BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan,
Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai
ditentukan secara purposive (sengaja), sebab pada tabel 4. membuktikan bahwa
Kabupaten Serdang Bedagai termasuk salah satu sentra produksi yang
produktivitasnya tertinggi. Menurut Supriana (2016) purposive adalah metode
pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu (disengaja).
Tabel 4. Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Ubi kayu Menurut Kabupaten Sentra Tahun 2013-2015
URAIAN 2013 2014 2015
Tabel 5. Luas Areal, Produksi Ubi kayu, dan Produktivitas Ubi Kayu, Menurut Kecamatan Tahun 2015
Sumber : Badan Pusat Statistik Serdang Bedagai, 2016
Kecamatan Pegajahan merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu
terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai setelah Kecamatan Dolok Masihul,
Kecamatan Pegajahan di pilih karena masih banyak petani ubi kayu di
Kecamatan Pegajahan yang belum menggunakan pupuk sehingga produktivitas
Kecamatan Pegajahan lebih kecil di banding Kecamatan Dolok Masihul. Desa
Suka Sari merupakan salah satu desa di Kecamatan Pegajahan yang 80% kepala
keluarga bermatapencaharian sebagai petani ubi kayu.
3.2 Metode Penetapan Sampel
Berdasarkan hasil pra survey, populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh petani ubi kayu yang berjumlah 920 orang di Desa Suka Sari, Kecamatan
Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk menentukan jumlah petani yang Kecamatan Luas Panen
akan dijadikan sampel maka metode penentuan sampel menggunakan Rumus
Slovin, (Supriana, 2016), dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance) 10 % (0,10)
Jumlah populasi petani ubi kayu adalah 920 petani dengan batas toleransi
10% (0,10), maka jumlah sampel petani ubi kayu yang diambil adalah:
n = 920 = 90,196 petani 1+ 920 (0,10) 2
Penarikan sampel 91 dari 920 populasi dilakukan dengan metode
pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), metode ini
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih dan
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiono, 2008).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari hasil wawancara
dengan responden (petani) didaerah penelitian dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data
yang dilakukan, seperti Badan Pusat Statistik, Balai Penyuluhan Pertanian dan
instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Hipotesis (1) dianalisis dengan model fungsi produksi frontier. Model ini
digunakan untuk menghubungkan antara input dengan output dalam proses
produksi dan untuk mengetahui tingkat keefisienan suatu faktor produksi adalah
fungsi produksi frontier seperti yang dipakai oleh Coelli, et al sebagai berikut :
LnY = b0 + b1LnX1 + e
Adapun pengertian dari setiap variabel fungsi produksi dalam usaha tani
ubi kayu seperti Tabel 6. berikut ini :
Tabel 6. Definisi Variabel Fungsi Produksi Usaha Tani Ubi kayu
Variabel Kode Variabel Skala Pengukur
Dependen Y Output Kg
Independen X1 Pupuk Kg
Bo Intersept
Sumber : (Coelli, 1992)
Efisiensi Teknis
Penelitian ini menggunakan stochastic frontier dengan metode pendugaan
Maximum Likelihood (MLE). Variabel independen penduga fungsi produksi ini
yaitu: Pupuk (X1). Karakter uji efisiensi teknis berdasarkan alat uji frontier
adalah, semakin mendekati 1 maka data dianggap semakin efisien secara teknik.
Adapun formulasi nilai efisiensi teknis setiap petani dapat dicari dengan
menggunakan perbandingan fungsi produksi aktual yang dicapai petani dengan
fungsi produksi frontier (Coelli et. al. 2005) sebagai berikut
yi*
Dimana :
TEi = Efisiensi teknis petani ke-i
yi = Jumlah produksi aktual petani ke-i (Kg)
yi* = Jumlah produksi potensial petani ke-i (Kg)
Nilai efisiensi teknis (TE) berkisar antara 0 sampai sama dengan 1
(0 < TE≤ 1). Jika nilai TE yang mendekati 1 maka penggunaan pupuk semakin
efisien, namun apabila nilai TE mendekati 0, maka penggunaan pupuk dikatakan
semakin inefisien (tidak efisien) secara teknik ( Ningsih. dkk, 2014).
Efisiensi Harga
Menurut Soekartawi (1990) apabila fungsi produksi yang digunakan
adalah fungsi Cobb-Douglas, maka:
Y = AXb
Atau Ln Y = Ln A + bLnX
Maka kondisi produksi marginal adalah:
∂Y / ∂X = b (Koefisien parameter elastisitas)
Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut dengan koefisien
regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian,
maka nilai produksi marginal (NPM) faktor produksi X, dapat ditulis sebagai
berikut:
NPM = bYPy X
Dimana:
b = elastisitas produksi (ubi kayu)
Y = produksi (ubi kayu)
Py = harga produksi (harga ubi kayu)
X = jumlah pupuk
NPM = nilai produktivitas marginal
Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan
yang berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah
input disebut X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan disebut B,
sehingga dapat dituliskan :
B = (Y. Py) – (X. PX)
Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan
nol, dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol.
dB = Py . dY - PX dX dX
Py . MP = PX VMP = PX VMP = 1
PX
dimana :
VMP = Value Marginal Product
Px = harga input
Py = harga output
Y = jumlah output
dB, dX = turunan B dan X
dY, dX = turunan Y dan X
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang
sering terjadi adalah sebagai berikut:
a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai
efisien input X perlu ditambah.
b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk mencapai
efisien input X perlu dikurangi.
c. ((NPMx / Px) = 1 ; artinya penggunaan input X sudah efisien, dan diperoleh
keuntungan maksimal (Soekartawi, 1990).
Efisiensi Ekonomi
Efisiensi Ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknis dan efisiensi
harga (Susantun, 2000). Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis
dengan efisiensi harga/alokatif dari seluruh faktor input dan dapat tercapai
apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga/alokatif
(Soekartawi, 1990).
Jadi, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,
sehingga dapat dituliskan menjadi:
EE = ET . EH
Dimana:
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :
1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien
2. EE >1, maka penggunaan faktor produksi belum efisien
3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien (Soekartawi, 1990).
Hipotesis (2) dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan model
regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor (biaya pupuk,
harga ubi kayu, pengalaman petani, dan pendapatan) terhadap jumlah
penggunaan pupuk. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat bantu
software spss 20. Setelah data diolah menggunakan spss 20, maka dilakukan
interpretasi hasil.
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan maka fungsi
Cobb-douglas yang bersifat non-linier diubah menjadi bentuk linier dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut (Soekartawi, 1990). Sehingga menjadi
bentuk sebagai berikut:
LnY = lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e
Keterangan :
Y = jumlah pupuk
b0 = intercept
x1 = biaya pupuk
x2 = harga ubi
x3 = pengalaman petani
x4 = pendapatan
e = kesalahan pendugaan
Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat
dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh
dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung F-hitung dan koefisien
determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah
koefisien regresi dari masing-masing variable bebas (Xn) yang dipakai secara
terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y).
pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:
1. Uji Determinan (R2)
Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung
dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel
terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas
(explanatory variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana
variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan
(Supriana, 2013).
2. Uji t-hitung
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi
(α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).
Hipotesis:
Ho : Tidak ada pengaruh yang nyata antara biaya pupuk (X1) terhadap variabel
penggunaan pupuk (Y)
H1 : Ada pengaruh yang nyata antara biaya pupuk (X1) terhadap variabel
Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t
t-hitung = bi-Bi Sbi
t-tabel = tα/2(n-p)
Keterangan:
bi = koefisien regresi ke-i
Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i
Bi = parameter ke-I yang dihipotesiskan
n = banyaknya pasangan data
p = jumlah parameter regresi
Kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel
- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka H0 diterima dan H1 ditolak.
- t-hitung ≤ t-tabel α/2 (n-p), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05)
- Jika nilai signifikansi > α, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
-Jika nilai Signifikansi ≤α, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika signifikansi > α maka parameter yang diuji atau faktor-faktor pengaruh biaya pupuk (X1) berpengaruh nyata terhadap jumlah pupuk (Y),
sebaliknya jika signifikansi ≤ α, maka faktor-faktor pengaruh biaya pupuk (X1)
3. Uji F-hitung
Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang
digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap veriabel tidak bebas
(Supriana, 2013). Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:
Hipotesis :
H0 : Tidak ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga
ubi kayu, dan pengalaman bertani terhadap jumlah pupuk.
H1 : Ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga ubi
kayu, dan pengalaman bertani terhadap jumlah pupuk.
Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:
Keterangan:
R2 = koefisien determinan
k = jumlah variabel termasuk intersept
n = jumlah pengamatan
Kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai F-hitung dan F-tabel
- F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka H0 diterima dan H1 ditolak.
- F-hitung ≤ F-tabel α/2 (n-p), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima dan H1 ditolak.
- Jika nilai Signifikansi ≤α maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Apabila Signifikansi < α maka H0 ditolak maka ada pengaruh yang nyata
secara serempak antara biaya pupuk, harga ubi kayu, dan pengalaman bertani
terhadap penggunaan pupuk. Dan sebaliknya bila Signifikansi ≤ H0 diterima maka tidak ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga
ubi kayu, dan pengalaman bertani terhadap jumlah pupuk.
4. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan
dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.
Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal
Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal
Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu
sampel atas suatu distribusi tertentu (Firdaus, 2011).
2) Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau
tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain.
Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi homokedastisitas,
dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heterokedastisitas.
Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heterokedastisitas
Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas,
dengan melihat nilai signifikansi.
Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas)
Sig. ≤ 0,05 = Heterokedastisitas
3) Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang
terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variable, dimana akan
diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas
tersebut melalui besaran koefisien korelasi (R). Dikatakan terjadi
multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60
(pendapat lain : 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika
kefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60) (Sunyoto, 2002). Atau dapat dilihat dari Kriteria nilai uji yang digunakan berikut
ini, yaitu :
Jika nilai tolerance >0,1 dan nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami
multikolinieritas.
Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka model mengalami
multikolinieritas.
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menafsirkan
penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut
:
3.5.1 Definisi
1. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi.
2. Usahatani ubi kayu ialah kegiatan yang dilakukan seseorang di dalam
pembudidayakan tanaman ubi kayu dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan.
3. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output.
Sehingga faktor produksi pupuk dapat diartikan sebagai faktor yang
mempengaruhi total produksi.
4. Fungsi produksi linier adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan
dua atau lebih variabel yang berpangkat satu, dimana variabel yang satu
disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain
disebut variabel independen, yang menjelaskan (X).
5. Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan
output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang
dipergunakan).
6. Efisiensi teknis merupakan proses pengubahan input menjadi output,
kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit kegiatan ekonomi untuk
memproduksi sampai tingkat output maksimum dari input dan teknologi.
Efisiensi teknis dikatakan tercapai apabila Average Product berada di titik
maksimum.
7. Efisiensi harga merupakan kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk
beroperasi pada tingkat nilai produk marjinal (Marginal Value Product)
8. Efisiensi ekonomi manakala petani mampu meningkatkan produksinya
dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan, tetapi dapat menjual
produksinya dengan harga yang tinggi.
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk merupakan
kemungkinan alasan petani menggunakan pupuk pada tanaman ubi kayu
dan sesuai dengan teori fungsi permintaan.
10. Harga ubi kayu ialah harga jual ubi kayu yang berlaku di daerah penelitian
dalam Rupiah.
11. Biaya pupuk ialah jumlah seluruh harga input pupuk yang dipakai petani
ubi kayu di daerah penelitian dalam Rupiah.
12. Pengalaman petani ialah kejadian yang pernah dialami petani ubi kayu
ketika dalam proses budidaya ubi kayu di daerah penelitian.
13. Pupuk pada penelitian ini ialah pupuk kimia dan pupuk organik yang
digunakan petani ubi kayu.
15. Dosis (dose ; dosage) merupakan takaran obat, pupuk, pestisida, dsb;
menyatakan banyaknya bahan (dalam kilogram) persatuan bobot badan
atau satuan luas lahan, yang akan menghasilkan efek yang optimal.
16. Kesesuaian penggunaan pupuk merupakan ketika penggunaan pupuk
seharusnya sama dengan penggunaan pupuk oleh petani ubi kayu.
3.5.2 Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Daerah penelitian di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten
Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani ubi kayu di Desa
Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi
Sumatera Utara.
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah
Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan,
Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Suka Sari adalah salah satu desa dari 13 desa
di Kecamatan Pegajahan. Desa Suka Sari merupakan salah satu desa tertinggi
penghasil ubi kayu di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa
Suka Sari berada pada ketinggian antara 20-30m di atas permukaan laut dengan
suhu rata-rata 29oC-30oC. Luas wilayah Desa Suka Sari adalah sebesar 1.150 Ha
dan berjarak ± 5 Km arah selatan dari Kantor Camat Pegajahan, 25 Km dari Kota
Kabupaten, 50 Km dari Kota Provinsi. Adapun batas-batas wilayah Desa Suka
Sari adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan
Sebelah Timur berbatasan dengan Rambung Sialang Kecamatan Sei Rampah
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bah Sidua-dua Kecamatan Serbajadi
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bingkat/ Desa T. Putus Kecamatan
Pegajahan
4.1.2. Tata Guna Lahan
Desa Suka Sari yang terdiri dari 9 (sembilan) dusun dengan luas wilayah
Tanah Pemukiman : 390 Ha
Tanah Ladang : 358 Ha
Tanah Perkebunan : 400 Ha
Tanah Fasilitas Umum : 2 Ha
4.1.3. Keadaan Penduduk
1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Suka Sari berdasarkan data berjumlah 4.146 jiwa
dengan kepala keluarga sebanyak 1.125 KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Laki-Laki 2.022 48,8
2. Perempuan 2.122 51,2
Jumlah 4.144 100
Sumber: Data Monografi Desa Suka Sari, 2016
Tabel 7. menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 2.124 jiwa
dengan persentase 51,2% sedangkan laki-laki sebanyak 2.022 jiwa dengan
persentase 48,8%.
2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
Penduduk Desa Suka Sari pada umumnya menganut agama islam,dan
hanya sebagian kecil yang menganut agama kristen dan budha. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Islam 3.989 96.1
2. Kristen 148 3,6
3. Budha 7 0,2
Jumlah 4.144 100
Tabel 8. menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di desa Suka Sari
adalah Islam sebanyak 3.989 jiwa dengan persentase 96,1% sedangkan penduduk
yang beragama Kristen sebanyak 148 jiwa dengan persentase 3,6% dan penduduk
yang beragama Budha sebanyak 7 jiwa dengan persentase sebanyak 0,2%.
4.1.4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakasn salah satu faktor penting yang
mempengaruhi kemajuan dan perkembangan suatu desa. Semakin baik sarana
dan prasarana yang tersedia maka akan semakin cepat laju perkembangan desa
tersebut. Berikut adalah distribusi sarana dan prasarana yang tersedia di Desa
Suka Sari yang di jelaskan pada tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Sarana dan Prasarana
No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Paud 3
2. SD-Madrasah ibtidayah 3
3. SLTP 1
Sumber: Data Monografi Desa, 2016
Tabel 9. menunjukkan bahwa desa Suka Sari memiliki 9 unit sarana
pendidikan yang terdiri dari 3 unit Paud, 3 unit SD-Madrasah ibtidayah, 1 unit
SLTP, 1 unit SLTA dan 1 unit SMK. Desa Suka Sari memiliki 4 unit sarana
kesehatan yang terdiri dari 1 unit Puskesmas dan 3 unit Posyandu. Desa Suka
Sari juga memiliki 15 unit sarana tempat peribadatan yang terdiri dari 4 unit
Mesjid, 9 unit Musholla dan 2 unit Gereja.
Petani sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani ubi kayu
yang berdomisili di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang
Bedagai. Jumlah responden yang diambil yaitu sebanyak 92 Orang. Adapun
karakteristik petani sampel adalah sebagai berikut :
4.2.1. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Adapun jenis kelamin sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel
10. berikut:
Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Laki-Laki 62 67,4
2. Perempuan 30 32,6
Jumlah 92 100
Sumber: Data Primer
Tabel 10. menunjukkan bahwa secara umum dari 92 orang sampel di
daerah penelitian, petani sampel yang berjenis kelamin yang paling dominan
adalah laki-laki yaitu sebesar 62 orang dengan persentase 67,4%. Sedangkan
petani sampel yang berjenis kelamin perempuan adalah sebesar 30 orang dengan
persentase 32,6%.
4.2.2. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Umur
Adapun umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 11.
berikut:
Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Umur
Tabel 11. menunjukkan bahwa bahwa secara umum dari 92 orang petani
sampel di daerah penelitian, jumlah petani sampel terbesar berada pada interval
umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 32 orang dengan persentase 34,8%, sedangkan
yang terkecil berada pada interval 20-30 tahun dan >70 tahun yaitu sebanyak 1
orang dengan persentase 1,1%.
4.2.3. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Adapun tingkat pendidikan sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada
tabel 12. berikut:
Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Tidak Sekolah 8 8,7
Tabel 12. menunjukkan bahwa bahwa secara umum dari 92 orang petani
sampel di daerah penelitian, jumlah petani sampel terbesar berdasarkan tingkat
pendidikan berada pada tingkat SD sebanyak 45 orang dengan persentase 48,9%,
tingkat pendidikan SMA sebanyak 25 orang dengan persentase sebesar 27,2%,
tingkat pendidikan SMP sebanyak 14 orang dengan persentase 15,2% dan jumlah
terkecil berada pada tingkat pendidikan petani yang tidak bersekolah yaitu
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga, dan Efisiensi Ekonomi Penggunaan
Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu
Efisiensi diartikan sebagai upaya untuk menggunakan input
sekecil-kecilnya untuk memperoleh produksi yang sebesar-besarnya. Penggunaan input
secara optimal sangat dituntut dalam melakukan kegiatan usahatani, yakni
dengan cara mengalokasikan sumber daya yang terbatas namun mampu
memberikan hasil yang optimal.
Ubi Kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu tanaman pangan
yang dapat memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani jika dikelola
dengan baik. Agar memperoleh keuntungan maksimal maka perlu dilakukan
penggunaan pupuk yang efisien sebagai penunjang pertumbuhannya.
Untuk menghitung efisiensi penggunaan pupuk pada usahatani ubi kayu
dibutuhkan data mengenai jumlah pupuk, biaya pupuk, produksi ubi kayu, dan
harga ubi kayu per hektar dalam satu musim tanam.
Pada tabel 13. disajikan data mengenai jumlah pupuk, biaya pupuk,
Tabel 13. Jumlah Pupuk, Biaya Pupuk, Produksi Ubi Kayu, Harga Ubi Kayu, dan Penerimaan Usahatani Ubi Kayu / Ha / Musim Tanam
91 250 537.500 30.000 650 19.500.000
Sumber: Data Primer, 2017
5.1.1 Efisiensi Teknis
Nilai efisiensi teknis dapat diketahui dari pengolahan data dengan bantuan
Software Frontier Version 4.1 dengan input data yang digunakan adalah jumlah
produksi ubi kayu setiap sampel dan jumlah pupuk yang digunakan setiap sampel
per hektar. Jika nilai efisiensi teknis sama dengan satu maka penggunaan pupuk
sudah efisien dan jika nilai efisiensi teknis kurang dari satu maka penggunaan
pupuk tidak efisien. Tabel 14. berikut adalah adalah hasil olahan data efisiensi
Tabel 14. Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu
No Sampel
Efisiensi
Teknis Keterangan
1 0.89687012 Tidak Efisien
2 0.91999507 Tidak Efisien
3 0.91999507 Tidak Efisien
4 0.97078238 Tidak Efisien
5 0.87777062 Tidak Efisien
6 0.97078238 Tidak Efisien
7 0.87777062 Tidak Efisien
8 0.91999507 Tidak Efisien
9 0.89687012 Tidak Efisien
10 0.71003760 Tidak Efisien
11 0.91999507 Tidak Efisien
12 0.89687012 Tidak Efisien
13 0.97078238 Tidak Efisien
14 0.91999507 Tidak Efisien
15 0.91999507 Tidak Efisien
16 0.92439294 Tidak Efisien
17 0.85303234 Tidak Efisien
18 0.93222905 Tidak Efisien
19 0.92640899 Tidak Efisien
20 0.91999507 Tidak Efisien
21 0.93222905 Tidak Efisien
22 0.87777062 Tidak Efisien
23 0.86685098 Tidak Efisien
24 0.89687012 Tidak Efisien
25 0.93748668 Tidak Efisien
26 0.93222905 Tidak Efisien
27 0.90525943 Tidak Efisien
28 0.93748668 Tidak Efisien
29 0.91999507 Tidak Efisien
30 0.93222905 Tidak Efisien
31 0.87777062 Tidak Efisien
32 0.91295429 Tidak Efisien
33 0.87777062 Tidak Efisien
34 0.92439294 Tidak Efisien
35 0.91999507 Tidak Efisien
36 0.87777062 Tidak Efisien
37 0.93748668 Tidak Efisien
38 0.89687012 Tidak Efisien
39 0.92640899 Tidak Efisien
40 0.93222905 Tidak Efisien
41 0.57152427 Tidak Efisien
42 0.97078238 Tidak Efisien
44 0.93748668 Tidak Efisien
45 0.93222905 Tidak Efisien
46 0.97078238 Tidak Efisien
47 0.91999507 Tidak Efisien
Tabel 14. Lanjutan
48 0.85303234 Tidak Efisien
49 0.85303234 Tidak Efisien
50 0.87777062 Tidak Efisien
51 0.92439294 Tidak Efisien
52 0.87777062 Tidak Efisien
53 0.85303234 Tidak Efisien
54 0.93748668 Tidak Efisien
55 0.91999507 Tidak Efisien
56 0.87777062 Tidak Efisien
57 0.91999507 Tidak Efisien
58 0.97078238 Tidak Efisien
59 0.92640899 Tidak Efisien
60 0.91999507 Tidak Efisien
61 0.87777062 Tidak Efisien
62 0.89687012 Tidak Efisien
63 0.91999507 Tidak Efisien
64 0.87777062 Tidak Efisien
65 0.91999507 Tidak Efisien
66 0.92640899 Tidak Efisien
67 0.91999507 Tidak Efisien
68 0.87777062 Tidak Efisien
69 0.91999507 Tidak Efisien
70 0.57152427 Tidak Efisien
71 0.89687012 Tidak Efisien
72 0.85303234 Tidak Efisien
73 0.87777062 Tidak Efisien
74 0.91999507 Tidak Efisien
75 0.92640899 Tidak Efisien
76 0.93222905 Tidak Efisien
77 0.91295429 Tidak Efisien
78 0.92640899 Tidak Efisien
79 0.90525943 Tidak Efisien
80 0.93222905 Tidak Efisien
81 0.91999507 Tidak Efisien
82 0.89687012 Tidak Efisien
83 0.71003760 Tidak Efisien
84 0.97078238 Tidak Efisien
85 0.92439294 Tidak Efisien
86 0.89687012 Tidak Efisien
87 0.93222905 Tidak Efisien
88 0.91999507 Tidak Efisien
89 0.97078238 Tidak Efisien
90 0.89687012 Tidak Efisien
91 0.89687012 Tidak Efisien
Rata
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan hasil estimasi menggunakan Software Frontier 4.1 diperoleh
nilai rata-rata efisiensi teknis penggunaan pupuk sebesar 0,90. Nilai efisiensi
tersebut menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel dapat mencapai 90% dari
produksi potensial yang diperoleh dengan penggunaan pupuknya. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan pupuk oleh petani ubi kayu hampir mendekati
efisien secara teknis. Hal ini dikarenakan 0,90 < 1 (mendekati 1) dan terdapat
peluang sebesar 10% untuk mencapai efisiensi secara teknis.
Meskipun secara teknis, hasil uji Frontier 0,90 hampir mendekati 1
(efisien). Namun hasil tersebut masih dibawah 1 dan masih termasuk daerah
inefisien. Butuh 0,10 lagi untuk mencapai efisiensi secara teknis, maka
penggunaan pupuk harus dikurangi.
5.1.2. Efisiensi Harga
Nilai efisiensi harga dapat diketahui dari pengolahan data dengan bantuan
Software Frontier Version 4.1 dengan input data yang digunakan adalah biaya
pupuk setiap sampel dan penerimaan setiap sampel per hektar. Jika nilai efisiensi
harga sama dengan satu maka penggunaan pupuk sudah efisien dan jika nilai
efisiensi harga kurang dari satu maka penggunaan pupuk tidak efisien. Tabel 15.
Tabel 15. Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu
No
Sampel Efisiensi Harga Keterangan
1 0.10913688 Tidak Efisien
2 0.10909696 Tidak Efisien
3 0.10920272 Tidak Efisien
4 0.11049138 Tidak Efisien
5 0.10909696 Tidak Efisien
6 0.10867157 Tidak Efisien
7 0.11092542 Tidak Efisien
8 0.10926880 Tidak Efisien
9 0.11089944 Tidak Efisien
10 0.11122643 Tidak Efisien
11 0.11059985 Tidak Efisien
12 0.11125767 Tidak Efisien
13 0.10915936 Tidak Efisien
14 0.11047219 Tidak Efisien
15 0.11081544 Tidak Efisien
16 0.10891958 Tidak Efisien
17 0.10884540 Tidak Efisien
18 0.11080920 Tidak Efisien
19 0.11080039 Tidak Efisien
20 0.11080292 Tidak Efisien
21 0.11079717 Tidak Efisien
22 0.11088623 Tidak Efisien
23 0.10903821 Tidak Efisien
24 0.11058045 Tidak Efisien
25 0.11119150 Tidak Efisien
26 0.11077999 Tidak Efisien
27 0.11088623 Tidak Efisien
28 0.11130265 Tidak Efisien
29 0.10887803 Tidak Efisien
30 0.11082553 Tidak Efisien
31 0.10885143 Tidak Efisien
32 0.11086583 Tidak Efisien
33 0.11133655 Tidak Efisien
34 0.10865470 Tidak Efisien
35 0.11113499 Tidak Efisien
36 0.11107320 Tidak Efisien
37 0.11062973 Tidak Efisien
38 0.11127962 Tidak Efisien
39 0.11113343 Tidak Efisien
40 0.11081771 Tidak Efisien
41 0.10890891 Tidak Efisien
42 0.10759317 Tidak Efisien
43 0.10865470 Tidak Efisien
44 0.10869139 Tidak Efisien
46 0.11099998 Tidak Efisien
47 0.10921623 Tidak Efisien
Tabel 15. Lanjutan
48 0.11104711 Tidak Efisien
49 0.10864440 Tidak Efisien
50 0.11085086 Tidak Efisien
51 0.10865470 Tidak Efisien
52 0.10885143 Tidak Efisien
53 0.10761287 Tidak Efisien
54 0.11049138 Tidak Efisien
55 0.11133341 Tidak Efisien
56 0.10909696 Tidak Efisien
57 0.10920272 Tidak Efisien
58 0.11049138 Tidak Efisien
59 0.11097812 Tidak Efisien
60 0.11124605 Tidak Efisien
61 0.11121849 Tidak Efisien
62 0.11049138 Tidak Efisien
63 0.11132142 Tidak Efisien
64 0.10910165 Tidak Efisien
65 0.11089629 Tidak Efisien
66 0.11113596 Tidak Efisien
67 0.11132020 Tidak Efisien
68 0.10919543 Tidak Efisien
69 0.10874204 Tidak Efisien
70 0.10876459 Tidak Efisien
71 0.11129745 Tidak Efisien
72 0.11085823 Tidak Efisien
73 0.11085386 Tidak Efisien
74 0.10921623 Tidak Efisien
75 0.10869139 Tidak Efisien
76 0.11079053 Tidak Efisien
77 0.11100956 Tidak Efisien
78 0.11100780 Tidak Efisien
79 0.11122840 Tidak Efisien
80 0.11121449 Tidak Efisien
81 0.11099685 Tidak Efisien
82 0.10902250 Tidak Efisien
83 0.11084378 Tidak Efisien
84 0.10865470 Tidak Efisien
85 0.11068510 Tidak Efisien
86 0.10913688 Tidak Efisien
87 0.11080920 Tidak Efisien
88 0.11109832 Tidak Efisien
89 0.11065848 Tidak Efisien
90 0.11105631 Tidak Efisien
91 0.10865470 Tidak Efisien
Rata- Rata 0.11016450 Tidak Efisien
Berdasarkan hasil estimasi menggunakan Software Frontier 4.1 diperoleh
nilai rata-rata efisiensi harga sebesar 0,11. Dimana 0,11 < 1 yang artinya
penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu tidak efisien secara harga. Dilihat
dari hasil penelitian sebanyak 91 sampel, semua sampel tidak mencapai efisiensi
secara harga. Hal ini dikarenakan efisiensi harga dipengarui oleh harga pada
waktu tertentu. Efisiensi harga akan tercapai jika harga mengalami peningkatan.
Pada saat penelitian dilakukan, harga ubi kayu sedang mengalami penurunan.
5.1.3. Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi
harga, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,
sehingga dapat dituliskan menjadi:
EE = ET . EH
Dimana:
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga
Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :
1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien
2. EE >1, maka penggunaan faktor produksi belum efisien
3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien
Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga.
Dari perhitungan efisiensi ekonomi, maka diperoleh hasil efisiensi ekonomi
Tabel 16. Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu
Tabel 16. Lanjutan
48 0,853032340 0,111047110 0,094726776 Tidak Efisien 49 0,853032340 0,108644400 0,092677187 Tidak Efisien 50 0,877770620 0,110850860 0,097301628 Tidak Efisien 51 0,924392940 0,108654700 0,100439638 Tidak Efisien 52 0,877770620 0,108851430 0,095546587 Tidak Efisien 53 0,853032340 0,107612870 0,091797258 Tidak Efisien 54 0,937486680 0,110491380 0,103584197 Tidak Efisien 55 0,919995070 0,111333410 0,102426188 Tidak Efisien 56 0,877770620 0,109096960 0,095762106 Tidak Efisien 57 0,919995070 0,109202720 0,100465964 Tidak Efisien 58 0,970782380 0,110491380 0,107263085 Tidak Efisien 59 0,926408990 0,110978120 0,102811128 Tidak Efisien 60 0,919995070 0,111246050 0,102345818 Tidak Efisien 61 0,877770620 0,111218490 0,097624323 Tidak Efisien 62 0,896870120 0,110491380 0,099096417 Tidak Efisien 63 0,919995070 0,111321420 0,102415158 Tidak Efisien 64 0,877770620 0,109101650 0,095766223 Tidak Efisien 65 0,919995070 0,110896290 0,102024040 Tidak Efisien 66 0,926408990 0,111135960 0,102957352 Tidak Efisien 67 0,919995070 0,111320200 0,102414035 Tidak Efisien 68 0,877770620 0,109195430 0,095848540 Tidak Efisien 69 0,919995070 0,108742040 0,100042141 Tidak Efisien 70 0,571524270 0,108764590 0,062161603 Tidak Efisien 71 0,896870120 0,111297450 0,099819357 Tidak Efisien 72 0,853032340 0,110858230 0,094565655 Tidak Efisien 73 0,877770620 0,110853860 0,097304261 Tidak Efisien 74 0,919995070 0,109216230 0,100478393 Tidak Efisien 75 0,926408990 0,108691390 0,100692681 Tidak Efisien 76 0,932229050 0,110790530 0,103282151 Tidak Efisien 77 0,912954290 0,111009560 0,101346654 Tidak Efisien 78 0,926408990 0,111007800 0,102838624 Tidak Efisien 79 0,905259430 0,111228400 0,100690558 Tidak Efisien 80 0,932229050 0,111214490 0,103677378 Tidak Efisien 81 0,919995070 0,110996850 0,102116555 Tidak Efisien 82 0,896870120 0,109022500 0,097779023 Tidak Efisien 83 0,710037600 0,110843780 0,078703252 Tidak Efisien 84 0,970782380 0,108654700 0,105480068 Tidak Efisien 85 0,924392940 0,110685100 0,102316525 Tidak Efisien 86 0,896870120 0,109136880 0,097881607 Tidak Efisien 87 0,932229050 0,110809200 0,103299555 Tidak Efisien 88 0,919995070 0,111098320 0,102209907 Tidak Efisien 89 0,970782380 0,110658480 0,107425303 Tidak Efisien 90 0,896870120 0,111056310 0,099603086 Tidak Efisien 91 0,896870120 0,108654700 0,097449154 Tidak Efisien Rata- Rata 0,901150600 0,110164500 0,099283102 Tidak Efisien
Dari perhitungan yang telah dilakukan pada tabel 16. maka diperoleh
rata-rata nilai efisiensi ekonomi sebesar 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan pupuk pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian tidak efisien
secara ekonomi karena 0,09 < 1. Artinya, penggunaan pupuk pada tanaman ubi
kayu harus dikurangi agar efisiensi secara ekonomi dapat tercapai. Dengan
demikian, hipotesis (1) yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk pada
usahatani ubi kayu tidak efisien baik secara teknis, harga, maupun ekonomi
diterima kebenarannya.
5.1.4. Penggunaan Pupuk yang Optimal Berdasarkan Teori The Law Of
Diminishing Returns (LDR)
The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang),
Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah
sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari
setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi
kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan.
Petani ubi kayu meningkatkan penggunaan jumlah pupuk dengan harapan
akan meningkatkan hasil produksi ubi kayunya. Sesuai dengan Teori The Low Of
Diminishing Retuns, jika jumlah pupuk ditambahkan pada waktu tertentu
produksi akan mengalami peningkatan. Namun jika penambahan jumlah pupuk
dilakukan secara terus-menerus sampai batas maksimal maka produksi tidak akan
bertambah, tetapi sebaliknya produksi yang dihasilkan akan semakin berkurang.
Untuk mengetahui tingkat penggunaan pupuk yang optimal (EP=1) maka
disajikan data jumlah pupuk, produksi ubi kayu, AP, MP pada tabel 17. sebagai
Tabel 17. Jumlah Pupuk, Produksi Ubi Kayu, AP, MP, dan EP penggunaan pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu/Ha
Tabel 17. Lanjutan
917 37.500 6,82074 10,53210 1,54413 0,00000 0,00
988 40.000 6,89518 10,59663 1,53682 0,86707 0,56
1000 20.000 6,90776 9,90349 1,43368 -55,10447 -38,44
1000 25.000 6,90776 10,12663 1,46598 0,00000 0,00
1000 30.000 6,90776 10,30895 1,49237 0,00000 0,00
1022 30.000 6,92957 10,30895 1,48767 0,00000 0,00
1063 30.000 6,96838 10,30895 1,47939 0,00000 0,00
1115 37.500 7,01661 10,53210 1,50102 4,62668 3,08
1300 12.500 7,17012 9,43348 1,31567 -7,15662 -5,44
1400 37.500 7,24423 10,53210 1,45386 14,82448 10,20
1475 25.000 7,29641 10,12663 1,38789 -7,76965 -5,60
1485 35.000 7,30317 10,46310 1,43268 49,79770 34,76
1571 25.000 7,35974 10,12663 1,37595 -5,94785 -4,32
1900 15.000 7,54961 9,61581 1,27368 -2,69041 -2,11
2167 42.500 7,68095 10,65726 1,38749 7,92969 5,72
2738 30.000 7,91480 10,30895 1,30249 -1,48941 -1,14
3600 40.000 8,18869 10,59663 1,29406 1,05036 0,81
4000 37.500 8,29405 10,53210 1,26984 -0,61255 -0,48
5043 15.000 8,52566 9,61581 1,12787 -3,95622 -3,51
7775 30.000 8,95867 10,30895 1,15072 1,60076 1,39
Pada saat jumlah pupuk 192 Kg/Ha produksi ubi kayu meningkat kembali, dan
kembali menurun pada saat jumlah pupuk 250 Kg/Ha.
Sebagian besar petani ubi kayu yang diteliti, tidak menggunakan pupuk
secara optimal sehingga penggunaan jumlah pupuk harus dikurangi. Dari tabel 17
dapat kita lihat bahwa hanya 2 orang sampel yang menggunakan pupuk secara
optimal sedangkan 1 sampel menggunakan pupuk di bawah optimal yaitu
125kg/ha dan 88 orsng sampel menggunakan pupuk di atas jumlah pupuk
optimal. Hal ini berarti, penambahan jumlah pupuk yang dilakukan oleh petani
ubi kayu tidak mempengaruhi peningkatan jumlah produksi yang diperoleh atau
penambahan output produksi kecil. Pengurangan jumlah pupuk yang berlebihan
tersebut merupakan salah satu alternatif untuk menekan biaya (cost) yang
dianggap tidak terlalu memberikan dampak besar bagi peningkatan jumlah
produksi. Sehingga dana yang diperoleh dari pengoptimalan pupuk dapat
dialokasikan untuk biaya pengadaan faktor produksi lain.
Penggunaan pupuk secara optimal berdasarkan data tersebut dapat dilihat
ketika Avarage Product (AP) sama dengan Marginal Product (MP) atau ketika
AP bersinggungan dengan MP. Salah satu cara untuk melihat titik optimal ialah
dengan melihat dan membandingkan nilai Elastisitas Produksinya (EP). Dimana,
apabila nilai EP hampir mendekati 1 (0 ≤ Ep <1), maka nilai tersebut berada pada daerah efisien .
Pada tabel 17. dapat kita lihat bahwa titik optimal penggunaan jumlah
pupuk berada pada saat penggunaan jumlah pupuk sebesar 150 kg/ha
dengan produksi sebesar 40.000 Kg/ha. Artinya jika penggunaan pupuk diatas
pengurangan jumlah pupuk dan apabila penggunaan pupuk dibawah 150 Kg/Ha,
maka penggunaan pupuk belum optimal dan penggunaan pupuk perlu ditambah.
Adapun komposisi pupuk yang ditemukan dilapangan adalah sebagai
berikut: Urea : 50kg/ha, KCL : 50 kg/ha dan TSP : 50 kg/Ha. Sedangkan
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Salim (2011) menyatakan “bahwa
jumlah pupuk anjuran untuk tanaman ubi kayu yaitu Urea: 60-120 kg/ha, KCL :
50 kg/ha, dan TSP : 30 kg/ha.” Sehingga jumlah pupuk Urea yang digunakan
oleh petani harus ditambah sedangkan jumlah pupuk TSP harus dikurangi karena
sesuai dengan anjuran pemupukan jumlah pupuk Urea harus lebih banyak dari
pada jumlah pupuk TSP.
5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Ubi Kayu
Uji statistik dilakukan dengan metode Regresi Linier Berganda. Data yang
digunakan dalam analisis ini adalah data primer dimana variabel bebasnya yaitu
biaya pupuk (X1), harga ubi kayu (X2), pengalaman bertani (X3), dan pendapatan
(X4). dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar
pengaruhnya terhadap jumlah pupuk yang digunakan (variabel terikat/ Y).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu software spss 20.
Berikut akan disajikan data jumlah pupuk, berikut pupuk, harga ubi kayu,
Tabel 18. Jumlah Pupuk, Biaya Pupuk, Harga Ubi Kayu, Pengalama Petani dan Pendapatan / Ha / Musim Tanam
Tabel 18. Lanjutan
Y= - 3,116 + 0,882 X1 + 0,581 X2– 0,030 X3– 0,408 X4 Berdasarkan persamaan diatas maka dapat diinterpretasikan:
1. Apabila biaya pupuk sama dengan nol, harga ubi kayu sama dengan nol,
pengalaman bertani sama dengan nol dan pendapatan sama dengan nol maka
penggunaan jumlah pupuk mengalami penurunan sebesar -3,116 kg/Ha.
2. Apabila terjadi peningkatan biaya pupuk sebesar Rp.1, maka akan terjadi
peningkatan terhadap penggunaan jumlah pupuk oleh petani ubi kayu sebesar
0,882 Kg/Ha.
3. Apabila terjadi peningkatan harga ubi kayu sebesar Rp.1, maka akan terjadi
peningkatan terhadap penggunaan jumlah pupuk oleh petani ubi kayu sebesar
0,581 Kg/Ha.
4. Apabila terjadi peningkatan pengalaman bertani sebesar 1 tahun, maka akan
terjadi penurunan terhadap penggunaan jumlah pupuk oleh petani ubi kayu
sebesar 0,030 Kg/Ha.
5. Apabila terjadi peningkatan pendapatan sebesar Rp.1, maka terjadi penurunan
terhadap penggunaan jumlah pupuk oleh petani ubi kayu sebesar 0,408
Kg/Ha. Pernyataan diatas berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh
Maiangwa yang menyatakan bahwa “petani dengan pendapatan lebih tinggi
mempunyai kemampuan untuk membeli pupuk di pasar dengan jumlah lebih
banyak”. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk di daerah penelitian sudah
berada pada kondisi daerah irrasional (penggunaan pupuk yang berlebihan).
Sehingga peningkatan pendapatan tidak digunakan untuk penambahan pupuk
5.2.1 Uji Determinan (R2)
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2 (R
Square) yang diperoleh adalah 0,397. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 39,7%
variasi variabel terikat jumlah pupuk telah dapat dijelaskan oleh variabel bebas
biaya pupuk, harga ubi kayu, pengalaman bertani dan pendapatan. Sedangkan
sisanya 60,3% dipengaruhi oleh variabel bebas atau faktor lain yang belum
dimasukkan ke dalam model.
5.2.2.Uji Parsial (Uji t - Statistik)
Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi
(α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5%.
Berdasarkan hasil uji t dari pengolahan data melalui spss 20 untuk menguji
seberapa besar faktor biaya pupuk berpengaruh terhadap jumlah penggunaan
pupuk pada usahatani ubi kayu, diperoleh nilai signifikansi 0,00 < 0,05 maka, H0
ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat pengaruh nyata antara biaya pupuk
terhadap penggunaan jumlah pupuk pada tanaman ubi kayu. Dengan kata lain,
biaya pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan pupuk pada tanaman
ubi kayu.
Hasil uji t faktor harga ubi kayu berpengaruh terhadap jumlah penggunaan
pupuk pada usahatani ubi kayu, diperoleh nilai signifikansi 0,313> 0,05 maka, H0
diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat pengaruh nyata antara harga ubi
lain, harga ubi kayu tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk pada
tanaman ubi kayu.
Hasil uji t faktor pengalaman bertani berpengaruh terhadap jumlah
penggunaan pupuk pada usahatani ubi kayu, diperoleh nilai signifikansi
0,780 > 0,05 maka, H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat pengaruh
nyata antara pengalaman bertani terhadap penggunaan jumlah pupuk pada
tanaman ubi kayu. Dengan kata lain, pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata
terhadap penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu.
Hasil uji t faktor pendapatan berpengaruh terhadap jumlah penggunaan
pupuk pada usahatani ubi kayu, diperoleh nilai signifikansi 0,010 < 0,05 maka,
H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat pengaruh nyata antara pendapatan
terhadap jumlah penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu. Dengan kata lain,
pendapatan berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk pada tanaman ubi
kayu.
5.2.3.Uji Serempak (Uji F - Statistik)
Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh
perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter
X1, X2, dan X3 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi F sebesar
0,000 (<α 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima yang
berarti variabel bebas biaya pupuk, harga ubi kayu, pengalaman bertani, dan
pendapatan secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat jumlah
biaya pupuk, pengalaman petani, dan pendapatan merupakan faktor yang
mempengaruhi penggunaan pupuk diterima kebenarannya.
5.2.4. Uji Normalitas
Hasil uji Kolmogorov Smirnov, hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat
singnifikansi KS adalah sebesar 0,060 ( >α 0,05) maka H0 diterima. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara distribusi residual
dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi normal.
5.2.5.Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil uji Heteroskedastisitas, hasil estimasi menunjukkan
bahwa tingkat signifikansi t seluruh variabel lebih besar dari nilai α (0,05) yaitu
signifikansi biaya pupuk 0,124 > α (0,05), harga ubi kayu 0,392 > α (0,05),
pengalaman bertani 0,291 > α (0,05) dan pendapatan 0,162 > α (0,05), maka artinya tidak heteroskedastisitas pada model regresi atau model regresi
merupakan homoskedastisitas.
5.2.6.Uji Multikolinearitas
Kriteria nilai uji yang digunakan berikut ini, yaitu :
Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami
multikolinieritas.
Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka model mengalami
multikolinieritas.
Berdasarkan hasil uji Multikolinearitas, hasil estimasi menunjukkan bahwa
seluruh variabel memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 yaitu biaya
pupuk memiliki tolerance 0,960 >0,1 dan nilai VIF 1,041 < 10, harga ubi kayu
memiliki tolerance 0,961 > 0,1 dan nilai VIF 1,040 < 10 dan pendapatan
memiliki tolerance 0,888 > 0,1 dan nilai VIF 1,126 < 10, maka artinya model
tidak mengalami multikolinieritas. Dimana tidak terjadi keeratan
hubungan/pengaruh antar variabel bebas (biaya pupuk, harga ubi kayu,
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu tidak efisien baik secara teknik,
harga, maupun ekonomi dan jumlah penggunaan pupuk yang optimal
berdasarkan teori The law Of Diminishing Returns (LDR) pada tanaman ubi
kayu adalah 150 Kg/Ha (Urea : 50 kg/ha, KCL : 50 kg/ha dan TSP: 50 kg/ha).
2. Biaya pupuk dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap penentuan
penggunaan jumlah pupuk pada tanaman ubi kayu. Sedangkan, harga ubi
kayu dan pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata terhadap penentuan
penggunaan jumlah pupuk pada tanaman ubi kayu. Biaya pupuk, harga ubi
kayu, pengalaman bertani, dan pendapatan secara bersama-sama berpengaruh
nyata terhadap penentuan jumlah pupuk pada tanaman ubi kayu.
6.2. Saran
Kepada Petani
Petani ubi kayu di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten
Serdang Bedagai sebaiknya mengurangi jumlah penggunaan pupuk pada tanaman
ubi kayu agar tercapai efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu baik
secara teknik, harga, maupun ekonomi.
Kepada Pemerintah
Pemerintah sebaiknya menyediakan penyuluh khusus untuk tanaman ubi
kayu serta membentuk gapoktan yang dapat memberikan arahan kepada petani
di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai tidak
menggunakan pupuk secara berlebihan yang mengakibatkan penurunan hasil
produksi.
Kepada Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat meneliti efisiensi dan optimasi penggunaan
faktor produksi lain pada tanaman ubi kayu, sehingga petani memperoleh
informasi yang dapat mengefisienkan dan mengoptimalkan seluruh faktor