• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Letak Daun dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Teh Daun Gaharu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Letak Daun dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Teh Daun Gaharu"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

FATHIA RAHMADINI 100305015

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SKRIPSI

Oleh:

FATHIA RAHMADINI 100305015

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

NIM : 100305015

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ir. Ismed Suhaidi, M.Si Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui:

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP Ketua Program Studi

(4)

ABSTRAK

FATHIA RAHMADINI: Pengaruh Letak Daun dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Teh Daun Gaharu dibimbing oleh ISMED SUHAIDI dan ELISA JULIANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak daun dan lama fermentasi terhadap mutu teh daun gaharu dan mempelajari potensi daun gaharu untuk digunakan sebagai teh

seduh. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu letak

daun (L) : (daun pucuk, daun kedua, dan daun ketiga) dan lama fermentasi (T) : (70 menit, 80 menit, 90 menit, dan 100 menit). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu kadar tanin, aktivitas antioksidan, skor warna air seduhan, skor penampakan partikel, nilai organoleptik rasa, skor aroma seduhan, dan skor warna ampas seduhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh letak daun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar tanin, aktivitas antioksidan, dan skor warna air seduhan, penampakan partikel, warna ampas seduhan, dan nilai organoleptik rasa. Lama fermentasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar tanin, aktivitas antioksidan, skor warna air seduhan, penampakan partikel, warna ampas seduhan, dan nilai organoleptik rasa. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar tanin, dan nilai organoleptik warna air seduhan. Letak daun pucuk serta lama fermentasi 70 menit menghasilkan teh daun gaharu yang terbaik.

Kata kunci: fermentasi, letak daun, teh daun gaharu

ABSTRACT

FATHIA RAHMADINI: The Effect of Leaf Position and Fermentation Time on the Quality of Agarwood Tea Leaf, supervised by ISMED SUHAIDI and ELISA JULIANTI

The aim of this research was to find the effect of leaf position and fermentation time on the quality of agarwood tea leaf and to study the potential of agarwood leaf as brewed tea. The research was using completely randomized design with two factors, i.e leaf position (L): (shoot leaf, the second leaf, and the third leaf) and fermentation time (T) : (70 minutes, 80 minutes, 90 minutes and 100 minutes). Parameters analyzed were yield, moisture content, ash content, tannin content, antioxidant activities, score values of steeping water colour, particles appearance, infusion flavor, pulp infusion colour, and organoleptic value of taste,

The results showed that leaf position had highly significant effect on yield, moisture content, ash content, tannin content, antioxidant activities, score values of steeping water colour, particles appearance, pulp infusion colour, and organoleptic value of taste. The fermentation time had highly significant effect on moisture content, tannin content, antioxidant activities, score values of steeping water colour, particles appearance, infusion flavor, pulp infusion colour, and organoleptic value of taste. Interaction of the two factors had significant effect on moisture content, ash content and score value of steeping water colour. The shoot leaf and fermentation time of 70 minutes produced the best agarwood tea.

(5)

RIWAYAT HIDUP

FATHIA RAHMADINI, lahir di Medan pada tanggal 01 Oktober 1992. Anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Ir. Surya Hardi, M.Sc dan Ibu Dra. Siswarni MZ, MS, beragama islam.

Penulis menempuh pendidikannya di TK Nurul Azizi Medan, SD Swasta Harapan 2 Medan, SMP Swasta Harapan 2 Medan, dan Lulus dari SMA Swasta Harapan 1 Medan pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis memasuki Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan dan sebagai asisten praktikum di Laboratorium Biokimia.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Letak Daun dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Teh Daun Gaharu”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua (Ayahanda Surya Hardi dan Ibunda Siswarni) yang telah

membesarkan, mendidik, mendukung, dan selalu mendoakan yang tiada hentinya

kepada penulis selama ini, serta kakak-kakak yang selalu mendukung dan

mendoakan penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Ir. Ismed Suhaidi, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu

Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan saran, bimbingan, dan masukan yang berharga kepada penulis dari

mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, dan penyusunan skripsi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Herla Rusmarilin,

MP dan Ibu Linda Masniary Lubis, STP. M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan serta seluruh staf pengajar dan

pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan

dukungannya selama penulis melaksanakan studi di Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan

ITP angkatan 2010, adik-adik ITP 2011 hingga 2013 dan semua pihak yang tidak

(7)

membantu penulis hingga penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Mei 2015

(8)

DAFTAR ISI

(9)

Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode perendaman

DPPH ... 24

Prosedur penyeduhan teh dan uji organoleptik teh daun gaharu ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

Pengaruh Letak Daun terhadap Parameter yang Diamati ... 28

Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Parameter yang Diamati... 28

Kadar Air (%) ... 29

Pengaruh letak daun terhadap kadar air (%)... 29

Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar air (%) ... 30

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar air (%) ... 31

Kadar Abu (%) ... 33

Pengaruh letak daun terhadap kadar abu (%) ... 33

Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar abu (%) ... 34

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar abu (%) ... 34

Kadar Tanin (%) ... 35

Pengaruh letak daun terhadap kadar tanin (%)... 35

Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar tanin (%) ... 36

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar tanin (%) ... 37

Aktivitas Antioksidan (% inhibisi) ... 38

Pengaruh letak daun terhadap aktivitas antioksidan (% inhibisi) ... 38

Pengaruh lama fermentasi terhadap aktivitas antioksidan (% inhibisi) ... 40

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap aktivitas antioksidan (% inhibisi) ... 41

Skor Warna Air seduhan (numerik) ... 41

Pengaruh letak daun terhadap skor warna air seduhan (numerik) ... 41

Pengaruh lama fermentasi terhadap skor warna air seduhan (numerik) ... 42

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap skor warna air seduhan (numerik)... 44

Skor Penampakan Partikel (numerik) ... 45

Pengaruh letak daun terhadap skor penampakan partikel (numerik) ... 45

Pengaruh lama fermentasi terhadap skor penampakan partikel (numerik) ... 47

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap skor penampakan patikel (numerik) ... 48

Nilai Organoleptik Rasa (numerik) ... 48

Pengaruh letak daun terhadap nilai organoleptik rasa (numerik)... 48 Pengaruh lama fermentasi terhadap nilai organoleptik rasa (numerik) ... 49

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap nilai organoleptik rasa (numerik) ... 51

(10)

Pengaruh letak daun terhadap skor aroma seduhan (numerik) ... 51

Pengaruh lama fermentasi terhadap skor aroma seduhan (numerik) ... 51

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap skor aroma seduhan (numerik) ... 52

Skor Warna Ampas Seduhan (numerik) ... 53

Pengaruh letak daun terhadap skor warna ampas seduhan (numerik) ... 53

Pengaruh lama fermentasi terhadap skor warna ampas seduhan (numerik) ... 54

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap skor warna ampas seduhan (numerik) ... 55

KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

Kesimpulan ... 56

Saran ... 57

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Daun gaharu (Aquilaria malacensis)... 6

2. Hubungan antara lama fermentasi dan mutu seduhan teh ... 16

3. Skema pembuatan teh daun gaharu ... 27

4. Hubungan letak daun terhadap kadar air teh daun gaharu ... 30

5. Hubungan lama fermentasi dengan kadar air teh daun gaharu ... 31

6. Hubungan interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar air teh daun gaharu ... 32

7. Hubungan letak daun terhadap kadar abu teh daun gaharu ... 34

8. Hubungan letak daun terhadap kadar tanin teh daun gaharu ... 35

9. Hubungan lama fermentasi dengan kadar tanin teh daun gaharu ... 36

10. Hubungan interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar tanin teh daun gaharu ... 38

11. Hubungan letak daun terhadap aktivitas antioksidan teh daun gaharu ... 39

12. Hubungan lama fermentasi dengan aktivitas antioksidan teh daun gaharu ... 40

13. Hubungan letak daun terhadap skor warna air seduhan teh daun gaharu ... 42

14. Hubungan lama fermentasi dengan skor warna air seduhan teh daun gaharu ... 43

15. Hubungan interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap skor warna air seduhan teh daun gaharu ... 44

16. Hubungan letak daun terhadap skor penampakan partikel teh daun gaharu ... 46

17. Hubungan lama fermentasi dengan skor penampakan partikel teh daun gaharu ... 47

(12)

19. Hubungan lama fermentasi dengan nilai organoleptik rasa teh daun gaharu ... 50

20. Hubungan lama fermentasi dengan skor aroma seduhan teh daun gaharu ... 52

21. Hubungan letak daun terhadap skor warna ampas seduhan teh daun gaharu ... 53

(13)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Hasil skrining fitokimia simplisia, ekstrak etanol daun gaharu segar dan

ekstrak etanol gaharu simplisia ... 9

9. Pengaruh lama fermentasi terhadap parameter mutu teh daun gaharu yang diamati ... 29

10.Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar air teh daun gaharu (%) ... 30

11.Uji LSR efek utama pengaruh lama fermentasi terhadap kadar air teh daun gaharu (%) ... 31

12.Uji LSR efek utama pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar air teh daun gaharu (%) ... 32

13.Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar abu teh daun gaharu (%) ... 33

14.Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar tanin teh daun gaharu (%) ... 35

15.Uji LSR efek utama pengaruh lama fermentasi terhadap kadar tanin teh daun gaharu (%) ... 36

(14)

17.Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap aktivitas antioksidan teh daun gaharu (% inhibisi) ... 39

18.Uji LSR efek utama pengaruh lama fermentasi terhadap aktivitas antioksidan (% inhibisi) ... 40

19.Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap skor warna air seduhan teh daun gaharu (numerik) ... 42

20.Uji LSR efek utama pengaruh lama fermentasi terhadap skor warna air seduhan teh daun gaharu (numerik) ... 43

21.Uji LSR efek utama pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap skor warna air seduhan teh daun gaharu (numerik) ... 44

22.Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap skor penampakan partikel teh daun gaharu (numerik)... 46

23.Uji LSR efek utama pengaruh lama fermentasi terhadap skor penampakan partikel teh daun gaharu (numerik)... 47

24.Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap nilai organoleptik rasa teh daun gaharu (numerik) ... 49

25.Uji LSR efek utama pengaruh lama fermentasi terhadap nilai organoleptik rasa teh daun gaharu (numerik)... 50

26.Uji LSR efek utama pengaruh lama fermentasi terhadap skor aroma seduhan teh daun gaharu (numerik) ... 51

27.Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap skor warna ampas seduhan teh daun gaharu (numerik) ... 53

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Data pengamatan kadar air (%) ... 62

2. Data pengamatan kadar abu (%) ... 63

3. Data pengamatan kadar tanin (%) ... 64

4. Data pengamatan aktivitas antioksidan (% inhibisi)... 65

5. Data pengamatan skor warna air seduhan (numerik)... 66

6. Data pengamatan skor penampakan partikel (numerik) ... 67

7. Data pengamatan nilai organoleptik rasa (numerik) ... 68

8. Data pengamatan skor aroma seduhan (numerik) ... 69

9. Data pengamatan skor warna ampas seduhan (numerik) ... 70

(16)

ABSTRAK

FATHIA RAHMADINI: Pengaruh Letak Daun dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Teh Daun Gaharu dibimbing oleh ISMED SUHAIDI dan ELISA JULIANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak daun dan lama fermentasi terhadap mutu teh daun gaharu dan mempelajari potensi daun gaharu untuk digunakan sebagai teh

seduh. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu letak

daun (L) : (daun pucuk, daun kedua, dan daun ketiga) dan lama fermentasi (T) : (70 menit, 80 menit, 90 menit, dan 100 menit). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu kadar tanin, aktivitas antioksidan, skor warna air seduhan, skor penampakan partikel, nilai organoleptik rasa, skor aroma seduhan, dan skor warna ampas seduhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh letak daun memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar tanin, aktivitas antioksidan, dan skor warna air seduhan, penampakan partikel, warna ampas seduhan, dan nilai organoleptik rasa. Lama fermentasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar tanin, aktivitas antioksidan, skor warna air seduhan, penampakan partikel, warna ampas seduhan, dan nilai organoleptik rasa. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar tanin, dan nilai organoleptik warna air seduhan. Letak daun pucuk serta lama fermentasi 70 menit menghasilkan teh daun gaharu yang terbaik.

Kata kunci: fermentasi, letak daun, teh daun gaharu

ABSTRACT

FATHIA RAHMADINI: The Effect of Leaf Position and Fermentation Time on the Quality of Agarwood Tea Leaf, supervised by ISMED SUHAIDI and ELISA JULIANTI

The aim of this research was to find the effect of leaf position and fermentation time on the quality of agarwood tea leaf and to study the potential of agarwood leaf as brewed tea. The research was using completely randomized design with two factors, i.e leaf position (L): (shoot leaf, the second leaf, and the third leaf) and fermentation time (T) : (70 minutes, 80 minutes, 90 minutes and 100 minutes). Parameters analyzed were yield, moisture content, ash content, tannin content, antioxidant activities, score values of steeping water colour, particles appearance, infusion flavor, pulp infusion colour, and organoleptic value of taste,

The results showed that leaf position had highly significant effect on yield, moisture content, ash content, tannin content, antioxidant activities, score values of steeping water colour, particles appearance, pulp infusion colour, and organoleptic value of taste. The fermentation time had highly significant effect on moisture content, tannin content, antioxidant activities, score values of steeping water colour, particles appearance, infusion flavor, pulp infusion colour, and organoleptic value of taste. Interaction of the two factors had significant effect on moisture content, ash content and score value of steeping water colour. The shoot leaf and fermentation time of 70 minutes produced the best agarwood tea.

(17)

Latar Belakang

Tanaman gaharu merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai

ekonomi tinggi dan menghasilkan gubal berupa kayu yang berasal dari

pembusukan akibat aktivitas mikroba. Gubal gaharu mengandung damar wangi

beraroma harum dan telah lama diperdagangkan sebagai komoditi mahal untuk

keperluan industri parfum, hio, dan dupa. Gaharu dikatakan pohon termahal

karena bermanfaat dalam kehidupan manusia antara lain sebagai bahan baku

industri parfum, bahan ritual keagamaan, bahan baku obat-obatan seperti

antiseptik, antimikroba, stimulant kerja syaraf, penghilang rasa sakit, obat kanker,

obat ginjal, penghilang stress, obat lever, obat diare, dan obat malaria

(Mega dkk, 2012).

Gaharu merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dimana gubal gaharu

yang bernilai ekonomis tinggi secara alami diperoleh dalam waktu cukup lama

mencapai 20 tahun. Saat ini dengan kemajuan dibidang teknologi pertanian, gubal

gaharu yang dapat diproduksi dalam waktu yang lebih singkat melalui teknik

inokulasi mikroba ke dalam jaringan kayu yang luka akibat patah atau kulit kayu

yang terkelupas ataupun kayu yang dilukai dengan cara pengobaran atau

penggergajian. Pada tahap inokulasi diperlukan pemangkasan daun gaharu agar

diperoleh batang yang besar. Hasil pemangkasan daun gaharu umumnya dibuang

oleh petani. Dari hasil penelitian ternyata ekstrak metanol daun

gaharu mengandung flavonoid, tanin dan polifenol, glikosida, triterpenoid

(18)

Dari hasil penelitian tersebut, maka daun gaharu dari hasil pemangkasan

berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku minuman teh yang berkhasiat

untuk kesehatan. Menurut Kusumo (2010), Pada pengolahan teh, letak dan posisi

daun pada tanaman akan mempengaruhi mutu minuman teh yang dihasilkan.

Kualitas teh terbaik dihasilkan dari bagian pucuk (peko) disebut kuncup. Daun

muda atau daun tua sangat berpengaruh terhadap kualitas, semakin banyak jumlah

daun tua maka dihasilkan kualitas teh yang tidak baik. Proses fermentasi daun teh

juga berpengaruh terhadap mutu minuman teh. Proses fermentasi yang terlalu

cepat akan menghasilkan warna teh yang terlalu muda, mutu rendah, dan

citarasanya belum terbentuk sempurna sedangkan terlalu lama menghasilkan

warna teh yang berwarna gelap, cita rasa kurang, dan aroma mulai menurun

(Kamal, 1985). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian “Pengaruh

Letak Daun dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Teh Daun Gaharu”.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui letak daun dan lama fermentasi yang dapat

menghasilkan teh daun gaharu (Aquilaria malaccensis) dengan mutu dan

karakteristik sensori yang baik serta mempelajari potensi daun gaharu untuk

digunakan sebagai teh seduh.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi di

Ilmu dan Teknologi Pangan Program Studi Teknologi Pertanian Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi pada

(19)

Hipotesa Penelitian

Letak daun pada ranting tanaman gaharu, lama fermentasi daun gaharu,

dan interaksi antara letak daun dan lama fermentasi berpengaruh terhadap mutu

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Gaharu

Gaharu berbentuk gumpalan padat berwarna cokelat kehitaman sampai

hitam dan berbau harum mengandung resin terdapat pada bagian kayu atau akar

tanaman pohon inang. Gubal gaharu memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak

digunakan sebagai bahan dasar minyak wangi, dupa, dan obat tradisional di Asia

Timur (Yagura dkk, 2005). Gaharu dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari

Aquilaria terutama Aquilaria malaccensis. Resin menghasilkan bau yang harum

sehingga sering digunakan dalam industri parfum. Tahun 2000 lalu, gaharu telah

menjadi komoditi perdagangan dari kepulauan Nusantara ke India, Persia, Jazirah

Arab, dan Afrika timur. Jenis tanaman gaharu yang dapat dikembangkan yaitu

Aquilaria malaccensis, A. microcarpa, A. beccariana, A. hirta, A. filaria,

A. crassna, A. agallocha, A. baillonii (Htysite, 2012).

Gaharu diperoleh dari jenis famili Thymeliaceae dari genus Aquilaria yaitu

Aquilaria agaloccha Rox, namun gaharu diperoleh juga dari famili lain yaitu

Leguminoceae dan Euphorbiaceae. Jenis paling baik untuk menghasilkan minyak

gaharu yaitu A. malaccenis (Tarigan, 2004). Tanaman ini merupakan salah satu

hasil hutan non kayu yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu potensi gaharu

sangat tinggi biasanya berasal dari A. malaccensis, A. hirta, A. macrophylum

(Sumarna, 2005).

Pohon gaharu sepintas mirip dengan pohon kayu manis dengan permukaan

daun yang licin dan mengkilap mirip daun cengkeh tetapi lebih tebal dan lebar

(21)

batang 80 cm tetapi ada jenis tertentu yang tinggi pohonnya beberapa meter

dengan daun yang kecil. Pohon ini memiliki bunga kecil berwana putih seperti

bunga melati sehingga berpotensi sebagai penghijauan dengan nilai ekonomi

tinggi. Gaharu banyak di hutan Sumatera, Kalimantan, Maluku, Irian dan

pulau-pulau kecil lainnya seperti Batam, Belitung, serta kepulau-pulauan Mentawai. Sebagian

besar produksi diekspor ke luar negeri, terutama ke Jepang (Kuderi, 2014).

Penanaman pohon gaharu jenis A. malaccensis dilakukan di antara dataran

rendah hingga ke pegunungan pada ketinggian 0 – 750 meter dari permukaan laut dengan curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun. Suhu yang sesuai antara 27°C

hingga 32°C dengan kadar cahaya matahari sebanyak 70%. Tanah yang digunakan

adalah jenis lembut dan liat berpasir dengan pH tanah antara

4.0 hingga 6.0 (Sumarna, 2005).

Adapun ciri morfologi A. malaccensis yaitu daun, bunga, dan buah dari

tanaman gaharu yaitu daun berbentuk lonjong dengan panjang 5 -8 cm, lebar

3-4 cm, ujung daun runcing, dan berwarna hijau mengkilat. Di ujung ranting atau

ketiak atas dan bawah daun terdapat buah sedangkan buahnya berada dalam

polong berbentuk bulat telur atau lonjong dengan panjang sekitar 5 cm dan lebar

3 cm. Bulu-bulu halus berwarna merah menutupi biji bulat telur (Sumarna, 2007).

Tanaman ini memiliki bunga yang terdapat diujung ranting, ketiak daun,

kadang-kadang di bawah ketiak daun. Berbentuk lancip, panjang sampai 5 mm dan

buahnya berbentuk bulat telor, tertutup rapat oleh rambut-rambut yang berwarna

(22)

Taksonomi tanaman gaharu adalah :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan biji)

Sub Divisio : Angiospermae (tumbuhan biji tertutup)

Class : Dicotyledonae (berbiji belah dua)

Sub Class : Dialypetale (bebas daun bermahkota)

Ordo : Myrtales (daun tunggal duduknya bersilang)

Family : Thymeleaceae (akar berserabut jala)

Genus : Aquilaria

Species : Aquilaria malaccensis Lamk.

(Tarigan, 2004).

Berbagai macam jenis gaharu dibudiyakan di Indonesia, terutama di

Sumatera dan Kalimantan. Pada penelitian ini digunakan gaharu jenis Aquilaria

malaccensis yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Wikipedia (2014)

(23)

Terbentuknya gubal gaharu disebabkan karena adanya respon tanaman

dari masuknya mikroba ke dalam jaringan kayu sehingga jaringan kayu menjadi

luka. Luka yang terjadi disebabkan secara alami karena dahan yang patah atau

kulit terkelupas maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian.

Mikroba tesebut sebagai benda asing yang akan menghasilkan senyawa fitoaleksin

berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Apabila mikroba

yang menginfeksi tidak dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka

gaharu tidak dapat terbentuk dan menjadi busuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang

telah menghasilkan gaharu yaitu kulit batang menjadi lunak, daun menguning dan

rontok, serta terjadi pembengkakan (Htysite, 2012). Pohon gaharu yang baik tidak

pernah memproduksi seskuiterpenoid sebagai metabolit sekunder yang beraroma

harum. Harga jual gaharu tinggi disebabkan adanya perburuan gaharu

mengakibatkan semakin langkanya pohon penghasil gaharu sehingga dilakukan

dengan teknologi inokulasi yang merekayasa produksi dengan tujuan

mempercepat produksi melalui infeksi jamur pembentuk gaharu pada batang

pohon penghasil gaharu (Siran, 2010).

Teh Daun Gaharu

Teh telah menjadi minuman favorit yang dikenal sejak dulu. Teh biasanya

diminum pagi hari dan sore hari untuk menghangatkan dan menyegarkan tubuh.

Teh yang sering dikenal saat ini adalah teh yang berasal dari daun pohon teh tetapi

sekarang banyak varian teh dari dedaunan yang nikmat dan memiliki manfaat bagi

kesehatan. Salah satunya yaitu teh daun gaharu. Daun yang digunakan adalah

daun yang masih muda dari pohon penghasil gaharu. Tidak semua jenis gaharu

(24)

Thymelaeaceae dan Gyrinops Verateegi sehingga cocok dijadikan teh

(Bibitgaharu, 2013).

Daun gaharu yang dijadikan teh ternyata memiliki manfaat bagi orang

yang mengonsumsinya. Manfaat dari mengonsumsi teh gaharu yaitu sebagai

peluruh lemak, tidak membakar lemak yang aktif sehingga tidak menurunkan

berat badan bagi pemilik tubuh ideal, membantu mengobati keputihan, sebagai

deodoran alami sehingga membantu mengurangi bau badan, sebagai anti oksidan

yang dapat membantu membuang racun dari tubuh, mencegah insomnia karena

teh daun gaharu menekan sistem syaraf pusat sehingga menimbulkan efek

menenangkan sebagai obat anti mabuk, membantu menurunkan kadar kolestrol

jahat, membantu meredakan ketegangan/hipertensi/stress, dan mengurangi kadar

gula dalam darah sehingga dapat membantu mengobati diabetes melitus

(Batrisyiaherbal, 2012).

Teh yang berasal dari tanaman Camelia sinensis memiliki manfaat bagi

tubuh karena mengandung polifenol berpotensi sebagai antioksidan yang mampu

melindungi tubuh dari radikal bebas. Potensi antioksidan teh lebih kuat

dibandingkan dengan antioksidan pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Beberapa

manfaatnya antara lain menurunkan kolestrol, menurunkaan osteoporosis, sebagai

antivirus, penghilang bau, menjaga kesehatan gigi dan mulut, meningkatkan

kondisi kognitif dan psikomotor pada orang dewasa, mencegah penggumpalan

darah, mencegah penyakit jantung koroner, dan mencegah penyakit liver

(Wardiyah dkk., 2014).

Pemanfaatan daun gaharu akan menjadi sangat penting mengingat masa

(25)

terbilang cukup lama maka daun gaharu dapat dimanfaatkan sebagai minuman

obat atau minuman teh herbal. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat

daun gaharu menyebabkan pemanfaatan bagian-bagian gaharu seperti daun belum

popular dikalangan masyarakat khususnya petani gaharu itu sendiri. Berdasarkan

penelitian Silaban (2014), ekstrak daun gaharu dari jenis Aquilaria malaccensis

mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, senyawa glikosida, tanin,

dan steroid/triterpenoid. Senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut

diperkirakan mempunyai aktivitas sebagai antiradikal bebas. Hasil uji fitokimia

daun gaharu Aquilaria malaccensis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil skrining fitokimia simplisia, ekstrak etanol daun gaharu segar dan ekstrak etanol gaharu simplisia

No. Pemeriksaan Simplisia daun

gaharu

Keterangan: (+) positif : mengandung golongan senyawa (-) negatif : tidak mengandung golongan senyawa

Mutu Teh

Pada teh yang berasal dari tanaman Camelia sinensis, mutu teh tersebut

dipengaruhi oleh iklim dan kondisi tanah. Selain itu, jenis atau hasil petikan daun

juga sangat mempengaruhi mutu teh. Kualitas teh terbaik dihasilkan dari bagian

pucuk (peko) disebut kuncup. Daun muda atau daun tua sangat berpengaruh

(26)

yang tidak baik. Mutu teh yang baik terdapat pada pucuk terdiri dari kuncup

2-3 daun muda dengan tingkat kerusakan rendah (Kusumo, 2010).

Produk teh memiliki berbagai persyaratan mutu yang menjamin kualitas,

namun saat ini syarat mutu teh daun gaharu belum diketahui. Oleh karena itu,

digunakan syarat mutu teh dari daun teh Camelia sinensis sebagai kualitas dari teh

yang dihasilkan. Spesifikasi persyaratan mutu teh dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persyaratan mutu teh menurut SNI 01-1902-1995

No Jenis Uji Satuan Spesifikasi

1 Kadar air (maks) % b/b 8,00

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1995)

Menurut ketentuan SNI-1902-2000 (BSN, 2000), syarat mutu dari teh

hitam ditentukan berdasarkan karakteristik yaitu ukuran partikel, kenampakan teh,

air seduhan, dan kenampakan ampas seduhan. Ukuran partikel mutu teh terbagi

menjadi tiga kelas mutu yaitu; teh daun (Leafy grades), yaitu apabila contoh uji

tertahan pada ayakan 7 mesh; teh bubuk (Broken grades), yaitu contoh uji lolos

pada ayakan 7 mesh dan tertahan pada ayakan 20 mesh; dan teh halus (Small

grades), yaitu contoh uji lolos pada ayakan 20 mesh dan sebagian besar contoh uji

tertahan pada ayakan 80 mesh. Kriteria penilaian penampakan (appearance)

berdasarkan 4 karakteristik yaitu; bentuk, ukuran serta beratnya yang dinyatakan

dengan tergulung/tidak tergulung atau keriting/tidak keriting; tip (jumlah, warna

(27)

(some tips)/sedikit (few tips), untuk warna pada tip dinyatakan dengan

kemerahan/keperakan. Sedangkan untuk keadaan tip dinyatakan sesuai hasil

pengamatan seperti cerah, hidup dan berambut rapat. Warna partikel teh hitam

kering dapat dinyatakan dengan kehitaman/kecoklatan/kemerahan/keabuan.

Kebersihan teh hitam kering dinyatakan dengan ada atau tidak adanya benda

asing. Air seduhan (liquor) terbagi atas warna air seduhan teh hitam meliputi jenis

warna, kepekatan, kejernihan dan kecerahan; rasa meliputi kesegaran, kekuatan,

aroma dan rasa asing; bau meliputi aroma khas teh hitam dan ada tidaknya bau

asing. Kenampakan ampas seduhan teh (infusion) meliputi warna dan kerataan

warna dari kualitas yang baik yaitu ampas seduhan berwarna sangat cerah dan

seperti tembaga (very bright and coppery), ampas seduhan berwarna cerag dan

seperti tembaga (bright and coppery), ampas seduhan berwarna agak cerah

(fairly bright), ampas seduhan berwarna kehijauan (greenish), ampas seduhan

berwarna suram (dull).

Pelayuan Teh

Proses pelayuan bertujuan untuk menjadikan daun teh lebih lentur dan

mudah digulung sehingga memudahkan cairan sel keluar jaringan pada saat

digulung. Waktu yang diperlukan dalam pelayuan 12-15 jam dengan derajat layu

pucuk teh 44-46%. Suhunya tidak boleh lebih dari 27oC serta kelembaban 76%

(Arifin, 1994). Pelayuan dapat dihentikan apabila kadar air pucuk mencapai

40-50% dari kadar air awal, pucuk menjadi lembut dan lentur, jika digenggam

tidak berbunyi dan menggumpal serta mengembang lagi ke segala arah secara

perlahan-lahan jika dilepaskan, aroma teh menjadi lebih harum, daun berwarna

(28)

berubah menjadi asam amino bebas, dan karbohidrat, sukrosa dan glukosa

meningkat (Kusumo, 2010).

Selama proses pelayuan terjadi perubahan fisika dan kimia. Perubahan

fisika yaitu melemasnya daun akibat menurunnya kadar air, daun yang lemas atau

lentur memudahkan untuk penggulungan. Selain itu pengurangan air pada daun

akan memekatkan bahan yang dikandung sampai pada kondisi yang tepat untuk

terjadinya proses oksidasi pada tahap selanjutnya. Perubahan kimia yaitu kenaikan

akitifitas enzim, terurainya protein menjadi asam amino bebas seperti alanin,

leusin, isoleusin, valin, kenaikan kandungan kafein, kenaikan kadar karbohidrat

yang dapat larut, terbentuknya asam organik dari unsur-unsur C, H, O, dan

pembongkaran sebagian klorofil menjadi feoforbid (Kusumo, 2010).

Pelaksanaan pelayuan memiliki syarat yaitu kadar air harus diturunkan

untuk mempermudah proses fermentasi, suhu udara yang baik 28-30oC agar

fermentasi dapat berlangsung dengan baik, dilakukan pembalikan daun sebanyak

2-3 kali, waktu pelayuan harus cukup lama sehingga reaksi-reaksi kimia dapat

berlangsung selama 16-18 jam, Persentase daun layu berkisar antara 57-49%

dengan kondisi dan mutu dari daun sangat menentukan lama pelayuannya dan

kadar air daun setelah pelayuan (Hamdani dkk., 2009).

Suhu pelayuan harus stabil agar dapat dicapai tingkat layu yang tepat.

Tingkat pelayuan dinilai berdasarkan persentase layu, yaitu dengan perbandingan

berat pucuk layu terhadap pucuk basah yang dinyatakan dalam persen. Tingkat

layu yang tepat ditandai dengan keadaaan pucuk layu yang berwarna hijau cerah,

(29)

Menurut Arifin (1994), suhu pelayuan teh Camelia sinensis sebaiknya

tidak melebihi 28oC karena pada suhu diatas 28oC bagian protein dari enzim mulai

terdenaturasi sehingga enzim menjadi inaktif dan dapat menghambat reaksi

oksidasi enzimatis pada tahap pengolahan berikutnya atau bahkan dapat

menyebabkan tidak terjadinya reaksi oksidasi enzimatis. Tidak terjadinya atau

terhambatnya reaksi oksidasi enzimatis akan menyebabkan sifat-sifat khas (warna,

rasa, dan flavor) teh hitam yang diinginkan tidak terbentuk.

Penggulungan Teh

Proses penggulungan merupakan proses awal terjadinya oksimatis yaitu

bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan bantuan oksigen.

Penggulungan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh menjadi

rusak. Cairan sel akan keluar dipermukaan daun secara merata. Proses ini

merupakan dasar terbentuknya mutu teh. Selama proses ini berlangsung, katekin

akan diubah menjadi theaflavin dan thearubigin yang merupakan komponen

penting baik terhadap warna, rasa maupun aroma seduhan teh hitam. Proses ini

biasanya berlangsung selama 90-120 menit tergantung kondisi dan program giling

pabrik yang bersangkutan. Mesin yang biasa digunakan dalam proses

penggulungan ini dapat berupa Open Top Roller (OTR), Rotorvane dan Press Cup

Roller (PCR) untuk teh hitam orthodox dan Mesin Crushing Tearing and Curling

(CTC) untuk teh hitam CTC (Kusumo, 2010).

Penggulungan teh bertujuan untuk menggulung dan menghancurkan

pucuk, mengekstraksi cairan sel agar cairan keluar ke permukaan daun,

mengecilkan gulungan menjadi partikel sesuai yang dikehendaki pasar, untuk

(30)

(Kusumo, 2010). Penggulungan hanya dilakukan satu kali untuk menghindari

penghancuran daun yang menyebabkan mutu teh menurun. Lama penggulungan

sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu masuk ke mesin

penggulung. Penggulungan tergantung pada tingkat layu pucuk, ukuran dan tipe

mesin penggulung, serta mutu pucuk yang diolah (Setyamidjaja, 2000).

Fermentasi Teh

Fermentasi merupakan proses yang mengakibatkan terjadinya perubahan

kimia pada teh disebabkan oleh enzim-enzim. Ketika proses penggulungan telah

sempurna, daun teh diletakkan dalam bak aluminium dan enzim yang ada di

dalam daun teh akan bersentuhan dengan udara dan mulai teroksidasi sehingga

dihasilkan bau, warna, dan mutu dari teh. Pada proses ini daun berubah warna

hijau menjadi coklat muda lalu coklat tua. Perubahan warna daun ini terjadi pada

suhu 26oC. Tahap ini merupakan tahap kritis untuk menentukan rasa teh. Jika

oksidasi dibiarkan terlalu lama maka rasa akan berubah menjadi seperti busuk.

Proses oksidasi membutuhkan waktu 1,5 - 2 jam. Semakin lama teroksidasi maka

teh akan berwarna semakin gelap (Setyamidjaja, 2000).

Teh hitam diperoleh melalui proses fermentasi oleh enzim yang terdapat

dalam daun teh. Prosesnya dimulai dengan melayukan daun teh, kemudian

digulung sehingga sel daunnya rusak. Fermentasi dilakukan pada suhu 22-28oC

dengan kelembaban sekitar 90%. Lamanya fermentasi sangat menentukan kualitas

akhir, biasanya dilakukan 2-4 jam. Kemudian dilakukan pengeringan sampai

kadar teh kering mencapai 4-6% (Fitriyanti, 2004).

Selama proses fermentasi terjadilah oksidasi cairan sel yang dikeluarkan

(31)

sebagai katalisator. Senyawa penting yang terdapat dalam cairan adalah katekin

dan turunannya. Fermentasi mengubah senyawa tersebut menjadi theaflavin dan

selanjutnya berubah menjadi thearubigin. Semakin lama semakin banyak

theaflavin terkondensasi menjadi thearubigin sehingga cairan sel berwarna lebih

gelap (Werkhoven 1974 dalam Kusumo, 2010).

Menurut Fulder (2004), proses fermentasi pada teh hitam dapat mengubah

sebagian tanin menjadi senyawa turunan yaitu theaflavin dan thearubigin

sehingga kadar tanin dalam daun teh akan berkurang dan menyebabkan banyak

senyawa atau zat-zat terpenting dalam teh berubah atau hilang akibat aktivitas

enzim polifenol oksidase.

Menurut Wang dkk., (1994) dan Shahidi dan Naczk (1995), kandungan

polifenol dalam teh hitam berkurang akibat teroksidasinya selama proses

fermentasi. Kandungan utama polifenol teh adalah flavanol (katekin, galokatekin,

epikatekin, epikatekin galat, epigalokatekin, dan epigalokatekin galat), flavonol

(quercetin, kaemferol, dan glikosidanya), flavon (vixetin dan iso vixetin), asam

fenolik (asam galat dan asam klorogenat), flavonol, flavones, asam fenolik.

Hartoyo (2003) menyatakan, pada proses teh hitam katekin dioksidasi secara

enzimatik membentuk pigmen teh hitam yaitu theaflavin dan thearubigin. Proses

fermentasi yang terlalu cepat akan menghasilkan warna teh yang terlalu muda,

mutu rendah, dan citarasanya belum terbentuk sempurna. Apabila proses

fermentasi terlalu lama akan menghasilkan warna teh yang berwarna gelap, cita

rasa kurang, dan aroma mulai menurun. Menurut Kamal (1985), Hubungan antara

waktu fermentasi dengan karakteristik yang dihasilkan pada seduhan teh terlihat

(32)

Warna dan mutu Fermentasi optimum

Gambar 2. Hubungan antara lama fermentasi dan mutu seduhan teh

Faktor yang mempengaruhi proses fermentasi yaitu suhu fermentasi

berkisar antara 20-24oC. Apabila suhu ruangan fermentasi rendah dapat

menyebabkan kecepatan oksidasi berjalan dan sebaliknya, kelembaban ruangan

fermentasi dijaga agar tetap 90-95%. Apabila kelembaban udara dibawah 90%

maka bubuk akan menjadi hitam. Tebal hamparan bubuk perlu diperhatikan agar

sirkulasi udara didalamnya cukup dan tidak mempengaruhi suhu. Hamparan

bubuk sebaiknya merata setebal 6 cm. Jika terlalu tebal dapat menyebabkan

proses oksidasi enzimatis berlangsung lama sedangkan jika terlalu tipis dapat

menyebabkan proses oksidasi enzimatis lebih cepat. Waktu fermentasi dihitung

sejak daun teh masuk ke dalam mesin penggiling sampai bubuk masuk ke mesin

pengering selama 2 – 2,5 jam atau 1 jam bubuk berada dalam ruang fermentasi. Jika waktu terlalu cepat dapat mengakibatkan banyak partikel teh masih berwarna

hijau, terasa mentah dan masih banyak mengandung zat-zat polifenol yang belum

teroksidasi sedangkan jika terlalu lama maka teh yang dihasilkan beraroma harum

(33)

tetapi rasanya terlalu pahit. Proses fermentasi harus dihentikan dengan

melanjutkan ke tahap pengering (Kusumo, 2010).

Pengeringan Teh

Tujuan utama pengeringan adalah menghentikan oksidasi enzimatis

senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas

mencapai keadaan optimal. Adanya pengeringan maka kadar air dalam teh

menurun, dengan demikian teh akan tahan lama dalam penyimpanan

(Arifin, 1994).

Daun teh setelah dipetik akan segera layu dan mengalami oksidasi jika

tidak segera dikeringkan. Proses pengeringan membuat daun beruba h warna

menjadi gelap karena terjadinya pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin

(Wikipedia, 2014). Pengeringan akan menghentikan proses oksidasi ketika jumlah

senyawa penting terkumpul sampai kadar yang tepat. Suhu pengeringan yang

digunakan 95-98oC menyebabkan kandungan air teh menurun 2-3% sehingga teh

menjadi tahan lama disimpan. Perubahan yang terjadi selain aktivitas enzim yaitu

pembentukan rasa, warna, dan bau spesifik (akibat pembentukan karamel dari

karbohidrat), walaupun minyak essensial sudah terbentuk 75-80% akan hilang

(Alf, 2004).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu udara pengering

seperti suhu, kecepatan volumetrik aliran udara pengering, dan kelembaban udara.

Sifat bahan seperti ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial dalam bahan.

Apabila kadar air tidak dihilangkan dan masih tersimpan maka akan

(34)

Pucuk teh yang paling muda banyak mengandung senyawa kimia. Bagian

yang tertinggi terdapat pada daun peko. Zat atau senyawa tersebut antara lain

katekin tidak berwarna tetapi mempengaruhi sifat teh baik rasa, warna maupun

aromanya. Tanin yang terkandung 20-30% dari berat kering daun. Pada peko

kandungan kimianya 30% dari berat kering. Pada daun 2, 3, dan 4 masing-masing

21%, 18%, dan 14%, pada tangkai 6-10% dari berat kering. Karbohidrat antara

lain sukrosa, glukosa, dan fruktosa, kandungan karbohidrat pada teh terkandung

0,75% dari berat kering. Pektin yang terdapat dalam daun teh membentuk lapisan

yang mengkilat, beratnya 4,9-7,7% dari berat kering daun. Kafein akan menyusun

3-4% dari berat kering daun dan peko mengandung 3-4% dari berat kering, daun

lainnya 1,5% dan tangkai 0,5%. Protein dan asam amino berkisar antara 1,4-5%

dari berat kering daun. Vitamin yang terdapat pada K, A, B, dan B2. Mineral

dalam daun teh ± 4-5% dari berat kering daun. Enzim antara lain amilase,

glukosidase, oksimetialase, protease, dan peroksidase (Alf, 2004).

Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan penelitian Kusumaningrum, dkk. (2013) mutu teh bunga lotus

terbaik dihasilkan dari teh yang diolah tanpa oksidasi enzimatis dengan waktu

pelayuan 8 jam memiliki kadar air 9,65 %, kadar abu 7,30%, aktifitas antioksidan

32,19%, kadar tanin 152,73 ppm, lightness 48,63%, chroma 7,36%, hue 69,77%

dan rendemen 25,88%. Hasil penelitian Setiawan (2012) menunjukkan teh daun

jambu biji dengan mutu terbaik diperoleh pada daun dengan proses pelayuan

18 jam dan lama fermentasi 100 menit. Hasil penelitian Lubis (2010)

menunjukkan teh daun jeruju dengan mutu teh yang berkualitas baik diperoleh

(35)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2014 di

Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi

Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitin ini adalah daun gaharu Aquilaria

malaccensis yang diperoleh dari petani gaharu di Medan, Sumatera Utara.

Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah akuades, indikator

indigokarmin, KMnO4 0,1 N, larutan garam asam, larutan garam jenuh, radikal

bebas DPPH (2,2-diphenyl-1- pycrylhydrazyl), metanol, etanol, dan asam oksalat.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,

blower, cawan aluminium, kotak pelayuan, kotak fermentasi, labu ukur, pipet

volum, waterbath, hot plate, tanur, erlenmeyer, beaker glass, oven, gelas ukur,

buret, termometer, cawan porselen, desikator, saringan teh, tabung reaksi, dan

(36)

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) faktorial dangan dua faktor terdiri dari :

Faktor I : Letak daun gaharu yang digunakan (L) yaitu :

L1 = Daun pucuk

L2 = Daun kedua

L3 = Daun ketiga

Faktor II : Lama fermentasi (T) yaitu :

T1 = 70 menit

T2 = 80 menit

T3 = 90 menit

T4 = 100 menit

Kombinasi perlakuan adalah (Tc) = 3 x 4 = 12 setiap perlakuan dibuat dalam 3

ulangan sehingga jumlah perlakuan = 36 sampel

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan model :

ijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

ijk : Hasil pengamatan dari faktor L dari taraf ke-i dan faktor T

pada taraf ke–j dengan ulangan ke-k µ : Efek nilai tengah

αi : Efek dari faktor L pada taraf ke i

(37)

(αβ)ij : Efek interaksi faktor L pada taraf ke–i dan faktor T pada taraf ke–j

εijk : Efek galat dari faktor L pada taraf ke–i dan faktor T pada

taraf ke–j dalam ulangan ke-k.

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka

dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji Least Significant

Range (LSR).

Pelaksanaan Penelitian Pembuatan teh daun gaharu

Daun gaharu dipisahkan dari rantingnya sebanyak 500 g tiap perlakuan

berdasarkan letak daun yaitu daun pucuk (L1), daun kedua (L2), dan daun ketiga

(L3). Kemudian diletakkan dalam kotak pelayuan untuk dilayukan selama 17 jam

pada suhu 27oC. Daun yang telah layu digulung dan masukkan ke dalam kotak

fermentasi pada suhu 28oC selama 70 menit (T1), 80 menit (T2), 90 menit (T3),

dan 100 menit (T4). Daun hasil fermentasi tersebut dimasukkan ke dalam loyang

untuk dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 90oC selama 3 jam,

kemudian dihaluskan daun kering untuk memperoleh bubuk teh dan analisa kadar

air, kadar abu, kadar tanin, aktivitas antioksidan, skor (warna air seduhan,

penampakan partikel, aroma seduhan, dan warna ampas seduhan), dan nilai

organoleptik (rasa). Skema pembuatan teh daun gaharu dapat dilihat pada

(38)

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter meliputi kadar air, kadar abu, kadar tanin, aktivitas antioksidan, skor

warna air seduhan, skor penampakan partikel, nilai organoleptik rasa, skor aroma

seduhan, skor warna ampas seduhan.

Parameter Penelitian Kadar air (AOAC, 1984)

Sampel ditimbang sebanyak 3 g di dalam cawan aluminium kering

(dipanaskan di oven selama 24 jam) yang diketahui berat kosongnya. Kemudian

bahan tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu sekitar 70oC selama 1 jam,

90oC selama 1 jam, dan 105oC selama 1 jam. Selanjutnya didinginkan di dalam

desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan

kembali di dalam oven selama 1 jam dan dimasukkan ke dalam desikator selama

15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang

konstan.

Berat awal sampel (g) – Berat akhir sampel (g)

Kadar air (%bb) = x 100%

Berat awal sampel (g)

Kadar abu (Sudarmadji dkk, 1984)

Sampel ditimbang sebanyak 2 g dan diletakkan dalam cawan porselen

yang telah diketahui bobot keringnya. Sebelum diabukan, sampel terlebih dahulu

dipanaskan diatas pemanas dekstruksi hingga terbentuk arang dan tidak berasap

lagi. Selanjutnya sampel diabukan di dalam tanur listrik pada suhu 100oC selama

(39)

terbentuk warna abu-abu. Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator.

Ditimbang bobot akhirnya dan diulangi hingga bobot akhir konstan.

Berat akhir abu

Kadar abu (%bk) = x 100%

Berat awal sampel

Kadar tanin (Pari, 1990)

Dimasukkan 1 g bubuk teh ke dalam erlenmeyer 100 ml, kemudian

ditambahkan aquadest 50 ml dan dipanaskan selama 30 menit pada suhu 70oC.

Setelah dingin, larutan disaring ke dalam labu ukur 250 ml dan ditambahkan

aquadest sampai batas garis pada labu ukur. Larutan dipipet sebanyak 25 ml dan

ditambahkan larutan indigo karmin sebanyak 20 ml untuk dititrasi dengan

KMnO4. Ditambahkan KMnO4 dengan dua tahap, pertama ditambahkan sebanyak

1 ml sampai larutan berubah dari biru menjadi hijau. Pada tahap kedua

ditambahkan tetes demi tetes sampai berubah menjadi kuning emas. Untuk larutan

blanko dilakukan dengan cara memipet larutan indigo karmin sebanyak 25 ml ke

dalam erlenmeyer, dan ditambahkan aquadest lalu dititrasi dengan KMnO4.

Rumus untuk menghitung kadar tanin adalah :

FP x (A-B) x N KMnO4 x 0,006235

Kadar tanin (%) = x 100%

Berat contoh uji

Keterangan :

FP = Faktor Pengenceran KMnO4

A = Banyaknya KMnO4 yang ditambahkan pada larutan tanin (ml) B = Banyaknya KmnO4 yang ditambahkan pada larutan blanko (ml) 1 ml KMnO40,1 N ≈ 0,006235 g tanin

(40)

Aktivitas antioksidan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Swastika, dkk, 2013)

Pembuatan ekstrak metanol

Ditimbang sampel sebanyak 10 g. Dimasukkan ke dalam beaker glass,

ditambahkan 90 ml metanol sampai seluruh sampel terendam dan ada pelapis

metanol diatasnya. Ditutup rapat dan didiamkan selama 5 hari di tempat gelap dan

terlindung dari cahaya. Lalu disaring, biarkan, dan dipindahkan ke wadah lain.

Proses diulangi sampai sampel tersaring sempurna. Ekstrak cair yang didapat

kemudian diuapkan selama 15 menit pada suhu 70oC dalam waterbath dan

tekanan atm sehingga didapat ekstrak kental.

Pembuatan larutan DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)

Ditimbang DPPH kristal 50 mg, dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml,

ditambahkan etanol sampai batas tanda sehingga didapatkan konsentrasi 0,05%.

Dari konsentrasi 0,05% tersebut diencerkan hingga didapatkan konsentrasi

0,004%.

Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode perendaman DPPH

Sebanyak 1,0 ml DPPH 0,004% dimasukkan dalam erlenmeyer 50 ml dan

ditambah etanol absolut hingga batas tanda. Absorbansi diukur dengan

spektrofotometer pada λ 518 nm. Etanol digunakan sebagai blanko. Untuk analisa

aktivitas antioksidan, diambil sampel sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 50 ml. Ditambahkan larutan DPPH sebanyak 1 ml, kemudian

ditambahkan etanol sebanyak 4 ml. Didiamkan 30 menit, ditutup dan dihindari

(41)

spektofotometer dengan λ 518 nm. Buat larutan kontrol DPPH tanpa penambahan larutan uji. Besarnya aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus :

Serapan kontrol- Serapan sampel

Aktivitas antioksidan = x 100% (% inhibisi) Serapan kontrol

Prosedur penyeduhan teh dan uji organoleptik teh daun gaharu

Diambil sebanyak 0,5 g teh daun gaharu diseduh dengan air panas

sebanyak 100 ml dan dibiarkan selama 5 menit dalam keadaan tertutup rapat.

Hasil seduhan teh selanjutnya diuji karakteristik organoleptik yang terdiri dari uji

warna air seduhan dengan uji skor (Tabel 3), penampakan partikel dengan uji skor

(Tabel 4), rasa dengan uji hedonik (Tabel 5), aroma seduhan dengan uji skor

(Tabel 6), dan Ampas seduhan juga diuji skor warnanya seperti pada Tabel 7.

Tabel 3. Skor warna air seduhan (liquor) teh daun gaharu Skor Warna Air Seduhan Keterangan

5 Air seduhan kuning dan sangat pekat

4 Air seduhan kuning dan pekat

3 Air seduhan kuning dan agak pekat

2 Air seduhan kuning dan tidak pekat

1 Air seduhan kuning dan sangat tidak pekat

Sumber : SNI-1902-2000 (BSN, 2000)

Tabel 4. Skor penampakan partikel teh daun gaharu Skor Penampakan Partikel Keterangan

8 Sangat baik (Very good)

7 Baik (Good)

6 Sedang (Fair)

5 Kurang baik (Unsatisfactory)

4 Tidak baik (Bad)

Sumber : SNI 01-1902-1995

Keterangan :

(42)

Tabel 5. Skala hedonik rasa teh daun gaharu Skala Hedonik Rasa Keterangan

5 Sangat suka

4 Suka

3 Agak suka

2 Tidak suka

1 Sangat tidak suka

Tabel 6. Skor aroma seduhan teh daun gaharu

Skor Aroma Seduhan Keterangan

5 Sangat harum

4 Harum

3 Agak harum

2 Tidak harum

1 Sangat tidak harum

Tabel 7. Skor warna ampas seduhan (infused leaf) teh daun gaharu Skor Warna Ampas Seduhan Keterangan

5 Ampas sangat cerah

4 Ampas cerah

3 Ampas agak cerah

2 Ampas berwarna kehijauan

1 Ampas suram

(43)
(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Letak Daun terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa letak

daun memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air (%), kadar abu (%),

kadar tanin (%), aktivitas antioksidan (% inhibisi), skor warna air seduhan

(numerik), skor penampakan partikel (numerik), nilai organoleptik rasa (numerik),

dan skor warna ampas seduhan (numerik) seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh letak daun terhadap parameter mutu teh daun gaharu yang diamati

Parameter Mutu

Pengaruh Letak Daun (L)

L1 L2 L3

(Daun Pucuk) (Daun Kedua) (Daun Ketiga)

Kadar air (%) 5,408 6,356 7,422

Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Parameter yang Diamati

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa lama fermentasi

memberikan pengaruh terhadap kadar air (%), kadar tanin (%), aktivitas

(45)

partikel (numerik), nilai organoleptik rasa (numerik), skor aroma seduhan, dan

skor warna ampas seduhan (numerik) seperti dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh lama fermentasi terhadap parameter mutu teh daun gaharu yang diamati

Pengaruh letak daun terhadap kadar air (%)

Daftar analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa letak daun

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air teh yang

dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh terhadap kadar air teh daun gaharu dapat

dilihat pada Tabel 10. Hubungan letak daun terhadap kadar air teh daun gaharu

(46)

Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar air teh daun (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Gambar 4. Hubungan letak daun terhadap kadar air teh daun gaharu.

Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan letak daun L1 (daun pucuk)

berbeda sangat nyata dengan L2 (daun kedua) dan L3 (daun ketiga). Perlakuan

letak daun L2 (daun kedua) berbeda sangat nyata dengan L3 (daun ketiga).

Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin tua daun maka kadar air teh daun gaharu

akan semakin meningkat.

Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar air (%)

Daftar analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa lama fermentasi

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air teh yang

dihasilkan. Hasil uji LSR terhadap perlakuan lama fermentasi terhadap kadar air

teh daun gaharu dapat dilihat pada Tabel 11. Hubungan pengaruh lama fermentasi

dengan kadar air teh daun gaharu dapat dilihat pada Gambar 5.

(47)

Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh lama fermentasi terhadap kadar air teh

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Gambar 5. Hubungan lama fermentasi dengan kadar air teh daun gaharu

Tabel 11 menunjukkan bahwa perlakuan lama fermentasi T1 (70 menit)

berbeda sangat nyata dengan T2 (80 menit), T3 (90 menit), dan T4 (100 menit).

Perlakuan lama fermentasi T2 (80 menit) berbeda sangat nyata dengan T3

(90 menit) dan T4 (100 menit). Perlakuan lama fermentasi T3 (90 menit) berbeda

sangat nyata dengan T4 (100 menit). Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin lama

fermentasi maka kadar air teh daun gaharu akan semakin menurun.

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar air (%)

Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa interaksi letak

daun dan lama fermentasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

(48)

pengaruh letak daun dan lama fermentasi pada teh daun gaharu dengan kadar air

tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12. Hubungan interaksi letak daun

dan lama fermentasi terhadap kadar air teh daun gaharu dapat dilihat pada

Gambar 6.

Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar air teh daun gaharu (%)

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

(49)

muda memiliki ketebalan daun yang rendah sehingga lebih mudah menguap

selama proses pengolahan. Daun yang permukaannya lebih besar memerlukan

pelayuan lebih lama dan penguapan dari permukaan bagian atas daun lebih lambat

karena semakin tua daun akan semakin tebal kutikulanya. Jumlah stomata

persatuan luas, ketebalan daun, dan kutikula daun berbeda dengan perbandingan

tingkat ketuaan daun. Daun yang semakin tebal menyebabkan penguapan menjadi

lebih lambat sehingga kadar air daun yang lebih tua menjadi lebih tinggi

(Ningrat dan Danoe, 2006). Semakin lama waktu fermentasi maka semakin

banyak senyawa atau zat penting di dalam daun teh mengalami perubahan atau

hilang, salah satunya air sehingga menyebabkan kadar air menurun

(Fulder, 2004).

Kadar Abu (%)

Pengaruh letak daun terhadap kadar abu (%)

Daftar analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa letak daun

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu teh yang

dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh letak daun terhadap kadar abu teh daun gaharu

dapat dilihat pada Tabel 13. Hubungan letak daun terhadap kadar abu teh daun

gaharu dapat dilihat pada Gambar 7.

Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar abu teh daun gaharu (%)

Jarak LSR Letak Rataan Notasi

0,05 0,01 Daun 0,05 0,01

- - - L1 (Daun pucuk) 5,880 a A

2 0,065 0,088 L2 (Daun kedua) 5,506 b B

3 0,066 0,091 L3 (Daun ketiga) 4,748 c C

(50)

Gambar 7. Hubungan letak daun terhadap kadar abu teh daun gaharu

Tabel 13 menunjukkan bahwa perlakuan L1 (daun pucuk) berbeda sangat

nyata dengan L2 (daun kedua) dan L3 (daun ketiga). Perlakuan L2 (daun kedua)

berbeda sangat nyata dengan L3 (daun ketiga). Gambar 7 menunjukkan bahwa

semakin tua daun maka kadar abu menurun. Sel pada daun yang berasal dari

tanaman tua banyak yang rusak atau mati sehingga unsur hara yang diserap oleh

akar akan dibawa menuju daun muda. Kadar abu pada daun tua lebih sedikit

karena terjadinya kematian sel-sel daun yang menyebabkan unsur hara yang

diserap akar tidak maksimal dibawa menuju daun (Salisbury dan Ross, 1995).

Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar abu (%)

Daftar analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa lama fermentasi

memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu teh daun

gaharu yang dihasilkan.

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar abu (%)

Daftar analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa interaksi letak

daun dan lama fermentasi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05)

terhadap kadar abu teh daun gaharu yang dihasilkan.

(51)

Kadar Tanin (%)

Pengaruh letak daun terhadap kadar tanin (%)

Daftar analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa letak daun

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar tanin teh

yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh letak daun terhadap kadar tanin teh daun

gaharu dapat dilihat pada Tabel 14. Hubungan letak daun terhadap kadar tanin teh

daun gaharu dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap kadar tanin teh daun gaharu (%) (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Gambar 8. Hubungan letak daun terhadap kadar tanin teh daun gaharu

(52)

Pengaruh lama fermentasi terhadap kadar tanin (%)

Daftar analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa letak daun

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar tanin teh

yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama fermentasi terhadap kadar tanin teh

daun gaharu dapat dilihat pada Tabel 15. Hubungan lama fermentasi dengan kadar

tanin teh daun gaharu dapat dilihat pada Gambar 9.

Tabel 15. Uji LSR efek utama lama fermentasi terhadap kadar tanin teh daun (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Gambar 9. Hubungan lama fermentasi dengan kadar tanin teh daun gaharu

(53)

sangat nyata dengan T4 (100 menit). Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin lama

fermentasi maka terjadi penurunan kadar tanin dari teh daun gaharu.

Pengaruh interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar tanin (%)

Hasil analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa interaksi letak

daun dan lama fermentasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap kadar tanin yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh interaksi antara

pengaruh letak daun dan lamanya fermentasi pada teh daun gaharu terhadap kadar

tanin tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16. Hubungan interaksi letak

daun dan lama fermentasi terhadap kadar tanin teh daun gaharu dapat dilihat pada

Gambar 10.

Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar tanin teh daun gaharu (%)

(54)

Gambar 10. Hubungan interaksi letak daun dan lama fermentasi terhadap kadar tanin teh daun gaharu

Tabel 16 menunjukkan bahwa interaksi antara pengaruh letak daun dan

lama fermentasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar tanin.

Gambar 10 menunjukkan dengan meningkatnya umur daun menyebabkan

meningkatnya kadar tanin, tetapi semakin lama fermentasi maka kadar tanin akan

semakin menurun. Pada daun muda memiliki ketebalan daun yang rendah dan

stomata daun banyak sehingga pada saat proses penggulungan, cairan sel daun

yang mengandung tanin mudah keluar mengakibatkan kandungan tanin berkurang

dan selama proses oksidasi enzimatis, tanin mengalami oksidasi yang

menyebabkan turunnya tanin dalam teh hitam. Penurunan jumlah tanin dengan

semakin lamanya fermentasi disebabkan selama proses fermentasi tanin

mengalami oksidasi dengan bantuan enzim polifenol oksidase menyebabkan kadar

tanin dalam teh hitam berkurang (Fulder 2004).

Aktivitas Antioksidan (% inhibisi)

Pengaruh letak daun terhadap aktivitas antioksidan (% inhibisi)

Daftar analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa letak daun

memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas

(55)

antioksidan teh yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh letak daun terhadap

aktivitas antioksidan teh daun gaharu dapat dilihat pada Tabel 17. Hubungan letak

daun terhadap aktivitas antioksidan teh daun gaharu dapat dilihat pada

Gambar 11.

Tabel 17. Uji LSR efek utama pengaruh letak daun terhadap aktivitas antioksidan teh daun gaharu (% inhibisi)

Jarak LSR Letak Rataan Notasi (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).

Gambar 11. Hubungan letak daun terhadap aktivitas antioksidan teh daun gaharu

Tabel 17 menunjukkan bahwa perlakuan letak daun L1 (pucuk) berbeda

sangat nyata dengan L2 (daun kedua), dan L3 (daun ketiga). Perlakuan letak daun

L2 (daun kedua) berbeda sangat nyata dengan L3 (daun ketiga). Gambar 11

menunjukkan bahwa semakin muda daun maka aktivitas antioksidan akan

meningkat. Pada daun muda mempunyai daya peredam radikal bebas yang lebih

besar dibandingkan dengan daun tua karena kandungan metabolit sekunder pada

daun berbeda-beda dengan adanya peningkatan umur daun dan bagian tanaman

Gambar

Gambar 2. Hubungan antara lama fermentasi dan mutu seduhan teh
Gambar 3. Skema pembuatan teh daun gaharu
Tabel 8. Pengaruh letak daun terhadap parameter mutu teh daun gaharu yang diamati
Tabel 9. Pengaruh lama fermentasi terhadap parameter mutu teh daun gaharu yang diamati
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mereka membahas perspektif triple value assessment yang terdiri dari kinerja ekonomi, nilai reputasi, dan keunggulan parenting terkait aplikasinya pada lima perusahaan yang

Jadi, pemberian yang diberikan masanya lebih pendek dibandingkan penelitian Adewole (2009). 2) dosis yang digunakan tergolong rendah sehingga tidak dapat

[r]

BAB XV I PSAKTER PESADIUH DAB MKBAEA8ABHTA.. wjtarssn* iram ri

Merkurius akan mengelilingi matahari 1 kali putaran dalam waktu 225 hari dengan periode rotasi 243 hari yang akan melakukan rotasi yang berlawanan dengan planet yang lainnya

Dengan berfokus pada empat poin di atas dalam proses mencari pengalaman trading saham di pasar saham Indonesia, dalam hal ini Bursa Efek Indonesia, BEI,

Hubungan perilaku ibu dalam pemberian makan dengan status gizi pada balita usia 13-59 bulan di Posyandu Lada V Pakuncen Wirobrajan Yogyakarta Tahun 2010 Hasil