PENGARUH VARIASI LAMA PENGUKUSAN DAN LAMA
PENGGORENGAN TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN
SKRIPSI
Oleh:
LOIRA AMBARITA
080305008 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
PENGARUH VARIASI LAMA PENGUKUSAN DAN LAMA
PENGGORENGAN TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN
SKRIPSI
Oleh:
LOIRA AMBARITA
080305008 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
Judul Skripsi : Pengaruh Variasi Lama Pengukusan dan Lama
Penggorengan Terhadap Mutu Keripik Biji
Durian
Nama : Loira Ambarita
NIM : 080305008
Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Ir. Setyohadi M.Sc
Ketua Anggota Ir. Lasma Nora Limbong
ABSTRAK
LOIRA AMBARITA : Pengaruh Variasi Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Mutu Keripik Biji Durian, dibimbing oleh Setyohadi dan Lasma Nora Limbong.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh variasi lama pengukusan dan lama penggorengan terhadap mutu keripik biji durian. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu variasi lama pengukusan (W) : (10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit) dan variasi lama penggorengan (P) : (1 menit, 2 menit, 3 menit dan 4 menit). Parameter yang dianalisa adalah pH segar biji durian, kadar air, kadar lemak, susut bobot, dan nilai organoleptik (warna, rasa dan aroma serta kerenyahan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pengukusan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar lemak, susut bobot, nilai organoleptik warna, rasa dan aroma serta kerenyahan. Lama penggorengan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar lemak, susut bobot, nilai organoleptik warna, rasa dan aroma serta kerenyahan. Interaksi kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar lemak dan susut bobot. Lama pengukusan 25 menit dan lama penggorengan 4 menit menghasilkan keripik biji durian yang terbaik.
Kata Kunci : Keripik Biji Durian, Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan.
ABSTRACT
LOIRA AMBARITA : The Effect of Variation of Steaming Time and Frying Time on the Quality of Chips from Durian Seed, supervised by Setyohadi and Lasma Nora Limbong.
This research was conducted to find the effect of variation of steaming time and frying time on the quality of chpis from durian seed. The research had been performed using factorial completely randomized design with two factors, i.e variation of steaming time (W): (10 minute, 15 minute, 20 minute and 25 minute),and frying time (P) : (1 minute, 2 minute, 3 minute and 4 minute). Parameters analyzed were moisture content, fat content, weight wasting and organoleptic values (colour, taste and flavor, and crispiness).
The results showed that the steaming time had highly significant effect on moisture content, fat content, weight wasting, organoleptic values of colour, taste and flavor, and crispiness. Frying time also had highly significant effect on moisture content, fat content, weight wasting, organoleptic values of colour, taste and flavor, and crispiness. The interaction of the two factors had highly significant effect on moisture content, fat content, and weight wasting . The 25 minute of steaming time and 4 minute of frying time gave the best quality of chips from durian seed.
Keywords : Chips from Durian Seed, Steaming Time and Frying Time.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Adiankoting pada tanggal 30 September 1989 dari
ayah B. Ambarita dan ibu R. Sinaga. Penulis merupakan putri keempat dari lima
bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Adiankoting dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Pemanduan Minat dan
Prestasi (PMP). Penulis memilih program studi Ilmu dan Teknologi Pangan di
Fakultas Pertanian USU.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota IMITP
(Ikatan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan), dan sebagai asisten praktikum di
Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PKS PTPN IV
Unit Usaha Adolina-Perbaungan dari bulan Juli sampai Agustus 2011.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Variasi Waktu Pengukusan dan Waktu Penggorengan
Terhadap Mutu Keripik Biji Durian”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ir. Setyohadi, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan
Ir. Lasma Nora Limbong selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
ayahanda B. Ambarita dan ibunda R. Sinaga serta kakak, abang dan adikku
tersayang (kakak Liska Ambarita, abang B. Simatupang, kakak Ita Ambarita,
abang Rudi S.P Zebua, kakak Junmarito Ambarita, dan adik saya
Dian F.Ambarita) atas segala dukungan moril maupun materil, doa dan
perhatiannya. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua staf pengajar dan pegawai di Progran Studi Ilmu Teknologi Pangan serta
semua rekan mahasiswa stambuk 2008 yang tak dapat disebutkan satu per satu di
sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat.
Medan, Agustus 2012
Penuli
ABSTRAK
LOIRA AMBARITA : Pengaruh Variasi Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Mutu Keripik Biji Durian, dibimbing oleh Setyohadi dan Lasma Nora Limbong.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh variasi lama pengukusan dan lama penggorengan terhadap mutu keripik biji durian. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu variasi lama pengukusan (W) : (10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit) dan variasi lama penggorengan (P) : (1 menit, 2 menit, 3 menit dan 4 menit). Parameter yang dianalisa adalah pH segar biji durian, kadar air, kadar lemak, susut bobot, dan nilai organoleptik (warna, rasa dan aroma serta kerenyahan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pengukusan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar lemak, susut bobot, nilai organoleptik warna, rasa dan aroma serta kerenyahan. Lama penggorengan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar lemak, susut bobot, nilai organoleptik warna, rasa dan aroma serta kerenyahan. Interaksi kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar lemak dan susut bobot. Lama pengukusan 25 menit dan lama penggorengan 4 menit menghasilkan keripik biji durian yang terbaik.
Kata Kunci : Keripik Biji Durian, Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan.
ABSTRACT
LOIRA AMBARITA : The Effect of Variation of Steaming Time and Frying Time on the Quality of Chips from Durian Seed, supervised by Setyohadi and Lasma Nora Limbong.
This research was conducted to find the effect of variation of steaming time and frying time on the quality of chpis from durian seed. The research had been performed using factorial completely randomized design with two factors, i.e variation of steaming time (W): (10 minute, 15 minute, 20 minute and 25 minute),and frying time (P) : (1 minute, 2 minute, 3 minute and 4 minute). Parameters analyzed were moisture content, fat content, weight wasting and organoleptic values (colour, taste and flavor, and crispiness).
The results showed that the steaming time had highly significant effect on moisture content, fat content, weight wasting, organoleptic values of colour, taste and flavor, and crispiness. Frying time also had highly significant effect on moisture content, fat content, weight wasting, organoleptic values of colour, taste and flavor, and crispiness. The interaction of the two factors had highly significant effect on moisture content, fat content, and weight wasting . The 25 minute of steaming time and 4 minute of frying time gave the best quality of chips from durian seed.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman buah. Buah merupakan
produk yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai penunjang gizi
masyarakat, sumber pendapatan, serta menyerap tenaga kerja bila diusahakan
secara intensif. Selain itu tanaman buah juga dapat berperan terhadap kelestarian
lingkungan, mengurangi polusi, mencegah erosi, serta memberikan keteduhan dan
kenyamanan.
Buah durian merupakan salah satu jenis tanaman buah yang terdapat di
Indonesia. Buah durian memiliki nilai ekonomis yang cukup baik karena selain
buahnya digemari untuk dimakan dalam keadaan segar, juga mempunyai
bermacam-macam kegunaan di antaranya sebagai campuran es krim atau manisan.
Selain itu daging buah yang belum masak dapat dijadikan sayuran atau kolak.
Buah durian selama ini hanya dikonsumsi daging buahnya saja, sedangkan
bijinya dibuang, tidak dimanfaatkan. Salah satu alternatif pengolahan biji durian
adalah mengolahnya menjadi tepung dan keripik. Pengolahan biji durian menjadi
tepung dapat meningkatkan daya simpan dan penggunaannya. Tepung biji durian
dapat digunakan sebagai tepung substitusi pada pembuatan kue (kue basah dan
kue kering). Pengolahan keripik durian merupakan salah satu bentuk diversifikasi
dari pengolahan biji durian.
Biji durian merupakan bagian dari buah durian yang tidak dikonsumsi oleh
sebagian besar masyarakat karena berlendir dan menimbulkan rasa gatal pada
lidah. Padahal dilihat dari kandungan gizinya, biji durian cukup berpotensi
fosfor. Oleh karena itu, biji durian dapat dijadikan alternatif olahan makanan
berupa tepung dan keripik biji durian yang dapat menambah informasi tentang
gizi pada masyarakat dan menciptakan lingkungan yang bersih.
Biji durian relatif mudah didapat karena biji durian jarang dimanfaatkan
oleh masyarakat dan dibiarkan terbuang begitu saja. Biji durian, saat ini melimpah
dan dianggap sebagai sampah belaka. Pengolahan biji durian menjadi keripik biji
durian dapat mengurangi jumlah sampah disekitar kita. Biji durian biasanya tidak
dimanfaatkan hanya terbuang begitu saja dan lama – kelamaan membusuk
menjadi sampah.
Sebenarnya banyak produk yang dapat dihasilkan dari biji durian. Selain
dapat diolah menjadi tepung yang dapat digunakan sebagai substitusi tepung
terigu, biji durian juga dapat diolah menjadi keripik biji durian. Keripik biji durian
belum beredar di pasaran. Dengan pengolahan keripik biji durian maka akan dapat
meningkatkan nilai tambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani
durian.
Pengolahan biji durian memerlukan penanganan khusus yaitu pada
saat penghilangan lendir pada biji durian. Apabila lendir tidak dihilangkan maka
akan mempengaruhi rasa pada tepung ataupun keripiknya. Lendir dihilangkan
dengan cara menambahkan garam 6% pada biji durian, dicampur, diaduk-aduk
dibawah air mengalir.
Berdasarkan hal-hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Variasi Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh variasi lama
pengukusan dan lama penggorengan biji durian terhadap mutu keripik biji durian
yang dihasilkan.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi
di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan, dan sebagai sumber informasi dalam pengolahan biji
durian menjadi keripik biji durian.
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan pengaruh variasi lama pengukusan dan lama penggorengan
biji durian, serta interaksi kedua faktor tersebut terhadap mutu keripik biji durian
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tanaman Durian
Durian (Durio zibethinus) termasuk keluarga Bombacaceae yang
berkerabat dekat dengan kapuk randu. Durian sudah terkenal dan banyak
dibudidayakan. Namun banyak masyarakat belum mengenal varietas apa yang
mereka tanam dan apakah jenis durian yang mereka tanam termasuk yang unggul
(Nuswamarhaeni, dkk., 1999).
Terkecuali dari sekian banyak pohon yang telah tumbuh di wilayah
Hindia Barat dan di tempat lain, P.J. Wester juga telah menemukan tanaman
berpucuk yang mirip dengan pohon durian (yang merupakan jalan penemuan
pohon durian), sekarang durian menempati posisi yang penting yang telah
dipegangnya semenjak pertama kali diteliti oleh bangsa Eropa di lima puluh
negara, yang merupakan buah yang sangat terkenal dan penting bagi manusia di
daerah Melayu (Popenoe, 1948).
Buah durian berbentuk bulat hingga lonjong atau tidak beraturan, dengan
ukuran kecil sampai besar. Buah durian mempunyai duri yang rapat dan tajam,
dan pada setiap buah terdiri dari 5-7 ruang dimana setiap ruang mengandung 2-5
biji. Buah yang sudah matang, daging buah rasanya manis atau manis
kepahit-pahitan disertai aroma harum khas (Barus dan Syukri, 2008).
Durian merupakan buah yang mempunyai ukuran yang besar dan
mempunyai kulit berduri yang keras, memiliki tulang bersegi enam. Warnanya
mengakibatkan luka yang dalam jika ditekan dengan tangan
(Salunkhe andDesai, 1986).
Buah durian agak sulit dipanen. Sebab bila sudah masak buah akan jatuh
sendiri dari pohon. Bila sampai jatuh maka durian akan gampang busuk dan tidak
tahan lama. Ciri-ciri buah durian yang benar-benar tua adalah sebagai berikut :
a). Aroma buah sudah tercium tanpa dibelah.
b). Duri buah melebar dan agak tumpul.
c). Pangsa buah terlihat jelas pada sisi-sisinya.
(Nazaruddin dan Muchlisah, 1994).
Komposisi Kimia Buah Durian
Daging buah durian yang telah matang dimakan segar. Sisa buah dapat
dibuat lempok (dodol) dan tempoyak (asinan). Buah yang tua tetapi belum matang
dapat dibuat tepung durian. Kayunya baik sekali dibuat bahan bangunan. Sari
buahnya untuk aroma es krim dan lain-lain (Sunarjono, 2000).
Selain itu, buah durian mengandung gizi cukup tinggi dan
komposisinyalengkap, seperti disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Durian per 100 gr Bahan
Kandungan Gizi Satuan Jumlah
Energi
Manfaat Durian
Adapun manfaat dari buah durian adalah dapat mengatasi anemia karena
durian kaya akan asam folat dan zat besi, dapat mengatasi sembelit karena durian
banyak mengandung serat, menghambat penuaan dini karena mengandung
vitamin C sebagai antioksidan, meningkatkan tekanan darah yang rendah karena
mengandung zat besi dan sifatnya yang panas, mengobati penyakit ruam pada
kulit (kurap), baik untuk kesehatan tulang dan persendian karena mengandung
kalsium, potasium, dan berbagai vitamin B, kandungan mangaan dapat menjaga
kestabilan kadar gula dalam darah, kulit durian yang dibakar lalu dijadikan abu,
airnya dapat melancarkan haid, tetapi juga bersifat abortif, buahnya dapat sebagai
obat penyakit kuning, meningkatkan nafsu makan karena mengandung niasin dan
thiamin, riboflavinnya (vitamin B2) dapat membantu mengatasi migrain,
memelihara kesehatan tiroid karena kandungan tembaganya, dapat mengurangi
stres dan depresi karena kandungan piridoksin (B6), baik untuk kesehatan gigi
karena mengandung fosfor (P), kulit buah durian dapat digunakan sebagai
pengusir nyamuk dan akarnya dapat untuk mengobati infeksi pada kuku
(Isa, 2011).
Biji Durian
Buah durian selama ini hanya dikonsumsi daging buahnya saja, sedangkan
bijinya dibuang, tidak dimanfaatkan. Salah satu alternatif pengolahan biji durian
adalah mengolahnya menjadi tepung dan keripik. Pengolahan biji durian menjadi
tepung dapat meningkatkan daya simpan dan penggunaannya. Tepung biji durian
kue kering). Pengolahan keripik durian merupakan salah satu bentuk diversifikasi
dari pengolahan biji durian (Departemen Pertanian, 2012).
Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya,
terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu: biji durian yang memiliki kandungan
pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif pengganti makanan (dapat dibuat
bubur yang dicampur daging buahnya) (Jombangkab, 2011).
Sifat dan Komposisi Kimia Biji Durian
Biji durian berbentuk bulat-bulat, berkeping dua, berwarna putih
kekuning-kuningan atau coklat muda. Tiap rongga terdapat 2-6 biji atau lebih. Biji
durian merupakan alat atau bahan perbanyakan tanaman secara generatif, terutama
untuk batang bawah pada penyambungan (Rukmana, 1996).
Biji terbungkus oleh daging buah, dimana daging buah tersebut
strukturnya tipis sampai tebal yang berwarna putih, kuning atau kemerah-merahan
dan merah tembaga. Biji durian berbentuk bulat telur sampai lonjong
(Barus dan Syukri, 2008).
Biji durian bisa dimakan sebagai camilan setelah direbus atau dibakar, atau
dicampurkan dalam kolak durian. Biji durian yang mentah beracun dan tak dapat
dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena (cyclopropene). Biji
durian mengandung sekitar 27% amilosa (Wikipedia, 2012a).
Pengolahan biji durian memerlukan penanganan khusus yaitu pada saat
penghilangan lendir pada biji durian. Apabila lendir tidak dihilangkan maka akan
mempengaruhi rasa pada tepung ataupun keripiknya. Lendir dihilangkan dengan
cara menambahkan garam 6% pada biji durian , dicampur, diaduk-aduk dibawah
Biji durian juga banyak mengandung zat-zat gizi seperti lemak, protein,
karbohidrat dan lain-lain, untuk memperjelas zat yang dikandung oleh biji durian
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Komposisi Kimia Biji Durian
Komponen Biji segar dalam 100 gr
bahan
Biji yang telah dimasak dalam 100 gr bahan
Kadar air
(Juntak Indonesia Corporation, 2005).
Manfaat Biji Durian
Dari bijinya, kita dapat merebus atau membakarnya dan dapat dijadikan
camilan sehat karena mengandung pati yang sangat tinggi. Tapi perlu diingat,
tidak diperbolehkan memakan biji mentah dari buah yang berasal dari genus
Durio ini, karena asam lemak siklopropena (cyclopropene) yang terkandung
dalam biji durian bersifat racun bagi tubuh (Living, 2009)
Di Indonesia biji durian memang belum memasyarakat untuk digunakan
sebagai bahan makanan. Biasanya biji durian hanya dikonsumsi sebagian kecil
masyarakat setelah direbus dan dibakar, padahal biji durian dapat diolah menjadi
makanan lain yang lebih menarik dan enak. Produk olahan biji durian anatara lain
Biji durian umumnya dibuang setelah dimakan daging buahnya, padahal
biji durian banyak mengandung tepung, protein dan lemak sehingga dapat diolah
sebagai produk pangan untuk meningkatkan nilai jual dari biji durian itu sendiri.
Untuk meningkatkan nilai jual dari biji durian, dapat diolah menjadi keripik biji
durian. Tekstur biji durian yang telah diolah menjadi keripik sangatlah mirip
dengan tekstur keripik singkong yang merupakan keripik paling populer di
masyarakat. Keripik biji durian seperti keripik lainya bisa diolah dengan variasi
rasa yang luas, biasanya keripik-keripik diberikan bumbu tabur yang siap pakai
yang bisa dibeli di toko bumbu atau bumbuolahan sendiri yang berbeda dengan
bumbu di pasaran (Scribd, 2012).
Keripik
Keripik adalah makanan ringan (snack food) yang tergolong jenis makanan
crackers, yaitu makanan yang bersifat kering, renyah (crispy) dan kandungan
lemaknya tinggi. Produk makanan ringan seperti keripik di pasaran saat ini sangat
banyak macamnya baik dari bentuknya (ada yang tipis, bergelombang, bulat, segi
empat dan segitiga) dan rasanya (ada yang asin, manis, asin pedas dan manis
pedas). Rasa asin berasal dari pemberian garam pada saat perendaman atau setelah
keripik matang baru diberi garam. Rasa manis pada keripik didapat dari gula
pasir, dengan cara dibesto (yaitu gula pasir dipanaskan dengan sedikit air sampai
kembrambut atau berbuih) lalu keripik dimasukan ke dalam larutan gula. Rasa
pedas didapat dari penambahan cabai setelah keripik digoreng dengan cara cabai
bubuk dicampur pada keripik sampai rata. Seiring dengan kemajuan teknologi,
yang berbeda-beda. Namun yang paling umum di pasaran adalah keripik dengan
rasa asin atau gurih (Sulistiyowati, 2001).
Keripik dibuat melalui tahap penggorengan, tetapi ada pula dengan hanya
melalui penjemuran, atau pengeringan. Keripik dapat berasa domina
Kriteria keripik yang baik adalah :
- Rasanya pada umumnya gurih
- Aromanya harum
- Teksturnya kering dan tidak tengik
- Warnanya menarik
- Bentuknya tipis, bulat dan utuh dalam arti tidak pecah
(Astawan, 1991).
Faktor yang Mempengaruhi Mutu Keripik
Mutu keripik buah yang diperoleh dipengaruhi oleh 4 faktor utama yaitu:
1. Bahan segar
Selain keadaan bahan segar dan tingkat kematangannya keseragaman jenis
bahan akan sangat menentukan mutu keripik yang dihasilkan. Pemilihan bahan
segar harus dilakukan dengan teliti untuk memperoleh produk akhir yang
mempunyai mutu baik. Bahan dasar yang digunakan kualitasnya harus betul-betul
baik sehingga keripik yang dihasilkan akan baik pula.
2. Proses Pengolahan
Urutan proses yang harus diperhatikan terutama pada waktu penggorengan
dan pengemasan. Waktu menggoreng jangan sampai kurang atau melebihi batas
lembek, tidak renyah karena kadar air keripik terlalu tinggi sedangkan kelebihan
waktu menyebabkan keripik menjadi keras dan gosong.
Dalam praktek pengemasan menggunakan perakat listrik (plastic sealer)
harus hati-hati, terlalu besar menyetel skala manyebabkan perakat terlalu panas
sehingga kemasan justru menjadi sobek sedangkan penyetelan skala yang terlalu
kecil mengakibatkan plastik tidak merekat. Kedua hal di atas menjadikan hasil
kemasan tidak tertutup rapat sehingga kerenyahan keripik tidak bisa
dipertahankan (keripik menjadi cepat lembek).
Proses pengolahan lain seperti pengukusan bahan (perlakuan pendahuluan)
dan pengeringan juga mempengaruhi mutu dari keripik yang dihasilkan.
3. Peralatan
Peralatan untuk proses yang paling menentukan mutu keripik antara lain
pisau pengupas/pengiris harus yang anti karat dan alas pengiris sebaiknya talenan
kayu yang sudah rata dan bersih atau plastik. Jenis dan ketebalan plastik
pengemas juga menentukan mutu dan panjangnya masa simpan keripik.
4. Minyak penggoreng
Minyak penggoreng yang menghasilkan wama yang baik adalah minyak
kelapa. Selain itu minyak harus dilakukan penyaringan setiap satu rninggu sekali.
2012).
Bahan Tambahan dalam Pembuatan Keripik Biji Durian
Kapur Sirih
Larutan kapur sirih dapat memperbaiki tekstur bahan segar. Teksturnya
menjadi lebih keras sehingga terdinya transpirasi maupun respirasi dapat ditekan.
ialah perendaman pada kondisi kamar, perendaman dengan tekanan hipobarik,
metode gradient, mengurangi tegangan permukaan, atau memakai surfaktan.
Perendaman bahan pada kondisi kamar tidak menghasilkan perbedaan warna yang
nyata antara buah yang diberi perlakuan dan tanpa perlakuan (Satuhu, 1996).
Garam
Garam yang digunakan adalah garam dapur yang memiliki karakteristik
putih, bersih dari kotoran, kering dan berbentuk keristal. Garam berfungsi sebagai
pengawet disamping itu juga berfungsi sebagai bumbu supaya tidak hambar,
garam yang baik jika dilarutkan airnya tetap jernih
(Murniyah dan Sunarman, 2000).
Bawang Putih
Bawang putih beberapa ribu tahun yang lalu sudah dikenal umat manusia
sebagai penyedap makanan maupun sebagai obat tradisional. Umbi bawang putih
mengandung zat hara belerang, besi, kalsium, fosfat, di samping zat organis
lemak, protein dan karbohidrat. Yang khas terdapat di dalam umbi bawang putih
adalah sejenis minyak atsiri dengan bau khas bawang putih yang diberi nama
Allicin (Rismunandar, 1989).
Bawang putih merupakan salah satu komoditi pertanian yang dibutuhkan
masyarakat terutama untuk penyedap makanan atau sebagai bumbu. Umbi
bawang mengandung minyak atsiri yang berbau menyengat. Dengan adanya
kandungan atsiri tersebut bawang putih merupakan bumbu yang memberi aroma
atau bau harum juga dapat memberikan rasa yang gurih pada kelezatan makanan
Gula
Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap
karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan
biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa, gula yang diperoleh dari bit atau
tebu (Buckle, dkk., 1987).
Gula memiliki peranan besar pada penampakan dan cita rasa produk yang
dihasilkan. Gula berperan sebagai pengikat komponen flavor, menyempurnakan
rasa asam dan cita rasa lainnya (Arie, dkk., 2007).
Pembuatan Keripik Biji Durian
Sortasi dan Pencucian
Sortasi dan penggolongan mutu sangat diperlukan untuk menggolongkan
bahan pangan sesuai dengan ukuran dan ada tidaknya cacat. Standar mutu
ditetapkan berdasarkan ukuran bahan pangan, bobot, warna, kebersihan,
kemasakan, kebebasan dari bahan-bahan asing, serta kebebasan dari luka atau
cacat. Pengertian cacat termasuk cacat fisik, mekanik, mikrobiologis, maupun
cacat yang disebabkan serangga (Satuhu, 1996).
Adanya bahan asing yang menempel pada permukaan bahan
menyebabkan penampilan bahan kotor dan tidak menarik. Bahan asing ikutan ini
dapat berupa tanah, debu, pasir, serangga atau bahan lainnya. Pencucian bahan
dapat dilakukan dengan menggunakan bak pencuci. Air yang digunakan untuk
mencuci harus bersih. Setelah kotor dibuang dan diganti dengan air baru. Sortasi
menghilangkan bahan asing yang terikut sering kali dilakukan pada bahan pangan
Pengukusan (Blansing)
Blansing (blanching) merupakan proses pemanasan suhu sedang dengan
tujuan inaktivasi enzim-enzim oksidatif dalam buah dan sayuran sebelum diolah
lebih lanjut seperti pengalengan, pembekuan dan pengeringan blansing dengan
menggunakan uap air panas atau steam blanching (pengukusan) dapat mengurangi
kehilangan komponen bahan pangan akibat proses perebusan. Pada beberapa
bahan yang diblansing, terjadi penyusutan yang sangat besar sehingga
menyebabkan kehilangan berat bahan yang cukup tinggi. Kehilangan berat ini
dapat mencapai 19 %. Selama proses blansing, terjadi perubahan warna bahan.
Cita rasa (flavor) yang larut atau volatil dapat hilang selama proses blansing.
Inaktivasi enzim dan penghilangan sejumlah oksigen dalam bahan pangan dapat
membantu menahan cita rasa selama penyimpanan. Blansing dapat menyebabkan
perubahan fisik atau biokimiawi yang mengakibatkan perubahan tekstur dan
struktur bahan pangan. Perubahan tersebut bergantung pada suhu dan lama
blansing, serta jenis dan kondisi bahan yang diblansing
(Estiasih dan Ahmadi, 2009).
Pemotongan dan Pengirisan
Dalam proses pemotongan, pengupasan dan pengirisan digunakan pisau
stainless steel dan hasil pemotongan segera dimasukkan ke dalam air. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pencoklatan
(Susanto dan Saneto, 1994).
Pemotongan mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis, yaitu
membaginya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Pemotongan
dipergunakan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan menjadi
Pekerjaan pengirisan dilakukan dengan pisau dapur anti karat di atas alas
(telenan kayu). Bentuk irisan sesuai dengan keinginan tetapi harus diusahakan
menjadi bentuk yang menarik. Besar irisan sebaiknya diatur agar habis dengan
satu sampai dua kali gigitan (Warintek, 2012).
Perendaman dalam Larutan Garam
Garam memberikan sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan
tumbuh-tumbuhan yang masih segar. Pertama-tama, garam akan berperan sebagai
penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme
pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora, adalah yang paling mudah
terpengaruh walau dengan kadar garam yang rendah sekalipun (yaitu sampai 6 %)
(Buckle,dkk., 1987).
Dalam ilmu kimia, garam adalah
positif
(tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil
(Wikipedia, 2012b).
Perendaman dalam Bumbu
Susunan dan banyaknya jenis bahan bumbu bergantung pada jenis
masakan maupun tinggi-rendahnya selera yang memasaknya ataupun yang
menikmatinya. Dan sejalan dengan jenis masakannya, maka bumbu atau
pelezatnya pun akan berbeda pula (Rismunandar, 1989).
Gula dapat berfungsi sebagai pengubah dan penambah cita rasa. Gula
mempunyai pengaruh penambah cita rasa yang nyata pada produk pangan. Gula
juga sangat mengubah rasa pahit dari pada coklat (Buckle, dkk., 1987).
Fungsi penambahan garam adalah untuk memperbaiki rasa yaitu untuk
manis, mempunyai tekanan osmotik yang tinggi, bersifat higroskopis dan dapat
mengurangi kelarutan oksigen (Purba dan Rusmarilin, 1985).
Perendaman dalam Kapur Sirih
Biji durian pun dapat diolah menjadi keripik. Caranya, biji dicelupkan ke
dalam air panas selama kira-kira setengah jam. Selanjutnya biji direndam air
kapur selama 1-3 jam. Usai direndam biji diiris tipis-tipis dan dijemur
(Untung, 1996).
Perendaman dalam air kapur dalam pengolahan keripik biji durian
diharapkan dapat mengurangi getah atau lendir, membuat tahan lama, mencegah
timbulnya warna atau pencoklatan. Perendaman dalam larutan kapur sirih dapat
berfungsi sebagai pengeras atau memberi tekstur, mengurangi rasa yang
menyimpang : sepat, getir dan cita rasa yang menyimpang (Jarod, 2007).
Penirisan
Penirisan dimaksudkan setiap menghilangkan air bahan cucian yang
melekat pada bahan agar proses penggorengan menjadi lebih cepat. Penirisan
dapat dilakukan dengan alat pemutar selama 0,5 - 1 menit (Warintek, 2012).
Pengeringan
Setelah buah dicuci atau dicelup dengan air dingin kita melakukan
pengeringan. Maksudnya agar air yang menempel tidak melembabkan atau
merusak bahan pangan (Satuhu, 1996).
Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan
kadar air bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih panjang. Pengeringan
juga bertujuan untuk mengurangi volume dan berat produk. Prinsip dasar
pengeringan adalah pindah panas dari alat pengering dan difusi air (pindah massa)
Untuk pengeringan bahan pangan terdapat berbagai tipe pengering yang
digunakan. Pada umumnya pemilihan tipe pengering ditentukan oleh jenis
komoditi yang akan dikeringkan, bentuk akhir produk yang dikehendaki, faktor
ekonomi dan kondisi operasinya (Desrosier, 1988).
Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada
setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air dikeluarkan dari seluruh permukaan
bahan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah
luas permukaan bahan, suhu pengeringan, aliran udara dan tekanan uap di udara
(Winarno, dkk., 1984).
Penggorengan
Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih,
dan menambah nilai kalori bahan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik
asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak
diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Makin tinggi
titik asapnya, makin baik mutu minyak goreng itu (Winarno, 1997).
Metode penggorengan yang paling tepat untuk pembuatan keripik adalah
dengan sistem deep frying. Pada proses penggorengan dengan sistem deep frying,
bahan pangan yang digoreng terendam dalam minyak dan suhu minyak dapat
mencapai 200-205oC. Lemak yang digunakan tidak berbentuk emulsi dan
mempunyai titik asap (smoking point) di atas suhu penggorengan, sehingga asap
tidak terbentuk selama proses penggorengan. Jika pada proses penggorengan
terbentuk asap maka ini berarti, lemak tersebut mengalami dekomposisi sehingga
mengakibatkan bau dan rasa yang tidak enak. Proses pemasakan bahan pangan
berlangsung oleh penetrasi panas dari minyak yang masuk ke dalam bahan
dari bahan pangan yang digoreng. Hasil gorengan yang berukuran tipis seperti
keripik dan mie merupakan pengecualian. Permukaan lapisan luar akan berwarna
cokelat keemasan akibat penggorengan. Timbulnya warna pada permukaan bahan
disebabkan oleh reaksi browning atau reaksi maillard. Tingkat intensitas warna
ini tergantung dari lama dan suhu menggoreng, juga komposisi kimia pada
permukaan luar dari bahan pangan. Jenis lemak yang digunakan berpengaruh
sangat kecil terhadap warna permukaan bahan (Ketaren, 2005).
Makanan yang diproses dengan penggorengan menjadi lebih gurih,
berwarna lebih baik, nilai gizi lebih meningkat, dan waktu pemasakan lebih cepat.
Selain berfungsi sebagai media penghantar panas, minyak goreng juga akan
diserap oleh bahan pangan. Suhu penggorengan yang baik adalah sekitar
163-196oC, meskipun kadang-kadang harus memperhatikan produk yang digoreng
(Auliana, 2001).
Pengemasan
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau
mengawetkan produk pangan maupun non-pangan. Kemasan adalah suatu wadah
atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu produk yang dilengkapi
dengan label atau keterangan-keterangan termasuk beberapa manfaat dari isi
kemasan (Susanto dan Saneto,1994).
Penggunaan kemasan ditujukan untuk menghindari kerusakan yang
disebabkan oleh mikroba, fisik, kimia, biokimia, perpindahan uap air dan gas,
sinar UV dan perubahan suhu. Selain itu kemasan yang digunakan harus
ekonomis, mampu menekan ongkos produksi, mudah dikerjakan secara manual,
tidak mudah bocor, penyok dan mudah dalam penyimpanan, pengangkutan dan
Kemasan plastik juga menempati bagian yang sangat penting dalam
industri pengemasan. Kelebihan plastik dari bahan kemasan lainnya, antara lain :
harganya relatif lebih murah, dapat dibentuk berbagai rupa, warna dan bentuk
relatif lebih disukai konsumen, mengurangi biaya trasportasi. Namun plastik
mempunyai kelemahan yaitu umumnya tidak tahan terhadap temperatur tinggi
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei 2012 di Laboratorium
Mikrobiologi Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji durian, gula, garam,
bawang putih dan kapur sirih.
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades dan
heksan.
Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan,
beaker glass, thermometer, mortal dan alu, cawan aluminium, erlenmeyer, kertas
Metode Penelitian (Bangun, 1991)
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan perlakuan sebagai berikut :
Faktor I : Variasi lama pengukusan (W) terdiri dari 4 taraf (menit), yaitu :
W1 = 10 menit
W2 = 15 menit
W3 = 20 menit
W4 = 25 menit
Faktor II : Lama penggorengan (P) yang terdiri dari 4 taraf (menit) yaitu:
P1 = 1 menit
P2 = 2 menit
P3 = 3 menit
P4 = 4 menit
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah
ulangan minimum perlakuan (n) adalah sebagai berikut :
Tc (n-1) ≥ 15
16 (n-1) ≥15
16n – 16 ≥ 15
16n ≥ 31
Model Rancangan (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua
faktorial dengan model sebagai berikut:
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
dimana:
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor W pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-k
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek faktor W pada taraf ke-i
βj : Efek faktor P pada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor W pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j
εijk : Efek galat dari faktor W pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j
dalam ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range
(LSR).
Pelaksanaan Penelitian
Biji durian dicuci, kemudian diambil sampel biji durian untuk dihitung pH
biji segarnya. Setelah biji durian dicuci, biji durian dikeringkan dalam oven
dengan suhu 50oC selama 1 jam. Kemudian dikukus dengan variasi waktu
pengukusan 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit dengan suhu pengukusan
100 0C (setelah air mendidih). Biji durian dikupas kulitnya, selanjutnya biji durian
diiris tipis-tipis dengan ketebalan 2-3 mm sebanyak 200 gr. Ditaburi dengan
garam 32 gram, dicampur, direndam selama 10 menit, diaduk-aduk di bawah air
berkurang dan ditiriskan. Kemudian, biji durian direndam dalam larutan kapur
sirih 1,5 gr selama 10 menit untuk mendapatkan tekstur yang lebih renyah.
Kemudian biji durian dicuci dan ditiriskan. Selanjutnya direndam dalam bumbu
(10 gr bawang putih, 15 gr gula dan 10 gr garam) selama 10-15 menit. Kemudian
biji durian ditiriskan dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 50oC selama 2
jam. Setelah itu digoreng sampai kering dan berwarna kekuningan, dengan variasi
waktu penggorengan 1 menit, 2 menit, 3 menit dan 4 menit. Dilakukan uji kadar
air (%), susut bobot (%), kadar lemak (%), penentuan nilai warna, uji
organoleptik terhadap cita rasa dan kerenyahan terhadap keripik biji durian yang
dihasilkan.
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter :
1. Penentuan pH
2. Penentuan kadar air
3. Penentuan kadar lemak
4. Penentuan susut bobot
5. Uji organoleptik warna
6. Uji organoleptik rasa dan aroma
1. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH universal. Bahan
dihancurkan dan diambil sampel sebanyak 10 gram. Kemudian kertas pH
diletakkan pada sampel dan dicocokkan dengan indikator pH universal.
2. Penentuan Kadar Air (AOAC, 1984)
Analisa kadar air ditentukan dengan menggunakan oven. Bahan ditimbang
sebanyak 5 gram dalam cawan aluminium yang telah diketahui beratnya.
Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC selama 4 jam lalu
didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Selanjutnya
dipanaskan kembali dalam oven selama 30 menit lalu didinginkan dalam desikator
dan ditimbang. Perlakuan ini dilakukan sampai didapat berat yang konstan.
Pengurangan berat merupakan banyaknya air yang diuapkan dari bahan dengan
perhitungan :
Kadar air = x100%
awal berat
akhir berat awal
berat −
3. Kadar Lemak (Apriyantono, dkk., 1989)
Penentuan kadar lemak dilakukan dengan metode soxhlet. Diambil labu
lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet, dikeringkan dalam
oven dan didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Ditimbang 5 gr bahan
dalam bentuk tepung langsung dalam selongsongsong kertas saring. Diletakkan
kertas saring yang berisi bahan tersebut ke dalam alat ekstraksi soxhlet, kemudian
dipasang alat kondensor di atasnya dan labu lemak di bawahnya. Dituangkan
pelarut heksan ke dalam labu lemak secukupnya, sesuai dengan ukuran soxhlet
yang digunakan. Dilakukan refluks selama minimum 5 jam sampai pelarut yang
dalam lemak dan ditampung pelarutnya, kemudian labu lemak yang berisi hasil
ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC. dikeringkan sampai berat
konstan dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang labu beserta
lemaknya tersebut.
Ditimbang berat awal bahan sebelum perlakuan dan berat akhir bahan
setelah perlakuan. Kemudian dihitung dengan rumus :
Susut bobot = x100% Wa
Wb
Wa−
Keterangan : Wa = berat awal bahan sebelum perlakuan
Wb = berat akhir bahan setelah perlakuan
5. Uji Organoleptik Warna (Numerik)
Penentuan warna dilakukan dengan mengamati warna pada keripik biji
durian yang dihasilkan. Caranya, contoh diuji secara acak dengan memberikan
kode pada bahan yang akan diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian.
Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3. Skala uji hedonik warna
Skala hedonik Skala numerik
6. Uji organoleptik rasa dan aroma (Numerik)
Penentuan uji organoleptik rasa dan aroma dilakukan dengan uji kesukaan
atau uji hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada
bahan yang akan diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Untuk skala
uji hedonik rasa dan aroma adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Skala uji hedonik rasa dan aroma
Skala hedonik Skala numerik
Sangat suka
Suka
Agak suka
Tidak suka
4
3
2
1
7. Uji organoleptik kerenyahan
Penentuan uji organoleptik kerenyahan dilakukan terhadap keripik yang
dihasilkan dengan menggunakan panelis sebanyak 10 orang. Pengujian dilakukan
secara organoleptik yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk skala uji
hedonik tekstur adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Skala uji hedonik kerenyahan (Numerik)
Skala hedonik Skala numerik
Sangat renyah
Renyah
Agak renyah
Keras
4
3
2
1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dicuci dan dihitung pH segar biji durianVariasi waktu
Dikupas kulitnya, diiris tipis-tipis dengan ketebalan 2-3 mm sebanyak 200 gr
Ditambahkan garam sebanyak 32 gr, direndam selama 10 menit, dan diaduk-aduk
di bawah air mengalir sampai keluar busa
Analisa :
Dicuci dengan air mengalir sampai kadar lendir berkurang
Direndam dalam bumbu (10 gr bawang putih, 15 gr gula dan 10 gr garam) selama 10-15 menit
Variasi waktu penggorengan (P) :
Dikeringkan dengan suhu 50oC selama 1 jam
Dicuci dan ditiriskan
Dikeringkan dalam oven dengan suhu 50oC selama 2 jam Direndam dalam larutan kapur
sirih 1,5 gr selama 10 menit Ditiriskan
Ditiriskan Dikukus
Digoreng
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pengukusan dan lama
penggorengan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Pengaruh
lama pengukusan dan lama penggorengan terhadap parameter yang diamati dapat
dijelaskan di bawah ini.
Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Parameter Yang Diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pengukusan memberikan
pengaruh terhadap kadar air, kadar lemak, susut bobot, nilai warna (numerik), uji
organoleptik (rasa dan aroma) dan kerenyahan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Lama Pengukusan (menit) Terhadap Paramater Yang Diamati
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa lama pengukusan (menit) memberikan
pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kadar air tertinggi terdapat pada
perlakuan W1 yaitu sebesar 3,649 % dan terendah terdapat pada perlakuan W4
yaitu sebesar 1,846 %. Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan W1 yaitu
sebesar 19,872 % dan terendah terdapat pada perlakuan W4 yaitu sebesar
12,533%. Susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan W4 yaitu sebesar 60,697%
dan terendah terdapat pada perlakuan W1 yaitu sebesar 57,967 %. Nilai warna
tertinggi terdapat pada perlakuan W1 yaitu sebesar 3,413 dan terendah terdapat
perlakuan W4 yaitu sebesar 3.350 dan terendah terdapat pada perlakuan W1 yaitu
sebesar 3.025. Nilai kerenyahan tertinggi terdapat pada perlakuan W4 yaitu
sebesar 3.638 dan terendah terdapat pada perlakuan W1 yaitu sebesar 3.050.
Pengaruh Lama Penggorengan Terhadap Parameter Yang Diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penggorengan memberikan
pengaruh terhadap kadar air, kadar lemak, susut bobot, nilai warna (numerik), uji
organoleptik (rasa dan aroma) dan kerenyahan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh Lama Penggorengan (menit) Terhadap Paramater Yang Diamati
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa lama penggorengan (menit) memberikan
pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kadar air tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 yaitu sebesar 3,679 % dan terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu
sebesar 1,457 %. Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar
17,925 % dan terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 14.002%. Susut
bobot tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 60,212% dan terendah
terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 58,301 %. Nilai warna tertinggi terdapat
pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,847 dan terendah terdapat pada perlakuan P4
yaitu sebesar 2,775. Uji organoleptik tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu
sebesar 3,337 dan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 3,063. Nilai
kerenyahan tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 3,625 dan terendah
Kadar Air (%)
Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Kadar Air (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa lama
pengukusan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
air keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar air dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Waktu Pengukusan Terhadap Kadar Air (%)
Jarak LSR
Lama
Pengukusan Rataan Notasi
0.05 0.01 (menit) 0.05 0.01
- - - W1 = 10 3,65 a A
2 0,076 0,104 W2 = 15 2,27 b B
3 0,080 0,110 W3 = 20 1,99 c C
4 0,082 0,113 W4 = 25 1,85 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan W1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan W2, W3, dan W4. Perlakuan W2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan W3 dan W4. Perlakuan W3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan W4.
Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan W1 yaitu sebesar 3,65 % dan yang
terendah terdapat pada perlakuan W4 yaitu sebesar 1,85 %.
Semakin lama waktu pengukusan, maka kadar air keripik biji durian yang
dihasilkan akan semakin rendah. Penurunan ini mengikuti garis regresi linier
sperti pada Gambar 2. Hal ini disebabkan sewaktu pengukusan terjadi kehilangan
komponen bahan seperti kadar air karena adanya panas. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Juntak Indonesian Corporation (2005) yang menyatkan bahwa
kadar air biji segar biji durian dalam 100 gr bahan sebesar 51,5 gr, setelah
Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar air (%) dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Kadar Air (%)
Pengaruh Lama Penggorengan Terhadap Kadar Air (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa lama
penggorengan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar air keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama penggorengan terhadap kadar air dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Waktu Penggorengan Terhadap Kadar Air (%)
Jarak LSR Lama Penggorengan Rataan Notasi
0.05 0.01 (menit) 0.05 0.01
- - - P1 = 1 3,68 a A
2 0,076 0,104 P2 = 2 2,69 b B
3 0,080 0,110 P3 = 3 1,93 c C
4 0,082 0,113 P4 = 4 1,46 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan P2, P3, dan P4. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan P3 dan P4. Perlakuan P3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P4.
Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan W1 yaitu sebesar 3,68 % dan yang
terendah terdapat pada perlakuan W4 yaitu sebesar 1,46 %.
Pengaruh lama penggorengan terhadap kadar air (%) dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh Lama Penggorengan Terhadap Kadar Air (%)
Pengaruh Interaksi antara Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Kadar Air (%)
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa lama
pengkusan dan lama penggorengan memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap kadar air keripik biji durian.
Hasil pengujian LSR menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara lama
pengukusan dan lama penggorengan terhadap kadar air keripik biji durian yang
dihasilkan, pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Kadar Air (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - W1P1 4,736 a A
2 0,152 0,209 W1P2 3,904 b B
3 0,159 0,219 W1P3 3,368 cd CD
4 0,163 0,225 W1P4 2,588 g G
5 0,167 0,230 W2P1 3,418 c C
6 0,169 0,233 W2P2 2,322 h H
7 0,170 0,236 W2P3 1,859 k K
8 0,171 0,239 W2P4 1,474 l L
9 0,172 0,241 W3P1 3,321 cde CDE
10 0,173 0,242 W3P2 2,228 hij HIJ
11 0,173 0,244 W3P3 1,443 lm LM
12 0,174 0,245 W3P4 0,980 o NO
13 0,174 0,246 W4P1 3,243 def CDEF
14 0,174 0,247 W4P2 2,287 hi HI
15 0,174 0,248 W4P3 1,065 n N
16 0,175 0,248 W4P4 0,789 o O
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara lama
pengukusan dan lama penggorengan memberi pengaruh yang berbeda sangat
nyata terhadap kadar air. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan W1P1 yaitu
sebesar 4,736 % dan terendah terdapat pada perlakuan W4P4 yaitu sebesar 0,789%.
Semakin lama waktu pengukusan dan lama penggorengan maka kadar air
keripik biji durian yang dihasilkan akan semakin rendah. Penurunan ini mengikuti
garis regresi linier seperti pada Gambar 4.
Pengaruh interaksi antara lama pengukusan dan lama penggorengan
Gambar 4. Pengaruh Interaksi antara Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Kadar Air (%)
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu penggorengan
maka kadar air akan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena semakin lama
waktu penggorengan, maka kandungan air yang terdapat dalam bahan akan
semakin banyak yang teruapkan sehingga kadar air akan semakin menurun.
Kadar Lemak (%)
Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Kadar Lemak (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa lama
pengukusan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
lemak keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar lemak dapat dilihat pada Tabel
Tabel 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Kadar Lemak (%)
Jarak LSR
Lama
Pengukusan Rataan Notasi
0.05 0.01 (menit) 0.05 0.01
- - - W1 = 10 19,87 a A
2 0,307 0,423 W2 = 15 17,30 b B
3 0,323 0,445 W3 = 20 14,92 c C
4 0,331 0,456 W4 = 25 12,53 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan W1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan W2, W3, dan W4. Perlakuan W2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan W3 dan W4. Perlakuan W3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan W4.
Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan W1 yaitu sebesar 19,87 % dan yang
terendah terdapat pada perlakuan W4 yaitu sebesar 12,53% %.
Semakin lama waktu pengukusan maka kadar lemak keripik biji durian
semakin rendah. Penurunan ini mengikuti garis regresi linier seperti pada Gambar
5. Hal ini disebabkan semakin lamanya waktu pengukusan biji durian, maka
semakin tinggi perubahan komposisi biokimiawi yang terdapat dalam bahan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan dari Estiasih dan Ahmadi (2009) yang menyatakan
bahwa pengukusan (blansing) dapat menyebabkan perubahan biokimiawi pada
bahan yang mengakibatkan perubahan struktur dan komposisi bahan pangan.
Perubahan tersebut bergantung pada suhu dan lama blansing, serta jenis dan
kondisi bahan yang diblansing.
Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar lemak (%) dapat dilihat pada
Gambar 5. Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Kadar Lemak (%)
Pengaruh Lama Penggorengan Terhadap Kadar Lemak (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa lama
penggorengan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar lemak keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama penggorengan terhadap kadar lemak dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penggorengan Terhadap Kadar Lemak (%)
Jarak LSR Lama Penggorengan Rataan Notasi
0.05 0.01 (menit) 0.05 0.01
- - - P1 = 1 17,93 a A
2 0,307 0,423 P2 = 2 16,94 b B
3 0,323 0,445 P3 = 3 15,77 c C
4 0,331 0,456 P4 = 4 14,00 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan P2, P3, dan P4. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan P3 dan P4. Perlakuan P3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P4.
Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 17,93 % dan yang
terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 14,00 %.
Semakin lama waktu penggorengan maka kadar lemak keripik biji durian
semakin menurun. Penurunan ini mengikuti garis regresi linier seperti pada
Gambar 6. Hal ini disebabkan kadar lemak biji durian setelah dijadikan keripik
biji durian semakin menurun karena adanya pemasakan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Juntak Indonesia Corporation (2005) yang menyatakan bahwa biji
durian juga banyak mengandung zat-zat gizi seperti lemak, protein, karbohidrat
dan lain-lain.
Pengaruh lama penggorengan terhadap kadar lemak (%) dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6. Pengaruh Lama Penggorengan Terhadap Kadar Lemak (%)
Pengaruh Interaksi antara Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Kadar Lemak (%)
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa lama
pengkusan dan lama penggorengan memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak keripik biji durian.
Hasil pengujian LSR menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara lama
pengukusan dan lama penggorengan terhadap kadar lemak keripik biji durian
yang dihasilkan, pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengukusan
dan lama Penggorengan Terhadap Kadar Lemak (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara lama
pengukusan dan lama penggorengan memberi pengaruh yang berbeda sangat
nyata terhadap kadar lemak. Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan W1P1
yaitu sebesar 21,59 % dan terendah terdapat pada perlakuan W4P4 yaitu sebesar
10,95 %.
Semakin lama waktu pengukusan dan lama penggorengan maka kadar
lemak keripik biji durian yang dihasilkan akan semakin rendah. Penurunan ini
Pengaruh interaksi antara lama pengukusan dan lama penggorengan
terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengaruh Interaksi antara Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Kadar Lemak (%)
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu penggorengan
maka kadar lemak akan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena kandungan
atau komposisi biji durian semakin menurun dengan adanya perlakuan dengan
menggunakan panas atau pemasakan yaitu pengukusan dan penggorengan. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, maka waktu penggorengan harus diperhatikan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Warintek (2012) yang menyatakan
bahwa waktu menggoreng jangan sampai kurang atau melebihi batas waktu yang
ditentukan.
Susut Bobot (%)
Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Susut Bobot (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 7) dapat dilihat bahwa lama
pengukusan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap susut
bobot keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama pengukusan terhadap susut bobot dapat dilihat pada Tabel
14.
Tabel 14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Susut Bobot (%)
Jarak LSR Lama Pengukusan Rataan Notasi
0.05 0.01 (menit) 0.05 0.01
- - - W1 = 10 57,97 d D
2 0,230 0,316 W2 = 15 58,30 c C
3 0,241 0,332 W3 = 20 59,32 b B
4 0,247 0,341 W4 = 25 60,70 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan W1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan W2, W3, dan W4. Perlakuan W2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan W3 dan W4. Perlakuan W3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan W4.
Susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan W4 yaitu sebesar 60,70 % dan yang
terendah terdapat pada perlakuan W1 yaitu sebesar 57,97 %.
Semakin lama waktu pengukusan maka susut bobot keripik biji durian
semakin rendah. Penurunan ini mengikuti garis regresi linier seperti pada Gambar
8. Hal ini disebabkan karena semakin lamanya waktu pengukusan biji durian,
maka akan terjadi penyusutan yang semakin besar terutama penguapan air yang
terdapat dalam bahan sehingga terjadi penyusutan bobot yang tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Estiasih dan Ahmadi (2009) yang menyatakan pada
beberapa bahan yang diblansing, terjadi penyusutan yang sangat besar sehingga
menyebabkan kehilangan berat bahan yang cukup tinggi. Perubahan tersebut
bergantung pada suhu dan lama blansing, serta jenis dan kondisi bahan yang
diblansing.
Pengaruh lama pengukusan terhadap susut bobot (%) dapat dilihat pada
Gambar 8. Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Susut Bobot (%)
Pengaruh Lama Penggorengan Terhadap Susut Bobot (%)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 7) dapat dilihat bahwa lama
penggorengan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
susut bobot keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama penggorengan terhadap susut bobot dapat dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penggorengan Terhadap Susut Bobot (%)
Jarak LSR Lama Penggorengan Rataan Notasi
0.05 0.01 (menit) 0.05 0.01
- - - P1 = 1 58,30 c C
2 0,230 0,316 P2 = 2 58,52 c C
3 0,241 0,332 P3 = 3 59,25 b B
4 0,247 0,341 P4 = 4 60,21 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan P2,berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3 dan P4.
Perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3 dan P4. Perlakuan P3
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P4. Susut bobot tertinggi terdapat pada
perlakuan P4 yaitu sebesar 60,21 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1
yaitu sebesar 58,30 %.
Semakin lama waktu penggorengan maka susut bobot keripik biji durian
akan semakin meningkat. Peningkatan ini mengikuti garis regresi linier seperti
pada Gambar 9. Hal ini disebabkan karena dengan adanya penetrasi panas dari
minyak yang digunakan sehingga adanya penguapan komponen-konponen yang
dapat menguap dari biji durian sehingga bertanya berkurang menjadi berkurang.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ketaren (2005) yang menyatakan
bahwa proses pemasakan bahan pangan berlangsung oleh penetrasi panas dari
minyak yang masuk ke dalam bahan pangan. Proses pemasakan ini dapat
mengubah karakter bahan pangan, tergantung dari bahan pangan yang digoreng..
Pengaruh lama penggorengan terhadap susut bobot (%) dapat dilihat pada
Gambar 9.
Pengaruh Interaksi antara Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Susut Bobot (%)
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa lama
pengkusan dan lama penggorengan memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap susut bobot keripik biji durian.
Hasil pengujian LSR menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara lama
pengukusan dan lama penggorengan terhadap susut bobot keripik biji durian yang
dihasilkan, pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Susut Bobot (%)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara lama
pengukusan dan lama penggorengan memberi pengaruh yang berbeda sangat
yaitu sebesar 61,86 % dan terendah terdapat pada perlakuan W1P1 yaitu sebesar
57,38 %.
Semakin lama waktu pengukusan dan lama penggorengan maka susut
bobot keripik biji durian yang dihasilkan akan semakin meningkat. Peningkatan
ini mengikuti garis regresi linier seperti pada Gambar 10.
Pengaruh interaksi antara lama pengukusan dan lama penggorengan
terhadap susut bobot dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Pengaruh Interaksi antara Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Susut Bobot (%)
Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu penggorengan,
maka susut bobot keripik biji durian semakin meningkat. Hal ini disebabkan
terjadinya kehilangan komponen bahan sewaktu pemasakan dengan menggunakan
minyak goreng yang dapat berfungsi sebagai media penghantar panas bagi keripik
biji durian. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Winarno (1997) yang
menyatakan bahwa minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah
rasa gurih, dan menambah nilai kalori bahan.
Uji Organoleptik Warna (Numerik)
Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Uji Organoleptik Warna (Numerik)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 9) dapat dilihat bahwa lama
pengukusan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji
organoleptik warna warna keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama pengukusan terhadap nilai warna dapat dilihat pada Tabel
17.
Tabel 17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Uji Organoleptik Warna (Numerik)
Jarak LSR
Lama
Pengukusan Rataan Notasi
0.05 0.01 (menit) 0.05 0.01
- - - W1 = 10 3,41 a A
2 0,218 0,300 W2 = 15 3,33 ab AB
3 0,229 0,315 W3 = 20 3,13 bc ABC
4 0,235 0,323 W4 = 25 2,98 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan W1 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan W2, berbeda nyata terhadap perlakuan W3, dan berbeda sangat
nyata terhadap perlakuan W4. Perlakuan W2 berbeda tidak nyata terhadap
perlakuan W3 dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan W4. Perlakuan W3
berbeda tidak nyata terhadap perlakuan W4. Uji organoleptik warna keripik biji
durian tertinggi terdapat pada perlakuan W1 yaitu sebesar 3,41 dan yang terendah
terdapat pada perlakuan W4 yaitu sebesar 2,98.
Semakin lama waktu pengukusan maka nilai warna keripik biji durian
semakin menurun. Penurunan ini mengikuti garis regresi linier seperti pada
Gambar 11. Hal ini disebabkan pada proses pengukusan, terjadi perubahan warna
dilakukan pada biji durian. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Warintek (2012)
yang menyatakan bahwa proses pengolahan lain pada pembuatan keripik seperti
pengukusan bahan (perlakuan pendahuluan) dan pengeringan juga mempengaruhi
mutu dari keripik yang dihasilkan.
Pengaruh lama pengukusan terhadap uji organoleptik warna dapat dilihat
pada Gambar 11.
Gambar 11. Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Uji Organoleptik Warna
Pengaruh Lama Penggorengan Terhadap Uji Organoleptik Warna(Numerik)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 9) dapat dilihat bahwa lama
penggorengan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji
organoleptik warna keripik biji durian yang dihasilkan.
Pengaruh lama penggorengan terhadap uji organoleptik warna dapat
dilihat pada Tabel 18.