• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS SOSIAL DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 ANALISIS SOSIAL DAN LINGKUNGAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

75

BAB 4 ANALISIS SOSIAL DAN LINGKUNGAN

4.1. Analisis Sosial

i. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Analisis dampak Lingkungan dan sosial proyek adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak lingkungan dan sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat dan setelah proyek dilaksanakan. Kegiatan ini penting dilaksanakan sebagai bagian dari upaya safeguard lingkungan dan sosial. Analisa dampak lingkungan dan sosial perlu dilakukan terkait dengan isu-isu strategis yang melingkupi proses rekonstruksi dan rehabilitasi antara lain sebagai berikut:

a. Lapangan Pekerjaan (Temporer)

Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adalah tahap pembangunan. Pada tahap ini terdapat kegiatan mobilisasi tenaga kerja yang membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus maupun unskilled. Peluang kerja ini dapat diisi oleh penduduk yang tinggal di sekitar kegiatan pembangunan. Selain peluang kerja, kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat baik formal maupun informal.

b. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM

Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan, perencanaan maupun tahap pembangunan.

c. Penguatan Organisasi Masyarakat

Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat. \

d. Kearifan Lokal

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini dapat mendorong menguatnya

(2)

nilai-76

nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

e. Keterbukaan dan Demokrasi

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses dan dinamika warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari proses paling awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.

f. Transparansi dan Akuntabilitas

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan akuntabilitas, hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (khususnya dalam konteks pengelolaan dana pembangunan).

g. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan sampai tahap pembangunan. Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan menimbulkan dampak terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan konstruksi relasi social dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

h. Konflik Sosial

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya kuatnya intervensi pemerintah dan aparat desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri.

(3)

77

i. Marginalisasi Kelompok Perempuan dan Kelompok Rentan Lainnya

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

j. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang sepenuhnya tidak ditegakkan, proses kegiatan pendampingan yang tidak optimal, akan menimbulkan sikap dan persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan proyek Re-Kompak menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal.

k. Pembebasan Lahan/Tanah

Dalam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau seluruhnya lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta) yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan infrastruktur sehingga dalam implementasinya akan dilaksanakan pembebasan terhadap lahan/tanah tersebut. Dalam proses pembebasan lahan/tanah tersebut dimungkinkan akan menimbulkan dampak terjadinya perselisihan yang membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak terkait dengan suatu pendekatan dan cara yang manusiawi dan berkeadilan.

ii. Tujuan Kegiatan Analisis Dampak Sosial.

Tujuan umum dilakukan kegiatan ini adalah dalam rangka membuat analisis dampak sosial terhadap Pelaksanaan Proyek yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat sasaran proyek, Pemerintah, Lembaga Donor dan Pelaksana Proyek dalam melakukan evaluasi kebijakan selama proyek berjalan.

Secara khusus tujuan dari kegiatan ini adalah:

a. Mengidentifikasi dampak penting dari rencana kegiatan pembangunan yang berpotensi menjadi sumber dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat. Dampak penting yang

(4)

78

timbul dapat berupa dampak positif maupun negatif baik langsung maupun tidak langsung.

b. Mengidentifikasi rona lingkungan sosial terutama yang akan terkena dampak pada saat pembangunan dilaksanakan. Komponen lingkungan sosial yang akan diidentifikasi mencakup demografi, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.

c. Mendeskripsikan dan mengukur dampak penting dari kegiatan yang berpotensi terhadap lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, baik positif maupun negatif. d. Menganalisis kemungkinan pencegahan dan atau pengendalian terhadap dampak yang

tidak dikehendaki dan meningkatkan dampak yang dikehendaki agar masyarakat mendapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi.

e. Memantau pelaksanaan pembangunan (untuk memantau dampak yang nyata dan terjadi) maupun strategi mitigasinya (untuk menentukan efektivitasnya).

iii. Kegunaan Kegiatan Analisis Dampak Sosial.

a. Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak bagi pelaksanaan pembangunan dari segi lingkungan sosial ekonomi dan budaya.

b. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan sosial dalam setiap tahapan rencana kegiatan pembangunan.

c. Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sosial.

d. Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan pembangunan perumahan dan lingkungan

iv. Aspek Sosial pada pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Keputusan umum dalam PP No. 51/1993 tentang perbedaan jenis SAFEGUARD adalah sebagai berikut:

 SAFEGUARD suatu usaha atau kegiatan seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan yang terdahulu

 SAFEGUARD kegiatan terpadu/multisektor yang merupakan hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup data suatu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan satu instansi yang bertanggung jawab.

 SAFEGUARD kawasan yang merupakan hasil studi mengenai dampak lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan menyangkut kewenangan atau instansi yang bertanggung jawab

(5)

79

 SAFEGUARD Regional yang merupakan hasil studi dampak penting usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai RUTRD denagn melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.

4.2. Analisis Lingkungan

i. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Dalam pelaksanaan program pembangunan pada saat ini, ada beberapa syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam mengantisipasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan tersebut, untuk mengantisipasi hal tersebut di atas maka dibuatkan dokumen SAFEGUARD (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).

Peraturan dan perundang – undanganyang berhubungan dengan SAFEGUARD adalah:

 Undang – undang No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup.

 Undang-undang No. 5 tahun 1990, tentang Konversi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

 Undang-undang No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang

 UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 15 (1) : “Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup”

 Keputusan Presiden RI No. 23 tahun 1990 tentang Badan Pengendalian dampak Lingkungan

 PP 27/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pasal 1 (1), 3 (2) dan 17 : AMDAL terdiri atas:

 Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL); dan

 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKL/RPL) yang disusun berdasarkan Kerangka Acuan (KA) yang telah disetujui

 Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) No. 056/1994, tanggal 18 Maret 1994 tentang Pedoman Ukuran dampak Lingkungan

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep.12/MENLH/3/94, tanggal 14 Maret 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemanfaatan lingkungan (UPL)

(6)

80

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.11/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret 1994, tentang jenis usaha atau kegiatan wajib dilengkapi SAFEGUARD

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.13/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret 1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi SAFEGUARD

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.154/MENLH/3/1994, tanggal 19 Maret 1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan SAFEGUARD.

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya. Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia.

Oleh karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya

alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi peranserta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Peranan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya alam terutama dalam rangka perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan otonomi daerah, kontrol masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan hal yang penting.

Dengan demikian hak dan kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan harus dapat dioptimalkan. Kesalahan dalam pengelolaan dapat berpotensi mempercepat terjadinya kerusakan sumber daya alam, termasuk

(7)

81

kerusakan hutan lindung, pencemaran udara, hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan konservasi alam, dan sebagainya.

Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain berupa pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan, dan eksploitasi hutan lindung yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

ii. Prinsip Dasar Safeguard

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51/1993, pengertian SAFEGUARD adalah hasil studi mengenai “Dampak Penting” suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan, sedangkan dampak penting adalah suatu perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan.

Untuk ukuran “dampak penting” menurut keputusan kepala BAPEDAL RI No.Kep.056/1994 adalah sebagai berikut:

 Jumlah Manusia yang akan terkena dampak, Dampak lingkungan suatu kegiatan menjadi penting bila manusia di wilayah studi SAFEGUARD yang terkena dmpak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari kegiatan diwilayah studi.

 Luas Wilayah Persebaran Dampak, dampak lingkungan suatu kegiatan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak , atau tidak berbaliknya dampak, atau kumulatif dampak.

 Lamanya dampak Berlangsung, dampak lingkungan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan (perencanaan, konstruksi, operasi dan pasca operasi).

 Intensitas Dampak, intensitas dampak mengandung pengertian yang timbul bersifat hebat, drastis serta berlangsung didaerah yang bersifat luas, dalam kurun waktu yang relativ singkat. Dengan demikian dampak lingkungan yang tergolong penting antara lain, bila rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut perundang - undangan yang berlaku.

(8)

82

 Banyaknya Komponen Lingkungan Lain yang Terkena Dampak, Dampak tergolong penting bila dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus, sehingga pada kurun waktu tertentu, atau beragamnya dampak lingkungan bertumpuk dalam satu ruang tertentu sehingga tidak dapat diasimilasikan oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.

 Berbalik atau tidak Berbaliknya Dampak, Dampak bersifat penting apabila perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipuluhkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.

Safeguard diperlukan untuk Untuk melindungi warga dan lingkungan dari dampak proyek yang merugikan. Pada proyek USRP terdapat potensi besar dampak besar dan penting dan memerlukan pengadaan lahan dan (atau tanpa) pemukiman kembali. Peraturan perundangan RI dan/atau kebijakan operasional Bank Dunia mengharuskan proyek dengan ciri yang demikian dilengkapi AMDAL, dan Rencana Tindak Pengadaan Lahan (dan Pemukiman Kembali, jika perlu).

Waktu penyiapan Safeguard:

 Sebelum proyek dimulai, sebagai bagian dari FS (Studi Kelayakan)  Proyek tahun I:

 FS (termasuk kajian safeguard) diselesaikan sebelum appraisal  Kajian safeguard lingkungan: UKL/UPL

 Kajian safeguard pengadaan lahan tidak ada, karena jenis dan skala proyek telah diseleksi.

iii. Kerangka SAFEGUARD

Safeguard sesungguhnya merupakan salah satu alat untuk tujuan pengelolaan lingkungan hidupyang berperan untuk memasukkan pertimbangan – pertimbangan lingkungan ke dalam proses perencanaan pembangunan Menurut PP/51/1993, pasal 6 menegaskan bahwa SAFEGUARD merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana uasaha atau kegiatan.

Ini berarti alternatif yang berkembang dalam studi kelayakan juga perlu dipertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan hidup sebelum dipilih alternatif yang layak secara teknis, ekonomisa dan lingkungan (termasuk sosial), dengan demikian SAFEGUARD akan berperan dalam meningkatkan kegunaan proyek dengan mengurangi dampak negatif dan memperbesar dampak positif.

(9)

83

iv. Pembiayaaan

Sumber Pembiayaan untuk SAFEGUARD ini bersumber dari pemda melalui dana APBD II dan APBD I juga bersumber dari dana pusat dan masyarakat serta kalangan swasta.

v. Komponen Safeguard

Dalam pelaksanaan usaha dan kegiatan pembangunan di bidang Pekerjaan Umum adalah beberapa kegiatan pembangunan yang diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan SAFEGUARD yang sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam rangka untuk menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antar usaha atau kegiatan dengan lingkungan yang memperoleh manfaat dari usaha atau kegiatan tersebut.

vi. Metode Pengunaan Dampak

Bagi rencana atau usaha atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan SAFEGUARD disebabkan tidak ada dampak penting secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya, tetap diharuskan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan UpayaPemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan peraturan yang berlaku yang diatur melalui suatu pedoman Umum.

Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan lingkungan perlu disusun sedemikian rupa sehingga dapat:

 Langsung mengemukakan informasi penting setiap jenis rencana usaha atau kegiatan yang merupakan sifat proyek itu sendiri dan dapat menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan.

 Informasi komponen lingkungan yang terkana dampak

 Upaya UKL dan UPL yang harus dilakukan oleh pemrakarsa pada tahap prakonstruksi, konstruksi maupun pasca konstruksi.

Karena UKL dan UPL bukan merupakan bagian dari SAFEGUARD, maka kedua dokumne tersebut tidak dinilai oleh komisi SAFEGUARD, melainkan diarahkan langsung oleh instansi teknis yang membidangi dan bertanggung jawab atas pembinaan usaha atau kegiatan tersebut melalui suatu petunjuk teknis.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan meneliti perbedaan profil kognitif, orientasi masa depan serta prestasi belajar terhadap remaja pengguna dan bukan pengguna NAPZA.. Alat pengumpul

Penelitian ini kemudian bertujuan untuk merespon dengan membuat model hunian layak dengan sistem konstruksi modular untuk warga kampung kota dengan menggunakan studi kasus hunian

Dari fenomena di atas menunjukkan bahwa terdapat beberapa indikator yang menunjukkan lemahnya guru dalam menjalankan tugas utamanya yaitu,rendahnya pemahaman

Alat elektronika daya dapat mengkonversi tegangan searah (DC/direct current) menjadi tegangan bolak balik (AC/alternating current). Sebuah inverter

Off farm sudah berkembang Pengembangan inovasi teknologi 2 Teknologi budidaya belum maju Kelembagaan pelayanan terkait pertanian sudah mulai dibentuk Pemasaran produk sdh

Dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus, jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah metode pengembangan sistem yang

Investments in the capital of banking, finan - cial and insurance entities that are outside the scope of regulatory consolidation, net of eligible short positions, where the bank

Visual BASIC ( Beginners All-Purpose Symbolic Instruction Code ) merupakan Bahasa pemrograman Integrated Development Environment (IDE), yaitu bahasa pemrograman visual