• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Sidik Jari pada Kelompok Retardasi Mental dan Kelompok Normal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pola Sidik Jari pada Kelompok Retardasi Mental dan Kelompok Normal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pola Sidik Jari pada Kelompok

Retardasi Mental dan Kelompok Normal

Sufitni

Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara

dilakukan di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Ilmi dan SDIT Al-Hijrah II. Jumlah peserta dalam penelitian ini adalah 223 orang. Kelompok retardasi mental terdiri dari 35 orang perempuan dan 58 orang laki-laki. Kelompok normal terdiri dari 55 orang perempuan dan 75 orang laki-laki. Metode yang digunakan adalah penelitian kasus kontrol, dengan variabel yang diamati adalah proporsi garis Simian, pola sidik jari (whorl, loop ulna, loop radial dan arch) dan jumlah rigi sidik jari.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi garis Simian lebih tinggi pada kelompok retardasi mental (14%) dibanding kelompok normal (8%), tetapi uji chi-kuadrat tidak berbeda nyata pada p = 0,05. Pola sidik jari kelompok retardasi mental dan kelompok normal sama, tetapi proporsinya tidak sama, urutan dari yang tertinggi adalah: loop ulna, whorl, loop radial dan arch, dengan uji chi-kuadrat berbeda nyata pada p = 0,05. Rata-rata jumlah rigi sidik jari kelompok retardasi mental (114,1) lebih rendah dibanding kelompok normal (142,8), dengan uji t berbeda nyata pada p = 0,05.

Proporsi pola sidik jari dan jumlah rigi sidik jari berbeda nyata antara kelompok retardasi mental dan kelompok normal, tetapi proporsi garis Simian tidak berbeda nyata antara kedua kelompok tersebut.

Kata kunci: garis Simian, pola sidik jari, jumlah rigi sidik jari, retardasi mental

Abstract: The objective of this study was to obtain the proportion of Simian line, fingerprints patterns and the total ridge count in the mentally retarded and the normal group. The study had been done in Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Ilmi and SDIT Al-Hijrah II in Medan at Desember 2005. The number of participants in this study was 223 person. They consisted of 35 females and 58 males from the mentally retarded group and 55 females and 75 males from the normal group. The method used in this study was case control study with observed variables were the Simian line, the fingerprints patterns (whorl, ulnar loop, radial loop and arch) and the total ridge count.

The result of this research showed that the proportion of Simian line in the mentally retarded group (14%) was higher than the normal group (8%), but Chi-Square test was not significant at p = 0,05. The fingerprints patterns on both groups were equal, but the proportion was not, with the highest proportion started from ulnar loop, whorl, radial loop and arch, with Chi-Square test was significant at p = 0,05. Fingerprints patterns proportion and total ridge count were statistically different between mentally retarded group and normal group, but Simian line proportion was not different significantly on both these groups.

Keywords: Simian line, fingerprints patterns, total ridge count, mentally retarded

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ilmu pengetahuan semakin berkembang dengan pesat. Penelitian-penelitian yang

dilakukan telah melahirkan ilmu-ilmu baru. Salah satu ilmu yang berkembang saat ini adalah dermatoglifi. Di masa yang akan datang, dermatoglifi diharapkan dapat membantu kita untuk mendiagnosa berbagai

(2)

penyakit yang berhubungan dengan genetik. Para praktisi kelak diharapkan hanya dengan melihat telapak tangan saja, sudah akan dapat mendiagnosa berbagai penyakit seperti halnya dengan melihat retina/iris mata penderita. Metode ini praktis dan murah dibandingkan dengan pemeriksaan bioteknologi, seperti pada pemeriksaan sitogenetika untuk melihat kelainan genetik.1

Dermatoglifi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari lekukan (garis-garis) kulit yang ditemukan pada jari tangan dan kaki

pada manusia dan mamalia lainnya.2

Ilmu dermatoglifi lahir sejak Harold Cummins dan Charles Midlo mendeklarasikan hasil penelitian mereka tentang sindrom Down pada April 1926 di pertemuan tahunan ke-42 Persatuan Anatomi Amerika (American Association of Anatomists). Harold Cummins dan Charles Midlo adalah professor anatomi mikroskopik di Universitas Tulane Amerika Serikat dan merekalah yang mencetuskan terminologi dermatoglyphic (derma = kulit, glyph = ukiran). Harold Cummins menemukan 53% penderita sindrom Down memiliki garis Simian, sedangkan pada orang normal hanya terdapat 1-2% saja. Harold Cummins meng-klaim bahwa ada hubungan genetik antara sindrom Down dengan garis Simian, bahkan hal ini sudah diterima oleh sebagian masyarakat ilmuwan. Hal ini terbukti dari data-data pada berbagai buku kedokteran yang mencantumkan, bahwa salah satu ciri sindrom Down adalah adanya garis Simian pada sebagian besar kasus.3

Mulvihill dan Smith (1969) menyatakan bahwa 6-8 minggu sesudah konsepsi mulai terbentuk bakal garis tangan yang berbentuk balon kecil. Balon kecil ini mulai tertarik ke belakang saat 10-12 minggu sesudah konsepsi. Garis-garis tangan mulai muncul pada saat 13 minggu sesudah konsepsi dan pola garis tangan sudah sempurna terbentuk pada usia 21 minggu sesudah konsepsi.4

Garis-garis tangan ini tidak akan berubah dari sejak lahir sampai selama hidup bahkan sampai mati. Pola dermatoglifi antara satu orang terhadap yang lain tidak mungkin mempunyai gambaran yang persis sama. Pada kelainan yang disebabkan adanya kelainan kromosom, dermatoglifi menunjukkan kelainan pola, bentuk, ukuran, dan kompleksitas yang

khas, sehingga dermatoglifi dapat dipakai sebagai pembantu diagnosa.5

Sidik jari adalah salah satu bagian yang diperiksa pada dermatoglifi yang merupakan gambaran yang terdapat pada kulit ujung jari yang terbentuk sejak embrio menurut Loesch, 1971 dan tetap dipertahankan tanpa perubahan sampai mati. Gambaran sidik jari khas untuk seseorang, karena perwujudan gen-gen dalam dirinya. Hal ini mengakibatkan pola gambaran sidik jari ini dapat dipakai sebagai cap pribadi.6

Pola dermatoglifi merupakan salah satu variasi biologis yang berbeda dari satu kelompok ras dengan kelompok yang lain, antara perempuan dan laki-laki bahkan monozigot twin. Sebelum kehamilan 12 minggu faktor lingkungan dapat mempengaruhi dermatoglifi. Hal inilah yang menyebabkan banyak ahli yang menduga setiap gangguan lingkungan sebelum usia 12 minggu kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan embrio dan juga dapat mempengaruhi garis tangan dan sidik jari. Pola dermatoglifi ini juga tidak akan berubah sejak usia kehamilan 21 minggu, sehingga sudah sejak lama dermatoglifi digunakan sebagai alat identifikasi diri.7

Gambaran dermatoglifi pada penyakit tertentu juga berbeda, terutama pada penyakit genetik. Penyakit yang dapat dihubungkan dengan dermatoglifi seperti: Alzheimer, tuberculosis, diabetes, kanker, penyakit jantung, dan lain-lain.8

Garis Simian adalah garis transversal tunggal pada telapak tangan yang terbentang menyeberang dari satu sisi ke sisi lainnya. Manusia normal biasanya memiliki beberapa garis pada telapak tangannya, yang disebut garis hati, garis kepala dan garis kehidupan. Pada beberapa orang, garis kepala dan garis hati bisa bersatu membentuk garis tunggal transversal, yang disebut garis Simian. Pada beberapa literatur ditemukan tingginya garis Simian pada beberapa penyakit genetik dibandingkan pada kelompok orang normal.5

Pada manusia, secara garis besar ada tiga tipe pola sidik jari, yaitu pola arch, whorl dan loop (loop radial dan loop ulna). Setiap individu memiliki pola sidik jari yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus, terutama kasus genetik, pola sidik jari berbeda nyata, biasanya perbedaan terletak pada pola arch.

(3)

Jumlah rigi sidik jari manusia juga dapat dihitung dan setiap orang tidak memiliki jumlah rigi yang sama. Bahkan pada penyakit tertentu, terutama penyakit genetik, jumlah rigi sidik jarinya berbeda nyata. Biasanya jumlah rigi sidik jari pada kelompok tidak normal lebih rendah daripada kelompok normal.

Retardasi mental adalah suatu keadaan keterlambatan dalam perkembangan dan memiliki kemampuan intelektual di bawah normal, yaitu Intelligence Question (IQ) di bawah 70. Kelainan intelektual ini bukanlah merupakan suatu penyakit tetapi merupakan akibat dari berbagai penyakit lain, trauma, infeksi, masalah dalam kehamilan seperti kurang nutrisi, obat-obatan, racun dan juga penyakit genetik seperti sindrom Down (Sebastian, 2002). Penyebab retardasi mental banyak, tetapi kenyataannya hanya sekitar 10-20% saja yang dapat di diagnosa.9

Dermatoglifi penderita retardasi mental secara khusus, belum pernah diteliti. Penelitian yang mendekati retardasi mental, yang sering diteliti adalah sindrom Down. Seluruh penderita sindrom Down sudah pasti menderita retardasi mental, sedangkan penderita retardasi mental, belum tentu menderita sindrom Down. Harold Cummins menyatakan pada penderita sindrom Down ditemui garis Simian 53%, sedangkan pada kelompok normal hanya 1-2% saja. Penelitian Hidayati dkk. (1980), bahkan menyatakan garis Simian pada penderita sindrom Down mencapai 68,54%. Pola sidik jari pada sindrom Down adalah sebagai berikut: pola arch = 0,4– 2,7%, radial loop = 0,8–5,2%, ulnar loop = 75,1–85,2% dan whorl = 12,1–20,1%. Rata-rata jumlah rigi sidik jari pada sindrom Down adalah 92,2–130,3.10

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persentase garis Simian, pola sidik jari dan jumlah rigi sidik jari pada penderita retardasi mental dan pada orang normal di Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah garis Simian, pola sidik jari, dan jumlah rigi sidik jari pada kelompok retardasi mental dan kelompok normal.

METODE

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Ilmi di jalan Kolam No 1 Medan, SDIT Al Hijrah II di jalan Gedung PBSI No 1 Medan dan Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) di jalan Adi Negoro No 2 Medan. Penelitian dilakukan pada tahun 2006.

Populasi penelitian adalah penderita retardasi mental dan orang normal di kota Medan. Sampel penelitian adalah para penderita retardasi mental (tuna grahita) di YPAC sebanyak 93 orang (35 peserta perempuan dan 58 peserta laki-laki), dengan kisaran IQ antara 37–69. Sampel kelompok normal diambil dari SDIT Nurul Ilmi sebanyak 80 orang dan SDIT Al Hijrah II sebanyak 50 orang (55 peserta perempuan dan 75 peserta laki-laki).

Jumlah sampel diambil berdasarkan rumus: n1 = n2 = 2 2 2 1

)

(

)

(

+

X

X

xS

Z

Z

α β Berdasarkan penelitian Simanjuntak

(2003), dengan α 0,05 dan power 0,90, standar deviasi 15, dan beda jumlah sidik jari sebesar 10 dianggap berarti maka, didapat hasil 47,3.11, 12

Penelitian ini menggunakan: tinta daktiloskopi, bantalan stempel, kaca, roller karet, kertas HVS putih dan alkohol 70%.

Penelitian ini dilakukan dengan metode

penelitian kasus – kontrol.5

Menurut Sastroasmoro (2002), penelitian kasus-kontrol (case-control study), sering juga disebut

sebagai case-comparison study ataupun

retrospective study. Penelitian kasus-kontrol merupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko tertentu.12

Kasus pada penelitian ini adalah kelompok retardasi mental, sedangkan kontrol adalah kelompok normal. Faktor risiko yang akan diperiksa adalah garis Simian, pola sidik jari dan jumlah rigi sidik jari.

Seluruh peserta baik dari sekolah luar biasa (kelompok retardasi mental) maupun dari kelompok normal yang diambil sebagai sampel, diperlakukan sebagai berikut: kedua tangan anak dibersihkan dengan sabun dan

(4)

alkohol 70%, setelah bersih dikeringkan. Tinta khusus untuk dermatoglifi dengan roller karet dioleskan pada sebidang kaca. Bagian dari tangan yang akan diambil sidik jarinya ditempelkan pada kaca tersebut, dengan cara digulingkan dari satu sisi ke sisi lainnya. Satu persatu jari dicapkan dengan cara digulingkan dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya pada kertas HVS. Setelah seluruh jari tangan diambil stempelnya, kemudian seluruh telapak tangan ditempelkan kembali pada kaca yang sudah di oleskan tinta stempel. Telapak tangan tersebut ditempelkan kembali pada kertas HVS. Kemudian persentase garis Simian, pola sidik jari dan jumlah rigi pada penderita retardasi mental dan normal dihitung. Semua data disusun dalam bentuk tabel dan ditabulasi.

Variabel yang diamati adalah: garis Simian, pola sidik jari dan jumlah rigi sidik jari.

Data dianalisa dengan menghitung persentase garis Simian, pola sidik jari dan jumlah rigi baik penderita retardasi mental maupun normal. Selain itu dihitung juga indeks Dankmeijer, indeks Furuhata, indeks Cummins & Midlo. Indeks-indeks tersebut dapat dihitung dengan memakai rumus sebagai berikut:

1. Index Dankmeijer, yaitu perbandingan arcus dengan vortex dikalikan 100.

2. Index Furuhata, yaitu perbandingan vortex dengan sinus dikalikan 100.

3. Index Cummins dan Midlo, yaitu indeks yang dibuat dapat melihat secara cepat kesan densitas dari digital dan palmar crest. Index ini didapat dengan rumus:

10

L

%

W

%

x

2

+

di mana: W = whorl, L = loop

Frekuensi garis Simian penderita retardasi mental dan normal baik laki-laki maupun perempuan diuji dengan uji statistik Chi-kuadrat.

Frekuensi tipe pola ujung jari tangan penderita retardasi mental dan normal baik laki-laki maupun perempuan diuji dengan uji statistik Chi-kuadrat.7 Rumus Chi-Kuadrat: X2 =

E

E

O

)

2

(

Keterangan: X2 = Chi-Kuadrat

E = Frekuensi yang diharapkan (normal) O = Frekuensi hasil pengamatan (retardasi

mental)

Frekuensi jumlah rigi sidik jari tangan penderita retardasi mental dan normal baik laki-laki maupun perempuan diuji dengan uji t.7,13 t = B X A X B A

S

X

X

)

(

S p 2 =

2

2 2

+

+

B A B B A A

n

n

S

dk

S

dk

S2p =

2

)

(

)

(

2 2

+

+

B A B B A A

n

n

X

X

X

X

SXAXB =

n

S

n

S

B 2 p A 2 p

+

di mana:

X

A = Rata-rata jumlah rigi jari normal

X

B = Rata-rata jumlah rigi jari penderita

retardasi mental

2

A

S

= Varians rata-rata jumlah rigi jari normal

2

B

S

= Varians rata-rata jumlah rigi jari

penderita retardasi mental B

X A X

S

= Standar error/standar deviasi

gabungan S p 2 = Varians gabungan HASIL 1. Garis Simian

Hasil penelitian frekuensi garis Simian antara kelompok retardasi mental dan kelompok normal, dapat dilihat pada Tabel 1 dan Grafik 1.

Tabel 1 dan Grafik 1 memperlihatkan persentase frekuensi garis Simian yang tinggi pada kelompok retardasi mental. Jumlah garis Simian pada kelompok retardasi mental 22%, sedangkan pada kelompok normal 12%. Hal ini menunjukkan perbandingan garis Simian pada kelompok retardasi mental 1,84 kali lebih banyak dari kelompok normal.

(5)

X2

tabel pada p = 0,05 adalah 3,84, sedangkan pada p = 0,01 adalah 6,63 (Tabel 2).

Secara keseluruhan X2

hitung >X2 tabel, maka hipotesis diterima, berarti terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah Garis Simian pada kelompok retardasi mental dibanding dengan kelompok normal.

2. Pola Sidik Jari

a. Frekuensi Pola Sidik Jari

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada pola sidik jari, secara garis besar didapati tiga tipe pola sidik jari, yaitu pola arch, whorl dan loop(loop radial dan loop ulna). Hasil penelitian frekuensi pola sidik jari antara kelompok retardasi mental dan kelompok normal, dapat dilihat pada Tabel 3 dan Grafik 2.

Tabel 3 dan Grafik 2, memperlihatkan urutan persentase frekuensi tipe pola sidik jari

yang diperoleh dari kelompok retardasi mental adalah: loop ulna (60%), whorl (32%), loop radial (5%) kemudian diikuti arch (3%), sedangkan urutan persentase pola sidik jari kelompok normal adalah: loop ulna (59%), whorl (39%), loop radial (2%) dan arch (0%).

Adanya perbedaan pola sidik jari, akan diuji dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat, seperti tampak pada Tabel 4.

X2

tabel pada p = 0,05 adalah 7,82, sedangkan p = 0,01 adalah 11,34. Harga X2 hitung < X2

tabel, maka hipotesis ditolak, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata antara frekuensi pola sidik jari kelompok retardasi mental dibanding dengan kelompok normal (Tabel 4).

b. Indeks Pola Sidik Jari

Indeks pola sidik jari perempuan dan laki-laki kelompok retardasi mental dan normal dapat dilihat pada Tabel 5 dan Grafik 3.

Tabel 1.

Persentase frekuensi jumlah garis simian kelompok retardasi mental dan normal

Retardasi Mental Normal

Perempuan Laki Laki Total Perempuan Laki Laki Total

KI KA TOT KI KA TOT KI KA TOT KI KA TOT KI KA TOT KI KA TOT

N 35 35 35 58 58 58 93 93 93 55 55 55 75 75 75 130 130 130 S(+) 3 4 7 6 7 13 9 11 20 1 2 3 6 7 13 7 9 16 % 9% 11% 20% 10% 12% 22% 10% 12% 22% 2% 4% 5% 8% 9% 17% 5% 7% 12% S(-) 32 31 28 52 51 45 84 82 73 54 53 52 69 68 62 123 121 114 % 91% 89% 80% 90% 88% 78% 90% 88% 78% 98% 96% 95% 92% 91% 83% 95% 93% 88%

Keterangan: N = Jumlah sampel KI = Kiri S(+) = Garis Simian (+) KA = Kanan S(-) = Garis Simian (-) TOT = Total

0 20 40 60 80 100 120 140 KI KA TO T KI KA TOT KI KA TOT KI KA TOT KI KA TOT KI KA TOT

WANITA PRIA TOTAL WANITA PRIA TOTAL

RETARDASI MENTAL NORMAL

N S (+) % S (-) %

Grafik 1. Persentase frekuensi jumlah garis simian antara kelompok retardasi mental dan normal

Keterangan: N = jumlah sampel KI = Kiri S(+) = Garis Simian (+) KA = Kanan S(-) = Garis Simian (-) TOT = Total

(6)

Tabel 2.

Nilai uji chi-kuadrat garis simian simian antara kelompok retardasi mental dan normal

Perempuan RM/N Laki Laki RM/N Kelompok RM/N

Kiri Kanan Total Kiri Kanan Total Kiri Kanan Total

Uji X2 RM N RM N RM N RM N RM N RM N RM N RM N RM N

SIMIAN (+) 9 2 11 4 20 4 10 8 12 9 22 17 10 5 12 7 22 12

SIMIAN (-) 91 98 89 96 80 96 90 92 88 91 78 83 90 95 88 93 78 88

X2 25 12,7 47,4 0,54 1,1 1,77 5,26 3,84 9,47

Keterangan: RM = Retardasi Mental N = Normal

Tabel 3.

Frekuensi pola sidik jari kelompok retardasi mental dan normal

Retardasi Mental Normal

Wanita Pria Wanita Pria

Retardasi

Mental Normal

Pola

% % % % % %

KIRI Loop ulna 59% 59% 58% 62% 59% 60%

Loop radial 2% 5% 3% 2% 4% 3%

Whorl 35% 33% 38% 36% 34% 37%

Arch 4% 2% 0% 0% 3% 0%

KANAN Loop ulna 66% 58% 62% 55% 61% 58%

Loop radial 2% 9% 0% 1% 6% 1%

Whorl 27% 31% 38% 44% 29% 41%

Arch 4% 3% 0% 0% 3% 0%

TOTAL Loop ulna 63% 59% 60% 58% 60% 59%

Loop radial 2% 7% 2% 2% 5% 2%

Whorl 31% 32% 38% 40% 32% 39%

Arch 4% 2% 0% 0% 3% 0%

Keterangan: RM = Retardasi Mental N = Normal

Grafik 2. Frekuensi pola sidik jari kelompok retardasi mental dan normal

P = Perempuan L = Laki-laki LU = Loop Ulna W = Whorl LR = Loop Radial A = Arch

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% LU LR W A LU LR W A LU LR W A KI KA TOT RM P % RM L % NORMAL P % NORMAL L % RM % N %

(7)

Tabel 4.

Perhitungan uji chi-kuadrat pola sidik jari antara kelompok retardasi mental dan normal

Perempuan Laki Laki Laki-Laki + Perempuan

Kiri Kanan Total Kiri Kanan Total Kiri Kanan Total

Pola RM N RM N RM N RM N RM N RM N RM N RM N RM N LU 59 58 66 62 63 60 59 62 58 55 59 58 59 60 61 58 60 59 LR 2 3 2 38 2 2 5 2 9 1 7 2 4 3 6 1 5 2 W 35 38 27 0 31 38 33 36 31 44 32 40 34 37 29 41 32 39 A 4 0 4 96 4 0 2 0 3 0 2 0 3 0 3 0 3 0 X2 0,59 3,44 1,44 4,89 4 1,62 0,59 3,67 5,77

Keterangan: RM = Retardasi Mental N = Normal P = Perempuan L = Laki-laki LU = Loop Ulna W = Whorl LR = Loop Radial A = Arch

Tabel 5.

Indeks pola sidik jari kelompok retardasi mental dan normal

Indeks

Dankmeijer Furuhata Cummins & Midlo

Kelompok n

(Archus/Whorl) (Whorl/Loop) (2 x Whorl + Loop)

Perempuan N 55 0.48 61.47 13.8 Laki-laki N 75 0.33 66.07 14 Total N 130 0.39 64.09 13.9 Perempuan RM 35 11.82 48.67 12.7 Laki-laki RM 58 7.53 49.07 13 Total RM 93 9.12 48.92 12.9

Keterangan: RM: Retardasi Mental, N: Normal, n: Jumlah Sampel

Grafik 3. Indeks pola sidik jari kelompok retardasi mental dan normal

Keterangan: RM: Retardasi Mental, N: Normal, n: jumlah Sampel

0 20 40 60 80 100 120 140 Perem pua n N La ki-laki N Total N Perem puan RM La ki-laki R M Total RM n INDEKS DANKMEIJER (Archus/Whorl) INDEKS FURUHATA (Whorl/Loop) INDEKS CUMMINS & MIDLO (Whorl + Loop)

(8)

Nilai indeks Dankmeijer untuk keseluruhan kelompok retardasi mental (9,12) lebih tinggi dibanding keseluruhan kelompok normal (0,39). Hal ini berarti frekuensi pola arch keseluruhan kelompok retardasi mental (3%), lebih tinggi dibanding frekuensi pola arch keseluruhan normal (0%).

Nilai indeks Furuhata untuk keseluruhan kelompok retardasi mental (48,92) lebih rendah dibanding keseluruhan kelompok normal (64,09). Hal ini berarti frekuensi pola whorl keseluruhan kelompok retardasi mental (32%), lebih rendah dibanding frekuensi pola whorl keseluruhan normal (39%).

Nilai indeks Cummins & Midlo untuk keseluruhan kelompok retardasi mental (12,9) lebih rendah dibanding keseluruhan kelompok normal (13,9). Hal ini berarti frekuensi pola whorl keseluruhan kelompok retardasi mental (32%), lebih rendah dibanding frekuensi pola whorl keseluruhan normal (39%), yang diikuti dengan peningkatan pola Loop pada keseluruhan kelompok retardasi mental (65%), sedangkan keseluruhan normal (61%).

3. Jumlah Rigi Sidik Jari

Jumlah rigi sidik jari dan uji t tangan perempuan, laki-laki dan keseluruhan kelompok retardasi mental dan normal dapat dilihat pada Tabel 6.

Hasil penelitian mengenai jumlah rigi sidik jari antara kelompok retardasi mental dan kelompok normal menunjukkan perbedaan, baik dipandang dari sisi setiap jari, setiap tangan maupun kedua tangan. Uji t memperlihatkan perbedaan tersebut nyata pada p = 0,01 dan p = 0,05, kecuali pada jari ke-5 kiri antara laki-laki retardasi mental dengan laki-laki normal dan pada jari ke-1 kiri antara perempuan retardasi mental dengan perempuan normal.

Perbandingan rata-rata jumlah rigi sidik jari seluruh kelompok baik normal maupun retardasi mental menunjukkan bahwa laki-laki selalu lebih tinggi daripada jumlah rigi sidik jari perempuan.

Tabel 6. Jumlah rigi sidik jari dan uji t

Rata Rata Jumlah Rigi

Uji t Kiri Kanan Total

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 Kiri Kanan Total

Wanita RM (35) 9.46 9.03 8.74 9.49 14.2 15.9 9.47 8.49 11.7 9.26 50.5 55.3 105.9 Wanita N (55) 12.1 13.9 12.9 13.1 16.1 18 13.2 12.7 14.4 12.4 68 70.7 138.7 Uji t 2.81 4.8 4.1 3.1 1.71 2.16 3.02 4.9 2.7 4 4.21 4.16 4.32 Pria RM (58) 11.5 11.9 10.8 10.7 14.2 16.3 10.9 10.7 12.3 10 58.8 60.2 119 Pria N (75) 12 15 13.8 13.3 17.4 19 13.5 13.1 15.7 12.9 71.7 74.2 145.8 Uji t 0.65 3.5 3.8 3.1 3.74 3.15 2.87 2.7 4 4.19 4.07 4.45 4.423 Total RM (88) 10.7 10.8 9.89 10.3 14.2 16.1 10.4 9.86 12.1 9.74 55.7 58.4 114.1 Total N (130) 12.1 14.6 13.4 13.2 16.8 18.6 13.4 12.9 15.1 12.7 70.1 72.7 142.8 Uji t 2.36 5.6 5.6 4.3 3.9 3.88 4.13 4.8 4.6 5.72 5.69 5.99 6.064 Keterangan: RM: Retardasi Mental; N: Normal

Untuk n = 88, p = 0,01, t tabel = 2,638 dan p = 0,05, t tabel = 2,374 Untuk n = 130, p = 0,01, t tabel = 1,970 dan p = 0,05, t tabel = 2,374

(9)

PEMBAHASAN 1. Garis Simian

Garis Simian pada kelompok perempuan retardasi mental 4 kali lebih besar dari kelompok perempuan normal. Garis Simian dari kelompok laki-laki retardasi mental hanya 1,3 kali lebih besar dari kelompok laki-laki normal. Garis Simian pada kelompok retardasi mental 1,84 kali lebih besar dari kelompok normal. Hasil ini menunjukkan bahwa garis Simian pada laki-laki normal tidak begitu jauh berbeda dengan garis Simian pada laki-laki retardasi mental. Hal ini menyebabkan uji Chi-Kuadrat garis Simian pada laki-laki retardasi mental dan laki-laki normal tidak berbeda nyata, padahal uji Chi-Kuadrat garis Simian antara kelompok perempuan retardasi mental dengan perempuan normal dan antara keseluruhan retardasi mental dan keseluruhan kelompok normal adalah berbeda nyata. Hasil ini dapat terjadi mungkin disebabkan oleh karena tidak adanya kontrol IQ pada kelompok normal.

Penelitian mengenai dermatoglifik pada kelompok retardasi mental belum pernah dilakukan, sehingga belum bisa dijadikan sebagai pembanding dalam penelitian ini. Pada sisi yang lain, penelitian mengenai Sindrom Down (salah satu penyebab retardasi mental) banyak dilakukan para peneliti dermatoglifik, sehingga penelitian ini akan banyak dibandingkan dengan penelitian sindrom Down.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Hidayati dkk. (1980), dimana ditemukan frekuensi garis Simian yang tinggi pada penderita sindrom Down, yaitu 58,12% pada tangan kanan, 68,54% pada tangan kiri dan 50% pada kedua tangan.5

Harold Cummins, 1926 (dalam Reed & Meier, 1990) menyatakan bahwa pada kelompok sindrom Down dijumpai garis Simian 53% dan pada kelompok normal 1-2% saja.2

Pada umumnya peneliti lain mendapatkan frekuensi garis

Simian yang tinggi pada penderita sindrom Down.5,14,15

Menurut pandangan palmistry (pembaca garis tangan), garis Simian ini memiliki arti tersendiri. Pada umumnya manusia normal memiliki tiga garis pada telapak tangannya, yang disebut garis hati, kepala dan kehidupan. Sebagian kecil manusia hanya memiliki dua garis pada telapak tangannya, karena garis hati dan garis kepala menyatu. Para palmistry menyatakan jika seseorang memiliki garis Simian, maka orang tersebut tidak dapat membedakan antara hasrat (garis hati) dengan fikiran (garis kepala). Mereka memiliki semangat alamiah yang luar biasa, tetapi cenderung buru-buru dalam segala hal tanpa difikir terlebih dahulu. Garis Simian memberikan seseorang kemampuan untuk memusatkan fikiran dalam satu hal secara mutlak. Sehingga mereka mampu (berhasil) menyelesaikan sesuatu lebih dibanding kebanyakan orang.16

2. Pola Sidik Jari

Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa urutan persentase pola sidik jari yang paling banyak, baik pada kelompok retardasi mental maupun kelompok normal adalah sama, yaitu: loop ulna, kemudian whorl, selanjutnya loop radial dan arch. Perbedaan antara retardasi mental dengan normal adalah dari segi persentase frekuensinya, terutama pola arch dan loop radial yang lebih tinggi pada kelompok retardasi mental dibanding kelompok normal. Perbedaan yang mencolok

terdapat pada pola arch, yaitu 3% pada

kelompok retardasi mental dan 0% pada kelompok normal. Penelitian mengenai analisis sidik jari kelompok retardasi mental belum pernah dilakukan, sehingga belum bisa dijadikan sebagai pembanding dalam penelitian ini. Sebagai pendekatan, penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Katznelson & Ashbel (1973), pada penderita sindrom Down dan kontrol di Italia, yang dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 4.

Tabel 7. Perbandingan hasil penelitian tesis ini dengan penelitian pola sidik jari di Italia

LOOP ULNA WHORL LOOP RADIAL ARCH

Tempat

D/RM K/N D/RM K/N D/RM K/N D/RM K/N

ITALIA 81 57,2 12,6 33,1 5,2 3,5 6,2 1,1

TESIS INI 60 59 32 39 24 2 2 0

Keterangan: D : Sindrom Down K : Kontrol RM : Retardasi Mental N : Normal

(10)

Grafik 4. Perbandingan hasil penelitian tesis ini dengan penelitian pola sidik jari di Italia

Keterangan: D : Sindrom Down K : Kontrol RM : Retardasi Mental N : Normal

Tabel 7 memperlihatkan hasil penelitian di Italia, yang didapati pola loop ulna pada kelompok sindrom Down lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian di Medan bahwa pola loop ulna lebih tinggi pada kelompok retardasi mental dibanding kelompok normal. Pola whorl di Italia lebih rendah pada kelompok sindrom Down daripada kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian tesis ini,

dimana pola whorl lebih rendah pada

kelompok retardasi mental dibanding kelompok normal. Pola loop radial dan arch di Italia lebih tinggi pada kelompok sindrom Down daripada kelompok kontrol. Hal yang sama terjadi pada penelitian di Medan, dimana pola loop radial dan arch lebih tinggi pada kelompok retardasi mental dibanding kelompok normal.

Menurut Rafiah dkk. (1983), persentase pola loop ulna pada penderita sindrom Down meningkat dari kelompok normal. Hal ini akibat penurunan rigi pola titik dan segmen yang terputus disebabkan oleh adanya gen dominan autosom yang penetrasinya tidak sempurna. Hal ini kemungkinan disebabkan karena terjadi kelainan pada kromosom 21, tetapi sampai saat ini belum diketahui dengan jelas dimana letak gen-gen yang mengatur dermatoglifi ini.

Hasil indeks Dankmeijer hanya mempertegas hasil pada pola sidik jari, bahwa arch lebih tinggi pada kelompok retardasi mental dibanding kelompok normal, dan

whorl lebih rendah pada kelompok retardasi mental dibanding kelompok normal.

Hasil indeks Furuhata hanya mempertegas hasil pada pola sidik jari, bahwa whorl lebih rendah pada kelompok retardasi mental dibanding kelompok normal, dan loop lebih tinggi pada kelompok retardasi mental dibanding kelompok normal.

Hasil indeks Cummins & Midlo hanya mempertegas hasil pada pola sidik jari dan dan indeks Furuhata, bahwa whorl lebih rendah pada kelompok retardasi mental dibanding kelompok normal, dan loop lebih tinggi pada kelompok retardasi mental dibanding kelompok normal.

3. Jumlah Rigi Sidik Jari

Perbandingan rata-rata jumlah rigi sidik jari kelompok retardasi mental lebih rendah daripada kelompok normal. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Katznelson, 1973 (dalam Bartsocas, 1981) menyatakan bahwa rata-rata jumlah rigi sidik jari sindrom Down di Inggris (127,36) lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata jumlah rigi sidik jari laki-laki normal di Inggris (136,07).

Sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu, faktor lingkungan dapat mempengaruhi dermatoglifi (jumlah rigi sidik jari). Faktor lingkungan ini dapat berupa kondisi ibu ketika hamil (misalnya stress berat), makanan, obat-obatan dan lain sebagainya. Kekurangan gizi dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kecerdasan anak. Walter, 2003 meneliti 825 anak dengan malnutrisi berat,

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 D/RM K/N D/RM K/N D/RM K/N D/RM K/N LOOP ULNA WHORL LOOP RADIAL ARCH

ITALIA MEDAN

(11)

ternyata mempunyai kemampuan intelektual lebih rendah dibanding dengan anak yang mempunyai gizi baik.17

Sel otak terbentuk sejak trimester pertama kehamilan dan berkembang pesat sejak dalam rahim ibu. Kekurangan gizi pada masa kehamilan akan menghambat multiplikasi sel janin sehingga jumlah sel neuron di otak dapat berkurang secara permanen, sehingga ketika lahir memiliki ukuran otak dan tubuh yang kecil. Pada umumnya bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah akibat kekurangan gizi sewaktu dalam kandungan, besar kemungkinan akan mengalami kelemahan otak. Sesudah dewasa kurang mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat sekelilingnya. Ironisnya, meskipun perbaikan gizi dapat dilakukan ketika bayi sudah lahir, tidak sepenuhnya dapat menolong atau mengatasi kelemahannya.18

Banyak hal yang bisa mempengaruhi dermatoglifi/jumlah rigi sidik jari, tetapi yang terutama berperan diduga adalah saraf-saraf di lapisan epidermis.7

Sampai saat ini belum ada literatur yang dapat menjelaskan bagaimana hal ini dapat terjadi.

KESIMPULAN

1 Jumlah garis Simian pada kelompok retardasi mental lebih tinggi dibanding kelompok normal, dengan uji Chi-Kuadrat berbeda nyata pada p = 0,05.

2 Pola sidik jari pada setiap orang, baik retardasi mental maupun normal adalah sama. Perbedaannya terletak pada frekuensinya saja. Perbedaan yang paling mencolok adalah perbandingan frekuensi

pola arch, yaitu 3% pada kelompok

retardasi mental dan 0% pada kelompok normal.

3 Rata-rata jumlah rigi sidik jari kelompok retardasi mental lebih rendah dibanding kelompok normal, dengan uji t berbeda nyata pada p = 0,05.

SARAN

Penelitian dermatoglifi ini masih sangat sederhana, dimana jumlah sampel masih sedikit, pemeriksaan garis-garis tangan dan pola sidik jari hanya diperiksa dengan lup. Sebaiknya dibuat penelitian yang memiliki jumlah sampel yang jauh lebih besar dan

memakai perlengkapan yang lebih canggih. Pemeriksaan garis Simian, pola sidik jari dan variasi lain yang masih banyak belum diteliti, sebaiknya diolah dengan menggunakan komputer. Sehingga suatu saat dapat dibuat suatu alat identifikasi sidik jari dan telapak tangan untuk berbagai keperluan, misalnya untuk menegakkan diagnosa retardasi mental.

Penelitian ini tidak mencantumkan kontrol IQ untuk kelompok normal, sebaiknya untuk penelitian yang akan datang disarankan mengikutsertakan kontrol IQ untuk setiap kelompok, agar hasil penelitian menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Campbell, E.D. 2003. Biometrics Future & Profit. Biometric Journal, Available at http://stat,tamu.edu/Biometrics/28/04/20 05.

2. Reed, T. dan Meier R., 1990. How To Take Dermatoglyphic Prints. The American Dermatoglyphic Association. 3. Mavalwala, J. Dermatoglyphic: Looking

Forward to The 21st

Century. International Conference on Dermatoglyphics, 1981, Athens, Greece.

4. The Development of The Study of Dermatoglyphics, No Name. Available at file://H:/Scientific%20Dermatoglyphics.h tm/18/04/2005.

5. Hidayati R.S.; Rafiah, R.S.; Kamajaya; Satmoko; Suryadi R.; dan Sidiarto L. 1980. Dermatoglifi Sindrom Down Penelitian Pola Triradius Garis Simian pada Telapak Tangan Anak-Anak Penderita Sindrom Down di Sumber Asih Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia. 30(8): 202–206.

6. Surjadi, R Satmjoko, R, Rafiah R.S,

Syahrum M.H dan Ramelan W, 1984. Pola Sidik Jari dan Total Ridge Count Kelompok Residivis di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 34(3): 101–104. 7 Campbell, E.D. 1998. Fingerprints &

Palmar Dermatoglyphics, Available at file://H:sabtu/Fingerprints%20&%20Palm ar%20dermatoglyphics,terbaik%20finger/ 04/09/2005.

(12)

8. Wertelecki W, 1981. Dermatoglyphic Research and The Clinician. International Conference on Dermatoglyphics, 1981, Athens, Greece.

9. Payne, J.S. and Patton, J.R. 1981. Mental Retardation, By Bell and Howell Company Columbus.

10. Schauman B and Johnson SB, 1981.

Medical Application of Dermatoglyphics, Veteran Administration Medical Center Minneapolis, Minnesota, U.S.A., Progress in Dermatoglyphic Research, Allan R. Liss, Inc., New York.

11. Simanjuntak A, 2003. Pola Multifaktor Sidik Jari Penderita Skzofrenia di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kota Medan, Skripsi, Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

12. Sastroasmoro S dan Ismael S, 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-2, Sagung Seto Jakarta, 2002.

13. Irianto A, 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi pertama, Prenada Media, Indonesia.

14. Katznelson M.B., Dermatoglyphics of

Jewis Down Patients, 1981, Departement of Human Genetics, Tel-Aviv University Medical School. International Conference on Dermatoglyphics, 1981, Athens, Greece.

15. Rafiah, RS, Suryadi R, Satmoko, 1983. Dermatoglifi Penderita Sindromm Down Penelitian Pola Jari-Jari Tangan. Majalah Kedokteran Indonesia. 33(1): 8.

16. Human Hand.com, The Simian Line, available at file://:/dermatoglyphic/down% 20syndrom/Simian%20Linc.htm/22/04/20 05.

17. Judarwanto, W., 2004, Mengatasi

Kesulitan Makan pada Anak, Jakarta, Puspa Suara.

18. Widjaja, MC. 2004, Gizi Tepat untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita, Cetakan kedua, Kawan Pustaka, Jakarta.

Gambar

Tabel 3 dan Grafik 2, memperlihatkan  urutan persentase frekuensi tipe pola sidik jari
Grafik 2. Frekuensi pola sidik jari kelompok retardasi mental dan normal  P   =  Perempuan  L     =  Laki-laki
Tabel 6. Jumlah rigi sidik jari dan uji t
Tabel 7. Perbandingan hasil penelitian tesis ini dengan penelitian pola sidik jari di Italia
+2

Referensi

Dokumen terkait

tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Contextual Teaching and Learning dengan eksperimen terhadap pemahaman konsep fisika siswa yaitu kelas

pada nilai belajar yang dimiliki oleh setiap siswa jika tanggung jawab siswa pada. dirinya bagus maka nilai belajar yang didapatkan siswa juga bagus

Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh penulis telah melihat proses mekanisme pemberian bank garansi seperti membantu karyawan menerima permohonan berkas untuk

Kosakata dapat menambah ilmu bahasa seseorang sehingga pengetahuan yang dimiliki semakin luas.Dalam penelitian ini Kemampuan menggunakan kosakata siswa kelas X SMA Negeri 2

Mengakulturasi budaya olahraga yang berasal dari Amerika yang sudah menjadi olahraga global dengan pendekatan elemen visual Indonesia yang sudah ada diharapkan dapat

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahawa pendekatan persidangan dalam penulisan memiliki kelebihan, yaitu berfokus pada siswa, menulis sebagai proses,

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa tingkat pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak serta kepatuhan wajib

Dalam hal hasil penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak cukup untuk melunasi piutang yang bersangkutan, kreditor pemegang hak tersebut dapat mengajukan tagihan