• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ragam Faktor Penentu Metode Keandalan Waktu Perjalanan (Travel Time Reliability)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ragam Faktor Penentu Metode Keandalan Waktu Perjalanan (Travel Time Reliability)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

319

Ragam Faktor Penentu Metode Keandalan Waktu Perjalanan (Travel Time Reliability)

Noni Paisah

Fakultas Teknik, Universitas Graha Nusantara

Jalan Dr. Sutomo Padang Sidimpuan Telp. (0634) 25292 Fax (0634) 28327. Kode Pos 22719 Email: nonipaisah@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor penentu metode keandalan waktu perjalanan (travel time reliability). Lokasi penelitian di lingkungan Kantor Bina Marga Pemerintah Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Metode penelitian yakni studi kasus dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat sepuluh variabel yang menentukan keandalan waktu perjalanan (travel time reliability). Kesepuluh variabel tersebut adalah jam tiba di lokasi (X1), jam keberangkatan (X2), frekwensi keterlambatan (X3), kategori alamat (X4), pendidikan terakhir (X5), usia (X6), golongan (X7), pengalaman selama di perjalanan (X8), kondisi jalur utama (X9) dan kondisi jalur alternatif (X10). Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel bebas yang mempengaruhi variabel tidak bebas yaitu (X2), X4, X5, X7, X8, X9 dan X10. Dari ketujuh variabel tersebut hanya dua yang mempunyai pengaruh signifikan yaitu variabel X4 (kategori alamat) dan X7 (golongan).

Kata Kunci: faktor penentu, metode, keandalan waktu perjalanan

PENDAHULUAN

Setiap individu selalu memiliki keterikatan dengan permasalahan waktu tempuh dalam melakukan perjalanan yang bersifat produktif atau tidak. Gangguan pada waktu tempuh akan menimbulkan persoalan bagi setiap orang dalam mencapai tujuan. Untuk itu, setiap pelaku perjalanan membutuhkan metode yang dapat digunakan agar mampu mengelola waktu tempuh perjalanan seefisien mungkin. Salah satu metode tersebuat ialah keandalan waktu perjalanan (travel time reliability).

Sesuatu yang telah dipahami bersama bahwa ketepatan waktu perjalanan mempunyai keterkaitan yang erat dengan berbagai faktor penentu. Masalah tingkat keramaian dalam berlalu lintas termasuk salah satu faktor yang turut menentukan kepastian seseorang dalam mencapai ketepatan waktu selam melakukan perjalanan. Kondisi sarana dan pra sarana lalu lintas juga termasuk penentu yang penting dalam mencapai ketepatan waktu tempuh perjalanan. Di samping itu, lokasi tempak pemberangkatan dan tempat tujuan merupakan bagian dari berbagai penentu yang perlu dipertimbangkan ketika ingin mencapai ketepatan waktu tiba. Beberpa faktor penentu lain diyakini masih ada yang turut mempengaruhi ketepatan waktu tempuh. Kesemua faktor penentu tersebut mempunyai signifikansi dengan pengelolaan keandalan waktu perjalanan (travel time reliability). Menurut Lomax, et all., (2003) dan Ryu (2011) bahwasanya beberapa faktor penetu tersebut menjadi pertimbangan dalam menetapkan ukuran kehandalan waktu perjalanan yang penting diperhatikan oleh berbagai pihak pengguna jasa jalan.

Metode keandalan waktu perjalanan (travel time reliability) bermanfaat penting bagi para pengguna jasa jalan. Dengan mengelola metode ini setiap orang akan lebih siap memperkirakan waktu tempuh yang dilalui dalam setiap perjalanan. Metode keandalan waktu perjalanan (travel time reliability) didasari pertimbangan hasil perhitungan realiabilitas ataupun variabilitas yang kemudian mendorong para pengguna jasa jalan berusaha agar lebih peduli terhadap serangkaian masalah.

Salah satu kalangan masyarakat yang rentan terkena permasalahan tersebut mencakup para pegawai negeri yang setiap hari harus berangkat kerja sesuai aturan jadwal yang berlaku. Dengan demikian, pada penelitian sasaran kajian ialah para pegawai Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan, yang berlokasi di Jalan Pinang BarisNomor 114-C Medan.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini disesuaikan dengan latar belakang permasalahan. Tujuan tersebut yakni menganalisis beberapa faktor penentu keandalan waktu tempuh (travel time reliability) yang potensial dilakukan pegawai Kantor Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan.

(2)

320

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ditetapkan sengaja di lingkungan Kantor Bina Marga Pemerintah Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan berlangsung selama lima bulan yakni dimulai sejak bulan Mei 2013 sampai Maret 2014.

Dengan mempertimbangkan rumusan masalah penelitian menyebabkan desain penelitian memanfaatkan pendekatan riset kuantitatif dan kualitatif. Jenis data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Populasi penelitian ialah semua pegawai negeri sipil pada Kantor Dinas Bina Marga Kota Medan. Jumlah populasi penelitian 171 orang. Dari populasi penelitian ditetapkan responden penelitian sebagai sumber data primer dengan menggunakan teknik purposive sampling. Untuk menjaga validitas dan reliabilitas data primer maka perlu ditetapkan jumlah responden yang diwawancarai. Penetapan jumlah responden minimal 15 persen dari total populasi penelitian.

Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara kepada responden. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan penelusuran dan analisis data sekunder. Pengolahan dan analisis yang dilakukan terhadap kesemua jenis data yang terkumpul dilaksanakan dengan menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan terdapat sepuluh variabel yang menentukan metode keandalan waktu perjalanan (travel time reliability). Kesepuluh variabel tersebut adalah jam tiba di lokasi (X1), jam keberangkatan (X2), frekwensi keterlambatan (X3), kategori alamat (X4), pendidikan terakhir (X5), usia (X6), golongan (X7), pengalaman selama di perjalanan (X8), kondisi jalur utama (X9) dan kondisi jalur alternatif (X10). Permasalahan over dispersi dalam regresi logistik terjadi disebabkan ada hubungan yang erat antara variabel bebas, sehingga perlu dirubah. Pada pengujian dengan menggunakan kesepuluh variabel bebas didapati tidak ada variabel yang signifikan. Hasil regresi logistik menunjukan terjadinya over dispersi atau pembengkakan nilai variansi. Dimana over dispensi maka akan berdampak kepada probabilitasnya menjadi tidak signifikan dan nilai S.E. yang sangat besar. Hasil analisa regresi logistik membuktikan bahwa tingkat signifikansi setiap faktor penentu berbeda seperti terlihat pada Tabel 1.

(3)

321

Table 1. Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a x1 -71.266 17598.324 .000 1 .997 .000 x2 .800 13385.344 .000 1 1.000 2.225 x3 -10.485 9755.909 .000 1 .999 .000 x4 -2.058 3133.608 .000 1 .999 .128 x5 .124 4152.691 .000 1 1.000 1.132 x6 -.161 611.148 .000 1 1.000 .852 x7 .526 4462.912 .000 1 1.000 1.692 x8 .000 4 1.000 x8(1) -.466 7003.538 .000 1 1.000 .628 x8(2) -2.696 10915.647 .000 1 1.000 .067 x8(3) -5.687 17883.252 .000 1 1.000 .003 x8(4) -1.129 14930.428 .000 1 1.000 .323 x9 -1.424 5826.625 .000 1 1.000 .241 x10 1.698 3915.912 .000 1 1.000 5.462 Constant 597.148 229186.606 .000 1 .998 2.179E25 9 Variable(s) entered on step 1: x1, x2, x3, x4, x5, x6, x7, x8, x9, x10.

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel bebas yang mempengaruhi variabel tidak bebas yaitu (X2), X4, X5, X7, X8, X9 dan X10. Dari ketujuh variabel tersebut hanya dua yang mempunyai pengaruh signifikan yaitu variabel X4 (kategori alamat) dan X7 (golongan). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian ulang dengan tidak mengikutsertakan variabel X1, X3 dan X8. Estimasi Maximum Likehood parameter model dapat dilihat dari output pada Tabel 2.

Table 2. Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a x2 -1.069 .659 2.628 1 .105 .343 x4 -.890 .361 6.069 1 .014 .411 x5 .747 .473 2.490 1 .115 2.110 x6 .097 .053 3.379 1 .066 1.102 x7 -1.013 .466 4.721 1 .030 .363 x9 .157 .394 .159 1 .690 1.170 x10 .498 .338 2.174 1 .140 1.645 Constant 4.093 5.417 .571 1 .450 59.921

a. Variable(s) entered on step 1: x2, x4, x5, x6, x7, x9, x10.

Berdasar hasil uji Variables in the Equation yang tertera pada Tabel 4 perlu disusun persamaan yang berkenaan dengan pengelolaan metode keandalan waktu tempuh (travel time reliability). Persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Ln(p/1-p) = β0 + β2 X2 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7 + β9 X9 + β10 X10 + ui

Ln(p/1-p) = 4.093 – 1.069 X2 - 0.890X4 + 0.747X5 + 0.097X6 – 1.013X7 + 0.157X9 + 0.498X10 P/1-P = e4.093– 1.069 X2 - 0.890X4 + 0.747X5 + 0.097X6 – 1.013X7 + 0.157X9 + 0.498X10

(4)

322

Dari ketujuh variabel bebas yang mempengaruhi variabel tidak bebas dapat dilihat bahwa hanya terdapat dua variabel yang secara signifikan mempengaruhi keterlambatan yaitu variabel X4 (kategori alamat) dan X7 (golongan).Dengan memperhatikan persamaan ini maka dapat diinterprestasikan sebagai berikut: 1. Setiap terjadi peningkatan variabel X2 (jam keberangkatan) maka akan menurunkan odds ratio tidak

terlambat sebesar 0.343 dan tidak signifikan (>0.05).

Hal ini mengindikasikan bahwa jika jam keberangkatan pegawai pergi dari rumah semakin lama kemungkinan tidak terlambatnya akan turun sebesar 0.343 untuk setiap jamnya. Sehingga jika semakin lama jam keberangkatan pegawai dari rumah maka akan semakin memperbesar kemungkinan keterlambatan pegawai tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini meskipun variabel jam keberangkatan pegawai tidak terlalu signifikan dalam menunjukkan kemungkinan tidak terlambat pegawai Kantor Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan tetapi dapat menunjukkan semakin lama waktu pegawai untuk berangkat dari rumah (jam waktu keberangkatan) maka kemungkinan untuk sampai di kantor tepat pada waktunya akan semakin berkurang. Oleh karena itu jika pegawai ingin meningkatkan kemungkinan untuk sampai di kantor tepat pada waktunya diharapkan untuk dapat berangkat lebih cepat karena jam berangkat yang lebih awal akan mengurangi potensi untuk telambat sebesar 0.343 untuk setiap satuan mempercepat waktu keberangkatan.

2. Setiap terjadi peningkatan variabel X4 (kategori jarak alamat) maka akan menurunkan odds ratio tidak terlambat sebesar 0.411 dan signidikan (<0.05).

Hal ini mengindikasikan bahwa jika semakin jauh jarak alamat si pegawai ke kantor maka kemungkinan tidak terlambatnya akan turun sebesar 0.411 untuk setiap kilometernya. Sehingga jika alamat rumah pegawai yang semakin jauh akanberdampak kepada semakin besarnya kemungkinan si pegawai untuk sampai di kantor tidak terlambat.

Berdasarkan penelitian ini menyatakan bahwa variabel kategori jarak alamat yang dibedakan menjadi 5 kategori yaitu sangat dekat untuk lebih kecil 3 km, dekat untuk lebih kecil 7 km, sedang untuk lebih kecil 15 km, jauh untuk lebih kecil 25 km dan sangat jauh untuk lebih besar 30 km merupakan variabel yang signifikan dalam mempengaruhi kemungkinan terlambatnya pegawai Kantor Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan. Oleh karena itu berdasarkan penelitian ini menunjukkan pegawai yang rumahnya semakin dekat dengan Kantor Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan akan semakin naik kemungkinannya untuk tidak terlambat sampai di kantor.

3. Setiap terjadi peningkatan variabel X5 (pendidikan terakhir) maka akan menaikkan odds ratio tidak terlambat sebesar 2.110 dan tidak signifikan (>0.05).

Hal ini mengindikasikan bahwa jika semakin tinggi pendidikan pegawai maka kemungkinan untuk tidak terlambatnya akan semakin naik sebesar 2.110 untuk setiap peningkatan kategori pendidikan terakhirnya. Sehingga jika semakin tinggi pendidikan terakhir pegawai maka akan berdampak pada naiknya kemungkinan si pegawai tersebut untuk tidak terlambat sampai di kantor.

Berdasarkan penelitian ini menyatakan bawah variabel pendidikan terakhir dari pegawai Kantor Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan tidak signifikan dalam mempengaruhi kemungkina pegawai untuk tidak terlambat sampai di kantor. Tetapi perlu diketahui meskipun tidak signifikan variabel ini juga turut memberikan kemungkinan bahwa jika semakin tinggi pendidikan terakhir pegawai Kantor Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan maka akan turut meningkatkan kemungkinan si pegawai untuk tidak terlambat. Sehingga meskipun tidak signifikan tingkat pendidikan pegawai juga merupakan hal yang perlu untuk diperhatikan karena peningkatan tingkat pendidikannya akan berdampak positif bagi Kantor Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan.

4. Setiap terjadi peningkatan variabel X6 (usia) maka akan meningkatkan odds ratio tidak terlambat sebesar 1.102 dan tidak signifikan (>0.05).

Hal ini mengindikasikan bahwa jika semakin tua usia si pegawai maka kemungkinan untuk tidak terlambatnya akan semakin naik sebesar 1.102 untuk setiap 1 tahun peningkatan usia si pegawai. Sehingga jika semakin tua usia dari pegawai maka akan berdampak kepada naiknya kemungkin si pegawai untuk tidak tersebut untuk tidak terlambat sampai di kantor.

Berdasarkan penelitian ini variabel usia si pegawai tidak memberikan dampak yang signifikan bagi kemungkinan pegawai tidak terlambat. Meskipun tidak berdampak signifikan tetapi usia menunjukkan hal yang berdampak positif bagi potensi keterlambatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai senior yang cenderung lebih berumur yang memiliki kemungkinan terlambat yang lebih kecil daripada pegawai yang

(5)

323

berumur lebih muda.Hal ini tentu tidak terlepas dari kematangan secara emosional yang menyebabkan pegawai senior lebih taat terhadap peraturan yang ada.

5. Setiap terjadi peningkatan variabel X7 (golongan) maka akan menurunkan odds ratio tidak terlambat sebesar 0.363dan signifikan (<0.05).

Hal ini mengindikasikan bahwa jika semakin tinggi golongan si pegawai maka kemungkinan untuk tidak terlambatnya akan semakin turun sebesar 0.363 untuk setiap peningkatan golongan si pegawai. Sehingga jika semakin tinggi golongan dari si pegawai tersebut maka akan berdampak kepada turunya kemungkinan si pegawai untuk tidak terlambat sampai di kantor.

Berdasarkan penelitian ini bahwa variabel golongan memberikan dampak yang signifikan bagi kemungkinan untuk tidak terlambat pegawai Kantor Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan. Golongan yang dibagi atas 12 kategori mulai dari golongan I/b sampai dengan IV/b pada penelitian ini memberikan dampak yang signifikan untuk kemungkinan si pegawai tersebut untuk sampai tepat waktu.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai yang memiliki golongan yang tinggi kecenderungan terlambatnya lebih tinggi daripada pegawai yang memiliki golongan rendah. Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya hal ini seperti sanksi yang mungkin tidak berlaku untuk pegawai golongan tinggi ataupun sanksi dirasakan berat bagi pegawai golongan tinggi tetapi dirasa ringan jika dikenakan ke pegawai golongan rendah. Hal ini mengindikasinya perlunya evaluasi sanksi keterlambatan agar juga memberikan efek bagi pegawai golongan tinggi

6. Setiap terjadi peningkatan variabel X9 (kondisi jalur utama) maka akan menaikkan odds ratio tidak terlambat sebesar 1.170 dan tidak signifikan (>0.05).

Hal ini mengindikasikan bahwa jika semakin tidak macet kondisi jalur utama yang harus dilalui untuk sampai di kantor maka kemungkinan untuk tidak terlambat akan naik sebesar 1,170 untuk setiap peningkatan kategori kondisi kemacetan jalur utama. Sehingga jika semakin tidak macet jalanan yang harus dilalui si pegawai untuk sampai di kantor maka akan berdampak pada naiknya kemungkinan si pegawai untuk tidak terlambat sampai di kantor.

Berdasarkan penelitian ini menyatakan bahwa variabel kondisi jalur utama yang dilewati oleh pegawai untuk sampai di kantor tidak memberikan dampak yang signifikan dalam mempengaruhi kemungkinan pegawai untuk tidak terlambat. Kondisi jalur utama yang dibagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu selalu macet, sering macet, jarang macet dan tidak pernah macet menunjukkan bahwa bukanlah menjadi penyebab yang paling signifikan keterlambatan pegawai.Meskipun tidak berdampak signifikan tetapi kondisi jalan yang semakin tidak macet turut menurunkan kemungkinan pegawai tiba di kantor terlambat.

7. Setiap terjadi peningkatan variabel X10 (kondisi jalur alternative) maka akan menaikkan odds ratio tidak terlambat sebesar 1.645 dan tidak signifikan (>0.05).

Hal ini mengindikasikan bahwa jika semakin tidak macet kondisi jalur alternatif yang digunakan jika jalur utama tidak digunakan agar dapat sampai di kantor maka kemungkinan tidak terlambat akan naik sebesar 1.645 untuk setiap peningkatan kategori kondisi kemacetan jalur utama. Sehingga jika semakin tidak macet kondisi jalur alternative yang digunakan jika tidak menggunakan jalur utama maka akan berdampak pada naiknya kemungkinan si pegawai untuk tidak terlambat sampai di kantor.

Berdasarkan penelitian ini menyatakan bahwa kondisi jalur alternatif yang digunakan pegawai tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kemungkinan pegawai Kantor Dinas Bina Marga Pemerintah Kota Medan untuk tidak terlambat.Kondisi jalur alternatif yang dibagi menjadi empat kategori yaitu selalu macet, sering macet, jarang macet dan tidak pernah macet menunjukkan bahwa bukanlah menjadi penyebab yang paling signifikan agar pegawai dapat tiba lebih awal di kantor. Meskipun tidak berdampak signifikan tetapi kondisi jalanalternatifyang semakin tidak macet turut menurunkan kemungkinan pegawai tiba di kantor terlambat.

Metode keandalan waktu tempuh dibutuhkan untuk mendukung pencapaian tujuan yang ditargetkan para responden penelitian. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Small, et al., (1999) yang membuktikan bahwa setiap orang yang tengah menempuh perjalanan termasuk pihak yang bertugas mengangkut ragam jenis ragam paling tidak menyukai penjadwalan yang tidak tepat sampai tujuan. Laporan Federal Highway Administration (2006) menegaskan bahwasanya para pengguna jasa jalan kurang mentolerir terhadap masalah ketertundaan atau keterlambatan yang tidak terduga (unexpected delays) disebabkan konsekuensi yang lebih besar dibandingkan dengan kemacetan tiap hari yang dialami.

(6)

324

KESIMPULAN

Metode keandalan waktu tempuh (travel time reliability) penting bagi setiap orang khususnya responden dalam mencapai ketepatan waktu tempuh di tempat tujuan. Dengan mengelola metode ini berbagai permasalahan yang kemungkinan dihadapi selama perjalanan dapat diantisipasi sedini mungkin. Walaupun demikian, beberapa faktor penentu pengelolaan metode keandalan waktu tempuh (travel time reliability) perlu dipertimbangkan secara seksama. Hal ini erat kaitannya dengan pemanfaatan waktu tempuh yang lebih efisien dalam mencapai ketepatan tiba di tempat tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Federal Highway Administration. 2006. Travel Time Reliability: Making It There on Time: All The Time. www.ops.fhwa.dot. gov/publication/tt_reliability/TTR_Report/htm.

Lomax, T., Turner, S., and Margiotta, R., 2001. Monitoring Urban Roadways in 2000: Using Archived Operations Data for Reliability and Mobility Measurement. Federal Highway Administration— Operations Core Business Unit, FHWA–OP–02–029.

Ryu, Seungkyu, Anthony Chen and Yong Seog Kim. 2011. Investigating Travel Time Reliability Measures in Toll Design Problem. Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol.8, 2011. Small, K. A., Noland, R., Chu, X., Lewis, D., 1999. Valuation of Travel Time Savings and Predictability in

Congested Conditions for Highway User Cost Estimation. NCHRP Report Nomor 431, TRB, National Research Council. Washington, D.C.

Gambar

Table  1.  Variables in the Equation

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa variabel Debt Equity Ratio memiliki koefisien sebesar -2,027 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dibandingkan nilai

ERIFSON LUBIS , 2017 : Analisis Komposisi Botani Dan Kandungan Nutrisi Hijauan Pakan Ternak dengan Ketinggian yang Berbeda pada Pastura Alami di Pulau Samosir Kabupaten

Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif (reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi). Dan

Penelitian yang dilakukan oleh Decy Nataliana, Nandang Taryana, Aam Ahamd M yang berjudul Perancangan Prototype Deteksi kecepatan Kendaraan Menggunakan RFID Berbasis

Mentransfer dan mentransformasikan ilmu pengetahuan agar siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, pola pikir, dan ketrampilan hidup untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

Rumus ini digunakan karena pada percobaan ini menggunakan metode eksperimen, dimana semua unit sudah diusahakan pada kondisi yang sangat terkontrol / terkendali

Dalam sistem ini admin melakukan penginputan data faktor dan gejala faktor serta solusi dari faktor kegagalan penanaman kelapa sawit, dan menentukan basis aturan gejala

PERBINCANGAN DAN IMPLIKASI Penemuan kajian mendapati faktor-faktor yang mempengaruhi pemilikan rumah dalam kalangan responden mengikut keutamaan ialah pendapatan, harga rumah,