• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Kebijakan Smk3 Konstruksi 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Kebijakan Smk3 Konstruksi 2016"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)

(2)

OUT LINE

1. Latar Belakang

2. Kebijakan K3 Konstruksi Kementerian

PU-PERA

(3)
(4)

KEGIATAN KONSTRUKSI

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting

dalam pembangunan di Indonesia.

Kegiatan Konstruksi berpotensi menimbulkan

berbagai dampak yang tidak diinginkan antara

lain menyangkut aspek keselamatan dan

kesehatan kerja dan lingkungan.

Kegiatan Konstruksi harus dikelola dengan

memperhatikan standar dan ketentuan K3 yang

berlaku ( tuntutan saat ini )

(5)

DAMPAK KECELAKAAN KERJA

LEVEL MAKRO:

• Competitiveness Index

• Biaya kecelakaan kerja 4%

PDB 2013

LEVEL MESO:

• Performance Corporate

LEVEL MIKRO:

• Project delay

• Cost over run

• Human aspect: injury,

fatality

Sumber: ILO, 2003; Chen, et al 2004; Courtney, 2007, Hoosseinian, 2012, Hinze 1997)

(6)

PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KEMENTERIAN PU-PERA

17.576

37.123

51.198 53.174

73.14

74.2

0 10 20 30 40 50 60 70 80 2010 2011 2012 2013 2014 prediksi 2015 A n g g ar an (T ri li u n R p ) Tahun

Sumber: PUSDATA KemenPU

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Rencana 2015-2019

340

275.5

227

384

D ana (T riliun R p) Perumahan

Air Minum & Sanitasi Sumber Daya Air Jalan Sumber: Bappenas, 2014 TOTAL= 1.226,5 T

(7)

PAKET PEKERJAAN

INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN

PUPERA

8.393

11.934

12.735

13.613

13.700

15.070

0 2 4 6 8 10 12 14 16 2010 2011 2012 2013 2014 prediksi 2015 Ju ml ah Paket Pekerj aan Tahun

(8)
(9)

KEBIJAKAN K3

(10)

KEBIJAKAN KEMENTERIAN PU-PERA

DALAM PENYELENGGARAAN SMK3

KONSTRUKSI

1. Menerbitkan Permen tentang Penyelenggaraan SMK3

Konstruksi bidang Pekerjaan Umum

2. Menerbitkan Kebijakan K3 Kementerian PU

3. Menerbitkan Pakta Komitmen K3 Kementerian PU

4. Melaksanakan Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi

5. Melaksanakan Monev dan Pendampingan Penyelenggaraan

SMK3 Konstruksi pada PPK

6. Meningkatkan kapasitas aparat di daerah dengan

menyelenggarakan TOT SMK3 Konstruksi

(11)
(12)

Butir (1): “Memastikan semua peraturan

perundangan tentang keselamatan dan kesehatan

kerja ditegakkan secara konsisten oleh semua pihak.”

• Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja

maka semua peraturan perundangan dan

persyaratan lainnya serta standar yang terkait

dengan keselamatan dan kesehatan kerja harus

ditegakkan secara konsisten bagi seluruh unit kerja

dan mitra kerja di lingkungan Kementerian

(13)

Butir (2): “Memastikan keselamatan dan kesehatan

kerja menjadi nilai utama pada setiap

penyelenggaraan kegiatan.”

• Segenap Pimpinan dan Pegawai di Lingkungan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat harus memastikan bahwa K3 menjadi nilai

utama pada setiap penyelenggaraan kegiatan,

sehingga menjadi kewajiban kita untuk senantiasa

mengingatkan kepada diri sendiri mapun orang lain

terhadap bahaya yang ada di sekitar kita.

(14)

Butir (3): “Memastikan setiap orang bertanggung

jawab atas keselamatan dan kesehatan kerja

masing-masing orang yang terkait dan orang yang berada di

sekitarnya.”

Setiap orang mempunyai tanggung jawab atas

keselamatan dan kesehatannya (K3) baik untuk diri sendiri

maupun orang lain. K3 adalah merupakan pemberian

perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat

kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku,

penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses kerja dan

lingkungan tempat kerja. Dalam hal ini, penyelenggaraan

kegiatan harus diupayakan secara maksimal bagi

tercapainya keselamatan bagi siapa saja yang terlibat, dan

juga bagi masyarakat umum lainnya.

(15)

Butir (4): “Memastikan semua potensi bahaya di setiap tahapan

pekerjaan baik terkait dengan tempat, alat, maupun proses kerja

telah diidentifikasi, dianalis, dan dikendalikan secara efisien

dan efektif guna mencegah kecelakaan dan sakit akibat kerja.”

Konsekuensi logis dalam pelaksanaan kegiatan adalah adanya potensi bahaya atau risiko K3. Risiko K3 merupakan sesuatu yang melekat dan tidak terpisahkan dari kegiatan itu sendiri. Setiap kegiatan yang

dilaksanakan terdapat risiko kecelakaan yang tidak dapat dihindari, sehingga langkah yang harus dilakukan adalah mengelola risiko melalui manajemen risiko. Keberhasilan dalam melaksanakan manajemen risiko akan menentukan tingkat keberhasilan dalam upaya meminimalisir risiko kecelakaan dan sakit akibat kerja. Menyikapi hal ini, maka sudah saatnya setiap unit kerja dapat membentuk “Kelompok Kerja K3”, (sebagaimana Surat Edaran Kepala Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia No. 37/SE/KK/2010 perihal, Penyelenggaraan Sitem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pekerjaan Umum. Diharapkan Kelompok kerja K3 ini dapat berperan aktif melaksanakan tugas,

diantaranya adalah melakukan manajemen risiko dan melaksanakan penerapan SMK3 secara terkoordinasi dengan unit kerja yang lain.

(16)

Butir (5): “Memastikan penerapan sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja guna mengeliminasi, mengurangi dan

menghindari risiko kecelakaan dan sakit akibat kerja.”

Dalam rangka penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3), semua kegiatan terkait SMK3 harus

dimonitor dan dievaluasi secara mandiri oleh unit kerja terkait dan

dilaporkan kepada Atasan Langsungnya untuk dikoreksi dan

sekaligus untuk mengetahui kendala apa yang ada dalam

penerapannya. Setiap kegiatan yang terkait SMK3 juga harus

dibuktikan dengan rekaman/bukti kerja untuk memastikan apakah

risiko K3 sudah dilakukan langkah-langkah pengendalian

diantaranya yaitu “eliminasi” yaitu suatu upaya untuk

menghilangkan risiko kecelakaan dan sakit akibat kerja.

Rekaman/bukti kerja ini wajib dikendalikan dan dipakai sebagai

acuan dalam evaluasi atas penerapan SMK3.

(17)

Antara lain dg melakukan inspeksi, utk memastikan antara perencanaan pengendalian yg dibuat sesuai dengan pelaksanaan dilapangan

(18)

Butir (6): “Memastikan peningkatan kapasitas keselamatan dan

kesehatan kerja para pejabat dan pegawai sehingga berkompeten

menerapkan SMK3 di lingkungan Departemen Pekerjaan Umumdan

Perumahan Rakyat.”

• Dalam rangka membangun budaya K3, sudah

selayaknya para pejabat dan pegawai di

lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat meningkatkan

kapasitasnya untuk dapat menerapkan K3

secara baik. Untuk dapat mewujudkan hal itu,

kata kuncinya adalah kemampuan atau

kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

pimpinan dan seluruh pegawai dalam

(19)

Butir (7): “Memastikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini

disosialisasikan dan diterapkan oleh para pejabat, pegawai dan mitra

kerja Departem Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.”

Kita sadari bahwa penerapan K3 belum sepenuhnya menjadi sikap mental dan budaya bagi para pimpinan, pegawai dan mitra kerja, ini terbukti bahwa tingkat kekerapan

(frequency rate)

dan tingkat keparahan

(severity rate)

kecelakaan kerja masih relatif tinggi dan cenderung meningkat. Menyadari kondisi tersebut, maka sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban semua pihak yang terkait dalam mengemban tugas di bidang K3, untuk mengantisipasi sedini mungkin bahaya K3 melalui “penerapan prinsip-prinsip K3 di tempat kerja”. Kegiatan ini bersifat

preventif dan implementatif secara berkelanjutan, perlindungan kepada seluruh pegawai/pekerja termasuk mitra kerja serta pengamanan peralatan produksi, pengamanan kualitas lingkungan kerja, peningkatan derajad kesehatan,

peningkatan kompetensi bidang K3, penyebarluasan informasi kebijakan K3 dan pengembangan SMK3 menuju tercapainya nihil kecelakaan kerja guna peningkatan produktifitas kerja. Dengan telah ditetapkannya Kebijakan dan Pakta Komitmen K3, diharapkan menjadi acuan bagi para pejabat, pimpinan dan mitra kerja dalam

menjalankan tugas dan fungsinya dalam bidang K3 dan sekaligus mensosialisasikannya melalui kegiatan struktural/rutinnya.

(20)

PAKTA KOMITMEN K3 KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PU-PERA

(21)
(22)

Butir (1): “KETELADANAN UNTUK KESELAMATAN.”

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

bersama Mitra Kerja menjadi keteladanan dalam

implementasi Sistem Manajemen K3 pada penyelenggaraan

konstruksi;

(23)

Butir (2): “KEUTAMAAN UNTUK KESELAMATAN.”

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

bersama Mitra Kerja mengutamakan K3 menjadi faktor kunci

(24)

Butir (3): “INTEGRASI UNTUK KESELAMATAN.”

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

bersama Mitra kerja menghasilkan perencanaan,

perancangan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan

dan pembongkaran konstruksi yang selamat;

(25)

Butir (4): “KOMPETENSI UNTUK KESELAMATAN.”

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

bersama Mitra Kerja mendayagunakan segala kapasitas dan

(26)

Butir (5): “PENGETAHUAN UNTUK KESELAMATAN.”

.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bersama

Mitra Kerja memutakhirkan pengetahuan secara

berkesinambungan untuk mengeliminasi, mengurangi dan

menghindari pelbagai faktor risiko kecelakaan konstruksi. Adalah

tekad kita bersama untuk bersinergi menjadi pelaku konstruksi di

Indonesia yang berkapasitas dan kompeten sehingga proses

konstruksi menjadi lebih efisien, efektif, serta produk konstruksi

berkualitas, bermanfaat dan lingkungan tetap terjaga

kelestariannya. Dalam konteks kita sebagai pimpinan, pegawai dan

mitra kerja di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, maka kegiatan yang kita laksanakan akan

selalu diupayakan menuju pada pencapaian kelestarian lingkungan

kerja yang sehat, berkesinambungan dalam pelaksanaan tugas

pembangunan, berdaya saing tinggi dan berhasil guna tanpa

(27)

TERIMA KASIH

Direktorat Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan 12110

Telp. 021-72786108 Fax. 021.7266637 http://bpksdm.pu.go.id/pppk

Referensi

Dokumen terkait

The high pH and alkalinity in the collapsi- ble and concrete ponds were responsible for the low copper concentrations recorded in them as compared to earthen and natural ponds,

Manfaat dari pendekatan ini adalah untuk memandang produk atas rangkaian kesatuan dari sensitifikasi lingkungan dan tidak membutuhkan adaptasi yang signifikan terhadap lingkungan

Lebih tingginya rata-rata serapan hara pada petak +NPK pada SKT rendah disebabkan karena rata-rata produksi gabah maupun jerami lebih tinggi dibanding pada SKT sangat

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Program Studi D3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Dalam penelitian ini hasil penggunaan algoritma least connection untuk load balancing lebih memberikan performa yang baik dibandingankan algoritma round robin

Tulisan ini menyimpulkan bahwa Implementasi nilai TQM dalam pengelolaan wakaf di Dompet Dhuafa dapat dikatakan relatif maju karena perhatian lembaga ini kepada pelanggan,

Konsep matematika tersusun secara hierarkis yaitu konsep – konsep matematika yang baru dapat terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya.

Proses pengolahan data yang terdapat di SD Negeri 2 Kalikotes masih menggunakan cara manual, dalam pengelolaan data nilai serta pembuatan laporan. Tujuan penelitian ini