MIKROBA SALURAN NAFAS
Lindawati Alimsardjono
Departemen Mikrobiologi Kedokteran F.K. UNAIR
Anatomi dan Fisiologi :
Saluran nafas :
• Saluran nafas atas
Mucociliary Escalator :
• Mucus – sel goblet
• Silia – 1.000 x per menit
• Kerusakan gerakan silia infeksi
Normal : steril
• Sel mastoid
• Telinga tengah
• Sinus
• Trachea
• Bronchi
Flora normal :
• Nasal cavity • Nasopharynx • Pharynx
Mikroba : • Aerob
• Fakultatif anaerob • Aerotolerant
Flora normal dari sistim respiratorius :
• Staphylococcus • Corynebacterium • Moraxella
Mikroba Penyebab Infeksi Saluran Nafas :
• Bakteri
• Virus
Infeksi Saluran Nafas :
• Infeksi saluran nafas atas
Infeksi saluran nafas atas :
• Kepala dan leher
• >>> : tidak enak, tetapi tidak mengancam hidup dan sembuh tanpa terapi sekitar 1 minggu
• Beberapa : minor komponen saluran nafas atas, tapi mengenai kulit, paru, sistim
saraf, atau bagian lain dari tubuh
Infeksi saluran nafas bawah :
• Dada
• Sistim saluran nafas bawah biasanya steril, terproteksi dengan baik dari
kolonisasi mikroorganisme
• Kadang patogen dapat lolos dari
pertahanan tubuh dan menyebabkan
Struktur yang terlibat dalam infeksi saluran nafas atas :
• Conjunctiva conjunctivitis
• Nasolacrimal atau saluran airmata
dacryocystitis
• Telinga bagian tengah otitis media
• Bagian yang terisi udara dari kepala, sinus dan sel udara mastoid sinusitis dan mastoiditis • Hidung rhinitis
Struktur yang terlibat dalam infeksi saluran nafas bawah :
• Pita suara atau larynx laryngitis (hoarseness/ parau)
• Windpipe atau trachea 2 bronchi bronchitis (infeksi atau merokok)
• Bronchioles bronchiolitis • Alveoli
• Inflamasi paru pneumonitis pneumonia (akibat alveoli terisi pus dan cairan)
Infeksi saluran nafas :
• Bakteri
• Virus
Infeksi bakteri pada saluran nafas atas :
• Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
• Diphtheria
Infeksi virus pada saluran nafas atas :
• Common cold
Infeksi bakteri pada saluran nafas bawah :
• Pneumococcal pneumonia • Klebsiella pneumonia
• Mycoplasmal pneumonia
• Whooping cough (Pertussis) • Tuberculosis
Infeksi virus pada saluran nafas bawah :
• Influenza
• Respiratory Syncytial Virus Infection
Infeksi jamur pada saluran nafas bawah :
• Valley Fever (Coccidioidomycosis)
Corynebacterium diphtheriae
• Genus : Corynebacterium • Morfologi :
– Batang Gram positif
• Sifat :
– Aerobik dan fakultatif anaerob
– Tumbuh baik pada medium yang mengandung darah atau serum
• 3 biotipe : gravis, intermedius, mitis • Penyebab : difteri
• Pewarnaan Neisser : granula metakhromatik • Medium perbenihan :
– Loeffler’s medium / Pai medium
Streptococcus pyogenes
• Family : Streptococcaceae • Genus : Streptococcus
• Morfologi :
– Kokus Gram positif, rantai
• Sifat :
hemolisa
• Penyebab : sore throat, pharyngitis
Streptococcus pneumoniae
• Family : Streptococcaceae • Genus : Streptococcus
• Morfologi :
– Diplokokus Gram positif, lancet, berkapsul
• Sifat :
hemolisa
– Uji kepekaan Optochin : zona hambat (+) – Fermentasi Inulin : (+)
– Bile solubility : (+)
Klebsiella pneumoniae
• Family : Enterobacteriaceae • Genus : Klebsiella
• Morfologi :
– Batang Gram negatif
• Sifat :
– Fakultatif anaerob – Koloni mukoid
• Medium perbenihan :
Mycoplasma pneumoniae
• Tidak mempunyai dinding sel • Medium perbenihan :
– Kaya dengan komponen yang tidak dapat disintesis mikroba tersebut
Bordetella pertussis
• Penyebab : Whooping cough = batuk rejan = batuk 100 hari
• Morfologi :
– Batang Gram negatif
• Sifat :
– Strict aerob
– Suhu optimal tumbuh : 35-36C – 3 hari
• Medium perbenihan :
– Bordet-Gengou medium
Mycobacterium tuberculosis
• Family : Mycobacteriaceae • Genus : Mycobacterium • Morfologi :
– Batang tahan asam (merah : Z.N.)
• Sifat :
– Obligate aerob
• Media perbenihan :
– Medium Lowenstein Jensen (LJ) – Medium Middlebrook 7H9 / 7H10 – Medium Ogawa
– Medium Kudoh
Legionella pneumophila
• Genus : Legionella • Penyakit :
– Legionnaires’s disease – Pontiac fever
• Morfologi :
– Batang pendek atau kokobasil Gram negatif (lemah)
• Pengecatan :
– Metode impregnasi perak (non spesifik)
– Specific fluorescent antibody stain - diagnostik
• Medium perbenihan :
– Medium BCYE – inkubasi 48 jam - 36C + 2.5% CO2 – sampai
10-14 hari
Influenza virus
• Family : Orthomyxoviridae • 3 Tipe :
– Influenza tipe A – Influenza tipe B – Influenza tipe C
• Nomenklatur : Tipe/asal hospes/asal geografik/nomor strain/tahun
isolasi/deskripsi antigenik dari hemaglutinin dan neuraminidase
Respiratory Syncytial Virus
Hantavirus
• Termasuk : Bunyavirus
hewan pengerat
Coccidioides immitis
• Penyebab Coccidioidomycosis
Histoplasma capsulatum
• Penyebab : Histoplasmosis
Infeksi bakteri pada saluran nafas atas :
• Strep throat (Streptococcal Pharyngitis) • Diphtheria
Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
Gejala :
• Red throat, sering dengan pus dan sedikit hemoragis, pembesaran dan lunak
kelenjar limfe leher
• Jarang : pembentukan abses yang melibatkan tonsil
Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
Masa inkubasi : • 2 – 5 hari
Agen penyebab :
• Streptococcus pyogenes – Lancefield
Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
Patogenesis :
• Virulensi berasosiasi dengan kapsul asam hialuronik dan protein M, keduanya
menghambat fagositosis
• Protein G mengikat segmen Fc dari IgG • Protein F untuk perlekatan mukosal
Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
Epidemiologi :
Strep throat (Streptococcal Pharyngitis)
Prevensi dan Terapi : • Hindari kerumunan • Ventilasi adekuat
• Penicillin setiap hari untuk mencegah infeksi rekuren pada mereka dengan riwayat penyakit jantung reumatik
Diphtheria :
Gejala :
• Sore throat • Demam • Fatique • Malaise
• Pseudomembrane di tonsil dan tenggorok atau di hidung
• Paralisis
Diphtheria :
Masa inkubasi : • 2 – 6 hari
Agen penyebab :
• Corynebacterium diphtheriae – batang
Diphtheria :
Patogenesis :
• Infeksi saluran nafas atas
• Pelepasan eksotoksin dan diabsorbsi oleh aliran darah
• Toksin membunuh sel dengan mempengaruhi sintesis protein
• Efek terjadi pada sel yang mempunyai reseptor terhadap toksin – terutama
Diphtheria :
Epidemiologi :
• Inhalasi droplet infeksius
• Kontak langsung dengan pasien atau carrier
Diphtheria :
Prevensi dan Terapi :
• Imunisasi toksoid difteria – anak 6 minggu, 4 bulan, 6 bulan, 18 bulan, dan 4-6 tahun • Booster setiap 10 tahun
Infeksi virus pada saluran nafas atas :
• Common cold
Common cold :
Gejala :
• Scratchy throat • Nasal discharge • Malaise
Common cold :
Masa inkubasi : • 1 – 2 hari
Agen penyebab :
• Rhinovirus (utama) - > 100 tipe • >> virus lain
Common cold :
Patogenesis :
• Virus melekat epitel respiratori, mulai infeksi yang menyebar ke adjacent cells
• Gerakan silia berhenti dan sel mengelupas • Sekrasi mukus
• Reaksi inflamasi (+)
Common cold :
Epidemiologi :
• Inhalasi droplet yang terinfeksi
• Transfer mukus infeksius ke hidung atau mata oleh jari yang terkontaminasi
Common cold :
Prevensi dan Terapi : • Cuci tangan
• Hindari orang dengan colds dan sentuhan muka
• Tidak ada terapi umum yang dianjurkan kecuali untuk mengendalikan gejala,
Adenoviral pharyngitis :
Gejala : • Demam
• Sangat sore throat • Batuk berat
• Pembengkakan kelenjar limfe leher • Pus di tonsil dan tenggorok
• Conjunctivitis
Adenoviral pharyngitis :
Masa inkubasi : • 5 – 10 hari
Agen penyebab :
Adenoviral pharyngitis :
Patogenesis :
• Virus bermultiplikasi di sel hospes • Terdapat destruksi sel dan inflamasi • Tipe berbeda menghasilkan gejala
Adenoviral pharyngitis :
Epidemiologi :
• Inhalasi droplet terinfeksi
Adenoviral pharyngitis :
Prevensi dan Terapi :
• Vaksin virus hidup : sebelumnya
digunakan militer tidak diproduksi lagi
Infeksi bakteri pada saluran nafas bawah :
• Pneumococcal pneumonia • Klebsiella pneumonia
• Mycoplasmal pneumonia
• Whooping cough (Pertussis) • Tuberculosis
Pneumococcal pneumonia :
Gejala : • Batuk • Demam • Menggigil
• Sputum kecoklatan – degradasi darah • Nafas pendek
Pneumococcal pneumonia :
Masa inkubasi : • 1 – 3 hari
Agen penyebab :
• Pneumococcus = Streptococcus
Pneumococcal pneumonia :
Patogenesis :
• Inhalasi pneumococci berkapsul
• Kolonisasi alveoli respons inflamasi • Plasma, darah, dan sel radang mengisi
alveoli
Pneumococcal pneumonia :
Epidemiologi :
• Angka carrier Streptococcus pneumoniae
tinggi
• Resiko pneumonia pada : alkoholism, pengguna narkotik, penyakit paru kronik, dan infeksi virus yang merusak
mucociliary escalator.
Pneumococcal pneumonia :
Prevensi dan Terapi :
• Capsular vaccine tersedia – 23 antigen kapsular
• Conjugate vaccine untuk bayi
Klebsiella pneumonia :
Gejala :
• Menggigil • Demam • Batuk
• Nyeri dada
Klebsiella pneumonia :
Masa inkubasi : • 1 – 3 hari
Agen penyebab :
Klebsiella pneumonia :
Patogenesis :
• Aspirasi kolonisasi droplet mukus dari tenggorok
• Destruksi jaringan paru dan sering pembentukan abses
Klebsiella pneumonia :
Epidemiologi :
• Sering resisten terhadap antibiotik, dan kolonisasi individu yang meminumnya • Klebsiella sp. Dan batang Gram negatif
Klebsiella pneumonia :
Prevensi dan Terapi : • Vaksin (-)
Mycoplasmal pneumonia :
Gejala :
• Gradual onset of cough • Demam
• Produksi sputum • Sakit kepala
Mycoplasmal pneumonia :
Masa inkubasi : • 2 – 3 minggu
Agen penyebab :
Mycoplasmal pneumonia :
Patogenesis :
• Sel lekat pada reseptor spesifik epitel respiratori
Mycoplasmal pneumonia :
Epidemiologi :
• Inhalasi droplet terinfeksi
Mycoplasmal pneumonia :
Prevensi dan Terapi : • Vaksin (-)
• Hindari kerumunan di fasilitas sekolah dan militer
Whooping cough (Pertussis) :
Gejala :
• Runny nose
• Beberapa hari batuk hebat dengan spasme
• Muntah
Whooping cough (Pertussis) :
Masa inkubasi : • 7 – 21 hari
Agen penyebab :
• Bordetella pertussis – batang Gram
Whooping cough (Pertussis) :
Patogenesis :
• Kolonisasi pada permukaan saluran nafas atas dan sistim tracheobronchial
• Gerakan silia lambat
• Toksin yang dilepaskan oleh Bordetella
pertussis menyebabkan kematian sel epitel dan peningkatan cAMP
Whooping cough (Pertussis) :
Epidemiologi :
• Inhalasi droplet terinfeksi
Whooping cough (Pertussis) :
Prevensi dan Terapi :
• Acellular vaccine, untuk imunisasi bayi dan anak
Tuberculosis :
Gejala :
• Demam kronik • BB
• Batuk
Tuberculosis :
Masa inkubasi : • 2 – 10 minggu
Agen penyebab :
Tuberculosis :
Patogenesis :
• Kolonisasi alveoli respons inflamasi; • Ingesti oleh makrofag organisme
survive kelenjar limfe, paru dan jaringan tubuh lainnya
Tuberculosis :
Epidemiologi :
Tuberculosis :
Prevensi dan Terapi : • Vaksinasi BCG
• Tuberculin (Mantoux) test – deteksi infeksi • Terapi kasus dini
• Terapi orang muda dengan tes positif dan individu dengan konversi tes kulit dari
Tuberculosis :
Legionnaires’ disease :
Gejala :
• Nyeri otot • Demam • Batuk
• Nafas pendek
Legionnaires’ disease :
Masa inkubasi : • 2 – 10 hari
Agen penyebab :
• Legionella pneumophila – bakteri Gram
negatif (sulit – spesimen klinik) – anggota
Legionnaires’ disease :
Patogenesis :
• Organisme multiplikasi dalam fagosit; dikeluarkan dengan sel yang mati;
Legionnaires’ disease :
Epidemiologi :
Legionnaires’ disease :
Prevensi dan Terapi :
• Hindari aerosol air yang terkontaminasi • Bersihkan dan disinfeksi alat pelembab
secara teratur
Infeksi virus pada saluran nafas bawah :
• Influenza
Influenza :
Influenza :
Gejala : • Demam • Nyeri otot
• Kurang energi • Sakit kepala • Sore throat
Influenza :
Masa inkubasi : • 1 – 2 hari
Agen penyebab :
Influenza :
Patogenesis :
• Infeksi epitel respiratori
• Sel dirusak dan virus dilepaskan untuk menginfeksi sel lain
Influenza :
Epidemiologi :
Influenza :
Prevensi dan Terapi :
• Vaksin : 80-90% efektif
• Amantidine dan Rimantadine – efektif mencegah influenza tipe A, bukan tipe B • Neuraminidase inhibitor – efektif untuk
virus A dan B
Respiratory Syncytial Virus Infection :
Gejala :
• Runny nose • Batuk
• Demam • Wheezing
Respiratory Syncytial Virus Infection :
Masa inkubasi : • 1 – 4 hari
Agen penyebab :
Respiratory Syncytial Virus Infection :
Patogenesis :
• Epitel respiratori dan respons inflamasi menutup bronchioles, menyebabkan
bronchiolitis
Respiratory Syncytial Virus Infection :
Epidemiologi :
• Epidemi setiap tahun selama bulan dingin • Penyebaran oleh anak yang agak besar
dan dewasa yang sehat yang sering mempunyai gejala ringan
Respiratory Syncytial Virus Infection :
Prevensi dan Terapi : • No vaccine
• Pencegahan dengan injeksi antibodi monoklonal
Hantavirus Pulmonary Syndrome :
Gejala : • Demam • Nyeri otot • Muntah • Diare • Batuk
Hantavirus Pulmonary Syndrome :
Masa inkubasi :
• 3 hari – 6 minggu
Agen penyebab :
Hantavirus Pulmonary Syndrome :
Patogenesis :
Hantavirus Pulmonary Syndrome :
Epidemiologi :
• Zoonosis populasi tikus
Hantavirus Pulmonary Syndrome :
Prevensi dan Terapi :
• Hindari kontak dengan hewan pengerat • Tutupi jalan masuk ke tempat persediaan
makanan di rumah • Ventilasi yang baik • Hindari debu
• Gunakan disinfektan saat membersihkan area yang terkontaminasi hewan pengerat
Infeksi jamur pada saluran nafas bawah :
• Valley Fever (Coccidioidomycosis)
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Gejala :
• Demam, batuk, nyeri dada, hilang selera makan dan BB;
• Jarang : nodul yang nyeri pada ekstremitas, nyeri sendi;
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Masa inkubasi :
• 2 hari – 3 minggu
Agen penyebab :
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Patogenesis :
• Setelah masuk dalam paru, arthrospora berkembang jadi sphere yang matur dan mengeluarkan endospora yang masing-2 berkembang menjadi sphere yang lain; respons inflamasi merusak jaringan;
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Epidemiologi :
• Inhalasi spora Coccidioides immitis
Valley Fever (Coccidioidomycosis) :
Prevensi dan Terapi :
• Metode kontrol debu seperti tanaman rumput dan pengairan
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
• Seperti Coccidioidomycosis • Biasanya jinak
• Kadang mirip TB • Jarang
• Bentuk serius : AIDS atau imunodefisiensi yang lain
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
Gejala :
• Gejala Respiratori ringan
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
Masa inkubasi : • 5 - 8 hari
Agen penyebab :
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
Patogenesis :
• Inhalasi spora, berubah jadi fase yeast, multiplikasi dalam makrofag; bentuk
granuloma; penyakit menyebar pada individu dengan AIDS atau
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
Epidemiologi :
• Fungus lebih senang tumbuh dalam tanah terkontaminasi oleh kotoran burung atau kelelawar, terutama di USA
Spelunkers’ disease (Histoplasmosis) :
Prevensi dan Terapi :
• Hindari tanah terkontaminasi dengan kotoran ayam, burung, atau kelelawar