I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan nasional yang bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, leluasa dan murah. Dalam undang-undang Kesehatan kesehatan secara mudah, leluasa dan murah. Dalam undang-undang Kesehatan No.
No. 36 36 Tahun Tahun 2009 2009 dinyatakan dinyatakan bahwa bahwa pembangunan pembangunan kesehatan kesehatan bertujuan bertujuan untukuntuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan upaya-upaya dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan upaya-upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.11
Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut yaitu Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Puskesmas adalah unit membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Puskesmas adalah unit pelaksana
pelaksana teknis teknis dinas dinas kesehatan kesehatan kabupaten/kota kabupaten/kota yang yang bertanggungjawabbertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.22 PuskesmasPuskesmas sebagai salah satu organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat yang sebagai salah satu organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat yang memberikan pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif memberikan pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Salah satu upaya pemulihan (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Salah satu upaya pemulihan kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan
kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan pokok Puskesmas adalah pengobatan.pokok Puskesmas adalah pengobatan.22 Pengelolaan obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari Pengelolaan obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari Puskesmas karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif terhadap Puskesmas karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif terhadap biaya
biaya operasional operasional Puskesmas, Puskesmas, karena karena bahan bahan logistik logistik obat obat merupakan merupakan salah salah satusatu tempat kebocoran anggaran, sedangkan ketersediaan obat setiap saat menjadi tempat kebocoran anggaran, sedangkan ketersediaan obat setiap saat menjadi tuntutan pelayanan kesehatan maka pengelolaan yang efesien sangat menentukan tuntutan pelayanan kesehatan maka pengelolaan yang efesien sangat menentukan keberhasilan manajemen Puskesmas secara keseluruhan. Tujuan pengelolaan obat keberhasilan manajemen Puskesmas secara keseluruhan. Tujuan pengelolaan obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis, jumlah adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas secara efesien, dengan demikian manajemen obat dapat dipakai maupun kualitas secara efesien, dengan demikian manajemen obat dapat dipakai sebagai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang sebagai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang
dimiliki/potensial yang untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan dimiliki/potensial yang untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan efesien. ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan efesien.1,21,2
Kebijakan Obat Nasional (KONAS) bertujuan untuk menjamin Kebijakan Obat Nasional (KONAS) bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat baik dari segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga ketersediaan obat baik dari segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga pemeratan,
pemeratan, pendistribusian pendistribusian dan dan penyerahan penyerahan obat-obatan obat-obatan harus harus sesuai sesuai dengandengan kebutuhan masing-masing Puskesmas. Dengan adanya pengelolaan obat
kebutuhan masing-masing Puskesmas. Dengan adanya pengelolaan obat yang baikyang baik diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi lebih maksimal. diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi lebih maksimal. Pengelola obat serta penjaminan tersedianya obat yang dibutuhkan Puskesmas Pengelola obat serta penjaminan tersedianya obat yang dibutuhkan Puskesmas Putri Ayu adalah Dinas Kesehatan Kota Jambi.
Putri Ayu adalah Dinas Kesehatan Kota Jambi.1,21,2
Ketidakcukupan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu Ketidakcukupan obat-obatan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan/perhitungan perkiraan faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan/perhitungan perkiraan kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang efisien.
kebutuhan obat yang belum tepat, belum efektif dan kurang efisien.33
Permintaan/pengadaan obat juga merupakan suatu aspek dimana Permintaan/pengadaan obat juga merupakan suatu aspek dimana permintaan
permintaan dilakukan dilakukan harus harus sesuai sesuai dengan dengan kebutuhan kebutuhan obat obat yang yang ada ada agar agar tidaktidak terjadi suatu kelebihan atau kekurangan obat. Kelebihan obat atau kekosongan terjadi suatu kelebihan atau kekurangan obat. Kelebihan obat atau kekosongan obat tertentu ini dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan obat yang tidak akurat obat tertentu ini dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan obat yang tidak akurat dan tidak rasional, agar hal-hal tersebut tidak terjadi maka pengelolaan obat dan tidak rasional, agar hal-hal tersebut tidak terjadi maka pengelolaan obat puskesmas perlu
puskesmas perlu dilakukan sesuai dilakukan sesuai yang ditetapkan yang ditetapkan dan diharapkan dan diharapkan dimana dimana dalamdalam pengelolaan harus memperhatikan penerimaan, pe
pengelolaan harus memperhatikan penerimaan, penyimpanan serta pencatatan nyimpanan serta pencatatan dandan pelaporan yang baik.
pelaporan yang baik.44
Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Putri Ayu pada Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Putri Ayu pada tahun 2013 terjadi kekurangan obat untuk beberapa item obat seperti Halloperidol tahun 2013 terjadi kekurangan obat untuk beberapa item obat seperti Halloperidol tablet 1,5 mg, Nifedipin tablet, Meloxicam tablet 7,5 mg, Amoksisillin kapsul 250 tablet 1,5 mg, Nifedipin tablet, Meloxicam tablet 7,5 mg, Amoksisillin kapsul 250 mg, Etambutol HCL 250 mg tablet, Fenobarbital injeksi 50 mg/ml ampul 2 ml, mg, Etambutol HCL 250 mg tablet, Fenobarbital injeksi 50 mg/ml ampul 2 ml, Isosorbit dinitrat tablet 5 mg, Nistatin 500 iu/g tablet salut, Ambroxol sirup, Isosorbit dinitrat tablet 5 mg, Nistatin 500 iu/g tablet salut, Ambroxol sirup, Ciproploxacin kaplet 500 mg, Cetirizin, Domperidone tablet, Antasida DOEN Ciproploxacin kaplet 500 mg, Cetirizin, Domperidone tablet, Antasida DOEN tablet kombinasi, dan Piridoksin HCL tablet 10 mg. Dalam mengatasi masalah tablet kombinasi, dan Piridoksin HCL tablet 10 mg. Dalam mengatasi masalah kekurangan persediaan obat maka Puskesmas Putri Ayu menggunakan sistem Bon kekurangan persediaan obat maka Puskesmas Putri Ayu menggunakan sistem Bon yang d
Dari permasalahan tersebut, dibuatlah makalah
Dari permasalahan tersebut, dibuatlah makalah mengenai ”mengenai ”GambaranGambaran Pengelolaan Obat dan Permasalahannya di Puskesmas
Pengelolaan Obat dan Permasalahannya di Puskesmas Putri Ayu tahun 2013”Putri Ayu tahun 2013”.. 1.2
1.2 TujuanTujuan 1.2.1
1.2.1 Tujuan UmumTujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengelolaan obat dan identifikasi Untuk mengetahui gambaran pengelolaan obat dan identifikasi masalah-masalahnya di Puskesmas
masalahnya di Puskesmas Putri AyPutri Ayu u tahun tahun 2013.2013. 1.2.2
1.2.2 Tujuan KhususTujuan Khusus 1.
1. Untuk mengetahui perencanaan obat di Puskesmas Putri Ayu tahunUntuk mengetahui perencanaan obat di Puskesmas Putri Ayu tahun 2013.
2013. 2.
2. Untuk mengetahui permintaan obat di Puskesmas Putri Ayu tahunUntuk mengetahui permintaan obat di Puskesmas Putri Ayu tahun 2013.
2013. 3.
3. Untuk mengetahui distribusi obat di Puskesmas Untuk mengetahui distribusi obat di Puskesmas Putri Ayu tahun 2013.Putri Ayu tahun 2013. 4.
4. Untuk mengetahui kerasionalan obat di Puskesmas Putri Ayu tahunUntuk mengetahui kerasionalan obat di Puskesmas Putri Ayu tahun 2013.
2013. 5.
5. Untuk mengetahui penghapusan obat di Puskesmas Putri Ayu tahunUntuk mengetahui penghapusan obat di Puskesmas Putri Ayu tahun 2013.
2013. 6.
6. Untuk mengetahui masalah di Puskesmas Putri Ayu dalam pengelolaanUntuk mengetahui masalah di Puskesmas Putri Ayu dalam pengelolaan obat dan menentukan pemecahan masalahnya
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan obat
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian, kerasionalan dan penghapusan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja .6-8
Pengelolaan obat bertujuan memelihara dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis di unit-unit pelayanan kesehatan melalui penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan salah satu contoh pengelolaan obat yang bermanfaat untuk mengendalikan tingkatan stok, perencanaan distribusi, perencanaan kebutuhan obat dan memantau penggunaan
obat.6-8
Terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang dengan sistem informasi manajemen obat untuk menggalang keterpaduan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagaim kendala yang menimbulkan kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlikan untuk mengatasinya.6-8
Pengelolaan obat di Puskesmas bertujuan untuk : a. Terlaksananya peresepan yang rasional.
b. Pengembangan dan peningkatan pelayanan obat yang dapat menjamin: 1) Penyerahan obat yang benar kepada pasien.
2) Dosis dan jumlah yang tepat.
3) Wadah obat yang baik yang dapat menjamin mutu obat. 4) Informasi yang jelas dan benar kepada pasien.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
2.1.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Perencanaan Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO. Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas diwilayah kerjanya.9,10 Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan kebutuhan obat antara lain:
a. Tahap pemilihan obat
Fungsi seleksi/ pemilihan obat adalah untuk menentukkan apakah obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan pola penyakit di daerah. Untuk mendapatkan pengadaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi:
1) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan
2) efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan.
3) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari duplikasi dan kesamaan jenis.
4) Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik.
5) Hindari penggunaan kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.
6) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
b. Tahap perhitungan kebutuhan obat
Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian bulanan masing-masing jenis obat di unit pelayanan kesehatan/puskesmas selama
setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.9,10
Informasi yang didapat dari kompilasi pemakaian obat adalah:
1) Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan kesehatan/puskesmas.
2) Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas.
3) Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat kabupaten/kota. Tahap perhitungan kebutuhan obat menentukkan kebutuhan obat merupakan tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di UPOPPK kabupaten/kota maupun Unit Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD). Masalah kekosongan obat atau kelebihan obat dapat terjadi apabila informasi semata-mata hanya berdasarkan informasi teoritis terhadap kebutuhan pengobatan. Koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan seperti diatas, diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan.6-8
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat di tiap unit pelayanan kesehatan adalah:
1) Metode konsumsi
Metode ini dilakukan dengan menganalisis data komsumsi obat tahun sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Pengumpulan data dan pengolahan data 2. Analisis data untuk informasi dan evaluasi 3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat 2) Metode epidemiologi
Metode ini dilakukan dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit, perkiraan kunjungan dan waktu tunggu (lead time).
Langkah-langkah dalam metode ini antara lain:
2. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit 3. Menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan
4. Menghitung perkiraan kebutuhan obat
5. Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
2.1.2 Permintaan
Permintaan/pengadaan obat adalah suatu proses pengusulan dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayan di puskesmas.9,10
Permintaan/pengadaan dimaksudkan agar obat tersedia dengan jenis dan jumlah yang tepat. Pegadaan meliputi kegiatan pengusulan kepada kota/kabupaten melalui mekanisme Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Permintaan/pengadaan obat di puskesmas merupakan bagian dari tugas distribusi obat oleh Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK), sehingga ketersediaan obat di puskesmas sangat tergantung dari kemampuan GFK dalam melakukan distribusi berdasarkan laporan pemakaian dan permintaan obat di semua puskesmas.6-8
Dalam rangka mengajukan usulan kebutuhan obat ke kota/kabupaten, puskesmas perlu memperhatikan tenggang waktu antara pengajuan usulan dengan waktu penyerahan obat ke puskesmas. Umumnya waktu pengajuan dan pengiriman obat oleh GFK ke masing-masing puskesmas sudah ditetapkan sebelumnya berdasarkan kesepakatan antara GFK dengan puskesmas. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan kesehatan di puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota melalui GFK dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu penyerahan obat kepada puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk mengenai alur permintaan dan penyerahan obat dari GFK ke puskesmas.7-9
Kegiatan permintaan dari puskesmas ke GFK dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Permintaan rutin yaitu permintaan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang disepakati oleh Dinas Kesehatan dan masing-masing Puskesmas.
b. Permintaan khusus yaitu permintaan yang dilakukan diluar jadwal yang telah disepakati apabila terjadi peningkatan yang menyebabkan kekosongan obat dan penanganan kejadian luar bias (KLB) serta obat rusak.6-8
Sumber penyediaan obat di Puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diadakan di Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya merujuk pada DOEN. Selain itu sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.085/1989 tentang kewajiban menuliskan resep generik dan atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, maka hanya obat generik yang diperkenankan tersedia di Puskesmas. Dengan dasar pertimbangan:
a. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan b. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik
c. Menjaga kelangsungan pelayanan publik
d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi alokasi dana obat pelayanan kesehatan publik.
Kegiatan utama dalam permintaan dalam pengadaan obat baik di Rumah sakit maupun Puskesmas antara lain berupa:
a. Menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Mengajukan permintaan kebutuhan obat kepada Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten dan GFK dengan menggunakan LPLPO. c. Penerimaan dan pengecekan jenis dan jumlah obat.
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Setiap penyerahan obat oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota,
kepada Puskesmas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu. Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan obat bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya.7-9
Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas Pembantu dan sub unit kesehatan lainnya merupakan tanggung jawab Kepala Puskesmas induk. Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan
terhadap obat-obat yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditanda tangani oleh petugas penerima/diketahui Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat petugas penerima dapat mengajukan keberatan.6-7
Jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain - lain). Setiap penambahan obat-obatan, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.6-7
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. 6-7
1. Persyaratan gudang dan pengaturan penyimpanan obat. a. Persyaratan gudang
1) Cukup luas minimal 3 x 4 m2 2) ruangan kering tidak lembab
3) ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas
4) perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis.
5) lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan ber-tumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet) 6) dinding dibuat licin
7) hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam 8) gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat 9) mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
10) tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci
11) sebaiknya ada pengukur suhu ruangan b. Pengaturan penyimpanan obat :
1) Obat di susun secara alfabetis
2) Obat dirotasi dengan sistem FIFO dan FEFO
3) Obat disimpan pada rak Obat yang disimpan pada lantai harus di letakan diatas palet
5) Cairan dipisahkan dari padatan
6) Sera, vaksin , supositoria disimpan dalam lemari pendingin 2. Kondisi penyimpanan.
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : a. Kelembaban :
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup sehingga mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut :
1) Ventilasi harus baik, jendela dibuka 2) Simpan obat ditempat yang kering
3) Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka
4) Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin panas udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab
5) Biarkan pengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul 6) kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
b. Sinar matahari :
Kebanyakan cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari. Sebagai contoh : Injeksi Klorpromazin yang terkena sinar matahari, akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluwarsa. 8,9
Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari :
1) Gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap (coklat) 2) Jangan letakkan botol atau vial di udara terbuka
3) Obat yang penting dapat disimpan di dalam lemari 4) Jendela-jendela diberi gorden
5) Kaca jendela dicat putih. c. Temperatur / panas :
Obat seperti Salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas. Sebagai contoh : Salep Oksi Tetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep
tersebut. Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4 – 8 derajat celcius, seperti :8,9 1) Vaksin
2) Sera dan produk darah 3) Antitoksin
4) Insulin
5) Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa) 6) Injeksi oksitosin
Cara mencegah kerusakan karena panas : 1) Pasang ventilasi udara
2) Atap gedung jangan dibuat dari bahan metal 3) Buka jendela sehingga terjadi sirkulasi udara. d. Kerusakan fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik :
1) Dus obat jangan ditumpuk terlalu tinggi karena obat yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan pengambilan obat di dalam dus yang teratas 2) Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika
tidak tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus.
3) Hindari kontak dengan benda - benda yang tajam e. Kontaminasi bakteri
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur.
f. Pengotoran
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan seranggalain yang kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena itu bersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali. Lantai di sapu dan di pel, dinding dan rak dibersihkan.
2.1.3 Distribusi
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan antara lain :
1. Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat, laboratorium)
2. Puskesmas Pembantu 3. Puskesmas Keliling 4. Posyandu
5. Polindes
Distribusi obat bertujuan untuk mendekatkan obat dan alat kesehatan kepada pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan efektif.7-9
Kegiatan distribusi meliputi:
a. Menentukan frekuensi/jadwal distribusi.
Dalam menentukkan frekuensi distribusi perlu pertimbangan jarak sub unit pelayanan dan biaya distribusi yang tersedia.
b. Menentukan jumlah obat
Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian rata-rata setiap jenis obat, sisa stok obat, pola penyakit, jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan dengan menghitung stok optimum setiap jenis obat.8-10
c. Memeriksa mutu dan kadaluarsa obat
Obat dan alat bantu kesehatan yang didistribusi ke sub unit pelayanan kesehatan perlu dicek mutu dan kadaluarsanya.
d. Melaksanakan penyerahan dapat dilakukan dengan cara:
1. Gudang obat menyerahkan/mengirim obat dan diterima di sub unit pelayanan
2. Diambil sendiri oleh petugas sub unit pelayanan. Obat diserahkan dengan formulir LPLPO yang sudah ditanda tangani dan satu
rangkap disimpan sebagai tanda bukti penyerahan/penerimaan obat.
3. Menandatangani dokumen penyerahan obat ke sub unit berupa LPLPO sub unit.
Tata cara pendistribusian obat antara lain:
a. Unit pengelola obat tingkat Kabupaten/Kota melaksanakan distribusi obat ke puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah kerjanya sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit pelayanan kesehatan. b. Obat-obatan yang akan dikirim ke Puskesmas harus disertai dokumen
penyerahan dan pengiriman obat.
c. Sebelum dilakukan pengepakan atas obat-obat yang akan dikirim, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap:
1. Jenis dan jumlah obat 2. Kualitas/kondisi obat 3. Isi kemasan
4. Kelengkapan dan kebenaran dokumen
5. Puskesmas induk mendistribusikan kebutuhan obat untuk Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan unit-unit pelayanan kesehatan
Gambar 1. Jalur Distribusi dan Pelaporan Obat di Puskesmas
Keterangan:
IFK = Instalasi Farmasi Kota
Sie = Seksi
UPO = Unit Pelayanan Obat
= Distribusi = Pelaporan
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :
gudang obat menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di unit pelayanan
2.1.4 Kerasionalan obat
Penggunaan obat yang tidak rasional menyebabkan dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar daripada manfaatnya. Bisa dampaknya berupa klinik misalnya efek samping, resistensi-resistensi kuman, dampak ekonomis (biaya mahal tidak terjangkau) dan dampak sosial (ketergantungan pasien terhadap intervensi obat). Mengabaikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan obat dapat memberi dampak terhadap mutu pelayanan kesehatan
Puskesmas Gudang Obat UPO Kamar Suntik UPO Puskesmas Pembantu UPO Puskesmas Keliling UPO Posyandu UPO Kamar Obat IFK Sie Sie
(pengobatan) dan terhadap pemakaian sumber dana kesehatan serta meningkatkan resiko efek samping obat.10
Menurut Badan Kesehatan Sedunia (WHO), Penggunaan obat dilakukan rasional apabila memenuhi kriteria :
a. Sesuai dengan indikasi penyakit
b. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau c. Diberikan dengan interval waktu pemberian yang tepat
d. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin dan aman.
Pemakaian obat dikatakan rasional jika memenuhi beberapa persyaratan tertentu yang secara garis besarnya harus mencakup hal-hal ketepatan diagnosis, ketepatan indikasi penggunaan obat, ketepatan pemulihan obat, ketepatan dosis secara rasional, ketepatan penilaian terhadap pasien, ketepatan pemberian informasi dan ketepatan dalam tindak lanjut peresepan yang rasional.10
Penggunaan obat berkaitan dengan peresepan yang rasional dan pelayanan obat, peresepan yang rasional apabila diagnosis yang ditegakkan sesuai dengan kondisi pasien memilih obat yang paling tepat dari berbagai alternatif obat yang ada dan merespon obat dengan dosis yang cukup dan berpedoman pada standar yang berlaku atau ditetapkan.10
Penggunaan obat yang salah dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas dapat mengakibatkan berkurangnya persediaan yang menyebabkan beberapa pasien tidak dapat diobati sebagai mana mestinya.10
2.1.5 Penghapusan Obat
Penghapusan adalah proses menghapus tanggung jawab bendahara barang suatu pengelola barang atas bahan tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penghapusan barang diperlukan karena:6-9
a. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
b. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang c. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa ( expire date )
Penghapusan barangdapat dilakukan dengan:
a. Pemusnahan yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
b. Dijual/dilelang. Untuk rumah sakit pemerintah dan puskesmas, hasil penjualan dan pelelangan harus disetor ke kas Negara. Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat Berita Acara Penghapusan yang tembusannya dikirim ke instansi terkait.
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
3.1 Data yang dikumpulkan
Data untuk penelitian ini berupa data primer data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dengan pemegang dan penanggung jawab apotik.
Pertanyaannya
1. Bagaimana perencanaan obat yang dilakukan di puskesmas Putri Ayu? 2. Bagaimana perhitungan permintaan obat yang dilakukan di Puskesmas
Putri Ayu?
3. Bagaimana permintaan obat yang dilakukan oleh Puskesmas Putri Ayu?
4. Bagaimana pendistribusian obat yang dilakukan oleh Puskesmas Putri Ayu?
5. Bagaimana penggunaan obat secara rasional di Puskesmas Putri Ayu? 6. Bagaimana penghapusan obat yang kadarluarsa dilakukan oleh
Puskesmas Putri Ayu?
Sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip
1. Laporan LPLPO (Lembar pemakaian dan lembar permintaan obat) tahun 2013.
2. Jumlah kunjungan pasien 3. Jumlah resep yang masuk
3.2 Cara pengambilan data
Pengambilan data dilaksanakan dari tanggal 2 Januari sampai 10 Januari 2013. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pemegang dan penanggungjawab apotik mengenai pengelolaan obat di Puskesmas Putri Ayu dan masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan obat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip laporan tahunan obat puskesmas tahun 2013.
Setelah pengumpulan data yang dibutuhkan selesai, kemudian dianalisa untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada, setelah itu ditentukan perioritas masalah ke dalam Fish Bone Analyze, penyebab masalah diperioritaskan dengan tabel MCUA dan skor PAHO lalu ditentukan alternatif pemecahan masalah dengan MCUA selanjutnya dibuat rencana pemecahan
BAB IV
HASIL KEGIATAN PUSKESMAS
4.1 Profil Puskesmas Putri Ayu 4.1.1 Keadaan Geografi
Puskesmas Putri Ayu terletak di kelurahan Legok Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi dan merupakan puskesmas perawatan. Wilayah kerja puskesmas Putri Ayu mencakup empat kelurahan yaitu kelurahan Legok, kelurahan Solok Si pin, kelurahan Murni, kelurahan Sungai Putri. Luas wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu ± 962 ha atau ± 61 Km², terdiri dari daerah dataran tinggi di sebelah Selatan dan dataran rendah di sebelah Utara.
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Batang Hari.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Kecamatan Pasar Jambi.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Selamat dan Kecamatan Telanaipura.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jelutung. 4.1.2 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk diwilayah kerja puskesmas Putri Ayu berdasarkan data akhir tahun 2012 adalah 36.789 jiwa terdiri dari 7.510 kepala keluarga.
Tabel 4.1 jumlah penduduk menurut jumlah jiwa dan KK di wilayah kerja
Puskesmas Putri Ayu tahun 2013
Kelurahan Jumlah penduduk Jumlah KK
Legok Murni Solok Sipin Sungai Putri 13.473 5.127 10.257 7.941 2.576 1.125 2.135 1.674 Jumlah 36.789 7.510
4.1.3 Visi dan Misi
- Visi
Terwujudnya Puskesmas Putri Ayu dengan pelayanan prima masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2013.
- Misi
Memberikan pelayanan kesehatan berkualitas, adil, dan terjangkau. Menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.
Meningkatkan kesejahteraan karyawan/ karyawati Puskesmas Putri
Ayu.
Meningkatkan sarana dan prasarana yang memenuhi standar.
4.1.4 Program - Pokok Promosi Kesehatan Kesehatan lingkungan KIA Gizi
Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Pengobatan Dasar
Kesehatan pengembangan
- Pengembangan Khusus
Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Perkesmas
Upaya Kesehatan Mata
Upaya Kesehatan Jiwa
4.2 Hasil kegiatan pengelolaan obat yang dilakukan puskesmas Putri Ayu
4.2.1 Perencanaan
Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan yang bertanggung jawab dalam Pengelolaan Obat di Puskesmas Putri Ayu diperoleh informasi:
“ Perencanaan obat setiap tahun sekali dengan empat kali melakukan evaluasi dan perhitungan jumlah kebutuhan obat tiap tiga bulannya atau triwulan.”
4.2.2 Pengadaan/Permintaan
Dari hasil wawancara dengan penanggungjawab obat di Puskesmas Putri Ayu tentang pengadaan/permintaan obat diperoleh informasi:
“ Pengadaan/permintaan obat setiap tiga bulan sekali dengan menyerahkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) atau LB 2 kepada Dinas Kesehatan Kota (Dinkes Kota) dan Gudang Farmasi yang diketahui oleh Dinkes Kota.”
4.2.3 Pendistribusian
Dari hasil wawancara dengan penanggungjawab obat di Puskesmas Putri Ayu tentang pendistribusian obat diperoleh informasi:
“ Puskesmas Putri Ayu memasok obatan dari Gudang Farmasi. Setelah obat-obatan diterima oleh penanggungjawab obat puskesmas, dilakukannya pengecekan kembali apakah obat-obatan yang diterima sudah sesuai dengan jenis dan jumlah yang diminta dalam LPLPO. Pendistribusian obat dilakukan dari gudang obat Puskesmas ke Apotek, Poliklinik Umum, KIA, KB, Poli Gizi, Klinik Laktasi dan imunisasi, Ruang rawat inap, Laboratorium dan Puskemas Pembantu (Pustu) yang terdiri dari pustu Simpang Pulai, pustu Danau Sipin, pustu Legok, dan pustu Sungai Putri.”
4.2.4 Kerasionalan Obat
Dari hasil wawancara dengan penanggungjawab obat di Puskesmas Putri Ayu mengenai kerasionalan obat diperoleh informasi:
“ Penulisan resep sesuai dengan indikasi medis dan kondisi pasien. Aturan dari DinKes, dalam satu resep sebanyak 4 macam obat, namun jika satu pasien dengan banyak kasus boleh lebih dari 4 macam obat tapi harus dilaporkan ke DinKes.”
4.2.5 Penghapusan
Dari hasil wawancara dengan penanggungjawab obat di Puskesmas Putri Ayu tentang pendistribusian obat diperoleh informasi:
“ Penghapusan obat di Puskesmas Putri Ayu dilakukan dengan membuat berita acara obat rusak atau kadaluarsa dan mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kota dan Gudang Farmasi untuk ditindaklanjuti .”
BAB V MASALAH
5.1 Identifikasi Masalah
5.1.1 Curah Pendapat (Brainstorming)
Dalam pengelolaan obat di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi pada tahun 2013 dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu antara lain :
1. Gudang Obat puskesmas sempit (Input) 2. Obat habis sebelum waktunya (Proses)
3. Petugas tidak memberikan informasi obat (Proses) 4. Petugas kurang (Input)
5. Sarana dan Prasarana kurang (Input) 6. Antri pengambilan obat lama (Proses)
5.1.2 Konfirmasi masalah dengan pengumpulan data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka didapatkan masalah; 1. Gudang obat Puskesmas sempit
Gudang obat di puskesmas hanya berukuran 3x3 m dari yang seharusnya 3x4 m.
2. Puskesmas kekurangan obat
Berdasarkan hasil pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Putri Ayu pada tahun 2013 terjadi kekurangan obat untuk berbagai item obat seperti Halloperidol tablet 1,5 mg, Nifedipin tablet, Meloxicam tablet 7,5 mg, Amoksisillin kapsul 250 mg, Etambutol HCL 250 mg tablet, Fenobarbital injeksi 50 mg/ml ampul 2 ml, Isosorbit dinitrat tablet 5 mg, Nistatin 500 iu/g tablet salut, Ambroxol sirup, Ciproploxacin kaplet 500 mg, Cetirizin, Domperidone tablet, Antasida DOEN tablet
kombinasi, dan Piridoksin HCL tablet 10 mg. Dalam mengatasi masalah kekurangan persediaan obat maka Puskesmas Putri Ayu menggunakan sistem Bon yang diajukan kepala puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Jambi.
3. Petugas tidak memberikan informasi tentang obat
Berdasarkan pengamatan bahwa petugas apotek tidak menjelaskan kepada pasien tentang obat yang diberikan melainkan hanya menjelaskan cara pemakaiannya saja. Yang dimaksud informasi tentang obat di sini adalah jenis obat dan untuk apa obat itu digunakan.
4. Petugas kurang
Dari hasil wawancara dengan penanggungjawab obat di Puskesmas Putri Ayu tentang jumlah petugas apotek diperoleh informasi: “ Jumlah petugas apotek hanya empat orang, satu orang penanggung jawab dan
tiga orang asisten. Saat ini masih membutuhkan petugas. ” 5. Sarana dan prasarana kurang
Dari hasil wawancara dengan penanggungjawab obat di Puskesmas Putri Ayu tentang sarana dan prasarana diperoleh informasi: “ sarana dan prasarana di sini masih kurang ”
6. Antri pengambilan obat lama
Berdasarkan pengamatan dan tanya jawab pada beberapa pasien yang sedang antri di apotek bahwa mereka mengeluhkan waktu yang lama dalam pengambilan obat lama.
5.2 Penentuan Prioritas Masalah
Untuk menentukan prioritas masalah pada makalah ini, maka digunakan metode MCUA ( Multiple Criteria Utility Assessment ).
TABEL 6.1 MCUA PRIORITAS MASALAH
Kriteria Masalah Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat Komitmen Politis Kemampuan yang dimiliki Pentingnya masalah Jumlah Peringkat N O Bobot 5 4 3 5 1 Gudang obat puskesmas sempit N 7 6 5 7 BN 35 24 15 35 109 3 2 Puskesmas kekurangan obat N 10 9 10 10 BN 50 36 30 50 165 1 3 Puskesmas tidak memberikan informasi tentang obat N 9 8 6 9 BN 45 32 18 45 140 2 4 Petugas kurang N 5 5 1 5 BN 25 20 3 25 73 4 5 Sarana dan prasarana kurang N 5 7 1 3 BN 25 28 3 15 71 5 6 Antri pengambilan obat lama N 1 3 5 1 BN 5 12 15 5 37 6 Keterangan: Bobot ditentukan (1-5)
N = nilai (nilai ditentukan 1-10) BN = bobot x nilai = skor
Dari hasil tabel MCUA diperoleh urutan prioritas masalah pada makalah ini, yaitu:
1. Puskesmas Putri Ayu mengalami kekurangan obat, dengan skor 165 2. Petugas tidak memberikan informasi obat, dengan skor 140
3. Gudang obat sempit, dengan skor 109 4. Petugas kurang, dengan skor 73
5. Sarana dan prasarana kurang, dengan skor 71 6. Antri pengambilan obat lama, dengan skor 37
Selain pengguanan tabel MCUA diatas, dalam menentukan prioritas masalah digunakan juga metode PAHO
NO MASALAH M S V CP A SCORE RANGKING
1
Gudang obat puskesmas
sempit 5 5 1 1 5 125 5 2 Puskesmas kekurangan obat 5 5 4 5 5 2500 1 3 Puskesmas tidak memberikan informasi tentang obat 4 5 4 5 2 800 3 4 Petugas kurang 3 5 2 3 5 450 4 5
Sarana dan prasarana
kurang 3 5 4 3 5 900 2
6
Antri pengambilan obat
Keterangan :
M (Magnitude) : Luasnya masalah
S (Severity) : Beratnya kerugian yang timbul
V (Vulnerability) : Ketersediaannya Tehnologi
CP ( Community & Political Concern) : Perhatian masyarakat dan politisi
A (Affordability) : Ketersediaannya dana
Nilai 1 = Tidak ada hubungan
Nilai 2 = Hubungan lemah
Nilai 3 = Hubungan cukup erat
Nilai 4 = Hubungan erat
Nilai 5 = Hubungan sangat erat
Penjumlahan Nilai : M x S x V x CP x A
Rangking : dari penjumlahan nilai, terbesar adalah rangking I, dan merupakan Prioritas utama dalam pemecahan masalah.
Prioritas masalah sesuai dengan skor penilaian MCUA dan PAHO adalah Puskesmas kekurangan obat
5.3 Identifikasi Penyebab Masalah dan Penyebab Masalah Dominan
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah dominan, maka digunakan diagram Fish Bone di bawah ini
Diagram Fish Bone
Jumlah Permintaan obat yang diminta petugas kurang
Pengiriman obat oleh Gudang Farmasi terlambat Banyak obat expired/obat rusak Dana untuk penyediaan obat kurang Jumlah Pemakaian obat meningkat Puskesmas kekurangan obat MAN MATERIAL PROCESS MONEY Perencanaan kurang tepat Jumlah pasien meningkat Kualitas menurun Pembatasan stok obat Kebijakan obat dari dinkes Alokasi dana dinkes terbatas Penyimpanan lama
Tabel 6.2 Identifikasi penyebab masalah
Kelebihan Kekurangan
Man Tenaga apotek mampu melakukan
perencanaan obat
Tenaga apotek tidak melakukan perencanaan dengan baik
Money Tersedianya dana untuk
penyediaan obat
Dana untuk penyediaan obat kurang
Material Tersedianya obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas
Obat yang dibutuhkan oleh puskesmas kurang
Process Tidak terjadi peningkatan jumlah
pasien
Terjadi peningkatan jumlah pasien
Dukungan data tentang untuk membuktikan penyebab paling mungkin akar penyebab:
1. Jumlah kunjungan meningkat
Berdasarkan jumlah resep pasien yang masuk pada bulan Februari 2013 diketahui sebanyak 4.863 lembar resep dan pada bulan desember meningkat menjadi 5.093 lembar resep.
2. Kebijakan obat dari dinkes
Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggungjawab apotek, diketahui bahwa pemakaian obat sangat dipengaruhi kebijakan obat dari dinkes.
3. Alokasi dana terbatas
Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggungjawab apotek, diketahui bahwa penyediaan obat dipengaruhi oleh terbatasnya alokasi dana untuk
obat-obatan.
4. Pengiriman obat oleh Instalasi Farmasi Kota terlambat
Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggungjawab apotek, diketahui bahwa pengiriman obat dari instalasi farmasi ke puskesmas sering terlambat karena keterlambatan produksi obat di pabrik dan pengirimannya ke instalasi farmasi.
5. Penyimpanan yang lama di dalam gudang obat
Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggungjawab apotek, diketahui bahwa ada beberapa obat yang rusak atau expired karena penyimpanan yang
6. Perencanaan kurang tepat
Hasil wawancara dengan petugas apotek menunjukkan bahwa permintaan obat dihitung dengan cara:
Jumlah permintaan obat = pemakaian rata-rata per bulan x 3 + 20% - sisa stok Sedangkan berdasarkan buku pedoman pengelolaan obat rumus untuk menghitung jumlah permintaan obat:
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada periode sebelumnya.
SO = SK + WK + WT + SP Kebutuhan = SO – SS
Keterangan :
SO = Stok optimum
SK = Stok Kerja (Stok pada periode berjalan) WK = Waktu kekosongan obat
WT = Waktu tunggu (Lead Time) SP = Stok penyangga
SS = Sisa stok
Stok kerja : pemakaian rata-rata per periode distribusi Waktu kekosongan : lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari
Waktu tunggu : waktu tunggu dihitung mulai dari permintaaan obat oleh puskesmas sampai dengan penerimaan obat di
Puskesmas.
Stok Penyangga : persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya
peningkatan kunjungan, keterlambatan kedatangan obat, pemakaian. Besarnya ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara Puskesmas dan Instalasi Farmasi Kota.
Sisa Stok : Sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas pada akhir
Dari beberapa akar penyebab, dicari penyebab yang paling dominan dengan adu argumentasi sehingga diperoleh penyebab yang paling dominan yaitu Perencanaan yang kurang tepat.
Tabel 6.3 Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penerapannya
Masalah Alternatif Penyebab Masalah
Perencanaan Puskesmas kurang tepat a. Kurangnya pengetahuan
petugas tentang perencanaan obat
b. Formulir pencatatan obat
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH PRIORITAS
DAN USULAN KEGIATAN UNTUK PEMECAHAN MASALAH
6.1 Alternatif-Alternatif Pemecahan Masalah Terpilih
- Masalah terpilih : Kurangnya pengetahuan petugas tentang perencanaan obat.
- Alternatif pemecahan masalah terpilih:
a. Pelatihan mengenai perencanaan kebutuhan obat b. Mempelajari buku pedoman pengelolaan obat
6.2 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Untuk menentukan prioritas pemecahan masalah, maka digunakan tabel MCUA di bawah ini.
Tabel 6.4 MCUA untuk Menentukan Prioritas Pemecahan Masalah
No. Kriteria Cara
Bobot
Pelatihan petugas Mempelajari
Pedoman Pengelolaan obat N NB N NB 1. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna 5 10 50 8 40 2. Mudah dilaksanakan 3 7 21 9 27 3. Murah Biaya 4 8 32 8 32 4. Waktunya Singkat 1 9 9 10 10 Jumlah 132 109
Berdasarkan MCUA, urutan pilihan adalah sebagai berikut:
1. Melatih petugas apotek di Dinas Kesehatan Kota untuk mendapatkan bimbingan langsung tentang perencanaan obat, dengan skor 132
6.3 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pemecahan Masalah 1. Faktor pendukung
- Adanya pelatih yang mampu memberikan pelatihan tentang perencanaan obat
- Adanya Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas.
- Adanya dana yang memadai
2. Faktor Penghambat
- Kurangnya waktu untuk memberi pengarahan dan bimbingan kepada petugas Apotek karena banyaknya tugas dan kegiatan mereka di puskesmas
- Kurangnya minat petugas untuk meningkatkan kemampuan diri
6.4 Rencana Usulan Kegiatan Pemecahan Masalah yang Terpilih (Plan of Action)
Tabel 6.4 Rencana Kegiatan Pemecahan Masalah
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolak Ukur
1. Melakukan kegiatan pelatihan kepada petugas apotek tentang perencanaan kebutuhan obat 1. Meningkatkan pengetahuan kepada tenaga apotek tentang penyusunan rencana kebutuhan obat 2. Agar tidak terjadi kekurangan obat Petugas Apotek Puskesmas mengirimkan petugas untuk melakukan pelatihan ke Dinkes Kota Jambi Dinkes Kota seksi farmakmin 6 bulan sekali Dana operasional puskesmas Simulasi menghitung permintaan obat Meningkatnya pengetahuan petugas tentang perencanaan dan pengelolaan obat
6.5 Monitoring
Tabel 6.5 Pelaksanaan monitoring
No. Kegiatan Indikator Hasil Selisih Keterangan 1. Survey kecukupan
obat
Obat cukup sesuai peresepan
Perencanaan obat tepat
-
-6.6 Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan dapat memecahkan masalah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan format evaluasi sebagai berikut:
Tabel 6.6 Evaluasi Kegiatan
Kegiatan Indikator Awal Akhir Efektifitas Keterangan Pertemuan evaluasi Puskesmas tidak kekurangan obat Puskesmas kekurangan obat karena perencanaan kurang tepat Puskesmas tidak kekurangan obat karena perencanaan yang baik 100%