• Tidak ada hasil yang ditemukan

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar 41,18 persen dari total jumlah penduduk Indonesia menggantungkan hidup mereka pada sektor ini. Sektor pertanian juga memiliki peran sebagai penyedia bahan baku industri, penyedia bahan pangan masyarakat, sumber devisa negara, dan penyedia lapangan kerja (BPS 2009). Selain itu pada Tabel 1 dapat dilihat peran sektor pertanian lainnya yaitu sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kedua terbesar setelah sektor industri pengolahan.

Tabel 1. Sebaran Persentase Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2008

No. Sektor Usaha PDB (%)

1. Industri pengolahan 27,87

2. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 14,39

3. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,97

4. Pertambangan dan Penggalian 10,97

5. Jasa-jasa lain 9,76

6. Bangunan 8,46

7. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 7,44

8. Pengangkutan dan Komunikasi 6,31

9. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,82

Total PDB 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor antara lain subsektor pangan, hortikultura, dan perkebunan. Subsektor pertanian yang cukup penting yaitu subsektor hortikultura, subsektor ini memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional yaitu sebesar 9,36 persen terhadap total PDB pertanian (BPS 2009). Subsektor hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian RI (2009), PDB pada subsektor hortikultura dari tahun 2003 hingga

(2)

2008 mengalami peningkatan. Disamping itu komoditas buah-buahan memberikan kontribusi paling besar untuk nilai PDB Indonesia dan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode Tahun 2004-2008

No. Kelompok Komoditas

Nilai PDB (milyar rupiah) Kontribusi (%) 2004 2005 2006 2007 2008 1. Buah-Buahan 30,765 31,694 35,448 42.362 40.660 50,64 2. Sayuran 20,749 22,63 24,694 25.587 27.423 34,15 3. Biofarmaka 722 2,806 3,762 4.105 4.118 5,23 4. Tanaman Hias 4,662 4,662 4,734 4.741 6.091 7,59 Total PDB 56,844 61,792 68.693 76.795 80.292 -Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian 2009

Berdasarkan Tabel 2 kontribusi komoditas buah-buahan terhadap nilai PDB Hortikultura yaitu sebesar 50,64 persen. Besarnya kontribusi komoditas ini mengindikasikan bahwa buah-buahan memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan, karena permintaannya relatif besar baik di pasar domestik maupun pasar luar negeri. Disamping dilihat dari besarnya kontribusi terhadap PDB Indonesia, perkembangan komoditas buah-buahan di Indonesi juga dapat dilihat pada perkembangan konsumsi buah-buahan pada Tabel 3.

Tabel 3. Konsumsi Buah-Buahan Perkapita Indonesia Periode Tahun 1999-2008

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian 2009

Konsumsi buah-buahan Indonesia perkapita mengalami fluktuasi seperti yang terlihat pada Tabel 3. Secara umum pada periode tahun 1999 sampai 2008

No. Komoditas

Nilai (Kg/Kapita) Rata-Rata Pertumbuhan Konsumsi (%/Th) 1999 2002 2005 2008 1. Pisang 8,27 7,8 8,89 8,37 0,87 2. Melon 0,05 0,31 0,47 0,16 (0,14) 3. Nenas 0,68 0,47 0,47 0,31 (12,76) 4. Jeruk 1,2 1,98 6,14 3,59 72,89 5. Apel 0,16 0,62 0,78 1,04 6,59 6. Buah lainnya 192,38 145,70 92,37 138,14 (1,26) Total Konsumsi 202,74 156,88 109,12 151,61 (6,70)

(3)

perkembangan konsumsi rata-rata komoditas buah setiap tahunnya mengalami penurunan hingga 6,70 persen. Penurunan ini diduga disebabkan oleh adanya pengaruh krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1999 yang ditandai dengan adanya penurunan daya beli masyarakat pada waktu itu.

Namun, apabila dilihat pada periode 2005 hingga 2008 konsumsi buah-buahan justru meningkat dengan rata-rata peningkatan setiap tahunnya mencapai 9,52 persen. Kondisi ini tidak terlepas dari adanya pemulihan kondisi ekonomi di Indonesia. Selain itu, kenaikan konsumsi disebabkan kesadaran masyarakat akan manfaat yang diberikan komoditas ini. Manfaat buah-buahan cukup besar dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat, karena merupakan sumber vitamin dan mineral yang berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Salah satu buah yang mengalami peningkatan konsumsi yaitu buah apel. Namun peningkatan konsumsi ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi apel seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Tanaman Baru, Tanaman Produktif, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Apel Indonesia Tahun 2004 - 2008

Tahun Jumlah Tanaman Baru (Pohon) Jumlah Tanaman Produktif (Pohon) Produksi (Ton) Perkembangan Produksi (%) Produktivitas (Kg/Pohon) 2004 133.678 6.621.587 140.201 - 2,12 2005 73.631 9.290.085 225.854 61,09 2,43 2006 43.835 7.363.078 298.728 32,27 4,06 2007 95.358 9.004.059 172.390 (42,29) 1,91 2008 250.000 2.241.192 160.794 (6,73) 7,17

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian 2010

Perkembangan produksi apel Indonesia cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan produksi terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu mencapai 42.29 persen. Penurunan produksi ini disebabkan oleh produktivitas tanaman apel yang mengalami penurunan akibat keengganan petani melakukan peremajaan tanaman sehingga tanaman apel yang sudah berusia tua masih tetap dipaksa untuk berproduksi.

Konsumsi apel yang meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah produksi apel dalam negeri, menyebabkan ketersediaan buah

(4)

apel juga ditunjang dari produksi luar negeri melalui impor seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa apel memiliki jumlah impor paling besar dibandingkan dengan buah-buahan lainnya.

Tabel 5. Jumlah Impor Buah-Buahan Indonesia Tahun 2004-2008

No. Komoditas 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah (Ton) Perkembang-an (%) 1. Pisang 408,82 443,91 124,24 24,75 55,63 (4,68)

2. Melon - 848,94 207,34 112,65 101,27 (26,27)

3. Nenas 98,362 68,09 113,273 344,588 2.013,74 181,05 4. Jeruk 95.744,71 93.430,39 100.655,57 118.808,43 143.661,06 8,85 5. Apel 114.030,54 126.972,70 112.011,39 145.301,57 139.818,88 6,39

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian 2010

Berdasarkan Tabel 5 perkembangan jumlah apel impor Indonesia cenderung meningkat, dengan peningkatan sebesar 6,39 persen setiap tahunnya. Menurut Kusumo (1986) tingginya nilai impor apel disebabkan oleh permintaan buah apel di pasar domestik relatif tinggi dan kurangnya jumlah apel dalam negeri yang berkualitas baik. Selain itu, apabila dilihat dari sisi harga berdasarkan penelitian yang dilakukan Komarudin (2005) menunjukkan bahwa tingginya impor apel Indonesia juga disebabkan oleh harga apel impor relatif lebih murah.

Dalam membudidayakan apel, produsen dihadapkan pada risiko harga produk. Pada dasarnya para produsen apel tidak dapat mengetahui secara pasti harga produk yang akan diperoleh. Hal tersebut dapat menimbulkan kesenjangan antara penerimaan aktual dengan penerimaan yang diharapkan oleh produsen. Perkembangan harga harian beberapa komoditas buah-buahan di pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) Jakarta dapat dilihat pada Gambar 1. PIKJ Jakarta menjadi salah satu acuan penetuan harga buah-buahan di tingkat produsen apel.

(5)

Gambar 1. Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Buah-Buahan di Pasar Induk Kramat Jati Periode Januari 2009 – Oktober 2010

Sumber : Dinas Pasar Induk Kramat Jati, 2010

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat juga bahwa harga beberapa komoditas termasuk buah apel yang berlaku di PIKJ berfluktuasi. Fluktuasi harga disebabkan ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan komoditas apel di pasar. Fluktuasi harga yang terjadi menggambarkan adanya variasi harga yang merupakan indikasi risiko harga pada komoditas tersebut. Risiko harga yang dihadapi menyebabkan produsen apel mengalami ketidakpastian terhadap penerimaan yang diperoleh.

Dalam menjalankan suatu usaha penawaran akan suatu produk merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena terkait dengan keberlangsungan usaha dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Sebagaimana teori penawaran, besarnya penawaran suatu komoditas ditentukan oleh jumlah yang diproduksi. Selain aspek produksi, tingkat penawaran suatu komoditas juga dipengaruhi oleh tingkat harga (Nicholson 1991).

Lipsey et al, (1995) dan Hyman (1996) juga menjelaskan bahwa pergerakan kurva penawaran suatu komoditas pertanian disebabkan oleh perubahan harga produk itu sendiri. Disamping itu pergeseran kurva penawaran disebabkan oleh beberapa faktor seperti teknologi, harga input produksi, harga produk lain, jumlah produsen, dan harapan produsen di masa yang akan datang. Berdasarkan penelitian Hartoyo et al. (2001) perubahan jumlah penawaran suatu

(6)

komoditas pertanian disebabkan oleh nilai varian harga produk tersebut. Nilai varian harga menggambarkan tingkat risiko harga yang ditanggung oleh produsen. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai risiko harga apel dan bagaimana pengaruh adanya risiko harga terhadap penawaran apel.

1.2 Perumusan Masalah

PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang membudidayakan apel di Kota Batu. Dalam pengelolaan budidaya apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menghadapi risiko harga apel. Indikasi risiko harga produk yang dihadapi perusahaan adalah dengan adanya fluktuasi harga yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Sumber risiko harga yang dihadapi diduga disebabkan oleh fluktuasi jumlah penawaran apel yang menyebabkan ketidakpastian harga apel seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Jumlah Penawaran Harian Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 – April 2010

Sumber : Divisi Trading, PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2010

Pada Gambar 2, dapat diketahui bahwa jumlah penawaran buah apel terbesar berada pada periode bulan September hingga November, sedangkan penawaran terendah terjadi pada bulan April hingga Juli. Apabila penawaran buah tinggi maka harga yang terbentuk akan rendah dan sebaliknya ketika penawaran buah rendah maka harga apel yang terbentuk akan tinggi. Nicholson (1991)

(7)

mengemukakan bahwa jumlah produk yang ditawarkan suatu perusahaan akan mempengaruhi besarnya pendapatan, biaya produksi dan keuntungan yang akan diperoleh. Hal tersebut sejalan dengan tujuan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang memaksimalkan keuntungan, sehingga perusahaan akan menawarkan apel pada tingkat yang dapat memberikan keuntungan secara maksimal

Berdasarkan informasi dari Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, selama periode waktu Januari 2009 hingga April 2010 tercatat harga apel tertinggi mencapai Rp 23.000,00 per kg sedangkan harga apel terendah mencapai Rp 10.000,00 per kg seperti yang terlihat pada Gambar 3. Fluktuasi harga yang dialami PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menggambarkan adanya variasi harga yang merupakan indikasi adanya risiko harga yang dialami perusahaan. Selain itu besarnya perbedaan harga tertinggi dan terendah ini dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Gambar 3. Fluktuasi Harga Buah Apel Periode Januari 2009 – April 2010 PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya

Sumber : Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2010

Besarnya risiko harga yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya diduga menyebabkan perubahan pada jumlah penawaran apel. Selain adanya risiko harga, perubahan penawaran buah apel di PT Kusuma Satria

(8)

Dinasasri Wisatajaya juga diduga disebabkan oleh faktor lain seperti harapan produsen terhadap harga dan produksi apel, biaya input seperti obat-obatan dan tenaga kerja, serta harga komoditas lain yang diproduksi di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat risiko harga apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ? 2. Bagaimana pengaruh risiko harga apel terhadap penawaran apel di PT Kusuma

Satria Dinasasri Wisatajaya ?

3. Bagaimana pengaruh faktor-faktor lain terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis tingkat risiko harga apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti :

1. Bagi perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam menjalankan usahanya pada saat menghadapi risiko.

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi untuk mengetahui tingkat risiko harga yang dihadapi buah apel sehingga nantinya dapat digunakan untuk membantu mengembangkan komoditas buah apel.

3. Bagi penulis penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk menambah ilmu dan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.

(9)

4. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dan dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan studi lanjutan, khususnya di bidang analisis risiko suatu bisnis pertanian.

1.5 Ruang Lingkup

1. Penelitian ini difokuskan pada analisis risiko harga apel dan menganalisis penawaran apel di Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. 2. Data risiko harga yang digunakan adalah data harga apel harian dan jumlah

penawaran apel harian yang berlaku pada Divisi Trading bulan Januari 2009-April 2010 dengan menggunakan model ARCH-GARCH sebagai alat analisis. Sedangkan data penawaran digunakan data produksi apel bulanan perusahaan yang dijual melalui ke Divisi Trading tahun 2006-2010 yang bersumber dari Laporan Manajemen PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Penawaran buah apel tersebut dijelaskan menggunakan model regresi linier berganda. 3. Faktor musim atau iklim dan cuaca sangat berpengaruh terhadap

pembudidayaan apel. Namun dalam penelitian ini tidak menganalisis pengaruh musim terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, karena pada dasarnya faktor musim sulit untuk diperkirakan dengan tepat. 4. Perhitungan nilai Value at Risk (VaR) dalam penelitian ini menggunakan

tingkat pendapatan usahatani apel periode panen tahun 2009-2010 sebagai pengganti variabel besarnya investasi.

5. Jenis buah apel yang menjadi fokus penelitian adalah jenis Apel Malang dengan varietas Manalagi.

Gambar

Tabel 1. Sebaran Persentase Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di  Indonesia Tahun 2008
Gambar 1. Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Buah-Buahan di Pasar  Induk Kramat Jati Periode Januari 2009 – Oktober 2010
Gambar 2.     Jumlah Penawaran Harian Apel PT Kusuma Satria Dinasasri  Wisatajaya Periode Januari 2009 – April 2010
Gambar 3.   Fluktuasi Harga Buah Apel Periode Januari 2009 – April 2010   PT  Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas pelayanan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pelanggan, sehingga (H1) diterima dan teruji kebenarannya. Hal tersebut menunjukan bahwa

adalah (1) Kesalahan konsep awal mengenai materi pencerminan bangun datar yang telah diterima siswa dengan kesalahan pada saat mengerjakan soal (2) Kesalahan

Prinsip interrelasi menyatakan bahwa terdapat hubungan antara gejala geografi yang satu dengan gejala geografi yang lain di muka bumi, seperti hubungan antara gejala fisik

65 Table 1 menunjukkan pengaruh mandiri perlakuan dosis pupuk anorganik memberikan pengaruh yang tidak nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah

Pendugaan volume pohon jenis nyawai meng- gunakan dua peubah tinggi dan diameter atau kombinasi antara tinggi dengan diameter mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi

Pengaruh konsentrasi kotoran kuda terhadap laju pertumbuhan sangat nyata, dimana jurnlah ini meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi sampai 2,8 gr/l dan

Saya yakin jika kita terus menorehkan keberhasilan dan kesungguhan dalam memajukan pembangunan, keadilan, kesejahteraan, hak asasi manusia dan pemerintahan yang

Beberapa tahun yang lalu kondisi lingkungan Dataran Tinggi Dieng masih sangat bagus, udaranya sejuk dan perbukitan-perbukitan masih lebat dengan pepohonan. Obyek wisata yang ada