• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI 1 SECANGGANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI 1 SECANGGANG."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP

ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI 1 SECANGGANG

T E S I S

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

ARKO ALFATHAR TUMANGGOR NIM. 8126175003

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP

ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI 1 SECANGGANG

T E S I S

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

ARKO ALFATHAR TUMANGGOR NIM. 8126175003

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

iv ABSTRAK

Arko Alfathar Tumanggor (NIM : 8126175003) Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis Kolaboratif dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Negeri 1 Secanggang

Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui apakah ada Perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model pembelajaran Direct Instruction; Perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah rendah dan kelompok sikap ilmiah tinggi; Interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes hasil belajar fisika dalam bentuk uraian sebanyak 10 soal dan insrumen angket sikap ilmiah sebanyak 22 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model pembelajaran Direct Instruction, artinya bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih baik dari model pembelajaran Direct Instruction. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah rendah dan kelompok sikap ilmiah tinggi, ini artinya bahwa hasil belajar siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi lebih baik dari hasil belajar siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, artinya bahwa model kooperatif tipe Group

Investigation baik diterapkan pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah

tinggi.

(7)

iv ABSTRACT

Arko Alfathar Tumanggor (NIM: 8126175003). The Effects of Cooperative Learning Model-Based Collaborative Group Investigation and Scientific Attitude Towards Physics Student Learning Outcomes SMA Negeri 1 Secanggang

The purposes of the research are: to determine the differences betwen learning outcomes physics students with cooperative learning model based Collaborative Group Investigation and learning model of Direct Instruction; The difference in results between the groups studied physics scientific attitude is low and the high; Interaction between learning model with the level of scientific attitude of students in influencing student learning outcomes. The sampling technique in this study conducted in cluster random sampling of two classes, where first class as a class experiment applied cooperative learning model Group Investigation and second class as a class of control applied learning model of Direct Instruction. The instruments used in this research achievement test physics in the form of descriptions of 10 questions and insrumen scientific attitude questionnaire with 22 questions that have been declared valid and reliable. From the results of this study concluded that there are differences in learning outcomes physics students with cooperative learning model Group Investigation based collaborative learning and model Direct instruction learning, this means that learning outcomes of students who learned with group investigation model of learning is better than learning model of direct instruction. There are differences between groups of low scientific attitude and high scientific attitude, this means that the learning outcomes of students who have high scientific attitude is better than learning outcomes of students who have low scientific attitude. There is interaction between learning model with the level of scientific attitude of students in influencing student learning outcomes, this means that the model of good cooperative group investigation applied to students who have a high scientific attitude.

(8)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Berbasis Kolaboratif dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa SMA Negeri 1 Secanggang.” dapat diselesaikan dengan

baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi

persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana UNIMED;

2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED dan Bapak Prof. Dr. Nurdin

Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika

Pascasarjana UNIMED karena ditengah-tengah kesibukannya telah

memberikan saran, masukan, serta arahan yang kritis, baik selama

kegiatan perkuliahan, maupun dalam rangka perbaikan dan

(9)

vi

3. Terkhusus pada Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M, dan Ibu

Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku dosen pembimbing tesis yang telah

mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal

hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;

4. Bapak Prof. Motlan, M.Sc, Ph.D, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan

Ibu Dr. Derlina, M.Si sebagai narasumber I, II dan III dalam penyusunan

tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun

demi penyempurnaan tesis ini;

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan

berlangsung;

6. Bapak Esnur Ridwan, S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1

Secanggang, Ibu Fitri Sari, S.Pd dan Ibu Syafriani,S.Pd selaku guru fisika

SMA Negeri 1 Secanggang, beserta seluruh dewan guru yang telah

memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian;

7. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Bantu Tumanggor, S.Pd dan

Ibunda Sayem, S.Pd, yang telah secara terus menerus memberikan

motivasi, doa dan kasih sayang yang tak pernah henti, serta Abangnda

Handika Simorata Tumanggor, S.Pdi, M.Pd yang penulis banggakan dan

Fatimah Reda yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;

8. Teman-teman seperjuangan angkatan III Prodi Magister Pendidikan Fisika

(10)

vii

Belimbing II no 102A, Mhd. Idhiham Saleh Rambe, S.Pd, Irham

Ramadhani, S.Pd, Syafri Ramadhan, A.Md, M. Fakhrizal, S.Pd, Hasidona,

M.Ikhsan dan Irvan Dermawan yang juga telah memberikan semangat,

motivasi, ruang, serta waktu kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh

karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian

selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2015

Penulis

(11)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ... ii

ABSTRAK ... iii

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 12

2.1.1 Hakikat Model Pembelajaran ... 12

2.1.2 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17

2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 19

2.1.3 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ... 20

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation... 20

2.1.3.2 Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation... 26

2.1.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ... 27

2.1.4 Hakikat Pembelajaran Kolaboratif ... 28

2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Kolaboratif... 28

2.1.4.2 Karakteristik Pembelajaran Kolaboratif ... 34

2.1.4.3 Kooperatif ataukah Kolaboratif ? ... 35

2.1.4.4 Perbedaan Kooperatif dan Kolaboratif ... 37

(12)

ix

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Berbasis Kolaboratif ... 43

2.1.6 Hakikat Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 44

2.1.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 44

2.1.6.2 Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 48

2.1.7 Hakikat Sikap Ilmiah ... 52

2.1.8 Hakikat Hasil Belajar ... 60

2.1.8.1 Domain kognitif ... 62

2.1.8.2 Domain Psikomotor... 66

2.1.8.3 Domain Afektif ... 68

2.1.9 Teori Belajar Yang Melandasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ... 70

2.1.10 Penelitian yang Relevan ... 73

2.1.11 Kerangka Konseptual ... 77

2.1.12 Hipotesis Penelitian... 81

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Penelitian ... 83

3.2 Lokasi Penelitian ... 83

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 83

3.4 Variabel Penelitian ... 83

3.8.4 Analisis Tingkat Kesukaran ... 93

3.9 Teknik Analisis Data ... 96

3.9.1 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 96

3.9.2 Analisis Secara Inferensial ... 96

3.9.3 Uji Normalitas ... 97

3.9.4 Uji Homogentitas ... 99

3.9.5 Uji Hipotesis ... 100

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 104

4.1.1 Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Perlakuan ... 104

4.1.1.1 Pretes Hasil Belajar Fisik Siswa ... 104

(13)

x

4.1.3 Data Postes ... 110 4.1.3.1 Keterampilan Kolaboratif ... 110 4.1.3.2 Postes Hasil Belajar ... 112 4.1.3.3 Analisis Hasil belajar Berdasarkan Tingkat Kognitif . 116

4.1.3.3.1 Analisis Tingkat Kognitif HB Fisika dengan Model Pembelajaran DI dan KGI... 116 4.1.3.3.2 Analisis Tigkat Kognitif HB Fisika dengan Sikap Ilmiah ... 117 4.1.3.3.3 Analisis Tingkat Kognitif HB Fisika dengan Model Pembelajaran dan Sikap Ilmiah ... 118 4.1.4 Uji Hipotesis ... 119 4.2 Pembahasan Penelitian ... 125

4.2.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation Berbasis Kolaboratif dan Model Pembelajaran Direct Instruction ... 125

4.2.2 Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah ... 131 4.2.3 Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Sikap Ilmiah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 136 5.2 Saran ... 137

(14)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Hasil yang Diperoleh Pelajar dari Cooperative Learning ... 15

Gambar 2.2. Pembelajaran Kolaboratif ... 34

Gambar 2.3. Dampak Instructional dan Pengiring dari Model Direct Instruction ... 46

Gambar 3.1. Hubungan Antara Ketiga Variabel Penelitian ... 84

Gambar 3.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 88

Gambar 4.1. Grafik Pretes HB Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 105

Gambar 4.2. Histogram Distribusi Normal Kelas Kontrol ... 106

Gambar 4.3. Histogram Distribusi Normal Kelas Eksperimen ... 107

Gambar 4.4. Persentase Pembelajaran Kolaboratif ... 111

Gambar 4.5. Grafik Postes HB Kelas DI dan KGI ... 113

Gambar 4.6. Grafik HB Berdasarkan Tingkat Kognitif Model DI dan KGI ... 116

Gambar 4.7. Grafik HB Berdasarkan Tingkat Kognitif Pada Sikap Ilmiah... 117

Gambar 4.8. Grafik HB Berdasarkan Tingkat Kognitif Pada MP dan Sikap Ilmiah... 119

(15)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 17

Tabel 2.2. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ... 26

Tabel 2.3. Perbedaan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif ... 38

Tabel 2.4. Lembar Kegiatan Pembelajaran Saat Observasi Kelas ... 42

Tabel 2.5. Pengembangan Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation berbasis Kolaboratif ... 44

Tabel 2.6. Fase-Fase Model Pembelajaran Direct Instruction ... 47

Tabel 2.7. Komponen dan Indikator Sikap Ilmiah ... 59

Tabel 2.8. Jenis dan Sub Jenis Dimensi Pengetahuan ... 62

Tabel 2.9. Dimensi Proses Kognitif ... 64

Tabel 2.10. Penempatan Tujuan Pembelajaran Dalam Taksonomi Pendidikan... 65

Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian ... 85

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA ... 85

Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 89

Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Essay ... 90

Tabel 3.5. Hasil Validitas Tes Hasil Belajar ... 92

Tabel 3.6. Hasil Uji Reabilitas Tes Hasil Belajar ... 93

Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar... 96

Tabel 3.8. Kategori Nilai Gain ... 97

Tabel 3.9. Rancangan Tabel ANAVA Untuk Mengetahui Interaksi Antara Hasil Belajar Kooperatif Tipe GI dan Sikap Ilmiah ... 100

(16)

ix

Tabel 4.2. Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 105

Tabel 4.3. Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 106

Tabel 4.4. Uji Normalitas Pretes ... 106

Tabel 4.5. Uji Homogenitas Varians Pretes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 108

Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 108

Tabel 4.7. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 108

Tabel 4.8. Data Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 109

Tabel 4.9. Pembagian Kelas Sikap Ilmiah ... 110

Tabel 4.10. Pembagian Kelompok Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ... 110

Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Keterampilan Kolaboratif Siswa ... 111

Tabel 4.12. Data Postes Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 112

Tabel 4.13. Data Postes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 113

Tabel 4.14. Deskripsi Statistik HB Berdasarkan Sikap Ilmiah Tinggi Dan Rendah ... 114

Tabel 4.15 Deskripsi Statistik Hasil Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran dan Sikap Ilmiah... 115

Tabel 4.16 Deskripsi Statistik Hasil Belajar Pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi Berdasarkan Model Pembelajaran ... 115

Tabel 4.17. HB Berdasarkan Tingkat Kognitif Model DI dan KGI... 116

Tabel 4.18. HB Berdasarkan Tingkat Kognitif Pada Sikap Ilmiah ... 117

(17)

x

Tabel 4.20. Jumlah Siswa Sikap Ilmiah Terhadap Model Pembelajaran ... 119

Tabel 4.21. Uji Homogenitas Dari Varians ... 119

Tabel 4.22. Output Perhitungan ANAVA Dua Jalur ... 120

(18)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I ... 143

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) Batas Elastisitas Benda ... 164

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II ... 171

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Hukum Hooke ... 189

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III ... 193

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Susunan Pegas ... 213

Lampiran 7. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 220

Lampiran 8. Intrumen Tes Hasil Belajar ... 233

Lampiran 9. Indikator Angket Sikap Ilmiah ... 235

Lampiran 10. Angket Sikap Ilmiah ... 238

Lampiran 11. Lembar Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Kolaboratif ... 240

Lampiran 12. Validitas Ramalan Instrumen Tes Hasil Belajar ... 241

Lampiran 13. Uji Reabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar ... 242

Lampiran 14. Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Hasil Belajar ... 243

Lampiran 15. Data Hasil Angket Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 244

Lampiran 16. Data Hasil Observasi Kolaboratif ... 247

Lampiran 17. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 248

Lampiran 18. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 249

Lampiran 19. Hasil Belajar Berdasarkan Sikap Ilmiah Tinggi & Rendah ... 250

(19)

ix

Pembelajaran dan Sikap Ilmiah ... 251

Lampiran 21. Deskrpsi Statsistik Hasil Belajar Pada Sikap Ilmiah Rendah Dam Tinggi Berdasarkan Model Pembelajaran ... 252

Lampiran 22. Output SPSS Data Statistika Pretes dan Postes ... 253

Lampiran 23. Output Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 257

Lampiran 24. Output Uji Homogenitas Data ... 259

Lampiran 25 Output Sikap Ilmiah... 261

Lampiran 26. Output Uji Kesamaan Varian (Uji T) ... 263

Lampiran 27. Output Uji Anava Dua Jalur ... 264

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau

perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan

dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan

masa depan.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (Depdiknas: 2003: 4).

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah

menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada

berbagai jenis dan jenjang. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah

dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perubahan kurikulum dan

(21)

2

tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006, dan

Kurikulum Tahun 2013.

Namun kenyataannya usaha-usaha perbaikan pendidikan tersebut

belumlah maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai riset dan survei

internasional yang diikuti oleh Indonesia. Hasil TIMSS yang dilaksakan oleh IEA

tahun 2007 dan 2011 indonesia memperoleh nilai berturut-turut 427 dan 397

dengan nilai rata-rata internasional yaitu 500 (Martin dkk, 2011). Sedangkan skor

hasil literasi sains PISA yang diadakan oleh OECD pada tahun 2009 dan 2012

berturut-turut adalah 383 dan 382 dengan nilai rata-rata internasional 500 dan 501.

Kenyataan di lapangan pembelajaran fisika hanya mendorong siswa untuk

menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika

menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep

tersebut (Trianto, 2009: 6). Lebih jauh lagi, siswa kurang mampu memahami dan

mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah serta menentukan solusi-solusi

untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru yang dihadapi.

Hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan pada guru fisika di SMA

Negeri I Secanggang pada kegiatan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada

tanggal 4 Februari 2014 menunjukkan fakta yang sama. Ibu Fitri Sari, S.Pd selaku

guru fisika mengatakan bahwa siswa saat ini mudah menyerah dengan

permasalahan-permasalahan yang diberikan apabila berbeda dengan contoh soal

yang ada di buku ataupun contoh soal yang telah diberikan oleh guru. Hal ini

sangat jauh berbeda dengan siswa beberapa tahun yang sebelumnya yang

(22)

3

Selain itu dari hasil studi pendahuluan berupa observasi di SMA Negeri 1

Secanggang di temukan bahwa proses belajar mengajar fisika masih

menggunakan sistem konvensional dengan pembelajaran langsung dimana guru

mendominasi pembelajaran meskipun divariasi tanya jawab dengan siswa. Guru

lebih banyak menyampaikan materi secara langsung kepada siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran sains masih dilakukan secara transfer of

Knowledge sehingga pembelajaran cenderung verbal dan berorientasi pada

kemampuan kognitif siswa tanpa mempertimbangkan proses untuk memperoleh

pengetahuan tersebut. Fenomena mengajar yang kurang melibatkan siswa secara

langsung dalam kegiatan belajar mengajar menyebabkan kemampuan psikomotor

dan afektif siswa kurang. Siswa jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa

lain yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Kebanyakan siswa hanya

berorientasi pada kemampuan kognitif saja serta menganggap bahwa fisika

merupakan mata pelajaran yang menghafal.

Selanjutnya dari hasil penyebaran angket ditemukan beberapa

permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran fisika. Sekitar 87% siswa

menjawab bahwa di dalam mengikuti pelajaran fisika di kelas terasa sulit dan

kurang menarik. Selain itu praktikum juga jarang dilakukan, hal ini dibuktikan

dengan jawaban siswa yang menginginkan cara belajar fisika dengan praktikum di

laboratorium dan dengan media pembelajaran sebesar 43 %. Terlalu banyak

rumus sehingga menyulitkan siswa untuk mengingat rumus-rumus tersebut.

Metode pengajaran yang monoton juga menjadi alasan mengapa pelajaran fisika

(23)

4

memberikan angket pada materi fisika, peneliti juga menemukan data bahwa nilai

rata-rata UN pelajaran fisika tahun 2013 adalah 6,83. Hal inilah yang semakin

memperkuat bahwa nilai fisika di SMA Negeri 1 Secanggang masih rendah

dibandingkan dengan KKM sebesar 75.

Ketidaktertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika ini

mengakibatkan siswa memiliki sikap ilmiah yang rendah. Rendahnya sikap ilmiah

ini diindikasi dengan jarangnya siswa mengajukan pertanyaan kepada guru dan

seringnya siswa melakukan tindakan kecurangan disaat ujian berlangsung, apalagi

ketika ujian nasional diadakan terdapat kebocoran soal. Hal ini merupakan

dampak terbesar dari rendahnya sikap ilmiah yang dimiliki siswa. Salah satu

penyebab lain rendahnya sikap ilmiah siswa ini dapat bersumber dari penggunaan

model konvensional, dimana pembelajaran sebagian besar masih berpusat pada

guru. Siswa dengan sikap ilmiah yang rendah cenderung akan lebih pasif dalam

proses pembelajaran. Pada model konvensional peluang siswa untuk

memunculkan sikap ilmiahnya sangatlah rendah. Hal ini dikarenakan pada model

pembelajaran konvensional kegiatan pembelajaran fisika yang berlangsung hanya

bersifat transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Hal inilah menyebabkan

siswa kurang memiliki peran aktif dalam proses dan pengkonstruksian

pengetahuan dalam dirinya. Siswa cenderung hanya menghafalkan fakta-fakta dan

konsep-konsep tanpa mengetahui bagaimana fakta dan konsep itu terbentuk. Dan

pada akhirnya membuat hasil belajar siswa hanya terbatas pada kemampuan

(24)

5

berpikir tingkat tinggi siswa akan rendah karena tidak diaktifkanselama kegiatan

pembelajaran di kelas.

Seperti yang kita ketahui, sikap ilmiah diartikan sebagai penilaian umum

seseorang atas suatu objek yang memiliki tipikal sains atau yang berhubungan

dengan sains, disamping itu sikap merupakan fasilitator dan produk dari proses

belajar kognitif (Mulyasa, 2007). Sikap Ilmiah dalam proses pembelajaran antara

lain sikap ingin tahu, kesabaran, berpikiran terbuka, berpikiran kritis, objektifitas,

jujur dan rendah hati, serta peka terhadap lingkungan sekitar. Sikap ilmiah

memiliki peran tersendiri dalam memotivasi diri siswa dalam melaksanakan

pembelajaran sains, karena dengan memiliki sikap ilmiah, siswa akan terdorong

untuk menggali lebih jauh untuk menjawab dari rasa ingin tahu yang dimiliki

siswa.

Dengan melihat kondisi di atas sudah saatnya untuk dianggap serius oleh

pendidik. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan, maka kualitas lulusan akan

semakin rendah. Oleh karena itu pembelajaran konvensional yang menekankan

pada teacher-centered perlu dikurangi dan digantikan dengan model pembelajaran

empiris yang menekankan pada student-centered yang telah diteliti, diterapkan

dan dibuktikan oleh ahli pendidikan dapat meningkatkan hasil belajar dan

kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pembelajaran

yang terorganisir dalam melakukan suatu penelitian. Disinilah peran seorang guru

sangat penting, yaitu dalam memotivasi dan memfasilitasi siswa dengan

(25)

6

pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran fisika yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

Investigasi Kelompok (Group Investigation) yang disingkat (GI)

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Siswa

dilibatkan dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya

penyelidikan mereka. Model ini mengajarkan kepada siswa dalam komunikasi

kelompok dan proses kelompok yang baik.Model GI dikembangkan untuk

membangun semua aspek kemampuan siswa baik di bidang kognitif, psikomotor,

dan afektif. Model GI ideal diterapkan dalam pembelajaran sains. Topik-topik

materi yang ada mengarah pada metode ilmiah yang dimulai dari identifikasi

masalah, merumuskan masalah, studi pustaka, menyusun hipotesis, melaksanakan

penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian sehingga mampu mengembangkan

pengalaman belajar siswa (Trianto, 2008: 78).

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terdapat

beberapa kelebihan dan kekurangannya secara umum. Adapun salah satu

kekurangan yang biasa terjadi didalam mengimplementasikan model

pembelajaran ini adalah siswa yang malas akan memiliki kesempatan untuk tetap

pasif dalam kelompoknya dan memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya

sehingga usaha kelompok tersebut akan gagal. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut diperlukan suatu metode yang dapat membangun motivasi siswa agar

tidak pasif dalam bekerja kelompok yaitu metode pembelajaran kolaboratif.

pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu

(26)

7

bersama melalui interaksi sosial di bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun

di luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan saling

menghargai kontribusi semua anggota kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigatio telah diteliti oleh

beberapa peneliti sebelumnya, antara lain: (1) Suhendri (2012) tentang efek model

pembelajara kooperatif tipe group investigation terhadap hasil belajar siswa. Dari

hasil penelitiannya dikemukakan bahwa ada perbedaan akibat efek penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap hasil belajar

siswa. (2)Melda (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan

pemecahan masalah Fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran

kooperatif Group Investigation lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

menggunakan Direct Instruction. (3) Istikomah dkk (2009) dalam penelitiannya

menjelaskan bahwa persentase sikap ilmiah kelas jigsaw lebih tinggi (17,5%)

dibandingkan dengan kelompok investigasi (4,87%), namun pada kategori sangat

tinggi persentse sikap ilmiah model pembelajaran Group Investigation lebih tinggi

dari jigsaw.

Dari beberapa paparan masalah-masalah di atas tentang rendahnya hasil

belajar fisika siswa serta kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efek Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis kolaboratif dan Sikap Ilmiah

(27)

8

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan maka masalah

penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut :

- Pembelajaran fisika cenderung menggunakan pendekatan Teacher

centered Learning (TCL) dimana siswa masih cenderung pasif menerima

informasi dari guru.

- Model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada mata pelajaran fisika

kurang bervariasi.

- Siswa menganggap bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit dan

banyak rumus.

- Rendahnya hasil belajar fisika yang terlihat dari nilai UN.

- Penggunaan fasilitas sarana dan prasarana di sekolah untuk kegiatan

pembelajaran yang belum optimal.

- Sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa masih tergolong rendah.

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti, dan supaya penelitian ini lebih terarah

dan fokus maka penelitian ini batasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif.

2. Sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah

menurut Harlen & Qualter (2004) yaitu sikap: keingintahuan, respek

terhadap data dan fakta, refleksi kritis, kesediaan untuk mempertimbangkan

(28)

9

3. Hasil belajar yang diamati adalah pada domain kognitif berdasarkan

taksonomi bloom revisi menurut Anderson.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,

maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan

sikap ilmiah terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep Elastisitas ?”.

Rumusan masalah dapat diuraikan lagi dalam beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan

model pembelajaran Direct Instruction ?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah

rendah dan kelompok sikap ilmiah tinggi dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan

model pembelajaran Direct Instruction ?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap

ilmiah siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa?

1.5 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian

(29)

10

1. Perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif

tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model pembelajaran

Direct Instruction.

2. Perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah rendah dan

kelompok sikap ilmiah tinggi dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model

pembelajaran Direct Instruction

3. Interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah siswa

dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, guru,

mahasiswa dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Adapun manfaat

yang diharapkan adalah :

1. Secara teoritis dapat memperkaya data ilmiah dan dapat dijadikan rujukan

bagi peneliti selanjutnya yang berminat mendalami permasalahan yang

sama.

2. Secara praktis hasil dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi guru untuk

memilih model pembelajaran yang sesuai pada materi Elastisitas untuk

meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

3. Memberikan informasi tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif

tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model pembelajaran

Direct Instruction dalam pelajaran fisika khususnya materi Elastisitas

(30)

11

1.7 Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan

penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan

definisi operasional:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis

kolaboratif adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling

kompleks dimana siswa dilibatkan dalam perencanaan baik topik yang

dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka, dimana pada

tahapannya dilengkapi dengan pembelajaran kolaboratif yang didalamnya

dituntut agar hasil belajar setiap siswa dalam kelompok nampak sehingga

proses pembelajaran lebih terorganisir dan penuh makna.

2. Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi siswa

dalam merespon, menanggapi, dan berperilaku berdasarkan ilmu

pengetahuan dan etika ilmiah yang telah diakui kebenarannya. Komponen

sikap ilmiah terdiri dari keingintahuan, respek terhadap data dan fakta,

refleksi kritis, kesediaan untuk mempertimbangkan bukti dan mengubah

ide-ide, dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar .

3. Hasil belajar fisika siswa adalah skor tes yang diperoleh siswa sebelum

dan sesudah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

(31)

136 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model

pembelajaran Direct Instruction. Dalam penelitian ini di dapat bahwa hasil

belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation lebih baik dari siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran Direct Instruction.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah rendah

dan kelompok sikap ilmiah tinggi dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model

pembelajaran Direct Instruction. Dalam penelitian ini di dapat bahwa hasil

belajar siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi lebih baik dari hasil belajar

siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation berbasis kolaboratif dan model pembelajaran Direct Instruction

dengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.

Model Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif

(32)

137

kelompok sikap ilmiah rendah. Sedangkan pada model pembelajaran Direct

Instruction sikap ilmiah tidak mempengaruhi hasil belajar.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki

beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Group

Investigation sebagai berikut:

1. Dalam penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

guru harus memperhatikan Sikap Ilmiah siswa, karena model ini tepat untuk

siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi.

2. Untuk siswa yang memiliki Sikap Ilmiah rendah disarankan untuk tidak

diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

karena siswa akan kesulitan dalam melakukan proses investigasi (percobaan

fisika) selama pembelajaran.

3. Pendekatan Kolaboratif menjadi faktor penting dalam melaksanakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.

4. Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini

dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

dengan bantuan metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses

(33)

138

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). Taxonomy for learning, teaching and assessing: A revision of Bloom's taxonomy of educational objectives. New York, NY: Longman.

Anderson, L. W dan Krathwohl, D.R (Terjemahan: Prihantoro. A) (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends. (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Astuti, R,. Sunarno, W. & Sudarisman, S. (2012). Pembelajaran IPA dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal pasca UNS. 1(1): 51-59.

Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Dan Teori Pengukurannya, (ed:2 Cetakan ke XVIII) Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Barkley, Elizabert E., Cross, K. Patricia & Major, Clair Howell. (2012). Collaborative Learning Techniques: Teknik-teknik Pembelajaran Kolaboratif. Penerjemah: Narulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Berkowitz, L. (Ed.) , (1989). Advances in Experimental Social Psychology, Vol. 22. San Diego, CA. Academic Press.

Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of educational objectives: Handbook 1: Cognitive Domain. New York: David McKay Co. Inc.

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Erlangga.

Dani, D.N (1989). Scientific Attitude And Cognitive Style. New Delhi. Northern Book Centre.

(34)

139

Dimyati, & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajarn. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Dyer. (2011). The Innovator’s DNA. Mastering The Five Skills of Disruptive Innovators. Boston. Harvard Business Review Press.

Harlen, W. (2000). Teaching, Learning and Assessing Science 5-12. 3rd ed. London, England: Paul Chapman Publishing.

Harlen, W. & Qualter, A. (2004) The Teaching Of Science In Primary Schools (4th edn). London : David Fulton.

Ibrahim. Nur. (2001). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Wahyuningsih, I., Sarwi., Sugianto. (2012). Penerapan Model Kooperatif Group

Investigation Berbasis Eksperimen Inkuiri Terbimbing Untuk

Meningkatkan Aktivitas Belajar. Jurnal Pendidikan Fisika 2012, (online),

Vol.1 No1. (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej, diakses pada tanggal 12 Mei 2013)

Istikomah, H., Hendrato, S., Bambang, S. (2010). Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika 2010, (online). Vol.6 No:40-43. (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/download/1101/1012, diakses pada tanggal 26 Januari 2014

Jancirani, R., Dhevakrishnan., R., Devi, S. (2012). A study on scientific attitude of adolescence students in Namakkal district. India International Education E-Journal, Volume 1, Number 4, July 2012 (Online) (http://www.oiirj.org/ejournal/july-aug-sept2012/01.pdf, diakses pada tanggal 3 April 2014)

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models Of Teching Model – Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kaur. (2012). Scientific Attitude In Relation To Critical Thinking among Teachers. Educationia Confab: University Chandigarh India

Kozlow, M. J. & Nay, M. A. (1976). An Approach to Measuring Scientific Attitudes. Science Education 60(2). (online), tersedia di: http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/sce.3730600203/pdf, diakses 2 November 2013.

(35)

140

Martin, M.O., Mullis I.V.S. (2012). TIMS 2011 International Result in Science. Chestnut Hill: TIMSS & PIRLS International Study Center

McKenzie. R.M. (2010). The Social Psychology of English As A Global Language, Educational Linguistics, London. Springer Science Business Media.

Melda. (2012). Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Grup Investigasi dan Model Pembelajaran Langsung. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.

Mitri. (2007). Interaksi Belajar Mengajar dalam Pembelajaran Fisika dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. Tambang Kampar: Universitas Riau.

Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya Bandung

Nilufer & Kemal. (2012). The Effects of Group Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied in Teaching Force and Motion Subjects on

Students’ Academic Achievements. Journal Educational Sciences Research:

Agri Ibrahim Cecen University, Volume 2, Number 1, June 2012 (Online) (http://ebadjesr.com/images/MAKALE_ARSIV/C2_S1makaleler/2%20(1) %20-%2007.pdf, diakses pada tanggal 26 Januari 2014.

Patil G.V. (2011). A Comparative Study of Scientific Attitude about secondary and Higher secondary level student. International Refered Research Journal, 2,(24) 24-26. (Online). Tersedia: http://www.ssmrae.com/ admin/images/216c5cb5711800becd57bcdf6337b6d7.pdf, diakses 5 November 2013.

Permendikbud No. 81A.(2013) Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta : BSNP. (online), tersedia di:

http://www.puskurbuk.net/downloads/viewing/Produk_Hukum/UU-PP-Permen_2013/13.+Permendikbud+No.+80+Tahun+2013+%28Pendidikan +Menengah+Universal%29/13.+Permendikbud+N0.+80_tahun2013_Pend +Menengah+Universal.pdf/, diakses pada tanggal 22 November 2013.

Pitafi, A.I & Farooq, M. (2012) Measurement Of Scientific Attitude Of Secondary School Students In Pakistan. Academic Research International, 2(2), 379-393. (Online). Tersedia: www.savap.org.pk, diakses 5 November 2013.

(36)

141

Riyanto, Y. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Roberts, S. (2004). Online Collaborative Learning: Theory and Practice. London: Idea Group Inc.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sato, Manabu. (2006). Tantangan yang Harus Dihadapi Sekolah (Makalah Terjemahan). SISTEMS-JICA

Sekar & Mani. (2013). Science Arritude of Higher Secondary Students. Mamonmaniam Sundaranar University: Indian Journal of Research,

Volume 2, Number 1, Nov 2013 (Online)

(http://theglobaljournals.com/paripex/file.php?val=November_2013_138 4850645_f4a34_16.pdf, diakses pada tanggal 3 April 2014

Slavin. (2005). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Srinivas, H. (2012). What is Collaborative Learning?. Diakses dari http://www.gdrc.org/kmgmt/c-learn/what-is-cl.html, pada tanggal 19 Februari 2014 Pukul 23.25 WIB.

Suhendri & Sahyar. (2012). Efek Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap hasil belajar siswa. Medan: Universitas Negeri Medan.

Sudjana. (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta. Kanisius.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Goup.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.

(37)

142

Winataputra. (1992), Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta, Depdikbud

Gambar

Tabel 4.23. Perbedaan Hasil Belajar Antar Kelompok ..........................................

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Key factor that foms TNGR participative planning is decentrdizsttion aspect, an exact work program, local economic increased, access raising on society activity,

Berdasarkan dari deskripsi data, analisis hipotesis dan pembahasan, maka simpulan penelitian adalah: Pertama , uji kecenderungan data variabel supervisi akademik

yang diperoleh konsumen dalam penyewaan kaset di Movie Station

[r]

masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat. terlibat secara aktif

Profil gastritis pada mukosa dan submukosa lambung non-kelenjar kelompok perlakuan membuktikan bahwa sukralfat dosis 200 mg kurang efektif menghambat gastritis yang diinduksi

Untuk mendukung tahapan strategi komunikasi pemasaran yang telah di lakukan, dalam tahapan event and experience Demajors DIY dapat memanfaatkan tahapan