EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP
ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI 1 SECANGGANG
T E S I S
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
ARKO ALFATHAR TUMANGGOR NIM. 8126175003
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP
ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI 1 SECANGGANG
T E S I S
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
ARKO ALFATHAR TUMANGGOR NIM. 8126175003
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv ABSTRAK
Arko Alfathar Tumanggor (NIM : 8126175003) Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis Kolaboratif dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Negeri 1 Secanggang
Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui apakah ada Perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model pembelajaran Direct Instruction; Perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah rendah dan kelompok sikap ilmiah tinggi; Interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan model pembelajaran Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes hasil belajar fisika dalam bentuk uraian sebanyak 10 soal dan insrumen angket sikap ilmiah sebanyak 22 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model pembelajaran Direct Instruction, artinya bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih baik dari model pembelajaran Direct Instruction. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah rendah dan kelompok sikap ilmiah tinggi, ini artinya bahwa hasil belajar siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi lebih baik dari hasil belajar siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, artinya bahwa model kooperatif tipe Group
Investigation baik diterapkan pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah
tinggi.
iv ABSTRACT
Arko Alfathar Tumanggor (NIM: 8126175003). The Effects of Cooperative Learning Model-Based Collaborative Group Investigation and Scientific Attitude Towards Physics Student Learning Outcomes SMA Negeri 1 Secanggang
The purposes of the research are: to determine the differences betwen learning outcomes physics students with cooperative learning model based Collaborative Group Investigation and learning model of Direct Instruction; The difference in results between the groups studied physics scientific attitude is low and the high; Interaction between learning model with the level of scientific attitude of students in influencing student learning outcomes. The sampling technique in this study conducted in cluster random sampling of two classes, where first class as a class experiment applied cooperative learning model Group Investigation and second class as a class of control applied learning model of Direct Instruction. The instruments used in this research achievement test physics in the form of descriptions of 10 questions and insrumen scientific attitude questionnaire with 22 questions that have been declared valid and reliable. From the results of this study concluded that there are differences in learning outcomes physics students with cooperative learning model Group Investigation based collaborative learning and model Direct instruction learning, this means that learning outcomes of students who learned with group investigation model of learning is better than learning model of direct instruction. There are differences between groups of low scientific attitude and high scientific attitude, this means that the learning outcomes of students who have high scientific attitude is better than learning outcomes of students who have low scientific attitude. There is interaction between learning model with the level of scientific attitude of students in influencing student learning outcomes, this means that the model of good cooperative group investigation applied to students who have a high scientific attitude.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation Berbasis Kolaboratif dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa SMA Negeri 1 Secanggang.” dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED;
2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED dan Bapak Prof. Dr. Nurdin
Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika
Pascasarjana UNIMED karena ditengah-tengah kesibukannya telah
memberikan saran, masukan, serta arahan yang kritis, baik selama
kegiatan perkuliahan, maupun dalam rangka perbaikan dan
vi
3. Terkhusus pada Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M, dan Ibu
Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku dosen pembimbing tesis yang telah
mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal
hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;
4. Bapak Prof. Motlan, M.Sc, Ph.D, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan
Ibu Dr. Derlina, M.Si sebagai narasumber I, II dan III dalam penyusunan
tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun
demi penyempurnaan tesis ini;
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan
berlangsung;
6. Bapak Esnur Ridwan, S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Secanggang, Ibu Fitri Sari, S.Pd dan Ibu Syafriani,S.Pd selaku guru fisika
SMA Negeri 1 Secanggang, beserta seluruh dewan guru yang telah
memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian;
7. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Bantu Tumanggor, S.Pd dan
Ibunda Sayem, S.Pd, yang telah secara terus menerus memberikan
motivasi, doa dan kasih sayang yang tak pernah henti, serta Abangnda
Handika Simorata Tumanggor, S.Pdi, M.Pd yang penulis banggakan dan
Fatimah Reda yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;
8. Teman-teman seperjuangan angkatan III Prodi Magister Pendidikan Fisika
vii
Belimbing II no 102A, Mhd. Idhiham Saleh Rambe, S.Pd, Irham
Ramadhani, S.Pd, Syafri Ramadhan, A.Md, M. Fakhrizal, S.Pd, Hasidona,
M.Ikhsan dan Irvan Dermawan yang juga telah memberikan semangat,
motivasi, ruang, serta waktu kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh
karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan.
Medan, Februari 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ... ii
ABSTRAK ... iii
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 12
2.1.1 Hakikat Model Pembelajaran ... 12
2.1.2 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 14
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 14
2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17
2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 19
2.1.3 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ... 20
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation... 20
2.1.3.2 Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation... 26
2.1.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ... 27
2.1.4 Hakikat Pembelajaran Kolaboratif ... 28
2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Kolaboratif... 28
2.1.4.2 Karakteristik Pembelajaran Kolaboratif ... 34
2.1.4.3 Kooperatif ataukah Kolaboratif ? ... 35
2.1.4.4 Perbedaan Kooperatif dan Kolaboratif ... 37
ix
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Berbasis Kolaboratif ... 43
2.1.6 Hakikat Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 44
2.1.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 44
2.1.6.2 Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 48
2.1.7 Hakikat Sikap Ilmiah ... 52
2.1.8 Hakikat Hasil Belajar ... 60
2.1.8.1 Domain kognitif ... 62
2.1.8.2 Domain Psikomotor... 66
2.1.8.3 Domain Afektif ... 68
2.1.9 Teori Belajar Yang Melandasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ... 70
2.1.10 Penelitian yang Relevan ... 73
2.1.11 Kerangka Konseptual ... 77
2.1.12 Hipotesis Penelitian... 81
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Penelitian ... 83
3.2 Lokasi Penelitian ... 83
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 83
3.4 Variabel Penelitian ... 83
3.8.4 Analisis Tingkat Kesukaran ... 93
3.9 Teknik Analisis Data ... 96
3.9.1 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 96
3.9.2 Analisis Secara Inferensial ... 96
3.9.3 Uji Normalitas ... 97
3.9.4 Uji Homogentitas ... 99
3.9.5 Uji Hipotesis ... 100
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 104
4.1.1 Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Perlakuan ... 104
4.1.1.1 Pretes Hasil Belajar Fisik Siswa ... 104
x
4.1.3 Data Postes ... 110 4.1.3.1 Keterampilan Kolaboratif ... 110 4.1.3.2 Postes Hasil Belajar ... 112 4.1.3.3 Analisis Hasil belajar Berdasarkan Tingkat Kognitif . 116
4.1.3.3.1 Analisis Tingkat Kognitif HB Fisika dengan Model Pembelajaran DI dan KGI... 116 4.1.3.3.2 Analisis Tigkat Kognitif HB Fisika dengan Sikap Ilmiah ... 117 4.1.3.3.3 Analisis Tingkat Kognitif HB Fisika dengan Model Pembelajaran dan Sikap Ilmiah ... 118 4.1.4 Uji Hipotesis ... 119 4.2 Pembahasan Penelitian ... 125
4.2.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation Berbasis Kolaboratif dan Model Pembelajaran Direct Instruction ... 125
4.2.2 Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah ... 131 4.2.3 Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Sikap Ilmiah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ... 133
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 136 5.2 Saran ... 137
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Hasil yang Diperoleh Pelajar dari Cooperative Learning ... 15
Gambar 2.2. Pembelajaran Kolaboratif ... 34
Gambar 2.3. Dampak Instructional dan Pengiring dari Model Direct Instruction ... 46
Gambar 3.1. Hubungan Antara Ketiga Variabel Penelitian ... 84
Gambar 3.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 88
Gambar 4.1. Grafik Pretes HB Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 105
Gambar 4.2. Histogram Distribusi Normal Kelas Kontrol ... 106
Gambar 4.3. Histogram Distribusi Normal Kelas Eksperimen ... 107
Gambar 4.4. Persentase Pembelajaran Kolaboratif ... 111
Gambar 4.5. Grafik Postes HB Kelas DI dan KGI ... 113
Gambar 4.6. Grafik HB Berdasarkan Tingkat Kognitif Model DI dan KGI ... 116
Gambar 4.7. Grafik HB Berdasarkan Tingkat Kognitif Pada Sikap Ilmiah... 117
Gambar 4.8. Grafik HB Berdasarkan Tingkat Kognitif Pada MP dan Sikap Ilmiah... 119
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 17
Tabel 2.2. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ... 26
Tabel 2.3. Perbedaan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif ... 38
Tabel 2.4. Lembar Kegiatan Pembelajaran Saat Observasi Kelas ... 42
Tabel 2.5. Pengembangan Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation berbasis Kolaboratif ... 44
Tabel 2.6. Fase-Fase Model Pembelajaran Direct Instruction ... 47
Tabel 2.7. Komponen dan Indikator Sikap Ilmiah ... 59
Tabel 2.8. Jenis dan Sub Jenis Dimensi Pengetahuan ... 62
Tabel 2.9. Dimensi Proses Kognitif ... 64
Tabel 2.10. Penempatan Tujuan Pembelajaran Dalam Taksonomi Pendidikan... 65
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian ... 85
Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA ... 85
Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 89
Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Essay ... 90
Tabel 3.5. Hasil Validitas Tes Hasil Belajar ... 92
Tabel 3.6. Hasil Uji Reabilitas Tes Hasil Belajar ... 93
Tabel 3.7. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar... 96
Tabel 3.8. Kategori Nilai Gain ... 97
Tabel 3.9. Rancangan Tabel ANAVA Untuk Mengetahui Interaksi Antara Hasil Belajar Kooperatif Tipe GI dan Sikap Ilmiah ... 100
ix
Tabel 4.2. Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 105
Tabel 4.3. Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 106
Tabel 4.4. Uji Normalitas Pretes ... 106
Tabel 4.5. Uji Homogenitas Varians Pretes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 108
Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 108
Tabel 4.7. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 108
Tabel 4.8. Data Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 109
Tabel 4.9. Pembagian Kelas Sikap Ilmiah ... 110
Tabel 4.10. Pembagian Kelompok Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ... 110
Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Keterampilan Kolaboratif Siswa ... 111
Tabel 4.12. Data Postes Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 112
Tabel 4.13. Data Postes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 113
Tabel 4.14. Deskripsi Statistik HB Berdasarkan Sikap Ilmiah Tinggi Dan Rendah ... 114
Tabel 4.15 Deskripsi Statistik Hasil Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran dan Sikap Ilmiah... 115
Tabel 4.16 Deskripsi Statistik Hasil Belajar Pada Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi Berdasarkan Model Pembelajaran ... 115
Tabel 4.17. HB Berdasarkan Tingkat Kognitif Model DI dan KGI... 116
Tabel 4.18. HB Berdasarkan Tingkat Kognitif Pada Sikap Ilmiah ... 117
x
Tabel 4.20. Jumlah Siswa Sikap Ilmiah Terhadap Model Pembelajaran ... 119
Tabel 4.21. Uji Homogenitas Dari Varians ... 119
Tabel 4.22. Output Perhitungan ANAVA Dua Jalur ... 120
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I ... 143
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) Batas Elastisitas Benda ... 164
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II ... 171
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Hukum Hooke ... 189
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) III ... 193
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Susunan Pegas ... 213
Lampiran 7. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 220
Lampiran 8. Intrumen Tes Hasil Belajar ... 233
Lampiran 9. Indikator Angket Sikap Ilmiah ... 235
Lampiran 10. Angket Sikap Ilmiah ... 238
Lampiran 11. Lembar Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Kolaboratif ... 240
Lampiran 12. Validitas Ramalan Instrumen Tes Hasil Belajar ... 241
Lampiran 13. Uji Reabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar ... 242
Lampiran 14. Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Hasil Belajar ... 243
Lampiran 15. Data Hasil Angket Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 244
Lampiran 16. Data Hasil Observasi Kolaboratif ... 247
Lampiran 17. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 248
Lampiran 18. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 249
Lampiran 19. Hasil Belajar Berdasarkan Sikap Ilmiah Tinggi & Rendah ... 250
ix
Pembelajaran dan Sikap Ilmiah ... 251
Lampiran 21. Deskrpsi Statsistik Hasil Belajar Pada Sikap Ilmiah Rendah Dam Tinggi Berdasarkan Model Pembelajaran ... 252
Lampiran 22. Output SPSS Data Statistika Pretes dan Postes ... 253
Lampiran 23. Output Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 257
Lampiran 24. Output Uji Homogenitas Data ... 259
Lampiran 25 Output Sikap Ilmiah... 261
Lampiran 26. Output Uji Kesamaan Varian (Uji T) ... 263
Lampiran 27. Output Uji Anava Dua Jalur ... 264
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan
dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan
masa depan.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (Depdiknas: 2003: 4).
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah
menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada
berbagai jenis dan jenjang. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah
dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perubahan kurikulum dan
2
tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006, dan
Kurikulum Tahun 2013.
Namun kenyataannya usaha-usaha perbaikan pendidikan tersebut
belumlah maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai riset dan survei
internasional yang diikuti oleh Indonesia. Hasil TIMSS yang dilaksakan oleh IEA
tahun 2007 dan 2011 indonesia memperoleh nilai berturut-turut 427 dan 397
dengan nilai rata-rata internasional yaitu 500 (Martin dkk, 2011). Sedangkan skor
hasil literasi sains PISA yang diadakan oleh OECD pada tahun 2009 dan 2012
berturut-turut adalah 383 dan 382 dengan nilai rata-rata internasional 500 dan 501.
Kenyataan di lapangan pembelajaran fisika hanya mendorong siswa untuk
menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika
menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep
tersebut (Trianto, 2009: 6). Lebih jauh lagi, siswa kurang mampu memahami dan
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah serta menentukan solusi-solusi
untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru yang dihadapi.
Hasil wawancara tidak terstruktur yang dilakukan pada guru fisika di SMA
Negeri I Secanggang pada kegiatan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada
tanggal 4 Februari 2014 menunjukkan fakta yang sama. Ibu Fitri Sari, S.Pd selaku
guru fisika mengatakan bahwa siswa saat ini mudah menyerah dengan
permasalahan-permasalahan yang diberikan apabila berbeda dengan contoh soal
yang ada di buku ataupun contoh soal yang telah diberikan oleh guru. Hal ini
sangat jauh berbeda dengan siswa beberapa tahun yang sebelumnya yang
3
Selain itu dari hasil studi pendahuluan berupa observasi di SMA Negeri 1
Secanggang di temukan bahwa proses belajar mengajar fisika masih
menggunakan sistem konvensional dengan pembelajaran langsung dimana guru
mendominasi pembelajaran meskipun divariasi tanya jawab dengan siswa. Guru
lebih banyak menyampaikan materi secara langsung kepada siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran sains masih dilakukan secara transfer of
Knowledge sehingga pembelajaran cenderung verbal dan berorientasi pada
kemampuan kognitif siswa tanpa mempertimbangkan proses untuk memperoleh
pengetahuan tersebut. Fenomena mengajar yang kurang melibatkan siswa secara
langsung dalam kegiatan belajar mengajar menyebabkan kemampuan psikomotor
dan afektif siswa kurang. Siswa jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa
lain yang mengakibatkan siswa menjadi pasif. Kebanyakan siswa hanya
berorientasi pada kemampuan kognitif saja serta menganggap bahwa fisika
merupakan mata pelajaran yang menghafal.
Selanjutnya dari hasil penyebaran angket ditemukan beberapa
permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran fisika. Sekitar 87% siswa
menjawab bahwa di dalam mengikuti pelajaran fisika di kelas terasa sulit dan
kurang menarik. Selain itu praktikum juga jarang dilakukan, hal ini dibuktikan
dengan jawaban siswa yang menginginkan cara belajar fisika dengan praktikum di
laboratorium dan dengan media pembelajaran sebesar 43 %. Terlalu banyak
rumus sehingga menyulitkan siswa untuk mengingat rumus-rumus tersebut.
Metode pengajaran yang monoton juga menjadi alasan mengapa pelajaran fisika
4
memberikan angket pada materi fisika, peneliti juga menemukan data bahwa nilai
rata-rata UN pelajaran fisika tahun 2013 adalah 6,83. Hal inilah yang semakin
memperkuat bahwa nilai fisika di SMA Negeri 1 Secanggang masih rendah
dibandingkan dengan KKM sebesar 75.
Ketidaktertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika ini
mengakibatkan siswa memiliki sikap ilmiah yang rendah. Rendahnya sikap ilmiah
ini diindikasi dengan jarangnya siswa mengajukan pertanyaan kepada guru dan
seringnya siswa melakukan tindakan kecurangan disaat ujian berlangsung, apalagi
ketika ujian nasional diadakan terdapat kebocoran soal. Hal ini merupakan
dampak terbesar dari rendahnya sikap ilmiah yang dimiliki siswa. Salah satu
penyebab lain rendahnya sikap ilmiah siswa ini dapat bersumber dari penggunaan
model konvensional, dimana pembelajaran sebagian besar masih berpusat pada
guru. Siswa dengan sikap ilmiah yang rendah cenderung akan lebih pasif dalam
proses pembelajaran. Pada model konvensional peluang siswa untuk
memunculkan sikap ilmiahnya sangatlah rendah. Hal ini dikarenakan pada model
pembelajaran konvensional kegiatan pembelajaran fisika yang berlangsung hanya
bersifat transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Hal inilah menyebabkan
siswa kurang memiliki peran aktif dalam proses dan pengkonstruksian
pengetahuan dalam dirinya. Siswa cenderung hanya menghafalkan fakta-fakta dan
konsep-konsep tanpa mengetahui bagaimana fakta dan konsep itu terbentuk. Dan
pada akhirnya membuat hasil belajar siswa hanya terbatas pada kemampuan
5
berpikir tingkat tinggi siswa akan rendah karena tidak diaktifkanselama kegiatan
pembelajaran di kelas.
Seperti yang kita ketahui, sikap ilmiah diartikan sebagai penilaian umum
seseorang atas suatu objek yang memiliki tipikal sains atau yang berhubungan
dengan sains, disamping itu sikap merupakan fasilitator dan produk dari proses
belajar kognitif (Mulyasa, 2007). Sikap Ilmiah dalam proses pembelajaran antara
lain sikap ingin tahu, kesabaran, berpikiran terbuka, berpikiran kritis, objektifitas,
jujur dan rendah hati, serta peka terhadap lingkungan sekitar. Sikap ilmiah
memiliki peran tersendiri dalam memotivasi diri siswa dalam melaksanakan
pembelajaran sains, karena dengan memiliki sikap ilmiah, siswa akan terdorong
untuk menggali lebih jauh untuk menjawab dari rasa ingin tahu yang dimiliki
siswa.
Dengan melihat kondisi di atas sudah saatnya untuk dianggap serius oleh
pendidik. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan, maka kualitas lulusan akan
semakin rendah. Oleh karena itu pembelajaran konvensional yang menekankan
pada teacher-centered perlu dikurangi dan digantikan dengan model pembelajaran
empiris yang menekankan pada student-centered yang telah diteliti, diterapkan
dan dibuktikan oleh ahli pendidikan dapat meningkatkan hasil belajar dan
kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pembelajaran
yang terorganisir dalam melakukan suatu penelitian. Disinilah peran seorang guru
sangat penting, yaitu dalam memotivasi dan memfasilitasi siswa dengan
6
pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran fisika yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Investigasi Kelompok (Group Investigation) yang disingkat (GI)
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Siswa
dilibatkan dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya
penyelidikan mereka. Model ini mengajarkan kepada siswa dalam komunikasi
kelompok dan proses kelompok yang baik.Model GI dikembangkan untuk
membangun semua aspek kemampuan siswa baik di bidang kognitif, psikomotor,
dan afektif. Model GI ideal diterapkan dalam pembelajaran sains. Topik-topik
materi yang ada mengarah pada metode ilmiah yang dimulai dari identifikasi
masalah, merumuskan masalah, studi pustaka, menyusun hipotesis, melaksanakan
penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian sehingga mampu mengembangkan
pengalaman belajar siswa (Trianto, 2008: 78).
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terdapat
beberapa kelebihan dan kekurangannya secara umum. Adapun salah satu
kekurangan yang biasa terjadi didalam mengimplementasikan model
pembelajaran ini adalah siswa yang malas akan memiliki kesempatan untuk tetap
pasif dalam kelompoknya dan memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya
sehingga usaha kelompok tersebut akan gagal. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut diperlukan suatu metode yang dapat membangun motivasi siswa agar
tidak pasif dalam bekerja kelompok yaitu metode pembelajaran kolaboratif.
pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu
7
bersama melalui interaksi sosial di bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun
di luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan saling
menghargai kontribusi semua anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigatio telah diteliti oleh
beberapa peneliti sebelumnya, antara lain: (1) Suhendri (2012) tentang efek model
pembelajara kooperatif tipe group investigation terhadap hasil belajar siswa. Dari
hasil penelitiannya dikemukakan bahwa ada perbedaan akibat efek penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap hasil belajar
siswa. (2)Melda (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa kemampuan
pemecahan masalah Fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif Group Investigation lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan Direct Instruction. (3) Istikomah dkk (2009) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa persentase sikap ilmiah kelas jigsaw lebih tinggi (17,5%)
dibandingkan dengan kelompok investigasi (4,87%), namun pada kategori sangat
tinggi persentse sikap ilmiah model pembelajaran Group Investigation lebih tinggi
dari jigsaw.
Dari beberapa paparan masalah-masalah di atas tentang rendahnya hasil
belajar fisika siswa serta kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efek Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis kolaboratif dan Sikap Ilmiah
8
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan maka masalah
penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut :
- Pembelajaran fisika cenderung menggunakan pendekatan Teacher
centered Learning (TCL) dimana siswa masih cenderung pasif menerima
informasi dari guru.
- Model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada mata pelajaran fisika
kurang bervariasi.
- Siswa menganggap bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit dan
banyak rumus.
- Rendahnya hasil belajar fisika yang terlihat dari nilai UN.
- Penggunaan fasilitas sarana dan prasarana di sekolah untuk kegiatan
pembelajaran yang belum optimal.
- Sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa masih tergolong rendah.
1.3 Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan peneliti, dan supaya penelitian ini lebih terarah
dan fokus maka penelitian ini batasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif.
2. Sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah
menurut Harlen & Qualter (2004) yaitu sikap: keingintahuan, respek
terhadap data dan fakta, refleksi kritis, kesediaan untuk mempertimbangkan
9
3. Hasil belajar yang diamati adalah pada domain kognitif berdasarkan
taksonomi bloom revisi menurut Anderson.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,
maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan
sikap ilmiah terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep Elastisitas ?”.
Rumusan masalah dapat diuraikan lagi dalam beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan
model pembelajaran Direct Instruction ?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah
rendah dan kelompok sikap ilmiah tinggi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan
model pembelajaran Direct Instruction ?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap
ilmiah siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa?
1.5 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian
10
1. Perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model pembelajaran
Direct Instruction.
2. Perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah rendah dan
kelompok sikap ilmiah tinggi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model
pembelajaran Direct Instruction
3. Interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah siswa
dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, guru,
mahasiswa dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Adapun manfaat
yang diharapkan adalah :
1. Secara teoritis dapat memperkaya data ilmiah dan dapat dijadikan rujukan
bagi peneliti selanjutnya yang berminat mendalami permasalahan yang
sama.
2. Secara praktis hasil dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi guru untuk
memilih model pembelajaran yang sesuai pada materi Elastisitas untuk
meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
3. Memberikan informasi tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model pembelajaran
Direct Instruction dalam pelajaran fisika khususnya materi Elastisitas
11
1.7 Definisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan
definisi operasional:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis
kolaboratif adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling
kompleks dimana siswa dilibatkan dalam perencanaan baik topik yang
dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka, dimana pada
tahapannya dilengkapi dengan pembelajaran kolaboratif yang didalamnya
dituntut agar hasil belajar setiap siswa dalam kelompok nampak sehingga
proses pembelajaran lebih terorganisir dan penuh makna.
2. Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi siswa
dalam merespon, menanggapi, dan berperilaku berdasarkan ilmu
pengetahuan dan etika ilmiah yang telah diakui kebenarannya. Komponen
sikap ilmiah terdiri dari keingintahuan, respek terhadap data dan fakta,
refleksi kritis, kesediaan untuk mempertimbangkan bukti dan mengubah
ide-ide, dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar .
3. Hasil belajar fisika siswa adalah skor tes yang diperoleh siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
136 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model
pembelajaran Direct Instruction. Dalam penelitian ini di dapat bahwa hasil
belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation lebih baik dari siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran Direct Instruction.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara kelompok sikap ilmiah rendah
dan kelompok sikap ilmiah tinggi dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif dan model
pembelajaran Direct Instruction. Dalam penelitian ini di dapat bahwa hasil
belajar siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi lebih baik dari hasil belajar
siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation berbasis kolaboratif dan model pembelajaran Direct Instruction
dengan tingkat sikap ilmiah siswa dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.
Model Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis kolaboratif
137
kelompok sikap ilmiah rendah. Sedangkan pada model pembelajaran Direct
Instruction sikap ilmiah tidak mempengaruhi hasil belajar.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki
beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Group
Investigation sebagai berikut:
1. Dalam penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
guru harus memperhatikan Sikap Ilmiah siswa, karena model ini tepat untuk
siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi.
2. Untuk siswa yang memiliki Sikap Ilmiah rendah disarankan untuk tidak
diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
karena siswa akan kesulitan dalam melakukan proses investigasi (percobaan
fisika) selama pembelajaran.
3. Pendekatan Kolaboratif menjadi faktor penting dalam melaksanakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.
4. Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini
dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
dengan bantuan metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses
138
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). Taxonomy for learning, teaching and assessing: A revision of Bloom's taxonomy of educational objectives. New York, NY: Longman.
Anderson, L. W dan Krathwohl, D.R (Terjemahan: Prihantoro. A) (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends. (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Astuti, R,. Sunarno, W. & Sudarisman, S. (2012). Pembelajaran IPA dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal pasca UNS. 1(1): 51-59.
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Dan Teori Pengukurannya, (ed:2 Cetakan ke XVIII) Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Barkley, Elizabert E., Cross, K. Patricia & Major, Clair Howell. (2012). Collaborative Learning Techniques: Teknik-teknik Pembelajaran Kolaboratif. Penerjemah: Narulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Berkowitz, L. (Ed.) , (1989). Advances in Experimental Social Psychology, Vol. 22. San Diego, CA. Academic Press.
Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of educational objectives: Handbook 1: Cognitive Domain. New York: David McKay Co. Inc.
Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Erlangga.
Dani, D.N (1989). Scientific Attitude And Cognitive Style. New Delhi. Northern Book Centre.
139
Dimyati, & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajarn. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Dyer. (2011). The Innovator’s DNA. Mastering The Five Skills of Disruptive Innovators. Boston. Harvard Business Review Press.
Harlen, W. (2000). Teaching, Learning and Assessing Science 5-12. 3rd ed. London, England: Paul Chapman Publishing.
Harlen, W. & Qualter, A. (2004) The Teaching Of Science In Primary Schools (4th edn). London : David Fulton.
Ibrahim. Nur. (2001). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press
Wahyuningsih, I., Sarwi., Sugianto. (2012). Penerapan Model Kooperatif Group
Investigation Berbasis Eksperimen Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar. Jurnal Pendidikan Fisika 2012, (online),
Vol.1 No1. (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej, diakses pada tanggal 12 Mei 2013)
Istikomah, H., Hendrato, S., Bambang, S. (2010). Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika 2010, (online). Vol.6 No:40-43. (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/download/1101/1012, diakses pada tanggal 26 Januari 2014
Jancirani, R., Dhevakrishnan., R., Devi, S. (2012). A study on scientific attitude of adolescence students in Namakkal district. India International Education E-Journal, Volume 1, Number 4, July 2012 (Online) (http://www.oiirj.org/ejournal/july-aug-sept2012/01.pdf, diakses pada tanggal 3 April 2014)
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models Of Teching Model – Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kaur. (2012). Scientific Attitude In Relation To Critical Thinking among Teachers. Educationia Confab: University Chandigarh India
Kozlow, M. J. & Nay, M. A. (1976). An Approach to Measuring Scientific Attitudes. Science Education 60(2). (online), tersedia di: http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/sce.3730600203/pdf, diakses 2 November 2013.
140
Martin, M.O., Mullis I.V.S. (2012). TIMS 2011 International Result in Science. Chestnut Hill: TIMSS & PIRLS International Study Center
McKenzie. R.M. (2010). The Social Psychology of English As A Global Language, Educational Linguistics, London. Springer Science Business Media.
Melda. (2012). Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Grup Investigasi dan Model Pembelajaran Langsung. Medan: PPs Universitas Negeri Medan.
Mitri. (2007). Interaksi Belajar Mengajar dalam Pembelajaran Fisika dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. Tambang Kampar: Universitas Riau.
Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya Bandung
Nilufer & Kemal. (2012). The Effects of Group Investigation and Cooperative Learning Techniques Applied in Teaching Force and Motion Subjects on
Students’ Academic Achievements. Journal Educational Sciences Research:
Agri Ibrahim Cecen University, Volume 2, Number 1, June 2012 (Online) (http://ebadjesr.com/images/MAKALE_ARSIV/C2_S1makaleler/2%20(1) %20-%2007.pdf, diakses pada tanggal 26 Januari 2014.
Patil G.V. (2011). A Comparative Study of Scientific Attitude about secondary and Higher secondary level student. International Refered Research Journal, 2,(24) 24-26. (Online). Tersedia: http://www.ssmrae.com/ admin/images/216c5cb5711800becd57bcdf6337b6d7.pdf, diakses 5 November 2013.
Permendikbud No. 81A.(2013) Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta : BSNP. (online), tersedia di:
http://www.puskurbuk.net/downloads/viewing/Produk_Hukum/UU-PP-Permen_2013/13.+Permendikbud+No.+80+Tahun+2013+%28Pendidikan +Menengah+Universal%29/13.+Permendikbud+N0.+80_tahun2013_Pend +Menengah+Universal.pdf/, diakses pada tanggal 22 November 2013.
Pitafi, A.I & Farooq, M. (2012) Measurement Of Scientific Attitude Of Secondary School Students In Pakistan. Academic Research International, 2(2), 379-393. (Online). Tersedia: www.savap.org.pk, diakses 5 November 2013.
141
Riyanto, Y. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Roberts, S. (2004). Online Collaborative Learning: Theory and Practice. London: Idea Group Inc.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sato, Manabu. (2006). Tantangan yang Harus Dihadapi Sekolah (Makalah Terjemahan). SISTEMS-JICA
Sekar & Mani. (2013). Science Arritude of Higher Secondary Students. Mamonmaniam Sundaranar University: Indian Journal of Research,
Volume 2, Number 1, Nov 2013 (Online)
(http://theglobaljournals.com/paripex/file.php?val=November_2013_138 4850645_f4a34_16.pdf, diakses pada tanggal 3 April 2014
Slavin. (2005). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Srinivas, H. (2012). What is Collaborative Learning?. Diakses dari http://www.gdrc.org/kmgmt/c-learn/what-is-cl.html, pada tanggal 19 Februari 2014 Pukul 23.25 WIB.
Suhendri & Sahyar. (2012). Efek Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap hasil belajar siswa. Medan: Universitas Negeri Medan.
Sudjana. (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta. Kanisius.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Goup.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.
142
Winataputra. (1992), Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta, Depdikbud