki (Trianto, 2010:6). Lebih jauh lagi bahkan

siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskan masalah serta menentukan

solusi-solusi untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru yang dihadapi.

Dari hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan pada guru IPA di MTs

Negeri Langsa pada kegiatan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan 20

November 2014 menunjukkan fakta yang sama. Ibu Nurlisma, S. Pd selaku guru IPA

mengungkapakan bahwa kondisi siswa saat ini sangat mudah menyerah dengan

permasalahan-permasalahan yang diberikan apabila berbeda sedikit saja dengan contoh

(19)

jauh berbeda dengan siswa beberapa tahun yang sebelmnya yang menunjukkan antusisme

yang tingg ketika diberikan masalah. Dan dari hasil studi pendahuluan berupa observasi

di MTs Negeri Langsa di temukan bahwa proses belajar mengajar IPA yang masih

menggunakan sistem konvensional dengan pembelajaran langsung dimana guru

mendominasi pembelajaran meskipun divariasi Tanya jawab dengan siswa. Guru lebih

banyak menyampaikan materi secara langsung kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa

pembelajaran sains masih dilakukan secara transfer of knowledge sehingga pembelajaran

cenderung verbal dan berorientasi pada kemampuan kognitif siswa tanpa

mempertimbangkan proses untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Fenomena mengajar

yang kurang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar

menyebabkan kemampuan psikomotor dan afektif siswa kurang. Siswa jarang berdiskusi

dan bekerja sama dengan siswa lain yang mengakibatkan siswa menjadi pasif.

Kebanyakan siswa hanya berorientasi pada kemampuan kognitif saja serta mengangap

bahwa belajar IPA merupakan mata pelajaran yang menghafal.

Meskipun demikian, sebenarnya pembelajaran dengan menggunakan sistem

konvensional sudah baik, akan tetapi masih banyak kekurangan disana-sini yang

mengakibatkan proses pembelajaran disekolah tidak efektif, kaena proses

pembelajarannya terlalu terkosentrasi pada guru yang memberikan penjelasan materi

hampir 100% dan mengakibatkan peserta didik menjadi pasif.

Proses pembelajaran disekolah adalah proses interaksi guru dan siswa untuk

mempelajari suatu materi yang tersusun dalam kurikulum. Agar proses pembelajaran

belajar dengan baik seorang guru harus mampu merencanakan, menyusun dan mendesain

suatu proses belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan

(20)

Tsanawiyah Negeri Langsa, peneliti menemukan bahwa nilai rata-rata kelulusan UN pada

pelajaran IPA tahun 2014 adalah 5,25. Hal inilah yang semakin memperkuat bahwa nilai

IPA di MTs Negeri Langsa masih rendah dibandingkan dengan nilai KKM pada sekolah

tersebut yang sebesar 6,80.

Dari hasil wawancara dengan siswa pada MTs Negeri Langsa banyak siswa yang

menyatakan bahwa pelajaran IPA khususnya materi tentang Fisika merupakan pelajaran

siswa yang sulit untuk dipahami dan membosankan. Mereka juga cenderung

mengannggap pelajaran Fisika selalu identik dengan rumus yang banyak dan susah

diingat. Guru lebih sering menggunakan pola mengajar dengan menyajikan materi dan

penyelesaian soal-soal dengan rumus. Siswa hanya dapat menghitung tetapi tidak

mengerti konsep Fisika sebenarnya. Dan akhirnya nilai KKM (ketuntsan Minimalnya)

tidak tercapai hanya 60 % dari jumlah siswa seluruhnya.

Rendahnya hasil belajar siswa ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dilakukan selama ini belum efektif. Menyikapi masalah diatas, perlu adanya usaha-usaha

guru dalam pembelajaran Fisika merupakan bagian yang sangat penting dalam

meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep Fisika yang disampaikan guru,

sehingga tujuan pembelajaran yang telah direncanakan bisa tercapai. dengan demikian

hasil belajar siswa juga meningkat.

Oleh karena itu guru sebagai pendidik diharapkan dapat menguasai suatu model

pembelajaran yang mampu membantu meningkatkan kemampuan siswa memahami dan

mengingat data, fakta atau konsep yang berkaitan dengan fisika. Dengan melihat kondisi

diatas sudah saatnya untuk dianggap serius oeh pendidik. Jka kondisi seperti ini terus

dibiarkan, maka kualitas lulusan akan semakin rendah. Oleh karena itu pembelajaran

(21)

dengan model pembelajaran empiris yang menekankan pada student-centered yang telah

di teliti, diterapkan dan dibuktian oleh ahli pendidikandapat meningkatkan hasil belajar

dan kemampuan berpikir siswa. Dengan demikian dibutuhkan suatu model pembelajaran

yang terorganisir dalam melakukan suatu penelitian. Disinilah peran seorang guru sangat

penting, yaitu dalam memotivasi dan memfasilitasi siswa dengan menggunakan model

pembelajaran yang paling tepat. Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan

dalam pembelajaran IPA fisika yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group

Ivestigation.

Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Group Investigation (Group

Invesigation) untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar fisika pada Kelas VIII

MTs Negeri Langsa Tahun Ajaran 2014/2015”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Rendahnya tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan nilai ujian semester yang

kurang dari KKM.

2. Rendahnya tingkat motivasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang

dilaksanakan.

3. Guru belum pernah meminta respon siswa tentang proses pembelajaran yang

dilaksanakan. Ini sangat penting untuk dapat memperbaiki kegiatan belajar mengajar

(22)

1.3. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan masalah yang akan diatasi , maka diperlukan

pembatasan masalah yang meliputi :

1. Meningkatkan prestasi belajar siswa berdasarkan nilai ujian semester yang lebih dari

nilai standar KKM.

2. Meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang

dilaksanakan.

3. Guru harus meminta respon atau tanggapan siswa tentang proses pembelajaran yang

dilaksanakan. Hal Ini sangat penting sebagai refleksi awal untuk perbaikan kegiatan

belajar mengajar supaya siswa lebih termotivasi, berprestasi dan senang.

1.4.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya

pembelajaran Model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII

MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran2014/2015 ?

2. Apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran

model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri

Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015 ?

3. Apakah ada Peningkatan respon siswa setelah diterapkan pembelajaran model

kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa

(23)

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk menganalisis apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkannya pembelajaran Model kooperatif tipe Group Investigation pada

siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Untuk menganalisis apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah

diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa

kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015 .

3. Untuk menganalisis apakah ada Peningkatan respon siswa setelah diterapkan

pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII

MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.6. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat bagi :

1. Sekolah : sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

khususnya pada mata pelajaran fisika. Dan menambah khazanah metode dan model

pembelajaran yang inovatif bagi guru-guru.

2. Guru : model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat menjadi salah

satu model yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, dan sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan metode dan model pembelajaran yang dapat

memberikan manfaat bagi siswa.

3. Siswa : dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling

(24)

1.7. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu

didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Kooperatif :

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk

bekerja dalam kelompok-kelompok / tim kecil,yaitu antara empat sampai enam orang

yang heterogen untuk menentapkan tujuan dan keberhasilan bersama. (Wina Sanjaya,

2009: 241).

2. Motivasi belajar adalah :

Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan

kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan

mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.

3. Prestasi belajar adalah :

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah

siswa mengikuti pelajaran fisika pada materi tekanan.

4. Meningkatkan adalah :

Meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti lapisan dari sesuatu yang

tersusun. Meningkatkan adalah uasaha menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya),

mempertinggi, memperhebat produksi, mengangkat diri dan memegahkan diri.

Sedangkan maksud peningkatan dalam penelitian ini adalah usaha memperbaiki

prestasi dan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe group

(25)

95 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

(26)

96

hal ini menunjukkan bahwa proses kinerja guru dan siswa pada Siklus II tercapai secara optimal.

2. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015. Peningkatan motivasi yang terjadi pada setiap siswa. Sebagai mana yang tertera pada nilai rata-rata dari PraSiklus 56,12 (kriteria cukup) naik atau meningkat pada Siklus pertama 70,18 (kriteria baik). Sebagai mana yang tertera diatas nilai rata-rata dari Siklus pertama 70,18 (kriteria baik) naik atau meningkat pada Siklus II 80,24 (kriteria sangat baik). Dengan demikian Peningkatan Motivasi Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II, dengan menggunakaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sudah pada tarap kriteria sangat baik.

(27)

97

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Pembelajaran fisika yang selama ini hanya menggunakan cara-cara konvensional, sudah waktunya untuk menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif dan kreatif salah satunya model kooperatif tipe group investigation

yang lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran secara langsung.

2. Diharapkan para guru khususnya guru fisika, untuk lebih kreatif lagi dalam membuat media-media pembelajaran yang mudah dan murah serta memberikan manfaat yang besar dalam pembelajarannya.

3. Dengan melihat hasil pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe

group investigation ini diharapkan akan bermunculan ide-ide lain untuk mengembangkannya seperti melakukan percobaan-percobaan sederhana.

4. Menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memacu aktivitas belajar siswa, baik secara mandiri maupun kelompok, sehingga aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan selama proses pembelajaran berlangsung.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Andri Pitoyo, 2014. The effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students` Writing Skills Viewed from Cognitive Style : Universitas Surakarta.

Arends, 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.

Depdiknas, 2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Dasar

dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Dymyati & mudjiono, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta. Felder, Richard M,1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online),

(Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report.

Hake dan Richard, R. 2002. Relationship of Individual Student Normalized Learning Gain in Mchanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on

Mathematics and Spatial Visualization. Tersedia pada

http://www.physics.indiana.edu/~hake.

Hosnan , M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 2. Bogor: Ghailia Indonesia.

Istiqomah, Hendratto, Bambang, 2010. Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia : Unnes

Joyce Bruce , Marsha weil dan Emily Calhoun, 2009. Models Of Teaching Model – Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar

KBBI,.1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

(29)

Investigation dan Model Pembelajaran Langsung. Journal Online Pendidikan Fisika : UNIMED

Mun Fie TSOI, Ngoh Khang GOH and Lian Sai CHIA, 2004. Using Group Investigation for Chemistry in Teacher Education. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 5, Issue 1, Article 6, p.1. Apr., 2004.

Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.

Nilufer & Kemal. 2012. The Effect of Group Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied in Teaching Force and Motion Subjects on Students` Academic Achievements. Journal Education Sciences Research: Agri Ibrahim Cecen Unversity.

Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Sani, R.A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Sani, R.A. dan Sudiran, 2012. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis.

Saeful Karim, 2008. Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Jakarta: Pusat Perbukuan PT. Setia Purna Inves

Sagala. S, 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Siddiqui, M.H, 2013. Group Investigation Model of Teaching: Enhancing Learning Level. Paripex – Indian Journal Of Research Volume : 3 Issue : 4 May 2013.

Silitonga. P.M, 2011. Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Soekamto, Toeti, 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R.E, 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Suhendri & Sahyar, 2012. Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa. Journal Online Pendidikan Fisika: UNIMED

(30)

Suryabrata. S, 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka.

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta : Kencana. Uno, Hamzah. B, 2012. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:

Bumi Aksara.

Wasis. Sugeng Yuli Irianto, 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang.

Wina Sanjaya, 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Gambar

Gambar

Referensi

Dokumen terkait

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN SENYAWA METIL PIPERAT DARI EKSTRAK METANOL TUMBUHAN CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl. ) ASAL JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia

[r]

Lokasi Tipikal Kerusakan Pile Saat Gempa Besar Terjadi (Antonio

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DISTANNAK-06/POKJA/2015 tanggal 07 Juli 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Pembuatan Pagar BRC

campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi, sedangkan kode yang lain yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut hanyalah

average-based fuzzy time series models , hasil yang di dapat dari penelitian tersebut adalah dilihat dari nilai AFER menunjukkan bahwa metode ini mendekati nilai