• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Habitat Kupu-kupu

5.1.1 Komponen Fisik Habitat

Berdasarkan pengukuran suhu di lapangan, diperoleh hasil tingkat suhu dan kelembaban relatif rata-rata di masing-masing tipe habitat yaitu seperti tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban relatif rata-rata di masing-masing tipe habitat

No. Tipe Habitat

08.00 WIB 10.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB

T (°C) R (%) T (°C) R (%) T (°C) R (%) T (°C) R (%) 1. HDR 24.13 99.25 26.38 91.13 28 85.5 27.88 87.25 2. HRW 24.25 97 27.25 86.5 28.5 78.5 27.13 88.5 3. HRWG 23.63 100 26.88 95.38 27.63 91.88 27 96.13 4. HK 28 82.75 30.13 73.88 31.25 70 26.88 87.5 5. PS 30.38 73.13 32.88 63.88 35.13 57.63 32.75 64.75 6. HPT 28 84 32.13 69.05 34.75 60 30 78 7. CA 24.75 95.38 27.5 85 29.25 77.38 29.63 76.25 8. CP 24.63 94.25 29.25 80.25 30.88 69.75 28.63 83 Keterangan : HDR (Hutan Dataran Rendah), HK (Hutan Kerangas), HRW (Hutan Rawa), HRWG (Hutan Rawa Gambut), PS (Padang-Semak), CA (Camp Ambung), CP (Camp Persemaian), HPT (Hutan Pasca Terbakar), T (Suhu), R (Kelembaban relatif).

Berdasarkan hasil yang diperoleh terlihat hubungan antara kondisi suhu lingkungan dan kelembaban relatif yang memiliki nilai berbanding terbalik dengan kelembaban relatif yang semakin rendah seiring dengan peningkatan suhu. Tipe habitat dengan tingkat suhu tertinggi dan tingkat kelembaban relatif yang rendah yaitu habitat padang-semak yang memiliki tingkat suhu tertinggi pada siang hari sebesar 35,13°C dan kelembaban relatif 57,63%. Tipe habitat lainnya yang juga memiliki tingkat suhu tinggi dan kelembaban relatif yang rendah yaitu habitat hutan pasca terbakar dan hutan kerangas. Habitat hutan pasca terbakar memiliki tingkat suhu tertinggi pada siang hari mencapai suhu 34,75°C dan kelembaban relatif 60%, sedangkan habitat hutan kerangas memiliki tingkat suhu tertinggi pada siang hari mencapai suhu 31,25°C dan kelembaban relatif 70%. Tipe habitat hutan dataran rendah, hutan rawa, dan hutan rawa gambut merupakan

(2)

tipe habitat yang memiliki tingkat suhu yang rendah dan kelembaban relatif yang tinggi. Habitat hutan dataran rendah memiliki tingkat suhu tertinggi di siang hari yang mencapai 28°C dan kelembaban relatif 85,5%, habitat hutan rawa memiliki tingkat suhu tertinggi mencapai 28,5°C dan kelembaban relatif 78,5%, dan habitat hutan rawa gambut memiliki tingkat suhu tertinggi mencapai 27,63°C dan kelembaban relatif 91,88%. Tipe habitat lainnya yaitu habitat Camp Ambung dan Camp Persemaian memiliki tingkat suhu dan kelembaban relatif yang sedang. Camp Ambung memiliki tingkat suhu tertinggi di siang hari mencapai suhu 29,25°C dan kelembaban relatif 77,38%, Camp Persemaian memiliki tingkat suhu tertinggi mencapai 30,88°C dan kelembaban relatif 69,75%.

Pada kondisi fisik yang mencakup keberadaan sumber air dan daerah terbuka, berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil seperti tersaji pada Tabel 2. Diantara berbagai bentuk sumber air yang tersedia, daerah sumber air yang sering dikunjungi kupu-kupu selama pengamatan di lapangan yaitu daerah tepian Sungai Sekonyer Kanan di habitat Camp Ambung, sedangkan keberadaan daerah terbuka yang sering dikunjungi mencakup areal terbuka yang luas maupun areal terbuka berupa daerah dengan tajuk yang jarang yang sering dikunjungi kupu-kupu untuk berjemur menghangatkan suhu tubuhnya.

Tabel 2. Keberadaan sumber air dan daerah terbuka di masing-masing tipe habitat

No. Lokasi Faktor Abiotik

Keberadaan Sumber Air Keberadaan Daerah Terbuka 1. Hutan Dataran

Rendah

Tidak ada Terdapat sedikit areal terbuka berupa daerah dengan penutupan tajuk yang jarang 2. Hutan Rawa Kawasan hutan rawa terletak di tepi

Sungai Sekonyer Kanan dan tedapat aliran sungai kecil di dalam kawasan hutan rawa

Terdapat beberapa areal terbuka

3. Hutan Rawa Gambut

Terdapat cukup banyak genangan air di lantai hutan

Tidak ada

4. Hutan Kerangas

Tidak ada Kondisi hutan terbuka dengan beberapa tajuk yang cukup terbuka

5. Padang-Semak Terdapat beberapa sisa genangan air setelah musim hujan (air pasang)

Kondisi kawasan berupa areal terbuka

6. Hutan Pasca Terbakar

Tidak ada Kondisi kawasan masih terbuka (masih dalam tahap suksesi) 7. Camp

Ambung

Camp terletak di tepian Sungai Sekonyer Kanan

Terdapat sebagian kecil areal terbuka yang tidak terhalangi pepohonan

8. Camp Persemaian

Sumber air berupa sebuah lubang galian mata air yang cukup besar

Kondisi kawasan sebagian besar berupa areal terbuka

(3)

27

5.1.2 Komponen Biotik Habitat

Berdasarkan hasil analisis vegetasi, diketahui jenis vegetasi yang dominan di masing-masing tipe habitat berikut fungsinya sebagai sumber pakan, shelter, maupun cover bagi kupu-kupu yaitu seperti tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Data jenis vegetasi yang mendominasi di masing-masing tipe habitat

No. HabitatTipe VegetasiTingkat Jenis Famili Fungsi

1. HDR a. Semai Bati-bati (Syzygium

zeylanica )

Myrtaceae P

b. Pancang Bati-bati (Syzygium

zeylanica)

Myrtaceae P

c. Tumbuhan bawah

Kikipasan S

d. Tiang Ubar samak (Syzygium sp.) Myrtaceae P e. Pohon Idat (Cratoxylon glaucum) Clusiaceae P 2. HRW a. Semai Ketiau (Ganua motleyana) Sapotaceae SC

b. Pancang Pansulan (Pternandra

caerulescens)

Melastomataceae SC

c. Tumbuhan bawah

Kelakai S

d. Tiang Habu-habu rawa

(Symplocos celastrifolia)

Symplocaceae SC

e. Pohon Ketiau (Ganua motleyana) Sapotaceae SC 3. HRWG a. Semai Ketiau (Ganua motleyana) Sapotaceae SC

b. Pancang Kabui SC

c. Tumbuhan bawah

Bakung S

d. Tiang Kepodas SC

e. Pohon Ketiau (Ganua motleyana) Sapotaceae SC 4. HK a. Semai Luwari (Shima wallichii) Theaceae PSC

b. Pancang Luwari (Shima wallichii) Theaceae PSC c. Tumbuhan

bawah

Tonggau S

d. Tiang Luwari (Shima wallichii) Theaceae PSC e. Pohon Luwari (Shima wallichii) Theaceae PSC 5. PS a. Semai Ubar merah (Syzygium sp.) Myrtaceae P

b. Pancang Ubar merah (Syzygium sp.) Myrtaceae P c. Tumbuhan

bawah

Anak purun S

d. Tiang Galam SC

6. HPT a. Semai Kremunting padang (Ochtocharis bornensis)

Melastomataceae P

b. Pancang Luwari (Shima wallichii) Theaceae PSC c. Tumbuhan

bawah

Jeruman S

7. CA a. Pohon Luwari (Schima wallichii) Theaceae PSC 8. CP a. Tiang Bintangur (Callophyllum

pulcherrimum)

Clusiaceae SC

b. Pohon Luwari (Schima wallichii) Theaceae PSC Keterangan : HDR (Hutan Dataran Rendah), HK (Hutan Kerangas), HRW (Hutan Rawa), HRWG (Hutan Rawa Gambut), PS (Padang-Semak), CA (Camp Ambung), CP (Camp Persemaian), HPT (Hutan Pasca Terbakar), P (Pakan), S (Shelter), C (Cover).

(4)

Berdasarkan fungsinya, secara keseluruhan ditemukan sebanyak 29 jenis tumbuhan pakan, 103 jenis tumbuhan shelter dan 98 jenis tumbuhan cover. Jumlah jenis tumbuhan pakan, shelter, maupun cover di masing-masing tipe habitat yaitu seperti tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah jenis tumbuhan pakan, shelter, dan cover di masing-masing tipe habitat

No. Tipe Habitat Tumbuhan

Pakan

Tumbuhan Shelter

Tumbuhan Cover

1. Hutan dataran rendah 15 41 39

2. Hutan rawa 6 22 22

3. Hutan rawa gambut 13 53 51

4. Hutan kerangas 8 9 8

5. Padang-semak 3 3 2

6. Hutan pasca terbakar 5 2 2

7. Camp Ambung 9 14 14

8. Camp Persemaian 10 26 25

Tipe habitat yang memiliki jumlah jenis tumbuhan pakan terbanyak yaitu habitat hutan dataran rendah sebanyak 15 jenis tumbuhan pakan, dan tipe habitat yang memiliki jumlah jenis tumbuhan pakan paling sedikit yaitu habitat padang semak sebanyak 3 jenis tumbuhan pakan. Tipe habitat yang memiliki jumlah vegetasi shelter dan cover terbanyak yaitu habitat hutan rawa gambut sebanyak 53 jenis tumbuhan shelter dan 51 jenis tumbuhan cover. Tipe habitat hutan pasca terbakar dan habitat padang semak merupakan habitat yang memiliki jumlah jenis tumbuhan shelter dan cover paling sedikit sebanyak 2 jenis untuk tumbuhan shelter dan cover di habitat hutan pasca terbakar dan 3 jenis tumbuhan shelter dan 2 jenis tumbuhan cover di habitat padang-semak.

Berikut merupakan daftar jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan bagi kupu-kupu serta penyebarannya di masing-masing tipe habitat seperti tersaji pada Tabel 5. Daftar jenis tumbuhan yang berfungsi sebagai shelter dan cover secara lengkap tersaji pada lampiran 19. Jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan bagi kupu-kupu yaitu dari famili Anacardiaceae (1 jenis), Annonaceae (1 jenis), Clusiaceae (1 jenis), Ebenaceae (2 jenis), Euphorbiaceae (1 jenis), Fabaceae (3 jenis), Lauraceae (3 jenis), Melastomataceae (4 jenis), Moraceae (1 jenis), Myrtaceae (8 jenis), dan Theaceae (1 jenis).

(5)

29

Tabel 5. Jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan kupu-kupu serta penyebarannya di masing-masing tipe habitat

Keterangan : A (Hutan Dataran Rendah), B (Hutan Kerangas), C (Hutan Rawa), D(Hutan Rawa Gambut), E (Padang-Semak), F (Hutan Pasca Terbakar), G (Camp Ambung), H (Camp Persemaian).

No. Nama Lokal Famili A B C D E F G H

1. Bati-bati (Syzygium zeylanica) Myrtaceae √ √ √ 2. Bekunyit (Diospyros polyalthioides) Ebenaceae √ √

3. Blensuit (Sindora leicocarpa) Fabaceae √

4. Idat (Cratoxylon glaucum) Clusiaceae √ √ √ √ √ √

5. Jamai (Rhodamnia cinerea) Myrtaceae √ √ √

6. Jejambu (Syzygium cuprea ) Myrtaceae √ √ √ √ √ 7. Keranji (Dialium indum) Fabaceae √ √

8. Kremunting padang (Ochtocharis bornensis)

Melastomataceae √

9. Kriwaya √ √ √

10. Kriwaya buah kecil √

11. Lamanaduk/ Tebingkar (Diospyros pilosanthera)

Ebenaceae √ √

12. Luwari (Schima wallichii) Korth.

Theaceae √ √ √ √

13. Makai (Mezzettia parvifolia) Annonaceae √ √

14. Mangga (Mangifera sp.) Anacardiaceae √

15. Medang (Actinodaphne sp.) Lauraceae √ √ √

16. Medang Kabui (Actinodaphne sp.) Lauraceae √ 17. Medang tembaga (Actinodaphne sp.) Lauraceae √ 18 Pansulan (Pternandra coerulescens) Melastomataceae √ √ √ √

19. Puak (Artocarpus sp.) Moraceae √ √ √ √

20 Puntiranak (Phyllanthus

niruri)

Euphorbiaceae √ √

21. Temboras (Memecylon sp.) Melastomataceae √

22. Ubar (Syzygium sp.) Myrtaceae √ √ √

23. Ubar hiang (Syzygium sp.) Myrtaceae √ 24. Ubar merah (Syzygium

leucoxylon)

Myrtaceae √ √ √

25. Ubar putih (Syzygium

tawaense)

Myrtaceae √ √

26. Ubar samak (Syzygium sp.) Myrtaceae √ √ √

27. Anak purun √ 28. Kakacangan Fabaceae √ √ 29. Kremunting kodok (Melastoma malabathricum) Melastomataceae √ √ Jumlah 15 6 13 8 3 5 9 10

(6)

Kondisi biotik habitat lainnya selain vegetasi, yaitu terkait dengan peranan kupu-kupu dalam ekosistem, yang memperlihatkan keberadaan satwa lainnya meliputi satwa pemangsa dan pesaing kupu-kupu, serta satwa yang diuntungkan dengan keberadaan kupu-kupu yaitu seperti tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Keberadaan satwa pemangsa dan pesaing kupu-kupu, serta satwa yang diuntungkan dengan keberadaan kupu-kupu di masing-masing tipe habitat

No. Tipe

Habitat Satwa Pemangsa Satwa Pesaing

Satwa yang Diuntungkan dengan Keberadaan Kupu-kupu 1. Hutan dataran rendah Burung pemakan serangga, laba-laba

Lebah Primata (orangutan, owa, bekantan), satwa herbivora (babi hutan, rusa, kancil)

2. Hutan rawa Burung pemakan serangga

Tidak terlihat adanya pesaing

Primata (orangutan, owa, bekantan)

3. Hutan rawa gambut

Burung pemakan serangga

Lebah Primata (orangutan, owa, bekantan), kelelawar 4. Hutan kerangas Burung pemakan serangga Burung pemakan nektar, lebah

Burung pemakan buah

5. Hutan pasca terbakar

Burung pemakan serangga

Lebah Burung pemakan buah

6. Padang-semak

Burung pemakan serangga

Lebah Burung pemakan buah

7. Camp Ambung Burung pemakan serangga, laba-laba Burung pemakan nektar, lebah

Burung pemakan buah, primata (orangutan, owa, bekantan) 8. Camp Persemaian Burung pemakan serangga Tidak terlihat adanya pesaing

Burung pemakan buah

Satwa predator yang memangsa kupu-kupu yaitu burung dan laba-laba (Animal Corner 2009). Satwa yang menjadi pesaing bagi kupu-kupu yaitu burung pemakan nektar dan lebah. Persaingan yang terjadi yaitu pada persaingan kebutuhan pakan pada tumbuhan berbunga. Satwa yang diuntungkan dengan keberadaan kupu-kupu yaitu satwa primata, herbivora, kelelawar, dan burung pemakan buah. Keuntungan yang diperoleh satwa-satwa tersebut berkaitan dengan peranan kupu-kupu sebagai polinator yang membantu penyerbukan yang memungkinkan tumbuhan untuk menghasilkan buah yang menjadi pakan bagi satwa lainnya. Berikut merupakan gambar delapan habitat kupu-kupu yang menjadi lokasi kajian (Gambar 9, 10, 11).

(7)

31

Gambar 9. Habitat hutan dataran rendah (a-b), hutan rawa (c-d) dan hutan rawa gambut (e-f).

a b

c d

(8)

Gambar 10. Habitat hutan kerangas (a), hutan pasca terbakar (b), dan padang-semak (c).

a

b

(9)

33

Gambar 11. Habitat Camp Ambung (a) dan Camp Persemaian (b).

5.2 Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Masing-masing Tipe Habitat

Penyebaran jenis kupu-kupu di delapan tipe habitat berbeda di Pondok Ambung berdasarkan familinya yaitu seperti tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Penyebaran jenis kupu-kupu di masing-masing tipe habitat

No. Tipe Habitat Famili P Pi N L H Jumlah Jenis 1. HDR 0 4 23 6 0 33 2. HRW 3 2 18 1 0 24 3. HRWG 0 1 10 2 0 13 4. HK 5 2 10 3 0 20 5. PS 4 0 6 1 0 11 6. HPT 4 2 18 3 0 27 7. CA 9 4 20 3 1 37 8. CP 4 2 22 3 1 32

Keterangan : HDR (Hutan Dataran Rendah), HK (Hutan Kerangas), HRW (hutan Rawa), HRWG (Hutan Rawa Gambut), PS (Padang-Semak), CA (Camp Ambung), CP (Camp Persemaian), HPT (Hutan Pasca Terbakar), P (Papilionidae), Pi (Pieridae), N (Nymphalidae), L (Lycaenidae), H (Hesperiidae).

Tipe habitat dengan jenis kupu-kupu terbanyak yaitu tipe habitat Camp Ambung dengan jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 37 jenis kupu-kupu. Tipe habitat dengan jumlah jenis kupu-kupu terbanyak kedua yaitu habitat hutan dataran rendah sebanyak 33 jenis kupu-kupu, dan selanjutnya yaitu habitat Camp persemaian dengan jumlah jenis kupu-kupu yang ditemukan sebanyak 32 jenis. Tipe habitat dengan jumlah jenis kupu-kupu terendah yaitu habitat padang-semak dengan jumlah jenis kupu-kupu yang ditemukan sebanyak 11 jenis kupu-kupu.

(10)

Di habitat hutan dataran rendah ditemukan jenis kupu-kupu dari famili Pieridae, Nymphalidaae, dan Lycaenidae. Jenis-jenisnya antara lain Gandaca harina elis, Faunis Stomphax stomphax, Faunis gracilis gracilis, Zeuxidia amethystus wallacei, Laxita teneta, Arhopala hellada murakamii, dan Arhopala anthelus anunda. Di habitat hutan rawa ditemukan jenis kupu-kupu dari famili Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, dan Lycaenidae. Jenis-jenisnya antara lain Papilio helenus enganius, Graphium evemon orthia, Graphium agamemnon agamemnon, Eurema nicevillei nicevillei, Thaumanthis noureddin sultanus, dan Arhopala sp. Di habitat hutan rawa gambut, ditemukan jenis kupu-kupu dari famili Pieridae, Nymphalidae, dan Lycaenidae. Jenis-jenisnya antara lain Eurema nicevillei nicevillei, Idea stolli alcine, Zeuxidia doubledayi, dan Paralaxita telesia lyclene. Jenis kupu-kupu di ketiga habitat tersebut, merupakan jenis kupu-kupu yang menyukai habitat hutan yang terlindung dengan intensitas cahaya yang dibatasi oleh tajuk pepohonan dan lantai hutan yang tertutup oleh serasah. Jenis kupu-kupu yang ditemukan di ketiga habitat tersebut yaitu jenis Euthalia iapis dan Lexias pardalis borneensis yang memiliki kebiasaan hinggap di lantai hutan di atas hamparan serasah atau hinggap di atas dedaunan tumbuhan bawah.

Di habitat hutan kerangas, ditemukan jenis kupu-kupu dari famili Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, dan Lycaenidae. Jenis-jenisnya antara lain Graphium sarpedon sarpedon, Graphium empedovana empedovana, Gandaca harina elis, dan Remelana jangala huberta. Di habitat padang-semak, ditemukan jenis kupu-kupu dari famili Papilionidae, Nymphalidae, dan Lycaenidae. Jenis-jenisnya antara lain Graphium doson evemonides, Junonia atlites, dan Spindasis lohita senama. Di habitat hutan pasca terbakar, ditemukan kupu-kupu dari famili Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, dan Lycaenidae. Jenis-jenisnya antara lain Graphium bathycles bathycloides, Eurema sari sodalis, Euthalia lubentina adeona, Polyura schreiber malayica, dan Jamides sp. Jenis kupu-kupu di habitat hutan kerangas, padang-semak dan hutan pasca terbakar, merupakan jenis kupu-kupu yang menyukai habitat terbuka. Jenis kupu-kupu-kupu-kupu dari genus Graphium yang termasuk famili Papilionidae merupakan salah satu jenis kupu-kupu yang meyukai habitat terbuka yang banyak ditemukan di ketiga habitat tersebut.

(11)

35

Di habitat Camp Ambung dan Camp Persemaian ditemukan jenis kupu-kupu dari lima famili yaitu Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Lycaenidae, dan Hesperiidae. Jenis kupu-kupu yang ditemukan di Camp Ambung antara lain Graphium delesserti delesserti, Saletara panda distanti, Danaus melanippus thoe, Purlisa gigantea borneana, dan Burara etelka. Di Camp Persemaian jenis-jenisnya antara lain Papilio helenus enganius, Euploea mulciber portia, Arhopala aedias agnis, dan Tagiades waterstradti. Jenis kupu-kupu di kedua lokasi camp, merupakan jenis kupu-kupu dari kawasan hutan di sekitar camp. Daftar jenis kupu-kupu yang ditemukan di masing-masing tipe habitat secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2-9. Beberapa jenis kupu-kupu untuk masing-masing famili seperti terlihat pada Gambar 12 dan 13.

Gambar 12. Jenis kupu-kupu dari famili Papilionidae dan Pieridae.

Keterangan : Famili Papilionidae (Papilio helenus enganius (a), Graphium sarpedon sarpedon (b), G. doson evemonides (c), G.evemon orthia (d), G. bathycles (e), G. agamemnon (f), G. empedovana empedovana (g), G. antiphates itamputi (h), G. delesserti delesserti (i), G. ramaceus ramaceus (j), family Pieridae (Gandaca harina elis (k), Eurema sari sodalis (l), E. nicevillei nicevillei (m), Appias indra plana (n), Saletara panda distanti (o)).

a b c d e

f g h i j

(12)

Jenis kupu-kupu terbanyak yaitu dari famili Nymphalidae sebesar 57% dari jumlah keseluruhan jenis yang ditemukan. Besarnya jumlah anggota famili Nymphalidae yang ditemukan disebabkan famili tersebut memiliki anggota terbesar dibandingkan famili lainnya. Famili Hesperiidae merupakan famili dengan jumlah jenis paling sedikit yang ditemukan selama pengamatan yaitu hanya dua jenis kupu-kupu. Sedikitnya jumlah jenis kupu-kupu Hesperiidae yang ditemukan disebabkan oleh aktivitas hidup sebagian jenis kupu-kupu Hesperiidae yang bersifat crepuscular (Peggie dan Amir 2006) yakni memiliki waktu aktif pada awal pagi dan senja hari, diluar waktu pengamatan yang dilakukan pada pagi hingga siang dan sore hari.

Gambar 13. Jenis kupu-lupu dari famili Nymphalidae, Lycaenidae, dan Hesperiidae.

Keterangan : Famili Nymphalidae (Danaus melanippus thoe (a), Parantica aspasia aspasia (b),

Idea stolli alcine (c), Vindula dejone dejone (d), Athyma larymna (e), Pandita sinope (f), Moduza procris agnata (g), Dophla evelina magama (h), Prothoe franck borneensis (i), Agatasa calydonia mahasthama (j), Polyura Schreiber malayica (k), Charaxes bernardus repetitus (l)), famili

Lycaenidae (Paralaxita telesia lyclene (m), Arhopala eumolphus maxwelli (n), A. hellada

murakamii (o)), famili Hesperiidae (Burara etelka (p), Tagiades waterstradtii (q)).

g

e f h

a b c d

i j k l

(13)

37

Secara keseluruhan, jumlah jenis kupu-kupu yang berhasil ditemukan pada seluruh tipe habitat kupu di Pondok Ambung yaitu sebanyak 76 jenis kupu-kupu dari dari 5 famili meliputi famili Papilionidae (11 jenis), Pieridae (6 jenis), Nymphalidae (43 jenis), Lycaenidae (14 jenis), dan Hesperiidae (2 jenis). Perbandingan jumlah jenis kupu-kupu yang ditemukan di Pondok Ambung secara keseluruhan berdasarkan familinya dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Perbandingan persentase jumlah jenis kupu-kupu pada masing-masing famili.

5.3 Perbedaan Tingkat Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu 5.3.1 KekayaanJenis Kupu-kupu

Perbandingan indeks kekayaan jenis untuk masing-masing tipe habitat yaitu seperti terlihat pada Gambar 15. Kekayaan jenis, merupakan tingkat ukuran paling sederhana dalam menggambarkan keanekaragaman jenis. Kekayaan jenis diukur berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas (Primack et al. 2007). Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya tingkat kekayaan jenis di masing-masing tipe habitat kupu-kupu dengan menggunakan Indeks Diversitas Margalef bervariasi untuk masing-masing tipe habitat.

Tipe habitat dengan nilai kekayaan jenis tertinggi yaitu habitat Camp Ambung dengan nilai kekayaan jenis sebesar 6,776. Tipe habitat tertinggi kedua yaitu habitat Camp persemaian sebesar 6,553 dan ketiga yaitu habitat hutan dataran rendah sebesar 6,378. Tipe habitat dengan nilai kekayaan jenis terendah yaitu habitat padang-semak sebesar 1,943.

(14)

3,048 2,6 2,425 2,787 0,657 1,58 2,987 2,793 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Keanekaragaman Jenis (H') HDR HRW HRWG HK PS HPT CA CP L o k a si

Keterangan : HDR (Hutan Dataran Rendah), HK (Hutan Kerangas), HRW (Hutan Rawa), HRWG (Hutan Rawa Gambut), PS (Padang-Semak), HPT (Hutan Pasca Terbakar), CA (Camp Ambung), CP (Camp Persemaian).

5.3.2 Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat keanekaragaman jenis di masing-masing habitat dan lokasi camp dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon- Wiener yaitu seperti tersaji pada Gambar 16.

Keterangan : HDR (Hutan Dataran Rendah), HK (Hutan Kerangas), HRW (Hutan Rawa), HRWG (Hutan Rawa Gambut), PS (Padang-Semak), HPT (Hutan Pasca Terbakar), CA (Camp Ambung), CP (Camp Persemaian).

Gambar 16. Nilai keanekaragaman jenis kupu-kupu di masing-masing tipe habitat.

6,378 4,994 3,134 5,052 1,943 4,235 6,776 6,533 0 1 2 3 4 5 6 7 Kekayaan Jenis (Dmg) HDR HRW HRWG HK PS HPT CA CP L o k as i

(15)

39

Tipe habitat dengan nilai keanekaragaman jenis tertinggi yaitu habitat hutan dataran rendah dengan nilai keanekaragaman jenis 3,048 dan terkecil yaitu habitat padang-semak dengan nilai keanekaragaman jenis 0,657. Nilai keanekaragaman jenis yang diperoleh untuk masing-masing tipe habitat kupu-kupu termasuk kedalam kategori sedang untuk seluruh tipe habitat, kecuali untuk habitat padang-semak yang masuk kedalam kategori rendah dengan nilai keanekaragaman jenis < 1,5.

Diantara seluruh jenis yang ada, terdapat 31 jenis kupu-kupu yang hanya ditemukan di salah satu tipe habitat seperti terlihat pada Tabel 8. Jumlah jenis yang hanya ditemukan di masing-masing tipe habitat tersebut meliputi 8 jenis di hutan dataran rendah, dan masing-masing 2 jenis berbeda pada tipe habitat hutan rawa, hutan rawa gambut, hutan kerangas, padang-semak, dan hutan pasca terbakar serta 10 jenis di Camp Ambung dan 3 jenis di Camp Persemaian.

Tabel 8. Daftar jenis kupu-kupu yang hanya ditemukan di habitat tertentu

No. Famili Jenis Tipe

Habitat

Jumlah Individu Ditemukan

(ekor) 1. Papilionidae Papilio demolion demolion CA 2 2. Papilionidae Graphium empedovana empedovana HK 1 3. Papilionidae Graphium antiphates itamputi CA 4 4. Papilionidae Graphium delesserti delesserti CA 7 5. Papilionidae Graphium ramaceus ramaceus CA 1

6. Pieridae Eurema sp. HDR 1

7. Pieridae Appias indra plana CA 1

8. Pieridae Saletara pdana distant CA 1

9. Nymphalidae Ypthima fasciata PS 1

10. Nymphalidae Faunis stomphax stomphax HDR 8 11. Nymphalidae Faunis gracilis gracilis HDR 1

12. Nymphalidae Zeuxidia doubledayi HRWG 2

13. Nymphalidae Zeuxidia amethystus wallacei HDR 1 14. Nymphalidae Thaumanthis noureddin sultanus HRW 1

15. Nymphalidae Vindula dejone dejone CA 2

16. Nymphalidae Cirrochroa emalea CA 1

17. Nymphalidae Athyma nefte subrata HPT 14

18. Nymphalidae Euthalia merta apicalis HRW 1 19. Nymphalidae Polyura schreiber malayica HPT 1 20. Riodinidae Paralaxita telesia lyclene HRWG 2

21. Riodinidae Laxita teneta HDR 1

22. Lycaenidae Arhopala hellada murakamii HDR 2 23. Lycaenidae Arhopala anthelus anunda HDR 1

24. Lycaenidae Arhopala aedias agnis CP 1

(16)

Tabel 8 (lanjutan)

No. Famili Jenis Tipe

Habitat

Jumlah Individu Ditemukan

(ekor)

26. Lycaenidae Spindasis lohita senama PS 2

27. Lycaenidae Ritra aurea aurea HDR 3

28. Lycaenidae Lycaenopsis haraldus cornuta CA 1

29. Lycaenidae Remelana jangala huberta HK 2

30. Hesperiidae Burara etelka CA 1

31. Hesperiidae Tagiades waterstardti CP 1

Keterangan : HDR (Hutan Dataran Rendah), HK (Hutan Kerangas), HRW (Hutan Rawa), HRWG (Hutan Rawa Gambut), PS (Padang-Semak), HPT (Hutan Pasca Terbakar), CA (Camp Ambung), CP (Camp Persemaian).

5.3.3 Kemerataan Jenis Kupu-kupu

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kemerataan jenis, diperoleh nilai kemerataan jenis di masing-masing tipe habitat seperti tersaji pada Gambar 17.

Gambar 17. Nilai kemerataan jenis kupu-kupu di masing-masing tipe habitat.

Keterangan : HDR (Hutan Dataran Rendah), HK (Hutan Kerangas), HRW (Hutan Rawa), HRWG (Hutan Rawa Gambut), PS (Padang-Semak), HPT (Hutan Pasca Terbakar), CA (Camp Ambung), CP (Camp Persemaian).

Indeks kemerataan jenis (evenness) digunakan untuk mengetahui gejala dominansi diantara jenis dalam suatu komunitas. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama maka komunitas tersebut memiliki nilai evenness maksimal. Sebaliknya apabila nilai evennes tersebut kecil maka dalam komunitas tersebut terdapat jenis dominan, sub dominan, dan jenis tidak dominan.

0,872 0,818 0,946 0,93 0,274 0,479 0,827 0,806 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

Kemerataan Jenis (E) HDR HRW HRWG HK PS HPT CA CP L o k as i

(17)

41

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil nilai kemerataan jenis yang kecil untuk habitat padang-semak dan habitat hutan pasca terbakar masing-masing sebesar 0,274 dan 0,479. Kondisi tersebut memperlihatkan adanya dominansi jenis tertentu. Pada habitat padang-semak jenis kupu-kupu yang dominan yaitu Junonia atlites dari famili Nymphalidae dan pada habitat hutan pasca terbakar terdapat jenis dari famili Lycaenidae yaitu Jamides sp. yang merupakan jenis paling dominan (Gambar 18). Kedua jenis tersebut ditemukan dalam jumlah individu paling besar dibandingkan jenis kupu-kupu lainnya. Pada tipe habitat lainnya penyebaran jenis merata dengan nilai kemerataan yang hampir maksimal.

Gambar 18. Jenis kupu-kupu yang dominan di habitat padang-semak (Junonia atlites (a) dan hutan pasca terbakar (Jamides sp. (b)).

Adanya perbedaan pada kemerataan jenis yang memperlihatkan adanya dominansi jenis tertentu, disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan masing-masing habitat. Kondisi lingkungan yang paling berpengaruh terutama yaitu kondisi fisik habitat yaitu tingkat suhu. Habitat padang-semak dan hutan pasca terbakar memiliki kondisi habitat yang secara fisik jauh berbeda terutama pada kondisi tingkat suhu lingkungan yang jauh lebih tinggi dan keberadaan daerah terbuka yang lebih luas dibandingkan tipe habitat lainnya. Kondisi tersebut berpengaruh pada keberadaan jenis kupu-kupu yang hidup pada kedua habitat tersebut. Jenis kupu-kupu yang menjadi jenis dominan pada kedua habitat tersebut yatu Junonia atlites dan Jamides sp. merupakan jenis kupu-kupu yang memiliki

(18)

kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan jenis lainnya pada habitat dengan kondisi suhu yang tinggi seperti di habitat padang-semak dan hutan pasca terbakar. Kedua jenis kupu-kupu tersebut menyukai habitat terbuka dibandingkan jenis kupu-kupu lain yang ada sehingga menjadi jenis yang paling mendominasi dikedua habitat tersebut.

Di masing-masing tipe habitat lainnya, terdapat beberapa jenis kupu-kupu yang ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak namun tidak termasuk kategori dominan. Jenis-jenisnya antara lain di habitat hutan dataran rendah terdapat jenis Arhopala sp., Eurema sari sodalis, dan Arhopala eumolphus maxwelli. Di habitat hutan kerangas jenis kupu-kupu yang banyak ditemukan yaitu Graphium evemon orthi, Graphium doson evemonides, dan Eurema nicevillei nicevillei. Di habitat hutan rawa, jenis yang paling banyak ditemukan yaitu Mycalesis sp., Euthalia monina indras, dan Eurema nicevillei nicevillei. Di habitat hutan rawa gambut, jenis yang banyak ditemukan yaitu Eurema nicevillei nicevillei, Arhopala sp., Mycalesis sp., dan Euthalia iapis. Di Camp Ambung, jenis yang paling banyak ditemukan yaitu Jamides sp., Eurema nicevillei nicevillei, Euploea mulciber portia, Graphium sarpedon sarpedon, dan Euploea radamanthus lowii. Di Camp Persemaian, jenis yang paling banyak ditemukan yaitu Euploea radamanthus lowii, Euploea mulciber portia, dan Euthalia monina indras.

5.3.4 Koefisien Kesamaan Jenis Kupu-kupu

Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien kesamaan jenis (similarity coefficient) antar tipe habitat kupu-kupu di Pondok Ambung yaitu seperti tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9. Koefisien kesamaan jenis kupu-kupu antar tipe habitat

HDR HK HRWG HRW PS CA CP HPT HDR 0,182 0,314 0,390 0,073 0,232 0,354 0,250 HK 0,065 0,222 0,240 0,400 0,300 0,382 HRWG 0,321 0,043 0,089 0,216 0,053 HRW 0,167 0,277 0,436 0,214 PS 0,171 0,103 0,226 CA 0,438 0,280 CP 0,283 HPT

Keterangan : HDR (Hutan Dataran Rendah), HK (Hutan Kerangas), HRW (Hutan Rawa), HRWG (Hutan Rawa Gambut), PS (Padang-Semak), HPT (Hutan Pasca Terbakar), CA (Camp Ambung), CP (Camp Persemaian).

(19)

43

Koefisien kesamaan jenis menunjukkan seberapa besar kesamaan antar komunitas jenis. Berdasarkan hasil yang diperoleh, koefisien kesamaan jenis antara tipe habitat satu dengan tipe habitat tertinggi yaitu antara habitat Camp Ambung dan Camp Persemaian dengan koefisien kesamaan 0,438. Koefisien kesamaan jenis terendah yaitu antara habitat hutan rawa gambut dengan habitat padang-semak dengan koefisien kesamaan 0,043. Nilai koefisien kesamaan jenis yang tinggi memperlihatkan adanya kesamaan jenis dikedua tipe habitat, sebaliknya nilai koefisien kesamaan jenis yang rendah memperlihatkan kesamaan jenis yang rendah dikedua habitat yang dibandingkan. Habitat Camp Ambung dan Camp Persemaian memiliki koefisien kesamaan jenis tertinggi dengan jumlah jenis kupu yang sama dikedua lokasi camp yaitu sebanyak 21 jenis kupu-kupu dan terbanyak berasal dari genus Euploea. Jenis-jenisnya antara lain Euploea mulciber portia, E. radamanthus lowii, E. crameri crameri, dan E.

Eyndovii (Gambar 19).

Gambar 19. Kupu-kupu dari genus Euploea yang merupakan jenis kupu-kupu yang sama di habitat Camp Ambung dan Camp Persemaian.

Keterangan : Euploea mulciber portia (a); E. radamanthus lowii (b); E. crameri crameri (c), dan E. Eyndovii (d).

Tipe habitat yang memiliki koefisien tertinggi kedua yaitu antara habitat hutan rawa dan habitat Camp Persemaian dengan nilai koefisien sebesar 0,436. Jenis kupu-kupu yang sama di habitat hutan rawa dan habitat Camp Persemaian yaitu terdapat 17 jenis dengan jenisnya antara lain Parantica aspasia aspasia, Athyma asura idita, dan Lebadea martha paduca. Salah satu jenisnya yaitu Paranctica aspasia aspasia, merupakan jenis yang memiliki kebiasaan terbang di areal terbuka yang terkena cahaya matahari dan sering terlihat di tepi hutan. Jenis

(20)

tersebut ditemukan di habitat hutan rawa di bagian areal dengan penutupan tajuk yang jarang sehingga cahaya matahari dapat masuk dalam jumlah yang cukup banyak. Di Camp Persemaian, areal terbuka cukup luas dan sering dikunjungi oleh berbagai jenis kupu-kupu dari kawasan hutan di sekitar camp.

Koefisien kesamaan tertinggi ketiga yaitu antara habitat hutan kerangas dan habitat Camp Ambung dengan nilai koefisien sebesar 0,400. Adanya kesamaan jenis antara Camp Ambung dan habitat hutan kerangas yaitu disebabkan oleh adanya jenis vegetasi ubar yang sedang berbunga di kedua lokasi tersebut. Jenis kupu-kupu yang ada di kedua lokasi tersebut yaitu jenis kupu-kupu yang memiliki sumber pakan berupa nektar dari bunga ubar. Salah satu jenisnya yaitu Papilio helenus enganius (Gambar 20). Tipe habitat dengan koefisien kesamaan tertinggi keempat yaitu antara habitat hutan kerangas dan habitat hutan pasca terbakar dengan koefisen kesamaan sebesar 0,382. Di kedua habitat tersebut terdapat sebanyak 13 jenis kupu-kupu yang sama. Jenisnya antara lain Graphium evemon orthia, Pandita sinope, Moduza procris agnata, dan Jamides sp. Adanya kesamaan jenis antara habitat hutan kerangas dan habitat hutan pasca terbakar disebakan oleh pada awalnya hutan pasca terbakar merupakan habitat hutan kerangas yang saat ini sedang dalam tahapan suksesi dan memiliki beberapa jenis vegetasi yang sama. Jenis yang terdapat di kedua habitat tersebut merupakan jenis kupu-kupu yang menyukai habitat terbuka dan cukup panas seperti kondisi habitat di hutan kerangas dan habitat hutan pasca terbakar.

Gambar 20. Kupu-kupu Papilio helenus enganius pada bunga ubar (Syzygium sp.) yang ditemukan di habitat hutan kerangas dan Camp Ambung.

(21)

45

5.4 Analisis Komponen Habitat yang Berpengaruh terhadap Tingkat Keaneakaragaman Jenis Kupu-kupu

Meskipun kupu-kupu memiliki penyebaran yang luas dan terdapat hampir di setiap tipe habitat, beberapa jenis kupu-kupu ada yang bersifat endemik, artinya sebarannya terbatas pada tempat tertentu. Sebaliknya, tedapat pula sebagian besar jenis yang bersifat kosmopolit yang sebarannya sangat luas dan mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan (Amir et al. 2003). Komposisi jenis kupu-kupu yang ada akan bervariasi menurut kondisi habitatnya (Sihombing 2002). Penyebaran jenis kupu-kupu dibatasi oleh faktor-faktor antara lain faktor ekologi yang cocok dan sebaran tanaman inang yang menjadi pakan bagi kupu-kupu dewasa maupun pada saat fase larva yang cocok (Amir, Noerdjito dan Kahono, 2003). Diantara faktor abiotik dan biotik yang diamati, faktor yang berpengaruh terhadap keaneakaragaman jenis kupu-kupu yaitu meliputi faktor kondisi suhu dan kelembaban relatif lingkungan dan keberadaan ruang terbuka, faktor keberadaan sumber air, serta faktor vegetasi.

5.4.1 Faktor Suhu dan Kelembaban relatif Lingkungan serta Keberadaan Ruang Terbuka

Kondisi suhu dan kelembaban relatif lingkungan serta keberadaan ruang terbuka memiliki peran yang penting karena kupu-kupu memiliki sifat poikilotermik yaitu suhu tubuhnya akan meningkat atau menurun mengikuti kondisi lingkungan sekitarnya (Sihombing 2002). Kupu-kupu menyukai tempat-tempat seperti tempat-tempat-tempat-tempat yang terang dan terbuka di dalam hutan (Amir et al. 2003). Keberadaan ruang terbuka diperlukan oleh kupu-kupu sebagai tempat untuk berjemur menghangatkan tubuhnya seperti terlihat pada Gambar 21. Pada cuaca dingin kupu-kupu akan meningkatkan pembukaan sayap untuk memperoleh cahaya matahari dan meningkatkan temperatur tubuh dengan cara terus berjemur. Bila temperatur tubuh meningkat kupu-kupu akan mencari tempat berteduh (Sihombing 2002). Faktor suhu dan kelembaban relatif lingkungan serta keberadaan daerah terbuka, saling berhubungan dengan tingkat suhu yang semakin tinggi dan tingkat kelembaban relatif yang semakin rendah di habitat yang memiliki ruang terbuka terluas, seperti yang terlihat pada tingkat suhu tertinggi dengan tingkat kelembaban relatif yang rendah di habitat padang-semak

(22)

yang kawasannya berupa areal terbuka berupa hamparan rumput dan semak purun (Eleocharis congesta).

Gambar 21. Aktivitas kupu-kupu yang berjemur di bawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuhnya.

Keterangan : Papilio demolion (a); Athyma sp. (b); Lexias pardalis jantan (c) dan Lexias pardalis betina (d).

Hubungan antara faktor suhu dan kelembaban relatif lingkungan terhadap tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu, dapat diketahui melalui perbandingan antara nilai rata-rata kisaran suhu dan kelembaban relatif dengan rata-rata tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu yang ada di seluruh tipe habitat seperti terlihat pada Gambar 22 dan 23. Hubungan antara tingkat suhu dan tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu memiliki hubungan yang berbanding terbalik, sedangkan hubungan antara tingkat kelembaban relatif dan tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu memiliki hubungan yang berbanding lurus atau searah.

a b

(23)

47

Gambar 22. Grafik perbandingan tingkat suhu terhadap kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan jenis kupu-kupu.

Keterangan : Dmg (Indeks Kekayaan Jenis Margalef), H’ (Indeks Keaneakaragaman Jenis Shannon-Wiener), e (Indeks Kemerataan Jenis/Evennes).

Gambar 23. Grafik perbandingan tingkat kelembaban relatif terhadap kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan jenis kupu-kupu.

Keterangan : Dmg (Indeks Kekayaan Jenis Margalef), H’ (Indeks Keaneakaragaman Jenis Shannon-Wiener), e (Indeks Kemerataan Jenis/Evennes).

Suhu (°C) Nilai Indeks

Kelembaban relatif (%) Nilai Indeks

(24)

Berdasarkan analisis dengan korelasi Pearson hubungan antara tingkat suhu dan tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu yang berbanding terbalik, terlihat dari koefisien korelasi yang bernilai negatif. Koefisien korelasi negatif menunjukkan perubahan arah yang bertentangan, yaitu apabila nilai variabel satu naik maka akan diikuti oleh turunnya nilai variabel yang kedua (Pudjirahardjo 1993). Semakin tingginya kisaran suhu di suatu tipe habitat akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya tingkat keaneakaragaman jenis kupu-kupu. Hasil analisis dengan korelasi Pearson antara tingkat suhu dan keanekaragaman jenis kupu-kupu menunjukkan koefisien yang kuat dengan korelasi tertinggi yaitu antara tingkat suhu terhadap nilai indeks keanekaragaman jenis kupu-kupu sebesar -0,626 dan terhadap indeks kemerataan jenis kupu-kupu sebesar -0,660 (Lampiran 20).

Hubungan antara tingkat kelembaban relatif dengan tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu yang berbanding lurus, berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson, terlihat dari nilai korelasi yang positif. Koefisien korelasi positif menunjukkan perubahan searah yang berbanding lurus yaitu apabila nilai variabel satu naik maka akan diikuti oleh naiknya nilai variabel yang kedua (Pudjirahardjo 1993). Semakin tingginya kisaran kelembaban relatif di suatu tipe habitat akan berpengaruh terhadap semakin tingginya tingkat keaneakaragaman jenis kupu-kupu. Kondisi tersebut terlihat dari tingginya tingkat keaneakaragaman jenis kupu-kupu di habitat dengan tingkat kelembaban relatif yang tinggi dengan tingkat keanekaragaman jenis tertinggi di habitat hutan dataran rendah yang memiliki tingkat kelembaban relatif tertinggi dibandingkan habitat lainnya. Hasil analisis dengan korelasi Pearson antara tingkat kelembaban relatif dan keanekaragaman jenis kupu-kupu menunjukkan koefisien korelasi tertinggi yaitu antara tingkat kelembaban relatif terhadap nilai indeks keanekaragaman jenis kupu-kupu sebesar 0,568 dan terhadap indeks kemerataan jenis kupu-kupu sebesar 0,633 (Lampiran 20).

Nilai indeks kekayaan jenis kupu-kupu tertinggi yaitu pada kisaran suhu 26ºC hingga 28ºC. Nilai indeks tertinggi yaitu pada nilai indeks kekayaan jenis 4,217. Nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis tertinggi yaitu pada selang kelas suhu 23-25ºC dengan keanekaragaman jenis 2,214 dan kemerataan

(25)

49

jenis (evenness) 0,905. Berdasarkan grafik perbandingan pada Gambar 22, dapat dilihat tingkat keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis kupu-kupu nilainya semakin rendah pada selang kelas suhu yang semakin tinggi. Berdasarkan tingkat kelembaban relatifnya, nilai indeks kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan jenis tertinggi yaitu pada kisaran kelembaban relatif 81-90 %, dengan nilai indeks kekayaan jenis 4,415; keanekaragaman jenis 2,279; dan kemerataan jenis 0,787. Berdasarkan tipe habitatnya, kondisi tersebut terlihat pada habitat padang-semak yang memiliki kondisi suhu lingkungan paling tinggi dan tingkat kelembaban relatif yang rendah dengan suhu tertinggi pada siang hari sebesar 35,25ºC dengan kelembaban relatif 57,63%, memiliki nilai kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan paling rendah dibanding tipe habitat lainnya dengan nilai masing-masing sebesar 1,943; 0,657; dan 0,274.

Perbedaan tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu di setiap tipe habitat dengan kondisi suhu dan kelembaban relatif lingkungan yang berbeda-beda menunjukkan adanya perbedaan dalam preferensi setiap jenis kupu-kupu dengan kondisi suhu dan kelembaban relatif lingkungan di habitat yang ditempati. Sebagian jenis kupu-kupu menyukai habitat dengan kondisi suhu tidak terlalu tinggi dan sebagian jenis lainnya mampu beradaptasi dengan kondisi suhu yang cukup tinggi. Jenis kupu-kupu yang hidup di habitat padang-semak, habitat hutan pasca terbakar, dan habitat hutan kerangas merupakan jenis kupu-kupu yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap tingkat suhu yang tinggi. Jenis-jenisnya antara lain Graphium sarpedon sarpedon, G.doson evemonides, Junonia atlites, dan Pandita sinope. Di habitat hutan dataran rendah, hutan rawa gambut, dan hutan rawa, jenis kupu-kupu yang ada bervariasi mengikuti kondisi habitat. Diantaranya terdapat jenis kupu-kupu yang menyukai bagian hutan yang gelap dan terlindung dengan tingkat suhu yang relatif rendah yaitu jenis kupu-kupu Lexias pardalis borneensis dan Euthalia iapis. Selain itu terdapat jenis kupu-kupu yang menyukai bagian hutan yang agak terbuka dan hangat dengan tingkat suhu lebih tinggi yaitu kupu-kupu Pieridae jenis Eurema nicevillei nicevillei. Di Camp Ambung dan Camp Persemaian jenis kupu-kupu yang ada yaitu jenis yang menyukai habitat yang cukup hangat antara lain kupu-kupu Euploea mulciber portia dan E. radamanthus lowii.

(26)

Berdasarkan warna sayapnya, kupu-kupu yang ditemukan di habitat dengan tingkat suhu tinggi seperti di habitat padang-semak, hutan kerangas, dan hutan pasca terbakar memiliki warna sayap yang lebih terang, sebaliknya kupu-kupu yang hidup di habitat dengan tingkat suhu rendah memiliki warna sayap yang lebih gelap. Perbedaan warna tersebut merupakan pola adaptasi kupu-kupu terhadap kondisi lingkungannya. Warna-warna yang bervariasi pada sayap kupu-kupu berasal dari sisik-sisik yang menempel pada sayap (Grzimek 1975; Amir et al. 2003). Kecerahan dan kepekatan warna pada sayap kupu-kupu sangat penting karena kupu-kupu bersifat poikilotermik yang suhu tubuhnya akan meningkat atau menurun mengikuti suhu sekitarnya (Sihombing 2002). Dalam pengaturan suhu tubuhnya, sayap sangat berperan untuk mengontrol temperatur tubuhnya (Sihombing 2002). Pada habitat dengan kondisi suhu lingkungan yang rendah, warna sayap yang gelap membantu kupu-kupu untuk menyerap panas lebih banyak dari lingkungannya. Kupu-kupu Prothoe frank borneensis dan Lexias pardalis yang memiliki pola warna sayap gelap sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi habitat yang memiliki tingkat suhu rendah dan cahaya matahari yang sedikit. Sebaliknya, kupu-kupu Junonia atlites yang hidup di habitat dengan kondisi suhu tinggi dan Eurema nicevillei nicevillei yang sering ditemukan di bagian hutan yang terbuka, memiliki sayap berwarna terang (Gambar 24).

Gambar 24. Perbedaan variasi warna sayap pada kupu-kupu yang hidup di habitat dengan suhu tinggi : Junonia atlites (a) dan Eurema nicevillei nicevillei (b), dan kupu-kupu yang hidup di habitat dengan kondisi suhu rendah : Prothoe franck borneensis (c) dan Lexias pardalis (d).

5.4.2 Faktor Ketersediaan Sumber Air

Faktor ketersediaan sumber air berpengaruh karena kupu-kupu menyukai tempat-tempat seperti tepian sungai (Amir et al. 2003). Kupu-kupu mengunjungi areal yang basah untuk memperoleh air. Dalam hidupnya, selain membutuhkan

a

(27)

51

energi dari pakannya, kupu-kupu dewasa juga membutuhkan air (Animal Corner 2009). Berdasarkan hasil pengamatan, daerah sumber air yang sering dikunjungi yaitu tepian sungai di Camp Ambung yang sering dikunjungi berbagai jenis kupu-kupu seperti Graphium sarpedon sarpedon, G. doson evemonides, G.evemon orthia, dan G.delesserti delesserti. Sumber air lainnya yang ada yaitu aliran sungai kecil di hutan rawa dan kubangan mata air di Camp Persemaian serta kolam genangan air di habitat padang-semak, berdasarkan pengamatan yang dilakukan tempat tersebut jarang dikunjungi kupu-kupu. Kondisi tersebut disebabkan kupu-kupu memilih hinggap di tepian Sungai Sekonyer Kanan di Camp Ambung yang memiliki tepian sungai berpasir yang sering dihinggapi kupu-kupu untuk mengisap air.

Ketersediaan sumber air di suatu habitat memiliki pengaruh terhadap tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu yang ada. Berdasarkan hasil yang diperoleh, ketersediaan sumber air di habitat Camp Ambung berpengaruh terhadap tingginya jumlah jenis kupu-kupu dibandingkan tipe habitat lainnya yaitu sebanyak 37 jenis kupu-kupu. Nilai indeks kekayaan jenis di habitat Camp Ambung memiliki nilai tertinggi sebesar 6,776 dan nilai indeks keanekaragaman jenis tertinggi kedua setelah hutan dataran rendah sebesar 2,987. Nilai kemerataan jenisnya cukup merata dengan nilai kemerataan jenis sebesar 0,827.

Gambar 25. Lokasi Camp Ambung yang terletak di tepi Sungai Sekonyer Kanan dan tepian sungai berpasir yang sering dikunjungi oleh kupu-kupu.

(28)

5.4.3 Faktor Vegetasi

Pengaruh faktor vegetasi terhadap tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu berkaitan dengan penyebaran kupu-kupu-kupu-kupu di tempat-tempat dimana terdapat tumbuhan yang menjadi sumber pakan maupun shelter (Grzimek, 1975). Selama daur hidupnya kupu-kupu hanya memerlukan makan pada saat fase larva (ulat) dan dewasa (imago) (Noerdjito dan Aswari, 2003). Makanan kupu-kupu pada fase ulat yaitu berupa bagian dari tumbuh-tumbuhan dan biji (Noerdjito dan Aswari, 2003; Triplehorn and Johnson, 2005) dan pada saat fase dewasa kupu-kupu memakan nektar bunga (Noerdjito dan Aswari, 2003). Selain memakan nektar sebagai pakan utama, beberapa diantara jenis kupu-kupu juga mendapatkan nutrisi dari buah yang membusuk seperti pada jenis kupu-kupu Tanaecia sp. dan Euthalia sp. (Corbet & Pendlebury 1992; Animal Corner 2009).

Pengaruh faktor vegetasi terhadap tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu, berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh nilai korelasi positif antara keanekaragaman jenis vegetasi dan jumlah jenisnya sebagai tumbuhan pakan, shelter, maupun cover terhadap tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu. Korelasi positif menunjukkan perubahan yang searah, yaitu apabila nilai variabel satu naik maka akan diikuti oleh naiknya nilai variabel yang kedua (Pudjirahardjo 1993). Semakin tingginya keanekaragaman jenis vegetasi dan jumlah jenis tumbuhan pakan, shelter, maupun cover di suatu tipe habitat akan berpengaruh terhadap semakin tingginya tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu yang ada.

Berdasarkan analisis korelasi Pearson, diperoleh nilai korelasi yang kuat yaitu pada keanekaragaman tingkat vegetasi pohon terhadap kemerataan jenis kupu-kupu dengan nilai korelasi 0,648 (Lampiran 21). Pada hasil analisis korelasi keberadaan jumlah jenis vegetasi pakan, shelter, dan cover terhadap tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu, diperoleh nilai korelasi dengan korelasi tertinggi yaitu antara jumlah jenis tumbuhan pakan terhadap tingkat kemerataan jenis kupu-kupu yang memiliki nilai korelasi 0,758 dan terhadap nilai keanekaragaman jenis kupu-kupu yang memiliki nilai korelasi 0,727. Keberadaan tumbuhan shelter dan cover, memiliki korelasi tertinggi yaitu terhadap kemerataan jenis kupu-kupu dengan nilai korelasi terhadap kemerataan jenis kupu-kupu untuk tumbuhan shelter yaitu 0,659 dan untuk tumbuhan cover yaitu

(29)

53

0,667 (Lampiran 22). Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa faktor vegetasi yang paling berpengaruh terhadap tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu terutama yaitu keberadaan jenis tumbuhan sebagai sumber pakan.

Berdasarkan penyebarannya, tipe habitat dengan variasi jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan kupu-kupu terbanyak yaitu habitat hutan dataran rendah dan terendah yaitu habitat padang-semak (Tabel 4). Dibandingkan dengan tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu di masing-masing tipe habitat, jumlah jenis tumbuhan pakan yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu yang juga akan semakin tinggi. Hal tersebut terlihat dari tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu di habitat hutan dataran rendah yang memiliki nilai paling tinggi sebesar 3,048 dibandingkan tipe habitat lainnya. Tipe habitat yang memiliki tingkat keanekaragaman terendah yaitu habitat padang-semak dengan tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu sebesar 0,657.

Selain keanekaragaman jenis tumbuhan pakan yang ada, keberadaan jenis tumbuhan tertentu akan berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis kupu-kupu yang ada di masing-masing tipe habitat. Hal tersebut disebabkan jenis tumbuhan inang yang menjadi pakan larva kupu-kupu berbeda antara jenis kupu-kupu yang satu dengan jenis lainnya (Noerdjito dan Kahono 2003). Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan di masing-masing tipe habitat, ditemukan jenis tumbuhan pakan yang ada antara lain meliputi famili Anacardiaceae, Annonaceae, Clusiaceae, Ebenaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Lauraceae, Melastomataceae, Moraceae, Myrtaceae, dan Theaceae (Tabel 5).

Secara keseluruhan, kupu-kupu famili Nymphalidae merupakan famili dengan jenis kupu-kupu terbanyak yang ditemukan di seluruh tipe habitat dengan jumlah sebanyak 43 jenis kupu-kupu. Hal tersebut disebabkan jenis tumbuhan pakan kupu-kupu Nymphalidae memiliki jenis tumbuhan pakan yang bervariasi antara lain meliputi famili Anacardiaceae, Annonaceae, Ebenaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae, Melastomataceae, dan Moraceae (Corbet & Pendlebury 1992; Otsuka 2001; Peggie & Amir 2006). Jenis kupu-kupu Nymphalidae yang ditemukan dan jenis tumbuhan pakannya antara lain Euploea radamanthus lowii yang menyukai jenis tumbuhan pakan dari famili Moraceae,

(30)

Euthalia iapis dan Euthalia monina indras yang menyukai jenis tumbuhan pakan dari famili Melastomataceae, Dophla evelina magama yang menyukai jenis tumbuhan pakan dari famili Anacardiaceae, Ebenaceae, dan Ephorbiaceae, dan Charaxes bernardus repetitus yang menyukai jenis tumbuhan pakan dari famili Annonaceae, Euphorbiaceae, dan Lauraceae.

Selain jumlah jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan, kondisi tumbuhan yang sedang berbunga berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis kupu-kupu yang ada. Hal tersebut terlihat pada lebih tingginya tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu di Camp Ambung meskipun jumlah jenis tumbuhan pakan di Camp Ambung tidak terlalu banyak yaitu hanya sebanyak 9 jenis tumbuhan pakan. Hal tersebut terjadi karena pada saat dilakukan pengamatan di Camp Ambung terdapat tumbuhan ubar (Syzygium sp.) yang sedang berbunga sehingga menarik lebih banyak jenis kupu-kupu berkumpul di Camp Ambung. Berikut merupakan beberapa contoh jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan bagi kupu-kupu (Gambar 26).

Gambar 26. Jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan bagi kupu-kupu.

Keterangan : (a) Kremunting kodok (Melastoma malabathricum), (b) ubar (Syzygium sp.), (c) bati-bati (Syzygium zeylainca), dan (d) idat (Cratoxylon glaucum).

a b

Referensi

Dokumen terkait

bahwa nama-nama mahasiswa yang tersebut pada lampiran ini di pandang mampu untuk diangkat sebagai Fungsionaris Kelembagaan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Hal ini terbukti melalui penelitian dengan hasil perhitungan nilai t hitung pada tingkat pendapatan &lt; 7.500.000 sebesar 2,028 ; 2,088 ; 2,584 dan pada tingkat pendapatan

Dari diagram tersebut di atas terlihat bahwa sebagian besar yakni 74 orang (64%) responden meyakini bahwa alasan dari penyamaan besaran PTKP bagi anak baik yang memperoleh

Buku Pedoman Pendidikan Pendidikan Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya Tahun Akademik 2014/2015 diterbitkan untuk

Dalam saluran pencernaan zeolit akan mengikat amonia yang dihasilkan oleh mikroflora saluran pencernaan untuk selanjutnya dikeluarkan bersama-sama dengan ekskreta,

136 Eyyûbî, Menâkıb-ı Sultan Süleyman (Risâle-i Padişâh-nâme), Mehmet Akkuş (haz.), Ankara, 1991; Robert Anhegger, “İstanbul Su Yollarının İnşasına Ait Bir Kaynak:

Wawancara dari hasil tugas mahasiswa D menghasilkan bahwa nomor 1 memiliki jawaban yang kurang tepat sebab mahasiswa tersebut beranggapan bahwa gambar diagram

Hasil ringkasan yang diambil dari satu atau dua kalimat asli (bisa lebih dari dua) merupakan kelemahan yang dapat terjadi karena maknanya bisa tidak terintegrasi dikarenakan