PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GI (GROUP
INVESTIGATION) UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR
FISIKA PADA KELAS VIII MTs
NEGERI LANGSA TAHUN
AJARAN 2014/2015
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
IRSAN BRUTU NIM : 8136176016
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRACT
Irsan Brutu. The implementation of GI (Group Investigation) Cooperative Learning Model to Improve Motivation and Achievement of Physics Learning in Class VIII MTs Negeri Langsa Academic Year 2014/2015. Thesis of Medan. Physics Education Study Program Postgraduate School State University of Medan, 2015.
The purpose of this research was to know: (1) Is there any improvement of students’ learning achievement after the implementation of group investigation cooperative learning model to students Class VIII MTs Negeri Langsa Academic Year 2014/2015. (2) Is there any improvement of students’ learning motivation after the implementation of group investigation cooperative learning model to students Class VIII MTs Negeri Langsa Academic Year 2014/2015. (3) is there any improvement of students’ response after the implementation of group investigation cooperative learning model to students Class VIII MTs Negeri Langsa Academic Year 2014/2015. The implemented research method was Class Action Research (CAR) with two learning cycles where each cycle consist of some stages namely planning, implementing, observing, and reflecting. The result of data analysis showed that by implementation of group investigation cooperative learning model, there was the improvement of learning motivation, achievement, and response of students Class VIII MTs Negeri Langsa. In cycle I was obtained the improvement of score average of achievement test of learning outcomes was 33.18, the mastery percentage was 66.66% and the improvement of value the achievement test of learning outcomes was in
high category (the average of N-normalized gain was 100%). In cycle II. There was the
significant improvement where 87.87% obtained the grade above the standard grade (the average of N-normalized gain was 31%). The motivation improvement before treatment was 56.12 (sufficient criteria) improve in cycle I, 70.18 (good criteria) and improve in cycle II to 80.24 (very good criteria). The improvement of response in cycle I at meeting I was 46.87 (sufficient criteria) at meeting II was 59,37 (good criteria) and at meeting III was 68.75 (good criteria), in cycle II at meeting IV was 75.00 (good criteria) at meeting V was 87.50 (very good criteria) and at meeting was VI, 93,75 (very good criteria).
ABSTRAK
Irsan Brutu. Penerapan Model Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Fisika Pada Kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Ajaran 2014/2015. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran model kooperatif tipe group investigation pada
siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015. (2) Apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe
Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran
2014/2015. (3) Apakah ada Peningkatan respon siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa
Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode Penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) melalui dua siklus pembelajaran setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, mengobservasi dan refleksi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa melalui penerapan model kooperatif tipe group investigation ada peningkatan
motivasi, prestasi dan respon belajar siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa. Pada Siklus I diperoleh peningkatan rata-rata skor tes prestasi hasil belajar sebesar 33,18 poin, persentase ketuntasan sebesar 66,66% dan peningkatan nilai tes prestasi hasil belajar berkategori tinggi (rata-rata N-gain ternormalisasi 100%). Pada siklus II terjadi
peningkatan yang signifikan ada 87,87% yang memperoleh nilai diatas KKM (rata-rata
N-gain ternormalisasi 31%). Peningkatan motivasi PraSiklus 56,12 (kriteria cukup)
meningkat pada Siklus I, 70,18 (kriteria baik) dan meningkat lagi pada Siklus II menjadi 80,24 (kriteria sangat baik). Peningkatan respon pada siklus I pertemuan I, 46,87 (kriteria cukup) pertemuan II, 59,37 (kriteria baik) dan pertemuan III, 68,75 (kriteria baik), pada siklus II pertemuan IV, 75,00 (kriteria baik) pertemuan V, 87,50 (kriteria sangat baik) dan pertemuan VI, 93,75 (kriteria sangat baik).
Kata kunci : Group Investigation, Motivasil belajar, Prestasi belajar, Aktivitas belajar
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil`alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “PENERAPAN
MODEL KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA
KELAS VIII MTs NEGERI LANGSA TAHUN AJARAN 2014/2015” dapat
diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S, M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Hrp. M.S selaku pembimbing II ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Sekaligus narasumber, Ibu Dr. Derlina, M.Si, dan Ibu Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si juga selaku narasumber yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.
iv
5. Bapak Drs. Husaini selaku Kepala Sekolah MTs Negeri Langsa beserta seluruh dewan guru dan pegawai yamg telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
6. Ayahanda tercinta Iyeng Berutu, SP dan Ibunda tercinta Rosnawati, S.Pd serta adik-adikku Andi Hermawan Brutu, S.T. Murdani Prawira Brutu, A.Md dan Fani Indah Sari Brutu tersayang yang senantiasa memberikan motivasi dan do`a.
7. Istriku tercinta Aplia Lolita Sari, S.Pd yang telah banyak memberikan dukungan, semangat juga do`a kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
8. Sahabat seperjuangan Kelas B-1 Eksekutif angkatan XXIII( Pak Aleks, Ibu Albina, Pak Israel, Ibu Erna, Ibu Dewi, Erni, Fitri, Meri, Merliana, Nesti, Nove, Ruth, Rica, Ibu SitiAminah, Ibu Srimila, Sudirman, Suster Rumentauli, Yunisa) Program Studi Magister Pendidikan Fisika yang telah memberikan dorongan, semangat, motivasi dan do`a dalam penyelesaian tesis ini.
Do`a dan harapan penulis semoga Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas kebaikan dan bantuan yang telah saudara/i berikan kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.
Medan, Agustus 2015 Penulis,
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABTSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Batasan Masalah... 8
1.4 Rumusan Masalah ... 8
1.5 Tujuan Penelitian ... 9
1.6 Manfaat Penelitian ... 9
1.7 Defenisi Operasional Variabel ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 11
2.1.1 Definisi Pembelajaran ... 11
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif ... 12
2.1.3 Keterampilan Kooperatif ... 17
2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation ... 24
2.1.5 Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation ... 29
vi
2.1.7 Hasil Belajar ... 34
2.1.8 Penelitian yang Relevan ... 40
2.1.9 Kerangka Konseptual ... 48
2.1.10 Hipotesis Tindakan... 49
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 50
3.2 Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian... 52
3.3 Rancangan Penelitian……… 53
3.4 Perangkat Pembelajaran ... 55
3.5 Instrumen Penelitian ... 56
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 59
3.7 Teknik Analisis Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 63
4.1.1 Deskripsi Awal ... 63
4.1.2 Data Siklus I ……… ... 64
4.1.3 Data Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus I ... 69
4.2 Data Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus I... 71
4.3 Data Peningkatan Motivasi Siswa Pada Siklus I ... 74
4.4 Refleksi ... 77
4.5 Data Siklus II ... 79
4.6 Data Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus II ... 84
4.7 Data Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 87
4.8 Data Peningkatan Motivasi Siswa Pada Siklus II ... 89
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 95
5.2 Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 24
Tabel 2.2 Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI ... 27
Tabel 2.3 Jenis dan Sub Jenis Dimensi Pengetahuan ... 36
Tabel 4.1 Distribusi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I ... 65
Tabel 4.2 Aktivitas Siswa Pada Siklus I ... 68
Tabel 4.3 Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus I ... 70
Tabel 4.4 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 72
Tabel 4.5 Deskripsi Data Gain ternormalisasi Siklus I ... 73
Tabel 4.6 Peningkatan Motivasi Siswa Siklus I ... 76
Tabel 4.7 Distribusi Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II ... 80
Tabel 4.8 Aktivitas Siswa Pada Siklus II ... 83
Tabel 4.9 Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus II ... 85
Tabel 4.10 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 87
Tabel 4.11 Deskripsi Data Gain ternormalisasi Siklus II ... 89
Tabel 4.12 Peningkatan Motivasi Siswa Siklus II ... 91
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rata-rata Skor Motivasi Belajar Siswa ... 101
Lampiran 2. Rata-rata Peningkatan Prestasi Belajar Siklus I ... 102
Lampiran 3. Rata-rata Peningkatan Prestasi Belajar Siklus II ... 103
Lampiran 4. Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siklus I ... 104
Lampiran 5. Motivasi dan Prestasi Siklus I dan Siklus II ... 105
Lampiran 6. Perbandingan N-gain Siklus I dan Siklus II ... 106
Lampiran 7. Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I ... 107
Lampiran 8. Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II ... 108
Lampiran 9. Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus I ... 109
Lampiran 10. Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Siklus II ... 110
Lampiran 11. Aktivitas Kelompok Siswa Siklus I ... 111
Lampiran 12. Aktivitas Kelompok Siswa Siklus II ... 112
Lampiran 13. Pengamatan Siswa Siklus I dan Siklus II ... 179
Lampiran 14. Aktivitas kelompok Siklus I & Siklus II ... 180
Lampiran 15. Silabus ... 113
Lampiran 16. RPP I, LKS, Instrumen Penilaian ... 118
Lampiran 17. RPP 2, LKS, Instrumen Penilaian ... 129
Lampiran 18. RPP 3, LKS, Instrumen Penilaian ... 138
Lampiran 19. Kegiatan Pembelajaran ... 146
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku siswa menjadi manusia
dewasa yang mampu hidup dan sebagai anggota masyarakat di lingkungan alam
sekitarnya. Melalui pendidikan siswa dapat mengembangkan kemampuan secara optimal
dan dapat mewujudkan fungsi dirinya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat.
Untuk itu langkah yang paling efisien dalam memperbaiki sifat dan akhlak seorang siswa
adalah melalui peningkatan pendidikan. Pendidikan adalah hal yang penting dan
merupakan kebutuhan pokok serta mutlak diperlukan oleh anak-anak bangsa Indonesia.
Hal ini sesuai dengan tujuan Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Diperkuat dalam batang tubuh
pasal 31 ayat 1 yang berbumyi: “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya.” Dan Pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu
perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya tejadi
sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkatan dan perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan lingkungan
pendidikan yang menyediakan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga
para siswa memperoleh pengalaman pendidikan.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses
belajar-mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil
mengemukakan 22 model mengajar yang dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) Model
pengajaran Memproses informasi, (2) Model pengajaran personal, (3) Model pengajaran
interaksi sosial, dan (4) Model pengajaran perilaku, (Joyce & Weil, Model of Teaching,
2009:31).
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar
hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan
hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai
pada diri siswa yang sedang belajar.
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan,
khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang berhasil dari
upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini mnunjukkan bahwa betapa
eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Demikian pula dalam upaya membelajarkan
siswa guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif.
Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar
berarti kesempatan belajar makin banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusan
saat mengajar. Makin banyak siswa yang terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi
kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas
dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan program pengajaran dan
sekaligus mampu pula melakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar.
Bagi guru sendiri keberhasilan tersebut akan menimbulkan kepuasaan, rasa
percaya diri serta semangat mengajar yang tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan
sebagian sikap guru professional yang dibutuhkan pada era globalisasi dengan berbagai
kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan teknologi yang berpengaruh terhadap
pendidikan.
Fisika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun
melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat
logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam
fisika bersifat sangat kuat dan jelas.
Dalam pembelajaran fisika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran
deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan
pembelajaran fisika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan
konsisten.
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu
ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.
Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa
akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut
diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih
mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf
pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam
Wahyuni 2001: 2).
Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak
yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996: 2).
Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu
pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja
secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa
yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif
ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 1994:14).
Kenyataan dilapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu
menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang
berhubungan dengan konsep yang dimiliki (Trianto, 2010:6). Lebih jauh lagi bahkan
siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskan masalah serta menentukan
solusi-solusi untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru yang dihadapi.
Dari hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan pada guru IPA di MTs
Negeri Langsa pada kegiatan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan 20
November 2014 menunjukkan fakta yang sama. Ibu Nurlisma, S. Pd selaku guru IPA
mengungkapakan bahwa kondisi siswa saat ini sangat mudah menyerah dengan
permasalahan-permasalahan yang diberikan apabila berbeda sedikit saja dengan contoh
jauh berbeda dengan siswa beberapa tahun yang sebelmnya yang menunjukkan antusisme
yang tingg ketika diberikan masalah. Dan dari hasil studi pendahuluan berupa observasi
di MTs Negeri Langsa di temukan bahwa proses belajar mengajar IPA yang masih
menggunakan sistem konvensional dengan pembelajaran langsung dimana guru
mendominasi pembelajaran meskipun divariasi Tanya jawab dengan siswa. Guru lebih
banyak menyampaikan materi secara langsung kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran sains masih dilakukan secara transfer of knowledge sehingga pembelajaran
cenderung verbal dan berorientasi pada kemampuan kognitif siswa tanpa
mempertimbangkan proses untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Fenomena mengajar
yang kurang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar
menyebabkan kemampuan psikomotor dan afektif siswa kurang. Siswa jarang berdiskusi
dan bekerja sama dengan siswa lain yang mengakibatkan siswa menjadi pasif.
Kebanyakan siswa hanya berorientasi pada kemampuan kognitif saja serta mengangap
bahwa belajar IPA merupakan mata pelajaran yang menghafal.
Meskipun demikian, sebenarnya pembelajaran dengan menggunakan sistem
konvensional sudah baik, akan tetapi masih banyak kekurangan disana-sini yang
mengakibatkan proses pembelajaran disekolah tidak efektif, kaena proses
pembelajarannya terlalu terkosentrasi pada guru yang memberikan penjelasan materi
hampir 100% dan mengakibatkan peserta didik menjadi pasif.
Proses pembelajaran disekolah adalah proses interaksi guru dan siswa untuk
mempelajari suatu materi yang tersusun dalam kurikulum. Agar proses pembelajaran
belajar dengan baik seorang guru harus mampu merencanakan, menyusun dan mendesain
suatu proses belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan
Tsanawiyah Negeri Langsa, peneliti menemukan bahwa nilai rata-rata kelulusan UN pada
pelajaran IPA tahun 2014 adalah 5,25. Hal inilah yang semakin memperkuat bahwa nilai
IPA di MTs Negeri Langsa masih rendah dibandingkan dengan nilai KKM pada sekolah
tersebut yang sebesar 6,80.
Dari hasil wawancara dengan siswa pada MTs Negeri Langsa banyak siswa yang
menyatakan bahwa pelajaran IPA khususnya materi tentang Fisika merupakan pelajaran
siswa yang sulit untuk dipahami dan membosankan. Mereka juga cenderung
mengannggap pelajaran Fisika selalu identik dengan rumus yang banyak dan susah
diingat. Guru lebih sering menggunakan pola mengajar dengan menyajikan materi dan
penyelesaian soal-soal dengan rumus. Siswa hanya dapat menghitung tetapi tidak
mengerti konsep Fisika sebenarnya. Dan akhirnya nilai KKM (ketuntsan Minimalnya)
tidak tercapai hanya 60 % dari jumlah siswa seluruhnya.
Rendahnya hasil belajar siswa ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang
dilakukan selama ini belum efektif. Menyikapi masalah diatas, perlu adanya usaha-usaha
guru dalam pembelajaran Fisika merupakan bagian yang sangat penting dalam
meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep Fisika yang disampaikan guru,
sehingga tujuan pembelajaran yang telah direncanakan bisa tercapai. dengan demikian
hasil belajar siswa juga meningkat.
Oleh karena itu guru sebagai pendidik diharapkan dapat menguasai suatu model
pembelajaran yang mampu membantu meningkatkan kemampuan siswa memahami dan
mengingat data, fakta atau konsep yang berkaitan dengan fisika. Dengan melihat kondisi
diatas sudah saatnya untuk dianggap serius oeh pendidik. Jka kondisi seperti ini terus
dibiarkan, maka kualitas lulusan akan semakin rendah. Oleh karena itu pembelajaran
dengan model pembelajaran empiris yang menekankan pada student-centered yang telah
di teliti, diterapkan dan dibuktian oleh ahli pendidikandapat meningkatkan hasil belajar
dan kemampuan berpikir siswa. Dengan demikian dibutuhkan suatu model pembelajaran
yang terorganisir dalam melakukan suatu penelitian. Disinilah peran seorang guru sangat
penting, yaitu dalam memotivasi dan memfasilitasi siswa dengan menggunakan model
pembelajaran yang paling tepat. Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan
dalam pembelajaran IPA fisika yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group
Ivestigation.
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Group Investigation (Group
Invesigation) untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar fisika pada Kelas VIII
MTs Negeri Langsa Tahun Ajaran 2014/2015”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan nilai ujian semester yang
kurang dari KKM.
2. Rendahnya tingkat motivasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang
dilaksanakan.
3. Guru belum pernah meminta respon siswa tentang proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Ini sangat penting untuk dapat memperbaiki kegiatan belajar mengajar
1.3. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan masalah yang akan diatasi , maka diperlukan
pembatasan masalah yang meliputi :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa berdasarkan nilai ujian semester yang lebih dari
nilai standar KKM.
2. Meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang
dilaksanakan.
3. Guru harus meminta respon atau tanggapan siswa tentang proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Hal Ini sangat penting sebagai refleksi awal untuk perbaikan kegiatan
belajar mengajar supaya siswa lebih termotivasi, berprestasi dan senang.
1.4.Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran Model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII
MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran2014/2015 ?
2. Apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri
Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
3. Apakah ada Peningkatan respon siswa setelah diterapkan pembelajaran model
kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk menganalisis apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkannya pembelajaran Model kooperatif tipe Group Investigation pada
siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Untuk menganalisis apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa
kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015 .
3. Untuk menganalisis apakah ada Peningkatan respon siswa setelah diterapkan
pembelajaran model kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas VIII
MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015.
1.6. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat bagi :
1. Sekolah : sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran fisika. Dan menambah khazanah metode dan model
pembelajaran yang inovatif bagi guru-guru.
2. Guru : model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat menjadi salah
satu model yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, dan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan metode dan model pembelajaran yang dapat
memberikan manfaat bagi siswa.
3. Siswa : dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling
1.7. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Kooperatif :
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk
bekerja dalam kelompok-kelompok / tim kecil,yaitu antara empat sampai enam orang
yang heterogen untuk menentapkan tujuan dan keberhasilan bersama. (Wina Sanjaya,
2009: 241).
2. Motivasi belajar adalah :
Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan
kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan
mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
3. Prestasi belajar adalah :
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah
siswa mengikuti pelajaran fisika pada materi tekanan.
4. Meningkatkan adalah :
Meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti lapisan dari sesuatu yang
tersusun. Meningkatkan adalah uasaha menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya),
mempertinggi, memperhebat produksi, mengangkat diri dan memegahkan diri.
Sedangkan maksud peningkatan dalam penelitian ini adalah usaha memperbaiki
prestasi dan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe group
95 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
96
hal ini menunjukkan bahwa proses kinerja guru dan siswa pada Siklus II tercapai secara optimal.
2. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe group investigation pada siswa kelas VIII MTs Negeri Langsa Tahun Pelajaran 2014/2015. Peningkatan motivasi yang terjadi pada setiap siswa. Sebagai mana yang tertera pada nilai rata-rata dari PraSiklus 56,12 (kriteria cukup) naik atau meningkat pada Siklus pertama 70,18 (kriteria baik). Sebagai mana yang tertera diatas nilai rata-rata dari Siklus pertama 70,18 (kriteria baik) naik atau meningkat pada Siklus II 80,24 (kriteria sangat baik). Dengan demikian Peningkatan Motivasi Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II, dengan menggunakaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sudah pada tarap kriteria sangat baik.
97
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Pembelajaran fisika yang selama ini hanya menggunakan cara-cara konvensional, sudah waktunya untuk menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif dan kreatif salah satunya model kooperatif tipe group investigation
yang lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran secara langsung.
2. Diharapkan para guru khususnya guru fisika, untuk lebih kreatif lagi dalam membuat media-media pembelajaran yang mudah dan murah serta memberikan manfaat yang besar dalam pembelajarannya.
3. Dengan melihat hasil pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
group investigation ini diharapkan akan bermunculan ide-ide lain untuk mengembangkannya seperti melakukan percobaan-percobaan sederhana.
4. Menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memacu aktivitas belajar siswa, baik secara mandiri maupun kelompok, sehingga aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan selama proses pembelajaran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Andri Pitoyo, 2014. The effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students` Writing Skills Viewed from Cognitive Style : Universitas Surakarta.
Arends, 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Depdiknas, 2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Dymyati & mudjiono, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta. Felder, Richard M,1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online),
(Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report.
Hake dan Richard, R. 2002. Relationship of Individual Student Normalized Learning Gain in Mchanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on
Mathematics and Spatial Visualization. Tersedia pada
http://www.physics.indiana.edu/~hake.
Hosnan , M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 2. Bogor: Ghailia Indonesia.
Istiqomah, Hendratto, Bambang, 2010. Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia : Unnes
Joyce Bruce , Marsha weil dan Emily Calhoun, 2009. Models Of Teaching Model – Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar
KBBI,.1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Investigation dan Model Pembelajaran Langsung. Journal Online Pendidikan Fisika : UNIMED
Mun Fie TSOI, Ngoh Khang GOH and Lian Sai CHIA, 2004. Using Group Investigation for Chemistry in Teacher Education. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Volume 5, Issue 1, Article 6, p.1. Apr., 2004.
Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
Nilufer & Kemal. 2012. The Effect of Group Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied in Teaching Force and Motion Subjects on Students` Academic Achievements. Journal Education Sciences Research: Agri Ibrahim Cecen Unversity.
Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Sani, R.A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Sani, R.A. dan Sudiran, 2012. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Ciptapustaka Media Perintis.
Saeful Karim, 2008. Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Jakarta: Pusat Perbukuan PT. Setia Purna Inves
Sagala. S, 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Siddiqui, M.H, 2013. Group Investigation Model of Teaching: Enhancing Learning Level. Paripex – Indian Journal Of Research Volume : 3 Issue : 4 May 2013.
Silitonga. P.M, 2011. Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Soekamto, Toeti, 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R.E, 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Suhendri & Sahyar, 2012. Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa. Journal Online Pendidikan Fisika: UNIMED
Suryabrata. S, 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka.
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta : Kencana. Uno, Hamzah. B, 2012. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Wasis. Sugeng Yuli Irianto, 2008. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang.
Wina Sanjaya, 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.