FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
UBI KAYU ( Manihot esculanta )
(Studi Kasus : Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
LAILAN SYAFINA
080304009
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Studi Kasus : Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
LAILAN SYAFINA
080304009
AGRIBISNIS
Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S) (Emalisa, SP, M.Si) NIP. 196411021989032001 NIP. 196721181998022001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
RIZKI UTAMI (080304065/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ( Manihot esculanta ) (Studi Kasus : Desa Tanduka Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli
Serdang) Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Emalisa, SP, M.Si yang bertujuan untuk Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi kayu di Desa Tandukan Raga.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive
(sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah ini sebahagian besar penduduknya adalah petani. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Metode Sensus, yaitu seluruh populasi merupakan sampel dalam penelitian, dengan jumlah sampel adalah 30. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).
Dari hasil penelitian diperoleh: luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.
Kata Kunci: ubi kayu, produksi.
LAILAN SYAFINA lahir di Medan pada tanggal 4 Agustus 1990,
sebagai anak pertama dari dua bersaudara, seorang putri dari Ayahanda
H. Parlaungan Nasution,BA dan Ibunda Hj. Nurhaida Lubis, SE.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Sabilina Percut Sei Tuan dan
tamat pada tahun 2002.
2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Percut Sei Tuan
dan tamat pada tahun 2005.
3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMAN 10 Medan dan tamat
pada tahun 2008.
4. Tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.
Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:
1. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
2. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
3. Bulan Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Lubuk Palas,
4. Bulan Agustus 2014 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa
Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang. Provinsi
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI UBI KAYU ( Manihot esculanta ) (Studi Kasus: Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisinis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Ayahanda tercinta H. Parlaungan Nasution, BA dan
Ibunda tercinta Hj. Nurhaida Lubis, SE atas seluruh perhatian dan dukungan baik
secara materi, moril maupun doa yang diberikan kepada penulis, serta kepada adik
penulis Fakhrul atas doa dan dukungan yang diberikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
• Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk mengajar dan membimbing serta memberikan
masukan yang berharga dalam menyelesaikan skripsi ini.
• Emalisa, SP, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah mengayomi
dan memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
• Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua program studi Agribisnis, FP-USU dan
Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekertaris program studi Agribisnis,
• Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, FP-USU
khususnya Kak Yani, Kak Lisbeth, Kak Seruni dan Kak Nita yang memberikan
kelancaran dalam hal administrasi.
• Bapak Petani ubi kayu yang telah bersedia meluangkan waktu sehingga penulis
dapat memperoleh data guna menyempurnakan proses pengerjaan skripsi ini.
• Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2008 di Program Studi Agribisnis, khususnya
Irma Yusnita Hsb, SP, Lolisa Efa Matovai, SP, , Sri Ardianti Pratiwi Srg, SP,
Giska Rizky Aulia, SP, Sri Novi Yanti, SP, Rizki Utami, SP, Izzatul Dwina
Mahsaiba, SP, Arini Pebristya Duha, SP, Rafika Zahara, SP, dll yang tidak bisa
disebutkan satu persatu serta kepada kakak-kakak dan abang-abang senior yang
telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih kepada Cindi Habibi,ST yang selama ini dengan setia
memberikan dukungan, doa dan motivasi serta nasehat kepada penulis.
Penulis juga menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.
Medan, 2014
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Kegunaan Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7
2.1. Tinjauan Pustaka ... 7
2.2. Landasan Teori ... 10
2.3. Kerangka Pemikiran ... 13
2.4. Hipotesis ... 15
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 16
3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 17
3.3. Mteode Pengumpulan Data ... 17
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 17
3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 23
3.5.1. Definisi ... 24
3.5.2. Batsan Operasional... 24
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 25
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 25
4.1.1. Letak Geografis ... 25
4.1.2. Keadaan Daerah ... 26
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
5.1. Gambaran Usahatani Ubi Kayu di Daerah Penelitian ... 35
5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ... 37
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
6.1. Kesimpulan ... 49
6.2. Saran ... 49
No. Judul Halaman
1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Ubi Kayu/ Harvest Area,
Yield and Production Of Cassava 2001-2010 ... 5
2. Banyaknya Rumah Tangga Dirinci menurut Mata Pencaharian di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012 ... 16
3. Luas Desa/Kelurahan dan Persentasenya Terhadap Luas Kecamatan STM Hilir Tahun 2012 ... 26
4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012 ... 27
5. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rata Per Desa di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012 ... 28
6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur ... 30
7. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Usaha ... 31
8. Distribusi Volume Bibit Ubi Kayu Dalam Satu Kali Musim Panen ... 31
9. Distribusi Penggunaan Pupuk Urea Pada Usahatani Ubi Kayu ... 32
10. Distribusi Penggunaan Pupuk Posca Pada Usahatani Ubi Kayu ... 32
11. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Penggunaan Tenaga Kerja ... 33
12. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan ... 33
13. Distribusi Produksi Ubi Kayu Dalam Satu Kali Musim Panen ... 34
15. Hasil Uji Asumsi Multikoliniearitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi
Kayu Menggunakan Statistik Kolinearitas ... 38
16. Hasil Uji Asumsi Heteroskedasitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi
Kayu dengan Menggunakan Uji Park ... 38
17. Hasil Uji Asumsi Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu
Menggunakan Uji Kolmograv-Smirnov... 43
18. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Ubi
No. Judul Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran ... 14
2. Grafik Uji Asumsi Heterokedastisitas Model Jumlah Produksi Usahatani
Ubi Kayu ... 40
3. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi
Kayu... ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Karakteristik Petani Sampel Usahatni Ubi Kayu ... 53
2. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ubi Kayu ... 55
3. Biaya Bibit Usahatani Ubi Kayu ... 57
4. Biaya Pupuk Urea dan Pupuk Posca Usahatani Ubi Kayu ... 58
5. Total Biaya Produksi Ubi Kayu ... 59
6. Produksi dan Biaya per Rante Usahatani Ubi Kayu ... 60
7. Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 61
8. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ... 62
RIZKI UTAMI (080304065/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu ( Manihot esculanta ) (Studi Kasus : Desa Tanduka Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli
Serdang) Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Emalisa, SP, M.Si yang bertujuan untuk Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi kayu di Desa Tandukan Raga.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive
(sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah ini sebahagian besar penduduknya adalah petani. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Metode Sensus, yaitu seluruh populasi merupakan sampel dalam penelitian, dengan jumlah sampel adalah 30. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan metode taksiran OLS (Ordinary Least Square).
Dari hasil penelitian diperoleh: luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.
Kata Kunci: ubi kayu, produksi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi kayu atau ketela pohon adalah salah satu komoditas pertanian jenis
umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun
sumber pakan. Hal ini disebabkan karena tanaman ubi kayu mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh
di lahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi,
masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan lumbung hidup.
Selain itu, daun dan umbi ubi kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik
makanan utama maupun selingan.
Ubi kayu segar memiliki nilai ekonomi yang sangat rendah pada saat panen raya,
karena itu perlu suatu upaya meningkatkan nilai tambah (added value) dari ubi
kayu dengan mengolah menjadi beranekaragam produk. Alternatif pengolahan
umbi ubi kayu yang sedang digalakkan oleh pemerintah adalah pengolahan umbi
ubi kayu menjadi tepung ubi kayu. Tepung ubi kayu (kasava) adalah tepung yang
dihasilkan dari penghancuran (penepungan) umbi ubi kayu yang telah
dikeringkan. Dan dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk akhir juga
sebagai substitusi terigu serta dapat digunakan menjadi salah satu komoditi
ekspor maupun bahan baku industri.
Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras
cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya
bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai
kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon
dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan.
Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.
Ubi kayu atau ketela pohon (Manihot Esculenta Grant) adalah salah satu
komoditas pertanian jenis umbi-umbian yang cukup penting di Indonesia baik
sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Hal ini disebabkan karena
tanaman ubi kayu mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan
tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur,
daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu
waktu sehingga dapat dijadikan lumbung hidup. Selain itu, daun dan umbi ubi
kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik makanan utama maupun
selingan.
Ubi kayu merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh di berbagai
lingkungan agroklimat tropis, walaupun tingkat produksinya akan bervariasi
menurut tingkat kesuburan dan ketersediaan air tanah. Ubi kayu merupakan
tanaman yang tahan di lahan kering, sedangkan pada lahan-lahan dengan tingkat
kesuburan tinggi, akan menyerap unsur hara yang banyak.
Ubikayu mempunyai nilai gizi sebagai bahan pangan terutama sebagai sumber karbohidrat.
Beberapa eunggulan ubikayu adalah 1) kadar gizi makro (kecuali protein) dan mikro tinggi,
sehingga sejumlah penderita anemia dan kekurangan vitamin A dan C di tengah masyarakat
gizi makro dan mikro paling tinggi dan proporsional dibandingkan dengan bahan sayuran
lainnya, 3) kadar glikemik dalam darah rendah, 4) kadar serat pangan larut tinggi, 5) dalam usus
dan lambung berpotensi menjadi probiotik, dan 6) secara agronomis mampu beradaptasi
terhadap lingkungan marginal sehingga merupakan sumber kalori potensial di wilayah yang
didominasi oleh lahan marginal dan iklim kering.
Dalam rangka mengatasi rawan pangan dan ketergantungan penduduk terhadap
beras. maka sebagai salah satu kebijakan pemerintah yakni meningkatkan
program diversilikasi pangan. Dalam program tersebut usahatani ubi kayu dan
agroindustrinya memberikan peluang menjadi salah satu alternatif pilihan. Hal ini
dapat dilakukan karena keunggulan-keunggulan yang dimiliki tanaman ubi kayu
yaitu disamping memiliki daya adaptasi cukup tinggi dan usahataninya relatif
lebih mudah. dan juga manfaatnya beragam, baik untuk pangan, pakan. maupun
untuk bahan baku industri.
Menurut Amri, 2011 menyatakan bahwa input produksi ubi kayu yaitu pupuk,
tenaga kerja, dan obat-obatan secara terpisah benar-benar berpengaruh nyata
terhadap hasil produksi ubi kayu. Produksi ubi kayu dapat dicapai secara optimal
apabila penggunaan input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga
kerja sudah dilaksanakan dengan baik serta sesuai dengan sistem usahatani.
Kenaikan jumlah penduduk, kenaikan taraf hidup masyarakat banyak dan untuk
kepentingan kesejahteraan masyarakat menjadi alasan masyarakat mengkonsumsi
ubi kayu mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap komoditi ini sangat
besar. Kuatnya pasaran ubi kayu juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan
berbagai jenis produk makanan, baik itu dalam bentuk cemilan ataupun pakan
ternak.Seperti daun dari ubi kayu dapat digunakan sebagai sayuran yang sangat
laris di pasaran, juga umbi nya dapat dijadikan sebagai makanan ringan seperti
keripik, tapai, juga menjadi tepung tapioca.Jelas bahwa ubi kayu adalah produk
yang multifungsi yang sangat menjanjikan. Pengembangan budi daya ubi kayu di
Indonesia akan lebih baik didukung oleh agroklimatologi dan agroekonomi
wilayah Indonesia yang sesuai untuk ubi kayu.
Sering terjadi, dibalik naiknya produksi ternyata pendapatan petani malah turun
dan berdasarkan pengamatan universal, penyebab perseoalan ini adalah langkanya
informasi yang berkaitan dengan usaha tani dalam pengaplikasian dalam
kehidupan petani sehari-hari.Apalagi bagi petani yang hidupnya jauh terpencil dan
tidak terjangkau oleh jaringan komunikasi.Peran petani sebagai produsen dalam
bernegeoisasi tidak memperlihatkan posisi yang berarti.Seluruh ketentuan yang
disepakati terutama tentang harga jual petani berada sepenuhnya berdasarkan
tawaran pedagang perantara.Hal ini sangat dimungkinkan karena pedagang
perantara pada umumnya telah mendapatkan informasi harga pasar dari para
pedagang besar/eksportir, sedangkan para petani tidak. Ketidakmampuan para
petani dalam mengakses informasi harga serta kondisi permintaan dalam setiap
periode merupakan salah satu masalah penting yang harus ditanggulangi untuk
meningkatkan posisi tawar-menawar yang seimbang.Kendala usahatani di
beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia adalah rendahnya nilai
pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan lahan yang
memiliki petani dan posisi penawaran pada pihak petani yang kurang kuat. Hal
Pada tahun 2001 produksi ubi kayu di Kabupaten Deli Serdang sekitar 238.232
ton dengan rata-rata produksi 123,20 kg/ha. Luas areal usahatani ubi kayu pada
tahun 2001 di Kabupaten Deli Serdang adalah 19.337 ha. Tetapi pada tahun 2010
produksi ubi kayu di Kabupaten Deli Serdang mengalami penurunan yaitu 60.582
ton dengan rata-rata produksi 231,84. Hal ini disebabkan karena luas panen pada
tahun 2010 mengalami penurunan yakin 2.833 ha. Dapat dilihat pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Ubi Kayu / Harvest Area, Yield Rate and Production Of Cassava 2001-2010
No Tahun/ Year
Luas Panen/ Harvest Area (Ha)
Produksi/ Production (Ton) Rata-rata Produksi/ Yield Rate (Kg/Ha)
(1) (2) (3) (4)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 19.337 6.352 6.172 4.916 4.817 5.194 6.331 6.352 6.208 2.833 238.232 77.640 75.729 64.744 102.404 110.426 134.953 129.297 132.614 60.582 123,20 122,23 122,70 131,70 212,59 212,60 213,16 203,55 213,62 231,84
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang
1.2 Idenifikasi Masalah
Masalah penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi
ubi kayu di Desa Tandukan Raga?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ubi kayu di Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten
Deli Serdang.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi petani ubi kayu dalam upaya peningkatan
produksi, umumnya petani ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara dan
khususnya petani ubi kayu di Desa Tanduka Raga Kecamatn STM Hilir
Kabupaten Deli Serdang.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam
melaksanakan pembangunan pertanian.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal
dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu
berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyeberannya hampir ke
seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu
berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya
( Purwono, 2009 ).
Penyebaran tanaman ubi kayu di Nusantara, terjadi pada sekitar tahun 1914- 1918,
yaitu saat terjadi kekurangan atau sulit pangan. Tanaman ubi kayu dapat tumbuh
dengan baik pada daerah yang memiliki ketinggian samapai dengan 2.500 m dari
permukaan laut. Demikian pesatnya tanaman ubi kayu berkembang di daerah
tropis, sehingga ubi kayu dijadikan sebagai bahan makanan pokok ketiga setelah
padi dan jagung. Pada daerah yang kekurangan pangan tanaman ini merupakan
makanan pengganti (substitusi) serta dapat pula dijadikan sebagai sumber
karbohidrat utama. Adapun sentra produksi ubi kayu di Nusantara adalah Jawa,
Lampung, dan NTT ( Sunarto, 2002 ). Umumnya tanaman ini dibudidayakan oleh
manusia terutama adalah untuk diambil umbinya, sehingga segala upaya yang
Sebagai tanaman pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar
500 juta manusia di dunia. Ubi kayu mempunyai kandungan karbohidrat yang
cukup tinggi yaitu sebanyak 32,4 gr dan kalori 567,0 kal dalam 100 gr ubi kayu.
Pemilihan ubi kayu sebagai bahan pangan subtitusi beras mempunyai alasan yang
kuat, karena mudah dibudidayakan, merupakan makanan pokok asli sebagian
masyarakat Indonesia, dan kandungan gizi yang memadai. Selain sebagai bahan
pangan, ubi kayu juga sebagai bahan baku berbagai sektor industri diantaranya
dapat diolah menjadi asam sitrat, monosodium glutamat, sorbitol, glukosa kristal,
dextrose monohydrate, dextrin, alcohol, etanol.
Populasi tanaman dalam budidaya ubi kayu sangat berpengaruh terhadap
produktivitasnya. Faktor dominan yang menetukan populasi tanaman dalam
mendapatkan indeks luas daun optimal adalah tingkat kesuburan tanah dan tipe
kanopi (Wargiono, 2006). Diameter kanopi ubi kayu pada tanah subur lebih lebar
dibanding dengan di tanah kurus. Demikian pula diameter kanopi antara varietas
ubi kayu tipe bercabang dan tidak bercabang. Populasi tanaman ubi kayu lebih
dari 10.000 batang/ha tidak meningkatkan hasil ubi kayu pada tanah yang subur,
baik untuk varietas bercabang maupun tidak bercabang. Jarak tanam segi empat
(100 cm x 100 cm dan 100 cm x 80 cm), jarak tanam model barisan (90 x 74 cm),
memperlihatkan perbedaaan hasil ubi kayu sebesar 7-12% (Tonglum, 2001).
Jarak tanam model barisan dapat digunakan untuk pola tumpang sari, dengan
jarak antar barisan diperlebar menjadi 200-250 cm. Jarak tanam yang dianjurkan
100 x 66 cm atau 125 x 64 cm untuk monokultur pada tanah kurang subur dan 200
Waktu tanam ubi kayu untuk daerah kering dilakukan pada awal musim hujan,
sedangkan di daerah beriklim basah dapat dilakukan dari awal sampai akhir
musim hujan. Hal tersebut berkaitan dengan penyediaan air pada saat tanaman
berumur 0-3 bulan, serta sebelum dan saat panen. Menurut Wagiono (2006),
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku ubi kayu untuk industri, sepanjang tahun
diperlukan pewilayahan hamparan pertanaman berdasarkan waktu tanam dan
umur panen ubi kayu. Wagiono (2006), mengelompokkan pewilayahan tersebut
menjadi enam kelompok, yaitu : 1) kelompok Oktober, 2) kelompok November,
3) kelompok Desember, 4) kelompok Januari, 5) kelompok Februari, dan
6) kelompok Maret dan kebun penyangga April dan Mei.
Menurut Amri, 2011 menyatkan bahwa input produksi ubi kayu yaitu pupuk,
tenaga kerja, dan obat-obatan secara terpisah benar-benar berpengaruh nyata
terhadap hasil produksi ubi kayu. Produksi ubi kayu dapat dicapai secara optimal
apabila penggunaan input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga
kerja sudah dilaksanakan dengan baik serta sesuai dengan sistem usahatani
.
Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2008) menunjukkan
penggunaan input produksi berpengaruh nyata terhadap total biaya produksi ubi
kayu. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, input produksi
yang digunakan dalam usahataninya antara lain, yakni lahan, bibit, tenaga kerja,
pupuk, dan obat-obatan.
2.2 Landasan Teori
Konsep Produksi
Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan input yang ada untuk
menghasilkan barang atau jasa (output). Produksi terkait erat dengan jumlah
penggunaan berbagai kombinasi input dengan jumlah dan kualitas output yang
dihasilkan. Hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang
diciptakan dinamakan fungsi produksi (Sukirno, 2002). Faktor-faktor produksi
dapat dibedakan ke dalam empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal, dan
keahlian keusahawanan. Sedangkan menurut Soekartawi (1990) fungsi produksi
adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang
menjelaskan (X). Hubungan kuantitatif antara masukan dan produksi dikenal
dengan istilah fungsi produksi, sedangkan analisis dan pendugaan hubungan itu
disebut analisis fungsi produksi. Fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Y=f (X₁,X₂,X₃,...Xn)
Keterangan:
Y = Output
X₁,X₂,X₃,...Xn = Input-input yang digunakan dalam proses produksi
Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil yang
berkurang (law of diminishing returns). Tiap tambahan unit masukan akan
mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding
unit tambahan masukan tersebut (Soekartawi, 1986). Sedangkan menurut Sukirno
(2002) menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
akan semakin banyak pertambahannya, tetapi apabila sudah mencapai suatu
tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang, dan akhirnya akan
mencapai nilai yang negatif. Sifat pertambahan produksi yang seperti ini
menyatakan pertambahan produksi total semakin lambat dan pada akhirnyua
mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.
Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai
macam kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Fungsi produksi memberikan output maksimum dalam pengertian fisik dari
tiap-tiap tingkat input dalam pengertian fisik (Beattie dan Taylor, 1996).
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan
variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output
dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Secara matematis,
hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, ...., Xn) Dimana:
Y = produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X, dan
X = faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y
(Soekartawi, 1994).
Faktor Produksi
Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan
faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebut
dengan hubungan antara input dan output. Di samping itu, dalam menghasilkan
suatu produk dapat pula dipengaruhi oleh produk yang lain, bahan untuk
menghasilkan produk tertentu dapat digunakan input yang satu maupun input
yang lain (Suratiyah, 2009).
Dalam berbagai literatur, faktor produksi dikenal pula dengan istilah input,
production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat
menentukan besar atau kecilnya produksi yang diperoleh. Berbagai pengalaman
menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk,
dan obat-obatan, tenaga kerja, serta aspek manajemen adalah faktor produksi yang
terpenting diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi, 2002).
Pembagian faktor-faktor produksi ke dalam tanah, tenaga kerja, dan modal adalah
konvensional. Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan
sifat-sifat tanah yang tak dapat dirusakkan (original and indestructible properties
of the soil) yang dengannya hasil pertanian dapat diperoleh. Tetapi, untuk
memungkinkan diperolehnya produksi, diperlukan tangan manusia, yaitu tenaga
kerja petani (labor). Akhirnya, yang dimaksud modal adalah sumber-sumber
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam melakukan usahatani ubi kayu dibutuhkan berbagai faktor-faktor produksi
(input) yang dapat meningkatkan produksi ubi kayu (output). Faktor-faktor
produksi tersebut adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk
posca, dimana faktor-faktor produksi tersebut menjadi biaya dalam usahatani ubi
kayu. Peningkatan produktivitas juga dibutuhkan agar dapat meningkatkan
produksi ubi kayu sehingga dapat memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat.
Lahan merupakan tempat atau wadah yang digunakan dalam usahatani ubi kayu.
Lahan dalam hal ini adalah ladang. Luas lahan sangat berpengaruh dalam
produksi ubi kayu dikarenakan dengan luas yang memadai maka persentase
kehidupan ubi kayu tinggi sehingga produksi yang diperoleh juga akan tinggi.
Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani ubi kayu juga berpengaruh terhadap
produksi yang dihasilkan. Tenaga kerja menjaga usahahatani ubi kayu dari hama
yang dapat menurunkan persentase kehidupan ubi kayu yang dapat
mengakibatkan produksi yang dihasilkan kecil.
Banyaknya bibit usahatani ubi kayu oleh petani tergantung pada luas lahan yang
dimiliki. Banyaknya bibit yang ditanam berpengaruh terhadap banyaknya
produksi yang dihasilkan. Persentase kehidupan ubi kayu diperoleh sekitar
80-90% dari jumlah keseluruhan bibit yang ditanam.
Penggunaan pupuk pada ubi kayu dapat mempengaruhi tingkat produksi. Jika
pupuk yang digunakan semakin banyak maka tingkat produksi ubi kayu juga
semakin meningkat. Pupuk yang digunakan antara lain urea dan posca.
Dari hasil produksi yang diperoleh kemudian dipasarkan sesuai dengan harga jual
yang telah ditentukan sehingga memperoleh penerimaan. Hasil penerimaan
tersebut bila dikurangkan dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan maka
diperoleh pendapatan bagi petani ubi kayu.
Pengetahuan tentang faktor-faktor produksi atau variabel-variabel yang
mempengaruhi dalam usahahatani ubi kayu dapat menghasilkan efisiensi pada
komponen-komponen tertentu. Faktor-faktor produksi tersebut dapat
mengoptimalkan hasil produksi (output). Secara skematis kerangka pemikiran
tersebut digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: faktor yang berpengaruh Lahan
Pupuk Urea
Pupuk Posca Tenaga
Kerja
2.4. Hipotesis
Luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca berpengaruh
nyata terhadap produksi ubi kayu di Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM
Hilir, Kabupaten Deli Serdang.
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau secara sengaja, yaitu teknik
penentuan sampel data dilakukan dengan pertimbangan tertentu yang telah
dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan (Sugiyono, 2010).
Pertimbangan ini didasarkan karena Desa Tandukan Raga sebagian besar
penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Banyaknya Rumah Tangga
dirinci menurut mata pencaharian di Desa Kecamatan STM Hilir disajikan pada
Tabel 2 berikut
Tabel 2. Banyaknya Rumah Tangga Dirinci menurut Mata Pencaharian di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012
No Desa/Kelurahan Petani Pedagang Peg. Negeri Karyawan Perusahaan Swasta 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. 15. Telun Kenas Sumbul Tandukan Raga Limau Mungkur Nagara Beringin Lau Barus Baru Juma Tombak Gunung Rintih Siguci Kuta Jurung Tala Peta Lau Rakit Penungkiran Lau Rempak Rambai 506 605 721 417 528 317 331 559 319 169 502 338 193 173 136 101 105 72 42 64 52 38 82 41 31 40 28 17 11 10 49 35 41 13 39 29 29 40 37 18 31 21 8 11 5 43 120 236 82 103 298 22 64 19 117 6 3 18 18 24
Jumlah 5.814 734 406 1.173
[image:30.595.113.515.432.710.2]3.2 Metode Pengambilan Sampel
Metoda yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu
secara sensus, karena semua populasi dijadikan subjek penelitian.Sampel sebagai
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi harus diambil
secara representatif (mewakili) agar kesimpulan yang diambil bisa mewakili
keseluruhan populasi (Sugiyono, 2011). Responden yaitu semua anggota aktif
yang merupakan petani ubi kayu sebanyak 30 orang. Populasi target adalah
seluruh unit populasi sedangkan populasi survei adalah sub unit dari populasi
target yang selanjutnya menjadi sampel penelitian (I. Made Wirantha, 2006 ).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada
responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder yang berhubungan dengan penelitian
diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dan Badan Pusat Statistik
Sumatera Utara serta instansi terkait lainnya.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fenomena yang ada di lapangan.
Analisis data secara kuantitatif antara lain analisis fungsi Cobb-Douglas untuk
menganalisis fungsi produksi, karena pada penelitian ini mempunyai variabel X
Untuk tes signifikansinya dapat digunakan tabel kritik F dengan terlebih dahulu
menetapkan derajat kebebasannya, yaitu menggunakan ketentuan sebagai berikut
(n₁- 1) dan (n₂- 2). Jika F observasi harganya lebih kecil dari pada harga kritik F
dalam tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (taraf signifikansi 0,05), maka
varians-varians tersebut adalah homogen, dan sebaliknya jika F observasi lebih
besar dari pada harga F dalam tabel maka dapat dipastikan varians sampel tersebut
adalah heterogen (Soepono, 2002).
Perhitungan varians dilakukan dengan rumus :
S² = ∑(xi−x)²
�−1
(Sudjana, 1992)
Fungsi produksi ditransformasikan menjadi model persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut.
Y = b₀ + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b₅X₅
Dimana :
Y = Produksi usahatani ubi kayu (kg/musim panen)
X₁ = Luas lahan (rante)
X₂ = Tenaga kerja (HOK/rante)
X₃ = Bibit (setek)
X₄ = Pupuk urea (kg)
X₅ = Pupuk posca (kg)
b₀ = Koefisien intersep atau konstanta
Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)
1. Uji asumsi multikolinearitas
Uji asumsi multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan
yang linear antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan
beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat :
• Jika nilai koefisien determinasi (R²) tinggi; dalam uji serempak (F-test),
variabel-variabel eksogen secara serempak berpengaruh nyata terhadap
variabel endogen; tetapi dalam uji secara parsial (t-test), variabel-variabel
eksogen secara parsial banyak yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
endogen, maka hal ini mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.
• Melihat nilai standard error. Nilai standard error yang besar mengindikasikan
terjadinya multikolinearitas.
• Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau
nilai VIF melebihi 10 mengindikasikan terjadinya multikolinearitas.
• Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8 jika
nilai F-hitung melebihi F-tabel dari regresi antar variabel bebas
(Nachrowi dan Usman, 2002)
2. Uji asumsi heteroskedastisitas
Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adlah bahwa
gangguan (disturbance) atau residual yang muncul dalam fungsi regresi populasi
adalah homoskedastik. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas
(Gujarati, 1995). Cara mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas dalam model
regresi dengan Program SPSS adalah dengan analisis grafik. Analisis grafik
dilakukan dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel endogen,
yaitu Y: ZPRED dengan residualnya X: SRESID. Dengan kriteria uji sebagai
berikut.
− Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit): terjadi
heteroskedastisitas.
− Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y: tidak terjadi heteroskedastisitas
(Walpole, 1992).
3. Uji asumsi normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji
t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil. Cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
dalam model regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut.
• Analisis grafik
Analisis grafik dilakukan dengan cara melihat grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dengan kriteria uji sebagai
berikut.
− Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi
normal: data residual model terdistribusi normal.
− Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
berdistribusi normal: data residual model tidak terdistribusi dengan
normal.
• Uji Kolmogorov-Smirnov
Konsep dasar uji Kolmogorov-Smirnov adalah dengan membandingkan
distribusi data yang akan diuji normalitasnya dengan distribusi normal baku.
Cara melakukan Uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut.
a. Lakukan regresi utama OLS.
b. Dapatkan variabel residual (RES_i) dengan mengaktifkan
Unstandardized Residual.
c. Dari menu utama, pilih menu Analyze, lalu pilih Nonparametric Test.
d. Pilih sub-menu 1-Sample K-S.
e. Pada kotak Test Variable List, isi Unstandardized Residual, dan aktifkan
Test Distribution pada kotak Normal.
f. Output SPSS akan menunjukkan besar nilai Kolmogorov-Smirnov.
Dengan kriteria sebagai berikut.
− Jika signifikansi > α : tidak ada perbedaan antara distribusi residual
dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi normal.
− Jika signifikansi ≤ α : ada perbedaan antara distribusi residual dengan
distribusi normal, data residual model tidak berdistribusi normal.
Uji Keseuaian ( test goodness of fit ) model dan uji hipotesis
Ketepatan fungsi regresiu sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
goodnes of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien
determinasi, nilai statistik F, dan nilai satitik t. Perhitungan statistik disebut
siginifikansi secara statitik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis
(daerah dimana H₀ ditolak). Sebaliknya, disebut tidak siginifikansi apabila nilai
uji statistiknya berada dalam daerah dimana H₀ diterima (Ghozali, 2006).
Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang
dianalisis untuk kemudian diinterprestasikan serta dilihat signifikansi tiap-tiap
variabel yang teliti.
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variansi variabel endogen. Koefisien determinasi (R²)
bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel-variabel eksogen dalam
menjelaskan variabel endogen.
1. Uji pengaruh variabel secara serempak (Uji F)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara serempak terhadap
Jika Fhitung≤ Ftabel atau jika signifikansi F >α : H0 diterima
Jika Fhitung> Ftabel atau jika signifikansi F ≤α : H1 diterima
Dimana :
H0 : variabel luas lahan, tenaga kerja , bibit, pupuk urea dan pupuk posca secara
serempak tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.
H1 : variabel luas lahan, tenaga kerja , bibit, pupuk urea dan pupuk posca secara
serempak berpenagruh nyata terhadap produksi ubi kayu.
2. Uji pengaruh variabel secara parsial (Uji t)
Uji t (t-test) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengeruh satu variabel
bebas secara parsial dalam menerangkan variasi variabel terikat. Dengan kriteria
uji sebagai berikut.
Jika thitung≤ ttabel atau jika signifikansi t >α : H0 diterima
Jika thitung> ttabel atau jika signifikansi t ≤α : H1 diterima Dimana :
H0 : variabel luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca secara
parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.
H1 : variabel luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, dan pupuk posca secara
parsial berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.
3. 5 Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka dibuat
definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1. Defenisi
Variabel – variabel yang digunakan dalam menganalisis faktor – faktor yang
mempengaruhi produksi ubi kayu di lokasi penelitian, antara lain:
1. Produksi total ubi kayu adalah dan diukur pada sebidang tanah dengan luasan
tertentu dalam periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg).
2. Bibit adalah jumlah bibit ubi kayu yang digunakan petani luasan tertentu
dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan setek (bibit)
3. Pupuk urea adalah jumlah pupuk urea yang digunakan selama proses
produksi dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg)
4. Pupuk posca adalah jumlah pupuk posca yang digunakan selama proses
produksi dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg)
5. Lahan adalah luas lahan yang diusahakan petani untuk membudidayakan ubi
kayu dan diukur dalam satuan hektar (ha).
6. Tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi dalam satu periode tanam, baik yang berasal dari dalam keluarga
maupun luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan diukur dalam satuan
Hari Kerja Orang (HKO).
3.5.2. Batasan Operasional
1. Populasi penelitian adalah petani ubi kayu.
2. Daerah penelitian adalah Desa Tandukan Raga, Kecamatan STM Hilir,
Kabupaten Deli Serdang.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Letak Geografis
Kecamatan STM Hilir terdiri dari 15 Desa dan 80 Dusun. Sejak tahun 1990
karena adanya penciutan Desa yang mana Kecamatan STM Hilir dikelilingi oleh
Kecamatan Patumbak, Bangun Purba Biru – Biru dan Kecamatan STM Hulu.
Kecamatan STM Hilir luasnya 190,50 Km². Kecamatan STM Hilir memiliki
batasan wilayah dengan daerah lain yaitu :
Sebelah Utara : Kecamatan Patumbak dan Biru-Biru
Sebelah Selatan : Kecamatan STM Hulu
Sebelah Timur : Kecamatan Bangun Purba dan STM Hulu
Sebelah Barat : Kecamatan Biru-Biru
Kecamatan STM Hilir beriklim sedang, dimana sebelah Selatan berbatasan
dengan bukit kecil dan Tinggi dari permukaan laut 190 s/d 500 m.
Kecamatan STM Hilir beriklim sedang, terdiri dari iklim/musim hujan dan musim
kemarau. Kedua iklim ini dipengaruhi oleh 2 arah angin laut dan angin
pegunungan. Curah hujan yang menonjol pada bulan Januari s/d Agustus musim
Desa yang paling luas diantara 16 Desa yang ada di Kecamatan STM Hilir adalah
Desa Lau Barus Baru dan Gunung Rintih yang memiliki luas sebesar 36,93 Km².
Luasan Desa ini adalah adalah 19,39% dari keseluruhan luas Kecamatan STM
Hilir. Luas wilayah menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan STM Hilir Tahun
2012 disajikan pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Luas Desa/Kelurahan dan Persentasenya Terhadap Luas Kecamatan STM Hilir Tahun 2012
No Desa/Kelurahan Luas (Km) Persentase
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13. 14. 15. Telun Kenas Sumbul Tandukan Raga Limau Mungkur Nagara Beringin Lau Barus Baru Juma Tombak Gunung Rintih Siguci Kuta Jurung Tala Peta Lau Rakit Penungkiran Lau Rempak Rambai 3,06 6,97 7,61 9,49 7,52 36,93 6,21 36,93 9,65 8,91 11,71 4,87 6,11 27,71 6,83 1,61 3,66 3,99 4,98 3,95 19,39 3,26 19,39 5,07 4,68 6,15 2,56 3,21 14,54 3,58
Jumlah 190,50 100,00
Sumber : Kecamatan STM Hilir Dalam Angka, 2013
4.1.2. Keadaan Daerah
1. Kependudukan
Penduduk Kecamatan STM Hilir sebanyak 30.563 jiwa terdiri dari 15.848 jiwa
penduduk laki-laki dan 15.699 jiwa penduduk perempuan. Sebanyak 30.563 jiwa
penduduk Kecamatan STM Hilir menyebar di 15 Desa. Jumlah penduduk menurut
jenis kelamin di Kecamatan STM Hilir tahun 2012 disajikan pada Tabel 4.
[image:40.595.113.512.244.506.2]Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012
Dewasa Anak-anak
No Desa Kelurahan Laki- Perem- Laki- Perem- Laki puan laki puan
1. Rambai 208 213 109 96
2. Kuta Jurung 407 386 247 233
3. Penungkiren 256 288 148 120
4. Lau Rakit 485 483 245 220
5. Tala Peta 730 750 366 376
6. Siguci 547 518 252 243
7. Gunung Rintih 1.001 935 451 411
8. Lau Rempah 275 273 148 160
9. Juma Tombak 516 510 296 256
10. Negara/Beringin 977 973 481 481
11. Telun Kenas 925 972 400 384
12. Sumbul 1.076 1.065 565 505
13. Limau Mungkur 806 752 387 341
14. Tandukan Raga 1.604 1.537 706 661
15. Lau Barus Baru 993 973 419 406
Jumlah 10.628 10.806 5.220 4.893
Sumber : Kecamatan STM Hilir Dalam Angka, 2013
Desa Tandukan Raga memiliki jumlah penduduk terpadat di Kecamatan STM
Hilir, yaitu dengan kepadatan sebesar 4.508 jiwa. Dengan jumlah penduduk
laki-laki dewasa yaitu 1.604 jiwa, perempuan dewasa yaitu 1.537 jiwa sedangkan
untuk jumlah penduduk anak-anak yaitu laki-laki berjumlah 706 jiwa dan
perempuan 661 jiwa. Desa dengan jumlah penduduk terjarang di Kecamatan
STM Hilir adalah Desa Rambai dengan kepadatan penduduk sebesar 626 jiwa.
Berdasarkan perbandingan menurut suku bangsa, Suku Karo mendominasi di
Kecamatan STM Hilir sebesar 21.589 jiwa pada tahun 2012, yang diikuti oleh
Suku Jawa sebesar 5.686 jiwa, Simalungun sebesar 2.804 jiwa, Toba sebesar
Jumlah rumah tangga penduduk dan rata-rata per Desa di Kecamatan STM Hilir
tahun 2012
Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-rata Per Desa di Kecamatan STM Hilir Tahun 2012
No. Desa/Kelurahan Rumah Penduduk Rata-rata
Tangga Penduduk
Tiap RT
1. Rambai 175 626 4
2. Kuta Jurung 335 1.273 4 3. Penungkiren 237 812 3
4. Lau Rakit 390 1.433 4
5. Tala Peta 579 2.222 4
6. Siguci 416 1.560 4
7. Gunung Rintih 745 2.798 4 8. Lau Rempah 211 856 4 9. Juma Tombak 420 1.578 4 10. Negara/Beringin 734 2.912 4 11. Telun Kenas 699 2.681 4
12. Sumbul 865 3.211 4
13. Limau Mungkur 554 2.286 4 14. Tandukan Raga 1.071 4.508 4
15. Lau Barus Baru 697 2.791 4
Jumlah 8.128 31.547 4
Sumber : Kecamatan STM Hilir Dalam Angka, 2013
Dari 15 Desa yang ada di Kecamatan STM Hilir terdapat 1 Desa dengan jumlah
rumah tangga lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang lain, yaitu Desa
Tandukan Raga. Desa Tandukan Raga terdapat 1.071 rumah tangga dan jumlah
penduduk 4.508 jiwa. Sedangkan Desa Rambai merupakan desa yang paling
sedikit jumlah rumah tangga yaitu 175 dan jumlah penduduk 626 jiwa.
2. Pendidikan
Pada tahun 2012, Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir memiliki 2 sekolah
tingkat dasar dengan jumlah guru adalah 43 orang dan jumlah murid sebanyak
[image:42.595.116.513.177.457.2]di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir. (Kecamatan STM Hilir Dalam
Angka,2013).
3. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia.
Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, sangat membantu dalam
upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2012 terdapat 1
puskesmas di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir. Tenaga medis
Pemerintah yang tersedia di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir
berjumlah 4 orang bidan dan 1 dukun bayi.
4. Pertanian
Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan,
perternakan, kehutanan, dan perikanan. Selain sub sektor perkebunan, kehutanan
dan perikanan, sub sektor peternakan dan tanaman bahan makanan sangat
berpotensi untuk dikembangkan di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM Hilir.
Selama kurun waktu 2010 – 2013, populasi ternak besar meningkat sebesar
13,20% dan ternak kecil meningkat sebesar 9,85%. Sub sektor tanaman bahan
pangan mencakup tanaman padi, ubi kayu, palawija, dan holtikultura.
4.2 Karakteristik Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah petani usahatani ubi kayu di Desa Tandukan
Raga, Kecamatan STM Hilir yaitu 50 orang. Karakteristik petani meliputi umur,
lama berusaha, jumlah bibit, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk posca, jumlah
tenaga kerja, luas lahan dan jumlah produksi.
1. Umur
Distribusi sampel (petani) berdasarkan umur di daerah penelitian dapat dilihat
[image:44.595.110.510.349.491.2]pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur No. Kelompok Umur
(Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80
5 7 7 8 2 1 16,7 23,3 23,3 26,7 6,7 3,3
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2014
Tabel 6 menunjukkan bahwa kelompok umur petani sampel dengan jumlah
terbanyak untuk usahatani ubi kayu adalah kelompok umur 51 – 60 tahun yaitu
sebanyak 8 jiwa (26,7%). Sedangkan kelompok petani sampel dengan jumlah
paling sedikit untuk usahatani ubi kayu adalah kelompok umur 71 – 80 tahun
2. Lama Berusaha Tani
Karakteristik petani sampel berdasarkan lama berusahatani disajikan pada Tabel 7
berikut.
Tabel 7. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Usaha
No. Lama Usaha
(Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4.
1 – 5 6 – 10 11 – 15 16 – 20
2 14 9 5 6,7 46,6 30 16,7
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer ( Lampiran 1), 2014
Berdasarkan Tabel 7. dapat dilihat bahwa 46,6% petani sampel telah
mengusahatanikan ubi kayu selama 6 – 10 tahun sebanyak 14 jiwa.
3. Jumlah Bibit
Volume bubit ubi kayu yang ditebar di daerah penelitian bervariasi dikarenakan
perbedaan luas lahan. Jumlah bibit yang ditebar berdasarkan hasil penelitian
disajikan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Distribusi Volume Bibit Ubi Kayu Dalam Satu Kali Musim Panen
No. Lama Usaha
(Tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. < 2000 2000 – 3000
15 15
50 50
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis data Primer (Lampiran 3), 2014
Tabel 8 menunjukkan pada usahatani ubi kayu terdapat 15 jiwa (50%) yang
melakukan penebaran bibit sebanyak < 2000 setek/luas lahan dan 15 jiwa (50%)
yang melakukan penebaran bibit sebanyak 2000 - 3000 setek/luas lahan.
[image:45.595.110.511.198.313.2] [image:45.595.111.510.563.648.2]4. Jumlah Pupuk Urea
Distribusi penggunan pupuk urea pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Distribusi Penggunaan Pupuk Urea Pada Usahatani Ubi Kayu No. Lama Pupuk Urea
(Kg) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. < 15 15 – 35
15 15
50 50
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 4), 2014
Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat 50% petani sampel yang menggunakan
pupuk urea sebanyak < 15 kg/lahan. Sedangkan terdapat 50 yang menggunakan
pupuk urea sebanyak 15 – 35 kg/lahan.
5. Jumlah Pupuk Posca
Distribusi penggunaan pupuk posca pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Distribusi Penggunaan Pupuk Posca Pada Usahatani Ubi Kayu No. Lama Pupuk Posca
(Kg) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. < 15 15 – 35
20 10
66,67 33,33
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 4), 2014
Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat 66,67% petani sampel yang menggunakan
pupuk posca sebanyak < 15 kg/lahan. Sedangkan terdapat 33,33% yang
6. Penggunaan Tenaga Kerja
Distribusi penggunaan tenaga kerja pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian
[image:47.595.106.515.199.300.2]dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Penggunaaan Tenaga Kerja
No. Jumlah Kerja (HOK) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. < 5 >5 29 1 96,67 3,33
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2014
7. Luas Lahan Ubi Kayu
Luas lahan tani di daerah penelitian sebesar 2 – 7 rante, dengan rata-rata 4,76/
[image:47.595.111.511.466.551.2]rante Distribusi luas lahan di Desa Tandukan Raga kecamatan STM Hilir pada
Tabel 12
Tabel 12. Distribusi Petani sampel Berdasarkan Luas Lahan
No. Luas Lahan
(rante) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. < 15 5 – 10
15 15
50 50
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2014
Tabel 12 menunjukkan bahwa petani sampel yang memiliki luas lahan < 5 rante
sebanyak 15 jiwa (50%), dan petani yang memiliki luas lahan 5 – 10 rante
sebanyak 15 jiwa (50%).
8. Produksi
Jumlah produksi ubi kayu bervariasi dikarenakan perbedaan luas lahan dan jumlah
bibit yang ditebar. Jumlah produksi ubi kayu berdasarakan hasil penelitian
[image:48.595.105.511.227.312.2]disajikan pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Distribusi Produksi Ubi Kayu Dalam Satu Kali Musim Panen
No. Produksi
(Kg)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1. 2.
< 5000 5.000 – 10.000
20 10
66,67 33,33
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2014
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa petani sampel yang memperoleh hasil
produksi lebih besar adalah sebesar 66,67% yaitu sebanyak 20 jiwa. Dan yang
memperoleh hasil produksi 5.000 – 10.000 kg/musim panen adalah sebesar
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Usahatani Ubi Kayu di Daerah Penelitian
Sebagian besar lahan di daerah penelitian merupakan lahan milik PTPN II
(Persero). Sehingga para petani tidak perlu membayar uang sewa lahan. PTPN II
(Persero) meminjamkan lahan kepada para petani untuk menanam tanaman seperti
ubi kayu, kacang, jagung dll. Upah tenaga kerja berkisar Rp 300.000/org/periode.
Luas lahan usahatani ubi kayu rata – rata per petani di Desa Tandukan Raga
Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang adalah 3 – 7 rante.
Bibit ubi kayu pertama kali diperoleh petani dari Pemerintah. Petani tidak perlu
membayar bibit ubi kayu tersebut. Karena Pemerintah memberikan secara gratis
kepada petani ubi kayu. Bibit yang digunakan adalah ubi malaysia. Karena ubi ini
memliki kualitas yang terbaik. Namun untuk penanaman selanjutnya petani
mengggunakan bibit dari tanaman sebelumnya.
Bibit ubi kayu yang diperlukan untuk menanam ubi kayu seluas 1 rante dengan
jarak tanam 22 cm x 22 cm, diperlukan bibit sebanyak kurang lebih 500 batang
bibit/rante. Batang yang baik berdiameter 2-3 cm. Pemotongan batang stek dapat
dilakukan dengan menggunakan pisau atau sabit yang tajam dan steril. Potongan
batang untuk setek yang baik adalah 3-4 ruas mata atau 15-20 cm. Bagian bawah
dari batang stek dipotong miring dengan maksud untuk menambah dan
Pupuk yang digunakan pupuk urea dan pupuk posca. Pada Tahap I Pupuk urea
diberikan pada ubi kayu yang berusia sekitar 1,5 bulan. Sedangkan pada tahap II
pupuk posca diberikan pada ubi kayu yang berusia sekitar 3 bulan. Penyiangan
dilakukan sedikitnya 1 - 2 kali, sehingga tanaman bebas gulma hingga umur 3
bulan. Pada umur 2 – 3 bulan dilakukan pembubunan.
Panen singkong dapat di lakukan setelah tanaman berusia sekitar 8 hingga 10
bulan tergantung kegunaanya. Cara pemanenan dilakukan dengan membuat atau
memangkas batang ubi kayu terlebih dahulu dengan tetap meninggalkan batang
sekitar 15 cm untuk mempermudah pencabutan. Batang dicabut dengan tangan
atau alat pengungkit dari batang kayu atau linggis agar umbi singkong tidak
terluka.
Tenaga kerja yang digunakan ketika panen berlangsung adalah tenaga kerja dalam
keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Hasil panen tersebut langsung diambil
oleh pengumpul dan harga juga ditentukan oleh pengumpul.
Tabel 14. Hasil Rata-rata Luas lahan, biaya produksi, produksi, penerimaan dan pendapatan dalam Usahatani Ubi Kayu
Uraian Satuan Rata-rata per Sampel
1. Luas lahan rante 3,85 2. Biaya produksi Rp 316375
3. Produksi Kg 4197,33
4. Penerimaan Rp 8648000 5. Pendapatan Rp 8331925
Ubi kayu panen sekitar 8 – 10 bulan dengan rata – rata per sampel yaitu sekitar
3,85 rante. Hasil produksi ubi kayu ini cukup besar di daerah penelitian tersebut.
sampel yaitu Rp 316.375. Sementara itu pendapatan rata – rata per sampel
usahatani ubi kayu adalah Rp. 8.331.925/ musim panen.
5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu
Jumlah produksi usahatani ubi kayu di Desa Tandukan Raga Kecamatan STM
Hilir dianalisis dengan metode analisis regresi linier berganda. Jumlah produksi
udang (Y) diduga dipengaruhi oleh bibit ubi kayu (X₁), pupuk urea (X₂), pupuk
posca (X₃), tenaga kerja (X₄), lahan (X₅).
Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)
Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji
asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linear
jumlah produksi usahatani ubi kayu yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi
klasik diuraikan pada bagian berikut.
1. Uji Asumsi Multikolinearitas
Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model jumlah produksi usahatani ubi
kayu disajikan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa masing-masing variabel
eksogen memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF lebih
besar dari 10. Hal ini menunjukkan terjadinya multikolinearitas. Maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi linear jumlah produksi usahatani ubi kayu
terdapat masalah multikolinearitas.
Tabel 15. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu Menggunakan Statistik Kolinearitas
No. Variabel Eksosgen Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1. 2. 3. 4. 5.
Luas Lahan (rante)
Tenaga Kerja (HOK/rante) Bibit (setek)
Pupuk Urea (kg) Pupuk Posca (kg)
0,002 0,082 0,017 0,020 0,012 45,578 12,242 59,087 49,433 84,388
Sumber : Analisis Data Primer, 2014
2. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
a) Uji Park
Metode uji Park yaitu dengan meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel dependen (LnX1 dan LnX2).
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1. Ho : tidak ada gejala heteroskedastisitas
2. Ha : ada gejala heteroskedastisitas
3. Ho diterima bila –t tabel < t hitung < t tabel berarti tidak terdapat
heteroskedastisitas dan Ho ditolak bila t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel
[image:52.595.114.512.573.685.2]yang berarti terdapat heteroskedastisitas.
Tabel 16. Hasil Uji Asumsi Heteroskedasitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu dengan Menggunakan Uji Park
No Variabel Eksosgen Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1. 2. 3. 4. 5.
Luas Lahan (rante) Tenaga kerja (Rp/HOK) Bibit (setek)
Pupuk urea (kg) Pupuk posca (kg)
0,018 0,054 0,015 0,026 0,009 57,050 18,506 67,003 38,655 105,543
Hasil uji asumsi normalitas residual model jumlah produksi usahatani ubi kayu
dengan menggunakan uji park pada Tabel 16 adalah :
− Luas lahan diperoleh nilai t hitung adalah 0,018. Sedangkan nilai t tabel
dapat dicari pada t tabel dengan df = n-2 atau 29 – 2 = 27 pada pengujian
2 sisi (signifikansi 0,025), didapat nilai t tabel sebesar 2,052. Karena nilai t
hitung > t tabel (0,018 < 2,052) maka H₀ ditolak maka yang berarti tidak
terdapat heteroskedastisitas.
− Tenaga kerja diperoleh nilai t hitung adalah 0,054. Sedangkan nilai t tabel
dapat dicari pada t tabel dengan df = n-2 atau 29 – 2 = 27 pada pengujian 2
sisi (signifikansi 0,025), didapat nilai t tabel sebesar 2,052. Karena nilai t
hitung < t tabel (0,054 < 2,052 ) maka H₀ diterima maka yang berarti tidak
terdapat heteroskedasitas.
− Bibit diperoleh nilai t hitung adalah 0,015. Sedangkan nilai t tabel dapat
dicari pada t tabel dengan df = n-2 atau 29 – 2 = 27 pada pengujian 2 sisi
(signifikansi 0,025), didapat nilai t tabel sebesar 2,052. Karena nilai t
hitung < t tabel (0,015 < 2,052) maka H₀ diterima maka yang berarti tidak
terdapat heteroskedasitas.
− Pupuk urea diperoleh nilai t hitung adalah 0,026. Sedangkan nilai t tabel
dapat dicari pada t tabel dengan df = n-2 atau 29 – 2 = 27 pada pengujian 2
sisi (signifikansi 0,025), didapat nilai t tabel sebesar 2,052. Karena nilai t
hitung < t tabel (0,026 < 2,052) maka H₀ diterima maka yang berarti tidak
terdapat heteroskedasitas.
− Pupuk posca diperoleh nilai t hitung adalah 0,009. Sedangkan nilai t tabel
sisi (signifikansi 0,025), didapat nilai t tabel sebesar 2,052. Karena nilai t
hitung < t tabel (0,009 < 2,052) maka H₀ diterima maka yang berarti tidak
[image:54.595.132.507.234.483.2]terdapat heteroskedasitas.
Gambar 2. Grafik Uji Asumsi Heteroskedastisitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu
Sumber : Analisis Data Primer, 2014
Hasil uji asumsi heteroskedasitas dengan menggunakan analisis grafik untuk
model jumlah produksi usahatani ubi kayu dapat dilihat pada gambar 2
menunjukkan bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak
terjadinya heteroskedastisitas. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linear
3. Uji Asumsi Normalitas
a. Analisis Grafik
Gambar 3. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu
Sumber : Analisis Data Primer, 2014
[image:55.595.134.507.238.423.2]Gambar 4. Histogram Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu
Sumber : Analisis Data Primer, 2014
Hasil uji asumsi normalitas residual model jumlah produksi usahatani ubi kayu
dengan menggunakan uji park adalah :
Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal.
Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier jumlah produksi usahatani ubi
kayu memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Kolmogorov-Smirnov
Hasil uji asumsi normalitas residual model jumlah produksi usahatani ubi kayu
dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov disajikan pada Tabel 16. Tabel
16 menunjukkan bahwa nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov pada kolom
Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,041. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari
[image:56.595.128.441.147.348.2]bahwa ada perbedaan antara distribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa
[image:57.595.112.512.186.376.2]data data tersebut tidak berdistribusi normal.
Tabel 16. Hasil Uji Asumsi Normalitas Model Jumlah Produksi Usahatani Ubi Kayu Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
N
Normal Parametera,,b
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
30
0 .0000000
1.11014882E2
0,255
0,255
-0,184
1,395
0,041
Sumber : Analisis Data Primer, 2014
Uji kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji
hipotesis. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi
usahatani ubi kayu disajikan pada Tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat lima
variabel yang berpengaruh terhadap jumlah produksi usahatani ubi kayu
bibit (X₁), Pupuk Urea (X₂), Pupuk Posca (X₃), Tenaga Kerja (X₄), dan Luas
lahan (X₅).
Tabel 17. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Ubi Kayu
No. Variabel Koefisien
Regresi T Hitung Sig. 5%
1. 2. 3. 4. 5. 6. Konstanta
Luas Lahan (rante)
Tenaga Kerja (HOK/rante)
Bibit (setek)
Pupuk Urea (kg)
Pupuk Posca (kg)
235.601 483.074 -284.865 0.196 111.185 26.194 0,768 3,487 -2,523 0,692 4,103 0,688 0,450 0,002 0,019 0,496 0,000 0,498 N N tn N tn R²
F hitung
Signifikansi F
Keterangan :
n = Berpengaruh nyata
tn = Tidak berpengaruh nyata
<