• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.03/2019 Tentang Sinergi Perbankan dalam Satu Kepemilikan untuk Pengembangan Perbankan Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28/POJK.03/2019 Tentang Sinergi Perbankan dalam Satu Kepemilikan untuk Pengembangan Perbankan Syariah"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 28/POJK.03/2019

Tentang

Sinergi Perbankan dalam Satu Kepemilikan

untuk Pengembangan Perbankan Syariah

Direktorat Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah

Jakarta, 2 Desember 2019

(2)

2

Latar Belakang

1

Meningkatkan efisiensi industri perbankan syariah melalui pengoptimalan sumber daya Bank Umum oleh BUS yang memiliki hubungan kepemilikan dengan Bank Umum.

2

Mempertahankan kinerja dan kualitas layanan UUS pasca kewajiban spin-off menjadi BUS pada tahun 2023 serta

meningkatkan daya saing BUS dalam memberikan pelayanan kepada nasabah BUS agar setara dengan pelayanan Bank Umum kepada nasabah Bank Umum.

3

Memperluas akses layanan perbankan syariah bagi masyarakat yang belum mengenal, menggunakan, dan/atau mendapatkan layanan perbankan syariah (inklusi keuangan).

4

Implementasi kebijakan strategis OJK tahun 2019 yaitu mereformasi bisnis proses industri dan internal OJK melalui

(3)

3

Sinergi Perbankan adalah…

KERJA SAMA

Sinergi Perbankan adalah kerja sama antara BUS dan Bank Umum

yang memiliki hubungan kepemilikan

melalui

pengoptimalan sumber daya Bank Umum untuk menunjang pelaksanaan kegiatan BUS

yang memberikan nilai tambah bagi BUS dan Bank Umum.

Sumber daya Bank Umum a.l. SDM, TI, dan jaringan kantor

Sinergi Perbankan merupakan

aktivitas kerja sama

yang secara umum telah diatur dalam

POJK Multilicense bagi Bank Umum serta POJK Produk dan Aktivitas bagi BUS

(4)

4

Contoh Sinergi Perbankan

SDM

2. Pihak independen komite Bank Umum menjadi pihak

independen komite BUS

1. SDM Bank Umum menjadi anggota komite BUS

TI

Jaringan

Kantor

15. Corporate university 7. E-learning

12. Layanan Syariah Bank Umum (LSBU) 10. Data Center (DC) dan

Data Recovery Center (DRC) 11. Aplikasi untuk: a. scoring pembiayaan consumer b. redflag APU PPT 9. Product development 4. Proses rekrutmen pegawai

6. Jasa konsultasi untuk: a. pembiayaan

b. penyusunan kebijakan dan SOP c. penanganan perkara pidana

dan perdata d. manajemen risiko e. budaya kepatuhan 3. SDM Bank Umum

menjadi anggota tim audit BUS 17. Penggunaan khazanah 8. Call center 16. Agen pemasaran produk BUS 5. Riset ekonomi dan bisnis

13. ATM 14. E-banking

19. Edukasi dan promosi produk BUS dalam event

Bank Umum

(5)

5

Hubungan Kepemilikan

Hubungan kepemilikan vertikal

Sinergi Perbankan dilakukan oleh BUS dan Bank Umum yang memiliki hubungan kepemilikan

Bank Umum menjadi PSP BUS (bersinergi dengan induk)

(6)

6

Hubungan Kepemilikan

Hubungan kepemilikan horizontal

Bank Umum dimiliki oleh PSP yang sama dengan BUS (bersinergi dengan sister company)

Hubungan kepemilikan horizontal dan vertikal

(bersinergi dengan induk dan sister company)

bersinergi

bersinergi bersin

ergi

Sinergi Perbankan dilakukan oleh BUS dan Bank Umum yang memiliki hubungan kepemilikan

(7)

7

ü Pihak independen yang menjadi anggota komite BUS dapat merangkap jabatan sebagai pihak independen yang menjadi anggota komite pada Bank Umum.

ü Dalam menjalankan fungsinya, komite BUS dapat menggunakan SDM Bank Umum sebagai anggota tambahan dalam komite.

Pengecualian Sinergi Perbankan

Sinergi Perbankan tidak termasuk penggunaan modal Bank Umum, antara lain untuk perhitungan BMPK/BMPD.

Komite yang wajib dibentuk oleh Dewan Komisaris,a.l.:

§ Komite Pemantau Risiko § Komite Remunerasi dan

Nominasi § Komite Audit

Komite yang wajib dibentuk oleh Direksia.l.: § Komite Manajemen

Risiko

§ Komite Pengarah TI

1

2

BUS tetap harus memiliki Direksi, Dewan Komisaris, DPS, komite yang wajib dibentuk oleh BUS, dan Pejabat Eksekutif

Permodalan BUS

Manajemen BUS

BUS dapat melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan pengelompokan BUKU Bank Umum dan/atau modal inti Bank Umum.

Kegiatan usaha BUS berdasarkan pengelompokkan BUKU Bank Umum dan/atau modal inti Bank Umum

dapat dilaksanakan sepanjang Bank Umum

merupakan PSP BUS dan menerapkan manajemen risiko secara konsolidasi.

BUS tetap wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur untuk masing-masing kegiatan usaha (kecuali persyaratan BUKU/modal inti).

(8)

8

Sinergi Perbankan Berupa

Layanan Syariah Bank

à

Layanan Syariah Bank Umum

No. PBI Bank Umum Syariah (15/13/2013) RPOJK Sinergi Perbankan

1. Layanan Syariah Bank (LSB) adalah kegiatan penghimpunan

dana dan/atau pemberian jasa perbankan lainnya berdasarkan prinsip syariah, tidak termasuk kegiatan penyaluran dana, yang dilakukan di jaringan kantor BUK untuk dan atas nama Bank.

Layanan Syariah Bank Umum (LSBU) adalah kegiatan

penghimpunan dana, pembiayaan, dan/atau pemberian jasa perbankan lainnya berdasarkan prinsip syariah yang dilakukan pada jaringan kantor Bank Umum untuk dan atas nama BUS.

2. Laporan Keuangan kegiatan LSB wajib digabungkan secara daring pada hari yang sama dengan laporan keuangan KC BUS yang menjadi induknya.

Laporan keuangan kegiatan LSBU wajib digabungkan secara

online pada hari yang sama dengan laporan keuangan KC BUS

yang menjadi induknya. (tetap) 3. BUS wajib mencantumkan logo iB pada masing-masing jaringan

kantor BUK yang melakukan kegiatan LSB.

BUS wajib mencantumkan logo iB pada setiap jaringan kantor BUK yang melakukan LSBU. (tetap)

4. Pelaksanaan pembukaan, pemindahan, dan/atau penghentian kegiatan LSB wajib dilaporkan oleh BUS dalam LKPBU.

Pelaksanaan pembukaan, pemindahan, dan/atau penghentian kegiatan LSBU wajib dilaporkan oleh BUS dalam LKPBU/APOLO.

5. Kegiatan LSB harus berada dalam 1 wilayah KC induknya (satu provinsi atau satu wilayah pengawasan).

(9)

9

Sinergi Perbankan Berupa

Jaringan kantor BUS beralamat sama dengan jaringan kantor Bank Umum

PBI Bank Umum Syariah (15/13/2013) RPOJK Sinergi Perbankan

KCP/KK/KF dapat beralamat yang sama dengan kantor lain

sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. terdapat pemisahan kantor antara KCP/KK/KF dengan kantor lain;

b. tidak menimbulkan risiko operasional dan risiko reputasi bagi BUS; dan

c. terdapat pengaturan yang jelas dalam pemanfaatan sarana dan prasarana kerja serta penggunaan fasilitas gedung kantor, yang memungkinkan adanya pembebanan biaya masing-masing kantor dapat dilakukan dengan tepat.

1) Dalam hal BUS dan Bank Umum melakukan Sinergi Perbankan dalam bentuk penggunaan jaringan kantor Bank Umum pada alamat yang sama, BUS harus memenuhi persyaratan tertentu.

2) Persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. terdapat pemisahan antara kantor BUS dan kantor Bank Umum; dan

b. tidak menimbulkan risiko operasional dan risiko reputasi bagi BUS.

*jaringan kantor sebagaimana POJK 6/POJK.03/2016 meliputi KC, kantor wilayah yang melakukan kegiatan operasional, KCP, KF yang melakukan kegiatan operasional, dan/atau KK.

(10)

10

Tanggung Jawab atas Risiko dari Kegiatan yang Disinergikan

BUS bertanggung jawab atas risiko dari kegiatan yang disinergikan dengan Bank Umum.

Sinergi Perbankan tidak menghilangkan tanggung jawab BUS atas risiko sebagai akibat dari tindakan yang

dilakukan oleh Bank Umum dalam melaksanakan kegiatan yang disinergikan.

Contoh 1:

Dalam hal BUS melakukan Sinergi Perbankan dengan BUK untuk pemasaran pembiayaan murabahah, BUS tetap bertanggung jawab atas pemenuhan Prinsip Syariah, kerahasiaan informasi nasabah BUS, dan potensi terjadinya kesalahan pemberian informasi (misselling).

Contoh 2:

Dalam hal BUS melakukan Sinergi Perbankan dengan Bank Umum berupa jasa konsultasi pembiayaan untuk analisis risiko calon nasabah atau proyek yang akan dibiayai oleh BUS, keputusan pemberian pembiayaan dan risiko yang terjadi atas pemberian pembiayaan merupakan tanggung jawab BUS.

BUS dan Bank Umum wajib memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis untuk mengelola risiko yang melekat

pada kerjasama Sinergi Perbankan

(11)

11

Tahapan Sinergi Perbankan

1

2

3

4

5

Pencantuman

dalam RBB

Permohonan

persetujuan

Laporan

realisasi

pelaksanaan

Pemantauan

Penghentian

Untuk Sinergi Perbankan yang:

§ belum pernah dilaksanakan sebelumnya; dan

§ telah dilaksanakan sebelumnya namun dilakukan perubahan yang menyebabkan peningkatan profil risiko.

Untuk perubahan perjanjian kerja sama yang tidak menyebabkan peningkatan profil risiko, dilaporkan

(12)

12

1. Pencantuman dalam RBB

No. Ketentuan Existing RPOJK Sinergi Perbankan

1. Rencana pelaksanaan aktivitas yang belum pernah dilaksanakan sebelumnya harus tercantum di RBB.

Sinergi Perbankan yang:

§ belum pernah dilaksanakan sebelumnya; dan

§ telah dilaksanakan sebelumnya namun dilakukan perubahan yang menyebabkan peningkatan profil risiko,

harus tercantum di RBB.

2. Dicantumkan di RBB BUS dan Bank Umum di bagian

rencana penerbitan produk dan/atau pelaksanaan aktivitas baru.

Tetap.

3. Dalam hal Sinergi Perbankan berupa Layanan

Syariah Bank Umum, dicantumkan juga di RBB BUS di bagian rencana pengembangan dan/atau perubahan jaringan kantor.

(13)

13

2. Permohonan Persetujuan (1)

Ketentuan Existing (contoh LSB) RPOJK Sinergi Perbankan

Persetujuan 2 pintu:

1. Bank Umum harus mengajukan permohonan persetujuan aktivitas kepada pengawas Bank Umum terlebih dahulu.

2. Selanjutnya BUS harus mengajukan permohonan persetujuan aktivitas kepada pengawas BUS setelah Bank Umum memperoleh persetujuan dari pengawas Bank Umum.

Persetujuan 1 pintu:

BUS mengajukan permohonan persetujuan Sinergi Perbankan kepada pengawas BUS.

Alur permohonan persetujuan

sebagai berikut

(14)

14

2. Permohonan Persetujuan (2)

permohonan persetujuan

1

2

3

4

Keterangan:

1. BUS dan Bank Umum membuat perjanjian kerja samadan dokumen pengajuan permohonan persetujuan Sinergi Perbankan.

2. BUS mengajukan permohonan persetujuan ke OJK (Pengawas BUS) paling lambat 60 hari sebelum pelaksanaan kerja sama dengan tembusan kepada Bank Umum dan Pengawas Bank Umum.

3. Pengawas BUS meminta rekomendasi dari Pengawas Bank Umum atas permohonan persetujuan Sinergi Perbankan. Rekomendasi dari Pengawas Bank Umum merupakan persetujuan bagi Bank Umum.

4. Persetujuan OJK diberikan dari Pengawas BUS kepada BUS dengan tembusan kepada Bank Umum. Persetujuan OJK berlaku bagi BUS dan Bank Umum (persetujuan 1 pintu). Persetujuan diberikan paling lambat 60 hari setelah seluruh persyaratan dipenuhi dan dokumen permohonan diterima OJK secara lengkap.

BUS dan Bank Umum harus melaksanakan kerja sama Sinergi Perbankan paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal surat persetujuan dari OJK. Jika tidak persetujuan OJK yang telah diberikan dinyatakan batal dan menjadi tidak berlaku.

tembusan tembusan

(15)

15

Dokumen Permohonan Persetujuan

Paling sedikit memuat:

a. fotokopi perjanjian kerja sama Sinergi Perbankan antara BUS dengan Bank Umum;

b. standar prosedur operasi (SOP) bagi BUS dan bagi Bank Umum untuk pelaksanaan kerja sama Sinergi Perbankan;

c. opini DPS terkait pelaksanaan Sinergi Perbankan;

d. laporan kesiapan kegiatan Sinergi Perbankan; dan

e. surat pernyataan direktur BUS yang membawahkan fungsi kepatuhan atas kelengkapan dan kebenaran dokumen pendukung pengajuan permohonan persetujuan.

Cakupan Perjanjian Kerja Sama

Paling sedikit:

a. tujuan dan ruang lingkup kerja sama; b. jangka waktu perjanjian kerja sama; dan c. hak dan kewajiban setiap pihak, antara lain:

1) rencana alih pengetahuan apabila Sinergi Perbankan melibatkan SDM Bank Umum;

2) kewajiban Bank Umum untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi BUS dan nasabah BUS;

3) tanggung jawab atas kerugian; dan 4) penanganan pengaduan nasabah.

BUS dan Bank Umum wajib memastikan bahwa pelaksanaan Sinergi Perbankan sesuai dengan perjanjian kerja sama yang dibuat.

Dalam hal diperlukan, OJK dapat meminta tambahan cakupan perjanjian kerja sama, dokumen pendukung, dan/atau penjelasan berkenaan penelaahan permohonan persetujuan Sinergi Perbankan.

Contoh tambahan cakupan perjanjian kerja sama:

§ pembebanan biaya kepada Bank Umum dan BUS § service level agreement (SLA)

(16)

16

3. Laporan Realisasi Pelaksanaan

BUS melaporkan realisasi pelaksanaan Sinergi Perbankan dalam

laporan realisasi RBB (triwulanan)

Bank Umum melaporkan realisasi pelaksanaan Sinergi Perbankan dalam

laporan realisasi RBB (triwulanan)

Ketentuan Existing RPOJK Sinergi Perbankan

Bank menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan aktivitas baru paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah aktivitas baru dilaksanakan.

BUS dan Bank Umum melaporkan realisasi pelaksanaan Sinergi Perbankan dalam laporan realisasi RBB masing-masing setiap triwulan.

(17)

17

4. Pemantauan

Komite Tata Kelola Terintegrasi

Laporan Tata Kelola Terintegrasi

Tugas dan tanggung jawab Komite Tata Kelola Terintegrasi

(POJK 18/POJK.03/2014 tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan):

a. mengevaluasi pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi paling sedikit melalui penilaian kecukupan pengendalian intern dan pelaksanaan fungsi kepatuhan secara terintegrasi, termasuk memantau pelaksanaan kerja sama Sinergi Perbankan;

b. memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris Entitas Utama untuk penyempurnaan Pedoman Tata Kelola Terintegrasi

Laporan hasil pemantauan Sinergi Perbankan disampaikan oleh Entitas Utama kepada Pengawas Entitas Utama dengan tembusan kepada Pengawas BUS secara bersamaan dengan laporan penilaian pelaksanaan tata kelola terintegrasi setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember yang disampaikan tanggal 15 bulan kedua setelah berakhirnya bulan laporan.

Pengawas

(18)

18

5. Penghentian (Early Termination)

1

2

3

4

tembusan tembusan

laporan

rencana penghentian penghentianpenegasan

Keterangan:

1. BUS dan Bank Umum bersepakat untuk menghentikan kegiatan Sinergi Perbankan.

2. BUS melaporkan rencana penghentian ke OJK (Pengawas BUS) paling lambat 10 hari kerja sebelum penghentian, dengan tembusan kepada Bank Umum dan Pengawas Bank Umum. Laporan disertai dengan:

a. alasan penghentian; dan

b. penjelasan mengenai langkah yang akan ditempuh untuk penyelesaian atau pengalihan seluruh kewajiban kepada nasabah dan/atau pihak lainnya. 3. Pengawas BUS berkoordinasi dengan Pengawas Bank Umum.

4. OJK (Pengawas BUS) memberikan penegasan dalam 10 hari kerja kepada BUS, dengan tembusan kepada Bank Umum. Jika dalam 10 hari kerja tidak ada penegasan dari OJK maka BUS dan Bank Umum dapat otomatis menghentikan kegiatan Sinergi Perbankan.

(19)

19

Lain-lain

Dalam pelaksanaan Sinergi Perbankan, penggunaan sumber daya Bank Umum oleh BUS selain mengacu pada POJK ini, juga mengacu

pada ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penggunaan sumber daya Bank Umum, antara lain POJK Penerapan

Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum (POJK MRTI) dan

Undang-Undang Ketenagakerjaan.

v POJK Sinergi Perbankan ini tidak menghilangkan kewajiban pemenuhan persyaratan penggunaan sumber daya Bank Umum yang diatur dalam POJK dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain, kecuali diatur khusus dalam POJK ini.

Contoh 1:

Dalam hal BUS menggunakan sumber daya TI Bank Umum, maka BUS tetap wajib antara lain:

§ memiliki komite pengarah TI, Rencana Pemulihan Bencana (DRP), dan satuan kerja TI serta pejabat tertinggi yang memimpin satuan kerja TI;

§ bertanggung jawab atas penerapan manajemen risiko; dan

§ mampu melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan BUS yang diselenggarakan oleh Bank Umum.

Contoh 2:

Dalam hal BUS akan menyelenggarakan Layanan Perbankan Elektronik/Digital (LPE/LPD) dengan menggunakan platform IT Bank Umum yang telah menjadi penyelenggara LPE/LPD, BUS tetap harus mengajukan permohonan persetujuan produk LPE/LPD kepada OJK à sinergi

platform IT tidak menghilangkan

kewajiban BUS untuk memperoleh izin LPE/LPD.

(20)

20

Ketentuan Peralihan

a. BUS dan BUK yang telah melaksanakan kerja sama penggunaan sumber daya BUK sebelum POJK ini berlaku tetap dapat melaksanakan kerja sama sampai dengan batas akhir waktu kerja sama.

b. BUS dan BUK yang memperpanjang kerja sama dan tidak menyebabkan peningkatan profil risiko dikecualikan dari kewajiban memperoleh persetujuan OJK.

c. Perpanjangan perjanjian kerjasama dilaporkan kepada OJK paling lambat 7 hari kerja sejak perpanjangan kerja sama. d. Seluruh kerja sama penggunaan sumber daya BUK harus memenuhi ketentuan dalam POJK ini sejak tanggal 1 Juli 2021.

v BUS dan BUK yang memperpanjang kerja sama dan menyebabkan peningkatan profil risiko harus memperoleh persetujuan Sinergi Perbankan.

Contoh:

§ Kerja sama LSB (tidak termasuk pembiayaan) menjadi LSBU yang menyalurkan pembiayaan à persetujuan Sinergi Perbankan § Kerja sama LSB yang hanya mengubah jangka waktu perjanjian, jumlah, dan lokasi LSB à lapor perpanjangan perjanjian

(21)

21

Sanksi

No. Dasar Pengenaan Jenis Sanksi

1. BUS dan Bank Umum yang melakukan Sinergi Perbankan tanpa persetujuan dari OJK

Sanksi administratif berupa penghentian

Sinergi Perbankan. 2. a. BUS dan Bank Umum tidak memastikan pelaksanaan Sinergi

Perbankan sesuai dengan perjanjian kerja sama.

b. BUS dan Bank Umum tidak memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis untuk mengelola risiko.

c. BUS tidak menyampaikan perubahan perjanjian kerja sama. d. Entitas Utama tidak menyampaikan laporan hasil pemantauan

Sinergi Perbankan.

e. BUS tidak melaporkan rencana penghentian Sinergi Perbankan.

Sanksi administratif berupa teguran tertulis.

Dalam hal telah dikenakan teguran tertulis tetapi BUS dan/atau Bank Umum belum memenuhi ketentuan, dikenakan sanksi administratif berupa:

a. penurunan tingkat kesehatan; dan/atau

b. pembekuan kegiatan usaha tertentu (yang berhubungan dengan Sinergi Perbankan).

3. BUS yang tidak melaporkan

pembukaan/pemindahan/penghentian LSBU.

Sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai LKPBU atau mengenai pelaporan bank umum melalui sistem pelaporan OJK (APOLO).

4. BUS dan Bank Umum tidak melaporkan realisasi pelaksanaan Sinergi Perbankan dalam Laporan realisasi RBB.

Sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai rencana bisnis bank.

(22)
(23)

Ringkasan Eksekutif

POJK tentang Sinergi Perbankan Dalam Satu Kepemilikan Untuk Pengembangan Perbankan Syariah

(POJK Sinergi Perbankan) Latar belakang penerbitan POJK Sinergi Perbankan

a. Meningkatkan efisiensi industri perbankan nasional dan pengembangan

perbankan syariah melalui pengoptimalan sumber daya Bank Umum oleh BUS yang memiliki hubungan kepemilikan dengan Bank Umum.

b. Mempertahankan kinerja dan kualitas layanan UUS pasca kewajiban spin-off

menjadi BUS pada tahun 2023 serta meningkatkan daya saing BUS dalam memberikan pelayanan kepada nasabah BUS agar setara dengan pelayanan Bank Umum kepada nasabah Bank Umum.

c. Memperluas akses layanan perbankan syariah bagi masyarakat yang belum

mengenal, menggunakan, dan/atau mendapatkan layanan perbankan syariah (inklusi keuangan).

d. Implementasi kebijakan strategis OJK tahun 2019 yaitu mereformasi bisnis

proses industri dan internal OJK melalui platform sharing untuk meningkatkan penetrasi dan efisiensi industri perbankan Syariah.

Substansi Pengaturan

1. Sinergi Perbankan adalah kerja sama antara BUS dan Bank Umum yang memiliki

hubungan kepemilikan melalui pengoptimalan sumber daya Bank Umum untuk menunjang pelaksanaan kegiatan BUS yang memberikan nilai tambah bagi BUS dan Bank Umum.

2. Sinergi Perbankan dapat dilakukan oleh BUS dan Bank Umum yang memiliki

hubungan kepemilikan sebagai berikut:

a. Bank Umum merupakan pemegang saham pengendali BUS; atau

b. Bank Umum dimiliki oleh pemegang saham pengendali yang sama dengan

BUS.

3. BUS dan Bank Umum tidak dapat melakukan Sinergi Perbankan untuk

permodalan dan manajemen.

4. Dalam melakukan Sinergi Perbankan, BUS dapat melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan pengelompokan Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU) Bank Umum dan/atau modal inti Bank Umum. Pelaksanaan kegiatan usaha BUS berdasarkan pengelompokan BUKU Bank Umum dan/atau modal inti Bank Umum tersebut tidak termasuk Sinergi Perbankan untuk permodalan sebagaimana dimaksud pada angka 3.

(24)

5. Sinergi Perbankan untuk manajemen yang tidak dapat dilakukan sebagaimana dimaksud pada angka 3 yaitu:

a. Direksi;

b. Dewan Komisaris;

c. Dewan Pengawas Syariah;

d. Komite yang wajib dibentuk oleh BUS; dan

e. Pejabat Eksekutif.

6. Pihak independen yang menjadi anggota komite yang wajib dibentuk oleh BUS

dapat merangkap jabatan sebagai pihak independen yang menjadi anggota komite pada Bank Umum.

7. Dalam menjalankan fungsinya, komite yang wajib dibentuk oleh BUS

sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf d dapat menggunakan sumber daya manusia Bank Umum sebagai anggota komite di luar anggota yang diwajibkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. BUS bertanggung jawab atas risiko dari kegiatan yang disinergikan dengan Bank

Umum dalam Sinergi Perbankan.

9. BUS dan Bank Umum harus membuat perjanjian kerja sama Sinergi Perbankan

secara tertulis.

10. Komite tata kelola terintegrasi melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Sinergi Perbankan dan hasil pemantauannya wajib dilaporkan oleh Entitas utama kepada OJK.

(25)

Frequently Asked Questions (FAQ’s)

POJK tentang Sinergi Perbankan Dalam Satu Kepemilikan Untuk Pengembangan Perbankan Syariah

(POJK Sinergi Perbankan)

1. Jika BUS memiliki lebih dari 1 (satu) pemegang saham pengendali berupa

Bank Umum, apakah BUS dapat melakukan Sinergi Perbankan dengan seluruh Bank Umum yang menjadi pemegang saham pengendali BUS?

BUS dapat melakukan Sinergi Perbankan dengan seluruh Bank Umum yang menjadi pemegang saham pengendali BUS melalui perjanjian kerjasama dengan masing-masing PSP.

2. Apakah persetujuan Sinergi Perbankan untuk pelaksanaan kegiatan usaha

BUS berdasarkan pengelompokan BUKU Bank Umum dan/atau modal inti Bank Umum termasuk penggunaan izin kegiatan usaha Bank Umum untuk pelaksanaan kegiatan usaha BUS?

BUS tidak dapat menggunakan izin kegiatan usaha Bank Umum untuk pelaksanaan kegiatan usaha BUS. BUS harus memperoleh persetujuan pelaksanaan kegiatan usaha dari Otoritas Jasa Keuangan atau otoritas terkait lainnya sebelum melaksanakan kegiatan usaha beberdasarkan pengelompokan BUKU Bank Umum dan/atau modal inti Bank Umum sebagaimana diatur dalam setiap peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kegiatan usaha BUS.

3. Apakah kegiatan Layanan Syariah Bank (LSB) yang telah diatur dalam

BAB VA Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/13/PBI/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah termasuk dalam Sinergi Perbankan?

Dalam POJK Sinergi Perbankan diatur mengenai Layanan Syariah Bank Umum (LSBU) yang merupakan perluasan dari LSB. Kegiatan LSBU tidak hanya penghimpunan dana, namun juga termasuk pembiayaan yang dilakukan di jaringan kantor Bank Umum untuk dan atas BUS. Dengan berlakunya POJK Sinergi Perbankan, maka BAB VA Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/13/PBI/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah yang mengatur mengenai LSB dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

4. Untuk memperoleh persetujuan Sinergi Perbankan berupa LSBU, apakah BUS

harus mencantumkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) sebagai bagian dari rencana penerbitan produk dan/atau pelaksanaan aktivitas baru atau sebagai bagian dari rencana pengembangan dan/atau perubahan jaringan kantor?

(26)

Dalam hal rencana Sinergi Perbankan berupa LSBU maka selain dicantumkan sebagai bagian dari rencana penerbitan produk dan/atau pelaksanaan aktivitas baru pada RBB BUS dan RBB Bank Umum, rencana pembukaan, pemindahan, dan/atau penghentian kegiatan LSBU juga dicantumkan sebagai bagian dari rencana pengembangan dan/atau perubahan jaringan kantor pada RBB BUS.

5. Bagaimana status perjanjian kerja sama penggunaan sumber daya Bank

Umum Konvensional (BUK) yang telah dilakukan oleh BUS dan BUK sebelum POJK Sinergi Perbankan berlaku?

BUS dan BUK yang telah melaksanakan kerja sama penggunaan sumber daya BUK sebelum POJK Sinergi Perbankan berlaku tetap dapat melaksanakan kerja sama sampai dengan batas akhir waktu kerja sama. Namun, BUS dan BUK yang memiliki perjanjian kerja sama penggunaan sumber daya BUK dengan batas akhir waktu kerja sama melampaui 30 Juni 2021 harus memenuhi ketentuan dalam POJK Sinergi Perbankan sejak tanggal 1 Juli 2021.

6. Bagaimana contoh perubahan perjanjian kerja sama yang menyebabkan dan

tidak menyebabkan peningkatan profil risiko?

a. Contoh perubahan perjanjian kerja sama yang menyebabkan peningkatan

profil risiko yaitu BUS A dan BUK B melakukan Sinergi Perbankan berupa kerja sama pemasaran produk BUS A di kantor BUK B (referral). Kemudian BUS A dan BUK B sepakat untuk mengubah perjanjian kerja sama tersebut menjadi Sinergi Perbankan berupa pembukaan LSBU di kantor BUK B.

b. Contoh perubahan perjanjian kerja sama yang tidak menyebabkan

peningkatan profil risiko yaitu perubahan jumlah dan lokasi LSBU.

7. Dalam POJK Sinergi Perbankan diatur bahwa BUS menyampaikan

permohonan persetujuan Sinergi Perbankan kepada pengawas BUS dengan tembusan kepada pengawas Bank Umum, jika BUS dan Bank Umum dalam 1 (satu) wilayah KR/KOJK, apakah tembusan persetujuan Sinergi Perbankan kepada Pengawas Bank Umum tetap disampaikan?

Tembusan persetujuan Sinergi Perbankan tetap disampaikan kepada Pengawas Bank Umum yang berada dalam 1 (satu) wilayah KR/KOJK dengan Pengawas BUS.

(27)

8. Dalam hal BUS dan Bank Umum menghentikan Sinergi Perbankan, siapa yang melaporkan penghentian Sinergi Perbankan kepada Otoritas Jasa Keuangan mengingat hanya BUS yang mengajukan permohonan persetujuan pelaksanaan Sinergi Perbankan?

BUS wajib melaporkan rencana penghentian Sinergi Perbankan kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan tembusan kepada Bank Umum yang melakukan Sinergi Perbankan dengan BUS disertai dengan dokumen pendukung.

Referensi

Dokumen terkait

Geçen sürenin kısalığına rağmen 1971 Türkiye’si bile 1970 Türkiye’si değildir. İn­ sanlar ve sorunlar dış yüzeyleriyle aynı insan­ lar ve sorunlar da

Analisis sifat fisiko-kimia minyak biji kepuh dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat minyak biji kepuh yang digunakan dalam penelitian meliputi rendemen, kadar air, bilangan

Mangrove merupakan nursery ground (tempat pembesaran) dan spawning ground (tempat pemijahan) bagi beragam jenis biota air seperti ikan, sehingga perlu mengetahui keterkaitan

Kemudian dari sisi keadaan pekerjaan, lingkungan yang panas membuat pekerja tidak nyaman dalam bekerja, tidak ada penyejuk ruangan dan ditambah minimnya ventilasi membuat

Sedangkan yang terakhir, penentuan variabel dummy tax treaty “jangka panjang” (TT3) dilakukan dengan memberi tanda 1 pada periode tahun dimana P3B atau revisinya antara Indonesia

Adalah orang yang akan diwawancarai, diminta informasi oleh peneliti dan diperkirakan orang yang menjadi informan ini menguasai dan memahami data, informasi ataupun

Penelitian pada ras/etnik pada populasi Indonesia yang mempunyai riwayat keluarga DM tipe 2 belum pernah diteliti, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang

Tidak ada korelasi yang linear antara peningkatan dosis fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% daun alpukat (Persea Americana Mill.) dengan penurunan kadar kolesterol LDL