• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Sidik Jari Penderita Skizofrenia Pada Beberapa Suku Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Sidik Jari Penderita Skizofrenia Pada Beberapa Suku Di Kota Medan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

POLA SIDIK JARI PENDERITA SKIZOFRENIA PADA

BEBERAPA SUKU DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

RENY LELA MANURUNG

040805048

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

POLA SIDIK JARI PENDERITA SKIZOFRENIA PADA BEBERAPA SUKU DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi gelar Sarjana Sains

RENY LELA MANURUNG 040805048

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : POLA SIDIK JARI PENDERITA SKIZOFRENIA

PADA BEBERAPA SUKU DI KOTA MEDAN

Kategori : SKRIPSI

Nama : RENY LELA MANURUNG

Nomor Induk Mahasiswa : 040805048

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2009 Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Masitta Tanjung, S.Si, M.Si. Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc.

NIP 132282141 NIP 132207808

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU

(4)

PERNYATAAN

POLA SIDIK JARI PENDERITA SKIZOFRENIA PADA BEBERAPA SUKU DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih atas Rahmat, kekuatan dan kemurahan-Nya sehingga saya dimampukan menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “ Pola Sidik Jari Penderita Skizofrenia pada Beberapa Suku di Kota Medan” dalam waktu yang telah ditetapkan.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc selaku Dosen Pembimbing 1, dan Masitta Tanjung, M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah banyak memberikan dorongan, waktu, dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. Dr. Dwi Suryanto dan Dra. Nunuk Priyani, M.Sc selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak saran dan arahan demi penyelesaian skripsi ini. Etty Sartina, S.Si, M.Si selaku Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini. Dr. Dwi Suryanto selaku Ketua Departemen Biologi, Dra. Nunuk Priyani, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi, dan seluruh staff pengajar dan pegawai di Jurusan Biologi. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurhasni Muluk selaku Laboran dan Analisis di Laboratorium Biologi FMIPA USU dan kepada Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin selaku Pegawai Administrasi Program Studi Biologi FMIPA USU.

Ucapan terimakasih yang tak ternilai juga saya ucapkan kepada Ayah dan Ibu tercinta : R. Manurung dan M. Sinaga yang senantiasa memberikan doa dan harapan, dukungan, kasih sayang yang tiada henti-hentinya seingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan ini, juga kepada Kakak tersayang Lenny Rus Maya manurung yang selalu memberi semangat. Kepada seluruh keluarga besar saya mengucapakan banyak terima kasih.

Ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada teman terbaik saya Siska Febriani Sihombing dan Dahlia Rosmelina atas kebersamaannya dari awal perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini. Terimakasih kepada Mestyka Samosir yang telah membantu saya saat penelitian. Terimakasih kepada Lidya Christina, Joseph Karona, Ika Chastanti, Maristella, Maria Rumondang, Resi Sembiring, Lidya Gustika, Irina, Desi, Desma, Khairuni, Morario, Walter, Daniel, Maria Fransiska, Agnes, Zakia, dan seluruh teman stambuk 2004 atas bantuannya selama ini. Terimakasih kepada adek-adek di bidang genetika: Ruth, Kalista, Riris, Julita, Delni, Siti, Simlah. Tidak lupa juga saya ucapakan terima kasih kepada kak Eva Beatrice atas segala bentuannya.

(6)

Terimakasih kepada seluruh pasien Rumah Sakit Jiwa Pusat yang sudah rela memberi sidik jarinya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Saya juga mengucapkan terima kasih dari hati yang terdalam kepada Bang Pausixtro Simbolon yang senantiasa memberi dukungan, perhatian, semangat, doa, dan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga kepada teman-teman satu kos: Oktri, Yenny, Imel, kak Ika atas kebersamannya selama ini, serta kepada semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang turut membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

(7)

ABSTRAK

(8)

FINGERPRINT PATTERNS OF SCHIZOPHRENIA OF SOME ETHNICS

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Skizofrenia 11

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.2.1 Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Suku Jawa, 19 Batak Toba, dan Cina Skizofrenia dengan suku Jawa,

Batak Toba dan Cina yang Normal

Tabel 4.3.1 Uji Chi-Kuadrat Frekuensi Pola Sidik Jari Suku Penderita 21 Skizofrenia dan Suku Normal

Tabel 4.4.1 Perbandinga n Jumlah Rigi Pola Sidik Jari Jawa Normal dengan 23 Jawa Skizofrenia, Batak Toba normal dengan Batak Toba

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.3.1 Pola Sidik Jari 9

Gambar 4.1.1 Tipe Pola Sidik Jari yang Diperoleh pada Kelompok 17 Skizofrenia suku Jawa, Batak Toba, dan Cina di kota Medan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Data Pola Sidik Jari dan Total Rigi Suku Penderita 27 Skizofrenia

Lampiran B. Data Pola Sidik Jari Suku Normal 29 Lampiran C. Uji Chi-Kuadrat Terhadap Frekuensi Pola Sidik Jari 31

Pada Suku Penderita Skizofrenia dan Suku Normal

(13)

ABSTRAK

(14)

FINGERPRINT PATTERNS OF SCHIZOPHRENIA OF SOME ETHNICS

ABSTRACT

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pengetahuan mengenai gambaran sulur ujung jari tangan, telapak tangan dan telapak kaki dikenal sebagai dermatoglifi, dan gambaran sulur ini dikenal dengan pola dermatoglifi. Pola dermatoglifi merupakan salah satu variasi biologis yang berbeda dari satu kelompok ras dengan kelompok yang lain, antara perempuan dan laki-laki bahkan kembar monozigot. Sebelum kehamilan 12 minggu faktor lingkungan dapat mempengaruhi dermatoglifi. Hal inilah yang menyebabkan banyak ahli yang menduga setiap gangguan lingkungan sebelum usia 12 minggu kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan embrio dan juga dapat mempengaruhi garis tangan dan sidik jari. Pola dermatoglifi ini juga tidak akan berubah sejak usia kehamilan 21 minggu, sehingga sudah sejak lama dermatoglifi digunakan sebagai alat identifikasi diri (Sufitni, 2007).

Sidik jari manusia merupakan salah satu contoh untuk mengetahui peranan poligen. Pola sidik jari setiap individu tidak memiliki kesamaan, walaupun terlahirkan secara kembar identik. Berdasarkan sistem Galton, sidik jari dapat dibedakan menjadi 3 pola dasar yaitu: bentuk lengkung atau “arch” (diinisialkan A), bentuk sosok atau “loop” (diinisialkan L) dan bentuk lingkaran atau “whorl” (diinisialkan W). Pada ujung jari-jari tangan setiap manusia terdapat garis-garis serta alur yang membentuk gambaran sidik jari. Perhitungan banyaknya rigi dilakukan mulai triradius sampai ke pusat dari pola sidik jari (Suryo, 1989).

(16)

hal persepsi, pikiran dan kognisi (Wiraminaradja dan Sutardjo, 2005). Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju ke arah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang cacat (Ingram et al, 1993).

Sampai saat ini penyebab dari gangguan skizofrenia ini masih belum diketahui secara pasti. Banyak faktor yang berpengaruh untuk timbulnya gangguan skizofrenia salah satu diantaranya adalah faktor genetik (Westa, 1995). Pentingnya faktor genetik telah dibuktikan secara menyakinkan. Risiko skizofrenia bagi masyarakat umum 1 persen, pada orangtua 5 persen, pada saudara kandung 8 persen dan pada anak 10 persen. Gambaran terakhir ini menetap walaupun anak telah dipisahkan dari orangtua sejak lahir. Pada kembar monozigot 30-40 persen (Ingram et al, 1993). Gen-gen bertanggung jawab membuat sebagian individu rentan terhadap skizofrenia. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu gen tunggal pun yang bertanggung jawab atas terjadinya skizofrenia, melainkan banyak gen ( Durand dan Barlow, 2007).

Skizofrenia bersifat universal, menimpa semua ras dan kultural. Tetapi, jalur dan akibat skizofrenia bervariasi dari budaya ke budaya. Sebagai contoh, di Kolombia, India, dan Nigeria, lebih banyak orang yang mengalami kemajemukan signifikan atau sembuh sama sekali dibanding di negara-negara lain. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh variasi kultural atau pengaruh biologis yang menonjol seperti imunisasi. Di Amerika Serikat, lebih banyak orang Afrika-Amerika yang menerima diagnosis skizofrenia dibanding orang kulit putih. Penelitian di Inggris maupun Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang-orang dari kelompok-kelompok etnis minoritas yang dinilai lebih rendah. Dengan kata lain, mereka lebih banyak menerima diagnosis skizofrenia dibanding para anggota kelompok dominan. Kemungkinan adanya faktor varian-varian genetik yang unik untuk kelompok ras tertentu yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan skizofrenia (Durand dan Barlow, 2007).

(17)

suku berkembang di provinsi Sumatera Utara. Dari semua suku yang ada, sembilan diantaranya adalah suku asli dan empat suku pendatang. Keragaman suku-suku ini belum termasuk Jawa, Cina, dan India yang juga hidup berdampingan bersama mereka (www.Indonesia.go.id/id/index2.php?option=com_content&du_pdf=1&id=6036_).

1.2Permasalahan

Secara umum penelitian sidik jari pada penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kota Medan sudah pernah dilakukan oleh Simanjuntak (2003), dengan hasil bahwa persentase Loop Ulna pada penderita skizofrenia baik perempuan dan laki-laki lebih tinggi dari persentase pola Loop Ulna keseluruhan orang normal. Namun penelitian sidik jari penderita skizofrenia pada beberapa suku khususnya di Medan belum pernah dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian.

1.3Tujuan Penelitian

Mengetahui pola sidik jari, jumlah rigi sidik jari, dan persentase pola sidik jari penderita skizofrenia pada beberapa suku di kota Medan.

1.4Hipotesis Penelitian

Tidak ada perbedaan tipe pola sidik jari pada suku penderita skizofrenia dengan suku yang normal.

1.5Manfaat Penelitian

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kromosom dan Gen

Manusia berasal dari persatuan antara dua gamet, yaitu ovum (sel telur) dan spermatozoa. Sel-sel ini mengandung semua faktor, sehingga individu baru yang terbentuk mewarisi faktor tersebut secara organik dari kedua orangtuanya. Potensialitas pewarisan yang berada dalam sel telur yang telah dibuahi akan mengalami peristiwa “unfolded” (memanjang, atau mengurai) pada saat sel-sel membelah terus-menerus pada suatu lingkungan, mula-mula lingkungan prenatal dan kemudian lingkungan postnatal, kemudian bebas untuk meragamkan semua stadium dalam batas-batas yang sempit atau luas. Anak dan akhirnya orang dewasa ditentukan oleh konstitusi herediter (yang diwariskan) untuk keberadaanya yang mula-mula diterima dari orang tuanya, dan kemudian sifat-sifat alam ikut menentukan keberadaannya (Roberts dan Pembrey, 1995).

(19)

Karena sel-sel sperma separuh terdiri daripada kromosom X dan separuh dari kromosom Y, maka secara teoritis ada kemungkinan yang sama untuk pembuahan anak laki-laki dan anak perempuan. Kenyataan menunjukkan bahwa lebih banyak dilahirkan anak laki-laki daripada anak perempuan, pada umumnya dilahirkan 106 anak laki-laki dalam perbandingan dengan 100 anak perempuan. Hal ini diduga karena sperma Y lebih kecil dan lebih gesit daripada sperma X hingga lebih mudah dapat menerobos dinding telur (Haditono, 1998).

2.2Multifaktor dan poligenik

Multifaktor adalah gabungan antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga dapat memberikan tingkat keparahan dari suatu kelainan yang berbeda. Faktor genetik terdapat pada semua makhluk hidup dan akan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Demikian pula pada manusia, setiap orang memiliki faktor genetik yang berasal dari orang tuanya. Ayah dan ibu akan masing-masing memberikan 50% faktor genetik yang kita miliki. Faktor genetik tersebut merupakan penghubung penting antara seseorang dengan orang tuanya. Faktor genetik tersimpan di dalam kromosom yang terdapat di dalam sel di seluruh tubuh (Listiawan, 2004).

(20)

banyak gen (poligenik) ditambah dengan pengaruh lingkungan, yang disebut pewarisan multifaktorial.

Tidak ada karakter tunggal manusia yang memperlihatkan ragam (keanekaragaman) kontinyu yang mana hanya ditentukan oleh hereditas, walaupun terdapat syarat-syarat tertentu, misalnya tidak adanya malnutrisi yang nyata, terdapat sejumlah ukuran fisik yang dekat dengan keanekaragaman kontinyu. Jumlah rigi sidik jari hampir seluruhnya ditentukan oleh faktor pewarisan dan ini jelas bersifat multifaktorial. Korelasi antara sanak keluarga adalah sangat dekat dengan yang diharapkan, yang memberikan penetapan hereditas yang sempurna dan ketiadaan efek sifat dominan. Tetapi pada hampir segala sesuatu yang lain yang dipelajari sejauh ini, maka faktor lingkungan ikut berperan dalam menentukan hasil akhir (Roberts dan Pembrey, 1995).

Penyakit timbul karena ada dua faktor yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik. Kedua faktor tersebut ikut bertanggung jawab, meskipun mungkin faktor yang satu lebih penting daripada yang lain. Pada satu ujung, ada beberapa penyakit misalnya sindrom Down atau penyakit distrofi muskular Duchenne yang benar-benar disebabkan oleh faktor genetik, dan faktor lingkungan tidak mempunyai peranan langsung sebagai penyebab. Pada ujung yang lain, terdapat penyakit-penyakit infeksi hampir sepenuhnya disebabkan oleh faktor lingkungan. Antara kedua ujung ekstrem ini terdapat kelainan-kelainan seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung iskemik, ulkus peptik, skizofrenia, beberapa macam kanker dan kelainan kongenital, yang baik faktor genetik maupun faktor lingkungan keduanya ikut berperan di dalamnya (Emery,1992).

(21)

akan menderita kelainan bawaan. Faktor lingkungan dapat menyebabkan 8 – 10% kelainan bawaan.

Ciri-ciri normal yang diwariskan dengan cara mutifaktorial adalah: inteligensi, tinggi badan, warna kulit, jumlah total rigi sidik jari, beberapa komponen refraksi mata dan mungkin tekanan darah. Ciri-ciri abnormal yang dapat diwariskan dengan cara ini adalah: kelainan kongenital tertentu, hipertensi, diabetes melitus, spondilitis ankilosa, artritis reumatoid, ulkus peptik dan penyakit jantung iskemik. Masing-masing sifat ini dianggap sebagai hasil kerja banyak gen, yang Masing-masing-Masing-masing pengaruhnya kecil tetapi satu sama lain saling menambah, ditambah lagi dengan pengaruh lingkungan, tetapi kekurangan yang lain juga mungkin (Emery, 1992).

2.3Sidik Jari

Identifikasi biometrik didasarkan pada karakteristik alami manusia, yaitu karakteristik fisiologis dan karakteristik perilaku seperti wajah, sidikjari, suara, telapak tangan, iris dan retina mata, DNA, dan tandatangan. Identifikasi biometrik memiliki keunggulan dibanding dengan metode konvensional karena tidak mudah dicuri atau digunakan oleh pengguna yang tidak berwenang. Sistem pengenalan sidik jari lebih sering digunakan. Hal ini disebabkan sidikjari telah terbukti unik, akurat, aman, mudah, dan nyaman untuk dipakai sebagai identifikasi bila dibanding dengan sistem biometrik lainnya (Minarni, 2004).

(22)

Menurut Naffah (1977 dalam Raden, 2006), menyatakan bahwa adanya faktor genetik yang terlibat dalam pembentukan pola sulur pada kulit ujung jari yang diturunkan secara poligenik. Sifat poligenik tersebut menyebabkan terjadinya variasi fenotipe pola sulur, karena adanya interaksi dari sejumlah gen. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian pada anak kembar identik, terdapat korelasi kuat pada jumlah sulur dan tipe pola dermatoglifi kedua anak tersebut.

Deaton melaporkan bahwa pola sidik jari tangan, telapak tangan dan telapak kaki mempunyai hubungan erat dengan berbagai macam penyakit keturunan atau cacat karena kelainan kromosom, misalnya pada penderita sindrom Down mempunyai garis telapak tangan seperti kera dan banyak yang mempunyai sidik jari bentuk lingkaran atau sosok ulnar (Suryo,1989).

Menurut Mulvihill dan Smith (1969 dalam Sufitni, 2007), menyatakan bahwa 6-8 minggu sesudah konsepsi mulai terbentuk bakal garis tangan yang berbentuk balon kecil. Balon kecil ini mulai tertarik ke belakang saat 10-12 minggu sesudah konsepsi. Garis-garis tangan mulai muncul pada saat 13 minggu sesudah konsepsi dan pola garis tangan sudah sempurna terbentuk pada usia 21 minggu sesudah konsepsi.

Menurut Raden (2006), bahwa gambaran dermatoglifi pada beberapa penyakit genetik bersifat spesifik, baik pada kelainan kromosom autosom maupun kromosom seks, seperti penyakit sindrom Down, thalassemia, dan skizofrenia. Jumlah rigi sidik jari manusia juga dapat dihitung dan setiap orang tidak memiliki jumlah rigi yang sama. Bahkan pada penyakit tertentu, terutama penyakit genetik, jumlah rigi sidik jarinya berbeda nyata. Biasanya jumlah rigi sidik jari pada kelompok tidak normal lebih rendah daripada kelompok normal (Sufitni, 2007).

(23)

triradius, sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan rigi. Dua buah triradius terdapat pada bentuk lingkaran, sedangkan bentuk sosok memiliki sebuah triradius (Suryo, 1989).

Gambar 2.3.1. Pola Sidik Jari a. Busur (arch)

b. Busur tertutup (tented arch) c. Putaran kanan (loop ulna) d. Putaran kiri (loop radial) e. Putaran ganda (double loop) f. Ulir (whorl)

(Budiman, 2008)

2.4Skizofrenia

(24)

Sebab-sebab timbul skizofrenia terletak pada konflik antara pikiran dan emosi kepribadian penderita. Jika diteliti, kata Abrahamsen selanjutnya, seorang skizofrenik menunjukkan kontradiksi antara pikiran serta emosi di satu pihak dengan perbuatannya di lain pihak. Hal yang sangat gawat bagiannya ialah bila hubungan antara ego dengan lingkungannya putus. Pada keadaan demikian, emosinya hilang dan terjadilah skizofrenia (Bawengan, 1991).

Delusi (waham) adalah suatu keyakinan yang salah yang tidak dapat dijelaskan oleh latar belakang budaya pasien ataupun pendidikannya; pasien tidak dapat diyakinkan oleh orang lain bahwa keyakinannya salah, meskipun banyak bukti kuat yang dapat diajukan untuk membantah keyakinan pasien tersebut. Halusinansi merupakan persepsi sensorik yang salah, tidak terdapat stimulus sensorik yang berkaitan dengannya. Halusinasi dapat berwujud penginderaan kelima indra yang keliru, tetapi yang paling sering adalah halusinasi dengar (auditory) dan halusinasi penglihatan (Arif, 2006).

2.4.1 Tipe Skizofrenia

Menurut Arif (2006), ada lima tipe skizofrenia: a.Tipe Paranoid

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih terjaga.Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul. Ciri-ciri lainnya meliputi anxiety, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi.

b. Tipe Disorganized

(25)

c. Tipe Katatonik

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi ketidakbergerakan motorik. Aktivitas motor yang berlebihan, negativism yang ekstrim, mutism (sama sekali tidak mau bicara dan berkomunikasi), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, echolalia (mengulang ucapan orang lain) atau echopraxia (mengikuti tingkah laku orang lain).

d. Tipe Undifferentiated

Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan.

e. Tipe Residual

Tipe gangguan skizofrenia ini berindikasikan gejala-gejala skizofrenia yang ringan yang ditampilkan individu mengikuti episode skizofrenik. Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih memperlihatkan beberapa tanda gangguan.

2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Skizofrenia

a. Faktor Genetik

(26)

Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan

oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini ( Durand dan Barlow, 2007).

Studi terhadap keluarga, anak kembar, dan, dan anak adopsi melengkapi bukti-bukti bahwa gen terlibat dalam transmisi (penyebaran) skizofrenia . Sampai kini gen untuk skizofrenia belum ditemukan dan banyak ilmuwan percaya bahwa tidak hanya gen abnormal tunggal membentuk gangguan kompleks ini. Beberapa peneliti berpendapat bahwa banyak gen (polygenic), model tambahan, yang membentuk jumlah dan konfigurasi gen abnormal untuk membentuk skizofrenia (Wiraminaradja dan Sutardjo, 2005).

b. Faktor Biokimia

Menurut Arif (2006), bahwa skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan.

c. Faktor Psikologis dan Sosial

(27)

Penelitian menunjukkan bahwa kejadian hidup yang menimbulkan stres dapat meningkatkan depresi di kalangan penderita skizofrenia, yang pada gilirannya mungkin memberikan kontribusi terhadap terjadinya kekambuhan. Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-anaknya (Durand dan Barlow, 2007).

(28)

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2009. Sampel yang digunakan adalah sidik jari penderita skizofrenia dan sidik jari kelompok normal yang diambil berdasarkan suku. Data yang didapatkan dianalisis di Laboratorium Genetika Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3.2 Metode Kerja

Sampel yang diambil adalah penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Pusat kota Medan. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan suku yaitu suku Batak Toba, Jawa dan Cina. Jumlah sampel masing-masing suku adalah 20 orang. Diambil juga kelompok normal dari mahasiswa dan masyarakat berdasarkan suku. Dicatat seluruh data yang diperlukan (seperti suku, umur, jenis kelamin) dengan menggunakan kuesioner.

(29)

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Case Control Survey. Menurut Sastroasmoro (2002 dalam Sufitni 2007), penelitian kasus – kontrol, sering juga disebut sebagai case-comparison study ataupun retrospective study. Penelitian kasus – kontrol merupakan penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko tertentu. Metode lain yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuesioner.

3.4 Analisis Data

Data dianalisis dengan menghitung persentase pola arch, loop (loop radial dan loop ulna), pola whorl dan rata-rata jumlah rigi penderita skizofrenia berdasarkan suku

(Jawa, Batak Toba dan Cina) maupun orang normal (suku Jawa, Batak Toba dan Cina).

Menurut Suryo (2003), dari pola sidik jari yang telah didapatkan, dapat dilakukan perhitungan persentase untuk masing-masing pola sidik jari tersebut dengan rumus sebagai berikut;

a. % loop = x100%

(30)

=

O EE

X

2 ( )2

Keterangan : X2= Chi-Kuadrat

(31)
(32)
(33)

ditentukan secara genetik tapi selama periode kritis, dermatoglifi dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan prenatal (Hall dan Kimura, 1994). Menurut Raden (2006), bahwa gambaran dermatoglifi pada beberapa penyakit genetik bersifat spesifik, baik pada kelainan kromosom autosom maupun kromosom seks, seperti penyakit sindrom Down, thalassemia, dan skizofrenia.

4.2 Persentase Pola Sidik Jari

Persentase pola sidik jari pada suku Jawa, Batak Toba dan Cina penderita skizofrenia dengan suku Jawa, Batak Toba dan Cina yang normal terdapat pada Tabel 4.2.1 di bawah ini.

Tabel 4.2.1. Perbandingan persentase pola sidik jari suku Jawa, Batak Toba dan

Cina penderita skizofrenia dengan suku Jawa, Batak Toba dan Cina

(34)

Batak Toba normal yaitu sebanyak 26%. Pada kelompok Cina normal dengan Cina skizofrenia tipe whorl lebih sering muncul pada Cina skizofrenia yaitu 46,5% dibandingkan pada Cina normal yaitu sebanyak 32,5%.

Dari Tabel 4.2.1 juga menunjukkan, bahwa keseluruhan kelompok suku yang normal dengan keseluruhan suku penderita skizofrenia tipe whorl lebih sering muncul pada keseluruhan suku penderita skizofrenia yaitu 45,5% dibandingkan dengan keseluruhan suku normal yaitu 37,83%. Hasil penelitian ini juga ditemukan pada penelitian Raden (2006), bahwa pola sidik jari tipe whorl lebih banyak ditemukan pada penderita hipertensi, daripada orang normal. Dari penelitian Simanjuntak (2003), menyatakan bahwa persentase loop ulna lebih banyak ditemukan pada perempuan dan laki-laki penderita skizofrenia daripada perempuan dan laki-laki normal.

Menurut Suryo (1989), bahwa pola sidik jari tangan, telapak tangan dan telapak kaki mempunyai hubungan erat dengan berbagai macam penyakit keturunan atau cacat karena kelainan kromosom, misalnya pada penderita sindrom Down lebih banyak mempunyai bentuk lingkaran (whorl) atau sosok ulnar (loop ulna). Pola dermatoglifi merupakan suatu variasi biologis, dimana berbeda dari satu kelompok ras atau suku dengan suku yang lain, antara perempuan dan laki-laki bahkan kembar monozigot (Sufitni, 2007). Penyakit skizofrenia bersifat universal menimpa semua ras atau suku, kemungkinan ada varian-varian genetik yang unik untuk kelompok ras tertentu yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan skizofrenia (Durand dan Barlow, 2007).

(35)

4.3 Uji Chi-Kuadrat Pola Sidik Jari

Hasil perhitungan uji chi-kuadrat pola sidik jari pada suku penderita skizofrenia dan suku normal dapat dilihat pada Tabel 4.3.1 di bawah ini.

Tabel 4.3.1. Uji Chi-Kuadrat Frekuensi Pola Sidik Jari Suku Penderita Skizofrenia dan Suku Normal

Keseluruhan Jawa 33,967 Berbeda nyata

B.Toba normal 20 7,82 11,34 3 - -

B.Toba skizofrenia 20 7,82 11,34 3 - -

Keseluruhan B. Toba 12,799 Berbeda nyata

Cina normal 20 7,82 11,34 3 - -

Cina skizofrenia 20 7,82 11,34 3 - -

Keseluruhan Cina 19,534 Berbeda nyata

Keseluruhan suku* 60 7,82 11,34 3 - -

Hasil perhitungan frekuensi chi-kuadrat pola sidik jari suku Jawa normal adalah berbeda nyata dengan frekuensi pola sidik jari suku Jawa penderita skizofrenia, diperoleh harga X2 hitung = 33,967 sehingga X2 hitung > X2 tabel maka hipotesis diterima baik pada P= 0,05 dengan nilai pada X2 tabel= 7,82 dan P= 0,01 dengan nilai pada X2 tabel= 11,345. Pada Tabel 4.3.1, menunjukkan bahwa hasil chi-kuadrat terhadap frekuensi pola sidik jari Jawa normal dan Jawa skizofrenia menunjukkan perbedaan yang nyata yang artinya pola sidik jari suku Jawa normal dengan pola sidik jari Jawa skizofrenia memiliki perbedaan. Perbedaan frekuensi pola sidik jari disebabkan karena persentase whorl Jawa skizofrenia (55%) lebih tinggi dari persentase whorl Jawa yang normal (35,5%).

(36)

hipotesis diterima baik pada P= 0,05 dengan nilai pada X2 tabel= 7,82 dan P= 0,01 dengan nilai pada X2 tabel= 11,345. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.1, bahwa hasil chi-kuadrat terhadap frekuensi pola sidik jari Batak Toba normal dan Batak Toba skizofrenia menunjukkan perbedaan yang nyata, artinya pola sidik jari Batak Toba normal dengan pola sidik jari Batak Toba skizofrenia memiliki perbedaan. Perbedaan frekuensi pola sidik jari disebabkan karena persentase whorl Batak Toba skizofrenia (35%) lebih rendah dari Batak Toba normal (45,5%), dan juga disebabkan karena persentase loop ulna Batak Toba skizofrenia (34%) lebih tinggi dari Batak Toba normal (26%).

Hasil perhitungan frekuensi chi-kuadrat pola sidik jari suku Cina normal dengan frekuensi pola sidik jari Cina skizofrenia menunjukkan perbedaan yang nyata, hasil X2 hitung = 19,534 sehingga X2 hitung > X2 tabel maka hipotesis diterima baik pada P= 0,05 dengan nilai pada X2 tabel= 7,82 dan P= 0,01 dengan nilai pada X2 tabel= 11,345. Hasil chi-kuadrat terhadap frekuensi pola sidik jari Cina normal dan Cina skizofrenia menunjukkan perbedaan yang nyata yang artinya pola sidik jari suku Cina normal dengan pola sidik jari Cina skizofrenia memiliki perbedaan. Perbedaan frekuensi pola sidik jari disebabkan karena persentase whorl Cina skizofrenia (46,5%) lebih tinggi dari persentase whorl Cina normal (32,5%).

(37)

masih ada terlalu banyak faktor luar lainnya yang ikut mengambil peranan pada kejadian tersebut.

4.4 Jumlah Rigi Pola Sidik Jari

Perbandingan jumlah rigi pola sidik jari Jawa normal dengan Jawa skizofrenia, Batak Toba normal dengan Batak Toba skizofrenia, Cina normal dengan Cina skizofrenia dapat dilihat pada Tabel 4.4.1 di bawah ini.

Tabel 4.4.1. Perbandingan Jumlah Rigi Pola Sidik Jari suku Jawa Normal dengan Jawa Skizofrenia, Batak Toba normal dengan Batak Toba skizofrenia, Cina normal dengan Cina skizofrenia

Kelompok n Total Rigi Rata-rata

Jawa normal 200 2464 12,32

Jawa skizofrenia 200 1694 8,47

Batak Toba normal 200 2678 13,39

Batak Toba skizofrenia 200 1604 8,02

Cina normal 200 2645,5 13,227

Cina skizofrenia 200 1870 3,877

Berdasarkan Tabel 4.4.1, diperoleh bahwa rata-rata jumlah rigi setiap suku yang normal (Jawa, Batak Toba dan Cina) lebih besar dibandingkan rata-rata setiap suku penderita skizofrenia (Jawa, Batak Toba dan Cina). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sufitni (2007), menyatakan bahwa jumlah rigi sidik jari kelompok retardasi mental lebih rendah daripada kelompok normal. Menurut penelitian Simanjuntak (2003), bahwa perbedaan jumlah rigi sidik jari penderita skizofrenia baik laki-laki maupun perempuan berbeda nyata dengan kelompok orang normal, jumlah rigi sidik jari penderita skizofrenia lebih besar dibanding orang normal.

(38)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Persentase whorl lebih tinggi pada suku Jawa dan Cina skizofrenia daripada suku Jawa dan Cina normal, sedangkan persentase loop ulna lebih tinggi pada suku Batak Toba skizofrenia daripada suku Batak Toba normal

2. Persentase pola whorl pada keseluruhan suku penderita skizofrenia lebih tinggi dari persentase pola whorl keseluruhan suku yang normal.

3. Rata-rata jumlah rigi pola sidik jari setiap suku yang normal lebih tinggi dari rata-rata jumlah rigi setiap suku penderita skizofrenia

5.2 Saran

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, I.S. 2006. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung. PT. Refika Aditama. hlm. 17-26

Baihaqi, Sunardi, Akhlan, R.N., dan Heryati, E. 2005. Psikiatri. Bandung. PT. Refika Aditama. hlm. 30

Bawengan, G.W. 1991. Pengantar Psikologi Kriminal. Jakarta. PT. Pradnya Paramita. hlm. 130

Budiman, H. 2008. Implementasi Keamanan Menggunakan Sidik. www. harisudiman.co.cc/2008/09. Diakses pada tanggal 11 November 2008

Copel, L.C. 2007. Kesehatan Jiwa & Psikiatri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. hlm. 114

Durand, M., dan Barlow, D.H. 2007. Psikologi Abnormal. Cetakan I. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. hlm. 250; 256

Emery, A.E. 1992. Dasar-Dasar Genetika Kedokteran. Yogyakarta. Yayasan Essentia Medica Yogyakarta. hlm. 49; 118-136

Haditono, S.R. 1998. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannnya. Yogyakarta. UGM. hlm. 48

Hall, J.A.Y. and D. Kimura. 1994. Dermatoglyphic asymetry and sexual orientation in Men. Behavioural Neuroscience (2):(2). hlm. 1203-1208

Ingram, I.M., Timbury, G.C., dan Mowbray, R.M. 1993. Catatan Kuliah Psikiatri. Edisi ke 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. hlm. 51

Listiawan, I. 2004. Mengapa dan Bagaimana Terjadinya Kelainan Bawaan. Majalah Kedokteran Atma Jaya (3):(2). hlm. 6-10

Maramis, W.F. 1995. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Airlangga University Press. hlm. 215

Minarni. 2004. Klasifikasi Sidik Jari dengan Pemrosesan Awal Transformasi Wavelet. Transmisi. (8):(2). hlm. 3-5

(40)

Naffah, J. 1977. Dermatogliphics analysis Anthropologycal and Medical aspects. Bulletin of the New York Academic of Medicine (53)

Napitupulu, O dan Hendrarko. 1991. Pendekatan Dermatoglifi Diagnosis Sindrom Down. Majalah Kedokteran Unibraw. (1):(9)

Purwaningsih, E. 2004. Penyimpangan Gambaran Dermatoglifi pada Kelainan Gen dan Kromosom. Majalah Ilmiah. (21):(220). hlm. 5-6

Raden. 2006. Pola Dermatoglifi pada Ujung Jari dan Tapak Tangan Penderita Hipertensi Esensial Orang Dewasa Indonesia. Jurnal Kedokteran Yarsi (14):(1). hlm. 5-6

Roberts, F., dan Pembrey, M. 1995. Pengantar Genetika Kedokteran. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. hlm. 314

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. 2002. Dasar-dasarMetodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-2. Jakarta. Sagung Seto Jakarta

Schaumann, B., and M. Alter. 1976. Dermatoglyphic in Medical Disorders. New York. Springer-verlag

Simanjuntak, A. 2003. Pola Multifaktor Sidik Jari Penderita Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Pusat Kota Medan. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara

Sufitni. 2007. Perbandingan Garis Simian dan Pola Sidik Jari pada Kelompok Retardasi Mental dan Kelompok Normal. Majalah Kedokteran Nusantara (40):(3). hlm. 180-183

Suryo. 1989. Genetika Manusia. Cetakan ke-2. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. hlm. 414-416

_____ 1998. Genetika. Cetakan ke-8. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Hlm. 153

Westa, W.I. 1995. Karakteristik Penderita Gangguan Skizofrenia Rawat Jalan di Politeknik Psikiatri FK-Unud/RSUW Denpasar. (26):(88). hlm. 96-97

Wiraminaradja dan Sutardjo. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung. Refika Aditama. hlm. 152-159

(41)
(42)

4. W W W W W A LR W W W 86 P 5. LU W W W W LR LU LR A LR 101,5 P

6. LU W W W W W W W LR W 110 L

7. LU LU LU LU LU LR LU LU LU LR 83 P

8. LU LU A W W LR W LR LR LR 85 L

9. W LU LU W LU W LR LR W LR 90,5 P 10. LU W W W W LR W W W LR 100,5 P 11. W W LU LU LU LR LR LR LR LR 84,5 P 12. W W LU W LU LR LR LR W LR 110 L 13. LU LU LU LU LU LR LU LR LR LR 91 L

14. W W W W W W LR W W W 79 L

15. W W W LU LU W W W LR LU 93 P

16. W W W LU LU LR W LR W LU 113 P 17. W LU LU LU LU W LR LR W LR 92,5 P 18. LU LU W W LU A LR LR W LR 80,5 P

19. W W W W LU W W W W W 91 P

20. W LU LU LU LU W LU W LU LR 103,5 P Keterangan : W = whorl

LU = Loop Ulna LR = Loop Radial A = Arch

(43)
(44)

4. LU LR LU LU LU LR LR LR LR LR 117 P 5. W LU LU LU LU W LR LR W LR 132 P

6. W W W W W W W W W W 188,5 P

7. LU LU LU LU LU LR LR LR LR LR 132 L 8. A A LU LU LU W W LR LR LR 121 L 9. W LR LU W W W W LR LR W 130,5 P 10. LU A A W LU LR LR LR LR W 103 P 11. W LR LU W LU W A A LR LR 103 L

12. W W W W W W W W W W 150,5 P

13. LU LU LU LU LU LR LR LR LR LR 196 L

14. W W LU W W W W W W W 180,5 L

15. A LU W W W W W W W W 122 P

16. W LR LU LU LU LR LR LR LR LR 128 P 17. W LU LU LU LU LR LR LR LR LR 98 P 18. W LU A LU LU W LU A A W 148,5 P 19. LU LU A LU LU W A A LR LR 86,5 L 20. LU W W LU LU LU A LU LU LR 103,5 P Keterangan : W = whorl

LU = Loop Ulna LR = Loop Radial A = Arch

(45)

Lampiran C. Uji chi-kuadrat terhadap frekuensi pola sidik jari pada suku

penderita skizofrenia dan suku normal

1. Tujuan

Untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan nyata frekuensi pola sidik jari antara suku penderita skizofrenia dan suku yang normal.

2. Hipotesis

Perbedaan nyata frekuensi pola sidik jari antara suku penderita skizofrenia dan suku yang normal.

3. Statistik Pengujian

=

O EE

X

2 ( )2

Keterangan : X2= Chi-Kuadrat

E = Frekuensi yang diharapkan (Normal) O = Frekuensi hasil pengamatan (Skizofrenia)

4. Taraf nyata pengujian a. untuk P1 = 0,05 dari tabel X2= 7,82

db (derajat kebebasan) = Jumlah kategori - 1 = 4 - 1

= 3 b. untuk P1 = 0,01

(46)

5. Uji Chi-Kuadrat pola sidik jari suku Jawa normal dengan Jawa skizofrenia

(47)

7. Uji Chi-Kuadrat pola sidik jari Cina normal dengan Cina skizofrenia

Sampel Pola Total

A LU LR W

Cina Normal 10 67 58 65 200

Cina Skizofrenia 4 55 48 93 200

Total 22 114 106 158 400

Perhitungan :

Kategori E O O-E (O-E)2/E

Arch 10 4 -6 3,6

Loop ulna 67 55 -12 2,149

Loop radial 58 48 -10 1,724

Whorl 65 93 28 12,061

Total X2 19,534

Kesimpulan :

(48)

Lampiran D. Data Pasien Penderita Skizofrenia

08. Apakah masih ada hubungan kekerabatan dekat antara Ayah & Ibu Pasien ? a. Ya b. Tidak

Jika ada, sebutkan seperti apa hubungannya.

09. Tipe Skizofrenia dari pasien :

a. Paranoid b. Disorganized c. Katatonik d. Undiffrentiated e. Residual.

10. Apakah pasien memiliki riwayat keluarga dengan Skizofrenia ? a. Ya b. Tidak

Jika memiliki, sebutkan siapa & hubungannya.

11. Apakah ada kondisi lingkungan sebelumnya yang membuat pasien menjadi penderita Skizofrenia ?

a. Ya b. Tidak

Jika memiliki, sebutkan kondisi lingkungan seperti apa.

12. Tingkah Laku seperti apa yang ditunjukkan oleh pasien skizofrenia ?

1. HALUSINASI 2. WAHAM

a. Bicara sendiri a. Waham kebesaran b. Senyum sendiri b. Waham curiga c. Marah tanpa sebab

Gambar

Gambar 2.3.1. Pola Sidik Jari
Tabel 4.3.1. Uji Chi-Kuadrat Frekuensi Pola Sidik Jari Suku Penderita
Tabel 4.4.1. Perbandingan Jumlah Rigi Pola Sidik Jari suku Jawa Normal

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung jawab sosial yang harus dilakukan oleh perusahaan pun harus melakukan hal yang sama, yaitu berbuat baik kepada karyawannya, masyarakat dan lingkungan

pada nilai belajar yang dimiliki oleh setiap siswa jika tanggung jawab siswa pada. dirinya bagus maka nilai belajar yang didapatkan siswa juga bagus

Gambar : Kolam penyaringan PDAM Tirta Madina Kabuapten Mandailing Natal. Gambar : Jenis pompa yang digunakan PDAM

dengan cara dan syarat-syarat menurut Undang-undang, maka permintaan banding tersebut secara yuridis formil dapat diterima ; --- --- Menimbang, bahwa setelah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, bangunan gedung adalah wujud fisik hasil

Dalam hal hasil penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak cukup untuk melunasi piutang yang bersangkutan, kreditor pemegang hak tersebut dapat mengajukan tagihan

yang harus dilakukan penulis untuk melakukan tahap analisis sistem. sehingga penulis akan mengetahui permasalahan yang terjadi