• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP

PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI

KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG

BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh :

LEO ANDRE S 070304066 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP

PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI

KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG

BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh :

LEO ANDRE S 070304066 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing

AnggotaPembimbing

(Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan, MS) (Dr.Ir. Salmiah, MS)

NIP. 130 365 300

NIP.195702171986032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

ABSTRAK

Leo Andre S (070304066/Agribisnis) Judul Skripsi Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai Ketua Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai Anggota Pembimbing.

Tanaman ubi kayu cocok diusahakan di daerah Serdang Bedagai, salah satunya terdapat di desa Sukasari. Usahatani ubi kayu di daerah penelitian menggunkan input produksi yang terdiri dari lahan, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja.

Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Penentuan dan penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dai data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui instansi-instansi yang terkait seperti BPS, penyuluh pertanian dan monografi Desa Sukasari, sedangkan data primer diperoleh melalui daftar kuisioner dan hasil wawancara langsung dengan petani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Input produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja di daerah penelitian mempengaruhi produksi usahatani ubi kayu secara serempak dan secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi ubi kayu adalah lahan, dan pupuk,

2. Input produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja di daerah penelitian mempengaruhi total biaya produksi usahatani ubi kayu secara serempak dan secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi adalah lahan, dan pupuk.

3. Tingkat pendapatan petani di daerah penelitian adalah tinggi yaitu Rp. 15.723.567,- per petani per tahun atau Rp. 1.310.297,- per petani per bulan lebih besar dari UMP yaitu sebesar Rp. 1.200.000,-

(4)

RIWAYAT HIDUP

Leo Andre Sembiring, lahir di Lubuk Pakam pada tanggal 06 Agustus 1988 anak dari Bapak Tangkai Sembiring Pandia dan (Alm) Ibu Asni Br. Ginting Munthe. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar Setia Budi Perbaungan tamat tahun 2000.

2. Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 1 Perbaungan

tamat tahun 2003.

3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lubuk Pakam tamat

tahun 2006.

4. Tahun 2007 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pematang Rambai

Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara

tahun 2011.

Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan organisasi

yaitu Selama perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan IMASEP (Ikatan

Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian), POPMASEPI (Perhimpunan

Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia) dan IMKA

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS selaku Ketua

Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Anggota Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah MSi, selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan

Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis MEc, selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis FP USU yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam

hal kuliah dan administrasi kegiatan organisasi di kampus.

2. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis FP USU yang

selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

3. Seluruh pegawai di FP USU khususnya pegawai Program Studi Agribisnis.

Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda

Tangkai Sembiring dan Ibunda (Alm) Asni Br. Ginting Munthe atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan

(6)

Peransius Sembiring SE, Helton Robert Sembiring Amd, Karmelo Sembiring SE,

Dingkepta Sembiring Amd, dan Kakanda Dewi Sartika Br Sembiring atas

semangat yang diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan khususnya kepada Sri Amelia Susan Br

Ginting yang telah banyak membantu saya baik susah maupun senang, juga

teman-teman saya Ryan, Reza, Ilham, Dendi, Randy, Irfandi, Romanto, Badar,

Faisal, Rovil, Halim, (Alm) Relindo, Herman, Arpan, Rizki, Holong, Adolf,

Novia, Ganesia, Wiwik, Hariri, (Alm) Widya dan seluruh teman-teman di

Program Studi Agribisnis angkatan 2007 yang telah banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan Semoga apa yang kita cita-citakan

dapat terwujud dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan yang

terbaik bagi kita semua.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2012

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.2. Landasan Teori ... 11

2.3. Kerangka Pemikiran ... 16

2.4. Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 21

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4. Metode Analisis Data ... 21

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 25

3.5.1. Definisi Operasional ... 25

(8)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL ... 27

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 27

4.1.1. Letak geografis, Batas dan Luas Wilayah Desa Penelitian ... 27

4.2. Tata Guna Tanah ... 27

4.2.1. Tata Guna Tanah Desa Sukasari ... 27

4.3. Keadaan Penduduk ... 28

4.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

4.3.2. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencarian ... 28

4.4. Sarana dan Prasarana ... 29

4.5. Karakteristik Petani Sampel ... 29

4.5.1. Umur ... 30

4.5.2. Pendidikan ... 30

4.5.3. Pengalaman Bertani ... 31

4.5.4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 32

4.6. Penggunaan Input Produksi di Daerah Penelitian ... 32

4.6.1. Lahan ... 32

4.6.2. Bibit ... 33

4.6.3. Pupuk ... 33

4.6.5. Tenaga Kerja... 33

4.6.4. Herbisida ... 33

4.7. Rata-rata Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Ubi Kayu ... 44

4.7.1. Penggunaan Lahan ... 34

5.1. Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu ... 38

5.2.1. Secara Serempak ... 40

(9)

5.2. Pengaruh Input Produksi Terhadap Total Biaya Produksi

Usahatani Ubi Kayu ... 42

5.3. Tingkat Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 46

5.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 46

5.3.2. Analisis Tingkat Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 49

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran... 52

Kepada Petani Ubi Kayu ... 52

Kepada Pemerintah ... 52

Kepada Peneliti Selanjutnya ... 52

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Produksi Tanaman Ubi Kayu Menurut Kabupaten Kota

Provinsi Sumatera Utara ... 4

2. Produksi Dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010 ... 5

3. Keadaan Tata Guna Tanah ... 27

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 28

6 Distribusi Sarana Dan Prasarana... 29

7. Umur Petani Responden di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011... 30

8. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011 ... 31

9. Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011 ... 31

10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011 ... 32

(11)

12. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Ubi Kayu di

Daerah Penelitian per Musim Tanam Tahun 2011 ... 36

13. Hasil Analisis Fungsi Produksi Stroberi ... 38

14. Hasil Analisis Fungsi Total Biaya Produksi ... 42

15. Rata-rata Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Ubi Kayu... 46

16. Biaya Sarana Produksi Usahatani Ubi Kayu... 47

17. Total Biaya Produksi Usahatani Ubi Kayu ... 48

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Petani Stroberi Desa Dolat Rayat ...

2. Jumlah Bibit Yang Digunakan di Desa Sukasari ...

3. Penggunaan Pupuk dan Biaya pupuk ...

4. Penggunaan Herbisida, Biaya Herbisida dan Total

Herbisida...

5. Jumlah Tenaga Kerja dan Upah Tenaga Kerja ...

6. Analisis Regresi Penggunaan Input Produksi Usahatani

Ubi Kayu di Desa Sukasari ...

7. Analisis Regresi Penggunaan Total Biaya Produksi

Usahatani Ubi Kayu di Desa Sukasari ...

8. Biaya Penyusutan Peralatan ...

9. Total Biaya Produksi, Penerimaan, Dan Pendapatan ...

(14)

ABSTRAK

Leo Andre S (070304066/Agribisnis) Judul Skripsi Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS sebagai Ketua Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS sebagai Anggota Pembimbing.

Tanaman ubi kayu cocok diusahakan di daerah Serdang Bedagai, salah satunya terdapat di desa Sukasari. Usahatani ubi kayu di daerah penelitian menggunkan input produksi yang terdiri dari lahan, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja.

Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Penentuan dan penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dai data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui instansi-instansi yang terkait seperti BPS, penyuluh pertanian dan monografi Desa Sukasari, sedangkan data primer diperoleh melalui daftar kuisioner dan hasil wawancara langsung dengan petani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Input produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja di daerah penelitian mempengaruhi produksi usahatani ubi kayu secara serempak dan secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi ubi kayu adalah lahan, dan pupuk,

2. Input produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja di daerah penelitian mempengaruhi total biaya produksi usahatani ubi kayu secara serempak dan secara parsial input produksi yang berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi adalah lahan, dan pupuk.

3. Tingkat pendapatan petani di daerah penelitian adalah tinggi yaitu Rp. 15.723.567,- per petani per tahun atau Rp. 1.310.297,- per petani per bulan lebih besar dari UMP yaitu sebesar Rp. 1.200.000,-

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang memperlihatkan sektor

pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar

untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, dkk, 2004).

Salah satu hasil pertanian yang menunjukkan peningkatan produksi dan

konsumsinya dari tahun ke tahun adalah beras, yang merupakan bahan makanan

pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Selain usaha peningkatan produksi

beras, pemerintah juga memperhatikan usaha peningkatan produksi tanaman

pangan lainnya termasuk ketela pohon atau singkong sebagai usaha diversifikasi

menu (Rismayani, 2007).

Ubi kayu/singkong yang juga disebut Kaspe, dalam bahasa Latin disebut

Manihot Esculenta crantz, merupakan tanaman yang banyak mengandung

karbohidrat. Oleh karena itu singkong dapat digunakan sebagai sumber

karbohidrat di samping beras, selain dapat pula digunakan untuk keperluan bahan

baku industri seperti : tepung tapioka, pellet, gaplek, gula pasir, gasohol, protein

sel tunggal, dan asam sitrat. Tepung tapioka dengan kadar amylase yang rendah

tetapi berkadar amylopectine yang tinggi ternyata merupakan sifat yang khusus

dari singkong yang tidak dimiliki oleh jenis tepung lainnya, sehingga tepung

(16)

Ubi kayu atau singkong (Mannihot esculenta) berasal dari Brazil,

amerika Selatan, menyebar ke Asia pada awal abad ke- 17 dibawa oleh pedagang

Spanyol dari Mexico ke Philipina. Kemudian menyebar ke Asia tenggara,

termasuk Indonesia. Ubi kayu merupakan makanan pokok di beberapa negara

afrika. Di samping sebagai bahan makanan, ubi kayu juga dapat digunakan

sebagai bahan makanan, ubi kayu juga dapat digunakan sebagai bahan baku

industri dan pakan ternak. Ubinya mengandung air sekitar 60%, pati 23-35%,

serta protein, mineral, serat, kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber

energi yang lebih tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum.

Perlu diketahui bahwa meskipun singkong diperkirakan berasal dari

Brazilia, namun dapat tumbuh dan popular di Indonesia karena tanaman ini

memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman lainnya karena :

 Singkong dapat tumbuh pada lahan kering dan kurang subur.

 Daya tahan terhadap penyakit umumnya relatif tinggi.

 Masa panennya tidak diburu waktu, sehingga dapat diolah menjadi

beragam makanan utama maupun makanan ringan.

 Selain itu singkong adalah penghasil kalori yang efisien. Artinya tanaman

singkong mempunyai kemampuan dalam menghasilkan kalori yang

produktif dan efisien di daerah tropis.

Potensi ubi kayu sebagai bahan pangan yang penting di dunia

ditunjukkan dengan fakta bahwa tiap tahun 300 juta ton ubi-ubian dihasilkan

dunia dan dijadikan bahan makanan sepertiga penduduk di Negara-negara tropis.

(17)

dikonsumsi oleh produsen sebagai sumber kalori di beberapa Negara

(Rukmana, 1997).

Ubi kayu (Manihot esculenta crant) di Indonesia, dijadikan makanan

pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Tanaman ubi kayu meluas ke semua

propinsi di Indonesia dan dalam masalah pengolahannya sudah digunakan dengan

teknologi budidaya yang baik (Rukmana, 1997).

Pada masa mendatang kebutuhan produksi ubi kayu dunia diperkirakan

terus meningkat. Untuk mencukupi kebutuhan produksi ubi kayu nasional,

diperlukan program peningkatan produksi per satuan luas lahan, perbaikan

kualitas dan pengolahan hasil panen (Rukmana, 1997).

Petani mengetahui, bahwa jalan pertama yang harus ditempuh untuk

mencapai tujuannya adalah mempertinggi kuantitas dan kualitas dari hasil

buminya secara rasional, efisien, dan ekonomis. Salah satu cara yang paling

diperhatikan dan diperkembangkan adalah penataan pertanaman (Cropping

system). Penataan tanaman adalah tidak lain daripada cara pengaturan dan

pemilihan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang tanah tertentu selama

jangka waktu tertentu (Tohir, KA, 1991).

Produksi dalam arti teknis adalah proses menjadikan barang atau zat dari

bahan-bahan yang tersedia. Sedangkan dalam arti ekonomi mempunyai pengertian

yang lebih luas seperti dikemukakan oleh Sumodiningrat dan Iswara (1987)

bahwa : produksi adalah setiap perbuatan manusia yang menjadikan barang dapat

lebih sempurna untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial untuk

(18)

seluruh Kabupaten dan Kota Sumatera Utara mulai tahun 2005 hingga tahun

2009. Data ini merupakan data terakhir pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera

Utara yang dipublikasikan Melalui Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

Tabel 1. Produksi Tanaman Ubi kayu menurut Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara

Simalungun 202405 161504 144954 309303 373304

Dairi 2594 1936 2567 5808 6280

Serdang Bedagai 106593 133793 96726 155389 111066

Tanjung Balai 275 301 351 387 390

Total 509796 452452 434572 736773 1007284

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

Dari tabel 1 dapat dikemukakan bahwa hampir semua daerah di Provinsi

Sumatera Utara yang memproduksi ubi kayu. Kabupaten Serdang Bedagai

merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa

produksi tanaman ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai dari tahun 2005

(19)

Serdang Bedagai setiap tahunnya mengalami kenaikan atau penurunan. Hal ini

disebabkan karena beberapa faktor antara lain pengurangan/penambahan luas

lahan, faktor cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ubi kayu, dan

harga jual ubi kayu yang tidak tetap setiap tahunnya.

Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Kecamatan Luas Lahan

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2010

Dari tabel 2 dapat di kemukakan bahwa 4 Kecamatan di Kabupaten

Serdang Bedagai yang merupakan sentra produksi ubi kayu adalah: Dolok

Masihul, Tebing Syahbandar, Sei Rampah dan Pegajahan.

Di kecamatan pegajahan khusunya di desa sukasari merupakan daerah

yang masyarakatnya sebagian besar mengusahatanikan tanaman ubi kayu. Ini

(20)

Namun, dalam kenyataannya para petani ubi kayu di Desa Sukasari juga

mendapatkan berbagai kendala dalam usahatani ubi kayu ini yang dapat

menyebabkan penurunan produktivitas, antara lain: pertama, karena musim yang

tidak menentu dengan curah hujan yang sangat tinggi dan kemarau yang panjang,

yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman ubi kayu terhambat. Kedua,

penggunaan input yang berpengaruh terhadap produksi.

Pada usahatani ubi kayu ini, input produksi yang digunakan antara lain

adalah lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja. Lahan untuk pertumbuhan

yang baik pada ubi kayu ini memerlukan tanah yang subur dan bertekstur gembur

serta banyak mengandung bahan organik. Pemilihan bibit yang baik juga akan

mempengaruhi produksi karena bibit yang baik akan lebih tahan terhadap

penyakit dan hasilnya juga akan lebih baik. Pada saat ini petani ubi kayu di Desa

Sukasari lebih banyak membuat bibit ubi kayu sendiri hal ini dilakukan untuk

menghemat biaya pengeluaran dan yang dibuat oleh petani ini hasilnya juga sama

baiknya dengan bibit yang dijual.

Selain bibit, para petani juga membutuhkan pupuk dan herbisida. Pupuk

yang biasa digunakan antara lain urea, KCL, dan SP-36. Tanaman ubi kayu di

Desa Sukasari sering terserang gulma sehingga untuk mengatasinya para petani

menggunakan herbisida Rambo dan Bimastar untuk menghindari terjadinya

penurunan produksi.

Selain itu banyak kendala yang dihadapi petani ubi kayu dalam mengelola

tanamannya seperti kurangnya modal petani dalam membeli input produksi seperti

pupuk dan herbisida. Berdasarkan keadaan ini peneliti ingin meneliti bagaimana

(21)

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah yang

akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh input produksi (luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan

tenaga kerja) terhadap produksi usahatani ubi kayu di daerah penelitian?

2. Bagaimana pengaruh input produksi (luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan

tenaga kerja) terhadap total biaya produksi usahatani ubi kayu di daerah

penelitian?

3. Bagaimana tingkat pendapatan petani dari usahatani ubi kayu di daerah

penelitian?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh input produksi (luas lahan, bibit,

pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) terhadap produksi usahatani ubi kayu di

daerah penelitian.

2. Untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh input produksi (luas lahan, bibit,

pupuk, herbisida, dan tenaga kerja) terhadap total biaya produksi usahatani ubi

kayu di daerah penelitian.

3. Untuk mengidentifikasi bagaimana tingkat pendapatan petani dari usahatani

(22)

1.4Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam penggunaan

input produksi terhadap pendapatan usahatani ubi kayu.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak – pihak lain yang

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Ubi kayu termasuk tanaman tropis yang berasal dari Brasil

(Amerika Serikat). Mula-mula disebarkan ke Afrika, kemudian Madagaskar,

India, Tiongkok, dan masuk ke Indonesia pada abad ke-18, tepatnya pada tahun

1982. Penyebaran tanaman singkong ke seluruh wilayah Indonesia dilakukan pada

tahun 1914-1918. Pada saat itu, Indonesia dilanda krisis kekurangan pangan, dan

singkong dijadikan sebagai alternatif pengganti makanan pokok. Pada tahun 1986,

Indonesia menjadi negara penghasil ubi kayu terbesar ke-5 di dunia

(Suprapti, Lies, 2005).

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman ubi kayu

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz sin M. Utilissima Pohl.

Tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi iklim panas dan lembab.

Kondisi iklim yang ideal adalah daerah yang bersuhu minimum 100C, kelembapan

udara (rH) 60% - 65% dengan curah hujan 700mm–1.500mm/tahun, tempatnya

(24)

paling baik untuk tanaman ubi kayu adalah tanah berstruktur remah, gembur,

banyak mengandung bahan organic, aerasi dan draenasi baik, serta mempunyai

pH tanah minimum 5. Tanaman ubi kayu toleran pada pH 4,5 – 8,0 tetapi yang

paling baik adalah pada pH 5,8 (Rukmana, 1997).

Waktu panen ubi kayu yang paling tepat adalah saat karbohidrat per

satuan luas tanah (hektar) mencapai kadar maksimal. Ciri-ciri ubi kayu yang

sudah saatnya dipanen dan kadar karbohidrat/patinya maksimal adalah :

1. Pertumbuhan daun mulai berkurang

2. Warna daun mulai menguning dan banyak rontok

3. Um1ur tanaman telah mencapai 6 – 8 bulan (varietas genjah) atau

9 – 12 bulan (varietas dalam).

Penundaan panen ubi kayu sampai umur lebih dari 12 bulan dapat

menurunkan kualitas ubi kayu. Makin tua umur tanaman ubi kayu, makin

meningkat kadar air, tetapi kadar protein, tepung dan HCN nya turun secara

drastic pada umur 13 bulan. Saat panen ubi kayu yang tepat dipengaruhi iklim,

varietas, jarak tanam dan kesuburan tanah (Rukmana, 1997).

Tanaman ubi kayu banyak diperkebunan Indonesia, hampir di setiap

daerah dijumpai tanaman ubi kayu. Sebab ubi kayu merupakan tanaman yang

menghasilkan bahan makanan bagi kita dan banyak orang yang menyukainya.

Lagi pula tidak hanya manusia, tetapi hewan pun sangat gemar akan makanan

yang dihasilkan tanaman ubi kayu (Nuryani dan Soedjono 1994).

Ubi kayu yang berkadar sianida tinggi ditandai dengan rasa pahit, dan

bila ubi di potong-potong warnanya berubah menjadi biru. Ubi kayu berkadar

(25)

untuk mengurangi kadar HCN sampai 85% adalah menumbuk kemudian

mengeringkan ubi kayu tersebut (Rukmana, 1997).

2.2 Landasan Teori

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan

efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu dan

efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka

miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber tersebut

menghasilkan pengeluaran yang tidak melebihi pemasukan (Soekartawi, 1995).

Sistem usahatani berhubungan dengan aktivitas produksi tanaman dengan

spectrum yang sangat luas termasuk sistem pengelolaan tanah dan tanaman.

Disamping itu, dapat memberikan kesempatan kepada keluarga petani untuk

memperoleh kegiatan yang dapat digunakan sebagai pekerjaan untuk

meningkatkan pendapatan keluarga. Sistem usahatani yang berkelanjutan dapat

diukur berdasarkan keuntungan yang diperoleh dan resiko yang mungkin terjadi

dapat ditekan seminimal mungkin (Sutanto, 2002).

Produksi usahatani mempergunakan masukan untuk menghasilkan

keluaran. Masukan selalu mencakup tanah dan tenaga, untuk pertanian maju,

masukan ini mencakup sarana produksi dan peralatan yang dibeli (Mosher, 1987).

Produksi merupakan hasil akhir dari prosesatau aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat

dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input.

(26)

Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau yang dapat

digunakan dalam sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai

hasil maksimum. Ukuran dari terjadinya peningkatan produksi nasional adalah

nilai pertumbuhan produksi hasil-hasil pertanian dalam harga konstan.

Kemampuan tanaman memberikan hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim, dan

lahan (Simanjuntak, 2004).

Faktor produksi adalah input produksi seperti, alam, tenaga kerja, modal,

pengelolaan (manajemen) yang akan mempengaruhi produksi usaha tani ubi kayu.

Faktor produksi alam dan tenaga kerja sering disebut faktor produksi primer,

faktor produksi modal dan pengelolaan disebut faktor produksi sekunder. Ada

literatur yang menambahkan faktor produksi teknologi sebagai faktor ke lima.

Namun di sini dinyatakan bahwa faktor teknologi itu bukan terpisah, melainkan

masuk ke masing-masing faktor produksi di atas. Maksudnya ada teknologi yang

berhubungan dengan alam, ada teknologi tersendiri dalam tenaga kerja, dalam

modal dan dalam manajemen. Dengan demikian faktor-faktor produksi tetap

empat (Tarigan, 2007).

Istilah faktor produksi sering juga disebut dengan korbanan produksi,

karena faktor produksi atau input tersebut dikorbankan untuk menghasilkan

produk. Macam faktor produksi atau input ini, berikut jumlah dan kuantitasnya

perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu

produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input)

dan produk (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan faktor

relationship. Dalam rumus matematis, faktor relationship ini ditulis dengan :

(27)

Dimana :

Y = Produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi, X, dan

X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y

Menurut Daniel (2002; 52), faktor produksi adalah faktor yang mutlak

diperlukan dalam proses produksi terdiri dari 4 komponen yaitu tanah, tenaga

kerja, modal, dan manajemen. Sedangkan sarana produksi adalah sarana yang

dibutuhkan dalam proses produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-obatan,

dan tenaga kerja.

Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli.

Sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan

tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja

dapat memberikan manfaat jauh lebih baik bagi manusia. Dengan modal dan

peralatan penggunaan tanah dan tenaga kerja juga dapat dihemat

(Suratiyah, 2006).

Menurut anjuran/literature Amri, 2011 menyatkan bahwa input produksi

ubi kayu yaitu pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan secara terpisah benar-benar

berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ubi kayu. Produksi ubi kayu dapat

dicapai secara optimal apabila penggunaan input produksi seperti bibit, pupuk,

obat-obatan, dan tenaga kerja sudah dilaksanakan dengan baik serta sesuai dengan

sistem usahatani.

Menurut Soekartawi (2002) penyelesaian pengaruh antara Y dan X pada

fungsi produksi linier adalah dengan menggunakan analisis regresi linier

sederhana dan regresi linier berganda. Secara matematik dapat ditulis sebagai

(28)

Pada regresi sederhana:

Y = a + b1X1

Pada regresi berganda:

Y = a + b1X1 + b2X2 + ……….. + bnXn

Dimana:

Y = Hasil produksi

X1, X2, …., Xn = Faktor produksi

b1…bn = Koefisien Regresi

a = Intercept

Produktivitas pertanian meliputi pembibitan tanaman dalam produktivitas

lahan. Produktivitas tanaman adalah totalitas hasil yang diperoleh tanaman dalam

satu kali proses produksi. Produktivitas dilakukan oleh keunggulan bibit, dan

metode budidaya seperti: pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, sistem

pemasaran, dan sistem panen (Simanjuntak, 2004).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : biaya tetap

(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap umumnya

didefinisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh sedikit, contohnya pajak. Biaya untuk pajak

akan tetap dibayar walaupun usahatani itu besar atau gagal sekalipun. Biaya tidak

tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya sarana produksi.

Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah dan

sebagainya. Sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan

(29)

Total biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tetap (fixed cost)

dengan biaya tidak tetap (variable cost), dan dapat ditulis dengan rumus sebagai

berikut:

TC = FC + VC Keterangan:

TC = Total biaya (Rp)

FC = Biaya tetap (Rp)

VC = Biaya Variabel (Rp)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

TR = Y. Py Keterangan :

TR = Total penerimaan

Py = Harga

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani

Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan yang berasal dari nilai

penjualan hasil ditambah dari hasil-hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi

dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari : pengeluaran untuk input (benih,

pupuk, pestisida, obat-obatan), pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar

keluarga, pengeluaran pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya,

sehingga dapat ditulis dengan rumus :

(30)

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

(Soekartawi, 2002).

2.2 Kerangka Pemikiran

Petani adalah orang yang menjalankan dan mengusahakan serta

mengelola usahataninya. Usahatani yang diusahakan didaerah penelitian dalam

hal ini adalah usahatani ubi kayu.

Usahatani adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi (alam, tenaga

kerja, modal, dan keahlian) yang digunakan dalam proses produksi untuk

menghasilkan output.

Agar usahatani ubi kayu dapat berjalan sebagaimana mestinya maka

dibutuhkan beberapa input produksi yang dapat menunjang kegiatan usahatani

tersebut yang terdiri dari bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan lahan.

Biaya produksi yang dikeluarkan dalam suatu usahatani ubi kayu dalah

biaya bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja yang mempengaruhi produksi yang

diterima. Jumlah produksi yang dihasilkan petani akan mempengaruhi penerimaan

petani. Besarnya produksi ditentukan oleh produktivitas petani yang merupakan

jumlah produksi per satuan luas lahan.

Seorang petani di dalam menjalankan usahataninya harus memikirkan

caranya agar dia dapat mengalokasikan input-input yang tersedia dengan

sebaik-baiknya. Penerimaan usahatani ubi kayu akan meningkat apabila penggunaan

(31)

optimal akan menghasilkan produksi yang maksimal, sehingga pendapatan bersih

petani akan meningkat yang dihitung dari penerimaan dikurangi dengan total

biaya produksi. Dari pendapatan bersih petani maka dapat diketahui berapa besar

pengaruh input produksi terhadap pendapatan.

Dalam usahatani ubi kayu penggunaan input produksi dalam jumlah

tertentu dihasilkan produksi ubi kayu. Setelah produksi dikalikan dengan harga

output maka diperoleh penerimaan. Penerimaan setelah dikurangi biaya produksi

diperoleh pendapatan bersih.

Untuk memudahkan pemahaman kerangka pemikiran, secara skematis

(32)

KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan : = mempengaruhi

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran PETANI

Input Produksi:

- Luas Lahan

- Bibit

- Pupuk

- Herbisida

- Tenaga kerja

USAHA TANI UBI KAYU

PRODUKSI

Total Biaya Produksi PENERIMAAN USAHA

TANI

PENDAPATAN

(33)

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori, maka hipotesis penelitian ini dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Penggunaan input produksi luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga

kerja, berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu di daerah penelitian.

2. Penggunaan input produksi luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga

kerja, berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi kayu di daerah

penelitian.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja)

(Singarimbun, 1989), yaitu Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten

Serdang Bedagai. Alasan penentuan dan penetapan daerah tersebut sebagai daerah

penelitian karena desa Sukasari Kecamatan Pegajahan merupakan salah satu

sentra produksi tanaman ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera

Utara, dan dengan mempertimbangkan jarak, dan waktu ke daerah penelitian.

Tabel 3 di bawah ini menunjukkan tentang luas lahan, produksi dan

produktivitas ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010 dengan

Kecamatan Pegajahan sebagai salah satu daerah penghasil ubi kayu terbesar di

Kabupaten Serdang Bedagai.

Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Kecamatan Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

(35)

Jumlah 5,420 123,379 338,691 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi petani yang mengusahakan ubi kayu di Desa Sukasari

Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai adalah 250 kk. Metode

penentuan sampel di Desa Sukasari dilakukan secara metode acak sederhana

(Simple Random Sampling) yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30, karena menurut Roscoe

Ukuran sampel sebanyak 30 sudah dianggap layak dalam penelitian

(Sugiyono, 2010: 131).

3.2Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder

diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten

Serdang Bedagai, Kantor Kecamatan Pegajahan dan Kantor Kepala Desa

Sukasari.

3.4Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier dimana sebuah variabel terikat (variabel Y)

dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Untuk

(36)

tenaga kerja) terhadap variabel terikat yakni produksi digunakan analisis regresi

linier berganda (Hasan, 2002).

Model regresi linier berganda yang digunakan adalah :

Y = a+ b1 X1 + b2X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + u

Keterangan:

Y = Produksi

a = Intercept atau konstanta

X1 = Luas Lahan

X2 = Bibit

X3 = Pupuk

X4 = Herbisida

X5 = Tenaga Kerja

b1…bn = Koefisien Regresi

u = Faktor Pengganggu

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (luas lahan, pupuk, herbisida,

dan tenaga kerja) secara serempak terhadap produksi, digunakan uji F dengan

kriteria uji sebagai berikut:

Jika Fhitung≤ Ftabel : maka terima H0 atau tolak H1

Jika Fhitung > Ftabel : maka terima H1 atau tolak H0

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (luas lahan, pupuk, herbisida,

dan tenaga kerja) secara parsial terhadap produksi, digunakan uji t dengan kriteria

sebagai berikut:

Jika thitung≤ ttabel : maka terima H0 atau tolak H1

Jika thitung > ttabel : maka terima H1 atau tolak H0

(37)

Untuk hipotesis 2, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, yaitu regresi linier dimana sebuah variabel terikat (variabel Y)

dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas (luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan

tenaga kerja) terhadap variabel terikat yakni total biaya produksi digunakan

analisis regresi linier berganda (Hasan, 2002).

Model regresi linier berganda yang digunakan adalah :

Y = a+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + u

Keterangan:

Y = Biaya produksi

a = Intercept atau konstanta

X1 = Luas lahan

X2 = Bibit

X3 = Pupuk

X4 = Herbisida

X5 = Tenaga kerja

b1…bn = Koefisien Regresi

u = Faktor Pengganggu

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (luas lahan, bibit, pupuk,

herbisida, dan tenaga kerja) secara serempak terhadap total biaya produksi,

digunakan uji F dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika Fhitung≤ Ftabel : maka terima H0 atau tolak H1

Jika Fhitung > Ftabel : maka terima H1 atau tolak H0

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (luas lahan, pupuk, herbisida,

dan tenaga kerja) secara parsial terhadap total biaya produksi, digunakan uji t

(38)

Jika thitung≤ ttabel : maka terima H0 atau tolak H1

Jika thitung > ttabel : maka terima H1 atau tolak H0

(Gulo, 2002).

Untuk hipotesis 3, yaitu tingkat pendapatan petani dari usahatani ubi kayu dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan yaitu :

Pendapatan usahatani ubi kayu adalah selisih antara penerimaan dan

semua biaya yang dikeluarkan dalam satu lahan, ditulis dengan rumus:

Pd = TR - TC

Dimana :

Pd = Pendapatan usahatani (Rp)

TR = Total penerimaan (Rp)

TC = Total biaya (Rp)

Kriteria pengambilan keputusan : jika pendapatan > UMP, maka pendapatan

tinggi.

Jika pendapatan < UMP, maka pendapatan

(39)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian

ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

A.Defenisi

1. Usahatani ubi kayu adalah suatu kegiatan yang dijalankan petani dengan

memanfaatkan input produksi yang bertujuan untuk memperoleh

keuntungan.

2. Petani sampel adalah orang yang melaksanakan dan mengolah usahatani

ubi kayu pada sebidang tanah atau lahan.

3. Produksi adalah seluruh hasil usahatani dari seluruh tanaman dalam

bentuk siap dijual.

4. Produktivitas adalah banyaknya produksi ubi kayu yang dapat dihasilkan

oleh tanaman ubi kayu per satuan luas yang dinyatakan dalam ton/ha.

5. Komponen biaya produksi yaitu tenaga kerja, biaya penyusutan, pajak, dan

biaya sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan pertanian dan alsintan

yang dikorbankan selama satu tahun produksi yang dinilai dalam

rupiah/tahun.

6. Input produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan

dalam melaksanakan proses produksi pada usahatani ubi kayu yang terdiri

dari tenaga kerja,bibit, pupuk, dan obat-obatan.

7. Penerimaan usahatani adalah total produksi dikalikan dengan harga jual

petani yang dinilai dengan rupiah.

8. Total pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya

(40)

9. Upah minimum provinsi (UMP) adalah tingkat upah terendah yang telah

ditetapkan provinsi.

B. Batasan Operasional

a) Penelitian ini dilakukan di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan

Kabupaten Serdang Bedagai.

b) Waktu penelitian adalah Tahun 2012.

(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTER PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis, Batas, dan luas Wilayah Desa Penelitian Desa Sukasari di Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

Propinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 10-20 meter di atas permukaan

laut dengan suhu rata-rata 29°C-30°C. Luas wilayah Desa Sukasari adalah 1.150

Ha dan berjarak 5 km dari kota Kecamatan,25 km dari kota Kabupaten dan 50 km

dari kota Propinsi. Gambaran batas wilayah daerah penelitian dapat dilihat

dibawah ini.

Utara : Desa Pegajahan Kec. Pegajahan

Selatan : Desa Bah Sidua-dua Kec. Serbajadi

Barat : Perkampungan R. Sialang Kec. Sei Rampah

Timur : Desa Bingkat/ Desa T.Putus Kec. Pegajahan

4.2. Tata Guna Tanah

4.2.1.Tata Guna Tanah Desa Sukasari

Pola penggunaan tanah Desa Sukasari secara lengkap dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel.1 Keadaan Tata Guna Tanah

(42)

1

Sumber: Data Monografi Desa 2011

Tabel 1 menunjukkan bahwa keadaan tata guna tanah di Desa Sukasari

adalah untuk perkebunan yaitu 400 Ha (34,78 %).Keadaan ini menunjukkan

banyak nya lahan-lahan perkebunan di desa ini.

4.3 Keadaan Penduduk

4.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk Desa Sukasari berjumlah 4.144 jiwa dengan jumlah kepala

keluarga sebanyak 1.125 KK. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1

Sumber: Data Monografi Desa 2011

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yaitu perempuan sebanyak

2122 jiwa dengan persentase 51,5% sedangkan perempuan sebanyak 2022 jiwa

dengan persentase 48,7 %.

(43)

Sebagian besar mata pencarian masyarakat di Desa Sukasari adalah

dalambidang pertanian. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut MataPencarian

No Lapangan Pekerjaan Jumlah Jiwa Persentase

1

Sumber: Data Monografi Desa 2011

Tabel diatas menunjukkan bahwa komposisi penduduk terbesar berdasarkan mata

pencarian di Desa Sukasari. Sebesar 724 jiwa dengan persentase sebesar 64,4%

dan mata pencarian terkecil adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebesar 15 orang

dengan persentase 1,4%.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

suatu desa. Semakin baik sarana dan prasarana penduduk maka akan mempercepat

laju perkembangan desa tersebut. Tabel 4 berikut akan menjelaskan tentang sarana

dan prasarana yang tersedia di Desa Sukasari.

Tabel 4. Distribusi Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah

(44)

3

Sumber: Data Monografi Desa 2011

Dari keadaan sarana dan prasarana di Desa Sukasari dapat dikatakan bahwa

jebutuhan masyarakat sudah terpenuhi baik di bidang pendidikan, keagamaan dan

kesehatan. Kondisi jalan yang ada di Desa Sukasari cukup baik sehingga

memudahkan petani dalam mengangkut hasil panennya dan sarana transportsi

juga cukup tersedia.

4.5. Karakteristik Petani Sampel

Petani sampel yang dimaksud disini adalah seluruh petani ubi kayu yang

mengusahakan tanaman ubi kayu dengan luas lahan ≤ 1 Ha yang berada di Desa

Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.

4.5.1.Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan

kemampuan dalam melaksanakan kegiatan usaha tani nya. Semakin tua umur

petani kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun, yang pada gilirannya

(45)

karena pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan fisik. Keadaan umur

petani responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5. Umur Petani Responden di Desa Sukasari berdasarkan tahun2011

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

1

Sumber. Analisis Data Primer, Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 5 persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran

umur 41-49 sebanyak 19 orang dengan persentase sebesar 63,3% dan persentase

terkecil berada pada kisaran umur ≥50 sebanyak 1 orang dengan persentase

sebesar 3,3%. Artinya petani sampel di daerah penelitian berada pada usia yang

produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usaha taninya.

4.5.2. Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola

ushatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan

usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Karakteristik petani sampel

dari segi pendidikan dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini :

(46)

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

Pendidikan Menegah Pertaman (SMP)

Pendidikan Menegah Atas (SMA)

Sarjana

Sumber. Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-rata petani ubi kayu di daerah penelitian

memiliki tingkat pendidikan menegah atas, yaitu sebanyak 16 orang dengan

persentase sebesar 53,3 % sedangkan sisanya memiliki tingkat pendidikan sekolah

dasar, sekolah menegah pertama, dan sarjana.

4.5.3. Pengalaman Bertani

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan

usahatani adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani

maka semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman bertani

petani responden tanaman ubi kayu dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini :

Tabel 7. Klasifikasi Petani Sampel berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011

No Pengalaman Bertani

(Tahun)

Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

(47)

Sumber. Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai pengalaman

bertani paling besar di daerah penelitian berada pada kisaran 0-10 tahun sebanyak

16 orang dengan persentase sebesar 53,3% dan yang mempunyai pengalaman

bertani paling kecil berada pada >20 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase

16,6%. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani sangat bervariasi,

sehingga masih ada pemula dan sebagian lagi sangat berpengalaman.

4.5.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga pada petani sampel rata-rata 2,8 orang,

interval 0-5 orang. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga pada petani sampel di

daerah penelitian berkisar pada kelompok tanggungan 3-4 orang yaitu sebanyak

17 orang. Jumlah tanggungan keluarga petani sampel dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Sukasari Berdasarkan Tahun 2011

No Kelompok Jumlah Tanggungan (jiwa)

(48)

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga yang

terbesar ada pada kelompok 3-4 orang sebanyak 17 orang dengan persentase

sebesar 56,6% dan yang terkecil terdapat pada kelompok ≥5 orang sebanyak 2

orang dengan persentase 6,6%.

4.6. Penggunaaan Input Produksi di Daerah Penelitian

Ketersediaan input produksi di daerah penelitian secara tidak langsung ikut

mempengaruhi tingkat produksi. Adapun input produksi yang dimaksud disini

adalah lahan, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja. Secara keseluruhan input

produksi cukup tersedia di daerah penelitian, dengan demikian cukup

memudahkan petani dalam menjalankan usahataninya.

4.6.1. Lahan

Ketersedian lahan di daerah penelitian cukup tersedia, dengan demikian

pada petani dapat dengan mudah menjalankan usahataninya tanpa harus menyewa

lahan dari orang lain. Adapun luas lahan rata-rata yang digunakan untuk usaha

tani ubi kayu oleh petani sampel adalah sebesar 0,71 Ha.

4.6.2. Bibit

Bibit ubi kayu di daerah penelitian cukup tersedia. Petani sampel

menggunakan bibit dari hasil penanaman ubi kayu sebelumnya, sehingga petani

sampel tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bibit. Adapun jenis bibit

ubi kayu yang biasa digunakan oleh petani sampel adalah ubi kayu Malaysia.

4.6.3. Pupuk

Pupuk dapat diperoleh petani dengan mudah di toko pertanian yang ada di

(49)

harga Rp 3.000/kg, KCl dengan harga Rp 6.000/kg, dan Sp-36 dengan harga Rp

3.000/kg.

4.6.4. Tenaga Kerja

Tanaga kerja cukup tersedia di daerah penelitian. Tenaga kerja yang

digunakan berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga

biasanya diambil dari penduduk setempat. Upah tenaga kerja untuk pengolahan

lahan, penanaman dan pemupukan adalah Rp 15.000/ra, upah tenaga kerja untuk

penyemprotan adalah Rp 40.000/hari, dan upah tenaga kerja untuk pemanenan

adalah Rp 40/kg dari hasil panen yang diperoleh.

4.6.5. Herbisida

Tanaman harus di jaga dari serangan hama dan penyakit karena dapat

mempengaruhi naik turunya produksi sehingga dalam mencegah serangan hama

dan penyakit maka harus dilakukan pencegahan dengan cara menyemprotkan

obat-obatan. Pada daerah penelitan petani sampel hanya menggunakan pestisida

jenis hebisida karena tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang jarang terserang

hama dan penyakit. Adapun herbisida yang digunakan di daerah penelitian adalah

Rambo dengan harga Rp 45.000/liter dan Bimastar dengan harga Rp 35.000/liter.

4.7. Rata-rata Penggunaaan Input Produksi Pada Usahatani Ubi Kayu Input produksi yang digunakan dalam usahatani ubi kayu di daerah

penelitan ini terdiri dari lahan, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja. Besarnya

penggunaan dari masing-masing input produksi ini dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

(50)

NO Jenis Input Produksi Jumlah Rata-rata

Sumber : Analisis data primer lampiran 1, 2, 3, 4, 5

Dari tabel 9 dapat dilihat besarnya rata-rata penggunaan input produksi

dan harga input produksi yang paling besar adalah tenaga kerja dengan harga

rata-rata Rp 1.921.500

4.7.1. Pengguanaan Lahan

Lahan yang digunakan petani di daerah penelitian adalah lahan milik

sendiri. Adapun rata-rata penggunaan lahan di daerah penelitian adalah 0,71 Ha

dengan rentang antara 0,4 sampai dengan 1 Ha.

Dalam usahatani, luas lahan akan menntukan besar kecilnya produksi,

disamping kesuburan tanah, penerapan teknologi baru yang lebih baik,

pengelolaan usahatani dan status kepemilikan lahan.

(51)

Rata-tata penggunaan bibit usahatani ubi kayu dalam satu musim tanam di

daerah penelitian adalah sebanyak 9.533,33 batang dengan rentang 7.800 sampai

dengan 22.000 batang. Bibit yang digunakan adalah bibit yang diambil dari

penanaman ubi kayu sebelumnya sehingga tidak diperlukan biaya untuk membeli

bibit.

4.7.3. Penggunaan Pupuk

Pupuk sangat berperan penting dalam usahatani ubi kayu di daerah

penelitian. Pupuk yang digunakan pada usahatani ubi kayu adalah pupuk Urea,

KCl, dan Sp-36. Pada saat ubi kayu berumur 3 bulan di berikan pupuk Urea, dan

KCl, kemudian pada saat ubi kayu berumur 6 bulan pupuk yang digunakan adalah

SP-36. Besar rata-rata pemberian pupuk Urea dalam satu kali musim tanam adalah

sebesar 184,50 kg dengan rentang 100 sampai 380 kg, pupuk KCl sebesar

71,50 kg dengan rentang 40 sampai 100 kg, dan pupuk SP-36 sebesar 112,67 kg

dengan rentang 50 sampai 170 kg. Harga pupuk-pupuk tersebut di daerah

penelitian adalah sebagai berikut, pupuk urea dan Sp-36 sebesar Rp 3.000 per

kilogram, pupuk KCl sebesar Rp 6.000 per kilogram.

4.7.4. Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani ubi kayu di daerah penelitian berasal dari

dalam dan luar kelurga. Untuk penyemprotan harga tenaga kerja dinilai

berdasarkan upah per hari orang kerja saat penelitian dilakukan dan dinyatakan

dalam Rupiah per HKO, sedangkan untuk pengolahan lahan, penanaman,

pemupukan, dan pemanenan dilakukan dengan sistem borongan.

Biaya tenaga kerja tersebut dibayar dengan upah Rp 15.000 per rantai

(52)

tenaga kerja sebesar Rp 40.000. per hari. Dan untuk pemanenan upah tenaga kerja

sebesar Rp 40 per kilogram dari hasil panen yang diperoleh. Untuk melihat

besarnya penggunaan tenaga kerja dalam setiap proses produksi dalam satu

musim tanam dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Pengguanaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Ubi Kayu di Daerah Penelitian per Musim Tanam Tahun 2011.

No Jenis Kegiatan Penggunaan Tenaga Kerja (HKO) Total

Dalam Keluarga Luar Keluarga

1

Sumber : Data diolah, Lampiran 5

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa besarnya penggunaan tenaga kerja pada

usahatani ubi kayu yang terdiri dari dalam keluarga sebanyak 15 HKO atau 3,09%

dan dari luar keluarga sebanyak 471 HKO atau 96,91%. Penggunaan tenaga kerja

terbesar terbesar terdapat pada kegiatan pemanenan yaitu sebanyak 169 HKO atau

34,78% dan yang terkecil terdapat pada kegiatan pengolahan lahan yaitu

sebanyak 30 HKO atau 6,17%.

4.7.5. Penggunaan Herbisida

Penggunaan herbisida adalah untuk membasmi gulma pada tanaman yang

(53)

Bimastar. Rata-rata penggunaan Rambo dalam satu musim tanam sebesar 1,68 l

dengan rentang 1 l sampai dengan 3 l dan Bimastar sebesar 0,78 l dengan rentang

0,5 l sampai dengan 1 l. Harga herbisida yang digunakan adalah Rambo Rp.

(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Input Produksi Terhadap Hasil Produksi Usahatani Ubi Kayu Input Produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan

dalam melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan barang. Di daerah

penelitian, digunakan berbagai input produksi untuk menunjang kegiatan

usahatani ubi kayu. Input-input produksi tersebut antara lain luas lahan, bibit,

pupuk, herbisida, dan tenaga kerja. Tujuan penulis adalah untuk menganalisis

bagaimana pengaruh input produksi terhadap besarnya hasil produksi dengan

menggunakan metode analisis regresi linier berganda.

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam model penduga variabel

yang tidak bebas yaitu produksi ubi kayu (Y), dan variabel-variabel bebas yang

diduga mempengaruhi produksi ubi kayu (X) yang terdiri dari luas lahan (X1),

bibit (X2), pupuk (X3), herbisida (X4), dan tenaga kerja (X5).

Dari data penelitian yang dilakukan di lapangan dan telah diolah dengan

menggunakan SPSS didapat hasil pada tabel 11 berikut :

Tabel 11. Hasil Analisis Fungsi Produksi Ubi kayu

Variabel Koefisien Regresi thitung Sig.

Konstanta 1133,120 0,772

Luas Lahan (Ha) 35108,553 12,770 *

Bibit (batang) 0,096 0,679 **

Pupuk (kg) 15,019 2,328 *

(55)

Tenaga Kerja (HKO) -225,029 -2,033 **

R2 = 0,984 Keterangan : Nyata pada α 0,05

R = 0,992 * = Nyata

** = Tidak Nyata

Sumber : Data diolah, lampiran 6

Berdasarkan tabel 10 diatas, maka dibuatlah model fungsi produksi pada

usahatani ubi kayu, yaitu :

Y = 1133,120 + 35108,553 X1 + 0,096 X2 + 15,019 X3 – 1373,013 X4 - 225,029 X5

Untuk nilai koefisien regresi X1 (luas lahan) yang menunjukan besaran

yaitu sebesar 35108,553 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan luas

lahan sebesar 1 Ha dengan input-input lainnya dianggap konstan maka produksi

rata-rata ubi kayu akan meningkat sebesar 35108,553 kg.

Untuk nilai koefisien regresi X2 (bibit) yang menunjukan besaran

yaitu sebesar 0,096 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan bibit sebesar

1 batang dengan input-input lainnya dianggap konstan maka produksi rata-rata ubi

kayu akan meningkat sebesar 0,096 kg.

Untuk nilai koefisien regresi X3 (pupuk) yang menunjukan besaran

yaitu sebesar 15,019 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan pupuk

sebesar 1 kg dengan input-input lainnya dianggap konstan maka produksi rata-rata

ubi kayu akan meningkat sebesar 15,019 kg.

Untuk nilai koefisien regresi X4 (herbisida) yang menunjukan besaran

yaitu sebesar -1373,013 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan

herbisida sebesar 1 l dengan input-input lainnya dianggap konstan maka produksi

(56)

Untuk nilai koefisien regresi X5 (tenaga kerja) yang menunjukan besaran

yaitu sebesar -225,029 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan tenaga

kerja sebesar 1 HKO dengan input-input lainnya dianggap konstan maka

produksi rata-rata ubi kayu akan menurun sebesar 225,029 kg.

5.1.1. Secara Serempak

Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan input terhadap produksi

ubi kayu secara serempak terhadap produksi, maka digunakan uji F. dari hasil

SPSS telah didapat bahwa Fhitung yang diperoleh sebesar 294,238 dan juga dilihat

Ftabel (0,05,5,24) sebesar 2,62. Dari nilai tersebut dapat kita perhatikan bahwa nilai

Fhitung (294,238) > Ftabel (2,62). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 1, yang

menyatakan bahwa “faktor luas lahan, bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja

mempengaruhi produksi usahatani ubi kayu di daerah penelitian” secara serempak

berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ubi kayu diterima.

5.1.2. Secara Parsial

Kemudian untuk melihat hubungan antara input produksi secara parsial

(masing-masing) terhadap produksi ubi kayu, yaitu apakah ada pengaruh

penggunaan input produksi secara parsial terhadap produksi ubi kayu, maka

digunakan uji t. secara parsial variabel luas lahan (X1) berpengaruh nyata terhadap

hasil produksi ubi kayu (Y), dimana thitung = 12,770 lebih besar dari pada ttabel

(0,05:29) = 1,701.

Variabel bibit (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu

(57)

disebabkan karena mutu bibit yang digunakan kurang baik atau kurang tepatnya

perlakuan terhadap bibit yang digunakan.

Variabel pupuk (X3) berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu (Y)

dimana thitung = 2,009 lebih besar dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701.

Variabel herbisida (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi

kayu (Y) dimana thitung = -2,579 lebih kecil dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701. Hal ini

dapat disebabkan karena pemberian herbisida yang tidak tepat guna.

Variabel tenaga kerja (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi

kayu (Y) dimana thitung = -2,033 lebih kecil dari pada ttabel (0,05:29) = 1,701. Hal ini

dapat disebabkan karena satuan yang digunakan adalah hari kerja orang (HKO)

bukan hari kerja per jam (HKP). Petani di daerah penelitian menghitung upah

untuk tenaga kerja yang digunakannya per rantai dengan sistem borongan.

Sehingga dapat diketahui bahwa input tenaga kerja tidak begitu berpengaruh

terhadap peningkatan produksi ubi kayu.

Dari Tabel 10 dapat kita lihat bahwa ada dua variabel yang memiliki nilai

thitung > ttabel. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa input produksi yang

berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi adalah luas lahan, dan pupuk,

sedangkan input lainnya yaitu bibit, herbisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi ubi kayu.

Untuk mengetahui sejauh mana persentase variasi produksi ubi kayu (Y)

dapat ditentukan oleh input produksi (Xi), maka digunakanlah nilai koefisien

determinasi (R2) = 0,984. Hal ini menyatakan bahwa 98,4% variasi produksi

ditentukan oleh variabel faktor-faktor produksi, dan sisanya 1,6% ditentukan oleh

(58)

keeratan antara variabel tidak bebas (Y) dan variabel bebas dapat dilihat bahwa

besarnya nilai R adalah 0,992. Dari nilai ini dapat dikatakan bahwa variabel

produksi ubi kayu (Y) memiliki keeratan hubungan dengan semua variabel

bebasnya (Xi).

5.2. Pengaruh Input Produksi Terhadap Total Biaya Produksi Usahatani Ubi Kayu

Input Produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan

dalam melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan barang. Di daerah

penelitian, digunakan berbagai input produksi untuk menunjang kegiatan

usahatani ubi kayu. Input-input produksi tersebut antara lain luas lahan, bibit,

pupuk, herbisida, dan tenaga kerja. Tujuan penulis adalah untuk menganalisis

bagaimana pengaruh input produksi terhadap total biaya produksi ubi kayu

dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda.

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam model penduga variabel

yang tidak bebas yaitu biaya produksi ubi kayu (Y), dan variabel-variabel bebas

yang diduga mempengaruhi total biaya produksi ubi kayu (X) yang terdiri dari

luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), herbisida (X4), dan tenaga kerja (X5).

Dari data penelitian yang dilakukan di lapangan dan telah diolah dengan

menggunakan SPSS didapat hasil pada tabel 11 berikut :

Tabel 12. Hasil Analisis Fungsi Total Biaya Produksi Ubi kayu

Variabel Koefisien Regresi thitung Sig.

Konstanta 192659,330 1,951

Luas Lahan (Ha) 3165039,229 17,103 *

(59)

Pupuk (kg) 3593,995 8,277 *

Herbisida (l) -19559,804 -0,546 **

Tenaga Kerja (HKO) -5375,427 -0,721 **

R2 = 0,994 Keterangan : Nyata pada α 0,05

R = 0,997 * = Nyata

** = Tidak Nyata

Sumber : Analisis Data Primer, lampiran 7

Berdasarkan tabel 10 diatas, maka dibuatlah model fungsi total biaya

produksi pada usahatani ubi kayu, yaitu :

Y = 192659,330 + 3165039,229 X1 - 13,434X2 + 3593,995 X3 – 19559,804 X4

-5375,427 X5.

Untuk nilai koefisien regresi X1 (luas lahan) yang menunjukan besaran

yaitu 3.165.039,229 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan luas lahan

sebesar 1 Ha dengan input-input lainnya dianggap konstan maka total biaya

produksi rata-rata ubi kayu akan meningkat sebesar Rp 3.165.039,229 juta.

Untuk nilai koefisien regresi X2 (bibit) yang menunjukan besaran

yaitu 13,434 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan bibit sebesar

1 batang dengan input-input lainnya dianggap konstan maka total biaya produksi

rata-rata ubi kayu akan menurun sebesar Rp 13,434.

Untuk nilai koefisien regresi X3 (pupuk) yang menunjukan besaran

yaitu 3.593,995 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan pupuk sebesar

1 kg dengan input-input lainnya dianggap konstan maka total biaya produksi

rata-rata ubi kayu akan meningkat sebesar Rp 3593,995.

Untuk nilai koefisien regresi X4 (herbisida) yang menunjukan besaran

(60)

sebesar 1 l dengan input-input lainnya dianggap konstan maka total biaya

produksi rata-rata ubi kayu akan menurun sebesar Rp 19.559,804.

Untuk nilai koefisien regresi X5 (tenaga kerja) yang menunjukan besaran

yaitu 5.375,427 dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan tenaga kerja

sebesar 1 HKO dengan input-input lainnya dianggap konstan maka total biaya

produksi rata-rata ubi kayu akan menurun sebesar 5.375,427.

5.1.1. Secara Serempak

Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan input produksi terhadap

total biaya produksi ubi kayu secara serempak terhadap total biaya produksi, maka

digunakan uji F. dari hasil SPSS telah didapat bahwa Fhitung yang diperoleh

sebesar 800,516 dan juga dilihat Ftabel (0,05,5,24) sebesar 2,62. Dari nilai tersebut

dapat kita perhatikan bahwa nilai Fhitung (800,516) > Ftabel (2,62). Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis 1, yang menyatakan bahwa “faktor luas lahan,

bibit, pupuk, herbisida, dan tenaga kerja mempengaruhi total biaya produksi

usahatani ubi kayu di daerah penelitian” secara serempak berpengaruh nyata

terhadap biaya produksi ubi kayu diterima.

5.1.2. Secara Parsial

Kemudian untuk melihat hubungan antara input produksi secara parsial

(masing-masing) terhadap total biaya produksi ubi kayu, yaitu apakah ada

pengaruh penggunaan input produksi secara parsial terhadap total biaya produksi

Gambar

Tabel 1. Produksi Tanaman Ubi kayu menurut Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara
Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Serdang     Bedagai  Tahun 2010
Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Kabupaten Serdang   Bedagai  Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pengolahan ubi kayu menjadi mie iris dan opak koin, pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi mie iris dan opak

Dari hasil penelitian diperoleh: luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.. Kata Kunci: ubi

Dalam setiap usahatani petani memerlukan input produksi seperti biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya tambahan (sewa tanah, perawatan mesin, iuran

Value Added Usaha Pengolahan Ubi Kayu menjadi Opak Koin di Kecamatan Pegajahan (2015).. Variabel

Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu menjadi opak koin lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu menjadi mie iris

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pengolahan ubi kayu menjadi mie iris dan opak koin, pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi mie iris dan opak

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu penggunaan pupuk yang tidak efisien, hal ini dikarenakan masih banyak petani

Masalah yang dihadapi petani ubi kayu di Kecamatan Tanjung Morawa yaitu masalah rendahnya produktivitas.Upaya untuk meningkatkan produksi dan perolehan keuntungan maksimum dari