• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TRIWULAN I 2015

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

(2)

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

(3)

Kata

Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) disusun setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian Ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan modeter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para

stakeholders

di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai

strategic partner

bagi

stakeholder

di wilayah kerjanya.

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai menunjukan peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan dan stabilnya kinerja sektor industri pengolahan. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra di triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Selama triwulan I 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy), angka tersebut juga tercatat berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 4,71% (yoy). Inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 mengalami penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80% (yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen

administered prices

dan

volatile food

.

Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara langsung melalui survei dan

liason

maupun data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan

reliable

. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.

Kendari, Mei 2015

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

(4)

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan

menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional

bekerja secara efektif dan efisien

serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada

pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (

governance

) yang berkualiatas

dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang

NILAI-NILAI STRATEGIS

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:

(5)

Daftar

Isi

KATA PENGANTAR ... i

VISI MISI BANK INDONESIA ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

TABEL INDIKATOR TERPILIH ... viii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

BAB 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ... ... 5

1.1. Kondisi Umum ... 6

1.2. Perkembangan Sisi Pengeluaran ... 6

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ... 7

1.2.2 Konsumsi Pemerintah ... 9

1.2.3 Investasi ... 9

1.2.4 Ekspor dan Impor ... 11

1.3. Perkembangan Sisi Penawaran: Sektor Ekonomi Utama ... 13

1.3.1 Sektor Pertanian ... 14

1.3.2 Sektor Pertambangan ... 14

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ... 16

1.3.4 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran ... 17

1.3.5 Sektor Konstruksi ... 18

1.3.6 Sektor Transportasi dan Pergudangan ... 19

BOKS 1: POTENSI SEKTOR TAMBANG PROVINSI SULAWESI TENGGARA ... 21

BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ... ... 23

2.1 Struktur Anggaran ... 24

2.2 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD ... 24

2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan ... 24

2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja ... 26

BAB 3. INFLASI DAERAH ... ... 29

3.1 Kondisi Umum ... 30

3.2 Disagregasi Inflasi ... 32

3.3 Upaya Pengendalian Inflasi ... 34

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ... 41

4.1 Perkembangan Perbankan ... 42

4.1.1 Intermediasi Perbankan ... 42

4.1.2 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Koorporasi ... 43

4.1.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga ... 44

4.1.4 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 44

(6)

4.2.1 Transaksi Pembayaran Non Tunai ... 45

4.2.2 Transaksi Pembayaran Tunai ... 46

BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ... 47

5.1 Ketenagakerjaan ... 48

5.2 Kesejahteraan ... ... 50

BAB 6. PROSPEK EKONOMI ... 51

6.1 Prospek Ekonomi Makro ... 52

6.2 Prospek Inflasi ... ... 55

DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN

(7)

Daftar

Tabel

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) ... 7

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) ... 13

Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara ... 25

Tabel 2.2. Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara 26

Tabel 3.1. Inflasi Kota Kendari (mtm) Per Kelompok ... 31

Tabel 3.2. Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok ... 32

Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I 2015... 53

Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2015 ... 54

(8)

Daftar

Grafik

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ... 6

Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen ... 7

Grafik 1.3. Indeks Penghasilan ... 7

Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik ... 8

Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air ... 8

Grafik 1.6. Penerimaan Pajak ... 8

Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi ... 8

Grafik 1.8. Penanaman Modal Asing ... 10

Grafik 1.9. Penanaman Modal Dalam Negeri ... 10

Grafik 1.10. Kredit Investasi Sulawesi Tenggara ... 10

Grafik 1.11. Impor Barang Modal ... 10

Grafik 1.12. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014 11 Grafik 1.13. Pertumbuhan Nilai Ekspor ... 12

Grafik 1.14. Pangsa Komoditas Ekspor ... 12

Grafik 1.15. Ekspor Feronikel ... 12

Grafik 1.16. Pertumbuhan Ekspor Perikanan ... 12

Grafik 1.17. Volume Impor ... 13

Grafik 1.18. Arus Bongkar Barang Pelabuhan ... 13

Grafik 1.19. Perkembangan Produksi Ore Nikel ... 15

Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertambangan ... 15

Grafik 1.21. Perkembangan Produksi Feronikel ... 16

Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Sektor Industri ... 16

Grafik 1.23. Penjualan Kendaraan Bermotor ... 17

Grafik 1.24. Transaksi Perdagangan Luar Negeri ... 17

Grafik 1.25. Nominal Exim Sultra ... 18

Grafik 1.26. Penjualan Kendaraan Bermotor ... 18

Grafik 1.27. Kredit Sektor Konstruksi ... 19

Grafik 1.28. Penjualan Semen ... 19

Grafik 1.29. Arus Penumpang Pesawat Udara... 19

Grafik 1.30. Arus Penumpang Kapal laut ... 19

Grafik 2.1. Perkembangan dan Porsi Realisasi Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara 24 Grafik 2.2. Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja APBD Sulawesi Tenggara ... 24

Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara ... 27

Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesasian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara ... 27

(9)

Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari ... 31

Grafik 3.4. Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari... 31

Grafik 3.5. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi ... 33

Grafik 3.6.

Roadmap

Pengendalian Inflasi Sulawesi Tenggara ... 35

Grafik 3.7. Program Mendukung Tingkatkan Produksi Pangan Strategis ... 36

Grafik 3.8. Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Pasokan dan Distribusi ... 37

Grafik 3.9. Program Mendukung Tingkatkan Koordinasi dan Penguatan TPID ... 38

Grafik 3.10. Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Arus Informasi Kepada Masyarakat ... 39

Grafik 3.11. Peta TPID Kab/Kota di Sulawesi Tenggara (per April 2015) ... 39

Grafik 4.1. Dana Pihak Ketiga di Perbankan Sulawesi Tenggara ... 42

Grafik 4.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR ... 43

Grafik 4.3. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan ... 43

Grafik 4.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama ... 43

Grafik 4.5. NPL Kredit Sektor Utama ... 43

Grafik 4.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ... 44

Grafik 4.7. NPL Kredit Rumah Tangga ... 44

Grafik 4.8. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM ... 45

Grafik 4.9. Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara ... 46

Grafik 4.10. Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai ... 46

Grafik 5.1. Pertumbuhan Penduduk Menganggur ... 48

Grafik 5.2. Pertumbuhan Penduduk Bekerja ... 48

Grafik 5.3. Indeks Realisasi Kegiatan Usaha ... 49

Grafik 5.4. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ... 49

Grafik 5.5. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Februari 2015) ... 49

Grafik 5.6. Pertumbuhan Tenaga Kerja Per Sektoral (per Februari 2015) ... 49

Grafik 5.7. Indeks Penghasilan ... 50

Grafik 5.8. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara ... 50

Grafik 6.1. Indeks Perkiraan Perkembangan Usaha... 52

(10)

Tabel

Indikator Terpilih

A. Inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

2015

I II III IV I II III IV I

Indeks Harga Konsumen

- Kendari 102.02 104.02 109.46 108.16 107.34 108.71 110.43 116.16 114.65 - Baubau - - - - 109.84 112.72 115.31 121.89 121.39 Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Kendari 3.02 3.76 7.30 5.92 5.21 4.50 0.88 7.39 6.81 PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,516 3,867 4,155 3,970 4,004 4,333 4,502 4,082 3,981 2. Pertambangan dan Penggalian 3,371 3,809 3,849 3,837 3,371 3,499 3,632 3,646 3,687 3. Industri Pengolahan 940 993 926 966 905 1,016 1,054 1,146 1,069

4. Pengadaan Listrik, Gas 8 8 8 8 8 8 8 9 10

5. Pengadaan Air 32 32 33 34 35 34 35 36 36

6. Konstruksi 1,680 1,781 1,894 2,086 1,953 2,027 2,110 2,290 1,986 7. Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Spd Motor 1,740 1,878 1,921 1,977 1,927 1,991 2,075 2,146 2,056 8. Transportasi dan Pergudangan 654 692 713 746 700 717 739 793 737

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 84 90 91 94 92 98 99 103 98

10. Informasi dan Komunikasi 353 364 384 395 370 376 390 403 384

11. Jasa Keuangan 325 340 342 345 354 368 371 388 392

12. Real Estate 269 273 277 283 290 294 294 299 302

13. Jasa Perusahaan 30 32 32 34 34 35 35 36 37

14. Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 783 822 881 903 872 906 1,003 1,048 938

15. Jasa Pendidikan 641 664 712 808 737 755 804 924 843

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 142 145 153 164 164 168 166 181 175

17. Jasa Lainnya 209 214 228 242 244 252 252 260 258

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7,588 7,659 7,929 8,139 8,070 8,135 8,435 8,629 8,559 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 173 174 174 178 199 194 192 198 177

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,102 2,460 2,528 2,883 2,149 2,528 2,607 3,030 2,202 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,858 5,988 6,241 6,721 6,241 6,453 6,974 7,435 6,483 5. Perubahan Inventori (151) 478 (107) 196 (108) 430 337 (188) 285

6. Eksport Luar Negeri 3,033 2,408 1,961 3,837 1,483 729 893 961 844

7. Import Luar Negeri 739 631 811 1,097 708 752 1,167 1,579 1,149 8. Net Eksport Antar Daerah (3,085) (2,532) (1,316) (3,966) (1,266) (843) (699) (696) (413) Total PDRB (Rp Miliar) 14,779 16,003 16,599 16,893 16,061 16,876 17,571 17,790 16,988 Pertumbuhan PDRB (%, yoy) - - - - 8.68 5.45 5.86 5.31 5.77

(11)

B. Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

2015 I II III IV I II III IV I

Total Asset (Rp miliar) 17.523 17.874 19.145 17.866 19.297 20.245 19.686 18.833 20.871

- Bank Umum 16.347 16.676 17.785 16.765 17.884 19.100 18.598 17.743 19.702

- BPR 104 105 112 133 133 142 163 187 200 - Syariah 1.072 1.094 1.248 968 1.281 1.003 925 903 969 Dana Pihak Ketiga (Rp miliar) 11.111 11.384 11.862 11.709 12.218 12.775 13.094 12.172 13.250 - Giro 3.188 3.327 3.602 2.298 3.253 3.836 3.712 2.181 3.512 - Tabungan 5.944 6.072 6.249 7.334 6.358 6.305 6.445 7.142 6.248 - Deposito 1.979 1.985 2.010 2.077 2.607 2.634 2.936 2.849 3.491 Kredit (Rp miliar) 11.732 12.692 13.278 13.781 13.950 14.560 14.886 15.175 15.432 - Modal Kerja 3.778 3.824 3.966 4.067 4.200 4.145 4.236 4.247 4.268 - Investasi 1.339 1.835 1.957 2.081 1.923 1.742 1.738 1.773 1.797 - Konsumsi 6.614 7.033 7.354 7.632 7.827 8.673 8.912 9.154 9.367 NPL (Gross) (Rp miliar) 208.754 236.400 209 236 270 250 315 382 409 NPL (%) 1,78 1,86 2,03 1,82 2,26 2,62 2,74 2,55 3,07 LDR (%) 106 111 112 118 114 114 114 125 116 Kredit UMKM (Rp miliar) 3.765 4.131 4.247 4.360 4.391 4.729 4.780 4.786 4.859 NPL Kredit UMKM (%) 3,25 3,68 3,59 3,58 4,38 5,16 5,41 4,94 5,87 Kredit ke Rumah Tangga (Rp miliar) 6.429 6.827 7.147 7.414 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787 NPL Kredit ke Rumah Tangga (%) 0,84 0,93 0,89 0,74 0,87 1,05 1,07 1,00 1,39 - Inflow 522 188 572 397 632 319 462 281 939 - Outflow 162 604 1.221 1.430 120 675 1.056 1.025 230 - Net (Inflow - Outflow) 360 (417) (649) (1.032) 512 (356) (595) (744) 708

- Volume (lembar) 30.167 39.590 35.330 44.054 44.549 39.339 38.672 42.665 44.644 - Nominal (Rp miliar) 599 944 1.063 11.652 902 842 847 979 1.003 - Volume (lembar) 15.328 22.138 24.609 39.800 21.472 23.296 25.676 23.907 9.513 - Nominal (Rp miliar) 12.078 39.800 30.663 34.745 22.108 25.541 28.649 28.768 25.624 Kas (Rp miliar) Perbankan Kliring RTGS Indikator 2013 2014

(12)
(13)

Ringkasan

Eksekutif

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada Triwulan I tumbuh meningkat Perbaikan kinerja sektor tambang dan stabilnya kinerja investasi mendorong peningkatan ekonomi pada triwulan I 2015 Gambaran Umum

Pada Triwulan I 2015 ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh sebesar 5,8% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV 2014 (5,3%, yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, pertumbuhan Sultra lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan I mencapai 4,7% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi di Sulawesi Tenggara tercatat menurun sebesar 7,80% (yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,79% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen

administered prices

dan

volatile food

. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan sejalan dengan trend konsumsi pemerintah dan masyarakat yang melambat di awal tahun.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai menunjukan peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan dan stabilnya kinerja sektor industri pengolahan. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra di triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Selama triwulan I 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy), angka tersebut juga tercatat berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 4,7% (yoy).

(14)

Peningkatan realisasi belanja pemerintah tidak diikuti oleh peningkatan realisasi pendapatan pemerintah Tekanan inflasi Sultra menurun yang disebabkan oleh penurunan harga BBM bersubsidi Intermediasi perbankan mengalami peningkatan dengan risiko yang meningkat Keuangan Pemerintah

Realisasi belanja fiskal pemerintah provinsi mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Realisasi belanja Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 12,5%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan triwulan I tahun 2014 sebesar 10,3%. Di sisi lain, realisasi pendapatan pemerintah provinsi justru mengalami penurunan yang signifikan yakni hanya mencapai 0,03%, menurun cukup dalam jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014 yang mencapai 12,3%

Inflasi Daerah

Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 mengalami penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80% (yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen

administered prices

dan

volatile food

. Komponen

administered

prices

menjadi faktor terbesar yang mendorong penurunan pada periode

tersebut disebabkan oleh kebijakan menurunkan harga BBM bersubdisi pada Bulan Januari 2015. Sementara itu, penurunan komponen

volatile

food

dipicu telah masuknya musim panen komoditas cabai merah dan cabai rawit.

Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran

Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan I 2015 mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat dan kredit yang disalurkan. Meskipun demikian, risiko kredit mengalami peningkatan meskipun masih berada dalam level yang aman. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan sejalan dengan

trend

(15)

Bab 6- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan mengalami penurunan yang diikuti menurunnya tingkat kesejahteraan. Perumbuhan ekonomi Sultra pada triwulan II 2015 akan mengalami peningkatan disertai kenaikan tekanan inflasi

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,1% (Februari 2014) menjadi 3,6% (Februari 2015). Meskipun jumlah penduduk yang bekerja juga meningkat, namun belum pulihnya kinerja semua sektor ekonomi utama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan mengalami penurunan terutama pada masyarakat pedesaan. Hal tersebut terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level 100 dan bahkan semakin menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Prospek Perekonomian

Pada triwulan II 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya kenaikan tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diprakirakan berada pada kisaran 6,0% - 6,5% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan dan sektor pertanian.

Sementara itu, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 cenderung meningkat dengan perkirakan berada pada kisaran 7,7% - 8,1% (yoy). Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan tekanan inflasi dari kelompok

volatile food

seiring naiknya tingkat permintaan masyarakat atas komoditas bahan pangan memasuki momen bulan suci ramadhan.

(16)
(17)

Pertumbuhan

Ekonomi Daerah

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai menunjukan peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan dan stabilnya kinerja sektor industri pengolahan. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra di triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Selama triwulan I 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy).

(18)

1.1 KONDISI UMUM

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 5,8% (yoy), tumbuh terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,3% (yoy). Dari sisi penawaran, meningkatnya perekonomian Sulawesi Tenggara di periode laporan secara dominan didorong oleh meningkatnya kinerja sektor tambang pasca kontraksi yang terjadi sejak awal tahun 2014 akibat pemberlakuan UU Minerba. Peningkatan kinerja sektor tambang juga turut memberikan

multiplier efek atas kinerja positif di sektor industri olahan. Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Hal tersebut sejalan dengan fokus pemerintah daerah atas pengembangan sarana prasarana infrastruktur daerah seperti pembangunan jembatan, pengembangan pelabuhan laut dan udara, serta fokus pemerintah dalam pembangunan kawasan industri khusus.

Sumber : BPS Sultra, BPS RI

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara

Bila dibandingkan dengan perekonomian secara nasional, perekonomian Sulawesi Tenggara berada di atas level pertumbuhan nasional yang hanya tumbuh 4,7% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara masih memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi lagi di periode mendatang. Mulai beroperasinya smelter baru di Sulawesi Tenggara serta based point effect di periode triwulan I tahun 2014 mendorong perbaikan perekonomian Sultra apabila dibandingkan dengan kinerja ekonomi nasional yang masih relatif melambat di triwulan I 2015.

1.2 PERKEMBANGAN SISI PENGELUARAN

Dari sisi pengeluaran, peningkatan perekonomian Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan pada kinerja ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Meskipun masih terkontraksi, kinerja ekspor luar negeri yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mampu mendorong perekonomian secara keseluruhan. Sementara itu, perekonomian

10,6% 11,7% 7,5% 6,3% 8,7% 5,5% 5,9% 5,3% 5,8% 6,2% 6,0% 5,6% 5,0% 5,1% 5,0% 4,9% 5,0% 4,7% I II III IV I 2011 2012 2013 2014 . 2014 2015

Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional

(19)

Sulawesi Tenggara juga ditopang oleh stabilnya pertumbuhan investasi di triwulan I 2015. Adapun komponen konsumsi rumah tangga meskipun melambat masih memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian Sulawesi Tenggara. Dari pertumbuhan secara total sebesar 5,8%, kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai 2,9%.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy)

PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi) Sumber : BPS Sultra, Diolah

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga

Aktivitas konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 masih tumbuh cukup tinggi sebesar 5,7% (yoy), namun lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat mencapai 6,0% (yoy). Perlambatan yang terjadi tersebut terkonfirmasi oleh indeks keyakinan konsumen di Kota Kendari hasil Survei Konsumen-Bank Indonesia yang juga mengalami penurunan dari 130,39 di triwulan IV 2014 menjadi 127,33 di triwulan I 2015. Beberapa faktor yang mempengaruhi melambatnya konsumsi berdasarkan hasil survei tersebut adalah ketersediaan lapangan pekerjaan yang menjadi lebih terbatas dan adanya penundaan pembelian barang tahan lama (durable goods). Adapun indeks penghasilan diindikasikan mengalami peningkatan seiring dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, meskipun demikian hal tersebut tidak mendorong konsumsi secara umum.

Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.3. Indeks Penghasilan

2015 Pangsa % SOG %

I II III IV I

1. Konsumsi Rumah Tangga 7,0% 6,6% 6,8% 6,6% 6,8% 6,4% 5,7% 50,4% 2,9%

2. Konsumsi LNPRT 1,8% 11,9% 15,0% 11,8% 10,0% 10,8% -11,0% 1,0% -0,1%

3. Konsumsi Pemerintah 5,5% 3,4% 2,2% 2,8% 3,1% 5,1% 2,5% 13,0% 0,3%

4. PMTB 6,2% 9,2% 6,5% 7,8% 11,7% 10,6% 10,0% 38,2% 1,5%

5. Perubahan Inventori 2,4% -9,9% -13,2% -16,1% -360,4% -1198,0% -425,4% 1,7% 2,3%

6. Eksport Luar Negeri -2,5% -63,8% -51,1% -69,7% -54,5% -75,0% -43,1% 5,0% -4,0%

7. Import Luar Negeri 37,9% 28,3% -4,2% 19,3% 43,9% 43,9% 62,4% -6,8% -2,8%

8. Net Eksport Antar Daerah -13,0% -67,7% -58,1% -61,8% -38,1% -90,9% -68,5% -2,4% 5,6%

PDRB 7,5% 6,3% 8,7% 5,5% 5,9% 5,3% 5,8% 100% 5,8% 2014 Komponen Pengeluaran 2013 2014 Tw I 2015 127,33 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen

Indeks 143,33 108,67 80 90 100 110 120 130 140 150 160

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Indeks Penghasilan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

(20)

Selain itu, perlambatan konsumsi juga terlihat dari perlambatan konsumsi listrik dan konsumsi air (Grafik 1.4 dan 1.5). Pada triwulan I 2015, konsumsi listrik di Sulawesi Tenggara hanya tumbuh 0,6% (yoy), lebih rendah daripada konsumsi di triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 1,0% (yoy). Rusaknya salah satu pembangkit listrik dan beberapa jaringan transmisi yang putus karena kondisi cuaca menyebabkan defisit listrik di Sulawesi Tenggara mencapai 25 MW setiap harinya. Kondisi yang sama juga terjadi pada konsumsi air minum PDAM yang masih terkontraksi sebesar 8,0% (yoy). Indikator konsumsi lainnya seperti penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak pembelian barang mewah (PPnBM) juga menunjukkan adanya penurunan. Bahkan pada triwulan I 2015 pertumbuhan penerimaan pajak tersebut terkontraksi sebesar 37,1% (Grafik 1.7).

Sumber: PLN Area Kendari (diolah) Sumber: PDAM Kendari (diolah)

Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air

Sumber: KPP Kendari (diolah) Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah) Grafik 1.6. Penerimaan Pajak Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi

85.345 0,56% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Konsumsi Listrik gKonsumsi Listrik (sb. Kanan)

Konsumsi Listrik (MW) yoy

710 -7,99% -25% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 400 500 600 700 800 900 1.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Konsumsi Air gKonsumsi Air (sb. Kanan) Volume (ribu m3) yoy 25,7 -37,14% -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 20 40 60 80 100 120 140

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 PPN & PPnBM gPPN,PPnBM (sb.kanan) Rp miliar yoy 9,63 14,4% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 0 2 4 6 8 10 12

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)

(21)

Seiring dengan aktivitas konsumsi yang melambat, penyaluran kredit konsumsi juga mengalami perlambatan. Melambatnya kredit konsumsi tersebut juga dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi nasional. Pada triwulan I 2015, kredit konsumsi hanya tumbuh sebesar 14,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 14,9% (yoy). Perlambatan tersebut terutama terjadi pada kredit pemilikan rumah yang tumbuh sebesar 19,7% (yoy), lebih rendah dari sebelumnya dapat tumbuh sebesar 20,5% (yoy). Kondisi yang sama juga terjadi di kredit kepemilikan kendaraan dan kredit rumah tangga lainnya.

1.2.2 Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 2,5% (yoy), mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Hal tersebut menyebabkan andil komponen konsumsi pemerintah juga masih relatif rendah yakni hanya sebesar 0,3% dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% (yoy). Rendahnya laju pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut sejalan dengan relatif masih rendahnya realisasi APBD pemerintah daerah sesuai dengan pola tahunannya dimana serapan anggaran belanja pemerintah baru mulai optimal memasuki semester II. Perlambatan tersebut sebagai akibat masih rendahnya pembayaran gaji pegawai, realisasi belanja barang/jasa dan belanja bantuan sosial pemerintah terutama yang bersumber dari APBD. Meskipun demikian, sejak triwulan I berbagai kegiatan sudah diupayakan oleh pemerintah daerah dalam mendorong percepatan proses lelang dan pengadaan barang dan jasa, di antaranya dengan pengadaan melalui sistem online.

Selain itu, masih rendahnya kontribusi konsumsi pemerintah juga terkait dengan belum terealisasinya pengadaan barang dan jasa yang menggunakan anggaran APBN. Pada triwulan I 2015 masih dilakukan konsolidasi anggaran dan nomenklatur di pemerintahan baru. Peraturan pemerintah mengenai rincian APBN-P tahun 2015 juga baru dikeluarkan pada tanggal 17 Maret 2015 (Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian APBN 2015). Hal tersebut menyebabkan realisasi program dengan menggunakan APBN akan lebih banyak dilakukan pada triwulan mendatang.

1.2.3 Investasi

Kondisi kegiatan investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 masih tumbuh dalam tingkatan yang tinggi dan cenderung stabil. Investasi tumbuh sebesar 10% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,6% (yoy). Masih stabilnya pertumbuhan investasi tersebut turut menopang kondisi perekonomian di triwulan I 2015.

(22)

Sumber: BKPM (diolah) Sumber: BKPM (diolah)

Grafik 1.8. Penanaman Modal Asing Grafik 1.9. Penanaman Modal Dalam Negeri

Stabilnya kegiatan investasi terutama disebabkan terealisasinya penanaman modal asing (PMA) di triwulan I 2015 sebesar US$55,7 juta, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya terealisasi sebesar US$40,5 juta. Meskipun demikian, peningkatan tersebut tertahan oleh tidak adanya realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) padahal pada triwulan sebelumnya terdapat realisasi sebesar Rp191,8 miliar.

Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.10 Kredit Investasi Sulawesi Tenggara Grafik 1.11. Impor Barang Modal

Masih stabilnya aktivitas investasi juga berpengaruh pada realisasi kredit investasi yang masih berada pada kisaran Rp3,80 miliar dan masih terkontraksi sebesar 6,3% (yoy), relatif sama dengan kondisi di triwulan sebelumnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh lebih besarnya PMA dibandingkan dengan PMDN di triwulan I 2015, dimana PMA lebih banyak menggunakan kredit sindikasi dari perbankan/lembaga keuangan luar negeri.

40,5 55,7 10 20 30 40 50 60 70

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Penanaman Modal Asing

US$ Juta 191,8 0,0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Penanaman Modal Dalam Negeri

Rp miliar 3,80 -6,3% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 160% 180% 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Kredit Investasi gKredit Investasi (sb. Kanan)

Rp triliun %, yoy 0,83 9,86 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015

Impor Barang Modal

(23)

Di sisi lain, aktivitas impor barang modal menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari hanya 0,83 ribu ton pada triwulan IV 2014 menjadi 9,86 ribu ton pada triwulan laporan. Tingginya volume impor barang modal tersebut didorong oleh beberapa proyek pembangunan smelter pengolahan nikel. Di samping itu, pelaksanaan beberapa proyek instansi seperti pembangunan beberapa power plant PLN dalam rangka mendukung ketersediaan pasokan listrik juga mendorong impor barang modal tersebut. Meskipun tendensi peningkatan investasi tercatat cukup tinggi, namun masih terdapat kendala-kendala pengembangan investasi agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, antara lain; (1) kualitas sumber daya manusia yang masih cukup rendah menyebabkan pengembangan investasi berbiaya tinggi karena harus mendatangkan tenaga kerja dari luar wilayah Sulawesi Tenggara, (2) infrastruktur jalan yang masih banyak rusak sehingga meningkatkan biaya transportasi, (3) masih terdapat masalah pembebasan lahan serta kurangnya infrastruktur pendukung seperti telekomunikasi, listrik dan pelabuhan.

Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sultra

Grafik 1.12. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014 1.2.4 Ekspor Dan Impor

Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 tercatat masih terkontraksi sebesar 43,1% (yoy). Meskipun demikian, kondisi tersebut menujukkan adanya perbaikan karena kontraksi ekspor tersebut tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 75,0% (yoy). Terkontraksinya ekspor Sulawesi Tenggara pada periode laporan masih disebabkan dampak atas pemberlakuan UU Minerba No. 4 Tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang berupa mineral mentah. Komoditas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh komoditas bahan tambang mentah yang mayoritas adalah ore nikel terkena dampak secara langsung atas diberlakukannya UU Minerba tersebut. Aktivitas ekspor tambang Sulawesi Tenggara berhenti secara total memasuki bulan Februari tahun 2014 terutama berasal dari perusahaan yang tidak memiliki

smelter.

Smelter Feni Swasta Asing

Smelter NPI Swasta Asing 100%

Realisasi: Rp160 M

30%

Smelter NPI Swasta Asing 40%

Smelter NPI Swasta Asing 30%

Smelter NPI Swasta Asing 60%

Smelter Feni Swasta Asing 30%

Smelter NPI Swasta Asing 40%

Smelter Feni Swasta Asing

30%

Smelter NPI Swasta Asing 40%

Smelter NPI Swasta Asing 30%

Smelter NPI Swasta Asing 60%

Smelter Feni BUMN

100% Realisasi: Rp2,72 T A: Rp168 M A: Rp34 M A: Rp1,96 T A: $139,9 rb A: $5 juta A: $100 juta A: $172,5 juta A: $13 juta

(24)

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.13 Pertumbuhan Nilai Ekspor Grafik 1.14. Pangsa Komoditas Ekspor

Perbaikan kinerja ekspor tersebut terlihat dari ekspor Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 yang mencapai US$ 66,1 juta. Meskipun masih terkontraksi sebesar 47,7% (yoy), namun lebih baik daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 75,1% (yoy). Perbaikan tersebut terutama didorong oleh peningkatan ekspor hasil perikanan, seperti rajungan, gurita, ikan tuna dan ikan hidup lainnya. Sementara itu, ekspor feronikel masih menunjukkan penurunan yang semakin dalam di triwulan I 2015.

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.15 Ekspor Feronikel Grafik 1.16. Pertumbuhan ekspor perikanan

Sejalan dengan arah ekspor, aktivitas impor luar negeri Sulawesi Tenggara pada periode laporan juga menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 62,4% (yoy) setelah di triwulan sebelumnya tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 43,9% (yoy). Dari data Bea Cukai, impor luar negeri di triwulan I 2015 mencapai US$ 17,14 juta, tumbuh sebesar 298,1% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 124,6% (yoy).

66,1 -47,74% -100% -80% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 50 100 150 200 250 300 350 400

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Mil

lion

s

Ekspor Sultra gEkspor Sultra (sb.kanan)

Juta US$ yoy

Ikan hidup 202,7 0% Tuna 413,2 1% Rajungan 340,4 1% Gurita 1237,9 2% Feronikel 63793,1 96% Lainnya 112,6 0% 63,8 -19,98% -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350% 400% 450% 20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Ekspor Ferronikel gEkspor Feronikel (sb.kanan)

Juta US$ yoy

-94,9% -75,7% 30,3% 47,2% -47,3% -13,1% 35,9% 72,6% -150,0% -100,0% -50,0% 0,0% 50,0% 100,0% Ikan Hidup Tuna Rajungan Gurita Tw I-15 Tw IV-14 %,yoy

(25)

Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: PT. Pelindo IV (diolah)

Grafik 1.17 Volume Impor Grafik 1.18. Arus Bongkar Barang Pelabuhan

1.3 PERKEMBANGAN SISI PENAWARAN: SEKTOR EKONOMI UTAMA

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy)

PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi) Sumber : BPS Sultra, Diolah

Dari sisi penawaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sultra secara dominan didorong oleh kinerja positif di sektor pertambangan yang pada periode laporan tercatat tumbuh sebesar 9,4% (yoy) setelah selama tahun 2014 tercatat tumbuh negatif akibat dari diberlakukannya UU Minerba. Selain itu, stabilnya kinerja sektor industri pengolahan turut menopang peningkatan perekonomian di triwulan I 2015. Hal tersebut seiring dengan mulai optimalnya proses produksi nikel olahan di salah satu produsen penghasil Nickel Pig Iron yang baru berdiri di Sultra, setelah di periode

17,14 298,09% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 10 20 30 40 50 60 70 I II III IV I 2014 2015

Impor Sultra gImpor Sultra (sb.kanan)

Juta US$ yoy

316.901,0 -23,31% -40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Arus Bongkar Pelabuhan gArus Bongkar (sb. Kanan)

Volume (T/M3)

yoy

2015 Pangsa % SOG %

I II III IV I

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,0% 9,1% 13,9% 12,0% 8,3% 2,8% -0,6% 23,4% -0,1%

Pertambangan dan Penggalian 7,5% -4,8% 0,0% -8,1% -5,6% -5,0% 9,4% 21,7% 2,0%

Industri Pengolahan 4,2% 7,7% -3,8% 2,3% 13,9% 18,7% 18,2% 6,3% 1,0%

Pengadaan Listrik, Gas 13,6% 10,6% 7,1% 7,3% 9,1% 18,6% 17,0% 0,1% 0,0%

Pengadaan Air 9,3% 7,0% 9,5% 4,9% 7,3% 6,2% 3,0% 0,2% 0,0%

Konstruksi 8,7% 12,6% 16,2% 13,8% 11,4% 9,8% 1,7% 11,7% 0,2%

Perdagangan Besar dan Eceran 9,1% 8,3% 10,8% 6,0% 8,0% 8,5% 6,7% 12,1% 0,8%

Transportasi dan Pergudangan 6,4% 5,1% 7,0% 3,6% 3,7% 6,3% 5,3% 4,3% 0,2%

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,3% 9,4% 9,7% 9,5% 8,8% 9,6% 5,8% 0,6% 0,0%

Informasi dan Komunikasi 13,8% 2,9% 4,8% 3,3% 1,7% 2,0% 3,6% 2,3% 0,1%

Jasa Keuangan 14,2% 9,4% 8,8% 8,2% 8,4% 12,2% 10,8% 2,3% 0,2%

Real Estate 5,6% 6,6% 7,7% 7,5% 5,9% 5,5% 4,0% 1,8% 0,1%

Jasa Perusahaan 13,0% 9,7% 13,0% 9,9% 9,3% 7,1% 7,7% 0,2% 0,0%

Administrasi Pemerintahan 4,3% 13,0% 11,3% 10,2% 13,9% 16,1% 7,6% 5,5% 0,4%

Jasa Pendidikan 11,5% 14,0% 14,9% 13,7% 13,0% 14,4% 14,4% 5,0% 0,7%

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11,1% 12,1% 15,2% 15,6% 8,2% 10,0% 6,8% 1,0% 0,1%

Jasa Lainnya 8,5% 12,9% 16,7% 18,0% 10,5% 7,4% 5,5% 1,5% 0,1%

PDRB 7,5% 6,3% 8,7% 5,5% 5,9% 5,3% 5,8% 100,0% 5,8%

Sektoral 2013 2014 2014

(26)

tahun 2014 masih berada dalam fase produksi uji coba. Sementara itu, sektor dominan lainnya seperti sektor pertanian mengalami kontraksi dan sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi mengalami perlambatan kinerja. Hal tersebut menahan laju peningkatan di triwulan I 2015.

1.3.1 Sektor Pertanian

Pada periode laporan, perkembangan sektor pertanian tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,6% (yoy) setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 2,8% (yoy). Berdasarkan hasil liaison

dengan beberapa instansi serta beberapa pelaku usaha di lapangan, penurunan kinerja sektor pertanian yang terjadi di triwulan I 2015 terutama disebabkan oleh bergesernya musim panen raya di hampir seluruh sentra produksi padi di Sulawesi Tenggara. Pola panen raya yang biasanya terjadi di rentang periode triwulan I (bulan Maret), pada tahun ini bergeser menjadi bulan April-Mei. Pergeseran musim panen itu sendiri disebabkan oleh relatif tingginya tingkat curah hujan selama awal periode triwulan I (bulan Februari) sehingga menganggu pola masa tanam komoditas padi.

Sejalan dengan hal tersebut, tingginya curah hujan di awal periode triwulan I selain menganggu kinerja sub-sektor tabama juga turut menganggu kinerja sub-sektor perikanan. Berdasarkan hasil liaison kepada instansi terkait, diketahui bahwa terjadi penurunan produksi ikan segar. Tingginya tingkat curah hujan menyebabkan nelayan mengalami kesulitan untuk pergi melaut sehingga menganggu kinerja dan mengurangi hasil tangkapan ikan segar.

Di sisi lain, rendahnya kinerja sektor pertanian juga tidak lepas dari rendahnya kinerja tanaman perkebunan yang secara dominan diwakili oleh tanaman kakao. Sebagaimana pola musimannya, periode triwulan I merupakan fase perawatan bagi pohon kakao, sehingga hasil produksi dari komoditas tersebut relatif sangat rendah. Masa panen kakao sendiri baru akan terjadi memasuki akhir periode triwulan II dengan asumsi tidak terjadi pergeseran musim panen yang biasanya dipengaruhi oleh kondisi cuaca.

1.3.2 Sektor Pertambangan

Setelah pada tahun 2014 tercatat tumbuh terkontraksi dan memberikan andil negatif, sektor pertambangan tumbuh terakselerasi cukup tinggi di awal tahun 2015, yakni sebesar 9,4% (yoy). Peningkatan tersebut sangat signifikan karena di triwulan sebelumnya kinerja sektor ini terkontraksi sebesar 5,0% (yoy). Tingginya tingkat pertumbuhan sektor tambang di periode laporan, selain disebabkan oleh based point effect pasca pemberlakuan UU Minerba di awal tahun 2014, juga disebabkan oleh tingginya kebutuhan akan pasokan bahan tambang berupa ore nickel yang dibutuhkan dalam proses pembuatan nikel olahan. Kondisi tersebut sejalan dengan pesatnya perkembangan di sektor industri olahan seiring dengan pembangunan smelter baru di beberapa

(27)

saat ini sudah terdapat 2 (dua) smelter yang telah beroperasi secara penuh. Pengoperasian tungku

smelter secara maksimal akan memberikan efek langsung atas naiknya tingkat kebutuhan ore nickel

yang digunakan untuk proses pemurnian menjadi komoditi Nickel Pig Iron (NPI) maupun Ferro Nickel

(Feni) sehingga turut mendorong kinerja sektor tambang.

Mulai membaiknya kinerja sektor tambang tercermin dari mulai meningkatnya produksi ore nickel di salah satu perusahaan pertambangan yang dapat tumbuh sebesar 1027,4% (yoy) di triwulan I 2015. Perusahaan tersebut berhasil memproduksi ore nickel sebesar 112,7 ribu WMT. Meskipun demikian, hasil produksi tersebut masih jauh dari rata-rata produksi triwulanan pada tahun 2012-2013 yang lalu, dimana rata-rata produksi ore nickel dapat mencapai 710 ribu WMT/triwulan. Perusahan yang memiliki smelter pengolahan nikel berupa Feni juga mencatat peningkatan produksi Feni. Pada triwulan I 2015, produksi Feni mencapai 4.501 WMT, tumbuh sebesar 35,6% (yoy) lebih tinggi dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 29,8% (yoy).

Sumber: Salah Satu Produsen Nikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah) Grafik 1.19.Produksi Ore Nikel Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertambangan

Sejalan dengan telah berlakunya UU Minerba terkait pelarangan ekspor mineral mentah, maka fokus pemerintah saat ini beralih kepada realisasi pembangunan dan pengembangan industri pengolahan di wilayah Sulawesi Tenggara. Diharapkan dengan berdirinya pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) tersebut akan memberikan nilai tambah yang jauh lebih tinggi terhadap hasil pertambangan di Sulawesi Tenggara, selain itu juga dapat menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi di sektor tambang sekaligus turut mendorong berkembangnya sektor industri pengolahan. Upaya pemerintah saat ini terlihat dari telah berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di Kabupaten Konawe dan Kolaka. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan beberapa waktu lalu terhadap responden pelaku usaha tambang, diketahui bahwa terdapat rencana pengembangan dan pembangunan 34 pabrik pengolahan dan pemurnian mineral lainnya, dimana 12 di antaranya sudah mulai masuk di tahap konstruksi. Diharapkan pembangunan smelter tersebut sudah dapat selesai pada tahun 2016 dan beroperasi secara optimal di tahun 2017.

112.738,0 1027,38% -200% 0% 200% 400% 600% 800% 1000% 1200% 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Produksi Ore Nickle gProduksi Ore Nickle (sb.kanan)

Volume (WMT) yoy 1.521 5,9% -20,0% 0,0% 20,0% 40,0% 60,0% 80,0% 100,0% 120,0% 1.360 1.380 1.400 1.420 1.440 1.460 1.480 1.500 1.520 1.540 1.560 III IV I II III IV I 2013 2014 2015

Kredit Sektor Pertambangan gKredit Pertambangan (sb.kanan)

(28)

Peningkatan kinerja sektor pertambangan juga diikuti dengan meningkatnya kredit ke sektor tersebut. Pada triwulan I 2015, kredit ke sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara berdasarkan lokasi proyek mencapai Rp1,52 triliun, tumbuh sebesar 5,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 7,2% (yoy). Dengan demikian, perbankan merealisasikan tambahan kredit ke sektor ini sebesar Rp87 miliar selama 1 triwulan.

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sejalan dengan kinerja di sektor pertambangan, pada triwulan I 2015 sektor industri pengolahan tercatat tumbuh stabil sebesar 18,2% (yoy), relatif sama dengan kinerja di triwulan sebelumnya sebesar 18,7% (yoy). Tingginya kinerja sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara tersebut turut menopang akselerasi perekonomian di periode laporan. Hal tersebut didorong peningkatan kapasitas produksi feronikel di salah satu perusahaan industri pengolahan terbesar di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I 2015, produksi feronikel di perusahaan tersebut tumbuh sebesar 35,6% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 29,8% (yoy). Selain itu, tingginya kinerja sektor industri olahan juga turut didorong oleh mulai berproduksinya salah satu perusahaan pengolah nikel yang telah memasuki fase produksi optimal, setelah selama tahun 2014 silam berada di fase uji coba.

Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum Sultra, Lokasi Proyek (diolah) Grafik 1.21 Perkembangan Produksi Feronikel Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Sektor Industri

Stabilnya kinerja sektor pengolahan belum diikuti dengan membaiknya realisasi kredit perbankan di sektor ini. Pada triwulan I 2015, kredit ke sektor industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 8,3% (yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 13,5% (yoy). Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak terlalu mempengaruhi kinerja sektor ini dan tetap menunjang perkembangan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil konfirmasi dari beberapa pelaku usaha terkait, diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha sektor industri olahan relatif cenderung

4.501,0 35,55% -40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Produksi Ferro Nickle gProduksi Ferro Nickle (sb.kanan)

Volume (WMT) yoy 171,6 8,3% 0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0% 135 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 III IV I II III IV I 2013 2014 2015

Kredit Sektor Industri gKredit Industri (sb. Kanan)

(29)

memilih memenuhi kebutuhan modalnya melalui pemenuhan modal sendiri dibandingkan melalui fasilitas kredit perbankan.

1.3.4 Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran

Sejalan dengan masih terkontraksinya ekspor dan melambatnya konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, kinerja sektor perdagangan besar dan eceran pada triwulan I 2015 hanya tumbuh sebesar 6,7% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 8,5% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran di periode laporan di antaranya adalah akibat menurunnya aktivitas perdagangan antarpulau. Di samping itu, pelemahan daya beli masyarakat juga turut mendorong penurunan aktivitas dan kinerja di sektor perdagangan besar dan eceran.

Kondisi tersebut terkonfirmasi dari penurunan penjualan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Data Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan adanya penurunan penjualan kendaraan roda dua sebesar 13,6% (yoy) dan penurunan sebesar 31,0% (yoy) atas penjualan kendaraan roda empat.

Sumber: Dispenda Provinsi Sultra (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)

Grafik 1.23 Penjualan Kendaraan Bermotor Grafik 1.24 Transaksi Perdagangan luar negeri

Melambatnya kinerja sektor perdagangan juga dipengaruhi oleh menurunnya transaksi perdagangan luar negeri. Melemahnya nilai ekspor disebabkan oleh masih tidak stabilnya kondisi ekonomi negara tujuan ekspor seperti Tiongkok. Di sisi lain, pulihnya kondisi ekonomi Amerika dan Eropa yang memberikan efek atas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika menyebabkan beban biaya perolehan barang impor menjadi lebih mahal. Kondisi tersebut mendorong beberapa importir cenderung menahan pembeliannya sambil menunggu kondisi menjadi lebih stabil.

-13,55% -31,03% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Kendaraan Roda 2 Kendaraan Roda 4 %, yoy 66,1 17,1 20 40 60 80 100 120 140 160 I II III IV I 2014 2015 Ekspor LN Impor LN Juta USD

(30)

Di sisi lain, perlambatan yang terjadi di sektor perdagangan besar dan eceran juga turut terkonfirmasi oleh menurunnya aktivitas bongkar dan muat di pelabuhan Kota Kendari. Data PT Pelindo menunjukan bahwa aktivitas bongkar barang tercatat mengalami penurunan sebesar 23,3% (yoy), sementara aktivitas muat barang juga mengalami penurunan yakni sebesar 3,7% (yoy).

Sumber: PT Pelindo (diolah) Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)

Grafik 1.25 Nominal Exim Sultra Grafik 1.26 Penjualan Kendaraan Bermotor

Selain itu, kondisi perlambatan sektor perdagangan diikuti dengan melambatnya realisasi kredit ke sektor tersebut. Pada triwulan I 2014, kredit sektor perdagangan mencapai Rp3,99 triliun, atau tumbuh sebesar 10,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 12,1% (yoy).

1.3.5 Sektor Konstruksi

Pada triwulan I 2015, sektor konstruksi tumbuh sebesar 1,7% (yoy) melambat cukup besar bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 9,8% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan melambatnya aktivitas investasi bangunan di Sulawesi Tenggara dan terkofirmasi juga dari perlambatan kredit sektor konstruksi di triwulan I 2015. Adapun investasi yang masih tumbuh tinggi di triwulan tersebut adalah investasi non-bangunan, yaitu berupa kendaraan dan mesin smelter.

Perlambatan investasi bangunan terjadi karena realisasi konstruksi fisik bangunan belum terlalu tinggi. Di samping itu, based point effect akibat dari tingginya kinerja sektor konstruksi di periode yang sama tahun lalu juga turut menjadi salah satu penyebab atas rendahnya tingkat pertumbuhan sektor konstruksi di periode laporan.

Meski demikian, fokus pemerintah atas lanjutan pengembangan infrastruktur di beberapa kota/kabupaten seperti konstruksi gedung perkantoran dan beberapa realisasi proyek swasta terkait konstruksi beberapa hotel dan komplek perumahan diperkirakan akan turut mendorong

-23,31% -3,69% -150% -100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Arus Bongkar Arus Muat %, yoy 3.994 10,7% 0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0% 40,0% 3.100 3.200 3.300 3.400 3.500 3.600 3.700 3.800 3.900 4.000 4.100 III IV I II III IV I 2013 2014 2015

Kredit Sektor Perdagangan gKredit Perdagangan

(31)

perkembangan pertumbuhan sektor konstruksi memasuki periode triwulan II 2015. Berdasarkan hasil

liaison dengan beberapa instansi terkait, diperkirakan kondisi tersebut akan berlangsung secara berkesinambungan selama rentang tahun 2015 hingga tahun 2016.

Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Asosiasi Semen

Grafik 1.27 Kredit Sektor Konstruksi Grafik 1.28. Penjualan Semen 1.3.6 Sektor Transportasi Dan Pergudangan

Sektor transportasi dan pergudangan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh melambat sebesar 5,3% (yoy) pada triwulan I 2015 setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 6,3% (yoy). Perlambatan tersebut terkonfirmasi oleh jumlah penumpang bandara yang mengalami penurunan sebanyak 86,1 ribu orang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di samping itu, penurunan jumlah penumpang juga terjadi pada mode transportasi laut dimana terdapat penurunan arus jumlah penumpang di pelabuhan sebesar 26,8 ribu penumpang bila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya.

Sumber: Bandar Udara Haluoleo Sumber: PT Pelindo

Grafik 1.29.Arus Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.30. Arus Penumpang Kapal laut 428,6 -8,9% -15,0% -10,0% -5,0% 0,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 0 100 200 300 400 500 600 III IV I II III IV I 2013 2014 2015

Kredit Sektor Konstruksi gKredit Konstruksi (sb.kanan)

Rp miliar %, yoy 136.246 123.173 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 Penjualan Semen kg 250.009 163.936 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Penumpang Pesawat Udara

orang 152.200 125.377 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000 200.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Penumpang Kapal Laut

(32)

Berdasarkan hasil konfirmasi dari beberapa instansi terkait, penurunan yang terjadi di periode laporan terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga tiket pesawat udara sejalan dengan kebijakan pemerintah. Di samping itu, penurunan yang terjadi juga sejalan dengan pola tahunan yang ada, dimana pada rentang periode triwulan I relatif tidak terdapat momen hari raya, libur panjang ataupun pelaksanaan event skala nasional maupun internasional yang dapat mendorong tingginya arus transportasi masyarakat, baik melalui mode transportasi udara maupun laut.

(33)

BOKS 1

POTENSI SEKTOR TAMBANG PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Berdasarkan hasil studi dan penelitian terakhir terhadap kondisi sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara diketahui bahwa di dalam perut bumi Sulawesi Tenggara terkandung berbagai macam potensi sumber daya alam yang bernilai tinggi.

Terdapat 3 (tiga) komoditas tambang utama di Sulawesi Tenggara yakni Ore Nikel, Aspal dan Emas. Ketiga komoditas tersebut tersebar secara merata di seluruh wilayah Kabupaten di Sulawesi Tenggara. Dari gambar diatas diketahui bahwa untuk komoditas ore nikel, potensi cadangan alam terbesar terdapat di Kabupaten Konawe Utara dan Konawe Selatan dengan potensi produksi sebanyak 50 miliar WMT. Untuk keseluruhan Sultra sendiri, memiliki potensi cadangan ore nikel sebanyak 97 miliar WMT dengan nilai ekonomi sebesar Rp23 ribu triliun. Sementara untuk komoditas aspal terkonsentrasi di Pulau Buton, Kabupaten Buton dengan potensi produksi sebanyak 3,8 miliar WMT dan memiliki nilai ekonomis sebesar Rp2,300 triliun. Di sisi lain, kandungan emas yang terdapat di kabupaten Bombana diperkirakan mencapai 1,12jt ton dengan nilai ekonomis yang diperkirakan mencapai hingga Rp400ribu triliun.

Kolaka

• Luas Potensi 57rb ha • Potensi Produksi 12

miliar WMT

Bombana (Emas)

• Potensi Produksi 1,12jt ton • Nilai Ekonomis 400rb triliun Bombana (Nikel)

• Luas Potensi 24rb ha • Potensi Produksi 28 miliar WMT

Konawe Utara & Selatan • Luas Potensi 85rb ha • Potensi Produksi 50

miliar WMT

Baubau & Buton

• Potensi Produksi 3,8 miliar WMT • Nilai Ekonomis 2300 triliun Tambang Nikel

• Luas Potensi 5rb ha

• Potensi Produksi 1,7 miliar WMT Konawe • Luas Potensi 61rb ha • Potensi Produksi 1,7 miliar WMT

±Rp425 ribu

triliun

Kolaka Utara • Luas Potensi 80rb ha • Potensi Produksi 2,8 miliar WMT Nikel Nikel Nikel Nikel Nikel Aspal Emas

Potensi Nikel Sultra:

97 Miliar WMT

23 ribu triliun

Potensi Emas Sultra:

1,2 juta ton

400 ribu triliun

Potensi Aspal Sultra:

4 Miliar WMT

(34)
(35)

Keuangan

Pemerintah

Kondisi perekonomian yang sudah menunjukkan adanya perbaikan belum diikuti oleh peningkatan pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015. Realisasi pendapatan asli daerah yang menurun ditambah dengan belum direalisasikannya pendapatan transfer pemerintah pusat menyebabkan serapan realisasi pendapatan pemerintah daerah baru sebesar 0,03% atau senilai Rp71,93 miliar dari total target sebesar Rp2,26 triliun. Sementara itu, pengelolaan belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan adanya peningkatan. Pada triwulan I 2015 serapan realisasi belanja pemerintah daerah mencapai 12,5% atau senilai Rp286,36 miliar dari total target sebesar Rp2,3 triliun. Hal ini terutama terjadi karena adanya peningkatan belanja operasi dan belanja modal.

(36)

2.1 STRUKTUR ANGGARAN

Konsolidasi pemerintahan baru dan APBN-P tahun 2015 yang baru disetujui di pertengahan triwulan I 2015 menyebabkan kinerja realisasi pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya1. Hal tersebut terlihat dari realisasi pendapatan

yang hanya mencapai Rp71,93 miliar di triwulan I 2015 dan seluruhnya disumbangkan oleh pendapatan asli daerah (PAD). Adapun pada triwulan tersebut tidak ada pendapatan transfer yang didapatkan baik berupa dana alokasi umum, dana alokasi khusus maupun dana bagi hasil. Padahal sejak tahun 2011, pendapatan transfer mendominasi pendapatan APBD Pemprov di triwulan I dengan pangsa sebesar 67%-77% (Grafik 2.1).

Sementara itu dari sisi belanja, pos belanja operasi masih menjadi pos dominan dari struktur belanja pemerintah daerah di triwulan I dengan pangsa sebesar 81%, relatif sama dengan pangsa di tahun sebelumnya yang mencapai 80%. Meskipun demikian, terdapat peningkatan secara nominal pada pos belanja operasi tersebut sehingga mendorong realisasi belanja yang lebih besar di tahun ini. Selain itu, kondisi yang perlu diapresiasi adalah meningkatnya pangsa belanja modal dari hanya 1% di triwulan I 2014 menjadi 3% di triwulan I 2015.

Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Tenggara (diolah) Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Tenggara (diolah) Grafik 2.1. Perkembangan dan Porsi Realisasi

Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara Triwulan I Grafik 2.2. Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja APBD Sulawesi Tenggara Triwulan I

2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD

2.2.1 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN

Realisasi pendapatan Sulawesi Tenggara terhadap anggaran pada triwulan I 2015 jauh lebih rendah jika dibandingkan realisasi pendapatan pemerintah daerah di periode yang sama tahun

100 200 300 400 500 600 2011 2012 2013 2014 2015

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Transfer

Pendapatan Lain-Lain yang Sah Rp miliar Rp71,9 Rp263,7 Rp564,9 Rp371,5 Rp301,6 100% 33% 23% 29% 27% 71% 67% 77% 71% 73% Triwulan I 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2011 2012 2013 2014 2015

Belanja Operasi Belanja Modal Transfer

Rp miliar Rp286,4 Rp251,2 Rp301,7 Rp411,3 Rp172,6 81% 80% 65% 74% 91% 16% 19% 30% 20% 9% Triwulan I

(37)

sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 baru terealisasi senilai Rp71,93 miliar, atau sebesar 0,03% dari target total pendapatan dalam APBD 2015. Angka serapan tersebut tercatat mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan dengan realisasi di triwulan I 2014 yang tercatat sebesar Rp263,72 miliar atau 12,3% dari target dalam APBD. Penurunan realisasi pendapatan daerah tersebut secara dominan disebabkan oleh belum terealisasinya pendapatan transfer dari pemerintah pusat yang pada periode triwulan I tahun 2014 dapat terealisasi sebesar 11,5% atau senilai Rp175,68 miliar.

Di sisi lain, realisasi pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) di periode laporan juga tercatat mengalami penurunan apabila dibandingkan realisasi di triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada periode laporan, realisasi PAD Sultra tercatat sebesar 13,6% dari target dalam APBD 2015, atau senilai Rp71,93 miliar, angka tersebut diketahui lebih rendah dibanding realisasi di triwulan I tahun 2014 yang mencapai 15,4% atau senilai Rp88,04 miliar.

Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

Penurunan PAD Sultra tersebut terutama disebabkan oleh belum terealisasinya pendapatan pada pos hasil pengelolaan yang dipisahkan. Meskipun demikian, pos pendapatan pajak daerah di triwulan I 2015 tersebut justru tercatat mengalami peningkatan sebesar 11,3% (yoy) atau senilai Rp6,53 miliar. Kembali meningkatnya aktivitas di sektor pertambangan diperkirakan turut memberikan efek positif atas meningkatnya pendapatan pajak daerah Sulawesi Tenggara.

Realisasi (Miliar Rp) Serap (%) Realisasi (Miliar Rp) Serap (%) Realisasi (Miliar Rp) Serap (%) PENDAPATAN 564,94 28,94% 263,72 12,34% 71,93 0,03 PENDAPATAN ASLI DAERAH 128,77 25,62% 88,04 15,44% 71,93 13,63%

Pendapatan Pajak Daerah 96,38 25,66% 57,59 12,32% 64,12 16,02%

Hasil Retribusi Daerah 5,39 22,26% 4,19 18,17% 0,84 4,59%

Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23,82 100,00% 23,29 97,04% - 0,00%

Lain-lain PAD 3,18 4,03% 2,97 5,34% 6,97 8,18%

PENDAPATAN TRANSFER 434,51 30,10% 175,68 11,51% - 0,00% Transfer Pemerintah Pusat 362,13 31,73% 175,61 14,49% - 0,00%

Dana Bagi Hasil Pajak 0,51 0,75% - 0,00% 0,00%

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 18,63 46,85% - 0,00% 0,00%

Dana Alokasi Umum 327,01 33,33% 175,61 16,67% 0,00%

Dana Alokasi Khusus 15,98 30,00% - 0,00% 0,00%

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 72,38 23,95% 0,08 0,02% - 0,00%

Dana Otonomi Khusus - - - -

-Dana Penyesuaian 72,38 23,95% 0,08 0,02% 0,00%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1,66 28,58% - 0,00% -

-Pendapatan Hibah 0,00% - 0,00%

-Pendapatan Dana Darurat - - - -

-Pendapatan Lainnya 1,66 - - -

-Triwulan I Triwulan I Triwulan I

U R A I A N

APBD 2015 APBD 2014

(38)

2.2.2 REALISASI ANGGARAN BELANJA

Berkebalikan dengan kinerja di sisi pendapatan, penyerapan belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 justru tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi anggaran di triwulan I 2014. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode laporan mencapai 12,5% dari target, lebih tinggi daripada kinerja di periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mampu merealisasikan anggaran sebesar 10,3%. Peningkatan kinerja keuangan pemerintah terutama didorong peningkatan daya serap belanja operasi dan belanja modal. Belanja operasi telah direalisasikan sebesar 16,0% dan secara nominal meningkat sebesar 15,7% (yoy). Sementara belanja modal tercatat telah direalisasikan sebesar 1,8% atau secara nominal meningkat sebesar 214,4%. Disamping itu, pos dana transfer bagi hasil ke kabupaten/kota juga telah terealisasi dengan cukup baik atau sebesar 19,7% dari target APBD.

Tabel 2.2 Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

Meskipun realisasi pos belanja modal penyerapannya baru sebesar 1,8% dari target APBD, namun secara nominal mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh telah terealisasinya beberapa proyek pada pos belanja jalan, irigasi, serta pada pos belanja peralatan dan mesin. Kondisi tersebut sejalan dengan realisasi belanja pemerintah pada perbaikan ruas jalan nasional, maupun jalan provinsi di beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara.

Realisasi (Miliar Rp) Serap (%) Realisasi (Miliar Rp) Serap (%) Realisasi (Miliar Rp) Serap (%) BELANJA 301,73 13,86% 251,22 10,25% 286,36 12,45% BELANJA OPERASI 197,59 14,90% 199,91 13,75% 231,36 16,01% Belanja Pegawai 96,83 16,67% 84,02 14,59% 101,60 17,12% Belanja Barang 14,67 4,93% 21,19 5,22% 20,85 6,65% Belanja Bunga 8,11 27,69% 8,67 33,92% 7,64 31,63% Belanja Subsidi - 0,00% - 0,00% - 0,00% Belanja Hibah 74,42 24,22% 80,03 24,49% 101,27 24,52%

Belanja Bantuan Sosial - 0,00% - 0,00% - 0,00%

Belanja Bantuan Keuangan 3,56 3,19% 6,00 5,04% - 0,00%

BELANJA MODAL 12,15 2,01% 3,37 0,46% 10,61 1,79%

Belanja Tanah - 0,00% - 0,00% - 0,00%

Belanja Peralatan dan Mesin 0,46 0,96% 0,13 0,26% 0,80 1,55%

Belanja Bangunan dan Gedung 0,12 0,22% 0,03 0,02% 0,04 0,02%

Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan 11,56 2,46% 3,21 0,74% 9,76 2,94%

Belanja Aset Tetap Lainnya 0,00 0,02% 0,00 0,00% 0,00 0,05%

BELANJA TIDAK TERDUGA - 0,00% - 0,00% - 0,00%

Belanja Tak Terduga - 0,00% - 0,00% - 0,00%

TRANSFER 91,99 38,95% 47,93 19,20% 44,39 19,74%

Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota - 0,00% 47,93 19,20% 44,39 19,74%

Bagi Hasil Pajak 91,99 38,95% - 0,00% - 0,00%

Triwulan I Triwulan I Triwulan I

U R A I A N

APBD 2015 APBD 2014

Gambar

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy)
Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik  Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air
Grafik 1.8. Penanaman Modal Asing  Grafik 1.9. Penanaman Modal Dalam Negeri
Grafik 1.12. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014  1.2.4   Ekspor Dan Impor
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari pendapat di atas, jelaslah bahwa walaupun secara luas pengertian berkomunikasi dalam perusahaan tidak hanya berkutat dalam masalah bahasa, namun sebuah komunikasi awalnya

kegiatan perburuan, konversi lahan yang dapat dilakukan dengan cara mengubah fungsi kawasan menjadi perkebunan, persawahan, permukiman dan lain sebagainya, serta kegiatan

Dari hasil SGOT dan SGPT nampak bahwa temulawak mampu mencegah kenaikan kadar SGOT, SGPT akibat pemberian parasetamol dosis toksik.Tanaman herbal yang sering

Penarikan contoh/responden menggunakan metode. Responden terdiri atas: petani dan pedagang pengumpul. Pengamatan meliputi: cara penanganan tanaman dan pengolahan hasil,

valve dan sesudah shutdown valve. 2) Apabila ditinjau dari nilai time respons shutdown valve, kinerja shutdown valve masih tergolong bagus, karena dapat menutup aliran fluida

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

demikian pembawaan maskulin masih sangat nampak. Pertunjukan tari Angguk putra diawali dengan doa, seorang pawang biasanya bertugas sebagai pemimpin ritual. Pawang

Kenapa nol? Jarak masing-masing muatan ke titik P adalah sama dan besar muatan juga sama, separuh positif dan separuh lagi negatif sehingga jika dimasukkan angkanya hasilnya