• Tidak ada hasil yang ditemukan

بسم هللا الر حمن الر حيم

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "بسم هللا الر حمن الر حيم"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

1

KATA PENGANTAR

مـيح رلا نـمح رلا الله مـسب

Alhamdulillah, kami bersyukur ke hadirat Allah SWT, atas Hidayah dan Maunah-Nya kepada kita, sehingga Laporan Pelaksanaan Tugas Pengadilan Agama Pasuruan Tahun 2011 ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini dibuat untuk memenuhi kewajiban Pengadilan Agama Pasuruan yang harus dibuat pada setiap akhir tahun.

Disamping itu laporan ini dibuat sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Pimpinan Pengadilan Agama Pasuruan kepada Pimpinan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya dan Mahkamah Agung RI sebagai bahan evaluasi pelaksanaan tugas 2011, sekaligus sebagai bahan informasi kepada semua pihak yang berkepentingan;

Atas nama Pimpinan Pengadilan Agama Pasuruan, kami mengucapkan terima kasih kepada segenap karyawan/karyawati Pengadilan Agama Pasuruan dan kepada Tim Penyusun khususnya, yang dengan tulus ikhlas membantu kami guna menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Tugas Tahun 2011 ini. Dan tak lupa kepada Pimpinan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya yang telah memberikan bimbingan dan petunjuknya. Semoga semua kerja keras dan bimbingan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT.

Kami berusaha menyusun laporan ini sebaik mungkin, tetapi kami menyadari Laporan tahunan ini masih terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan dari semua pihak guna menyempurnakan laporan ini dimasa yang akan datang.

Semoga Laporan Pelaksanaan Tugas tahun 2011 ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Pasuruan, 30 Desember 2011 Ketua Pengadilan Agama Pasuruan

Drs. H. SUGITO MUSMAN,SH NIP. 195507121982031003

(2)

B A B I

PENDAHULUAN

A. Kebijakan Umum Peradilan

Gerakan pembaharuan Mahkamah Agung menemukan momentumnya saat dicanangankannya Cetak Biru (Blue Print) Mahkamah Agung. Hal ini menjadi tonggak sejarah pembaharuan peradilan Indonesia untuk jangka waktu 2010-2035. Cetak biru ini lahir melalui proses panjang, yang melibatkan partisipasi 4 peradilan di Lingkungan Mahkamah Agung. Hal ini semakin mempertajam Gerakan Pembaharuan peradilan yang tengah berlangsung di semua sektor. Perubahan yang dilakukan diharapkan akan semakin terstruktur, terukur dan tepat sasaran.

Usaha transparansi dan penegakan keadilan pada dunia Peradilan dewasa ini menjadi salah satu isu sentral dalam kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara hal ini sejalan dengan Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011, tentang keterbukaan informasi di Pengadilan yang menghendaki prinsip akuntabilitas dan transparansi peradilan guna mendukung indenpensi peradilan. Saat ini perasaan masyarakat menjadi sangat sensitif terhadap segala kebijakan pemerintah dan terhadap proses peradilan. Masyarakat mendambakan pelayanan yang prima dari petugas-petugas pemerintah dan negara pada umumnya dan dari aparatur peradilan khususnya.

Mahkamah Agung dan Lembaga Peradilan dibawahnya yang menjadi pilot project revormasi birokrasi Nasional sejak tahun 2007 telah berhasil melakukan perubahan yang besar pada kinerja Peradilan Agama, mulai dari mutu pelayanan, tanggung jawab maupun kedisplinan pegawai.

Paradigma pembinaan yang pernah dikembangkan sekarang ini harus disandingkan dengan paradigma pelayanan kepada masyarakat.Karena masyarakat kita sedang bergerak ke arah terwujudnya masyarakat madani. Itu berarti sekarang sedang terjadi proses penguatan dan pemberdayaan masyarakat. Melalui kebebasan pers dan kemajuan tehnologi yang luar biasa, pengawasan dari masyarakat terhadap pelayanan itu akan berjalan efektif.

Perubahan yang sedang berlangsung itu kiranya secara positif harus disambut oleh aparat, bukan saja dengan peningkatan aktualisasi asas-asas efisiensi dan efektivitas dalam rangka perbaikan kinerja, melainkan juga dengan mengutamakan penyebaran informasi dengan semangat keterbukaan dan transparansi. Pengetahuan obyektif masyarakat

(3)

mengenai kondisi dan permasalahan, dengan demikian akan melahirkan dialog-dialog yang berkualitas dan yang lebih bermanfaat khususnya untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dengan dikeluarkannya Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor: 71/KMA/SK/V/2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang ketentuan penegakan disiplin kerja dalam melaksanakan pemberian tunjangan khusus kinerja hakim dan pegawai negeri pada Mahakamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya, maka dituntut semua aparatur peradilan untuk menegakkan dan meningkatkan kedisiplinan guna mendukung program reformasi birokrasi;

Pengadilan Agama Pasuruan sebagai salah satu pelaksana Kekuasaan Kehakiman yang bertugas menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dengan tugas pokok menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya dan tugas lain yang diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan, sangat perlu diinformasikan kepada masyarakat, terutama karena produk dari Pengadilan Agama bersentuhan dengan rasa keadilan masyarakat, sehingga dengan cepat dapat mengundang kesalahpahaman, kecurigaan dan kritik dari masyarakat.

Di tahun 2011 ini Mahkamah Agung melaksanakan program Nasional berupa Pos bantuan Hukum (Pos Bakum), sidang keliling dan bantuan perkara prodeo bagi masyarakat miskin. Pengadilan Agama Pasuruan di tahun 2011 ini juga mengadakan sidang keliling 2 kali di 2 tempat, yaitu : di Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Puspo. Sedangkan alokasi anggaran perkara prodeo sebanyak 36 perkara.

Pengadilan Agama Pasuruan terus membenahi Website nya, dengan alamat:

www.pa-pasuruan.web.id. . Hal ini dilakukan dalam rangka melaksanakan salah satu program transparansi birokrasi, yang saat ini diharapkan oleh pemerintah dapat berjalan efektif dan efisien guna meningkatkan kinerja aparat peradilan. Program reformasi birokrasi peradilan meliputi reformasi manajemen sumber daya manusia, menajemen keuangan, penelusuran aset, dan menajemen dukungan teknologi informasi.

Sebagai salah satu lembaga percontohan Reformasi Birokrasi berdasarkan Peraturan Menteri PAN Nomor: PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi, maka Pengadilan Agama Pasuruan sejak tahun 2010 telah melaksanakan program quick wins diantaranya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan dengan cara memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan benar, menempelkan pengumuman tentang Panjar biaya perkara sebagai wujud dari

(4)

transparansi, melarang aparat peradilan untuk menerima tamu orang yang berperkara serta pemanfaatan dan pengembangan Teknologi Informasi, sebagai sarana untuk penataan sistem informasi manajemen yang lebih efektif dan efisien, sehingga selain meningkatkan kualitas kinerja peradilan, dapat juga digunakan untuk meningkatkan transparansi sistem peradilan itu sendiri.

Sebagai upaya menindaklanjuti program pengembangan Teknologi Informasi sesuai dengan instruksi Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, sampai akhir tahun 2011 Pengadilan Agama Pasuruan telah memanfaatkan atau menggunakan sistem aplikasi administarsi perkara yaitu Sistem Administrasi Peradilan Agama (SIADPA) dan juga telah mengaplikasikan Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG) dan Sistem Informasi Kepegawaian (SIKEP ON LINE) untuk pengelolaan data pegawai, SAKPA untuk pengelolaan dana APBN dan SIMAK-BMN untuk pengelolaan barang milik negara pada Pengadilan Agama Pasuruan.

Agar pemanfaatan dan pengembangan Teknologi Informasi dapat berjalan dengan efektif maka dibentuk Tim Pengelola Teknologi Informasi. Tim ini bertugas untuk mengelola dan mengembangkan Teknologi Informasi di Pengadilan Agama Pasuruan. Tim ini di pimpin oleh Wakil Ketua Pengadilan Agama Pasuruan dengan Ketua sebagai Pembinanya.

B. VISI DAN MISI

Visi Pengadilan Agama Pasuruan mengacu pada visi Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai puncak kekuasaan Kehakiman di Negara Indonesia : “Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia Yang Agung“.

Visi Badan Peradilan tersebut di atas, dirumuskan dengan merujuk pada Pembukaan UUD 1945, terutama alinea kedua dan alinea keempat, sebagai tujuan Negara Republik Indonesia.

Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung, secara ideal dapat diwujudkan sebagai sebuah Badan Peradilan yang:

1. Melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman secara independen, efektif, dan berkeadilan.

2. Didukung pengelolaan anggaran berbasis kinerja secara mandiri yang dialokasikan secara proporsional dalam APBN.

(5)

3. Memiliki struktur organisasi yang tepat dan manajemen organisasi yang jelas dan terukur.

4. Menyelenggarakan manajemen dan administrasi proses perkara yang sederhana, cepat, tepat waktu, biaya ringan dan proporsional.

5. Mengelola sarana prasarana dalam rangka mendukung lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan kondusif bagi penyelenggaraan peradilan.

6. Mengelola dan membina sumber daya manusia yang kompeten dengan kriteria obyektif, sehingga tercipta personil peradilan yang berintegritas dan profesional. 7. Didukung pengawasan secara efektif terhadap perilaku, administrasi, dan jalannya

peradilan.

8. Berorientasi pada pelayanan publik yang prima.

9. Memiliki manajemen informasi yang menjamin akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi.

10. Modern dengan berbasis TI terpadu.

Dalam Visi tersebut, tercermin harapan terwujudnya Pengadilan yang modern, independen, bertanggungjawab, kredibel, menjunjung tinggi hukum dan keadilan;

Untuk mencapai visi tersebut, Pengadilan Agama Pasuruan menetapkan misi sebagai berikut :

1. Menjaga kemandirian badan peradilan;

2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan; 3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan; 4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan;

Penjelasan keempat misi Badan Peradilan yang digagas, dalam rangka memastikan “Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung dua puluh lima tahun mendatang, adalah sebagai berikut:

1. Menjaga Kemandirian Badan Peradilan

Syarat utama terselenggaranya suatu proses peradilan yang obyektif adalah adanya kemandirian lembaga yang menyelenggarakan peradilan, yaitu kemandirian badan peradilan sebagai sebuah lembaga (kemandirian institusional), serta kemandirian hakim dalam menjalankan fungsinya (kemandirian

(6)

individual/fungsional). Kemandirian menjadi kata kunci dalam usaha melaksanakan tugas pokok dan fungsi badan peradilan secara efektif.

Sebagai konsekuensi dari penyatuan atap, di mana badan peradilan telah mendapatkan kewenangan atas urusan organisasi, administrasi dan finansial (konsep satu atap), maka fungsi perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan organisasi, administrasi, dan finansial seluruh badan peradilan di Indonesia harus dijalankan secara baik. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu pelaksanaan tugas kekuasaan kehakiman yang diembannya. Hal penting lain yang perlu diperjuangkan adalah kemandirian pengelolaan anggaran berbasis kinerja dan penyediaan sarana pendukung dalam bentuk alokasi yang pasti dari APBN. Kebutuhan adanya kepastian ini untuk memberikan jaminan penyelenggaraan pengadilan di seluruh Indonesia.

Selain kemandirian institusional, kemandirian badan peradilan juga mengandung aspek kemandirian hakim untuk memutus (kemandirian individual/fungsional) yang terkait erat dengan tujuan penyelenggaraan pengadilan. Tujuan peyelenggaraan pengadilan yang dimaksud adalah untuk menjamin adanya pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil bagi setiap manusia. Selain itu, juga perlu dibangun pemahaman dan kemampuan yang setara di antara para hakim mengenai masalah-masalah hukum yang berkembang.

2. Memberikan Pelayanan Hukum yang Berkeadilan kepada Pencari Keadilan

Tugas badan peradilan adalah menyelenggarakan peradilan guna menegakkan

hukum dan keadilan. Menyadari hal ini, orientasi perbaikan yang dilakukan Pengadilan Agama Pasuruan mempertimbangkan kepentingan pencari keadilan dalam memperoleh keadilan. Adalah keharusan bagi setiap badan peradilan untuk meningkatkan pelayanan publik dan memberikan jaminan proses peradilan yang adil.

Keadilan, bagi para pencari keadilan pada dasarnya merupakan suatu nilai yang subyektif, karena adil menurut satu pihak belum tentu adil bagi pihak lain. Penyelenggaraan peradilan atau penegakan hukum harus dipahami sebagai sarana untuk menjamin adanya suatu proses yang adil, dalam rangka menghasilkan putusan yang mempertimbangkan kepentingan (keadilan menurut) kedua belah pihak.

Perbaikan yang akan dilakukan oleh Pengadilan Agama Pasuruan , selain menyentuh aspek yudisial, yaitu substansi putusan yang dapat dipertanggungjawabkan, juga akan meliputi peningkatan pelayanan administratif sebagai penunjang berjalannya proses yang adil. Sebagai contoh adalah adanya

(7)

Penyediaan meja Informasi, pengumuman jadwal sidang secara terbuka, up loading putusan di web site maupun direktori putusan Mahkamah Agung, penggunaan mesin antrian sidang maupun pemberian salinan putusan.

3. Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan Badan Peradilan

Kualitas kepemimpinan badan peradilan akan menentukan kualitas dan kecepatan gerak perubahan badan peradilan. Dalam sistem satu atap, peran pimpinan badan peradilan, selain menguasai aspek teknis yudisial, diharuskan juga mampu merumuskan kebijakan-kebijakan non-teknis (kepemimpinan dan manajerial). Terkait aspek yudisial, seorang pimpinan pengadilan bertanggungjawab untuk menjaga adanya kesatuan hukum di pengadilan yang dipimpinnya. Untuk area non-teknis, secara operasional, pimpinan badan peradilan dibantu oleh pelaksana urusan administrasi. Dengan kata lain, pimpinan badan peradilan harus memiliki kompetensi yudisial dan non-yudisial. Demi terlaksananya upaya-upaya tersebut, Pengadilan Agama Pasuruan menitikberatkan pada peningkatan kualitas kepemimpinan badan peradilan dengan membangun dan mengembangkan kompetensi teknis yudisial dan non-teknis yudisial (kepemimpinan dan manajerial).

4. Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi Badan Peradilan

Kredibilitas dan transparansi badan peradilan merupakan faktor penting untuk mengembalikan kepercayaan pencari keadilan kepada badan peradilan. Upaya menjaga kredibilitas akan dilakukan dengan mengefektifkan sistem pembinaan, pengawasan, serta publikasi putusan-putusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban publik, adanya pengelolaan organisasi yang terbuka, juga akan membangun kepercayaan pengemban kepentingan di dalam badan peradilan itu sendiri. Melalui keterbukaan informasi dan pelaporan internal, personil peradilan akan mendapatkan kejelasan mengenai jenjang karir, kesempatan pengembangan diri dengan pendidikan dan pelatihan, serta penghargaan ataupun hukuman yang mungkin mereka dapatkan. Terlaksananya prinsip transparansi, pemberian perlakuan yang setara, serta jaminan proses yang jujur dan adil, hanya dapat dicapai dengan usaha para personil peradilan untuk bekerja secara profesional dan menjaga integritasnya.

(8)

Di dalam melaksanakan Misi tersebut tidak terlepas dari cetak biru Mahkamah Agung yang memuat rencana pembangunan lembaga peradilan untuk waktu selama 25 tahun. Bahwa program pembangunan lembaga peradilan disusun dalam Rencana Strategis (Renstra) lima tahunan mulai 2010 sampai dengan 2035. Renstra lima tahunan tersebut akan berada 7 area:

1. Area organisasi dan kepeminpinan; 2. Area kebijakan;

3. Area proses berperkara;

4. Area SDM, keuangan, dan infrastruktur; 5. Area kepuasan pencari keadilan;

6. Area keterjangkuan; 7. Area kepercayaan publik;

C. RENCANA STRATEGIS

Rencana strategis Pengadilan Agama Pasuruan ditetapkan untuk percepatan pelaksanaan dan pencapaian program quick wins Mahkamah Agung yaitu:

1. Transparansi Putusan

Adalah sebuah program dimana pencari keadilan atau para pengguna pengadilan lainnya, dapat mengakses putusan yang telah memiliki kekuatan tetap melalui website maupun direktori putusan Mahkamah Agung, program ini berdampak : a. memperkecil kesempatan pihak yang berperkara bertemu dengan hakim maupun

panitera.

b. memudahkan pihak yang berperkara dan pengguna pengadilan bila ingin mencari dan mendapatkan salinan putusan.

c. menekan biaya, karena website Pengadilan Agama Pasuruan bisa diakses dari mana saja.

Sampai tanggal 29 Desember 2011 jumlah putusan Pengadilan Agama Pasuruan yang di up load ke Direktori Putusan Mahkamah Agung sebanyak 2.291 perkara (Rangking 8 Nasional dari 4 peradilan).

2. Pengembangan Teknologi Informasi

Pengembangan website di Pengadilan Agama Pasuruan terus dilakukan, dimaksudkan untuk memudahkan para pencari keadilan dan pengguna pengadilan lainnya untuk mencari berbagai informasi yang terkait dengan Pengadilan Agama Pasuruan.

(9)

3. Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diterima Pengadilan Agama Pasuruan dan disetor ke Kas negara antara lain : pendaftaran biaya perkara, Akta Cerai, Legalisir, maupun pengembalian persekot gaji. Untuk menjamin kepastian besaran biaya berperkara dan transparansi pengelolaannya, maka sejak dicanangkan program quick wins Pengadilan Agama tidak lagi mengelola biaya perkara yang termasuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008. Penerimaan negara bukan pajak tersebut wajib langsung disetor ke kas negara sebagaimana Surat Wakil Ketua Mahkamah Agung nomor 33/WKMA.N.Y/IX/2008, tanggal 26 September 2008 dan nomor 42/WKMA.N.Y/XI/2008, tanggal 04 Nopember 2008.

4. Kode Etik Hakim

Kode etik yang dimaksud dalam program quick wins adalah pedoman prilaku hakim. Pedoman prilaku hakim merupakan panduan keutamaan moral bagi hakim baik dalam menjalankan tugas profesinya maupun dalam melakukan hubungan kemanusiaan atau sosial lainnya. Dengan demikian pedoman ini mengikat hakim dalam berprilaku sehari-hari. Adapun pedoman prilaku hakim ini merupakan penjabaran dari 10 (sepuluh) prinsip pedoman yang meliputi kewajiban-kewajiban untuk:

1. berprilaku adil, 2. berprilaku jujur,

3. berprilaku arif dan bijaksana, 4. bersikap mandiri,

5. berintegritas tinggi, 6. bertanggungjawab,

7. menjunjungtinggi harga diri, 8. berdisiplin tinggi,

9. berprilaku rendah hati, 10. bersikap profesional.

5. Manajemen SDM, khususnya Analisa Pekerjaan, Evaluasi Pekerjaan dan Sistem Remunerasi

Dalam cakupan program dan kegiatan SDM, kegiatan analisa pekerjaan dan evaluasi pekerjaan dimaksudkan untuk memberikan kejelasan cakupan pekerjaan dan tanggungjawab termasuk target kinerja utama pada setiap posisi. Dengan demikian

(10)

diharapkan setiap orang memahami apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Hasil dari kegiatan ini adalah dokumen uraian pekerjaan. Uraian pekerjaan menjelaskan seluruh dimensi dari sebuah pekerjaan. Hasil ini dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan adanya tumpang tindih tugas dan tanggungjawab antar posisi. Selain itu, hasil ini juga menjadi dasar bagi pelaksanaan kegiatan SDM lain maupun dalam pembenahan organisasi.

D. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja Pengadilan Agama Pasuruan dilakukan meliputi capaian

kinerja atas indikator utama Pengadilan Agama Pasuruan, capaian kinerja atas setiap sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Strategik dan capaian kinerja setiap kegiatan. Pelaporan atas capaian kinerja tersebut selanjutnya akan dituangkan melalui Akuntabilitas Kinerja Pengadilan Agama Pasuruan.

D.1. Indikator Kinerja

D.1.1. Indikator Kinerja Utama

Indikator kinerja utama Pengadilan Agama Pasuruan menggunakan indikator asas hukum cepat, sederhana dan biaya ringan. Indikator ini meliputi beberapa variabel penentu yaitu ketepatan dan kecepatan penyelesaian perkara dan kemampuan/efektifitas dan efisiensi administrasi perkara. Indikator Kinerja utama Pengadilan Agama Pasuruan sebagai alat ukur tingkat keberhasilan kemajuan dalam mewujudkan visi Pengadilan Agama Pasuruan;

D.1.2. Indikator Kinerja Sasaran

Indikator Kinerja Sasaran merupakan alat ukur dalam menilai tingkat

capaian sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Stratejik. Indikator Kinerja sasaran Pengadilan Agama Pasuruan tahun 2011 yang tertuang dalam Rencana Stratejik Pengadilan Agama Pasuruan tahun 2011 menjadi alat ukur dalam penilaian tingkat pencapaian kinerja yang harus dicapai Pengadilan Agama Pasuruan dalam jangka pendek maupun menengah (lima tahun);

Indikator Kinerja sasaran digunakan oleh pimpinan dalam menyusun arah dan kebijakan serta stratejik dan prioritas yang selanjutnya dijadikan acuan dalam penyusunan rencana kegiatan. Pada setiap akhir tahun dilakukan pengukuran kinerja atas indikator sasaran, melalui penyusunan Laporan

(11)

Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan/penggunaan anggaran;

Indikator Kinerja sasaran disusun dengan melihat visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan dicapai Pengadilan Agama Pasuruan.

D.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Pasuruan akan diukur tingkat capaian kinerja melalui Indikator Kinerja Kegiatan. Indikator Kinerja tersebut terdiri dari indikator kinerja masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit) dan dampak (impact);

Tingkat rencana capaian kinerja tersebut setiap akhir tahun dibandingkan dengan realisasinyapada akhir tahun melalui penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK).

D.2. Target Kinerja

Target Kinerja utama Pengadilan Agama Pasuruan mengacu kepada prakiraan indikator penyelesaian perkara. Indikator penyelesaian perkara pada Pengadilan Agama Pasuruan meyisakan perkara kurang dari 10 % dari jumlah perkara yang diterima;

Sedangkan target kinerja setiap indikator sasaran, diuraikan pada formulir Rencana Stratejik. Metode penetapan target kinerja baik pada sasaran maupun kegiatan disesuaikan dengan kondisi yang ada.Metode analisis trend, metode rata-rata ataupun identifikasi serta penggunaan standar tertentu direkomendasikan untuk digunakan, sepanjang dipandang sebagai metode yang realistis dan dapat dipertanggungjawabkan.

D.3. Perhitungan Capaian Kinerja

Perhitungan capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan tingkat realisasi dengan tingkat rencana capaikan kinerja. Dalam kondisi normal, tingkat capaian kinerja dihitung dengan rumus, sebagai berikut:

Realisasi

Tingkat capaian kinerja= ________________ X 100% Rencana

Sedangkan dalam kondisi khusus (indikator konerja yang digunakan memiliki karakteristik khusus) yaitu jika “semakin besar nilai realisasi” mengandung makna

(12)

kinerja “semakin tidak baik” atau sebaliknya, maka rumus yang digunakan sebagai berikut:

Rencana – (Realisasi-Rencana)

Tingkat capaian kinerja= ___________________________________ X 100% Rencana

Dengan rumus tersebut maka semakin tinggi nilai realisasi, maka tingkat capaian kinerja semakin rendah dan sebaliknya, semakin rendah nilai realisasi, maka tingkat capaian kinerja akan semakin tinggi;

Dari kedua rumus tersebut, tingkat capaian kinerja yang semakin tinggi akan menunjukkan semakin baik kinerja yang dicapai oleh instansi yang bersangkutan; Perhitungan capaian kinerja ini membutuhkan dukungan Sistem Informasi Data Kinerja yang memadai. Setiap data kinerja, baik rencana maupun realisasinya harus disediakan secara memadai agar informasi kinerja yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria informasi yang baik yaitu valid, lengkap, tepat waktu dan relevan.

D.4. Skala Penilaian

Setiap tingkat capaian kinerja selanjutnya akan dikategorikan dengan skala penilaian sebagai berikut:

0 - 55 : Sangat kurang

56 - 70 : Kurang

71 - 85 : Cukup

86 - 100 : Baik

Lebih dari 100 : Sangat baik

Dengan pengukuran kinerja, Pengadilan Agama Pasuruan melakukan evaluasi kinerja untuk mencari pemecahan masalah atas hal-hal yang menyimpang dari perencanaan. Strategi yang baru dapat dirumuskan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Hal sebaliknya yaitu peninjauan kembali atas standar atau rencana capaian kinerja juga dapat dilakukan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya.

E. Gambaran Kondisi Wilayah Hukum

Pengadilan Agama Pasuruan sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi masyarakat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara-perkara tertentu yang diatur dalam undang-undang.

(13)

Pengadilan Agama Pasuruan dibentuk berdasarkan Stbl. Nomor: 152/1882, Ketetapan Raja No. 24 Tahun 1882, tentang pembentukan Raad Agama/Pengadilan Agama Jawa dan Madura. Pengadilan Agama Pasuruan baru berdiri pada tahun 1950 dengan Ketua KH. Ahmad Rifai berkantor di Masjid Jami’ dengan jumlah karyawan hanya 5 orang.

Pada tahun 1970 Pengadilan Agama Pasuruan mengontrak bangunan gedung di Jl. Imam Bonjol No. 20 baru pada tahun 1975 tepatnya pada bulan Nopember gedung tersebut diresmikan menjadi gedung Pengadilan Agama Pasuruan, dan pada tanggal 22 Pebruari 2005 Gedung Pengadilan Agama Pasuruan yang baru terletak di Jl. Ir. H. Juanda No. 11 A diresmikan oleh Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Bapak Drs. H. Zainal Imamah, S.H, M.H; Dan sejak menempati gedung baru, gedung lama Pengadilan Agama Pasuruan yang terletak di Jl. Imam Bonjol no. 20 dialih fungsikan menjadi gedung arsip.

Wilayah hukum Pengadilan Agama Pasuruan meliputi dua daerah yaitu Kabupaten dan Kota Pasuruan :

a. Secara astronomi Kota Kabupaten

112055’ Bujur Timur 112030’ Bujur Timur 7040’ Lingtang Selatan 7030’ Lintang Selatan

b. Secara geografis (alam: laut, selat samudera, sungai) atau secara administratif wilayah Kabupaten/Kota Pasuruan berbatasan , sebagai berikut:

1. Sebelah Utara dengan Selat Madura;

2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Probolinggo; 3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Malang;

4. Sebelah Barat Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan;

Adapun Wilayah Hukum Pengadilan Agama Pasuruan kelas I-B yang berkedudukan di Jalan Ir. H. Juanda No. 11 A Telp. 0343-410284 Fax. O343-431155 meliputi dua wilayah yaitu wilayah Kabupaten dan Kota Pasuruan.

Daerah Kabupaten Pasuruan meliputi 13 Kecamatan terdiri dari 196 Desa dan 2 Kelurahan, yakni :

1. Kecamatan REJOSO terdiri dari :

a. Desa Rejoso Lor i. Desa Karangpandan b. Desa Rejoso Kidul j. Desa Sadengrejo

(14)

c. Desa Kawisrejo k. Desa Manikrejo

d. Desa Arjosari l. Desa Toyaning

e. Desa Kemantrenrejo m. Desa Kedungbako f. Desa Segoropuro n. Desa Jarangan g. Desa Peteguran o. Desa Pandanrejo

h. Desa Ketegan p. Desa Sambirejo

2. Kecamatan LEKOK terdiri dari :

a. Desa Tambaklekok g. Desa Rowogempol b. Desa Jatirejo h. Desa Gajugjati c. Desa Pasinan i. Desa Alastlogo

d. Desa Tampung j. Desa Wates

e. Desa Balunganyar k. Desa Semedusari f. Desa Branang

3. Kecamatan GRATI terdiri dari :

a. Desa Gratitunon i.. Desa Karanglo b. Desa Ranuklindungan j. Desa Rebalas

c. Desa Sumberagung k. Desa Sumberdawesari d. Desa Karangkliwon k. Desa Cukurdondang e. Desa Kambinganrejo l. Desa Kedawung Kulon f. Desa Kalipang m. Desa Kedawung Wetan g. Desa Trewung n. Desa Plososari

h. Desa Kebonrejo

4. Kecamatan NGULING terdiri dari :

(15)

b. Desa Nguling j. Desa Sumberanyar c. Desa Panunggul k. Desa Dandanggendis d. Desa Kedawang l. Desa Wotgalih

e. Desa Mlaten m. Desa Watestani

f. Desa Kapasan n. Desa Sebalong

g. Desa Watu Prapat o. Desa Sanganom h. Desa Randuati

5. Kecamatan KRATON terdiri dari :

a. Desa Kraton n. Desa Curahdukuh

b. Desa Semare o. Desa Rejosari

c. Desa Kalirejo p. Desa Pulokerto d. Desa Tambakrejo q. Desa Sidogiri e. Desa Bandungan r. Desa Ngempit f. Desa Gerongan s. Desa Karanganyar g. Desa Asemkandang t. Desa Klampisrejo h. Desa Tambaksari u. Desa Ngabar i. Desa Mulyorejo v. Desa Jeruk j. Desa Plinggisan w. Desa Slambrit k. Desa Gambirkuning x. Desa Pukul

l. Desa Dompo y. Desa Kebotohan

m. Desa Selotambak

6. Kecamatan POHJENTREK terdiri dari :

a. Desa Pleret f. Desa Tidu

(16)

c. Desa Susukanrejo h. Desa Sungiwetan

d. Desa Parasrejo i. Desa Logowok

e. Desa Sukorejo k. Desa Tidu

7. Kecamatan KEJAYAN terdiri dari :

a. Kelurahan Kejayan n. Desa Ambal-Ambil

b. Desa Sladi o. Desa Kedemungan

c. Desa Patebon p. Desa Sumbersuko

d. Desa Tundosoro q. Desa Tanggulangin

e. Desa Klinter r. Desa Kurung

f. Desa Wangkalwetan s. Desa Sumberbanteng g. Desa Cubanjoyo t. Desa Pacarkeling

h. Desa Kepuh u. Desa Lorogan

i. Desa Kedungpengaron v. Desa Benerwojo j. Desa Klangrong w. Desa Oro-oropule

k. Desa Wrati x. Desa Randugong

l. Desa Luwuk y. Desa Ketangirejo

m. Desa Linggo

8. Kecamatan PUSPO terdiri dari :

a. Desa Puspo e. Desa Jajangwulung

b. Desa Jimbaran f. Desa Palangsari c. Desa Keduwung g. Desa Kemiri d. Desa Pusungmalang

9. Kecamatan GONDANGWETAN terdiri dari :

(17)

b. Desa Karangsentul l. Desa Gayam

c. Desa Rangge m.. Desa Wonosari

d. Desa Bajangan n. Desa Wonojati

e. Desa Gondangrejo o. Desa Kresikan f. Desa Sekarputih p. Desa Tebas

g. Desa Pekangkungan q. Desa Tenggilisrejo

h. Desa Grogol r. Desa Keboncandi

i. Desa Peteguhan s. Desa Bayeman

j. Desa Kalirejo t. Desa Brambang

10. Kecamatan WINONGAN terdiri dari :

a. Desa Gading j. Desa Sumberrejo

b. Desa Winongankidul k. Desa Jeladri c. Desa Winonganlor l. Desa Srui d. Desa Bandaran m. Desa Sidepan

e. Desa Penataan n. Desa Kandung

f. Desa Mendalan o. Desa Karangtengah g. Desa Menyarik p. Desa Minggir

h. Desa Prodo q. Desa Umbulan

i. Desa Kedungrejo r. Desa Lebak

11. Kecamatan LUMBANG terdiri dari :

a. Desa Cukurguling g. Desa Banjarimbo

b. Desa Lumbang h. Desa Welulang

c. Desa Pancur i. Desa Karangasem

(18)

e. Desa Kronto k. Desa Karangjati f. Desa Bulukandang l. Desa Panditan

12. Kecamatan PASREPAN terdiri dari :

a. Desa Pasrepan i. Desa Ampelsari b. Desa Pohgading j. Desa Tempuran c. Desa Mangguan k. Desa Sapulante d. Desa Rejosalam l. Desa Ngantungan e. Desa Pohgedang m. Desa Klakah f. Desa Jogorepuh n. Desa Galih g. Desa Tambakrejo o. Desa Petung h. Desa Lemahbang p. Desa Sibon

13. Kecamatan TOSARI terdiri dari :

a. Desa Tosari e. Desa Kandangan

b. Desa Wonokitri f. Desa Sedaeng

c. Desa Podokoyo g. Desa Ngadiwono

d. Desa Baledono h. Desa Mororejo

Daerah Kota Pasuruan meliputi 3 Kecamatan yang terdiri dari 34 Kelurahan, yakni: 1. Kecamatan BUGUL KIDUL terdiri dari :

a. Kel. Sekargadung h. Kel. Petamanan b. Kel. Bakalan i. Kel. Kandangsapi c. Kel. Krampyangan j. Kel. Bugullor d. Kel. Blandongan k. Kel. Tapaan

(19)

f. Kel.Bugulkidul m. Kel.Panggungrejo g. Kel. Pekuncen

2. Kecamatan GADINGREJO terdiri dari :

a. Kel. Krapyakrejo g. Kel. Tambakan

b. Kel. Bukir h. Kel. Gadingrejo

c. Kel. Sebani i. Kel. Petahunan

d. Kel. Gentong j. Kel. Randusari e. Kel. Karanganyar k. Kel. Karangketug f. Kel. Trajeng

3. Kecamatan PURWOREJO terdiri dari :

a. Kel. Pohjentrek f. Kel. Kebonsari b. Kel. Wirogunan g. Kel. Bangilan c. Kel. Purutrejo h. Kel. Mayangan d. Kel. Kebonagung i. Kel.Ngemplakrejo e. Kel. Purworejo j. Kel. Tembokrejo

F. Gambaran Kondisi Sumber Daya Manusia

Keberadaan Sumber daya manusia yang berkualitas sangat menentukan kualitas sebuah institusi. Demikian halnya pada Pengadilan Agama Pasuruan, sehingga upaya untuk meningkatkan kualitas SDM terus menerus dilakukan. Hal ini dilakukan baik melalui pembinaan rutin oleh Pimpinan, juga ,melalui pengiriman SDM pada pelatihan fungsional maupun stuktural.

Secara kuantitas, Pengadilan Agama Pasuruan sampai akhir Desember 2011 mempunyai sumber daya manusia sebanyak 21 orang (termasuk 1 orang Hakim SPT dari Pacitan). Terjadinya perangkapan jabatan tidak bisa dihindari. Jumlah tersebut ditambah 10 orang sukwan , yang terdiri 6 orang tenaga honorer dan 4 orang tenaga kontrak, rinciannya terdiri dari

(20)

1. Hakim berjumlah 10 orang;

2. Panitera/Panitera Pengganti berjumlah 6 orang (1 orang merangkap jabatan jurusita pengganti, 1 orang merangkap Wakil Sekretaris );

3. Jurusita/jurusita pengganti 5 orang (2 orang merangkap jabatan Panitera Pengganti, 1 orang merangkap sebagai wakil sekretaris, 1 orang merangkap sebagai kepala urusan umum, 1 orang merangkap sebagai kepala urusan keuangan );

4. Pejabat struktural 9 orang ;

5. Staf 7 orang, 6 orang diantaranya tenaga honorer; 6. Tenaga Pramubhakti 2 Orang;

7. Sopir dinas 1 orang; 8. Satpam 1 orang;

G. Gambaran Kondisi Kompetensi

Kompentensi Pengadilan Agama Pasuruan diatur dalam pasal 49 Unsang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 menyebutkan bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: (a) perkawinan, (b) kewarisan, (c) wasiat, (d) hibah, (e) wakaf, (f) Zakat, (g) Infaq, (h) Shadaqah dan (i) Ekonomi Syari’ah.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 melengkapi kompetensi Peradilan Agama dengan menambahkan beberapa kewenangan hukum diantaranya:

1. Pengangkatan anak; 2. Zakat, Infaq;

3. Ekonomi syari’ah.

Penjelasan Pasal 49 huruf (i) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi syari’ah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah antara lain meliputi:

1. bank syari’ah;

2. lembaga keuangan mikro syari’ah; 3. asuransi syari’ah;

(21)

5. reksa dana syari’ah;

6. obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah; 7. sekuritas syari’ah;

8. pembiyaan syari’ah; 9. penggadaian syari’ah;

10. dana pensiun lembaga keuangan syari’ah dan 11. bisnis syari’ah

Penambahan kewenangan tersebut merupakan suatu kekuatan untuk memberikan pelayanan hukum secara optimal kepada masyarakat pencari keadilan yang berada diwilayah hukum Pengadilan Agama Pasuruan yang mayoritas beragama Islam;

Disamping itu, Pengadilan Agama Pasuruan dengan kekuatan yang dimiliki tersebut dapat mewujudkan masyarakat yang taat akan hukum yang bermuara pada cita-cita negara yakni Negara Hukum (rechtstaats).

H. Analisis Kondisi Strategik Pengadilan Agama Pasuruan

Analisis kondisi strategik sangat urgen dalam menentukan perencanaan yang baik dan berorientasi pada kebutuhan dan keserasian lingkungan, sehingga perencanaan yang disusun sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat sebagai stakeholder, pencari keadilan (justitiabelen);

Analisis kondisi stratejik menggunakan metode analisis SWOT (strenggths,

weaknesses, oppotuneties and threats) terhadap kondisi real Pengadilan Agama

Pasuruan. Dengan melakukan analisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, dan melakukan analisis peluang/kesempatan yang tersedia dan hambatan yang ada, maka dapat dirumuskan kebijakan dalam bentuk rumusan rencana stratejik Pengadilan Agama Pasuruan ke depan;

Analisis SWOT (strenggths, weaknesses, oppotuneties and threats) tersebut dibagi dalam bentuk:

1. Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal memiliki dua sisi. Sisi pertama: kondisi internal Pengadilan Agama Pasuruan yang memiliki kekuatan atau keunggulan. Sisi kedua: merupakan kondisi sebaliknya yaitu kondisi internal yang memiliki

kekurangan atau kelemahan. Kedua sisi tersebut merupakan kajian dalam

(22)

Kekuatan dan kelemahan Pengadilan Agama Pasuruan adalah sebagai berikut:

1.1. Kekuatan (strenghts)

1.1.1. Yurisdiksi Pengadilan Agama Pasuruan

Pengadilan Agama Pasuruan mempunyai yurisdiksi yang meliputi wilayah Kota (3 kecamatan) dan sebagian daerah Kabupaten Pasuruan (13 kecamatan), sehingga total 16 Kecamatan..

Keberadaan Pengadilan Agama di Pasuruan sangatlah dibutuhkan masyarakat Pasuruan. Apalagi melihat jumlah penduduk Pasuruan yang tumbuh disekitar industri yang terus bertambah. Hal ini berbanding lurus dengan naiknya angka perceraian dari tahun ke tahun.

1.1.2. Penerapan Sistem Satu Atap (one roof system)

Dengan di keluarkannya Keputusan Presiden (Kepres) Nomor : 21 tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi, Administrasi dan Finansial di Lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Agama ke Mahkamah Agung, maka kekuasaan kehakiman mengalami perkembangan yang lebih baik. Sistem satu atap (One Roof System) ini menjadikan koordinasi yang lebih sistematis. Sudah tidak ada dualisme pembinaan lembaga / Kementrian lagi. Pengadilan Agama Pasuruan bagian dari perubahan tersebut merasakan iklim yang lebih baik. Sistem pembinaan teknis yustisial yang menyangkut keperkaraan, maupun pembinaan teknis non yustisial yang menyangkut organisasi, administrasi, keuangan kini telah menjadi kewenangan Mahkamah Agung RI;

One roof system merupakan peluang bagi lembaga peradilan untuk meningkatkat profesionalisme, kemandirian hukum. Hukum hanya dapat ditegakkan dengan kemandirian tanpa ada campur tangan/intervensi dari luar. Hukum dan keadilan akan tercampak dan hilang kewibawaan bila telah dinodai pengaruh unsur di luar hukum itu sendiri.

(23)

1.1.3. Perluasan Jangkauan dan Cakupan Kewenangan

Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, maka terjadi perluasan jangkauan dan cakupan kewenangan Pengadilan Agama;

Perluasan jangkauan kewenangan yang dimaksud ialah tidak terdapat lagi hak opsi dalam perkara waris bagi seorang muslim dan kewenangan Pengadilan Agama untuk memriksa dan mengadili perkara tertentu yang didalamnya mengandung sengketa hak milik dan keperdataan lainnya.

Perluasan jangkauan kewenangan lainnya juga meliputi pengangkatan anak berdasarkan hukum islam, zakat, infak dan ekonomi syari’ah atau hukum bisnis Islam;

Kondisi tersebut merupakan suatu kekuatan bagi lembaga peradilan termasuk Pengadilan Agama Pasuruan untuk melaksanakan kekuasaannya tanpa harus memikirkan lagi adanya titik singgung kewenangan dengan badan peradilan lainnya dan secara khusus kompetensi Pengadilan Agama sudah memasuki era baru menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan sengketa ekonomi syari’ah.

1.1.5. Kompilasi Hukum Islam sebagai Hukum Terapan

Penyelenggaraan peradilan agama dengan menggunakan Kompilasi Hukum Islam sebagai salah satu hukum terapan peradilan agama merupakan satu kekuatan tersendiri terutama dalam kaitannya dengan kondisi dan kebutuhan pada pencari keadilan (justitiabelen);

Heterogenitas wawasan dan madzab masyarakat muslim di Pasuruan secara nyata telah dapat menerima keberadaan Kompilasi Hukum Islam sebagai salah satu sumber hukum.

1.2. Kelemahan (weaknesses)

1.2.1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia yang belum memadai

Perkembangan yurisdiksi dan kompetensi Pengadilan Agama Pasuruan harus diikuti dengan perkembangan kualitas dan kuantitas aparat peradilan sebagai aparat pelaksana dalam lembaga pengadilan; Disadari bahwa masih terdapat deviasi antara kondisi normatif ideal dengan kondisi objektif tentang kualitas dan kuantitas sumber daya

(24)

manusia di Pengadilan Agama Pasuruan, jumlah SDM yang ada saat ini terasa sangat kurang, terutama Panitera Pengganti yang tidak berimbang dengan jumlah Hakim yang ada. Belum lagi memperhatikan perkembangan kuantitas dan kualitas perkara yang ada di masyrakat yang semakin kompleks.

Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan hukum dan teknologi saat ini sangat pesat. Hal ini mengharuskan para aparatur peradilan yang meliputi hakim, panitera/panitera pengganti, jurusita/jurusita pengganti, dan staf untuk dapat menyesuaikan diri khususnya terkait dengan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan dalam menerapkan hukum dengan memanfaatkan kemajuan tekhnologi. Pada Pengadilan Agama Pasuruan terdapat berbagai bidang yang kualitas aparaturnya masih perlu ditingkatkan seperti dalam bidang tugas pokok dan fungsi, bidang kepaniteraan, bidang kesekretiatan khususnya masalah pengelolaan inventaris;

Dalam hal penyelenggaraan peradilan di bidang ekonomi syari’ah sebagai salah satu kewenangan yang baru, sangat memerlukan pembinaan, pengembangan dan pendalaman bagi tenaga teknis untuk memenuhi kehendak pembuat undang-undang dan masyarakat pencari keadilan.

1.2.2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Belum Memadai Dalam Pelaksanaan Tugas

Tuntutan percepatan penyelesaian perkara sebagaimana kehendak tujuan hukum dan asas hukum cepat, sederhana dan biaya ringan menuntut adanya efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Perkembangan teknologi modern umumnya meningkatkan kecepatan dan efisinsi penyelesaian suatu pekerjaan dan pemberian informasi kepada masyarakat. Dengan menggunakan tehnologi tinggi, biaya pekerjaan dapat lebih murah dengan waktu yang lebih cepat. Laporan via email maupun SMS mempermudah dan mempercepat pekerjaan. Pencanangan “One Man One Computer” sejak tahun 2009 ternyata masih banyak kendala di tahun 2011 karena beberapa computer sudah harus parkir di

(25)

gudang. Apalagi Pengadilan Agama Pasuruan belum memiliki Computer Server yang bisa support dengan 21 pegawai.

1.2.3. Sistem Informasi Di Lingkungan Pengadilan Agama Pasuruan

Sistem informasi merupakan alat yang membantu manajemen dalam memberikan informasi dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi sangat dibutuhkan baik tingkat operasional, manajerial maupun stratejik. Sistem informasi yang baik akan membantu organisasi baik tingkat bawah, menengah maupun atas untuk mengambil keputusan yang tepat dan menginformasikannya secara terbuka dan transparan kepada masyarakat; Program sistem jaringan internet (speedy) dengan Hot spot sangat terasa manfaatnya untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan di Pengadilan Agama Pasuruan

Kondisi sistem informasi di lingkungan Pengadilan Agama Pasuruan saat ini terus diikhtiarkan untuk dilakukan pembenahan disana-sini . Sistem Informasi Administrasi Perkara (SIDPA) sangat membantu kerja-kerja di sektor Kepaniteraan . Diantaranya entry data Permohonan atau Gugatan Cerai, PMH, PHS, Relaas, Berita Acara Sidang bahkan pembuatan Putusan.

Sedangkan disektor Kesekretariatan terdapat banyak aplikasi yang membantu Sistem Informasi, dibidang keuangan terdapat aplikasi RKAKL, DIPA, PERAN, PP 39/2006, SAKPA, GPP, SPM. Sedangkan dibidang BMN terdapat aplikasi SIMAK BMN dan Aplikasi Persediaan. Sedangkan Untuk bidang kepegawaian terdapat aplikasi SIMPEG maupun SIKEP ON LINE.

Sejak 2010 kami menggunakan Fasilitas Touchscreen (layar sentuh) perkara, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah akses informasi perkara kepada masyarakat pencari keadilan, namun sayang sampai akhir tahun 2011 ini pemanfaatan alat tersebut kurang optimal, dikarenakan masyarkat pencari keadilan masih banyak yang awam terhadap teknologi

(26)

1.2.4. Belum berimbangnya Jumlah tenaga Hakim dengan dengan Panitera Pengganti

Salah satu masalah/ kelemahan yang kami rasakan di akhir tahun 2011 ini adalah tidak berimbangnya jumlah Hakim (10 orang) dengan jumlah Panitera Pengganti (5 orang).

2. Analisis Lingkungan Eksternal

Seperti halnya lingkungan internal, lingkungan eksternal juga memiliki dua sisi. Sisi pertama yaitu kondisi eksternal yang dapat membantu atau mendorong Pengadilan Agama Pasuruan untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang dikehendaki. Kondisi ini disebut peluang. Hal sebaliknya atau

sisi kedua yaitu berupa kondisi yang jika tidak diantisipasi dapat menghambat

terwujudnya visi, misi, tujuan dan sasaran Pengadilan Agama Pasuruan. Kondisi ini disebut hambatan.

Peluang dan hambatan yang dimiliki Pengadilan Agama Pasuruan, terdiri dari:

2.1. Peluang (opportunity)

Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi peradilan untuk meraih visi dan misi Pengadilan Agama Pasuruan sangat ditentukan oleh sejauhmana aparatur Pengadilan mampu menangkap peluang-peluang yang ada;

Beberapa peluang eksternal berikut ini apabila dipadukan dengan kekuatan internal akan bersinergi menyukseskan visi perwujudan supremasi hukum dan judicial tranparancy yang akhir-akhir ini harus diwujudkan oleh semua lembaga peradilan;

Adapun peluang yang dimaksud sebagai berikut:

2.1.1. Kondisi Masyarakat

Kondisi objektif masyarakat Pasuruan adalah mayoritas beragama Islam. Kondisi objektif tersebut merupakan gambaran keserasian dan keterpaduan visi dan misi Pengadilan Agama Pasuruan dengan kondisi wilayah hukumnya dari sudut pandang penegakan hukum dan keadilan; Pada umumnya hukum adat daerah-daerah di Pasuruan bersumber dari hukum Islam. Hal tersebut disebabkan karena periode perjalanan sejarah perkembangan hukum Islam dan Pengadilan Agama dari sejak

(27)

berdirinya sampai saat ini diawali oleh kharismatik ulama (qadhi) dan ketaatan masyarakat terhadap hukum Islam;

Sisi peluang yang dimaksud adalah perlunya sosialisasi secara terus menerus bidang kewenangan Pengadilan Agama kepada masyarakat atas dasar kebutuhan mereka dalam menjalankan syari’at Islam, baik dalam bentuk penyuluhan hukum atau melalui penyelesaian perkara dengan putusan yang baik dan benar.

2.1.2. Hukum Adat Bersumber dari Hukum Islam

Dalam perkembangan kehidupan masyarakat terdapat norma berupa hukum adat yang merupakan hukum yang hidup (living law) dan dihormati masyarakat terutama dibidang perkawinan;

Pada umumnya hukum adat di daerah Pasuruan bersumber dari hukum Islam. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh karena periode perjalanan sejarah perkembangan hukum Islam dan Pengadilan Agama dari sejak berdirinya sampai saat ini diawali oleh kharismatik ulama (qadhi) dan ketaatan masyarakat terhadap hukum Islam;

Kondisi objektif tersebut merupakan salah satu bentuk peluang untuk menyelenggarakan tupoksi bagi Pengadilan Agama Pasuruan.

2.1.3. Kerja sama dengan Perguruan Tinggi

Salah satu bentuk peluang untuk mengembangkan profesionalisme di dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi ialah kerja sama Pengadilan Agama dengan perguruan tinggi yang memiliki visi dan misi hukum dan keagamaan. Bentuk kerja sama tersebut adalah Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan penelitian mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi, diantaranya : UIN Malik Ibrahim Malang, IAIN Sunan Ampel, STAIPANA Panca Wahana Bangil, Unmer Pasuruan. Disamping itu, kegiatan seminar di kampus seputar Tupoksi Peradilan Agama yang meminta nara sumber dari Pengadilan Agama pasuruan juga dilakukan.

Ke depan diharapkan kerja sama yang saling menguntungkan terus ditingkatkan , terutama kegiatan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, seperti : penyuluhan hukum, sosialisasi produk-produk hukum yang terkait dengan kompentensi Peradilan Agama dan kegiatan lainnya.

(28)

2.1.4. Kepercayaan Masyarakat

Integritas kepribadian dan kekuatan moral tenaga-tenaga teknis peradilan yang berlatar belakang pendidikan agama (madrasah, pondok pesantren dan perguruan tinggi bervisi agama) terutama Hakim sampai saat ini masih dipandang cukup memadai dan dipercaya untuk menjalankan tugasnya;

Kepercayaan masyarakat tersebut dipandang merupakan salah satu bentuk peluang untuk menyukseskan penyelenggaraan tugas pokok sekaligus juga sebagai peluang untuk meminimalisasi kendala atau hambatan yang ada.

2.2. Hambatan (threatments)

Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok bidang peradilan sangat ditentukan oleh sejauhmana Pengadilan mampu meminimalisasi hambatan yang ada. Hambatan-hambatan yang banyak dijumpai ialah permasalahan hukum yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya visi dan misi Pengadilan Agama Pasuruan untuk mewujudkan supremasi hukum dan judicial transparancy;

Beberapa bentuk hambatan yang dimaksud ialah:

2.2.1. Pandangan Masyarakat

Terdapat pandangan image sebagian masyarakat yang belum sepenuhnya memahami kedudukan Pengadilan Agama sebagai lembaga peradilan yang sejajar dengan lembaga peradilan lainnya. Dalam beberapa kejadian untuk perkara yang terkait dengan barang (harta bersama dan kewarisan), setelah diputus oleh Pengadilan Agama , pihak yang merasa dikalahkan masih mencoba untuk menggugat putusan Pengadilan Agama tersebut di Peradilan Umum;

Dalam bidang kewenangan, sebagian masyarakat masih belum memahami hilangnya hak opsi dalam perkara kewarisan, begitu pula jangkauan kewenangan mengadili dalam hal terjadinya sengketa hak milik dan keperdataan lainnya, termasuk kewenangan Pengadilan Agama untuk pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam.

(29)

2.2.2. Masih Lemahnya Kesadaran Hukum Masyarakat

Kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang ada dan tentang hukum yang diharapkan. Rendahnya kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat merupakan hambatan pencapaian visi dan misi. Oleh karena itu untuk mengurangi hambatan tersebut, maka tindakan preventif adalah dengan upaya untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat;

Ada empat unsur yang dapat mendukung peningkatan kesadaran dan ketentuan hukum masyarakat yakni (1) pengetahuan tentang hukum; (2) pengetahuan tentang isi hukum; (3) sikap hukum dan (4) pola prilaku hukum.

Pengetahuan mengenai hukum atau ketentuan merupakan awal dari kesadaran dan ketaatan terhadap hukum.

Meskipun hukum yang hidup dalam masyarakat adalah hukum agama Islam dan merupakan salah satu bentuk peluang untuk menyelenggarakan tugas pokok, tetapi sebagian masyarakat masih memisahkan antara hukum Islam dengan hukum nasional, antara lain dalam bidang perkawinan;

Dalam beberapa kasus terjadi perkawinan, poligami dan perceraian yang tidak sesuai dengan prosedur yang ditentukan dalam undang-undang;

Dalam hubungan kelembagaan, baik eksekutif maupun yudikatif belum secara nyata memandang sederajat antara Peradilan Agama dengan Peradilan Umum, hal tersebut juga memberi pengaruh terhadap pemahaman masyarakat sehingga memberi dampak pada produk pengadilan agama.

(30)

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI

A. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Pasuruan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, disebutkan bahwa ”Tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan dan Sekretariat Pengadilan diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Agung”. Namun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, belum ada ketentuan dari Mahkamah Agung tentang tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan dan Sekretariat Pengadilan Agama yang baru sesuai dengan Undang-Undang tersebut di atas, sehingga Susunan Organisasi Pengadilan Agama Pasuruan, masih mengacu pada ketentuan peraturan yang lama.

Berdasarkan ketentuan pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, disebutkan Susunan Pengadilan Agama terdiri dari pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita, sedangkan dalam pasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa Pimpinan Pengadilan Agama terdiri dari seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua. Dalam pasal 26 ayat (2) disebutkan bahwa ”dalam melaksanakan tugasnya Panitera Pengadilan Agama dibantu oleh seorang Wakil Panitera dan beberapa orang Juru Sita”. Dalam ketentuan pasal 44 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 disebutkan bahwa ”Panitera Pengadilan merangkap Sekretaris pengadilan”, hal ini berbeda dengan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan yang telah diperbaharui lagi dengan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, yakni Panitera Pengadilan tidak merangkap Sekretaris Pengadilan. Berdasarkan hal tersebut di atas, Struktur Organisasi Pengadilan Agama Pasuruan adalah sebagai berikut :

(31)

a. Keterangan Jabatan struktural

1.a. Ketua Pengadilan Agama Pasuruan

Jabatan Ketua Pengadilan Agama Pasuruan adalah DRS. H. SUGITO MUSMAN, SH. berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : 2594/DjA/KP.04.6/VII/2010 tanggal 06 Juli 2010 yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama Pamekasan;

1.b. Wakil Ketua Pengadilan Agama Pasuruan

Jabatan Wakil Ketua Pengadilan Agama Pasuruan adalah DRS. MUHAJIR, SH. berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : 2464/DjA/KP.04.6/VI/2010 tanggal 30 Juni 2010 yang sebelumnya menjabat sebagai Hakim Pengadilan Agama Lumajang;

1.c. Panitera/Sekretaris Pengadilan Agama Pasuruan

Panitera/Sekretaris Pengadilan Agama Pasuruan adalah Drs. KUSNADI dengan Surat Keputusan Dirjen Badan Peradilan Agama Nomor : 1720/DJA/KP.04.6/SK/VIII/2011 tanggal 5 Agustus 2011 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak 11 Oktober 2011.

1.d. Wakil Panitera Pengadilan Agama Pasuruan

Jabatan Wakil Panitera Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh AGUS SAMSUL HUDA, SH , NIP. 196708131995031001, berdasarkan surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor : 3369/DJA/KP.04.6/IX/2010 tanggal 08 September 2010 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 29 Oktober 2010, yang bersangkutan sebelumnya menjabat sebagai Wakil Sekretaris Pengadilan Agama Jember. 1.e. Kepala Sub Kepaniteraan Hukum Pengadilan Agama Pasuruan

Jabatan Kepala Sub Kepaniteraan/Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh DRS. A. DARDIRI NIP. 196412311994031011 berdasarkan surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor: W13-A/739/Kp.07.6/SK/III/2007 tanggal 16 Maret 2007 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 01 April 2007;

1.f. Kepala Sub Kepaniteraan Gugatan Pengadilan Agama Pasuruan

Jabatan Kepala Sub Kepaniteraan/Panitera Muda Gugatan Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh HJ. IRDARIYAH, SH NIP. 196012091980032001

(32)

berdasarkan surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor: W13-A/738/Kp.07.6/SK/III/2007 tanggal 16 Maret 2007 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 01 April 2007;

1.g. Kepala Sub Kepaniteraan Permohonan Pengadilan Agama Pasuruan

Jabatan Kepala Sub Kepaniteraan/Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh Drs. YUMRONI, NIP. 196204081992031002, berdasarkan surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor : 2568/DJA/KP.04.6/IV/2009 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 26 April 2009;

1.h. Wakil Sekretaris Pengadilan Agama Pasuruan

Wakil Sekretaris Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh MUHAMMAD NIDZOM ANSHORI, SH, NIP.197104242000031001, Berdasarkan surat Keputusan Kepala Badan Urusan Administrasi Mahkamah Agung RI Nomor: 035/BUA/Peng.06.1/IV/2009 tanggal 6 April 2009 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 7 Oktober 2009.

1.i. Kepala Urusan Kepegawaian Pengadilan Agama Pasuruan

Jabatan Kepala Urusan Kepegawaian Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh DIMAS WAHYU ADRIANTO, SE. NIP. 198110132009041004 berdasarkan surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor: W13-A/2135/KP.04.6/SK/VIII/2010 tanggal 25 Agustus 2010 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 28 September 2010;

1.j. Kepala Urusan Keuangan Pengadilan Agama Pasuruan

Jabatan Kepala Urusan Keuangan Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh MOCHAMAD RODIEN NIP. 196001071984031002 berdasarkan surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor: W13-A/267/Kp.07.6/SK/I/2007 tanggal 19 Januari 2007 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 01 Mei 2007;

1.k. Kepala Urusan Umum Pengadilan Agama Pasuruan

Jabatan Kepala Urusan Umum Pengadilan Agama Pasuruan diisi oleh SAMSUL HADI NIP. 196606141987021001 berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor: PTA.m/Kp.07.6/800/SK/2005 tanggal 16 Agustus 2005 dan terhitung mulai melaksanakan tugas sejak tanggal 01 Oktober 2005;

(33)

b. Keterangan jabatan struktural

2.a. Jumlah pegawai

Kekuatan Pegawai pada Pengadilan Agama Pasuruan sampai dengan akhir Desember 2011 berjumlah 21 orang (termasuk 1 hakim SPT dari PA Pacitan), dari jumlah tersebut 20 orang laki-laki, 1 perempuan ditambah 6 orang pegawai honorer/wiyata bhakti dan 4 orang tenaga kontrak (2 orang pramubakti, 1 orang sopir dinas dan 1 orang satpam).

2.b. Pangkat/Golongan Pegawai

1. Pembina Utama Muda/ (IV/c) ... = 1 orang 2. Pembina Tk I (IV/b) ... = 4 orang 3. Pembina (IV/a) ... = 4 orang 4. Penata Tk I (III/d) ... = 7 orang 5. Penata (III/c) ... = 2 orang 6. Penata Muda Tk I (III/b) ... = 1 orang 7. Penata Muda (III/a) ... = 2 orang

2.a. Tingkat Pendidikan

1. Pasca Sarjana ... = 2 orang 2. Sarjana ... = 17 orang 3. Sarjana Muda ... = 0 orang 4. SLTA ... = 2 orang

B. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Pasuruan

Pengadilan Agama Pasuruan yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang: Perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan perubahan kedua dengan undang-undang Nomor 50 tahun 2010.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama Pasuruan mempunyai fungsi sebagai berikut:

(34)

1. Memberikan pelaksanaan teknis yustisial dan administrasi kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi;

2. Memberikan pelayanan dibidang administrasi perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi lainnya;

c. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur dilingkungan Pengadilan Agama (Umum, Kepegawaian dan Keuangan termasuk biaya perkara) d. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang Hukum Islam pada

Instansi Pemerintah di daerah hukumnya serta memberikan keterangan isbat kesaksian rukyatul hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun Hijriyah, sebagaimana diatur dalam pasal 52 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo. Pasal 52A UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;

e. Memberikan pelayanan penyelesaian permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan diluar sengketa antara orang-orang yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan Hukum Islam sebagaimana diatur dalam pasal 107 ayat (2) UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;

f. Waarmerking Akta Keahliwarisan dibawah tangan untuk pengambilan deposito/tabungan, pensiunan dan sebaginya;

g. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan hukum,memberikan pertimbangan hukum agama, pelayanan riset/penelitian, pengawasan terhadap advokad/penasehat hukum dan sebagainya.

h. Membuka dan memberikan pelayanan kehumasan serta penanganan pengaduan masyarakat terhadap tingkah laku, manajemen dan kepemimpinan, kinerja dan kwalitas pelayanan publik aparat peradilan.

B. PENYUSUNAN STANDART OPERATING PROCEDURE (SOP)

Dalam rangka terwujudnya pelayanan prima kepada pencari keadilan, maka Pengadilan Agama Pasuruan dalam melaksanakan tugas telah membuat Standart Operasional prosedur (SOP). Hal ini dimaksudkan agar ada acuan kinerja pelayanan yang jelas dan terukur di Lingkungan Pengadilan Agama Pasuruan. Standar pelayanan perkara (SOP) telah dituangkan dalam Keputusan Ketua pengadilan Agama Pasuruan Nomer : W13-A23/1925/HK.05/SK/XII/2010 tanggal 20 Desember 2010, lebih lengkap sebagaimana pada lampiran.

(35)

BAB III

KEADAAN PERKARA

1. Keadaan Perkara tahun 2011

Keadaan perkara pada Pengadilan Agama Pasuruan, baik sisa perkara tahun 2010, maupun perkara yang diterima dan diputus selama tahun 2011 dapat diperinci sebagai berikut :

a. Sisa tahun yang lalu (2010) 357 perkara

b. Diterima tahun 2011 1.907 Perkara

JUMLAH : 2.264 Perkara

c. Diputus tahun 2011 1.895 Perkara

Sisa Akhir tahun 2011 369 Perkara

Perkara yang diterima tahun 2011 sebanyak 1.907 perkara terdiri dari : a. Perkara gugatan 1.742 terdiri dari :

1). Ijin Poligami 6 Perkara

2). Cerai talak 487 Perkara

3). Cerai gugat 1.234 Perkara

4). Gugatan Harta bersama 4 Perkara

5). Penguasaan (hak Asuh) anak 1 Perkara

6). Pengesahan (Isbat) Nikah

(contentius)

6 Perkara

7). Kewarisan 3 Perkara

8). Penetapan Ahli Warid (contentius) 1 Perkara

Jumlah 1.742 Perkara

b. Perkara permohonan 165 perkara terdiri dari :

1). Perwalian Anak 9 Perkara

2) Asal Usul Anak 10 Perkara

3). Pengesahan (itsbat) nikah 69 Perkara

(36)

5). Wali Adhol 4 Perkara

7). Penetapan Ahli Waris 6 Perkara

8). Perubahan Biodata Nikah 53 Perkara

9). Pengangkatan Anak 1 Perkara

Jumlah 195 Perkara

c. Perkara Ekonomi Syari’ah

1). Ekonomi Syari’ah *) 0 Perkara

2. Penyelesaian perkara tahun 2011

Perkara yang dapat diselesaikan Pengadilan Agama Pasuruan tahun 2011 sebanyak 1.895 perkara yang terdiri dari :

a. Perkara gugatan 1.711 Perkara

b. Perkara permohonan 184 Perkara

Dari jumlah tersebut termasuk :

- Perkara dicabut 98 Perkara

- Perkara dikabulkan 1.721 Perkara

- Perkara ditolak 8 Perkara

- Perkara gugur 10 Perkara

- Perkara tidak diterima 27 Perkara

- Perkara dicoret dari register 31 Perkara

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN TAHUN 2011 DALAM TABEL No Jenis Perkara Jumla

h Dicabut Dikabulka n Ditola k Gugur Dibatalkan /Dicoret Tdk. Diterim a 1. Ijin Poligami 6 1 4 - - 1 - 2. Cerai talak 494 45 412 3 6 10 18 3. Gugat cerai 1.194 44 1.129 4 4 12 4 4. Harta bersama 3 - 2 - - - 1 5. Hak Asuh Anak 0 - - - - - - 6. Isbat Nikah 8 - 8 - - 1 - 7. Kewarisan 4 1 1 - - - 2 8. Penetp Ahli

Waris

(37)

9. Pembatalan perkwn

1 - 1 - - - -

JUMLAH 1.711 91 1.554 7 10 24 25

PENYELESAIAN PERKARA PERMOHONAN TAHUN 2011 DALAM TABEL

No. Jenis Perkara Jumlah Dicabut Dikabulka n Ditola k Gugur Dibatalka n/ Coret Tdk. diterima 1. Perwalian anak 7 - 6 - - 1 - 2. Asal-usul anak 10 1 8 1 - - - 3. Isbat Nikah 86 4 76 - - 5 1 4. Dispensasi Kawin 14 - 12 - - 1 1 5. Wali Adlol 2 - 2 - - - - 6. Penetapan Ahli Waris 6 - 6 - - - - 7. Perubahan Biodata Nikah 58 2 55 - - 1 - 8. Pengangkata n Anak 1 - 1 - - - - JUMLAH 184 7 166 1 - 8 2

PENYELESAIAN PERKARA EKONOMI SYARI’AH TAHUN 2011 DALAM TABEL

No. Jenis Perkara Jumlah Dicab ut Dikabulk an Ditola k Gugu r Dibatalka n Tdk. diterima/ Coret 1. Ekonomi Syari’ah - - - - - - - JUMLAH - - - - - - -

Tingkat penyelesaian perkara Pengadilan Agama Pasuruan tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tingkat penyelesaian perkara tahun 2010. Pada tahun 2011 dari jumlah perkara 2.264 perkara (sisa perkara tahun 2010 sebanyak 357 perkara ditambah 1.907 perkara yang diterima tahun 2011) yang dapat diselesaikan tahun 2011 sebanyak 1.895 perkara. Sisa yang belum diselesaikan tahun 2011 sebanyak 369 perkara atau 16,3%. Sedangkan pada tahun 2010 dari jumlah perkara 2072 perkara (sisa perkara tahun 2009 sebanyak 258 perkara ditambah 1814 perkara yang diterima tahun 2010) yang dapat diselesaikan tahun 2010 sebanyak 1715 perkara. Sisa yang belum diselesaikan tahun 2010 sebanyak 357

(38)

perkara atau 17,2%. Jadi tahun 2011 ada peningkatan penyelesaian perkara sebesar 0,9%,

Sedangkan jumlah sisa perkara tahun 2011 dibandingkan dengan sisa perkara tahun 2010, ada peningkatan sisa sebesar 12 perkara, hal ini disebabkan penerimaan perkara mengalami peningkatan sebanyak 93 perkara atau mengalami kenaikan sebanyak 5,13%. Selain itu penerimaan perkara banyak terjadi pada akhir tahun.

3. Berdasarkan Umur

Berdasarkan tingkatkan umur dari pihak Penggugat atau Pemohon yang mengajukan perkara ke Pengadilan Agama Pasuruan selama tahun 2011 dapat dibedakan atau dikategorikan sebagai berikut :

- Umur s.d 20 tahun 218 Perkara = 11,48 %

- Umur 21 s.d 30 tahun 792 Perkara = 45,51 %

- Umur 31 s.d 40 tahun 545 Perkara = 28,56 %

- Umur 41 s.d 60 tahun 328 Perkara = 17,19 %

Umur lebih dari 60 tahun 24 Perkara = 1,26 %

4. Berdasarkan Kecamatan

Dari 16 Kecamatan yang masuk dalam yurisdiksi Pengadilan Agama Pasuruan, terdiri dari 3 Kecamatan dari Kota Pasuruan dan 13 Kecamatan dari Kabupaten Pasuruan, maka dapat diuraikan sebagai berikut (perhitungan ini berdasarkan tempat tinggal Penggugat atau Pemohon) :

1 Kecamatan Bugul kidul 142 Perkara = 7,45 %

2 Kecamatan Purworejo 172 Perkara = 9,02 %

3 Kecamatan Gadingrejo 148 Perkara = 7,76 %

4 Kecamatan Kraton 191 Perkara = 10,02 %

5 Kecamatan Pohjentrek 58 Perkara = 3,04 %

6 Kecamatan Kejayan 124 Perkara = 6,50 %

Referensi

Dokumen terkait

Partisipasi itu kemudian diarahkan kepada perihal teknis untuk memelihara produktivitas perkotaan, antara lain (Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri, 2004): (1) penyediaan infrastruktur

Kemudian penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Nusa Muktiajdi dan Samuel Soemantri (2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam 10 tahun data yang ada bahwa

menyebutkan peran rumah tangga konsumsi dalam arus kegiatan ekonomi. Peserta didik mamapu membedakan antara pasar faktor produksi dan pasar output dalam bagan arus

Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut

d. Pemerintah Daerah Provinsi Papua adalah Gubernur beserta perangkat lain sebagai Badan Eksekutif Provinsi Papua. Gubernur Provinsi Papua, selanjutnya disebut

Dalam pembahasan ini dikaji latihan lari sprint interval yang memperhatikan waktu, baik itu untuk interval kerja maupun interval istirahatnya, yang

Pelatihan adalah kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu lama serta sistematis dan progresif sesuai dengan tingkat kemampuan individu, bertujuan untuk meningkatkan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, dan huruf b perlu membentuk Peraturan Bupati Lombok Barat tentang Mekanisme Pengadaan Obat, Bahan