• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN PROSOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN PROSOSIAL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

102

PENGEMBANGAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN PROSOSIAL

Oleh: Tita Maela Margawati

Abstrak

Siswa SMA berada pada masa remaja, yang merupakan periode kritis yang menjadi dasar berhasil tidaknya dalam menjalani tugas perkembangan selanjutnya. Secara psikologis remaja tengah berada pada masa topan dan badai, sedang mencari identitas diri dan rawan sekali mengalami konflik. Di sisi lain dinamika perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, membawa perubahan diberbagai segi kehidupan, skaligus merupakan tantangan dan ancaman bagi remaja yang baru saja memulai kehidupan yang sesungguhnya. Kenyataan ini menuntut dimilikinya kemampuan-kemampuan khusus agar remaja dapat mempertahankan keberadaannya dalam dinamika kehidupan yang selalu berkembang. Prososial merupakanperilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya. Prososial memiliki intensi untuk mengubah keadaan pisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis, dalam hal ini prososial bertujuan untuk meningkatkan well being terhadap orang lain. Kemampuan merespon secara fleksibel, penuh inisiatif dan bertanggung jawab menjadi salah satu kunci agar remaja mampu menjalani masa remaja dengan baik dan mencapai perkembangan selanjutnya secara optimal. Pelaksanaan bimbingan kelompok di SMAN 1 Ngadirojo yang belum optimal menjadikan masalah prososial siswa yang sebetulnya penting belum menjadi prioritas utama untuk diberikan layanan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui kondisi empiris pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di sekolah (2) mengetahui kondisi prososial siswa, (3) merumuskan model yang efektif untuk meningkatkan prososial siswa, (4) mengetahui tingkat keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development). Subyek penelitian menggunakan sampel satu kelompok beranggotakan sepuluh (10) orang siswa yang prososialnya heterogen yaitu tinggi, sedang dan rendah. Produk dari penelitian adalah bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa. Simpulan akhir dari penelitian ini adalah bimbingan kelompok dengan teknikbermain peran yang dikembangkan terbukti efektif untuk meningkatkan prososial siswa, dan ini membawa dampak konsekwensi terhadap usaha peningkatan prososial siswa. Untuk itu disarankan kepada guru bimbingan dan konseling sebagai praktisi di sekolah menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa.

(2)

103 Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa individu itu mempunyai ketergantungan dan saling membutuhkan satu dengan yang lain, maka sifat tolong menolong sesama merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap individu. Sebagaimana firman Alloh dalam Al-Qur’an “Tolong menolonglah kamu sekalian dalam hal kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam hal dosa dan permusuhan” (QS: Al-Maidah, 2).

Sikap prososial terbentuk dari orang-orang yang berada dilingkungan sekitar tempat tinggal dan melakukan aktivitas sehari-hari terutama di sekolah. Proses mengamati, meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan proses belajar. Betapa pentingnya prososial dalam kehidupan bermasyarakat untuk menciptakan kedamaian dan keharmonisan, yang saling menghormati, menyayangi, dan menghargai, tolong menolong yang didasari sukarela.

Bimbingan kelompok merupakan bantuan dalam suasana kelompok dengan tujuan peserta didik dapat memahami, mencegah, dan memperbaiki diri sendiri, dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Didalam bimbingan kelompok terdapat dinamika, dan interaksi dinamis yaitu, memiliki tujuan bersama, saling membina hubungan baik, tanggap terhadap orang lain, dan memmbina sikap kemandirian siswa. Layanan bimbingan kelompok membahas berbagai permasalahan umum/topik yang menjadi kepedulian bersama para anggota kelompok. Melalui dinamika kelompok yang dibangun secara terus menerus, pembahasan masalah dapat mendorong pengembanagn perasaan, pikiran, wawasan, dan sikap yang dapat menunjang terwujudnya sikap prososial.

Metode penelitian

(3)

104

Rancangan penelitian dan pengembangan yang meliputi langkah-langkah berikut : (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan model hipotetik, (4) penelaah model hipotetik/ uji kelayakan (5) revisi, (6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji coba lebih luas, (9) revisi model akhir, dan (10) sosialisasi.

Penelitian dengan menggunakan metode research and developmentini diharapkan dapat menghasilkan sebuah pruduk model yaitu pengembangan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa. Penelitian ini bermula dari masalah yang muncul di sekolah, yaitu SMAN 1 Ngadirojo yang menunjukkan gejala-gejala prososial yaang rendah, dan belum tertangani secara baik. Hal ini terlihat dari perilaku siswa yang menunjukkan kurang bisa membagi cerita dan masalah dengan teman, kurang perhatian, kurang memilki sikap menolong, acuh terhadap permasalahan yang dihadapi teman, kurang kerjasama, kurang jujur, dan kurang mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain, yang merupakan indikator prososial

Prosedur Pengembangan a. Kajian Lapangan

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada langkah ini adalah mengumpulkan informasi tentang kondisi obyektif di lapangan yang meliputi:

1. Mendiskripsikan temuan tentang gambaran nyata pelaksanaan bimbingan kelompok di SMAN 1 Ngadirojo.

2. Mendiskripsikan temuan tentang gambaran nyata prososial siswa SMAN 1 Ngadirojo.

b. Kajian Pustaka

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada langkah ini adalah : 1. Mengkaji konsep model bimbingan kelompok dan prososial siswa. 2. Mengkaji hasil-hasil penelitian yang relevan.

3. Mengkaji ketentuan formal pelaksanaan bimbingan kelompok. c. Merumuskan Model

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagaiberikut:

(4)

hasil-105

hasil penelitian terdahulu yang relevan, dan ketentuan formal pelaksanaan bimbingan kelompok.

2. Analisis kesenjangan antara model bimbingan kelompok dengan implementasi aktual bimbingan kelompok siswa SMAN 1 Ngadirojo.

3. Mendiskripsikan kerangka kerja kolaboratif dengan guru pembimbing di SMAN 1 Ngadirojo dalam menguji kelayakan model bimbingan kelompok teknik bermain peran.

d. Uji kelayakan Model (Validasi)

Langkah ini peneliti melakukan kegiatan:

1. Uji kelayakan dengan validasi pembimbing atau ahli dan validasi praktisi 2. Mendiskripsikan hasil pelaksanaan uji kelayakan.

e. Perbaikan Model

Berdasarkan hasil pelaksanaan uji-kelayakan, peneliti melakukan kegiatan: 1. Mengevaluasi hasil uji-kelayakan model

2. Memperbaiki model secara kolaboratif.

3. Tersusun model bimbingan kelompok teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa SMAN 1 Ngadirojo.

f. Uji Coba Terbatas

Setelah memperbaiki model dilaksanakan uji coba terbatas, dengan langkah sebagai berikut :

1. Menyusun Rencana dan teknis uji coba terbatas 2. Menyiapkan konselor sebagai pemimpin kelompok

3. Menyiapkan bermain peranyang memenuhi karakteristik penelitian 4. Membagi siswa dalam kelompok kecil berjumlah 10 orang

5. Melaksanakan uji coba terbatas

6. Mendiskusikan dan merefleksi sebagai masukan perbaikan model g. Menghasilkan Model

Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Memperbaiki model bimbingan kelompok secara kolaboratif.

(5)

106

Dari prosedur pengembangan model diatas, secara lebih sistematis disajikan dalam bagan tahap-tahap yang akan dilakukan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Alur Penelitian dan Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling

Research Pengembangan

Uji model hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas model bimbingan kelompok untuk meningkatkan prososial siswa SMAN 1 Ngadirojo dengan menggunakan Metode pre-experimental design dengan desain one group pre-test and post-test design sebagai berikut :

Tabel 3.2

Deskripsi uji model bimbingan kelompok

Kelompok Pretes Perlakuan Postest

Ekperimen 0 X 0

Subyek Uji Coba

Subyek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Ngadirojo yang diambil dengan teknik purposive random sampling. Teknik purposive random sampling yaitu teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:124).

(6)

107 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari instrument penelitian berupa kajian lapangan dan data sekunder yang telah diolah /digali melalui karangan ilmiah pakar pendidikan berupa kajian pustaka, dengan metode mixed methode design sequenkarena pendekatan kualitatif dan kuantitatif digunakan secara terpadu dan saling mendukung. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji keefektifan bimbingan kelompok teknik bermain peran untuk meningkatkan prososiaal. Sementara itu, pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui validitasrasional model bimbingan kelompok teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial. Teknisnya dilakukan sebagai berikut: metode analisis deskriptif, metode partisipatif kolaboratif, dan metode pre eksperimental design.

Metode analisis deskriptif dilaksanakan untuk menjelaskan secara sistematis, faktual, akurat, tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan substansi penelitian. Dalam hal ini dilakukan untuk menganalisis kecenderungan prososial siswa.

Metode partisipatif kolaboratif dalam proses uji kelayakan model hipotetik bimbingan kelompokteknik bermain peran. Uji kelayakan model dilaksanakan dengan uji rasional, uji keterbacaan, dan uji coba terbatas. Uji rasional dengan dosen pembimbing.Metode pre-experimental design dengan desain one group pre-test and post-test design dilaksanakan dalam uji lapangan/ uji coba terbatas model hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas model bimbingan kelompokteknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa. (Sugiyono 2009:110).

Keadaan Prososial Siswa SMP Negeri 1 Maospati Magetan Secara Keseluruhan Keadaan prososial siswa diambil dari 298 siswa SMAN 1 Ngadirojo kelas X menggunakan instrumen skala prososial yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Gambaran umum mengenai keadaan prososial siswa berdasarkan skor total kelas X sebanyak 298 siswa diperoleh hasil sebagaimana tabel distribusi berikut:

Tabel 4.2

Klasifikasi Profil Prososial Siswa Secara Umum

NO PROFIL F %

1 RENDAH 33 11,074 %

2 SEDANG 223 74,832 %

3 TINGGI 42 14,094 %

(7)

108

Bila digambarkan dalam bentuk grafik keadaan prososial siswa kelas X SMAN 1 Ngadirojo secara umum akan tampak seperti berikut ini:

Gambar 4.1

Grafik Profil Prososial Siswa Kelas X SMAN 1 Ngadirojo

Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa siswa yang mengalami masalah prososial rendah yaitu 11,074% atau 33 dari 298 siswa.

4.2.2 Keadaan Prososial Siswa Berdasarkan Indikator/aspek 1. Aspek Membagi (sharring)

Adapun keadaan prososial pada aspek membagi, sebagai berikut, Tabel 4.3

Klasifikasi Profil Prososial Siswa Indikator Berbagi (sharring)

NO PROFIL F %

1 RENDAH 49 16.443%

2 SEDANG 184 61.745%

3 TINGGI 65 21.812%

(8)

109

Adapun dalam bentuk grafik, gambaran kondisi prososial aspek berbagi tampak seperti di bawah ini:

Grafik 4.2

Grafik keadaan prososial pada aspek berbagi 2. Aspek Kerjasama (cooperative)

Adapun keadaan prososial siswa pada indikator kerjasama (coperative). Tabel 4. 4

Keadaan Prososial Siswa Pada Indikator Kerjasama (cooperative)

NO PROFIL F %

1 RENDAH 60 20.13%

2 SEDANG 186 62.42%

3 TINGGI 52 17.45%

298 100,00%

(9)

110 Gambar 4.3

Grafik keadaan prososial pada indikator kerjasama (cooperative) 3. Aspek Menyumbang(donating)

Adapun keadaan prososial pada indikator menyumbang (donating), sebagai berikut,

Tabel 4.5

Keadaan Prososial Siswa Pada Aspek Menyumbang (Donating)

NO PROFIL F %

1 RENDAH 48 16.11%

2 SEDANG 194 65.10%

3 TINGGI 56 18.79%

298 100,00%

(10)

111 Gambar 4.4

Grafik Prososial Pada Aspek Menyumbang (donating) 4. Aspek Menolong (helping)

Berdasarkan kriteria penentuan tingkat prososial, diketahui penyebaran skor menolong(helping) sebagaimana pada tabel distribusi berikut ini:

Tabel 4.6

Klasifikasi Profil Prososial Siswa Indikator Menolong (helping)

NO PROFIL F %

1 RENDAH 25 8.39%

2 SEDANG 237 79.53%

3 TINGGI 36 12.08%

298 100,00%

(11)

112 Gambar 4.5

Grafik Keadaan Prososial Pada Aspek Menolong (Helping) 5. Aspek Kejujuran (honesty)

Berdasarkan kriteria penentuan tingkat prososial, diketahui penyebaran skor kejujuran (honesty) sebagaimana pada tabel distribusi berikut ini:

Tabel 4.7

Klasifikasi Profil Prososial Siswa Indikator Kejujuran(honesty)

NO PROFIL F %

3 RENDAH 40 13.42%

1 TINGGI 47 15.77%

2 SEDANG 211 70.81%

298 100,00%

(12)

113 Gambar 4.6

Grafik Profil Tingkat Kejujuran(honesty) 6. Aspek Kedermawanan (generosity)

Berdasarkan kriteria penentuan tingkat prososial, diketahui penyebaran skor kedermawanan (generosity) sebagaimana pada tabel distribusi berikut ini:

Tabel 4.8

Klasifikasi Profil Prososial Siswa Indikator Kedermawana (generosity)

NO PROFIL F %

3 RENDAH 94 31.54%

2 SEDANG 134 44.97%

1 TINGGI 70 23.49%

298 100,00%

(13)

114 Gambar 4.7

Grafik Profil Tingkat Kedermawana (generosity) 7. Aspek Mempertimbangkan Hak dan Kesejahteraan Orang lain

Berdasarkan kriteria penentuan tingkat prososial, diketahui penyebaran skor aspek mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain sebagaimana pada tabel distribusi berikut ini:

Tabel 4.9

Klasifikasi Profil Prososial Siswa Indikator Mempertimbangkan Hak dan Kesejahteraan Orang lain

NO PROFIL F %

3 RENDAH 31 10.40%

2 SEDANG 235 78.86%

1 TINGGI 32 10.74%

298 100.00%

(14)

115 Gambar 4.8

Grafik Profil Tingkat Mempertimbangkan Hak dan kesejahteraan Orang lain 4.4.2.1Hasil Pre Test Pro Sosial Siswa SMAN 1 Ngadirojo

Sample siswa diambil 10 anak, untuk uji keefektifan produk. Hasil yang didapat menunjukkan angka 2944. Jumlah keseluruhan jika mempunyai pro sosial tinggi adalah 3600 atau 100%. Nilai prososial 10 siswa SMAN 1 Ngadirojo dalam persen ditunjukkan dengan angka 82 %.

Tabel 4.14. Hasil Pre Test Siswa

No. Kategori Nilai (dalam persen) Hasil

1. Tinggi 76 – 100  (82 %)

2. Sedang 51 – 75

3. Kurang 26 – 50

4. Rendah 0 – 25

Hasil Post Test Prososial Siswa SMAN 1 Ngadirojo

Hasil yang didapat setelah di berikan perlakuan atau post test yaitu menunjukkan angka 3220. Nilai prososial siswa dalam persen setelah diberikan perlakuan yaitu 86 %.

Tabel 4.15. Hasil Post Test Siswa

No. Kategori Nilai (dalam persen) Hasil

(15)

116

6. Sedang 51 – 75

7. Kurang 26 – 50

8. Rendah 0 – 25

4.4.3 Perbandingan Pre Test dan Post Test

Melihat hasil diatas maka terlihat jelas bahwa pre test menunjukkan angka 82 % dan post test menunjukkan angka 86 %. Angka menunjukkan bahwa ada peningkatan prososial setelah diberikan perlakuan menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan adanya peeningkat sebesar 4 %.

Untuk lebih memantapkan tentang ada atau tidaknya peningkatan setelah diberikan perlakuan untuk menguji keefektifan produk maka peneliti menggunakan analisis data uji keefektifan dengan menggunakan rumus wilcoxon. Ada beberapa catatan dalam rumus wilcoxon ini, yaitu apabila hasil yang didapat kurang dari 0,05 atau < 0,05 maka hasilnya adalah ada perubahan prososial siswa setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan bimbingan kelompok dengan tekhnik bermain peran, tetapi apabila hasil yang didapat lebih dari 0,05 atau > 0,05 maka hasilnya adalah tidak ada perubahan prososial siswa setelah diberi perlakuan. Adapun hasil tersebut adalah sebagai berikut,

Test Statisticsb

Post – Pre

Z -2.807a

Asymp. Sig. (2-tailed) .005

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Gambar 4.9. Sajian Statistik Pre Test dan Post Test Prososial Siswa SMA

(16)

117

Tabel 4.15. Nilai Pada Masing-Masing Indikator Prososial No Indikator Motivasi Belajar Nilai Keterangan 1. Membagi (sharring) 0,005 < 0,05 Ada perubahan/efektif 2. Kerjasama (cooperative) 0,005 < 0,05 Ada perubahan/efektif 3. Menyumbang (donating) 0,005 < 0,05 Ada perubahan/efektif 4. Menolong(helping) 0,005 < 0,05 Ada perubahan/efektif 5. Kejujuran (honesty) 0,012 < 0,05 Ada perubahan/efektif 6. Kedermawanan (generosity) 0,038 < 0,05 Ada perubahan/efektif 7. Mempertimbangkan hak dan

kewajiban terhadap orang lain

0,005 < 0,05 Ada perubahan/efektif

Penutup

a. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di SMAN 1 Ngadirojo sudah dilaksanan, tetapi hasilnya belum bisa maksimal. Perbedaan pemahaman guru pembimbing terhadap subtansi bimbingan kelompok dan beberapa faktor yang menjadi kendala teknis dilapangan, menjadi penyebab layanan bimbingan kelompok ini tidak menjadi sebuah layanan penting. Ketrampilan guru bimbingan dan konseling terhadap pelaksanaan bimbingan kelompok itu sendiri masih belum bisa mengangkat keunggulan dan kelebihan dari layanan bimbingan kelompok untuk menfasilitasi siswa mengatasi masalah dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

b. Hasil pengukuran keadaan prososial dengan menggunakan instrumen skala prososial menunjukkan bahwa tingkat prososial siswa SMAN 1 Ngadirojo masih dalam tataran rata-rata sedang.

(17)

118

d. Layanan bimbingan kelompok dengan tekhnik bermain peran efektif digunakan untuk meningkatkan pro sosial siswa SMA. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisa uji Wilcoxon diperoleh nilai 0,005 yang berarti signifikan untuk meningkatkan prososial siswa.

Daftar Pustaka

Adam, Francesca Gino, 2010, A Litle Thanks Goes a Long Way: Explaning Why Gratitude Expressions Motivate Prosocial Behaviour. Journal of Personality and Social psychology, Vol.98, No.6.chapel Hill: University of Pennsylvania and University of North Carolina.

Borg, Gall. 2003. Educational Reseach an Introduction, Fourth Editon. New York: Longman, Inc

Dayakisni dan Hudaniah. (2012). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press

Purwati, Sri. (2011). Model Bimbingan Kelompok dengan Teknik Fun Game Untuk Mengurangi Kecemasan Berbicara Didepan Kelas Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong. Tesis prodi Bimbingan dan Konseling. UNNES Semarang.

Romlah,T. (2006). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

Samsudi. (2009). Desain Penelitian pendidikan. Semarang UNNES Press.

Walgito, Bimo. (2007). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: CV Andi Ofset.

Wibowo, Mungin, Edy. (2005). Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press.

Gambar

Tabel 3.2
Gambar 4.1 Grafik Profil Prososial Siswa Kelas X SMAN 1 Ngadirojo
Grafik 4.2 Grafik keadaan prososial pada aspek berbagi
Grafik keadaan prososial pada indikator kerjasama Gambar 4.3 (cooperative)
+7

Referensi

Dokumen terkait

18 Bah- kan untuk direksi telah ditetapkana dalam Pasal 96 UUPT yang menyatakan bahwa ”Ketentuan tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota Direksi ditetapkan berdasarkan

Keberadaan jentik dianggap sebagai fenomena alamiah disebabkan karena persepsi bahwa jentik sulit untuk dihilangkan dan selalu ditemukan di dalam tempat air, walaupun kontainer

Adapun maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui proporsi campuran beton yang menggunakan split palu dengan campuran pasir mahakam ,

WIB Perkemahan HUT Ke-56 Gerakan Pramuka Tahun 2017 Tingkat Kwarran Cibalong Kwarcab Garut, diadakan berbagai macan aneka Lomba Keterampilan Kepramukaan ini

The conformance checking for multiple events with the same timestamp, as later called by sequence matching analysis, needs to consider several relevant attributes

Tulisan ini menguraikan peluang penerapan bioteknologi tepatnya kultur kalus dengan menggunakan zat tum- buh dan elisitor sebagai bahan untuk meningkatkan

(mendengarkan dengan perngertian dan empati), Thinking Flexiblyv (berpikir fleksibel), Thinking about Thinking (Metacognition) (berpikir tentang apa yang dipikirkan), Striving

menjaring sikap peduli lingkungan siswa dilakukan dengan memberikan skala sikap peduli lingkungan siswa. Setelah melakukan pretest kedua kelompok subjek mendapatkan