EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN GAYA BELAJAR KINESTETIK TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS FISIKA SISWA
TESIS
Oleh :
SRIUTAMI KHOLILA MORA SIREGAR NIM. 8126175017
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Sriutami Kholila Mora Siregar (NIM : 8126175017) Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Menggunakan Peta Konsep DanGaya Belajar Kinestetik Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa Kelas X SMA Negei 5 Padangsidempuan T.P 2014/2015.
Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses Fisika siswa dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan peta konsep dan model pembelajaran Direct Instruction, untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang mempunyai Gaya Belajar Kinestetik tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik rendah, untuk mengetahui Interaksi antara Model Pembelajaran dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap keterampilan proses sains Fisika siswa. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation menggunakan Peta Konsep dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan Model Pembelajaran Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes keterampilan proses sains Fisika dalam bentuk uraian sebanyak 13 soal dan insrumen angket Gaya Belajar Kinestetik yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan Peta Konsep dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Terdapat perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik tinggi dan siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik rendah. Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan Peta Konsep dan Gaya Belajar Kinestetik dalam mempengaruhi keterampilan proses sains Fisika siswa.
ABSTRACT
Sriutami Kholila Mora Siregar (NIM: 8126175017)The Effects of Cooperative Learning Group Investigation Model Using Concept Map And Kinesthetic Learning Style Towards Science Process Skills in Physics Students Class XSMA Negeri 5 Padangsidempuan TP 2014/2015.
The purposes of the research are: to determine differences in the physics skills of students with learning model Cooperative Group Investigation using concept maps and Direct Instruction teaching model, to determine differences in the physical skills of students who have high Kinesthetic Learning Styles and Learning Styles low, to determine the interaction between Models of Learning and Kinestetic Learning Styles toward physical process skills of students. The sample in this study conducted in a cluster random sampling of two classes, where the first class as a class experiment applied learning models Cooperative Group Investigation using Concept Maps as a class and the second class of controls implemented Direct Instruction model. The instrument used in this study is physics instrument science process skills in narrative form as many as 13 questions and insrumen kinesthetic learning style questionnaire that has been declared valid and reliable.The results were found: there are differences in physical science process skills students are taught by Cooperative Group Investigation learning model using Concept Maps and Direct Instruction teaching model. There are differences in physical science process skills of students who have a kinesthetic learning styles and students who have low kinesthetic learning style. Interaction between learning models Cooperative Group Investigation using Concept Maps and kinesthetic learning styles in influencing the physical science process skills of students.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul
“EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN GAYA BELAJAR KINESTETIK TERHADAP KETERAMPILAN PROSES FISIKA SISWA” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED yang ditengah-tengah
kesibukannya telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada
penulis dalam penyelesaian tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing I serta Ibu
Dr. Derlina, M.Si selaku pembimbing II yang ditengah-tengah kesibukannya
telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap
berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis
3. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana
UNIMED.
4. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I Program
Pascasarjana UNIMED.
5. Bapak Drs. Anwar selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Padangsidimpuan
beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Papa Tercinta dan Mama serta saudara-saudaraku tersayang yang senantiasa
memberikan motivasi dan doa.
7. Sahabat seperjuangan terkhusus angkatan III Prodi Pendidikan Fisika yang
DAFTAR ISI
2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran 13
2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif 13
2.1.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation 16
2.1.4. Model Pembelajaran Direct Instruction 19
2.1.5. Peta Konsep 21
2.1.6. Teori-teori Belajar Yang Mendukung 23
2.2. Gaya Belajar 28
2.2.1. Gaya Belajar Kinestetik 28
2.3. Keterampilan Proses 31
2.4. Penelitian Yang Relevan 34
2.5. Kerangka Konseptual 41
3.6.1 Tes Keterampilan Proses Sains 49
3.6.1.1 Validitas Tes Keterampilan Proses Sains 50
3.6.1.2 Validasi TesKeterampilan Proses Sains 50
3.6.1.3 Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains 52
3.6.1.4 Taraf Kesukaran Tes Keterampilan Proses
Sains 53
3.6.2 Angket Gaya Belajar Kinestetik 54
3.7. Teknik Analisis Data 56
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 62
4.1. Hasil Penelitian 62
4.1.1. Keterampilan Proses Sains Sebelum Dilakukan
Perlakuan 62
4.1.1.1. Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa 62
4.1.1.2. Gaya Belajar Kinestetik 67
4.1.2 Data Postes 68
4.1.2.1 Postes Keterampilan Proses Sains 69
4.1.3. Uji Hipotesis 71
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 81
4.2.1 Perbedaan Keterampilan Proses Sains siswa dengan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group
Investigation Menggunakan Peta Konsep dan Model
Pembelajaran Direct Instruction 81
4.2.2 Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa yang
Mempunyai Gaya Belajar Kinestetik Tinggi dan
Rendah 87
4.2.3 Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Gaya
Belajar Kinestetik Untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses SainsSiswa 90
BAB V:KESIMPULAN DAN SARAN 92
5.1 Kesimpulan 92
5.2 Saran 93
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 14 Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran Group
Investigation 18
Tabel 2.3 Fase-Fase Model Pembelajaran Direct Instruction 20
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 44
Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 45
Tabel 3.3. Rumus Unsur Persiapan ANAVA 46
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Keterampilan Proses Sains 49
Tabel 3.5 Validitas Tes Keterampilan Proses Sains 51
Tabel 3.6 Derajat Reliabilitas 52
Tabel 3.7. Reliabilitas 53
Tabel 3.8 Taraf Kesukaran Item Tes Keterampilan Proses Sains 54
Tabel 3.9. Koefision Korelasi Gaya Belajar Kinestetik 55
Tabel. 3.10.Kisi-kisi Instrumen Gaya Belajar Kinestetik Siswa Pada
Pembelajaran Materi Suhu dan Kalor 56
Tabel 4.1. Data Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas
Kontrol 62
Tabel 4.2. Data Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas
Eksperimen 63
Tabel 4.3. Uji Normalitas Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa 63
Tabel 4.4. Uji Normalitas Pretes 64
Tabel 4.5. Uji Homogenitas Varians Pretes Keterampilan Proses
Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 66
Tabel 4.6. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Keterampilan Proses
Sains Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol 66
Tabel 4.7. Data Gaya Belajar Kinestetik Siswa Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen 67
Tabel 4.8. Data Postes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas
Kontrol 69
Tabel 4.9. Data Postes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas
Eksperimen 70
Tabel 4.10. Data Disain Faktorial Rata-rata Keterampilan Proses Sains
Terhadap Kelompok Gaya Belajar Kinestetik 70
Tabel 4.11. Jumlah Siswa Gaya Belajar Kinestetik Tinggi dan Rendah
Model Pembelajaran 71
Tabel 4.12. Statistik ANAVA 71
Tabel 4.13. Uji Homogenitas Dari Varians 72
Tabel 4.14. Output perhitungan ANAVA Dua Jalur 72
Tabel4.15. Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antar kelompok 75
Tabel4.16. Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains Terhadap
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Hubungan Antara Ketiga Variable 44
Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian 48
Gambar 4.1. Gambar Histogram Distribusi Normal Kelas Kontrol 64
Gambar 4.2. Gambar Histogram Distribusi Normal Kelas
Eksperimen 65
Gambar 4.3 Interaksi Model Pembelajaran dan Gaya Belajar
Kinestetik Tinggi dan Rendah 74
Gambar 4.4 Perbandingan keterampilan proses sains Pretes dan
Postes Kelas Direct Instruction dan Group Investigation 79
Gambar 4.5 Perbandingan keterampilan proses sains Gaya Belajar
Kinestetik Tinggi dan Rendah 80
Gambar 4.6. Interaksi Model Pembelajarandan Gaya Belajar
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 96
Lampiran 2 Bahan Ajar Suhu dan Kalor 111
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Suhu dan Kalor 122
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2 125
Lampiran 5 Bahan Ajar Perpindahan Kalor 140
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Perpindahan Kalor Secara Konduksi 148
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3 153
Lampiran 8 Bahan Ajar Azas Black 167
Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa Azas Black 176
Lampiran 10 Validitas dan Reabilitas 179
Lampiran 11 Tingkat Kesukaran 182
Lampiran 12 Data Pretes 184
Lampiran 13 Uji Normalitas 186
Lampiran 14 Uji Homogenitas 188
Lampiran 15 Uji Kesamaan Kemampuan Awal 189
Lampiran 16 Gaya Belajar 190
Lampiran 17 Postes 192
Lampiran 18 Anava 194
Lampiran 19 Interaksi 197
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. Dimyati dan Mudjiono (2006:297).Suatu proses
belajar mengajar dapat dikatakan baik jika proses tersebut mampu
membangkitkan cara belajar yang menarik sehingga mampu mencapai hasil
belajar yang baik. Menurut Sumiati (2007:25), hasil belajar itu berupa perubahan
tingkah laku, baik berbentuk kecakapan berfikir, sikap maupun ketrampilan
melakukan suatu kegiatan tertentu.
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis,
sehingga proses pembelajarannya bukan hanya sekedar penguasaan pengumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang memerlukan proses berpikir
yang baik. Dalam penerapan Fisika memerlukan peran aktif siswa. Peran aktif
siswa ini dapat dilakukan melalui kegiatan praktikum dan diskusi dengan
melibatkan keterampilan proses sains.
Proses pembelajaran Fisika di SMA pada saat ini secara umum belum
berdampak pada kemampuan penguasaan konsep, pembelajaran yang kurang
Akibatnya, banyak siswa yang tidak meminati pelajaran Fisika karena proses
pembelajaran yang selama ini terjadi hanya menekankan pada aspek produk
seperti menghapal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus dan tidak
memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses-proses
pembelajaran Fisika sehingga tidak dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada guru Fisika SMA
Negeri 5 Padangsidimpuan diperoleh keterangan bahwa keterampilan proses
sainsFisika siswa di sekolah tersebut masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari
nilai rata-rata siswa yang kurang memuaskan yakni 77 dengan nilai ketuntasan
minimal 75. Salah satu siswa kelas X, yaitu Irma suryani menambahkan,
rendahnya keterampilan proses sains siswa di sekolah ini karena kurangnya
keaktifan dan kemauan siswa dalam belajar Fisika, dimana siswa kelas X baru
saja memasuki sekolah SMA yang sebelumnya duduk di kelas SMP karena
masing-masing siswa masih kurang mengenal satu sama lain, sehingga banyak
siswa yang masih malu-malu memberikan pendapatnya tentang apa yang ada
dalam benaknya. Pembelajaran yang masih berpusat kepada guru, guru
mentransfer pengetahuan kepikiran siswa, siswa secara fisik diam dan penuh
konsentrasi memperhatikan apa yang diajarkan guru yang nantinya akan
melahirkan anggapan bahwa belajar hanyalah sekedar mengingat tapi tidak pada
penguasaan konsep dan fakta.
Salah satu masalahnya adalah lemahnya proses pembelajaran yang
diterapkan guru. Anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
informasi, otak anak dipaksa untuk memahami informasi dan diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Fisika juga dianggap
merupakan pelajaran yang tidak menyenangkan, penuh rumus-rumus, duduk
berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan
baik yang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi dimeja belajar tanpa
diiringi kesadaran untuk menggali konsep lebih dalam yang sebenarnya dapat
menambah wawasan ataupun mengasah keterampilan.
Faktor penyebab rendahnya partisipasi proses belajar mengajar, yakni :
1. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri
2. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada
orang lain.
3. Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman
yang lain.
Kesalahan tidak bisa hanya dibebankan kepada siswa tetapi utama adalah
kepada guru, guru perlu memberi respon positif yang berupa upaya
meningkatkan/membangkitkan partisipasi siswa yang nantinya pembelajaran akan
dapat berjalan dengan lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Secara umum, faktor yang paling berpengaruh pada pembelajaran adalah
model pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan proses belajaryang
menarik. Dengan menariknya proses pembelajaran yang dilakukan guru nanti
akan berdampak pada keterampilan proses sainsyang memuaskan bagi siswa
sesuai dengan yang diharapkan, selain itu penggunaan model pembelajaran yang
proses sains Fisika siswa sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Hal
tersebut akan membuat siswa merasa senang dan tertarik mengikuti pembelajaran,
sehingga kejenuhan dalam diri siswa akan terhapus dengan diciptakannya cara
belajar yang menyenangkan serta penerapan model pembelajaran yang tepat.
Proses belajar dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan tertentu yakni
mencapai perubahan khususnya penambahan ilmu pengetahuan. Menurut
Sardiman (2009:21),belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak serta penyesuaian diri.
Tetapi dalam mencapai perubahan itu siswa selalu mengalami hambatan
yaitu dalam hal bahan ajar. Untuk membantu anak didik mengatasi hambatan
tersebut, maka guru selaku pendidik harus mendesain model pembelajaran yang
digunakan agar pembelajaran bisa membuat siswa lebih aktif dan tidak lagi
berpusat pada guru. Dengan begitu siswa akan mengabaikan aktivitas lain yang
mengganggu proses pembelajarannya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dicarikan formula
pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan cara belajar yang aktif
serta prestasi belajar siswa yang memuaskan dalam pembelajaran Fisika. Para
guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model dan metode
pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar
Model pembelajaran yang tepat digunakan agar siswa lebih aktif dalam
belajar adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Suprijono (2012:45),
model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Sejalan dengan apa yang
dikatakan Trianto (2011:59), bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit dan membantu siswa menumbuhkan
kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang saling
bekerja sama.Salah satu model pembelajaran Kooperatif yang dianggap mampu
memperbaiki minat belajar dan memungkinkan kegiatan praktikum dilakukan di
dalamnya adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.
Model Pembelajaran Kooperatif berupaya membantu siswa untuk
mempelajari isi akademis dan berbagai keterampilan untuk mencapai berbagai
sasaran,tujuan sosial dan hubungan antar manusia serta bagian akhir menyoroti
tugas-tugas asesmen dan evaluasi. Model Pembelajaran Kooperatif menuntut kerja
sama dan semua siswa terlibat dalam struktur tugas,struktur tujuan,dan struktur
reward-nya. Ada beberapa tipe yang dapat diterapkan dalam model pembelajaran
kooperatif, antara lain:1)Student Team Achievement Divisions (STAD); 2)Jigsaw;
3)Group investigation (GI); dan 4)Struktural yang meliputi Think Pair
Share(TPS), dan Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) yang dirancang oleh Herbert Thelen
merencanakan topik yang akan dipelajari maupun prosedur investigasi yang akan
digunakan (Arends, 2008:4-16).
Untuk mencapai kompetensi kognitif berupa penguasaan materi dapat juga
dilakukan melalui pembelajaran praktik. Namun tidak sekedar pembelajaran
praktik melainkan lebih menekankan pada penemuan konsep oleh siswa melalui
berbagai aktivitas kognitif selama pengamatan terhadap suatu fakta berlangsung.
Pembelajaran praktik seperti ini diharapkan akan memberikan pengalaman
langsung dan nyata kepada siswa. Sehingga pembelajaran membentuk makna bagi
siswa mengingat keilmuan Fisika itu sendiri mempelajari tentang benda dan
gejala-gejala kebendaan maka pembelajaran dengan menyelidiki gejala-gejala
kebendaan itu secara langsung atau praktikum adalah penting.
Berdasarkan hasil penelitian Halim (2012:16), Pengaruh strategi
pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap hasil belajar Fisika siswa SMP N 2
secanggang kabupaten langkat : 1) Terdapat perbedaan hasil belajar Fisikasiswa
antara kelompok yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe
TPS. Yaitu rata-rata hasil belajar Fisika siswa yang diajar dengan Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
siswa yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS. 2) Terdapat
perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang mempunyai kecenderungan Gaya
Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik. Rata-rata hasil belajar Fisika siswa
yang memiliki kecenderungan Gaya Belajar Auditorial lebih tinggi dari pada
Kinestetik dan visual. 3) Terdapat interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Gaya
Belajar terhadap hasil belajar Fisika.
Suhendri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Efek Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Pokok Kalor Kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan. Hasil
penelitian diperoleh aktivitas belajar siswa selama menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation mengalami peningkatan.
Dimana Ha diterima dengan kata lain ada perbedaan terhadap efek penggunaan
model pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation terhadap hasil belajar
siswa pada materi pokok kalor di kelas VII semester I SMP IT Al-Fityan Medan.
Peneliti sebelumnya dilakukan Wiratana (2013:11), Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Keterampilan Proses
Dan Hasil Belajar Sains. Hasil penelitian menunjukkan 1) Terdapat perbedaan
keterampilan proses dan hasil belajar sains siswa yang belajar dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan siswa yang belajar
model pembelajaran konvensional. 2) Terdapat perbedaan keterampilan proses
sains siswa yang belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dengan siswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional. 3) Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang
belajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.
Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang: peneliti
kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS dan
gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa. Perbedaan peneliti sebelumnya
dengan peneliti sekarang: Peneliti sebelumnya menggunakan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigationterhadap hasil belajar siswa. Perbedaan
peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang: Peneliti sebelumnya menggunakan
model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigationterhadap keterampilan
proses sains siswa dan hasil belajar sains sedangkan peneliti sekarang Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigationmenggunakan peta konsep
digunakan dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap hasil belajar Fisika.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti ingin memperbaiki
pembelajaran Fisika, dengan ini peneliti akan mengadakan penelitian
di SMA Negeri 5 Padangsidimpuan dengan judul :“Efek Model Pembelajaran
Kooperatif TipeGroup Investigation Menggunakan Peta Konsep Dan Gaya Belajar Kinestetik Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 5 Padangsidimpuan T.P 2014/2015”.
1.2.Identifikasi Masalah
Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah
yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Hasil belajar siswa SMA Negeri 5 rendah, disebabkan pembelajaran yang
kurang menarik sehingga siswa merasa bosan mengikuti proses
pembelajaran.
2. Proses pembelajaran Fisika hanya menekankan pada aspek menghapal
3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dengan karakteristik
materi pelajaran.
4. Pembelajaran belum berbasis aktivitas siswa (student centered), karena
belum ditunjang oleh pemilihan model dan ketersediaan perangkat
pembelajaran yang sesuai.
5. Budaya belajar mandiri baik secara individu atau kelompok masih sangat
rendah.
6. Kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah, sehingga
siswa jarang melakukan kegiatan praktikum disekolah.
1.3.Batasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya pembahasan yang melebar dalam sebuah
penelitian, perlu dibuat suatu batasan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas,
peneliti membatasi masalah penelitian mengingat keterbatasan kemampuan,
materi dan waktu yang tersedia, maka yang menjadi batasan masalah dalam
penelitian ini yakni:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan Peta Konsep dan
Direct Instruction.
2. Hal yang akan diteliti Gaya Belajar Kinestetik pada materi Suhu dan
Kalor.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan
peta konsep dan Model Pembelajaran Direct Instruction.
2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang
mempunyai Gaya Belajar Kinestetik tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik
rendah.
3. Apakah ada interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation menggunakan peta konsep dengan Model Pembelajaran Direct Instruction dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap keterampilan proses sains Fisika siswa.
1.5.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan peta konsep dan
Model Pembelajaran Direct Instruction.
2. Perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang mempunyai Gaya
Kinestetik tinggi dan Gaya Kinestetik rendah.
3. Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap keterampilan proses sains Fisika
siswa.
1.6.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas
pendidikan, terutama:
1. Bagi siswa, mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan melalui
Model Pembelajaran menggunakan peta konsep disesuaikan dengan Gaya
Belajar Kinestetik siswa.
2. Bagi guru sebagai bahan masukan dalam menerapkan model pembelajaran
yang dilakukan menggunakan peta konsep disesuaikan dengan Gaya
Belajar Kinestetik siswa.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijaksanaan dalam pembelajaran Fisika.
4. Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman mengajar yang baik dalam
menerapkan model pembelajaran yang tepat.
5. Sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan
pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran Fisika pada khususnya.
1.7.Definisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan
1. Group Investigation atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan
model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan melibatkan siswa
terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana
jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan mengajar siswa
keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. (Trianto,
2011:80).
2. Model Pembelajaran Direct Instruction merupakan suatu model
pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada aktivitas-aktivitas
akademik. Sehingga didalam implementasi kegiatan pembelajaran guru
melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa,
pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat
pula.pemberian arahan dan kontrol secara ketat di dalam pengembangan
model pembelajaran Direct Instruction ini terutama sekali dilakukan ketika
guru menjelaskan tentang tugas-tugas belajar, menjelaskan materi
pelajaran.(Joyce,2009: 431).
3. Gaya belajar merupakan karakteristik penting dari berbagai ciri yang
mempengaruhi cara siswa belajar. Gaya belajar adalah kombinasi dari cara
seseorang dalam menyerap informasi, kemudian mengatur informasi, dan
mengolah informasi tersebut menjadi bermakna. (DePorter dan Hernacki,
2013:112)
4. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan
kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
lingkup ilmu pengetahuan alam membutuhkan kemampuan ilmiah yang
seharusnya diperoleh dengan melakukan kegiatan penyelidikan ilmiah di
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data, temuan dan pembahasan selama
pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dan Gaya Belajar Kinestetik pada keterampilan proses sains Fisika siswa, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ada perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan Peta
Konsep dibandingkan dengan Model Pembelajaran Direct Instruction,
dimana keterampilan proses sains Fisika pada kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol.
2. Ada perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang mempunyai
Gaya Belajar Kinestetik tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik rendah,
dimana keterampilan proses sains Fisika yang memiliki Gaya Belajar
Kinestetik tinggi lebih baik daripada yang memiliki Gaya Belajar
Kinestetik rendah.
3. Ada interaksi antara Model Pembelajaran kooperatif Tipe Group
Investigation menggunakan Peta Konsep dengan Model Pembelajaran
Direct Instruction dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap keterampilan
kelas eksperimen model pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation menggunakan peta konsep paling dominan dibandingkan Gaya Belajar Kinestetik rendah Model Pembelajaran Direct Instruction.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki
beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Group
Investigation menggunakan peta konsep sebagai berikut:
1. Dalam penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation guru harus memperhatikan gaya belajar kinestetik siswa, karena model ini tepat untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik tinggi.
2. Untuksiswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik rendah disarankan
untuk tidak diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation karena siswa akan kesulitan dalam melakukan proses investigasi (percobaan fisika) selama pembelajaran.
3. Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian
ini dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dengan bantuan metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.,(2011), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Arends, R.I., (2008), Learning To Teach, Belajar Untuk Mengajar Edisi Ketujuh / jilid I, Buku Dua, Penerbit Pustaka Belajar,Yogyakarta.
Dahar, Ratna W., (2005), Teori-teori Belajar,Jakarta :Depdikbud.
Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
DePorter dan Hernacki, (2013), Quantum Learning, Jakarta : Mizan Pustaka.
Halim (2012), Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika siswa SMP N 2 secanggang kabupaten langkat. Jurnal tabularasa PPS Unimed, Vol. 9, no. 2. 1-18.
Haris, A., dan jihad, A., (2012), Evaluasi Pembelajaran, Multi
Presindo,Yogyakarta.
Hamalik, O.,(2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.
Istikomah,(2010), Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap ilmiah, Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. ISSN : 1693-126,. 40-43.
Joyce, Wheil, dan Calhoun, (2009), Model’s of Teaching, Pustaka
Pelajar,Yogyakarta.
Panjaitan (2013), Analisis pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan model pembelajaran langsung. Jurnal Online Pendidikan Fisika, ISSN 2301-7651.Vol. 1 (2). 1-7.
Mitzi G. Mitchell, (2008), Group Investigation as a cooperatif learning strategi : An Integrated analiysis of the literature, The alberta journal of educational research. Vol. 54, No. 4, 388-395.
Mun Fie TSOI (2004), Using group investigation for chemistry in teacher education, asia pasific forum on science learning and teaching, Vol 5, Issue 1, Article 6, Hal 1-12.
Marthen Kanginan,(2007),Seribu Pena Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Sunardi & Irawan,(2011). Fisika Bilingual. Bandung :Yrama Widya
Purwoko, (2009), Physics for senior high school year X,Jakarta Timur:Yudhistira.
Marthen Kanginan,(1999), Seribu Pena Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Muhammad, F.R., (2008), Kajian Konsep Fisika 1 Untuk kelas X SMA dan MA. Jawa Tengah: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Zaelani, A, 2006.1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika.
Bandung:Yrama Widya
Ridwan, A.S., (2012), Pengembangan laboratorium Fisika, Unimed Press, Medan
Sardiman, (2009), Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.
Suhendri, D., dan Sahyar, (2012), Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor Kelas VII Semester 1 SMP IT AL-FITYAN Medan, Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed, Jurnal Online Fisika ISSN 2301-7651, Vol. 1 (1). 70-80.
Wiratana, (2013), Pengaruh mode pembelajaran kooperatif tipe investigation klompok (group investigation) terhadap keterampilan proses dan hasil belajar sains siswa SMP, e-journal program pascasarjana Universitas Ganesha singaraja program studi IPA, Vol 3, 1-12
Sumiati, A., (2007), Metode Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung.
Suprijono, A., (2012), Cooperative Learning, Teori dan Aplikasinya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Susilohadi, (2012), Pengaruh model pembelajaran kooperatif strukturan tipe number head together dan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP negeri surabaya, Program studi pendidikan matematika FKIP Universitas PGRI adi buana surabaya.