MEMPELAJARI PENGARUH LAMA PELAYUAN DAN
PENAMBAHAN TEH SIRSAK TERHADAP MUTU
TEH HITAM
SKRIPSI
OLEH :
DODI MART TUHU MANIK
070305015
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
MEMPELAJARI PENGARUH LAMA PELAYUAN DAN
PENAMBAHAN TEH SIRSAK TERHADAP MUTU
TEH HITAM
SKRIPSI
OLEH :
DODI MART TUHU MANIK
070305015
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melakukan Penelitian di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing,
Dr. Ir. Herla Rusmarilin,MS Ir. Lasma Nora Limbong Ketua Anggota
\
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Mempelajari Pengaruh Lama Pelayuan Dan Penambahan Teh Sirsak Terhadap Mutu Teh Hitam
Nama : Dodi Mart Tuhu Manik
NIM : 070305015
Departemen : Teknologi Pertanian Prog Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Herla Rusmarilin,MS Ir. Lasma Nora Limbong Ketua Anggota
Mengetahui :
Terhadap Mutu Teh, dibimbing oleh Herla Rusmarilin dan Lasma Nora Limbong.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh lama pelayuan dan perbandingan daun teh dan daun sirsak terhadap mutu teh. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu lama pelayuan (P) : (15, 16, 17, 18 jam) perbandingan daun teh dan daun sirsak (D) : (20%:80%, 40%:60%, 60:40%, 80:20%). Parameter yang dianalisa adalah kadar tanin, kadar air, kadar abu, dan nilai organoleptik (rasa, warna air seduhan, penampakan partikel dan warna ampas seduhan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar tanin, kadar abu, warna ampas, penampakan partikel, dan nilai organoleptik warna dan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air dan uji organoleptik rasa. Perbandingan daun teh dan daun sirsak memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar tanin, kadar abu, warna ampas, penampakan partikel, dan nilai organoleptik rasa, warna dan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air.. Interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan daun teh dan daun sirsak dan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap nilai organoleptik rasa, dan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap organopleptik warna, serta memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, warna ampas.
Lama pelayuan 18 jam dengan perbandingan daun teh dan daun sirsak 50%:50% menghasilkan mutu teh yang terbaik.
Kata Kunci : Daun Teh, Daun Sirsak, Perbandingan Daun Teh dan Daun Sirsak, Lama Pelayuan.
ABSTRACT
DODI MART TUHU MANIK: Study on the Effect of Passion Fruit Leaves Addition on the Quality of Tea, supervised by Herla Rusmarilin dan Lasma Nora Limbong.
This study was conducted to investigate the effect of ratio of tea leaves and passion fruit leaves on the quality of tea. This study used a completely randomized design with two factors, namely withering time ( P ) : ( 15, 16, 17.18 hours) and ratio of tea leaves and passion fruit leaves ( D ) : ( 20:80%, 40%:60%, 60%:40%, 80%:20% ). The parameters analyzed were moisture content, tannin content, ash content, and the value of organoleptics ( taste, color of water and texture).
The results showed that withering time had highly significant effect on water content, tannin content, ash content, color, taste and texture. The ratio of tea leaves and passion fruit leaves had highly significant effect on the moisture content, tannin content, ash content, color, taste and texture. Withering time had highly significant effect on water content, tannin content, ash content, color, taste and texture. The interaction of withering time and ratio of tea leaves and passion fruit leaves had a highly significant effect on the moisture content, tannin content, ash content, color, taste and texture.
18 hours withering with ratio of passion fruit leaves and tea leaves 50% : 50% produced the best quality of tea .
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 18 Maret 1989 dari ayah G. M.
Manik dan ibu Lusianna Purba S.pd. Penulis merupakan putra kelima dari 5
bersaudara.
Adapun pendidikan formal yang saya tempuh adalah tamat dari SDN
066043 pada tahun 2001, tamat dari SMP SWASTA FREE METHODIST 1 pada
tahun 2004 dan pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Budi Murni I Medan dan
pada tahun yang sama masuk ke Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian
tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi
Teknologi Hasil Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif menjadi pengurus IMTHP
(Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian) periode 2009-2010. Penulis telah
mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV
(Persero), Bah Jambi, Siantar.
atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul
skripsi ini adalah ”Mempelajari Pengaruh Penambahan Daun Sirsak
Terhadap Mutu Teh’
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Herla Rusmarilin,
MP, dan ibu Ir. Lasma Nora Limbong, selaku ketua dan anggota komisi
pembimbing atas arahan dan bimbingan yang diberikan selama penyusunan
skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
ayahanda G. M. Manik dan Ibunda Lusianna Purba S.pd serta abang dan kakak
kakak tercinta yang mendo’akan dengan tulus dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk teman teman seperjuangan
THP angkatan 2007 serta abang-abang, teman-teman, adik-adik stambuk serta
semua pihak yang telah ikut menyukseskan pelaksanaan penelitian penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
ABSTRAK ... i
Pelaksanaan Penelitian ... 25
Pengamatan dan Pengukuran Data ... 26
Uji organoleptik penampakan partikel ... 28
Uji organoleptik warna ampas seduhan ... 29
Kadar Tanin
Pengaruh lama pelayuan terhadap kadar tanin ... 32 Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap
kadar tanin ... 34 Pengaruh interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar tanin ... 35 Kadar Air
Pengaruh lama pelayuan terhadap kadar air... 35 Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap
kadar air ... 37 Pengaruh interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar air ... 38 Kadar Abu
Pengaruh lama pelayuan terhadap kadar abu ... 39 Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap
kadar abu ... 40 Pengaruh interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar abu ... 42 Nilai Organoleptik Warna Ampas
Pengaruh lama pelayuan terhadap warna ampas ... 42 Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap
organoleptik warna ampas ... 43 Pengaruh interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap organoleptik warna ampas ... 45 Nilai Organoleptik Penampakan Partikel
Pengaruh lama pelayuan terhadap organoleptik
penampakan partikel ... 45 Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap
organoleptik penampakan partikel ... 47 Pengaruh interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan teh dan hitam teh sirsak terhadap organoleptik penampakan partikel 49 Nilai Organoleptik Rasa
Pengaruh lama pelayuan terhadap organoleptik rasa ... 49 Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap
organoleptik rasa ... 51 Pengaruh interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap organoleptik rasa ... 52 Nilai Organoleptik Warna
Pengaruh lama pelayuan terhadap organoleptik warna ... 54 Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap
DAFTAR PUSTAKA ... 63
1. Komposisi kimia daun teh segar ... 6
2. SNI teh hitam celup ... 6
3. Komposisi kimia teh bubuk daun sirsak ... 11
4. Uji hedonik rasa ... 28
5. Uji hedonik warna air seduhan (Liqour) ... 28
6. Uji hedonik penampakan partikel (Appearance) ... 29
7. Uji hedonik warna ampas seduhan (Infused leaf) ... 29
8. Pengaruh lama pelayuan terhadap parameter yang diamati ... 31
9. Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap parameter yang diamati ... 32
10. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar tanin (%) .. 32
11. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar tanin (%) ... 34
12. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar air (%). ... 36
13. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar air (%) ... 37
14. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar abu (%) ... 39
15. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar abu (%) ... 41
16. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap organoleptik warna ampas (numerik) ... 42
17. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap organoleptik warna ampas (numerik) ... 44
20. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap organoleptik rasa (numerik) ... 50
21. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi lama pelayuan dengan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap organoleptik
rasa (numerik) ... 52
22. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap organoleptik warna (numerik) ... 54
23. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan teh hitam dan
teh sirsak terhadap organoleptik warna (numerik) ... 56
24. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi lama pelayuan dengan
1. Struktur kimia katekin, epikatekin, epigalokatekin galat, epigalokatekin 7
2. Struktur kimia theaflavin dan thearubigin ... 8
3. Struktur kimia kafein ... 9
4. Pembentukan kafein pada tanaman teh ... 10
5. Gambar hubungan antara lama fermentasi dan mutu seduhan teh ... 15
6. Skema penelitian pembuatan bubuk teh campuran teh hitam dan teh sirsak ... 30
7. Grafik hubungan lama pelayuan dengan kadar tanin ... 33
8. Histogram perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar tanin ... 35
9. Grafik hubungan lama pelayuan dengan kadar air ... 36
10. Histogram perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar air ... 38
11. Grafik Hubungan lama pelayuan terhadap kadar abu ... 40
12. Histogram perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar abu .... 42
13. Grafik hubungan lama pelayuan dengan nilai organoleptik warna ampas 44 14. Histogram perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap nilai organoleptik warna ampas ... 45
15. Grafik hubungan lama pelayuan dengan organoleptik penampakan partikel. ... 47
16. Histogram perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap organoleptik penampakan partikel ... 49
17. Grafik hubungan lama pelayuan dengan organoleptik rasa ... 51
1. Lampiran 1. Komposisi kimia teh sirsak ... 65
2. Lampiran 2. Data pengamatan kadar tanin (%) ... 66
3. Lampiran 3. Data pengamatan kadar air (%) ... 67
4. Lampiran 4. Data pengamatan kadar abu (%) ... 68
5. Lampiran 5. Data pengamatan organoleptik warna ampas (numerik) ... 69
6. Lampiran 6. Data pengamatan organoleptik penampakan partikel (numerik) ... 70
7. Lampiran 7. Data pengamatan organoleptik rasa (numerik ... 71
Terhadap Mutu Teh, dibimbing oleh Herla Rusmarilin dan Lasma Nora Limbong.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh lama pelayuan dan perbandingan daun teh dan daun sirsak terhadap mutu teh. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu lama pelayuan (P) : (15, 16, 17, 18 jam) perbandingan daun teh dan daun sirsak (D) : (20%:80%, 40%:60%, 60:40%, 80:20%). Parameter yang dianalisa adalah kadar tanin, kadar air, kadar abu, dan nilai organoleptik (rasa, warna air seduhan, penampakan partikel dan warna ampas seduhan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pelayuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar tanin, kadar abu, warna ampas, penampakan partikel, dan nilai organoleptik warna dan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar air dan uji organoleptik rasa. Perbandingan daun teh dan daun sirsak memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar tanin, kadar abu, warna ampas, penampakan partikel, dan nilai organoleptik rasa, warna dan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air.. Interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan daun teh dan daun sirsak dan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap nilai organoleptik rasa, dan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap organopleptik warna, serta memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, warna ampas.
Lama pelayuan 18 jam dengan perbandingan daun teh dan daun sirsak 50%:50% menghasilkan mutu teh yang terbaik.
Kata Kunci : Daun Teh, Daun Sirsak, Perbandingan Daun Teh dan Daun Sirsak, Lama Pelayuan.
ABSTRACT
DODI MART TUHU MANIK: Study on the Effect of Passion Fruit Leaves Addition on the Quality of Tea, supervised by Herla Rusmarilin dan Lasma Nora Limbong.
This study was conducted to investigate the effect of ratio of tea leaves and passion fruit leaves on the quality of tea. This study used a completely randomized design with two factors, namely withering time ( P ) : ( 15, 16, 17.18 hours) and ratio of tea leaves and passion fruit leaves ( D ) : ( 20:80%, 40%:60%, 60%:40%, 80%:20% ). The parameters analyzed were moisture content, tannin content, ash content, and the value of organoleptics ( taste, color of water and texture).
The results showed that withering time had highly significant effect on water content, tannin content, ash content, color, taste and texture. The ratio of tea leaves and passion fruit leaves had highly significant effect on the moisture content, tannin content, ash content, color, taste and texture. Withering time had highly significant effect on water content, tannin content, ash content, color, taste and texture. The interaction of withering time and ratio of tea leaves and passion fruit leaves had a highly significant effect on the moisture content, tannin content, ash content, color, taste and texture.
18 hours withering with ratio of passion fruit leaves and tea leaves 50% : 50% produced the best quality of tea .
Latar Belakang
Teh diperoleh dari pengolahan daun (pucuk daun dan daun-daun muda)
dari tanaman Camelia sinensis L. Tanaman ini berasal dari daerah pegunungan
Himalaya. Di daerah tropik tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah
pegunungan, di dataran-dataran tinggi dengan suhu sekitar 14 - 25oC. Di
Indonesia tanaman teh tumbuh baik di daerah-daerah dengan ketinggian
250 - 1.200 m. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor teh terbesar di
Asia Tenggara dan merupakan negara penghasil teh nomor lima di dunia. Teh
yang dihasilkan Indonesia merupakan jenis yang berasal dari tanaman Camelia
sinensis.
Permintaan konsumen dunia akan teh semakin meningkat, dimana jumlah
konsumsi teh dunia pada tahun 2007 adalah sebesar 3.031.403 ton, sedangkan
produksi teh Indonesia hanya sebesar 172.790 ton atau sebesar 5,7% dari
konsumsi dunia (Sumarli). Maka tanaman penghasil teh tersebut dinilai belum
mampu untuk memenuhi kebutuhan permintaan tersebut. Kurangnya pemanfaatan
bahan baku lain menjadi produk teh tersebut membuat perkembangan produk teh
menjadi terhambat. Untuk itu perlu ditemukan bahan baku lain sebagai pengganti
teh dari Camelia sinensis, yaitu seperti dari daun sirsak.
Sirsak merupakan salah satu tanaman yang memiliki prospek yang cukup
baik bila di kelola. Selain syarat tumbuhnya mudah, sirsak juga merupakan
tanaman yang multi fungsi. Selain di konsumsi buahnya, daun sirsak dapat
daun dari tanaman sirsak mulai dikembangkan sebagai bahan obat-obatan yang
sudah siap konsumsi.
Sirsak merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah
sepanjang tahun apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhannya. Menurut
beberapa literatur, tanaman sirsak berasal dari Amerika Tengah. Di Indonesia
tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari daratan rendah beriklim
kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut.
Penyebaran hampir merata dibuktikan dengan adanya nama nama daerah yang
berbeda beda untuk tanaman sirsak.
Jenis sirsak yang banyak ditemukan di Indonesia antara lain sirsak ratu
yang banyak tersebar didaerah Jawa Barat, sirsak biasa yang sering kita jumpai
dan tersebar di wilayah nusantara, sirsak bali tersebar didaerah bali, dan sirsak
mandalika tersebar di pulau jawa.
Bila ditinjau dari segi komposisi kimia, daun sirsak juga mengandung
tanin seperti daun teh yang diperoleh dari tanaman Camelia sinensis L. Dengan
adanya kandungan tanin dan memiliki khasiat sebagai obat-obatan, diharapkan
daun sirsak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai teh yang memiliki ciri khas
sendiri, dimana selain sebagai minuman penyegar juga sekaligus sebagai obat.
Daun sirsak mengandung alkaloid, tanin, dan beberapa kandungan kimia
lainnya termasuk annonaceous acetogenins (Trubus, 2013). Merupakan senyawa
yang terdapat dalam familia Annonaceae yang diduga memiliki potensi sitotoksik,
yaitu senyawa yang dapat bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan
Dengan kandungan acetogenins yang memiliki khasiat sebagai
obat-obatan herbal diharapkan teh daun sirsak dapat dikonsumsi sebagai teh selain dari
tanaman Camelia sinensis L.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba melakukan
penelitian dengan judul “Mempelajari Pengaruh Lama Pelayuan dan
Pencampuran Teh Sirsak Terhadap Mutu Teh Hitam”.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh lama pelayuan dan perbandingan teh hitam
dan teh sirsak terhadap mutu teh hitam.
Kegunaan Penelitian
Sebagai sumber data di dalam penyusunan skripsi di Teknologi Hasil
Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi pada pembuatan teh hitam.
Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak
serta interaksi antara pengaruh lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh
Teh
Senyawa utama yang dikandung teh adalah katekin, yaitu suatu turunan
tanin yang terkondensasi yang juga dikenal sebagai senyawa polifenol karena
banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Selain itu teh juga
mengandung alkaloid kafein yang bersama sama dengan polifenol teh akan
membentuk rasa yang menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh
diantaranya adalah vitamin C, vitamin B, dan vitamin A yang walaupun diduga
keras akan menurun aktivitasnya akibat pengolahan, namun masih dapat
dimanfaatkan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam
teh, terutama fluorida yang dapat memperkuat struktur gigi (Kustamiyati, 2006).
Unsur unsur utama dalam teh adalah kafein, tanin dan minyak esensial.
Unsur pertama memberikan rasa segar yang dapat mendorong dan meningkatkan
kerja jantung manusia, tidak berbahaya karena kemurniannya rendah. Unsur
kedua adalah sebagai pemberi cita rasa dan warna. Unsur ketiga memberi rasa dan
bau harum yang merupakan faktor faktor pokok dalam menentukan nilai tiap
cangkir teh untuk dijual dan diperdagangkan (Spilane, 1992).
Di Indonesia, sebagaian besar tanamannya berupa Camelia sinensis
varietas Assamica. Salah satu kelebihan dari varietas Assamica ini adalah
kandungan polifenolnya yang tinggi. Sehingga sangatlah beralasan bila teh
Indonesia lebih berpotensi dalam hal kesehatan dibandingkan teh Jepang maupun
teh China yang mengandalkan varietas sinensis sebagai bahan bakunya.
Komponen bioaktif utama dalam teh berperan dalam memberikan efek
fisiologis disebut katekin. Katekin ini terdiri dari 4 jenis yaitu epicathecin (EC),
epigallocathecin (EGC), epicathecin gallate (ECG), dan epigallocathecin gallate
(EGCG). Komponen katekin ini lebih banyak terdapat dalam teh hijau
dibandingkan teh hitam. Dalam teh hitam, sebagian besar katekin dioksidasi
menjadi teaflavin dan tearubigin (Hartoyo,2009).
Teh mempunyai manfaat antara lain adalah sebagai antioksidan,
memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh,
mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam
darah, dan melancarkan sirkulasi darah. Maka tidak heran bila minuman ini
disebut sebut sebagai minuman kaya manfaat. Selain manfaat teh, ada juga zat
yang terkandung dalam teh yang berakibat kurang baik untuk tubuh yaitu kafein.
Batas aman untuk mengkonsumsi kafein dalam sehari adalah 750 mg/hari atau
setara dengan 5 cangkir teh berukuran 200 ml. Kafein yang dikonsumsi diatas
batas aman dapat mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh.
(http://kesehatan.kompasiana.com, 2012).
Dalam perdagangan teh Internasional dikenal tiga golongan teh yang
pengolahannya berbeda dari segi bentuk serta cita rasanya yaitu Black Tea
(teh hitam), Green Tea (teh hijau) dan Oolong Tea (teh oolong). Perbedaan pokok
antara teh hitam dan teh hijau adalah bahwa teh hitam mengalami proses
fermentasi (proses pemeraman) yang merupakan ciri khasnya sedangkan teh hijau
tidak mengenal fermentasi dalam proses pengolahannya. Sedangkan teh oolong
adalah semacam pencampuran antara teh hitam dan teh hijau, takni mengalai
unsur-unsur lain di luar pucuk teh, sedangkan teh hijau karena bau daunnya tidak hilang
(karena tidak mengalami proses fermentasi itu) harus dikompensasi dengan
wangi-wangian dari bahan-bahan non teh (Radiana, 1985).
Komposisi Kimia Teh
Komposisi kimia daun teh segar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia daun teh segar
Komponen Satuan (%)
Protein 16,0
Lemak 8,0
Klorofil dan Pigmen 1,5
Pektin 4,0
Pati 0,5
Polifenol yang dapat difermentasi 20,0
Polifenol lain 10,0
Kafein 4,0
Gum dan Gula gula 3,0
Asam Amino 7,0
Mineral (Abu) 4,0
Sumber. Departemen Kesehatan RI, 1996
Berikut ini adalah standar mutu dari teh hitam celup
Tabel 2. SNI Teh Hitam Celup
Kriteria Uji Persyaratan Kadar (%bb)
Bahan-bahan kimia dalam daun teh yaitu sebagai berikut :
Substansi fenol
Substansi fenol/ polifenol tersusun atas katekin dan flavonol.
a. Katekin/tannin
Senyawa fenol yang paling utama dalam teh adalah tanin/katekin. Tanin
tersusun atas : katekin, epikatekin, epikatekin galat, epigalo katekin, epigalo
katekin galat. Dari seluruh berat kering daun teh terdapat katekin sekitar 20-30%.
(Danang, 2011)
Senyawa ini tidak berwarna dan paling penting pada daun teh karena dapat
menentukan kualitas daun teh dimana dalam pengolahannya, perubahannya selalu
dihubungkan dengan semua sifat teh kering yaitu rasa, warna dan aroma.
Tanin teh merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol.
Jumlah atau kandungan katekin ini bervariasi untuk masing-masing jenis teh.
Adapun katekin teh yang utama adalah epicatehcin (EC), Epicatehcin galat
(ECG), Epigalochatechin dan Epichatecin gallate (EGCG). Katekin teh memiliki
sifat tidak berwarna, larut dalam air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada
seduhan teh.
b. Flavanol
Flavonol memiliki rumus kimia hampir serupa dengan katekin tetapi
berbeda pada tingkatan oksidasi dari inti difenilpropan primernya. Pada
pengolahan teh hitam, sekitar 90-95% flavonol dalam daun teh mengalami
oksidasi enzimatik membentuk produk oksidasi yaitu theaflavin (TF) dan
thearubigin (TR).
Theaflavin merupakan senyawa yang menentukan mutu teh hitam yang
dihasilkan. Senyawa ini berperan untuk membuat warna seduhan teh menjadi
kuning dan karakter “briskness” dan “brightness”. Dan thearubigin membuat
warna seduhan teh warna kecoklatan, membentuk kemantapan seduhan “body”
dan strength” (Harler, 1996).
Berikut ini adalah gambar stuktur kimia theaflavin (TF) dan thearubigin
(TR)
Gambar 2. Stuktur kimia theaflavin dan thearubigin
2. Substansi bukan fenol
Substansi teh bukan fenol tersusun atas
a. Karbohidrat
Seperti tanaman lain, daun teh mengandung karbohidrat mulai dari gula
dan fruktosa. Kandungan karbohidrat secara keseluruhan yaitu sebesar 0,75% dari
berat kering daun.
b. Substansi pektin
Kandungan substansi pektin sebesar 4,9-7,6 % berat kering yang terdiri
atas pektin dan asam pektat. Substansi ini dianggap menentukan sifat baik dari teh
hitam karena pektin akan terurai menjadi asam pektat dan metil alkohol akibat
adanya enzim pektin metil esterase. Metil alkohol ini akan menguap ke udara,
tetapi sebagian yang kembali akan berubah menjadi ester-ester dengan asam
organik yang ada. Seperti pada bahan makanan lain ester menyusun aroma.
c. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa kimia dalam daun teh yang dapat
memberikan rasa segar. Komposisi alkaloid dalam daun teh sebesar 3-4% berat
kering. Alkaloid yang utama dalam daun teh adalah kafein, theobromin, dan
theofilin. Kafein tidak mengalami perubahan, selama pengolahan teh hitam tetapi
akan bereaksi dengan katekin membentuk senyawa yang menentukan briskness
dari seduhan teh. Kadar kafein yang tinggi merupakan petunjuk pucuk teh dapat
menghasilkan kualitas teh yang baik. Berikut ini adalah gambar struktur kimia
kafein.
Gambar 4. Pembentukan kafein pada tanaman teh
d. Protein dan asam-asam amino
Protein (1,4-5% dari berat kering daun) memiliki peranan dalam
pembentukan aroma pada teh hitam. Selama proses pelayuan, terjadi
pembongkaran protein menjadi asam-asam amino. Asam amino bersama
karbohidrat dan katekin akan membentuk senyawa aromatis asam amino.
e. Klorofil dan zat warna lain
Selama proses pengolahan, klorofil akan mengalami pembongkaran
menjadi foefitin yang berwarna hitam dan feoforbida (coklat). Karotenoid (zat
warna jingga) dalam daun teh juga menentukan aroma teh karena oksidasinya
menghasilkan substansi yang mudah menguap yang terdiri atas aldehid dan keton
f. Asam organik
Dalam proses metabolise terutama respirasi, asam organik berperanan
penting sebagai pengatur proses oksidasi dan reduksi. Selain itu asam organik
juga merupakan bahan untuk membentuk karbohidrat, asam amino dan lemak
untuk tanaman. Asam organik dengan metil alkohol akan bereaksi membentuk
ester yang memberi aroma sedap.
Proses pengolahan teh
Pelayuan Teh
Di dalam praktek, pelayuan dilakukan dengan menggunakan kotak layuan
(withering trough) atau dengan menggunakan rak-rak kayu yang ditumpuk.
Di ujung kotak atau rak terdapat kipas yang berfungsi untuk menarik hawa
panas yang dihasilkan dari mesin pengeringan yang terletak disebelah bawah
kamar pelayuan (PTM, 2011).
Tujuan Pelayuan adalah untuk mengurangi kadar air daun teh hingga 70%
(persentase ini bervariasi dari satu wilayah dengan yang lain). Daun teh
ditempatkan diatas loyang logam (wire mesh) dalam ruangan (semacam oven).
Kemudian udara dialirkan untuk mengeringkannya secara keseluruhan. Proses ini
memakan waktu 12 hingga 17 jam. Pada akhir pemprosesan daun teh menjadi
layu dan lunak hingga mudah untuk dipilin (Foodinfo, 2009).
Persyaratan pelaksanaan pelayuan antara lain :
1. Kadar air harus diturunkan sedemikian rupa sehingga mempermudah
2. Suhu udara panas harus sedemikian rupa sehingga reaksi-reaksi kimia
yang menjadi dasar untuk fermentasi dapat berlangsung dengan baik,
umumnya temperatur yang baik 28-30oC.
3. Pembalikan daun sebanyak 2-3 kali.
4. Waktu untuk melayukan harus cukup lama, sehingga reaksi-reaksi kimia
dapat berlangsung dengan leluasa yaitu antara 16-18 jam dalam keadaan
normal.
5. Umumnya persentase daun layu berkisar antara 47-49%, kondisi dan mutu
dari daun sangat menentukan lama pelayuannya dan kadar air daun setelah
pelayuan
(Hamdani et al, 2009).
Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu
perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun serta menurunnya
kandungan air sehingga daun teh menjadi lemas. Proses ini dilakukan pada alat
withering trough selama 14-18 jam tergantung kondisi pabrik yang bersangkutan.
Hasil pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau
kekuningan, tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digengam terasa
lembut dan bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas
seperti buah masak (Andrianis, 2009).
Untuk mencapai kadar air yang diinginkan maka dilakukan proses
pembalikan. Langkah ini juga supaya pucuk teh tidak terbang tertiup blower.
Kemudian hamparan pucuk teh dibongkar untuk dimasukkan ke dalam
conveyor (semacam corong yang dihubungkan dengan alat penggiling)
Perubahan fisik yang jelas adalah melemasnya daun akibat menurunnya
kandungan air. Keadaan melemasnya daun ini memberikan kondisi
mudah digiling pada daun. Selain itu, pengurangan air dalam daun akan
memekatkan bahan-bahan yang dikandung sampai pada suatu kondisi yang
tepat untuk terjadinya peristiwa oksidasi pada tahap pengolahan berikutnya
(Situmorang, 2010).
Penggilingan teh
Secara kimia, proses penggilingan merupakan awal proses terjadinya
oksidasi enzimatis yaitu enzim polifenol oksidasi dengan bantuan oksigen. Pada
proses tahap kedua ini mengakibatkan dinding sel pada daun teh menjadi rusak
(Widhia, 2010).
Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh
menjadi rusak. Cairan sel akan keluar di permukaan daun secara rata. Proses ini
merupakan dasar terbentuknya mutu teh (Andrianis, 2009).
Tujuan utama penggilingan dalam pengolahan teh hitam adalah :
Seluruh bagian pucuk dimemarkan dan digiling agar sebanyak mungkin
sel-sel daun mengalami kerusakan sehingga proses fermentasi dapat berlangsung
secara merata
1. Daun diperkecil agar tercapai ukuran yang sesuai dengan ukuran
grade-grade teh yang diharapkan oleh pemasaran
2. Cairan sel daun diperas keluar sehingga menempel pada seluruh
Fermentasi Teh
Ketika proses penggilingan telah sempurna, daun teh ditempatkan dalam
bak-bak atau diletakkan diatas meja, sehingga enzim-enzim yang ada di dalam
daun teh bersentuhan dengan udara dan mulai teroksidasi. Hal inilah yang
menghasilkan bau, warna dan mutu dari teh. Pada proses ini daun teh berubah
warna hijau, menjadi coklat muda, lalu coklat tua dan perubahan warna daun ini
terjadi pada temperatur 28-29oC. Tahap ini merupakan tahap kritis dalam
menentukan rasa teh, jika oksidasi dibiarkan terlalu lama, rasa akan berubah
menjadi seperti busuk. Proses oksidasi memakan waktu kurang lebih 1,5-2 jam
(Foodinfo, 2009).
Selama fermentasi, warna daun berubah dan menjadi warna tembaga
gelap.Waktu fermentasi dihitung dari waktu penggulungan dimulai dan itu
seharusnya sesingkat mungkin dilakukan. Setelah 4 jam terjadi kehilangan
kualitas yang cukup besar. Dari ilustrasi reaksi ini, pada 3 jam fermentasi ekstrak
bahan larut air mungkin turun dari 50% menjadi 42% yang dihitung dari bahan
daun kering, pada waktu yang bersamaan bahan oksidasi menurun dari
330 menjadi 240 unit ( Eden, 1982).
Teh hitam, diperoleh melalui proses fermentasi oleh enzim yang terdapat
di dalam daun teh itu sendiri (enzim polifenol oksidase). Prosesnya dimulai
dengan melayukan daun teh tersebut pada palung pelayu, kemudian digulung
sehingga sel-sel daunnya rusak.Selanjutnya dilakukan fermentasi pada suhu antara
22-28oC, dengan kelembaban sekitar 90%. Lamanya fermentasi sangat
Fermentasi optimum (warna dan mutu seduhan baik)
Warna dan mutu belum
sempurna Warna dan mutu sudah
menurun
Lewat Fermentasi Kurang Fermentasi
Pemberhentian proses fermentasi yang terlalu awal akan menghasilkan teh
yang warnanya terlalu muda, mutu rendah dan cita rasanya belum terbentuk
sempurna. Sebaliknya waktu fermentasi yang terlalu lama akan menghasilkan teh
yang berwarna gelap, cita rasa kurang dan aromanya mulai menurun. Hubungan
antara waktu fermentasi dan karakteristik yang dihasilkan pada seduhan teh
terlihat pada Gambar 5
Waktu Fermentasi
Gambar 5. Hubungan antara lama fermentasi dan mutu seduhan teh (Kamal, 1985).
Pengeringan Teh
Proses ini bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis pada
saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal
terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5-4%.
Keadaan ini akan memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang
digunakan dapat berupa ECPD (Endless Chain Pressure Dryer) maupun FBD
Pengeringan akan menghentikan proses oksidasi pada saat jumlah zat-zat
bernilai yang terkumpul mencapai kadar yang tepat. Suhu 95-98oC yang dipakai
pada pengeringan akan mengurangi kandungan air teh menjadi 2-3% membuat
tahan lama disimpan. Beberapa perubahan kimia lain selain aktivitas enzim adalah
pembentukan rasa, warna dan bau spesifik (karena pembentukan karamel dari
karbohidrat), walaupun minyak essensial yang sudah terbentuk 75-80% akan
hilang (Alf, 2004).
Makin muda daun pucuk teh, makin tinggi kandungan bahan kimianya,
yang tertinggi terdapat pada daun peko. Zat zat/senyawa senyawa tersebut antara
lain adalah :
1. Katekin tidak berwarna tetapi mempengaruhi sifat teh jadi (bubuk teh) baik
rasa, warna maupun aromanya. Tanin yang terkandung 20-30% dari berat
kering daun. Pada peko kandungan kimianya 30% dari berat kering, pada
daun 2, 3 dan 4, masing-masing 21%, 18% dan 14% sedangkan pada tangkai
6-10% dari berat kering.
2. Karbohidrat : antara lain sukrosa, glukosa dan fruktosa, kandungan karbohidrat
pada teh terkandung 0,75% dari berat kering.
3. Pektin : antara lain sifatnya membentuk lapisan yang mengkilat, beratnya
4,9-7,7% dari berat kering daun.
4. Kafein : Kafein akan menyusun 3-4% dari berat kering daun dan peko
mengandung 3-4% dari berat kering, daun lainnya 1,5% dan tangkai 0,5%.
5. Protein : Seluruh protein dan asam amino berkisar antara 1,4%-5% dari berat
kering daun.
7. Mineral dalam daun teh + 4-5% dari berat kering daun
8. Enzim-enzim : amilase, glukosidase, oksimetialase, protease dan peroksidase
Tanaman Sirsak
Buah sirsak berukuran cukup besar, bentuknya tidak teratur. Kulit buahnya
berwarna hijau tua agak kekuningan setelah tua. Banyak terdapat duri lunak yang
pendek pada kulit buah ini. Daging buahnya berwarna putih, lunak, berserat, dan
mengandung banyak air. Didalam buah sirsak terdapat banyak biji berukuran kecil
berwarna hitam kecoklatan. Buah sirsak yang matang mengeluarkan aroma harum
yang khas. Soursop, guanabana, graviola, dan zuurzak adalah beberapa nama lain
sirsak di beberapa negara. Di Indonesia, sirsak disebut juga nangka belanda atau
durian belanda. Tambahan nama “belanda” diberikan karena buah ini didatangkan
ke Indonesia oleh Pemerintahan Kolonial Belanda pada abad ke-19. Nama sirsak
juga berasal dari bahasa Belanda zuurzak yang berarti kantung yang asam.Rasa
buah sirsak memang asam-manis menyegarkan sehingga buah ini sering dijadikan
jus, es krim, es buah, sari buah, selai buah, atau sirop (Haryadi, 2011).
Tinggi pohon sirsak bisa mencapai 9 meter dan batang utamanya
berukuran antara 10-13 cm. Tanaman sirsak memiliki daun yang agak tebal,
berbentuk bulat telur, permukaan bagian atas licin berwarna hijau tua, permukaan
bagian bawah berwarna lebih muda. Bunga sirsak berbentuk seperti kerucut,
berwarna kuning muda, dasar bunga cekung, benang sari dan bakal buahnya
banyak. Bunga ini ini muncul dari ketiak daun, ranting atau cabang
(Haryadi, 2011)
Buah sirsak memiliki rasa yang manis asam dan memiliki kandungan gizi
lemak (0,3 g/100g) sehingga cocok untuk diet. Kandungan mineral seperti fosfor
dan kalsium yang berguna untuk pembentukan massa tulang serta mencegah
osteoporosis alias rapuh tulang (Haryadi, 2011).
Daun sirsak mengandung alkaloid, tanin, dan beberapa kandungan kimia
lainnya termasuk annonaceous acetogenins. Annonaceous acetogenins merupakan
senyawa yang terdapat dalam familia Annonaceae yang diduga memiliki potensi
sitotoksik. Senyawa sitotoksik adalah senyawa yang dapat bersifat toksik untuk
menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker (Zuhud,2011).
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa dan mengandung nitrogen
heterosiklik. Alkaloid umumnya bersifat toksik dan dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat. Tanin termasuk senyawa fenol yang mempunyai aktivitas antioksidan,
memiliki rasa sepat dan dapat menyamakkan kulit (Robinson, 1995).
Annonaceous acetogenins terdapat dalam famili Annonaceae.
Annonaceous acetogenins mempunyai fungsi yaitu dapat menghambat trasfer
elektron pada mitokondria (Colman, 2009).
Acetogenins menghambat ATP (adenosinetrifosfat). ATP merupakan
sumber energi didalam tubuh. Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga
membutuhkan banyak ATP. Acetogenins yang merupakan kumpulan senyawa
aktif seperti muricatosin A, muricatosin B, annomuricin E, muricapentocin,
annopencotin A, annopencotin B, annopencotin C masuk dan menempel di
reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya
produksi energi didalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati
Sel kanker memiliki kemampuan untuk membelah cepat, bahkan dalam
hitungan jam yakni setiap 2-5 jam. Sedangkan sel normal biasanya 7-14 hari.
Pembelahan yang cepat itu memerlukan energi yang cukup besar berasal dari
ATP. Jika pasokan energi berkurang, aktivitas sel kanker melamban dan akhirnya
terjadi apoptosis. Hebatnya acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel
kanker yang memiliki kelebihan ATP. Senyawa itu tak menyerang sel sel lain
yang normal didalam tubuh. Mitokondia atau kondriosom merupakan oraganel
tempat berlangsungnya antara lain respirasi sel, metabolisme lemak, dan penghasil
energi adenosine trifosfat (ATP) (Trubus, 2011).
Manfaat Daun Sirsak
Salah satu tanaman yang digunakan dalam pengobatan herbal yakni
tanaman sirsak yang termasukdalam famili Annonaceae. Diperkirakan sejak
tahun 1940 tanaman sirsak telah digunakan sebagai pengobatan herbal.
Masyarakat Brasil merupakan masyarakat yang pertama kali memanfaatkan
tanaman sirsak untuk dijadikan obat baik bagian daun, biji, buah, batang, dan
akar. Daun sirsak dikatakan dapat berkhasiat untuk pengobatan kanker, yakni
dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak.Selain itu, tanaman sirsak juga
dimanfaatkan untuk pengobatan diare, anti kejang, anti jamur, gatal-gatal dan
lain-lain (Taylor, 2002).
Hampir semua bagian dari tanaman sirsak dapat dimanfaatkan sebagai
obat. Suku Indian di Amerika Selatan menggunakan mulai dari akar, kulit kayu,
daun, daging buah, dan biji sirsak untuk mengobati beberapa macam penyakit.
Untuk mengobati kanker, bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan
bioflavonoid yang berkhasiat sebagai antioksidan. Daun yang baik untuk
digunakan sebagai obat kanker adalah daun yang tidak terlalu muda dan daun
yang tidak terlalu tua. Hal ini berkaitan dengan kandungan senyawa acetoginin,
senyawa yang bersifat anti kanker. Pada daun yang terlalu muda, acetoginin
belum terbentuk, sedangkan pada daun yang terlalu tua, kandungan senyawa
acetoginin sudah berkurang. Berdasarkan kriteria tersebut, daun keempat sampai
keenam dari ujung ranting sangat baik digunakan (Haryadi, 2011).
Daun sirsak telah digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia untuk
mengobati beberapa penyakit, diantaranya sebagai obat sakit pinggang,
mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, reumatik, obat bisul, dan penurun panas.
Bahkan dikatakan dapat mengobati penyakit kanker, beberapa pasien yang
mengidap penyakit kanker sembuh dengan mengkonsumsi air rebusan daun
sirsak. Masyarakat juga memanfaatkan daun sirsak untuk mengusir serangga dan
sebagai pestisida (Mardiana, 2011).
Tanaman sirsak dapat menyembuhkan 12 jenis kanker sekaligus.Beberapa
diantaranya adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker hati, kanker
prostat, kanker usus besar. Dan juga dapat mengobati darah tinggi, asam urat,
ambeien, sakit pinggang, bisul, penyakit kandungn kemih, keputihan.
Mengkonsumsi daun dan buah sirsak tidak hanya baik untuk penderita kanker,
tetapi juga untuk orang yang sehat. Kandungan Vitamin C yang tinggi pada sirsak
merupakan antioksidan yang sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
sehingga tidak mudah sakit dan memperlambat penuaan sehingga terlihat awet
muda. Kandungan serat yang tinggi bermanfaat untuk memperlancar sistem
besar. Selain itu, mengkonsumsi daun dan buah sirsak dipercaya bisa
meningkatkan nafsu makan.
Bagian sirsak yang bermanfaat antara lain adalah :
Buah sirsak
Bagian terbesar dari buah adalah kandungan air yang mencapai 82% dari seluruh
bagian daging buah. Kandungan karbohidrat sekitar 16% yang terdiri dari
glukosa dan fruktosa. Buah sirsak juga mengandung zat besi, fosfor dan kalium.
Sedangkan vitamin yang terkandung adalah vitamin A, B1, B2 dan C. Vitamin
paling dominan adalah vitamin C. Vitamin C dalam sirsak berperan sebagai
antioksidan yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat
proses penuaan, menjadi awet muda. Senyawa-senyawa fitokimia yang
terkandung di dalam buah sirsak :
annonain, acetaldehyde, muricine, muricinine, tannin, ananol, anomurine.
Buah sirsak juga mengandung serat yang tinggi, sangat baik untuk membantu
proses pencernaan
Daun sirsak
Seperti juga buahnya, daun sirsak mengandung berbagai zat aktif yang berkhasiat
untuk penobatan atau penyembuhan beragam penyakit. Senyawa yang
dimilikinya adalah: Annocatilin, annohexocin, annonacin, annomiricin.
Penyakit yang dapat disembuhkan dari daun sirsak antara lain: lever (penyakit
hati), kejang, batuk, rematik, radang sendi, dan rasa nyeri pada sel saraf
Khasiat bijih sirsak
Senyawa bioaktif yang terdapat pada biji sirsak adalah senyawa alkaloid yang
terdiri dari annonaine dan acetogenins. Di Indonesia senyawa bioaktif ini biasa
digunakan sebagai pestisida nabati. Bijih sirsak oleh sebagian masyarakat awam
dimanfaatkan sebagai anti cacing (vermifuges) dan untuk membunuh kecoa.
Akar sirsak.
Akar sirsak mengandung senyawa aktif annonain, tannin dan alkaloid. Sebagai
bahan yang digunakan untuk obat, akar pohon sirsak biasanya dikonsumsi dalam
bentuk teh. Akar ini digunakan sebagai obat penenang, antikejang, antidiabetes,
dan menurunkan tekanan darah
Kulit batang pohon sirsak
Kulit batang pohon sirsak mengandung senyawa tannin, fitosterol, caoksalat,
murisine, dan alkaloid. Kulit batang biasa dikonsumsi setelah direbus dengan air.
Air rebusannya digunakan untuk pengobatan penyakit asma, batuk, penenang dan
darah tinggi (hipertensi).
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 di Laboratorium Analisa
Kimia Bahan Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirsakyang
diperoleh dari Jalan Ngumban Surbakti, Pasar 8, Padang Bulan, Medan dan teh
hitam yg diperoleh dari Pasar Pringgan, Medan.
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah aquades, kaolin
powder, indikator indigokarmin, KMnO4 0,1 N, larutan garam asam, larutan garam jenuh dan larutan gelatin.
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan
analitik, blower, cawan aluminium, kotak pelayuan, kotak fermentasi, kompor,
pisau, erlenmeyer, beaker glass, oven, gelas ukur, buret, mortal dan alu,
termometer, cawan porselen, desikator, gelas, panci, sendok, saringan teh,
baskom, dan klip plastik.
Metoda Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Faktor I : Lama Pelayuan (P)
P1 = 15 jam
P2 = 16 jam
P3 = 17 jam
P4 = 18 jam
Faktor II : Perbandingan Teh Hitam dan Teh Sirsak (D)
D1 = 20% : 80%
D2 = 40% : 60%
D3 = 60% : 40%
D4 = 80% : 20%
Kombinasi perlakuan adalah (Tc) = 4 x 4 = 16 dengan jumlah minimum
perlakuan (n) adalah :
Tc (n-1) ≥ 15
16 (n-1) ≥ 15
16n ≥ 31
n ≥ 1,93……… Dibulatkan menjadi n = 2
Jadi untuk ketelitian dalam penelitian ini dilakukan ulangan sebanyak
2 kali.
Model Rancangan
Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan model :
Ŷijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + €ijk
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor D taraf
ke-j dalam ulangan ke-k
μ : Efek nilai tengah
αi : Efek faktor P pada taraf ke-i
βj : Efek faktor D pada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor P pada taraf ke-i dan faktor D pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-k
€ijk : Efek galat dari Faktor P pada taraf ke-i dan faktor D pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range
(LSR).
Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan bahan untuk daun sirsak
-. Diambil daun sirsak segar (daun 4 – daun 6) kemudian dilakukan sortasi untuk
membuang daun yang sudah rusak.
-. Daun sirsak dicuci bersih dengan air yang mengalir.
-. Ditiriskan.
-. Dilakukan pelayuan selama P1(15 jam), P2(16 jam), P3(17 jam ) dan P4(18 jam).
-. Dilakukan pencampuran mekanis.
-. Difermentasi dengan suhu 280C – 290C selama 1,5 jam
-. Dilakukan pengeringan dengan suhu 900C selama 25 menit
-. Dilakukan pencampuran bubuk daun sirsak dengan bubuk teh hitam dengan
perbandingan bubuk teh hitam dan bubuk teh sirsak (20%:80%, 40%:60%,
60%:40%, 80%:20%).
-. Dilakukan analisa terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, uji organoleptik
(rasa, warna air seduhan, penampakan partikel dan warna ampas seduhan).
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter sebagai berikut :
1. Penentuan kadar tanin
2. Penentuan kadar air
3. Penentuan kadar abu
4. Uji organoleptik rasa
5. Uji organoleptik warna air seduhan
6. Uji organoleptik penampakan partikel
7. Uji organoleptik warna ampas seduhan
Parameter Penelitian
1. Penentuan kadar tanin (Sudarmadji et al, 1984)
Sebanyak 5 gram bahan yang telah ditumbuk halus ditambah 400 ml
aquadest kemudian dididihkan selama 30 menit, kemudian dimasukkan kedalam
labu takar 500 ml dan ditambah aquades sampai tanda tera, lalu disaring
(Filtrat I). Diambil 10 ml Filtrat I ditambah 25 ml indikator indigokarmin dan
750 ml aquades. Selanjutnya dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai warna
kuning emas, misal diperlukan A ml. Diambil 100 ml Filtrat I ditambah
powder. Selanjutnya digojog kuat-kuat beberapa menit dan disaring (Filtrat II).
Diambil 25 ml Filtrat II, dicampur dengan indikator indigokarmin sebanyak
25 ml dan aquades 750 ml kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N, misal
dibutuhkan B ml. Standarisasi larutan KMnO4 dengan Na-oksalat.
1 ml KMnO4 0,1 N = 0,00416 gram tanin
Kadar tanin = ( 50A – 50B) xN / 0,1 x 0,00416 ) x 100% 5
2. Penentuan kadar air (Sudarmadji et al, 1984)
Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 5 gram dan diletakkan
pada cawan aluminium yang telah diketahui bobot keringnya. Selanjutnya
dikeringkan dengan oven pada suhu 100 +
Kadar air (bb%) = Bobot awal sampel (g) - Bobot akhir sampel (g) x 100% 1oC selama kurang lebih 5 jam sampai
berat konstan. Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator, ditimbang bobot
akhirnya.
3. Penentuan kadar abu (Sudarmadji et al, 1984)
Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram dan diletakkan dalam cawan
porselen yang telah diketahui bobot keringnya. Sebelum diabukan, sampel telah
terlebih dahulu dipanaskan diatas pemanas destruksi hingga terbentuk arang dan
tidak berasap lagi. Selanjutnya sampel diabukan di dalam tanur listrik pada suhu
550oC hingga terbentuk warna abu-abu. Setelah itu sampel didinginkan dalam
desikator. Ditimbang bobot akhirnya dan diulangi hingga bobot akhir konstan.
Kadar abu (% bk) = Bobot sampel setelah pengabuan (g) x 100% Bobot awal sampel
4. Uji organoleptik rasa (Numerik) (Soekarto, 1981)
Diseduh 2 gram teh daun sirsak dengan air panas sebanyak 200 ml
selama 3 menit. Uji organoleptik dilakukan oleh sebanyak 11 orang panelis.
Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan
skala numerik. Untuk skala rasa adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Uji hedonik rasa
Skala Numerik Keterangan
4 Sangat Suka
3 Suka
2 Agak Suka
1 Tidak Suka
5. Uji organoleptik warna air seduhan (Liqour) (Numerik) (PTPN IV Siantar, 1997)
Diseduh 2 gram teh daun sirsak dengan air panas sebanyak 200 ml
selama 3 menit. Uji organoleptik dilakukan oleh sebanyak 11 orang panelis.
Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan
skala numerik. Untuk skala warna air seduhan adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Uji hedonik warna air seduhan (liquor)
Skala Numerik Keterangan
4 Air seduhan merah sangat pekat
3 Air seduhan merah pekat
2 Air seduhan merah agak pekat
1 Air seduhan merah tidak pekat
6. Uji organoleptik penampakan partikel (Appearance) (Numerik) (PTPN IV Siantar, 1997)
Diseduh 2 gram teh daun sirsak dengan air panas sebanyak 200 ml
selama 3 menit. Uji organoleptik dilakukan oleh sebanyak 11 orang panelis.
Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan
Tabel 6. Uji hedonik penampakan partikel (Appearance)
Skala Numerik Keterangan
4 Sangat baik
3 Baik
2 Kurang baik
1 Tidak baik
Keterangan :
Sangat baik = Tidak ada partikel Baik = Sedikit partikel Kurang baik = Banyak partikel
Tidak baik = Sangat banyak partikel
7. Uji organoleptik warna ampas seduhan (Infused leaf) (Numerik) (PTPN IV Siantar, 1997)
Diseduh 2 gram teh daun sirsak dengan air panas sebanyak 200 ml
selama 3 menit.Uji organoleptik dilakukan oleh sebanyak 11 orang
panelis.Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan
berdasarkan skala numerik. Untuk skala warna ampas seduhan adalah sebagai
berikut :
Tabel 7 Uji hedonik warna ampas seduhan (Infused leaf)
Skala Numerik Keterangan
4 Sangat cerah dan seperti tembaga
3 Cerah dan seperti tembaga
( Daun 4–6)
Pengeringan dengan suhu 90oC selama 25 menit
Gambar 6. Skema penelitian pembuatan bubuk teh campuran teh hitam dan teh sirsak
Pengaruh lama pelayuan terhadap parameter yang diamati
Hasil penelitian pengaruh lama pelayuan pada teh hitam dan teh sirsak
yang dihasilkan terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, uji organoleptik rasa,
uji organoleptik warna air seduhan, uji organoleptik penampakan partikel dan uji
organoleptik warna ampas seduhan yang dihasilkan dari teh hitam dan teh sirsak,
seperti terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh lama pelayuan terhadap parameter yang diamati
Lama
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa lama
pelayuan berpengaruh terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, uji organoleptik
rasa, uji organoleptik warna air seduhan, uji organoleptik penampakan partikel
dan uji organoleptik warna ampas seduhan.
Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap parameter yang diamati
Hasil penelitian perbandingan teh hitam dan teh sirsak yang dihasilkan
terhadap kadar tanin, kadar air, kadar abu, uji organoleptik rasa, uji organoleptik
warna air seduhan, uji organoleptik penampakan partikel dan uji organoleptik
Tabel 9. Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap parameter yang diamati
Keterangan :D1 = 20:80, D2 = 40:60,D3 = 60:40,D4 = 80:20
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
perbandingan teh hitam dan teh sirsak berpengaruh terhadap kadar tanin, kadar
air, kadar abu, uji organoleptik rasa, uji organoleptik warna air seduhan, uji
organoleptik penampakan partikel dan uji organoleptik warna ampas seduhan.
1. Kadar Tanin
Pengaruh lama pelayuan terhadap kadar tanin
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa lama
pelayuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar tanin teh hitam dan teh sirsak yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama
pelayuan terhadap kadar tanin teh hitam dan teh sirsak dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar tanin (%)
Jarak LSR Lama Pelayuan Rataan Notasi
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan P2, P3 dan P4. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan
perlakuan P3 dan P4. P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4. Kadar tanin
tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 (18 jam) sebesar 6,032% sedangkan kadar
tanin terendah diperoleh pada perlakuan P1 (15 jam) yaitu 3,654%.
Hubungan lama pelayuan dengan kadar tanin teh hitam dan teh sirsak
dapat dilihat pada Gambar 7.
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin lama pelayuan maka kadar
tanin semakin meningkat. Peningkatan nilai kadar tanin mengikuti garis rekresi
seperti yang terlihat pada gambar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alf (2004)
yang menyatakan bahwa perubahan yang terjadi selama pelayuan adalah
melemasnya daun akibat menurunnya kandungan air, selain itu pengurangan air
dalam daun akan memekatkan bahan bahan yang dikandung. ŷ= 0.796P - 8.219
Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar tanin
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa lama
pelayuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar tanin teh hitam dan teh sirsak yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama
pelayuan terhadap kadar tanin teh hitam dan sirsak dapat dilihat pada Tabel 11
Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar tanin (%)
Jarak LSR
Perbandingan teh
hitam Rataan Notasi
0,05 0,01 dan teh sirsak 0,05 0,01
- - - D1 = 20 : 80 4,518 c B
2,00 0,270 0,372 D2 = 40 : 60 4,892 b A
3,00 0,284 0,391 D3 = 60 : 40 5,052 ab A
4,00 0,291 0,401 D4 = 80 : 20 5,204 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan D1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan D2, D3 dan D4. Perlakuan D2 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan D3 dan berbeda nyata dengan D4. D3 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan D4. Kadar tanin tertinggi diperoleh pada perlakuan D4 (80 : 20) sebesar
5,204% sedangkan kadar tanin terendah diperoleh pada perlakuan D2 (40 : 60)
yaitu 4,892%.
Hubungan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar tanin
Dari Gambar 8 diatas dapat dilihat bahwa kadar tanin tertinggi terdapat
pada perlakuan D4 yaitu perbandingan 80% teh hitam dan 20% teh sirsak dan
terendah pada perlakuan D1 yaitu perbandingan 20% teh hitam dan 80% teh
sirsak. Hal ini dikarenakan semakin banyak teh hitam maka semakin tinggi tanin,
dan apabila semakin sedikit teh hitam maka tanin akan semakin rendah.
Pengaruh interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar tanin (%)
Dari hasil analisis ragam pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa interaksi
antara lama pelayuan dan perbandingzan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar tanin berbeda tidak nyata (P>0,05) sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
2. Kadar Air
Pengaruh lama pelayuan terhadap kadar air
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa lama
4.52 4.89
Perbandingan teh hitam dan teh sirsak
K
ada
r t
anin
teh hitam dan teh sirsak yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama pelayuan
terhadap kadar air teh hitam dan teh sirsak dapat dilihat pada Tabel12.
Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar air (%)
Jarak
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata
dengan perlakuan P2, dan berbeda nyata dengan P3 dan P4. Perlakuan P2 berbeda
tidak nyata dengan perlakuan P3 dan P4. P3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan
P4. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 (16 jam) sebesar 7,652%
sedangkan kadar air terendah diperoleh pada perlakuan P1 (15 jam) yaitu 7,394%.
Hubungan lama pelayuan dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 9.
ŷ= -0.069P2+ 2.340P - 12.11
Dari Gambar 9 dapat kita lihat bahwa semakin lama pelayuan, maka kadar
air akan semakin semakin rendah. Selama proses pelayuan daun terjadi penurunan
kadar air yang disebabkan oleh mengalirnya udara kering dari blower ke daun
sehingga air dalam daun akan mengalami penguapan (berkurangnya kadar air)
yang menyebabkan daun menjadi layu atau lemas. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Food-info (2009) yang menyatakan bahwa tujuan pelayuan adalah
untuk mengurangi kadar air daun teh hingga 70% (bergantung kepada kelembaban
relatif dan suhu suatu daerah aw bahan).
Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar air
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa lama
pelayuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap kadar air
teh hitam dan teh sirsak yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama pelayuan
terhadap kadar air teh hitam dan teh sirsak dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak sirsak terhadap kadar air (%)
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan D1 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan D2, D3 dan D4. Perlakuan D2 berbeda nyata dengan perlakuan
D3 dan berbeda tidak nyata dengan D4. D3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan
Hubungan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar air dapat
dilihat pada Gambar 10.
Dari Gambar 10 diatas dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi terdapat
pada perlakuan D3 yaitu perbandingan 60% teh hitam dan 40% teh sirsak, dan
terendah pada perlakuan D2 yaitu perbandingan 40% teh hitam dan 60% teh
sirsak. Hal ini dikarenakan kadar air pada teh hitam lebih tinggi dibandingkan teh
sirsak, sehingga apabila semakin banyak teh hitam maka semakin tinggi kadar air
nya.
Pengaruh interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar air (%)
Dari hasil analisis ragam pada Lampiran 3 dapat dilihat bahwa interaksi
antara lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar
air berbeda tidak nyata (P>0,05) sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
7.59 7.43 7.62 7.60
Perbandingan teh hitam dan teh sirsak
3. Penentuan Kadar Abu
Pengaruh lama pelayuan terhadap kadar abu
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa lama
pelayuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar abu teh hitam dan teh sirsak yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama
pelayuan terhadap kadar abu teh hitam dan teh sirsak dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap kadar abu (%)
Jarak LSR Lama Pelayuan Rataan Notasi
0,050 0,010 0,05 0,01
- - - P1 = 15 Jam 4,645 c B
2,00 0,321 0,442 P2 = 16 Jam 5,048 b AB
3,00 0,337 0,464 P3 = 17 Jam 5,166 a A
4,00 0,345 0,476 P4 = 18 Jam 5,465 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda nyata dengan
perlakuan P2, dan berbeda sangat nyata dengan P3 dan P4. Perlakuan P2 berbeda
nyata dengan perlakuan P3 dan P4. P3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P4.
Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 (18 jam) sebesar 5,465%
sedangkan kadar abu terendah diperoleh pada perlakuan P1 (15 jam) yaitu 4,645%.
Hubungan lama pelayuan terhadap kadar abu dapat dilihat pada
Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa semakin lama pelayuan maka kadar
abu semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Situmorang (2010)
yang menyatakan bahwa tujuan pelayuan adalah untuk mengurangi kadar air yang
terdapat pada pucuk, untuk meningkatkan konsentrasi zat-zat didalam getahnya.
Jadi dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat didalam getahnya maka konsentrasi
mineral juga meningkat.
Pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar abu
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa pengaruh
perbandingan teh hitam dan teh sirsak memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata (P<0,01) terhadap kadar abu teh hitam dan teh sirsak yang dihasilkan. Hasil
uji LSR pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar abu teh
hitam dan teh sirsak dapat dilihat pada Tabel 15.
ŷ = 0.257P + 0.83
Gambar 11. Grafik hubungan lama pelayuan terhadap kadar abu
Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar abu (%)
Jarak LSR Perbandingan teh hitam
dan teh sirsak Rataan
Notasi
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan D1 berbeda tidak nyata
dengan perlakuan D2 dan D3, dan berbeda nyata dengan D4. Perlakuan D2 berbeda
tidak nyata dengan perlakuan D3 dan berbeda sangat nyata denganD4. D3 berbeda
nyata dengan perlakuan D4. Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan D2 (40 :
60) sebesar 5,398% sedangkan kadar abu terendah diperoleh pada perlakuan D4
(80 : 20) yaitu 4,716%.
Hubungan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar abu dapat
dilihat pada Gambar 12.
Perbandingan teh hitam dan teh sirsak
Dari Gambar 12 diatas dapat dilihat bahwa kadar abu tertinggi terdapat
Dari Gambar 12 diatas dapat dilihat bahwa kadar abu tertinggi terdapat pada
perlakuan D2 yaitu perbandingan 40% teh hitam dan 60% teh sirsak, dan terendah
pada perlakuan D4 yaitu perbandingan 80% teh hitam dan 20% teh sirsak.
Pengaruh interaksi antara lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar abu (%)
Dari hasil analisis ragam pada Lampiran 4 dapat dilihat bahwa interaksi
antara lama pelayuan dan perbandingan teh hitam dan teh sirsak terhadap kadar
abu tidak nyata (P>0,05) sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
4. Nilai Organoleptik warna ampas
Pengaruh lama pelayuan terhadap warna ampas
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa lama
pelayuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
warna ampas teh hitam dan teh sirsak yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh
lama pelayuan terhadap warna ampas teh hitam dan teh sirsak dapat dilihat pada
Tabel 16.
Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh lama pelayuan terhadap organoleptik warna ampas (numerik)
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata