• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mempelajari Pengaruh Perbandingan Daun Dan Kelopak Bunga Dan Lama Pelayuan Terhadap Mutu Teh Rosela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mempelajari Pengaruh Perbandingan Daun Dan Kelopak Bunga Dan Lama Pelayuan Terhadap Mutu Teh Rosela"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

MEMPELAJARI PENGARUH PERBANDINGAN

DAUN DAN KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN LAMA

PELAYUAN TERHADAP MUTU TEH ROSELLA

(Hibiscus sabdariffa L.)

SKRIPSI

SYUKUR TENDOMAN HAREFA 060305044

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

MEMPELAJARI PENGARUH PERBANDINGAN

DAUN DAN KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN LAMA

PELAYUAN TERHADAP MUTU TEH ROSELLA

(Hibiscus sabdariffa L.)

SKRIPSI

Oleh :

SYUKUR TENDOMAN HAREFA 060305044/TEKNOLOGI PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

MEMPELAJARI PENGARUH PERBANDINGAN

DAUN DAN KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN LAMA

PELAYUAN TERHADAP MUTU TEH ROSELLA

(Hibiscus sabdariffa L.)

SKRIPSI

Oleh :

SYUKUR TENDOMAN HAREFA

060305044/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Skipsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul Skripsi : Mempelajari pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga dan lama pelayuan terhadap mutu teh rosela.

Nama : Syukur Tendoman Harefa

Nim : 060305044

Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

Disetujui Oleh,

Ir. Ismed Suhaidi, M.Si

Ketua Anggota

Ir. Rona J Nainggolan, SU

Mengetahui

(5)

ABSTRAK

SYUKUR T HAREFA : Mempelajari Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga dan Lama Pelayuan terhadap Mutu Teh Rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Dibimbing oleh ISMED SUHAIDI dan RONA J NAINGGOLAN.

Bagian tanaman rosela yang paling banyak dimanfaatkan untuk menjadi teh adalah kelopak bunga, walaupun teh rosela dapat dibuat dari pencampuran daun dengan kelopak bunganya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang perbandingan daun dan kelopak bunga dengan lama pelayuan. Penelitian ini merupakan salah satu langkah awal untuk mendapatkan teh rosela yang terbaik. Perbandingan daun dengan kelopak bunga adalah 20:80, 40:60, 60:40 dan 80%:20% dan dilayukan dengan waktu 16, 18, 20, 22 jam. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Mei 2010 di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Parameter yang dianalisis adalah kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, nilai organoleptik warna air seduhan, penampakan partikel, rasa dan warna ampas seduhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan daun dan kelopak bunga berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter yang diamati. Lama pelayuan berpengaruh berbeda had sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, nilai organoleptik warna air seduhan dan rasa, berbeda nyata terhadap nilai organoleptik penampakan partikel serta berpengaruh tidak nyata terhadap warna ampas seduhan. Perbandingan 20% daun dan 80% kelopak bunga yang dilayukan selama 22 jam menghasilkan teh rosela yang terbaik mutunya.

Kata kunci: teh rosela, perbandingan daun dan kelopak bunga, lama pelayuan.

ABSTRACT

SYUKUR T HAREFA : A Study on the Effect of Leaves and Flower Petals ratio and Withering Time on the Quality of Roselle Tea. Supervised by ISMED SUHAIDI and RONA J NAINGGOLAN.

The most widely used of Roselle plant parts in making tea are flower petals, although the tea can be made by mixing rosela leaves with flower petals. Therefore, research needs to be done about the ratio of leaves and flower petals in combination with withering time. This research is a initial step to find the best quality of roselle tea. The equivalent of leaves and flower petals were 20:80, 40:60, 60:40, and 80%:20% and withering times were 16, 18, 20 and 22 hours. This research was perfomed in April - May 2010 at the Laboratory of Food Chemical Analysis, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, using factorial completely randomized design. Parameters analysed were water content. mineral content, vitamin C content, organoleptic values of liquor, particle appearance, taste and coluor of the infused leaf.

The results showed that the ratio of leaves and flower petals had highly significant effect on all parameters observed. Withering time had highly significant effect on all parameters except the organoleptic values, particle appearance, and the taste and colour of infused leaf which were not significantly different. The interaction of the ratio of leaves and flower petals and withering time had highly significant effect on water content, vitamin C content and organoleptic values of the flavour but had no significant effect on mineral content, organoleptic values of liquor, particle appearance, and infused leaf. The ratio of 20% leaf to 80% flower petals and withering time of 22 hours gave the best quality ot the roselle tea.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunungsitoli pada tanggal 14 April 1988 dari

ayah Daliati Harefa dan ibu Yulina Harefa. Penulis merupakan putra pertama dari

dua bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Gunungsitoli dan pada

tahun yang sama masuk ke Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Teknologi

Hasil Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian, sebagai asisten praktikum di Laboratorium

Analisa Kimia Bahan Pangan. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi

ekstrauniversitas yaitu menjadi anggota di Organisasi Forman (Forum Mahasiswa

Nias) Universitas Sumtera Utara dan GMPN (Gerakan Mahasiswa Peduli Nias).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik

Pengolahan Minyak Kelapa Sawit (CPO) PTP. Nusantara IV (Persero) Unit

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Mempelajari Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga dan

Lama Pelayuan terhadap Mutu Teh Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara

dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Ir. Ismed Suhaidi, M. Si dan Ir. Rona J Nainggolan, SU selaku ketua dan

anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai

masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan

penelitian, sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen

Teknologi Pertanian, kepada asisten-asisten seperjuangan di Laboratorium

Analisa Kimia Bahan Pangan , kepada seluruh teman-teman stambuk 2006,

kepada Ika Florina Trisnawati Telaumbanua serta semua rekan mahasiswa yang

tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam

(8)

DAFTAR ISI

Tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)... 10

(9)

Uji Organoleptik warna Ampas Seduhan ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga terhadap

Parameter yang diamati ... 33 Pengaruh Lama Pelayuan terhadap Parameter yang diamati ... 34 Pengaruh Interaksi antara Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga

dan Lama Pelayuan terhadap Parameter yang diamati ... 35 Kadar Air (%bk)

Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga terhadap

Kadar Air (%bk) ... 37 Pengaruh Lama Pelayuan terhadap Kadar Air (%bk) ... 38 Pengaruh Interaksi antara Perbandingan Daun dan Kelopak

Bunga dan Lama Pelayuan terhadap Kadar Air (%bk) ... 40 Kadar Abu (%)

Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga terhadap

Kadar Abu (%bk) ... 42 Pengaruh Lama Pelayuan terhadap Kadar Abu (%) ... 44 Pengaruh Interaksi antara Perbandingan Daun dan Kelopak

Bunga dan Lama Pelayuan terhadap Kadar Abu (%) ... 45 Kadar Vitamin C (mg/ 100 gr bahan)

Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga terhadap

Kadar Vitamin C (mg/ 100 gr bahan) ... 45 Pengaruh Lama Pelayuan terhadap Kadar Vitamin C

(mg/ 100 gr bahan) ... 46 Pengaruh Interaksi antara Perbandingan Daun dan Kelopak

Bunga dan Lama Pelayuan terhadap Kadar Vitamin C

(mg/ 100 gr bahan) ... 48 Nilai Organoleptik Warna Air Seduhan

Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga terhadap

Nilai Organoleptik Warna Air Seduhan ... 50 Pengaruh Lama Pelayuan terhadap Nilai Organoleptik

Warna Air Seduhan ... 51 Pengaruh Interaksi antara Perbandingan Daun dan Kelopak

Bunga dan Lama Pelayuan terhadap Warna Air seduhan .... 53 Nilai Organoleptik Penampakan Partikel

Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga terhadap

Nilai Organoleptik Penampakan Partikel ... 53 Pengaruh Lama Pelayuan terhadap Nilai Organoleptik

Penampakan Partikel ... 54 Pengaruh Interaksi antara Perbandingan Daun dan Kelopak

Bunga dan Lama Pelayuan terhadap Penampakan Partikel.. 56 Nilai Organoleptik Rasa

Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga terhadap

Nilai Organoleptik Rasa ... 56 Pengaruh Lama Pelayuan terhadap Nilai Organoleptik

(10)

Pengaruh Interaksi antara Perbandingan Daun dan Kelopak

Bunga dan Lama Pelayuan terhadap Rasa ... 59

Nilai Organoleptik Warna Ampas Seduhan Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga terhadap Nilai Organoleptik Warna Ampas Seduhan... 61

Pengaruh Lama Pelayuan terhadap Nilai Organoleptik Warna Ampas Seduhan ... 62

Pengaruh Interaksi antara Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga dan Lama Pelayuan terhadap Warna Ampas Seduhan... 62

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 63

Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(11)

DAFTAR TABEL

No Hal

1 Komposisi kimia kelopak rosela segar per 100 g bahan………..15

2 Komposisi kimia daun rosela segar per 100 g bahan….……….16

3 Uji hedonik warna air seduhan………29

4 Uji organoleptik penampakan partikel..………...30

5 Uji hedonik rasa...………30

6 Uji hedonik warna ampas seduhan………..31

7 Pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap parameter yang diamati………...…....……….33

8 Pengaruh lama pelayuan terhadap parameter yang diamati………….34

9 Pengaruh interaksi antara perbandingan daun dan kelopak bunga dan lama pelayuan terhadap parameter yang diamati...………...36

10 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap kadar air (%bk)………...37

11 Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar air (%bk)………39

12 Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara perbandingan daun dan kelopak bunga dan lama pelayuan terhadap kadar air (%bk)…...41

13 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap kadar abu (%)...42

14 Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar abu (%)………..…….44

15 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap kadar vitamin C (mg/ 100 g bahan)…..………..45

(12)

17 Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara perbandingan daun dan kelopak bunga dan lama pelayuan terhadap kadar vitamin C (mg/ 100 g bahan)……….………...48

18 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap nilai organoleptik warna air seduhan

(numerik)...…50

19 Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap nilai

organoleptik warna air seduhan (numerik)……….52

20 Uji LSR Efek utama pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap nilai organoleptik penampakan partikel (numerik)....53

21 Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap nilai

organoleptik penampakan partikel (numerik).……….55

22 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan daun dan kelopak

bunga terhadap nilai organoleptik rasa (numerik).………..…………56

23 Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap nilai

organoleptik rasa (numerik).………58

24 Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara perbandingan daun dan kelopak bunga dan lama pelayuan terhadap nilai organoleptik rasa (numerik)…...59

25 Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan daun dan kelopak Bunga terhadap nilai organoleptik warna ampas seduhan

(13)
(14)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1 Skema pembuatan bubuk teh campuran daun dan kelopak bunga

rosela………...32

2 Hubungan perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap

kadar air (%bk)....………...38

3 Hubungan lama pelayuan terhadap kadar air (%)..……….39

4 Hubungan interaksi antara perbandingan daun dan kelopak bunga

dan lama pelayuan terhadap kadar air (%bk)………..41

5 Hubungan perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap

kadar abu (%)...………...43

6 Hubungan lama pelayuan terhadap kadar abu (%)………...44

7 Hubungan perbandingan daun dan kelopak terhadap kadar

vitamin C (mg/ 100 g bahan).……….46

8 Hubungan lama pelayuan terhadap kadar vitamin C

(mg/ 100 g bahan)………..48

9 Hubungan interaksi antara perbandingan daun dan kelopak bunga dan lama pelayuan terhadap kadar vitamin C (mg/ 100 g bahan)...49

10 Hubungan perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap nilai

organoleptik warna air seduhan (numerik)……..………...51

11 Hubungan lama pelayuan terhadap nilai organoleptik warna air

seduhan (numerik)………...52

12 Hubungan perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap nilai

organoleptik penampakan partikel (numerik)..………...54

13 Hubungan lama pelayuan terhadap nilai organoleptik penampakan partikel (numerik)...………...55

14 Hubungan perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap nilai

(15)

15 Hubungan lama pelayuan terhadap nilai organoleptik rasa

(numerik)………..…..58

16 Hubungan interaksi antara perbandingan daun dan kelopak bunga

dan lama pelayuan terhadap nilai organoleptik rasa (numerik)………..60

17 Hubungan perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap nilai

organoleptik warna ampas seduhan (numerik)…...………62

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1 Data pengamatan kadar air (%bk)………...66

2 Data pengamatan kadar abu (%)………..67

3 Data pengamatan kadar vitamin C (mg/ 100 g bahan)………68

4 Data pengamatan nilai organoleptik warna air seduhan………..69

5 Data pengamatan nilai organoleptik penampakan partikel…………..70

6 Data pengamatan nilai organoleptik rasa……….71

(17)

ABSTRAK

SYUKUR T HAREFA : Mempelajari Pengaruh Perbandingan Daun dan Kelopak Bunga dan Lama Pelayuan terhadap Mutu Teh Rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Dibimbing oleh ISMED SUHAIDI dan RONA J NAINGGOLAN.

Bagian tanaman rosela yang paling banyak dimanfaatkan untuk menjadi teh adalah kelopak bunga, walaupun teh rosela dapat dibuat dari pencampuran daun dengan kelopak bunganya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang perbandingan daun dan kelopak bunga dengan lama pelayuan. Penelitian ini merupakan salah satu langkah awal untuk mendapatkan teh rosela yang terbaik. Perbandingan daun dengan kelopak bunga adalah 20:80, 40:60, 60:40 dan 80%:20% dan dilayukan dengan waktu 16, 18, 20, 22 jam. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Mei 2010 di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Parameter yang dianalisis adalah kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, nilai organoleptik warna air seduhan, penampakan partikel, rasa dan warna ampas seduhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan daun dan kelopak bunga berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter yang diamati. Lama pelayuan berpengaruh berbeda had sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, nilai organoleptik warna air seduhan dan rasa, berbeda nyata terhadap nilai organoleptik penampakan partikel serta berpengaruh tidak nyata terhadap warna ampas seduhan. Perbandingan 20% daun dan 80% kelopak bunga yang dilayukan selama 22 jam menghasilkan teh rosela yang terbaik mutunya.

Kata kunci: teh rosela, perbandingan daun dan kelopak bunga, lama pelayuan.

ABSTRACT

SYUKUR T HAREFA : A Study on the Effect of Leaves and Flower Petals ratio and Withering Time on the Quality of Roselle Tea. Supervised by ISMED SUHAIDI and RONA J NAINGGOLAN.

The most widely used of Roselle plant parts in making tea are flower petals, although the tea can be made by mixing rosela leaves with flower petals. Therefore, research needs to be done about the ratio of leaves and flower petals in combination with withering time. This research is a initial step to find the best quality of roselle tea. The equivalent of leaves and flower petals were 20:80, 40:60, 60:40, and 80%:20% and withering times were 16, 18, 20 and 22 hours. This research was perfomed in April - May 2010 at the Laboratory of Food Chemical Analysis, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, using factorial completely randomized design. Parameters analysed were water content. mineral content, vitamin C content, organoleptic values of liquor, particle appearance, taste and coluor of the infused leaf.

The results showed that the ratio of leaves and flower petals had highly significant effect on all parameters observed. Withering time had highly significant effect on all parameters except the organoleptic values, particle appearance, and the taste and colour of infused leaf which were not significantly different. The interaction of the ratio of leaves and flower petals and withering time had highly significant effect on water content, vitamin C content and organoleptic values of the flavour but had no significant effect on mineral content, organoleptic values of liquor, particle appearance, and infused leaf. The ratio of 20% leaf to 80% flower petals and withering time of 22 hours gave the best quality ot the roselle tea.

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor teh terbesar di Asia

Tenggara. Teh yang dihasilkan Indonesia merupakan jenis yang berasal dari

tanaman teh Camelia sinensis. Teh hanya dapat tumbuh pada ketinggian 400-2000

meter diatas permukaan laut. Perbedaan tinggi tempat dan temperatur dapat

mempengaruhi mutu teh yang dihasilkan.

Adanya permintaan teh yang semakin meningkat, dimana jumlah

konsumsi teh dunia pada tahun 2007 adalah sebesar 3.031.403 ton sedangkan

produksi teh Indonesia hanya sebesar 172.790 ton atau sebesar 5,7% dari

konsumsi dunia, maka tanaman penghasil teh tersebut dinilai belum mampu untuk

memenuhi kebutuhan permintaan tersebut. Belum adanya pemanfaatan bahan

baku lain menjadi produk teh tersebut membuat perkembangan produk teh

menjadi terhambat.

Teh rosela merupakan salah satu jenis teh merah yang paling populer,

disukai konsumen dan sedang berkembang saat ini. Teh rosela dikenal dengan

nama beragam, seperti hibiscus tea, teh mekkah, teh yaman, karkade (Arab), dan

kezeru (Jepang). Teh rosela dapat dibuat dari kelopak bunga dan daunnya, tetapi

umumnya dibuat dari kelopak bunga untuk mendapatkan khasiatnya yang optimal.

Teh dari kelopak bunga rosela lebih memberikan sensasi aroma dan warna merah

yang lebih menarik dibandingkan teh yang terbuat dari daunnya.

Tanaman rosela berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 0,5-5,0 m.

(19)

dan sudah berbunga, batangnya berwarna cokelat kemerahan. Batang berbentuk

silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat

daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan

pertulangan menjari dan tepi beringgit. Tulang daunnya berwarna merah dengan

panjang daun dapat mencapai 6-15 cm dan lebar 5-8 cm.

Bagian tanaman rosela yang paling banyak dimanfaatkan untuk produk

pangan maupun nonpangan adalah kelopak bunga rosela. Diluar negeri, rosela

telah diolah menjadi produk pangan seperti teh, salad, jeli, selai, saus, sup,

minuman, pikel, sirup, anggur serta gelatin. Daun muda rosela yang kaya protein

yang mudah dicerna tubuh bisa dijadikan salad, atau dalam bentuk campuran

dengan kelopak bunga dijadikan sebagai teh.

Lama pelayuan sangat berpengaruh terhadap mutu teh yang dihasilkan

terutama terhadap kandungan air pada pengolahan teh rosella. Tujuan utama dari

proses pelayuan adalah menurunkan kandungan air yang terdapat dalam daun dan

kelopak rosella. Semakin lama pelayuan maka kadar air yang diuapkan akan

semakin banyak sehingga kadar air daun dan kelopak rosella akan semakin

rendah. Kadar air yang rendah sangat diharapkan dalam memperpanjang masa

simpan teh yang dihasilkan serta memberi pengaruh terhadap warna air seduhan

dan rasa teh rosella.

Perbandingan jumlah daun rosella dan daun rosella juga sangat

berpengaruh terhadap mutu teh rosella. Semakin banyak daun yang dicampurkan

dibandingkan dengan kelopak bunga rosella maka akan berpengaruh terhadap

(20)

sebaliknya jika kelopak bunga yang dicampurkan maka akan mempengaruhi

warna air seduhan, rasa, kadar air serta kadar vitamin C teh rosella.

Teh rosela merupakan salah satu jenis teh merah yang paling populer dan

disukai oleh konsumen. Jenis teh ini memiliki warna cokelat kemerahan dengan

rasa asam segar dan dapat dinikmati pada kondisi panas atau dingin. Proses

pelayuan atau penguapan secara alamiah pada pengolahan teh ditandai dengan

adanya perubahan elastisitas daun. Daun dan kelopak bunga menjadi lebih lemas

akibat dari menurunnya atau hilangnya sebagian kandungan air yang terkandung

didalamnya. Selama proses pelayuan ini butiran-butiran hijau pada daun atau

klorofil bahan terurai menjadi pheophylline dan proses pemecahan ini akan terus

berlanjut selama proses berikutnya yaitu pengeringan.

Rosela banyak mengandung vitamin A, vitamin C yang sangat tinggi,

asam organik, kalsium serta mineral-mineral yang beragam dan substansi gizi

lainnya yang diperlukan tubuh. Kandungan vitamin C sebagai antioksidan

bermanfaat dalam menghambat terakumulasinya radikal bebas penyebab penyakit

kronis, seperti kerusakan ginjal, diabetes, kanker darah dan mencegah penuaan

dini. Dengan khasiat yang terkandung didalam setiap unsur gizinya, teh rosella

dikenal sebagai teh sehat. Khasiat ini terdapat pada kelopak bunga, daun serta

bijinya. Untuk mendapatkan rasa dan aroma teh yang enak serta khasiat teh yang

tinggi, daun dan kelopak bunga bisa dicampur menjadi satu (blending).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis mencoba

melakukan penelitian dengan judul “Mempelajari Pengaruh Perbandingan

Daun dan Kelopak Bunga Rosela dan Lama Pelayuan terhadap Mutu Teh

(21)

Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga rosella dan

lama pelayuan terhadap mutu teh rosela (Hibiscus sabdarifa L.)

Kegunaan Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi di Departemen

Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengaruh perbandingan daun dan

kelopak bunga rosella dan lama pelayuan terhadap mutu teh rosella.

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga rosella dan lama

pelayuan terhadap mutu teh rosella serta interaksi antara pengaruh perbandingan

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Sekilas tentang Teh (Camelia sinensis L.)

Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh

dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

1694 terdapat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Jakarta. Teh jenis

Assam mulai masuk ke Indonesia dari Sri Langka (Ceylon) pada tahun 1877 dan

ditanam di kebun Gambung, Jawa Barat oleh R.E. Kerk Hoven. Sejak itu teh

China secara berangsur diganti dengan teh Assam, sejalan dengan perkembangan

perkebunan teh di Indonesia, yang dimulai sejak tahun 1910 dengan dibangunnya

perkebunan Simalungun, Sumatera Utara. Dalam perkembangannya industri teh di

Indonesia mengalami pasang surut sesuai perkembangan situasi pasar dunia

maupun di Indonesia (PTPN IV, 1996).

Teh adalah suatu produk yang dibuat dari daun muda (pucuk daun) dari

tanaman teh Camelia sinensis L. Daun teh mengalami beberapa proses

pengolahan untuk dapat menjadi produk seperti teh hitam dan teh hijau. Untuk

membuatnya, daun biasanya dilayukan dan kemudian digulung dengan alat

pemutar OTR (Open Top Roller), kemudian dihamparkan ke udara agar

teroksidasi atau terfermentasi. Daun kemudian dikeringkan dengan udara panas,

dan dihasilkan teh hitam (Harler, 1966).

Secara botanis terdapat 2 jenis teh yaitu Thea Sinensis dan Thea Assamica.

Thea Sinensis ini juga disebut teh jawa yang ditandai dengan ciri-ciri tumbuhnya

lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daunnya kecil, pendek, ujungnya

(23)

cepat, cabang agak jauh dari permukaan tanah, daunnya lebar, panjang dan

ujungnya runcing serta berwarna hijau mengkilat (Soehargjo, et all., 1996).

Teh diperoleh dari pengolahan daun (pucuk daun dan daun-daun muda)

dari tanaman teh (Camelia sinensis L.) Tanaman ini berasal dari daerah

pegunungan di Himalaya. Karenanya di daerah tropik tanaman teh dapat tumbuh

subur di daerah pegunungan, di dataran-dataran tinggi dengan suhu sekitar

14-25o C. Di Indonesia tanaman teh tumbuh baik di daerah-daerah dengan

ketinggian 250 m- 1.200 m. Tanaman teh tidak akan terhadap musim kering tanpa

ada hujan. (Spillane, 1992).

Panen teh terjadi ketika daun-daun dan tunas-tunas muda yang di daerah

tropika dipetik secara rutin seminggu sekali atau dua minggu sekali tergantung

pada musim . Daun hijau yang dipetik diangkut ke suatu pabrik untuk diolah

menjadi bentuk teh jadi yang berbentuk teh hitam yang diminum di negara-negara

Barat atau teh hijau. Teh hijau juga dapat diproses lagi menjadi teh berbau wangi

(Spillane, 1992).

Teh dikelompokkan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia

sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan

setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap,

karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tannin. Proses

selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada

daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah

ditentukan. Pengolahan daun teh sering disebut sebagai fermentasi walaupun

sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemprosesan teh tidak

(24)

fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar dapat menyebabkan

teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang

sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung

unsur racun dan unsur yang bersifat karsiogenik (Wikipedia, 2009).

Dalam perdagangan teh internasional dikenal tiga golongan teh, yang

pengolahannya berbeda-beda dan dengan demikian juga bentuk serta cita rasanya

, yaitu Black Tea (Teh Hitam), Green Tea (Teh Hijau) dan Oolong Tea (Teh

Oolong) (Radiana, 1985).

Perbedaan pokok antara teh hitam dan teh hijau adalah bahwa teh hitam

mengalami proses fermentasi (proses pemeraman) yang merupakan ciri khasnya

sedangkan teh hijau tidak mengenal fermentasi dalam proses pengolahannya.

Disamping itu teh hitam tidak mengandung unsure-unsur lain di luar pucuk teh,

sedangkan teh hijau karena bau daunnya tidak hilang (karena tidak mengalami

proses fermentasi itu) harus dikompensasi dengan wangi-wangian dari

bahan-bahan non teh. Di Indonesia biasanya bunga melati digunakan dalam proses ini.

Teh Oolong, khas Teh Cina/ Taiwan, merupakan semacam perkawinan antara teh

hitam dan teh hijau, yakni mengalami setengah fermentasi (Radiana, 1985).

Unsur-unsur pokok teh adalah kafein, tannin, dan minyak esensial

(essential oils). Unsur pertama memberikan rasa segar mendorong kerja jantung

manusia, tidak berbahaya karena kemurniannya. Unsur kedua adalah sumber

energi dari sari-sarinnya. Unsur ketiga memberi rasa dan bau harum yang

merupakan faktor-faktor pokok dalam menentukan nilai tiap cangkir teh untuk

(25)

Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin, yaitu suatu turunan

tanin terkondensasi yang juga dikenal sebagai senyawa polifenol karena

banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimiliknya. Selain itu, teh juga

mengandung alkaloid kafein yang bersama-sama dengan polifenol teh akan

membentuk rasa yang menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh

diantaranya adalah vitamin C, vitamin B, dan vitamin A yang walaupun diduga

keras akan menurun aktifitasnya akibat pengolahan, namun masih dapat

dimanfaatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam

teh, terutama fluoride yang dapat memperkuat struktur gigi (Kustamiyati, 2006).

Antioksidan polyphenols yang terdapat dalam teh hijau adalah bahan yang

sangat bermanfaat bagi kesehatan, yaitu mampu mengurangi resiko penyakit

jantung, menghambat proliferasi sel tumor, dan menghambat pertumbuhan sel

kanker paru-paru, kanker usus, terutama sel kanker kulit. Zat ini dapat membantu

kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristaltic dan produksi

cairan pencernaan (Al’as, 2005).

Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia

daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang dapat

memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna,

rasa, dan aroma yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun

teh terdiri dari empat kelompok yaitu substansi fenol (catechin dan flavanol),

substansi bukan fenol (pektin, resin, vitamin, dan mineral), substansi aromatik dan

(26)

Penentuan dan Jenis Mutu Teh Hijau

Sebelum pihak konsumen teh membeli teh hasil perkebunan tertentu, mutu

teh itu dinilai terlebih dahulu dari contoh-contoh representatife yang diambil dari

suatu chop produksi. Penilaian teh atau tea teasting itu dilakukan dalam dua

tingkat, yakni :

a. Penilaian kualitas luarnya (Appearance of the tea)

b. Penilaian kualitas dalamnya (Inner quality) (Spillane, 1992).

Dasar yang digunakan untuk menentukan mutu teh hijau adalah sifat luar

dan sifat dalam dari teh hijau.

A. Sifat Luar

• Warna teh kering : hijau muda dan hijau kehitam-hitaman

• Ukuran : homogen dan tidak tercampur remukan

• Bentuk : tergulung, terpilin

• Aroma : wangi sampai kurang wangi, tidak apek

B. Sifat Dalam

• Seduhan : jernih, sedikit berwarna hijau atau kekuning-kuningan.

Warna tetap meskipun seduhan menjadi dingin..

• Ampas : berwarna hijau

• Rasa : rasa khas teh hijau, sedikit pahit, dan lebih sepet

dibanding teh hitam (Tunggul, 2009).

Standardisasi mutu teh hijau untuk ekspor belum ada karena sebagian

besar teh yang diekspor adalah teh hitam. Mutu yang ada adalah mutu

(27)

a. mutu I (Peko): yaitu bentuk daun tergulung kecil dengan warna hijau sampai

kehitaman, aromanya wangi dan tidak apek, tidak ada benda

asing (kotoran), tangkai daun maksimum 5%, dengan kadar air

maksimum adalah 10%.

b. mutu II (Jikeng): yaitu bentuk daun tidak tergulung melebar, warnanya hijau

kekuning-kuningan sampai kehitamhitaman, aromanya kurang

wangi dan tidak apek. Tidak ada benda asing, tangkai daun

maksimum 7%, kadar air maksimum adalah 10%.

c. mutu III (Bubuk): yaitu bentuk daun seperti bubuk dengan potongan-potongan

datar, warnanya hijau kehitam-hitaman, aromanya kurang

wangi dan tidak apek, tidak ada benda asing, tangkai daun

maksimum 0% dengan kadar air maksimum adalah 10%.

d. mutu IV (Tulang): yaitu sebagian besar berupa tulang daun warnanya hijau

kehitam-hitaman, aromanya kurang wangi dan tidak apek,

tidak ada benda asing dengan kadar air maksimum adalah

10%

(Tunggul, 2009).

Standar nasional Indonesia untuk mutu teh hijau untuk kadar air yaitu

maksimal 10% b/b, kadar abu 4-8% b/b, ekstrak larut dalam air adalah minimal

32% b/b, dan kadar serat kasar 16,5% b/b (Wicaksono, 2010).

Tanaman Rosela

Tanaman rosella dapat tumbuh didaerah tropis dan sub tropis yang hangat

(25-30 0 C) namun cukup lembab (70 %). Rosella cocok ditanam pada ketinggian

(28)

Pada curah hijan rendah, rosella masih dapat tumbuh, tetapi tidak sebaik di daerah

bercurah hujan tinggi. Panjang periode vegetatif dapat diatur sejak masa

penaburan benih. Agar tanaman ini dapat tumbuh maksimal di butuhkan air dan

sinar matahari penuh selama 12 jam untuk pembungaan dan berbuah. Umumnya,

rosella dapat tumbuh pada semua jenis tanah selama tanah tersebut kaya akan

humus, gembur, dan memiliki drainase yang baik dengan pH 6,5-7,5 (Widyanto

dan Nelistya, 2009).

Awalnya, bagi sebagian masyarakat awam, mendengar rosella masih

sangat jarang. Wajar memang karena tanaman ini belum begitu popular. Namun,

dikalangan para pecinta tanaman obat, rosela adalah salah satu jenis tanaman yang

memiliki banyak khasiat, khususnya sebagai obat beberapa penyakit. Seiring

waktu, kini rosela sudah mulai pupuler di masyarakat (Widyanto dan Nelistya,

2009).

Ukuran rosella agak berbeda untuk setiap daerah. Sebagai contoh rosella

dari Cirebon atau Surabaya umumnya berukuran agak lebih kecil dibandingkan

rosella dari Bogor, Sukabumi, atau Cipanas yang umumnya berukuran besar.

Dalam hal warna pun demikian. Ada yang merah muda, merah tua, merah

kecoklatan dan merah kehitaman. Di Surabaya (Jawa Timur) ada rosella yang

kelopaknya berwarna kuning dan berukuran kecil (Mardiah, et al, 2009).

Kepopuleran rosela memang tidak lepas dari peran para pecintanya yang

terus memperkenalkan ke masyarakat. Melalui produk olahannya, khususnya teh

rosella, tanaman yang diduga kuat berasal dari India tersebut semakin popular.

(29)

mereka ada yang menjadikan sebagai salah satu tanaman koleksi di halaman

rumah (Widyanto dan Nelistya, 2009).

Pada awalnya pembudidayaan rosella ditujukan untuk memperoleh serat

batangnya sebagai bahan baku pembuatan tali dan pengganti rami. Namun,

dengan adanya produk tas yang terbuat dari plastik , serat rosella jarang

digunakan. Saat ini, tujuan budi daya rosella mulai bergeser sebagai penghasil

bahan makanan dan minuman (Maryani dan Kristiana, 2008).

Banyak industri yang mulai mencoba untuk membudidayakan dan

mengolah rosella menjadi berbagai olahan makanan. Daun, bunga dan biji rosella

memiliki kandungan gizi yang cukup baik sehingga rosella tidak hanya berpotensi

untuk bahan baku industri makanan, tetapi juga berpotensi digunakan sebagai

bahan baku industri farmasi, minuman fungsional, pewarna alami, dan kosmetik

(Mardiah, et al, 2009).

Deskripsi Rosela

Tanaman rosela berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 0,5-5,0 m.

Ketika masih muda, batang dan daunnya berwarna hijau. Ketika beranjak dewasa

dan sudah berbunga , batangnya berwarna cokelat kemerahan. Batang berbentuk

silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat

daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan

pertulangan menjari dan tepi beringgit. Ujung daun ada yang runcing. Tulang

daunnya berwarna merah. Panjang daun dapat mencapai 6-15 cm dan lebar 5-8

cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang. Bunga muncul pada

ketiak daun. Kelopak bunga sangat menarik dengan bentuk yang menguncup

(30)

Rosela yang mempunyai nama ilmiah Hibiscus sabdarifa Linn ini

merupakan anggota famili Malvaceae. Rosela dapat tumbuh baik di daerah

beriklim tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah yang

terbentang dari India hingga Malaysia. Namun, sekarang tanaman ini tersebar luas

di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Karena itu, tak heran jika tanaman

ini mempunyai nama umum yang berbeda-beda di berbagai negara(Maryani dan

Kristiana, 2008).

Pada prinsipnya rosela dapat hidup dikondisi lahan, cuaca, serta suhu

yang bagaimanapun, akan tetapi disetiap daerah yang berbeda akan menghasilkan

warna yang berbeda pula. Batang rosela akan tumbuh dari satu titik tumbuh.

Rosela yang ditanam dilereng pegunungan memilikiwarna kelopak yang merah

agak kehitam-hitaman, yang ditanam di tanah pekarangan memiliki warna yang

merah kurang cerah yang ditanam di sawah dan dataran rendah memiliki warna

merah cerah dan dapat dijadikan standart eksport. Batangnya tumbuh sangat

tinggi. Satu pohon bisa keluar kelopak bunga sebanyak 10 kg (Warientek, 2008).

Taksonomi dari tanaman rosela adalah :

Difisi : Spermatophyta

Sub-difisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Malvales

Suku : Malvaceae

Marga : Hibiscus

Jenis : Hibiscus sabdariffa Linn

(31)
(32)

Kelopak Rosela

Bagian tanaman yang bisa diproses menjadi produk pangan adalah

kelopak bunganya. Kelopak bunga tanaman ini berwarna merah tua, tebal, dan

berair serta banyak mengandung vitamin A, vitamin C dan asam amino. Kelopak

bunga rosela yang rasanya sangat masam ini biasanya dibuat menjadi jeli, saus,

teh, sirup dan manisan. Bahan terpenting yang terkandung dalam kelopak bunga

rosela adalah grossy peptin, antosianin, dan gluside hibiscin. Selain itu kelopak

bunga rosela juga mengandung asam organik, polisakarida, dan flavonoid yang

bermanfaat mencegah penyakit kanker, mengendalikan tekanan darah,

melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar (Daryanto, 2008).

Kelopak bunga rosela mempunyai kandungan vitamin C yang sangat

tinggi. Sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan

berbagai penyakit, dapat menghambat terakumulasinya radikal bebas penyebab

penyakit kronis dan dapat mencegah penuaan dini. Dalam hal ini yang berperan

adalah antosianin. Selain kandungan vitamin C yang sangat tinggi, rosela juga

kaya akan mineral, seperti kalsium, phosphor, potassium, dan zat besi yang sangat

penting untuk tubuh. Selain vitamin C, rosela juga mengandung vitamin B1,

vitamin B2, niasin dan vitamin D. Tubuh manusia membutuhkan 22 asam amino.

Dari 22 ini, 18 diantaranya terpenuhi dari bunga rosela. Dua diantaranya (Arginin

dan Lisin) bila bersinergi dengan asam glutamate dan merangsang otak untuk

menggerakkan hormon tubuh manusia (Mangkurat, 2008)

Produk olahan kelopak maupun produk olahan minyak rosela berwarna

merah yang sangat menarik. Warna merah ini disebabkan kandungan antosianin

(33)

memberikan warna merah dan berperan mencegah kerusakan sel akibat paparan

sinar UV berlebih. Karena itu, rosela sering dijadikan sumber pewarna pada

makanan. Bunga rosela juga mengandung 3,19% pektin sehingga dapat digunakan

sebagai sumber pektin komersil (Wikipedia, 2010).

Adapun komposisi kimia kelopak bunga rosela dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 1. Komposisi kimia kelopak rosela segar per 100 g bahan

Komposisi Kimia Jumlah

Sumber : Maryani dan Kristiana (2008)

Daun Rosela

Daun rosela berbentuk bulat telur serta tunggal dengan pertulangan

menjari dan letaknya berseling, terbagi ke dalam 3-7 cuping bergantung kultivar

dan aksesi, dan pinggiran daun bergerigi. Rosela memiliki daun yang panjangnya

mencapai 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm. Sementara tangkai daun berbentuk bulat,

berwarna hijau, dengan panjang 4-7 cm (Mardiah et al, 2009).

Daun rosella muda kaya akan protein yang mudah dicerna, sehingga dapat

(34)

sebagai salad, dalam bentuk campuran dengan kelopak bunga dijadikan sebagai

teh, ataupun sayuran. Selain itu, bisa dikeringkan dan digunakan sebgai pengganti

rumput untuk pakan ternak. Bagi hewan memamah biak, tanaman ini merupakan

sumber protein dan karoten (Maryani dan Kristiana, 2008).

Daun rosella juga bisa mengobati kaki pecah-pecah dan luka bakar ringan.

Caranya, daun direndam dalam air panas, dilumatkan, kemudian dioleskan pada

kaki yang pecah-pecah atau pada kulit yang terbakar. Daun ini juga dapat

mempercepat pematangan bisul sekaligus bersifat melembutkan kulit (emollient).

Sementar itu, lotion yang dibuat dari daun rosella digunakan untuk mengobati

luka (Daryanto, 2008).

Adapun komposisi kimia daun rosela dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Komposisi kimia daun rosela segar per 100 g bahan

Komposisi Kimia Jumlah Sumber : Maryani dan Kristiana (2008)

Nilai Gizi Rosela

Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah

(35)

Flavonoid rosella terdiri dari flavanols dan pigmen antosianin. Pigmen antosianin

ini yang membentuk warna ungu kemerahan menarik dikelopak bunga maupun

teh hasil seduhan rosella. Antosianin berfungsi sebagai antioksidan yang diyakini

dapat menyembuhkan penyakit degeneratif. Antosianin pada rosella berada dalam

bentuk glukosida yang terdiri dari cyanydin-3-sambusioside,

delphinidin-3-glucose, dan delphinidin-3-sambubioside. Sementara itu, flavonols

terdiri dari gossypeptin, hibiscetine, dan quercetia (Mardiah, et al., 2009).

Zat gizi lain yang tak kalah penting terkandung dalam rosella adalah

kalsium, niasin, riboflavin dan zat besi yang cukup tinggi. Kandungan zat besi

pada kelopak rosella segar dapat mencapai 8,98 mg/ 100 g, sedangkan pada daun

rosella sebesar 5,4 mg/100 g. Selain itu, kelopak rosella mengandung 1,12%

protein, 12% serat kasar, 21,89 mg/ 100 g sodium, vitamin C, dan vitamin A. Satu

hal yang unik dari rosella adalah rasa masam pada kelopak rosella yang

menyegarkan (Mardiah, et al., 2009).

Bunga, daun serta biji rosela dapat dimanfaatkan sebagai tanaman herbal

dan bahan baku minuman kesehatan, karena menurut DepKes RI No. SPP

1065/35.15/05, setiap 100 gram kelopak bunga Rosella mempunyai kandungan

gizi sebagai berikut: protein 1,145 gr, lemak 2,61 gr, serat 12 gr, kalsium 1,263 gr,

fosor 273,2 mg, zat besi 8,98 mg, malic acid 3,31%, fruktosa 0,82%, sukrosa

0,24%, karoten 0,029%, tiamin 0,117mg, niasin 3,765 mg, dan vitamin C

244,4mg. Kandungan vitamin C yang tinggi ini dapat berfungsi sebagai bahan

antioksidan dalam tubuh. Bunga rosella kaya akan serat yang bermanfaat untuk

(36)

minuman sejenis teh, yang sudah umum dimanfaatkan (Kustywaty dan Ramli,

2008).

Banyaknya kandungan antosianin menentukan tingkat kepekatan warna

merah pada bunga rosella. Semakin banyak kandungan antosianin maka semakin

pekat warna merahnya dan semakin banyak kandungan antioksidannya. Kadar

antosianin juga mempengaruhi rasa seduhan. Warna yang pekat menandakan

rasanya sangat asam oleh karena kandungan asam malat,asam sitrat dan asam

askorbat (Widyanto dan Nelistya, 2009).

Dari semua jenis vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang

paling mudah rusak. Disamping sangat larut dalam air, vitamin C mudah rusak

teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim,

oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila

vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam, atau pada suhu rendah (Winarno,

1992).

Manfaat Rosela Sebagai Minuman Herbal

Masyarakat tradisional di berbagai negara telah memanfaatkan tanaman

rosella untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah kesehatan. Pemanfaatan

tanaman rosella ini berkaitan dengan fungsinya sebagai antiseptik, aprodisiak

(meningkatkan gairah seksual), astringen, demulcent (menetralisir asam

lambung), digesif (melancarkan pencernaan), diuretic, purgative, onthelmintic

(anti cacing), refrigerant (efek mendinginkan), resolvent, sedative, stomachic

tonik, serta mengobati kanker, batuk, maag dan sakit buang air besar, darah tinggi,

(37)

Secara ilmiah, rosela telah terbukti memiliki efek antioksidan bagi tubuh

manusia. Riset telah membuktikan kapasitas antioksidan dari bunga ini.

Penelitian dilakukan dengan mengekstrak rosela dalam larutan alkohol dan

mereaksikannya dengan senyawa radikal bebas. Hasil pengujian membuktikan

bahwa rosela mengandung berbagai komponen fenolik yang dapat mengurangi

radikal bebas yang digunakan dalam pengujian (Warientek, 2010).

Teh berwarna merah cantik ini memang multikhasiat. Bunga rosela merah

yang telah kering dan diseduh menjadi secangkir teh yang bercitara rasa sedikit

asam ini mampu mengatasi batuk, asam urat, kolesterol, hipertensi, radikal bebas,

dan penyegar (tonik). Selain itu, berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan

ilmuwan Sudan, rosela merah juga berkhasiat untuk menurunkan tekanan darah

(hipotensif), antikejang saluran pernapasan, anticacing (antelmintik), dan

antibakteri (Warientek, 2010).

Teh Rosela

Teh rosella dapat dibuat dari kelopak bunganya. Kelopak bunga rosela

disajikan dengan jalan menyeduhnya terlebih dahulu. Rasanya masam tapi terasa

menyegarkan. Di pasaran banyak beredar kelopak bunga rosela kering. Tidak ada

perbedaan kandungan zat yang membedakan hanya kandungan airnya.

Dibeberapa Negara Eropa, seperti Jerman telah menjadi negara importir kelopak

bunga rosela terbesar. Mereka telah meneliti bahwa kelopak bunga rosela

mempunyai khasiat yang sangat banyak. Terutama digunakan untuk mencegah

kanker dan radang. Dibeberapa negara asia telah menjadi pemasok utama kelopak

bunga rosela kering untuk negara-negara di Eropa diantaranya Thailand dan Cina.

(38)

rosela kering. Sudan adalah salah satu negara di benua afrika yang menjadi

eksportir bunga rosela kering dengan kualitas yang baik (Warientek, 2010).

Kelopak bunga Rosela dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa

sirup dan teh, selai dan minuman, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga

tebal, yaitu Rosela Merah. Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C,

vitamin A, dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya

terdapat dalam kelopak bunga Rosela, termasuk arginin dan legnin yang berperan

dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, Rosela juga mengandung protein

dan kalsium (Jenglot, 2008).

Sebagian masyarakat ada yang mengkonsumsi rosela dalam bentuk segar

sebagai lalapan, salad, manisan, jus, dan lain-lain. Ada pula yang

memanfaatkannya bentuk kering sebagai bahan pembuat teh atau kopi. Teh rosela

pupuler diberbagai Negara, seperti Meksiko, Thailand, dan Sudan. Konon, teh ini

merupakan minuman kaum bangsawan Mesir kuno dan sering disajikan pada

pesta pernikahan di Sudan (Fitriyanti, 2004).

Teh rosela dapat dibuat dari kelopak bunga dan daunnya, tetapi umumnya

dibuat dari kelopak bunganya saja. Teh dari kelopak bunga rosela lebih

memberikan sensasi aroma dan warna merah yang lebih menarik dibandingkan

teh yang terbuat dari daunnya tetapi untuk mendapatkan rasa dan aroma teh yang

enak, daun dan kelopak bunga yang telah kering bisa dicampur menjadi satu

(blending) (Mardiah, et al, 2009).

Agar mutu teh rosela yang dihasilkan bagus, waktu antara panen dan

proses pengeringan diusahakan jangan terlalu lama. Hal ini disebabkan kelopak

(39)

sehingga akan cepat mengalami kerusakan setelah 2 hari. Kerusakan tersebut

dapat menyebabkan mutu teh, terutama aroma dan warnanya. Teh rosela bila

diseduh dengan air panas, akan berwarna merah, setelah diminum terasa manis

asam dan memiliki rasa dan aroma yang khas (Widyanto dan Nelistya, 2009).

Teh rosela dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi

sakit tenggorokan , melurukan dahak, menurunkan kadar gula darah, menurunkan

kolesterol, TBC, mengatasi panas dalam, sembelit, mengurangi dampak negatife

nikotin bagi para perokok, mengurangi resiko osteoporosis, dan memperlambat

menopause. Selain itu, rosella juga dapat digunakan sebagai antiseptik usus dan

anti radang, serta terapi bagi pecandu narkoba (Widyanto dan Nelistya, 2009).

Pelayuan Kelopak dan Daun Rosela

Pelayuan pada teh hijau bertujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol

oksidase dan menurunkan kandungan air yang terdapat dalam pucuk, agar pucuk

menjadi lentur dan mudah digulung. Proses pelayuan dilakukan sampai pada

tahap layu tertentu, yang sifat pelayuannya berbeda dibanding dengan cara

pelayuan teh lokal (Setyamidjaja, 2000).

Pelayuan merupakan proses penguapan yang terjadi secara alamiah pada

bahan. Metode pelayuan dilakukan dengan cara mendiamkan daun pada kondisi

suhu ruang selama 18 jam. Selama proses pelayuan, kadar air yang terkandung

dalam kelopak dan daun akan menurun secara perlahan-lahan. Perubahan yang

terjadi pada saat pelayuan ditandai dengan adanya perubahan elastisitas daun.

Daun menjadi lebih lemas akibat dari menurunnya atau hilangnya sebagian

(40)

Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu

perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun dan menurunnya

kandungan air. Proses ini dilakukan pada alat Wihering Trough selama 14-18 jam

tergantung kondisi pabrik yang bersangkutan. Hasil pelayuan yang baik ditandai

dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai

muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak

akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah masak (Andrianis, 2009).

Suhu pelayuan harus sama (stabil) agar dapat dicapai tingkat layu yang

tepat. Tingkat layu pucuk dinilai berdasarkan presentase layu, yaitu perbandingan

berat pucuk layu terhadap pucuk basah yang dinyatakan dalam persen. Persentase

layu teh hijau lokal adalah 60-70%, dan untuk teh hijau ekspor sekitar 60%

dengan tingkat kerataan layuan yang baik. Tingkat layu yang tepat ditandai

dengan keadaan pucuk layu yang berwarna hijau cerah, lemas, dan lembut, serta

mengeluarkan bau yang khas (Setyamidjaja, 2000).

Kriteria untuk menentukan tingkat kelayuan daun antara lain :

- bentuk daun lemas, agak lekat seperti daun yang dimasukkan dalam air panas

- warna daun hijau kekuning-kuningan atau hijau muda

- air seduhan daun layu jernih dengan sedikit warna hijau atau pucat

- kadar air 65-70% (Setyamidjaja, 2000).

Pengeringan Kelopak dan Daun Rosela

Pengeringan pada teh hijau bertujuan untuk menurunkan kadar air dari

pucuk yang digulung hingga 3-4%, memekatkan cairan sel yang menempel di

permukaan daun sampai berbentuk seperti perekat, dan memperbaiki bentuk

(41)

pengeringan, masing-masing menggunakan mesin yang berbeda (Setyamidjaja,

2000).

Pengeringan rosella bisa dilakukan dengan sinar matahari atau

menggunakan oven. Jika menggunakan oven, kondisi yang terbaik adalah suhu

60oC selama 5 jam, dan jika menggunakan sinar matahari cukup 2-3 hari

(Mardiah et al, 2009).

Untuk mendapatkan khasiat terbaik dalam kelopak rosela sebenarnya tidak

sulit. Untuk mendapatkan teh rosela, bunga yang sudah dipetik, dijemur di bawah

terik matahari selama 1-2 hari agar memudahkan pemisahan lidah kelopak dengan

bijinya. Kemudian cuci air bersih dan jemur kembali selama 3-5 hari. Remas

kelopaknya, jika mudah menjadi bubuk itu artinya kadar air telah mencapai 4-5%

(Wikipedia, 2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu :

faktor yang berhubungan dengan udara pengering (suhu, kecepatan volumetrik

aliran udara pengering, dan kelembaban udara) dan faktor yang berhubungan

dengan sifat bahan. Yang termasuk dalam golongan terakhir ini adalah ukuran

bahan, kadar air awal, dan tekanan persial dalam bahan. Bahan pangan yang

dihasilkan dari produk-produk pertanian pada umumnya mengandung kadar air.

Kadar air tersebut apabila masih tersimpan dan tidak dihilangkan, maka akan

dapat mempengaruhi kondisi fisik bahan pangan (Widyani dan Suciaty, 2008).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan teh adalah

suhu udara dan volume udara yang dihembuskan, jumlah teh basah yang

(42)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2010 di Laboratorium

Analisa Kimia Bahan Pangan, Departemen Teknologi Pertanian Fakultas

Pertanian Sumatera Utara.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan kelopak

bunga rosella yang diperoleh dari Kampung Kolam, Bandar Setia Tembung,

Medan.

Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah pati 1%, iodium

0,01 N, aquadest.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,

blower, cawan aluminium, cawan porselen, kotak pelayuan, elenmeyer, beaker

(43)

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan dua faktor, yang terdiri dari:

Faktor I : Perbandingan Daun dengan Kelopak Bunga (A)

A1 = 20% : 80%

A2 = 40% : 60%

A3 = 60% : 40%

A4 = 80% : 20%

Faktor II : Lama Pelayuan (B)

B1 = 16 Jam

B2 = 18 Jam

B3 = 20 Jam

B4 = 22 Jam

Kombinasi perlakuan (Tc) =4 x 4 = 16 dengan jumlah minimum perlakuan (n)

adalah:

Tc (n-1) > 15

16(n-1) > 15

16 n > 31

n > 1,93 ...Dibulatkan menjadi n=2

(44)

Model Rancangan

Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap

(RAL) faktor dengan model:

Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + €ijk

Dimana :

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor B pada taraf

ke –j dalam ulangan ke –k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor A pada taraf ke-i

βj : Efek faktor B pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor B pada taraf ke-j

€ijk : Efek galat dari faktor A pada taraf ke-i dan faktor B pada taraf ke-j

dalam ulangan ke –k.

(Bangun, 1991).

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range

(LSR).

Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan bahan untuk daun rosela

- Diambil daun rosela segar kemudian dilakukan sortasi untuk membuang daun

yang sudah rusak.

- Daun rosela dicuci hingga bersih

(45)

b. Persiapan bahan untuk kelopak rosela

- Diambil kelopak bunga rosela segar dan dipisahkan dari biji dengan cara

membuang bagian tengah yang mengandung biji.

- Kelopak bunga rosela yang sudah dibuang bagian bijinya dicuci hingga bersih

- Ditiriskan

c. Pencampuran

- Dicampur daun rosela dengan kelopak bunga rosela sebanyak 500 gram dengan

perbandingan A1 (20%:80%), A2 (40%:60%), A3 (60%:40%), A4 (80%:20%)

- Dilakukan pelayuan selama B1 (16 jam), B2 (18 jam), B3 (20 jam), B4 (22 jam)

- Dilakukan perajangan

- Dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 60oC selama 5 jam

- Dilakukan pengecilan ukuran dengan blender

- Bubuk teh rosela

- Dilakukan analisis kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, serta uji organoleptik.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter sebagai berikut :

1. Kadar air (%)

2. Kadar abu(%)

3. Kadar vitamin C (mg)

4. Uji organoleptik terhadap warna air seduhan

5. Uji organoleptik terhadap penampakan partikel

6. Uji organoleptik rasa

(46)

Parameter Penelitian

1. Penentuan Kadar Air (Dengan Metode Oven) (AOAC, 1984)

Ditimbang bahan sebanyak 5 gram di dalam aluminium foil yang telah

diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven

dengan suhu sekitar 105 oC – 110 oC selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di

dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan

dipanaskan kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan

kembali dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi

sampai diperoleh berat yang konstan.

Kadar air (%bk) =

-

x100%

2. Penentuan Kadar Abu (Sudarmadji, et al., 1989)

Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gr dan diletakkan dalam cawan porselen

yang telah diketahui bobot keringnya. Sebelum diabukan, sampel terlebih dahulu

dipanaskan diatas pemanas destruksi hingga terbentuk arang dan tidak berasap

lagi. Selanjutnya sampel diabukan didalam tanur listrik pada suhu 550oC hingga

terbentuk warna abu-abu. Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator.

Ditimbang bobot akhirnya dan ulangi pekerjaan ini hingga bobot akhir konstan.

Bobot abu setelah pengabuan (g)

Kadar Abu (%) = x 100%

Bobot awal sampel (g)

3. Penentuan Kadar Vitamin C (Sudarmadji, et al., 1989)

Kandungan vitamin C ditentukan dengan cara titrasi, sebanyak 25 gram

bubuk teh kering dimasukkan dalam beaker glass ukuran 100 ml dan ditambahkan

(47)

disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat diambil sebanyak 25 ml

dengan menggunakan gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan

ditambahlan 2-3 tetes larutan pati 1% lalu dititrasi dengan larutan Iodium 0,01 N

hingga terjadi perubahan warna biru sambil dicatat berapa ml Iodium yang

terpakai.

Kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus :

ml titrasi Iod 0,01 N x 0,88 x FP x 100 Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) =

Berat contoh (g)

FP = Faktor pengencer (dalam hal diatas FP = 4)

1 ml Iod 0,01 N = 0,88 mg vitamin C

Prosedur Penyeduhan Teh

Teh dari pencampuran kelopak dan daun rosella diseduh sebanyak 2 gr

dengan air panas sebanyak 200 ml dan dibiarkan selama 3 menit dalam keadaan

tertutup rapat untuk mencegah menguapnya aroma. Selanjutnya dilakukan uji

organoleptik.

4. Organoleptik Warna air seduhan (Liquor) (numerik) (Soekarto, 1981)

Uji organoleptik dilakukan oleh 10 orang panelis. Pengujian dilakukan

secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk

skala warna adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Uji hedonik warna air seduhan (liquor) Skala Numerik Keterangan

4 3 2 1

(48)

5. Organoleptik Penampakan Partikel (Lappearance) (numerik) (Soekarto, 1981)

Uji organoleptik dilakukan oleh 10 orang panelis. Pengujian dilakukan

secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk

skala penampakan partikel sebagai berikut :

Tabel 4. Uji organoleptik penampakan partikel

Skala Numerik Keterangan

Sangat baik = Tidak ada partikel

Baik = Sedikit partikel

Sedang = Agak banyak partikel Kurang baik = Banyak partikel Tidak baik = Sangat banyak partikel

6. Organoleptik Rasa (numerik) (Soekarto, 1981)

Uji organoleptik dilakukan oleh 10 orang panelis. Pengujian dilakukan

secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk

skala rasa adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Uji hedonik rasa

7. Organoleptik Warna Ampas seduhan (infused leaf) (numerik) (Soekarto, 1981)

Uji organoleptik dilakukan oleh 10 orang panelis. Pengujian dilakukan

(49)

Tabel 6. Uji hedonik ampas seduhan (infused leaf) Skala Numerik Keterangan

4 Ampas sangat merah

3 Ampas merah

2 Ampas merah kehijauan

1 Ampas hijau

(50)

Gambar 1. Skema pembuatan bubuk teh campuran daun dan kelopak bunga rosela Kelopak Bunga rosela segar

(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perbandingan daun dan kelopak

bunga rosella dan lama pelayuan memberikan pengaruh terhadap parameter yang

diamati. Pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga rosella dan lama

pelayuan terhadap parameter yang diamati dapat dijelaskan dibawah ini.

Pengaruh perbandingan daun dan kelopak terhadap parameter yang diamati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan daun dan kelopak

bunga memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, dan

uji organoleptik terhadap warna air seduhan, penampakan partikel, rasa dan warna

ampas seduhan teh yang dihasilkan.

Pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga rosella terhadap

parameter yang diamati dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap parameter yang diamati

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perbandingan daun dan kelopak bunga

memberikan pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air tertinggi terdapat

pada perlakuan A1 yaitu sebesar 8,46% dan terendah pada perlakuan A4 yaitu

(52)

kadar abu terendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar 5,36%. Kadar

vitamin C tertinggi terdapat pada A4 yaitu sebesar 268,92 mg/ 100 g contoh dan

kadar vitamin C terendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar

178,68 mg/ 100 g contoh. Uji Organoleptik terhadap warna air seduhan tertinggi

terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar 3,63 dan warna air seduhan terendah

terdapat pada perlakuan A4 yaitu sebesar 1,94. Uji organoleptik terhadap

penampakan partikel tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar 6,43 dan

terendah terdapat pada perlakuan A4 yaitu sebesar 5,60. Uji organoleptik terhadap

rasa tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar 3,05 dan terendah terdapat

pada perlakuan A4 yaitu sebesar 2,08. Uji organoleptik terhadap warna ampas

seduhan tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar 3,63 dan terndah

terdapat pada perlakuan A4 yaitu sebesar 2,26.

Pengaruh lama pelayuan terhadap parameter yang diamati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pelayuan memberikan

pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C dan uji organoleptik

terhadap warna air seduhan, penampakan partikel dan rasa teh yang dihasilkan.

Pengaruh lama pelayuan terhadap parameter yang diamati dapat dilihat

pada Tabel 8.

(53)

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh

terhadap parameter yang diuji, kecuali pada uji organoleptik warna ampas. Kadar

air tertinggi terdapat pada perlakuan B1 yaitu sebesar 12,53% dan terendah

terdapat pada perlakuan B4 yaitu sebesar 3,92%. Kadar abu tertinggi terdapat pada

perlakuan B4 yaitu sebesar 6,11% dan kadar abu terendah terdapat pada perlakuan

B1 yaitu sebesar 5,16%. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan A1

yaitu sebesar 286,90 mg/ 100 g contoh dan terendah terdapat pada perlakuan B4

yaitu sebesar 141,97 mg/ 100 g contoh. Uji organoleptik terhadap warna air

seduhan tertinggi terdapat pada perlakuan B1 yaitu sebesar 3,09 dan terendah

terdapat pada perlakuan B4 yaitu sebesar 2,16. Uji organoleptik terhadap

penampakan partikel tertinggi terdapat pada perlakuan B1 yaitu sebesar 6,24 dan

terendah terdapat pada perlakuan B4 yaitu sebesar 5,73. Uji organoleptik terhadap

rasa tertinggi terdapat pada perlakuan B4 yaitu sebesar 2,86 dan terendah terdapat

pada perlakuan B1 yaitu sebesar 2,26. Uji organoleptik terhadap warna ampas

seduhan tertinggi terdapat pada perlakuan B4 yaitu sebesar 3,16 dan terendah pada

perlakuan B1 yaitu sebesar 2,89.

Pengaruh interaksi antara perbandingan daun dan kelopak bunga rosela dan lama pelayuan terhadap parameter yang diamati.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perbandingan daun

dan kelopak bunga dan lama pelayuan memberikan pengaruh terhadap kadar air,

kadar vitamin C dan uji organoleptik rasa teh yang dihasilkan.

Pengaruh interaksi perbandingan daun dan kelopak bunga dan lama

(54)

Tabel 9. Pengaruh interaksi antara perbandingan daun dan kelopak bunga dan lama pelayuan terhadap parameter yang diamati.

Perlakuan Kadar

Tabel 9 memperlihatkan bahwa interaksi antara perbandingan daun dan

kelopak bunga dan lama pelayuan memberikan pengaruh terhadap parameter yang

diuji. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan A1B1 yaitu sebesar 13,21% dan

terendah pada perlakuan A4B4 yaitu sebesar 3,43%. Kadar abu tertinggi terdapat

pada perlakuan A4B4 yaitu sebesar 6,22% dan terendah pada perlakuan A1B1 yaitu

sebesar 4,60%. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan A4B1 yaitu

sebesar 316,24 mg/ 100 g contoh dan terendah pada perlakuan A1B4 yaitu sebesar

105,60 mg/ 100 g contoh. Uji organoleptik terhadap rasa warna air seduhan

tertinggi adalah pada perlakuan A1B1 yaitu sebesar 3,85 dan terendah pada

perlakuan A4B4 yaitu sebesar 1,25. Uji organoleptik terhadap penampakan

partikel tertinggi terdapat pada perlakuan A1B1 yaitu sebesar 6,60 dan terendah

pada perlakuan A4B4 5,40. Uji organoleptik terhadap rasa tertinggi terdapat pada

(55)

sebesar 1,85. Uji organoleptik terhadap warna ampas seduhan tertinggi terdapat

pada perlakuan A1B1 yaitu sebesar 3,70 dan terendah pada perlakuan A4B1 yaitu

sebesar 2,00.

Kadar Air (%bk)

Pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap kadar air (%bk)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa

perbandingan daun dan kelopak bunga memberikan pengaruh berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap kadar air teh rosela yang dihasilkan.

Hasil pengujian LSR terhadap kadar air dari setiap perlakuan dengan

perbandingan daun dan kelopak bunga dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap kadar air (%bk).

Jarak LSR Perbandingan Rataan Notasi

0.05 0.01 Daun:Kelopak 0.05 0.01

- - - A1 = 20:80 8,46 a A

2 0,1471 0,2025 A2 = 40:60 8,18 b B

3 0,1545 0,2128 A3 = 60:40 7,60 c C

4 0,1584 0,2182 A4 = 80:20 6,80 d D

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan A1 berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan A2, A3, dan A4. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata terhadap

perlakuan A3 dan A4. Perlakuan A3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan A4.

Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu sebesar 8,46% dan terendah

pada perlakuan A4 yaitu sebesar 6,80%.

Hubungan perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap kadar air teh

(56)

Gambar 2. Hubungan perbandingan daun dan kelopak bunga terhadap kadar air (%bk).

Dari Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi terdapat pada

perlakuan A1 yaitu dengan perbandingan 20% daun dan 80% kelopak bunga, dan

terendah pada perlakuan A4 dengan perbandingan 80% daun dan 20% kelopak

bunga. Hal ini disebabkan karena kandungan air pada kelopak bunga yang lebih

tinggi dengan proporsi yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan air

pada daun dengan proporsi yang lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Maryani dan Kristiana (2008) yang menyatakan bahwa kandungan air kelopak

bunga lebih besar dari daun rosella. Kandungan air yang terdapat pada kelopak

bunga sebesar 86,2% per 100 g bahan sedangkan pada daun 85,6% per 100 g

bahan.

Pengaruh lama pelayuan terhadap kadar air (%bk)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa lama

pelayuan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia kelopak rosela segar per 100 g bahan
Tabel 2. Komposisi kimia daun rosela segar per 100 g bahan
Gambar 1. Skema pembuatan bubuk teh campuran daun  dan  kelopak bunga rosela
Tabel 9. Pengaruh interaksi antara perbandingan daun dan kelopak bunga dan lama pelayuan terhadap parameter yang diamati
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 1 Rehabilitasi Jaringan Irigasi DI.. Pruso I Desa Barukan,

[r]

Mereka membahas perspektif triple value assessment yang terdiri dari kinerja ekonomi, nilai reputasi, dan keunggulan parenting terkait aplikasinya pada lima perusahaan yang

tersusun dari minera-mineral, mempunyai bentuk bentuk penjajaran yang tipis dan terlipat pada lapisan-lapisan, dan terbentuk urat-urat yang tebal yang terdiri dari

kadar C-organik tanah Inseptisol Kwala Bekala (Lampiran 8 dan 9) seperti pada..

BAB XV I PSAKTER PESADIUH DAB MKBAEA8ABHTA.. wjtarssn* iram ri

Hubungan perilaku ibu dalam pemberian makan dengan status gizi pada balita usia 13-59 bulan di Posyandu Lada V Pakuncen Wirobrajan Yogyakarta Tahun 2010 Hasil